FOOD CHEMISTRY PROTEIN ANALYSIS

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

Nutrition and Food Evaluation PROTEIN

Analisa Protein. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

AHP MINGGU KE-3. Prof. Simon B W Ph.D.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

Subhan Aristiadi R

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara.

DAYA TERIMA DAN KUALITAS PROTEIN IN VITRO TEMPE KEDELAI HITAM (Glycine soja) YANG DIOLAH PADA SUHU TINGGI. Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BIOMOLEKUL II PROTEIN

laporan praktikum penentuan kadar protein metode biuret

KEGUNAAN. Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino : esensial dan non esensial

x100% LAMPIRAN PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Ganjyal et al., 2006; Shimelis et al., 2006)

PENETAPAN KADAR PROTEIN DENGAN METODE KJELDAHL

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

PENETAPAN KADAR PROTEIN DENGAN METODE KJELDAHL

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Metabolisme Protein - 2

10/30/2015. Protein adalah makromolekul. Mereka dibangun dari satu atau lebih rantai asam amino. Protein dapat mengandung asam amino.

PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

III. METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih

Metabolisme Protein. Tenaga. Wiryatun Lestariana Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran UII YOGYAKARTA

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. senyawa lain selain protein dalam bahan biasanya sangat sedikit, maka penentuan

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODE PENELITIAN

PAKAN, NUTRIEN DAN SISTEM ANALISIS KIMIA

III. METODOLOGI PENELITIAN

SUPARJO Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Univ. Jambi PENDAHULUAN

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. Pendidikan Biologi FPMIPA UPI dan protease Bacillus pumilus yang diperoleh

Bab III Bahan dan Metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian

Lampiran 1. Prosedur Analisis Kadar Protein Tahap Oksidasi 1. Sampel ditimbang sebanyak 0.5 gram dan dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl. 2.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Produksi Volatil Fatty Acids (VFA), NH 3 dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1 Metode pengujian aktivitas protease (Walter 1984)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian Pengaruh Penambahan Urease pada Inkubasi Zeolit dan Urea

Asal kata: Yunani: Proteos, yg utama / yg didahulukan 1/5 bag tubuh ½ dlm otot, 1/5 dlm tulang, 1/10 dlm kulit, selebihnya dlm jar lain & cairan

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

Isolation and Characterization of Rice Bran Protein Using NaOH Solution

Bahan kimia : * Asam sulfat pekat 98%, Asam borat 2 % Natrium salisilat, Natrium nitroprusida, Natrium hypokhlorida, Natrium hidroksida, Kalium hidrog

R E A K S I U J I P R O T E I N

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul produksi VFA, NH 3 dan protein total pada fodder

2. ANALISIS PROTEIN. 1. Pendahuluan

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan

STUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN

Protein. Kuliah Biokimia ke-3 PROTEIN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang efek pemanasan pada molases yang ditambahkan urea

Lampiran III Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007

Preparasi Sampel. Gaplek Terfortifikasi. Identifikasi Asam Amino Tepung Gaplek Terfortifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

PROTEIN. Sulistyani, M.Si

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Sintesis Protein Mikroba dan Aktivitas Selulolitik Akibat

Lampiran 1. Prosedur pengukuran nitrogen dan fosfat dalam air.

BAB III METODE PENELITIAN

PENENTUAN KADAR NITROGEN TOTAL DENGAN METODE KJELDAHL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia.

Petunjuk Praktikum 2017

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis

I. Tujuan Percobaan menentukan kadar protein yang terdapat dalam sampel dengan metode titrasi formol.

METODOLOGI PENELITIAN

PROTEIN. Dr. Ai Nurhayati, M.Si. Maret 2010

PROTEIN. Yosfi Rahmi Ilmu Bahan Makanan

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang kehilangan BK, ADF dan N-ADF secara in vitro

A. Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) setiap hari selama 10 menit dilakukan pengadukan. Campuran divorteks

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

protein PROTEIN BERASAL DARI BAHASA YUNANI PROTOS THAT MEAN THE PRIME IMPORTANCE

I. Tujuan Menentukan kadar protein dalam sampel putih telur ayam ras dengan metoda Lowry.

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

BAB III METODOLOGI. Untuk lebih memudahkan prosedur kerja pembuatan crude papain dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

METODE PENELITIAN. A. Alat dan Bahan. B. Metode Penelitian. 1. Persiapan Sampel

Lampiran 1. Bahan-bahan yang digunakan untuk pengujian aktivitas enzim (Grossowicz et al., 1950) (a). Reagen A 1. 0,2 M bufer Tris-HCl ph 6,0 12,1 gr

Transkripsi:

FOOD CHEMISTRY PROTEIN ANALYSIS By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FTP - UB 2014

Protein Complex Nutrition compound that contains of Nitrogen molecule, composed from amino acids with peptide bond. Protein has amina group (NH2) -> distinguished from Carbohydrate and Lipid Synthesize in plant and animal tissue

Protein

Protein

Protein Function 1. Essential for growth and tissue care 2. Essential compound precursor (enzyme, hormone, hemoglobin, neurotransmitter 3. Control body liquid balance (intracellular liquid, extracellular liquid and intravascular liquid)

Protein Function 4. Maintain accumulation of acid/base 5. Stimulate antibody production 6. Nutrient transporter (carrier protein) 7. Energy source (4kkal/gr)

Protein Classification Source : 1. Endogen protein : body tissue 2. Eksogen protein : diet Synthesize : 1. Essential protein 2. Non essential protein

Protein Classification Essential : Leu, Ile, Val, Trp, Phe, Thr, Lis, His, Met Conditional Essential : Pro, Ser, Arg, Cys, Gly, Tyr Non Essential : Ala, Gln, Glu, Asp, Asn

Protein Classification Amino Acid Precursor Met, Ser : Cys Phe : Tyr Glu, Gln, Asp : Arg Glu : Pro Ser : Gly

Protein Classification Amino Acid Function : Incomplete protein ex. Zein (jagung) Complete protein ex. Glisin (soy), glutenin (wheat), animal prot Partially complete protein ex. Gliadin (wheat), legumin (beans)

Protein Classification Protein Form: Fibrous : higher mechanical stress, low solubility ex. Collagen, elastin, keratin, miosin Globular : more soluble, easy denatured ex. Albumin, globulin, histon, protamin Conjugated protein (bounded to prosthetic groups) ex. Lipoprotein, phosphoprotein, nucleoprotein

Protein Structure

Protein Denaturation Denaturation is a process in which proteins lose the tertiary structure and secondary structure then present in their native state, by application of some external stress or compound such as a strong acid or base, a concentrated inorganic salt, an organic solvent (e.g., alcohol or chloroform), or heat Increase the protein digestibility

Nutrition Value of Protein Based on : Essential amino acid Amino acid balance Fitness to purpose Digestibility Protein content

Protein Digestibility Influenced by : Processing technique Anti-nutrition compound Reaction between protein and another compound

Nilai Gizi Protein 1. Amino acid Essential Amino Acid Amino acid balance Limiting Amino Acid Nuts : metionin, Cerealia : lisin

Evaluasi Nilai Gizi Protein 1. Teoritis nilai biologis suatu protein dibatasi oleh proporsi relative asam amino esensial yang terkandung di dalamnya Skor Asam Amino membandingkan kandungan AA antara bahan uji dengan protein patokan (AA yg paling defisien) PDCAAS (Protein Digestibility Corrected Amino Acid Score ) Peringkat kualitas protein ditentukan dengan cara membandingkan profil asam amino protein dari makanan tertentu terhadap standar profil asam amino

Skor Asam Amino = mg AA per gram protein uji x 100 mg AA yang sama per gram protein patokan PDCAAS = Skor AAE terendah x DC prot sejati Protein PER Digestibility AAS PDCAAS Egg 3.8 98 121 118 Cow s milk 3.1 95 127 121 Beef 2.9 98 94 92 Soy 2.1 95 96 91 Wheat 1.5 91 47 42

Evaluasi Nilai Gizi Protein 2. In Vitro Uji invitro : murah, singkat Penentuan aktivitas antitripsin dan antikimotripsin (Berdasarkan penurunan aktivitas hidrolisis tripsin pada suatu substrat) Penentuan aktivitas hemaglutinin (aktivitas hemaglutinin ekstrak kacang-kacangan didasarkan pada kemampuannya untuk mengaglutinasi sel darah merah) Penentuan daya cerna protein (pepsin-tripsin, pepsin-pankreatin dan teknik multienzim : tripsin, kimotripsin dan peptidase)

Evaluasi Nilai Gizi Protein 3. In Vivo Uji invivo : hewan coba & manusia (biologis) Protein Efficiency Ration (PER) Net Protein Ratio (NPR) Biological Value (BV) Net Protein Utilization (NPU) Daya Cerna Sejati (DC Sejati) / True digestibility

Evaluasi Nilai Gizi Protein PER Metode ini dikembangkan oleh Osborne, Mendel dan Ferry tahun 1919, merupakan evaluasi nilai gizi protein yang banyak digunakan. Telah ditetapkan sebagai metode resmi FDA untuk penetapan mutu protein dalam nutrition labelling. PER dilakukan selama 28 hari pada hewan coba tikus, menggunakan jenis pakan standart (AIN/ANRC).

Evaluasi Nilai Gizi Protein

Evaluasi Nilai Gizi Protein PER PER sampel = perub BB / jumlah protein konsumsi PER kasein terkoreksi = 2.5 / PER kasein teranalisis PER terkoreksi = PER sampel / PER kasein terkoreksi

Evaluasi Nilai Gizi Protein NPR NPR dikembangkan untuk memecahkan masalah teoritis pada PER, dimana dalam penetapan PER semua protein yang dikonsumsi diasumsikan digunakan semua untuk pertumbuhan, tidak mengantisipasi fungsi protein pemeliharaan. Pelaksanaan NPR sama dengan PER, hanya terdapat grup tikus yang diberi ransum non protein dan lama waktu NPR hanya 10 hari

Evaluasi Nilai Gizi Protein BV, DC dan NPU Metode ini dikembangkan untuk mengevaluasi protein secara biologis dengan menggunakan subjek manusia, namun pada perkembangan selanjutnya metode BV ini diadopsi untuk dilakukan pada hewan coba tikus

Evaluasi Nilai Gizi Protein

Evaluasi Nilai Gizi Protein NPU perbandingan antara jumlah nitrogen yang diretensi dalam tubuh dengan jumlah nitrogen yang dikonsumsi. NPU = N konsumsi (N feses - N metabolik)-(n urine N endogen) x 100 N yang dikonsumsi

Analisis Protein Prinsip: Pengukuran jumlah atau kadar N dalam bahan pangan Reaksi spesifik suatu senyawa/reagen dengan ikatan peptida Metode: Kualitatif : Biuret, Ninhidirin Kuantitatif : Kjeldahl, Biuret, Titrasi Formol

Metode Kjeldahl Analisis protein kuantitatif protein tak langsung Penentuan protein kasar (crude protein) Pengukuran kadar N dalam bahan pangan Tahapan : destruksi, destilasi, titrasi Kadar Protein = Kadar N x faktor konversi Faktor konversi : 100/16 = 6.25 (umum)

Metode Kjeldahl

Metode Kjeldahl Kelemahan Senyawa lain selain protein yang mengandung N terukur sebagai protein Misal senyawa bernitrogen: asam amino bebas, urea, amonia, asam nukleat, nitrit, nitrat, amida, purin, pirimidin

Metode Kjeldahl 1. Tahap Destruksi Tujuan : melepaskan nitrogen dari protein Sampel dipanaskan dalam larutan asam sulfat pekat Unsur C dan H teroksidasi menjadi H2O, CO2, CO Unsur N berubah menjadi amonium sulfat (NH4)2SO4 Asam sulfat juga mendestruksi KH dan lemak

Metode Kjeldahl 1. Tahap Destruksi Diperlukan katalisator untuk mempercepat proses destruksi Tujuan : Mempertinggi titik didih asam sulfat, Suhu destruksi lebih tinggi (370-410 C) Jenis: Campuran Na2SO4 dan HgO (20:1) K2SO4 CuSO4

Metode Kjeldahl 2. Tahap Destilasi Dilakukan dengan menambahkan NaOH Pada tahap ini amonium sulfat dipecah menjadi amonia Amonia yang dibebaskan ditampung dalam larutan asam standar biasanya HCl atau asam borat 4% yang jumlahnya berlebihan

Metode Kjeldahl 3. Tahap titrasi Jika larutan asam penampung yang digunakan HCl, sisa asam klorida yang tidak bereaksi dengan amonia (membentuk NH4Cl) dititrasi dengan NaOH Jika digunakan indikator PP akhir titrasi adalah perubahan larutan menjadi merah muda permanen (dari asam ke basa) atau jika digunakan indikator MR larutan berubah menjadi kuning Buat titrasi untuk blanko (tanpa sampel)

Metode Kjeldahl 3. Tahap titrasi Jika larutan asam penampung yang digunakan HCl, sisa asam klorida yang tidak bereaksi dengan amonia (membentuk NH4Cl) dititrasi dengan NaOH Jika digunakan indikator PP akhir titrasi adalah perubahan larutan menjadi merah muda permanen (dari asam ke basa) atau jika digunakan indikator MR larutan berubah menjadi kuning Buat titrasi untuk blanko (tanpa sampel)

Metode Kjeldahl 3. Tahap titrasi Jika larutan penampung adalah asam borat/hbo3 (asam lemah), banyaknya asam borat yang bereaksi dengan amonia dapat diketahui dengan titrasi dengan HCl 0.1N dengan indikator MR+BCG HCl akan mentitrasi amonium-borat menjadi amonium klorida sehingga pada akhir titrasi terjadi kelebihan HCl/asam kuat Akhir titrasi ditandai dengan perubahan larutan dari biru/hijau menjadi merah muda

Metode Kjeldahl

Metode Kjeldahl Perhitungan % N= ml NaOH (blanko-sampel) X N NaOH X 14.008 X 100% berat sampel (g) X 1000 Kadar protein : % N x faktor konversi

Metode Kjeldahl

Metode Biuret Pengukuran jumlah ikatan peptida dalam protein Semakin tinggi kadar protein bahan, jumlah ikatan peptida semakin banyak Prinsip analisis: bahan yang mengandung ikatan peptida dua atau lebih membentuk kompleks berwarna ungu dengan ion Cu2+/kupri pada kondisi alkali

Metode Biuret Keunggulan Pengukuran kadar protein (direct method) Mendeteksi ikatan peptida protein (spesifik) Tidak mendeteksi nitrogen dr senyawa non peptida Sederhana, cepat, murah Tahapan analisis: Pembuatan kurva standart, preparasi, penetapan sampel dg spektrofotometer, perhitungan

Metode Biuret Keunggulan Pengukuran kadar protein (direct method) Mendeteksi ikatan peptida protein (spesifik) Tidak mendeteksi nitrogen dr senyawa non peptida Sederhana, cepat, murah

Metode Biuret Pembuatan kurva standar Buat larutan standar BSA atau kasein dalam air dengan konsentrasi 0.5 mg/ml. Masukkan ke dalam tabung reaksi 0 (blanko), 0.1, 0.2, 0.4, 0.6, 0.8. dan 1.0 ml larutan protein standar. Tambahkan air sampai volume total masing2 sebanyak 4 ml. Tambahkan 6 ml pereaksi Biuret ke dalam masing2 tabung reaksi. Campur rata. Simpan tabung pada suhu 37 C selama 10 menit atau pada suhu kamar selama 30 menit sampai terbentuk warna ungu yang sempurna. Ukur absorbansi pada panjang gelombang 520 nm.

Metode Biuret Preparasi sampel Timbang sampel padat. Hancurkan sampel padat dengan menggunakan waring blender. Hancuran yang diperoleh disaring lalu disentrifugasi. Supernatandidekantasi untuk dipergunakan selanjutnya (protein yang terdapat dalam supernatan adalah soluble protein). Sampel cair yang berupa protein konsentrat, isolat yang tidak keruh, maka persiapan sampel cukup dengan pengenceran saja. Jika cairannya keruh atau mengandung bahan-bahan yang menganggu seperti glukosa maka harus dilakukan perlakuan sebagai berikut:

Metode Biuret Timbang ekstrak. Ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi seperti pada waktu penetapan standar, kemudian tambahkan air sampai volume total masing-masing 1 ml. Tambahkan 1 ml TCA (Tri Chloroacetic Acid) 10% pada masingmasing tabung reaksi sehingga protein akan terdenaturasi. Sentrifusa pada 3000 rpm selama 10 menit sampai protein yang terdenaturasi mengendap, supernatan dibuang dengan cara dekantasi.

Metode Biuret Ke dalam endapan tambahkan 2 ml etil eter, campur merata lalu sentrifusa kembali untuk menghilangkan residu TCA. Biarkan mengering pada suhu kamar. Ke dalam endapan kering ditambahkan air 4 ml, campur merata. Tambahkan 6 ml pereaksi biuret, alkali dalam pereaksi ini akan melarutkan endapan yang tersisa 0.1-1.0 ml sampel (dipipet tepat) dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian diperlakukan seperti penetapan standar

Studi Kasus 1. Jelaskan bagaimana kecernaan protein untuk produk dendeng dan tauge! 2. Hitung nilai PER terkoreksi dari bahan XY jika diketahui PER kasein teranalisis 2,35. Perubahan berat badan tikus rata-rata dari 213 g menjadi 249 g selama masa pemeliharaan 30 hari dengan asupan pakan XY. Rerata jumlah konsumsi pakan 19.5 gr/hari dan kadar protein bahan XY adalah 76%. 3. Jelaskan arti nilai PER dari soal no 2 tersebut! 4. Tentukan nilai NPR soal no. 2 jika diketahui pada kelompok kontrol terjadi penurunan BB tikus sebanyak 5 gr selama masa pemeliharaan!

Studi Kasus 5. Jika berat sampel susu bubuk yang digunakan 1.49 g dalam analisis protein (kjeldahl) dan jumlah larutan NaOH (0.9 N) yang dibutuhkan untuk titrasi sampel adalah 0.28 ml dan untuk blanko 40.56 ml, berapa kadar protein sampel? 6. Konsentrat protein kacang tunggak sebanyak 0,5 g dilarutkan dalam 10 ml akuades. Kemudian 1 ml larutan sampel tersebut diencerkan menjadi 100 ml. Sebanyak 1 ml sampel digunakan untuk penetapan protein dengan metode Biuret. Jika absorbansi adalah 1,08 berapa kadar proten dalam konsentrat tersebut (%b/b)?

Studi Kasus Tabel absorbansi (soal no 6) sebagai berikut Volume (ml) 7. Jelaskan prinsip analisis protein metode lowry dan titrasi formol! A 0 0.01 0.1 0.23 0.2 0.47 0.4 0.62 0.6 0.85 0.8 1.06 1.0 1.28