PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN KERJA SAMA INTERNASIONAL TRIWULAN I 2002

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

Analisis Perkembangan Industri

Kondisi Perekonomian Indonesia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

Tinjauan Terkini TINJAUAN UMUM: HINGGA SEPTEMBER Daftar Isi. Tinjauan Umum Hingga September 2010 Pemulihan Ekspor Indonesia

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

1. Tinjauan Umum

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

Economic and Market Watch. (February, 9 th, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

LAPORAN MINGGUAN KONDISI EKONOMI MAKRO & SEKTOR KEUANGAN 30 April-4 Mei 2012

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG

Fundamental forex adalah metode analisa yang menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian -

PRUlink Quarterly Newsletter

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN KERJA SAMA INTERNASIONAL TRIWULAN II 2002

LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2016 Q2

Prospek Ekonomi Global dan Domestik 2017: Peluang dan Tantangan

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

SURVEI PERSEPSI PASAR

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

4. Outlook Perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

SURVEI PERSEPSI PASAR

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

MARKET OUTLOOK Pengaruh Pengurangan Stimulus The Fed Pada Ekonomi Global

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001

Surplus Neraca Perdagangan September 2010 Melonjak 68 Persen Mencapai US$ 2,5 Miliar

Pertumbuhan Ekonomi Dunia, (dalam persen)

3. Analisis Eksternal

BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN III/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

Juni 2017 RESEARCH TEAM

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

PROSPEK EKONOMI INDONESIA 2014

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

Transkripsi:

PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN KERJA SAMA INTERNASIONAL TRIWULAN I 2002 Perkembangan Ekonomi Dunia Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas Perkembangan Kerja Sama Internasional Artikel DIREKTORAT RISET EKONOMI DAN KEBIJAKAN MONETER BANK INDONESIA

PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN KERJA SAMA INTERNASIONAL TRIWULAN I 2002 Perkembangan Ekonomi Dunia Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas Perkembangan Kerja Sama Internasional Artikel Bagian Studi Ekonomi dan Lembaga Internasional Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia i

Tulisan dalam Tinjauan Triwulanan Perkembangan Ekonomi, Keuangan, dan Kerja Sama Internasional ini bersumber dari berbagai publikasi dan pendapat pribadi para penulis dan bukan merupakan pendapat dan kebijakan Bank Indonesia. Pengutipan diizinkan dengan menyebutkan sumbernya. Redaksi sangat mengharapkan komentar, saran, dan kritik demi perbaikan terbitan ini. Redaksi juga mengharapkan sumbangan artikel, karangan, atau laporan untuk dapat dimuat dalam terbitan ini. Alamat Redaksi: Bagian Studi Ekonomi dan Lembaga Internasional Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Gedung B, Lantai 20 Jalan M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10110 Telepon: (021) 381-8227, 381-7335, 381-8250 ; Faksimili: (021) 345-2917; E-mail: difi@bi.go.id ii

Pengantar Redaksi Perekonomian global dalam triwulan I 2002 mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang ditandai oleh membaiknya kondisi dua kekuatan ekonomi dunia yaitu ekonomi Amerika Serikat dan negara-negara Euro. Kombinasi antara kebijakan moneter dan fiskal yang sangat ekspansif serta rendahnya harga minyak dunia sepanjang tahun 2001 telah memberikan stimulus terhadap bangkitnya ekonomi Amerika Serikat. Sementara itu, bangkitnya kembali perekonomian Amerika Serikat telah membantu pulihnya kondisi ekonomi Euro antara lain melalui pangsa ekspor Euro di Amerika Serikat. Sementara itu, ditengah membaiknya kinerja ekonomi di Amerika Serikat dan Euro, kondisi ekonomi Jepang masih dihadapkan ketidakpastian menyusul kontraksi yang terjadi pada tiga triwulan terakhir tahun 2001. Kendati perekonomian Jepang pada tahun 2001 masih tumbuh positif sebesar 0,4%, namun kontraksi yang mulai terjadi sejak triwulan II 2001 terus meningkat hingga triwulan IV 2001 dan diperkirakan akan terus berlangsung hingga triwulan I 2002. Sejalan dengan membaiknya ekonomi Amerika Serikat dan Euro, perekonomian negaranegara di Asia dan Amerika Latin juga memperlihatkan kondisi yang semakin membaik, kecuali Argentina. Di negara-negara Asia terutama yang terkena imbas oleh melemahnya perekonomian global, indikasi pemulihan semakin terlihat terutama pada sektor industri elektronik yang mengalami rebound, yang ditunjang oleh kebijakan moneter dan fiskal yang longgar. Sementara itu, perekonomian di negara-negara Amerika Latin, khususnya Meksiko, Brazil dan Chili juga menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang disebabkan oleh meningkatnya ekspor negara tersebut ke Amerika Serikat selama dua bulan pertama tahun 2002. Dapat ditambahkan bahwa sebagian besar ekspor Meksiko, Brazil dan Chile ditujukan ke Amerika Serikat. Berbeda dengan negara-negara Amerika Latin lainnya, kontraksi yang terjadi di Argentina pada triwulan IV 2001 diperkirakan akan terus berlanjut hingga triwulan I 2002. Perubahan kepemimpinan yang terjadi pada bulan Januari 2002 yang mendevaluasi mata uang peso sebesar 29% dan mengakhiri sistem Currency Board System (CBS) telah menimbulkan ketidakpastian terhadap perekonomian Argentina. Selanjutnya Bab II akan membahas dampak perkembangan ekonomi dan kebijakan ekonomi terhadap pasar uang, pasar valuta asing, pasar saham dan pasar obligasi. Selain itu, v

Bab II juga mengulas perkembangan harga komoditas internasional terutama minyak dan emas. Mulai pulihnya perekonomian dunia yang ditopang oleh kebijakan moneter dan fiskal yang ekspansif yang diterapkan sebelumnya di berbagai negara telah menyebabkan stance kebijakan moneter dan fiskal di berbagai negara bergeser dari longgar menjadi lebih netral. Namun, pelaku pasar ternyata memberikan reaksi yang berlainan di berbagai negara terhadap pergeseran stance kebijakan tersebut. Dalam Bab III, dibahas hasil sidang pada berbagai lembaga dan fora regional dan internasional. Sepanjang triwulan I 2002, Indonesia telah menghadiri berbagai forum internasional mengenai kerja sama ekonomi, moneter, dan keuangan internasional; kerja sama pembangunan ekonomi regional/internasional; dan integrasi perekonomian dan perdagangan internasional. Kerja sama ekonomi, moneter, dan keuangan internasional dalam periode tersebut telah dibahas dalam forum SEACEN dan EMEAP. Kerja sama pembangunan ekonomi regional/ internasional dibahas dalam Konferensi Financing for Development. Sementara integrasi perekonomian dan perdagangan internasional dibahas dalam forum APEC Economic Committee dan G-15 Expert Group. Bab terakhir (Bab IV) menyajikan beberapa artikel yang berjudul Fostering Sustained Growth, Melemahnya Yen Serta Dampaknya Terhadap Ekonomi Asia, dan Tinjauan Umum Dampak the New Basel Accord Terhadap Perekonomian. Dalam kesempatan ini tim penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak khususnya rekan-rekan di Bagian Studi Ekonomi dan Lembaga Internasional, Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter-Bank Indonesia, mahasiswi dari Universitas Sam Ratulangi Menado, Sdri. Christine Henny Lydia Pepah dan Sdri. Indira Maya Kader, dan Direktorat Luar Negeri serta satuan kerja lain yang telah membantu dan berperan serta dalam penyusunan laporan PEKKI triwulan I 2002. Tim Penyusun vi

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA PENDAHULUAN Lesunya perekonomian dunia yang terjadi sejak pertengahan tahun 2000 mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Perkembangan ini ditandai dengan mulai membaiknya kondisi dua kekuatan ekonomi dunia yaitu ekonomi Amerika Serikat dan negara-negara Euro. Sejalan dengan membaiknya ekonomi Amerika Serikat, perekonomian negara-negara Amerika Latin kecuali Argentina dan beberapa negara Asia juga semakin memperlihatkan kondisi yang membaik. Sinyal membaiknya perekonomian dunia juga ditandai oleh menguatnya kembali harga saham dan komoditas dalam skala global. Sementara itu, di tengah membaiknya kinerja ekonomi di berbagai kawasan, kondisi ekonomi Jepang masih dihadapkan ketidakpastian menyusul kontraksi ekonomi yang terjadi pada triwulan IV 2001. Mulai terlihatnya indikasi pemulihan ekonomi dunia pada triwulan laporan terutama merupakan dampak positif dari ditempuhnya kebijakan moneter dan fiskal yang sangat ekspansif di berbagai kawasan terutama di Amerika Serikat dan beberapa negara industri baru di Asia. Ruang gerak bagi ekspansi kebijakan makroekonomi tersebut semakin terbuka karena beberapa indikator memperlihatkan kondisi yang kondusif seperti, inflasi yang rendah, posisi fiskal yang kuat, serta berkurangnya tingkat kerentanan (vulnerability). Kondisi tersebut telah memungkinkan otoritas moneter dan fiskal melakukan respon terhadap situasi yang sangat sulit khususnya paska tragedi 11 September 2001. Pada tahun 2001, perekonomian dunia tumbuh sebesar 2,5%, dimana negara-negara maju sebagai penyumbang utama mengalami pertumbuhan sebesar 1,1%. Sementara itu, negara-negara berkembang mengalami pertumbuhan sebesar 4,0%. Selanjutnya, pada tahun 2002 perekonomian dunia diperkirakan akan terus membaik dengan tumbuh sekitar 2,7%. Dalam hal ini, negara-negara industri maju diperkirakan akan tumbuh sekitar 1,4%, sementara negaranegara berkembang diperkirakan akan tumbuh sekitar 4,3%. Di negara-negara industri maju, kebijakan moneter dan fiskal diperkirakan masih akan diarahkan guna mempertahankan kesinambungan pemulihan ekonomi. Perkembangan Ekonomi Dunia 1

Kendati mulai memperlihatkan Pertumbuhan Ekonomi Dunia perbaikan, po- tensi risiko (downside risk) Proyeksi 1999 2000 2001 2002 2003 yang dihadapi perekonomian dunia masih tetap perlu Output Dunia 3,6 4,7 2,5 2,7 4,1 Negara Industri Maju Jepang Perancis Inggris 3,0 0,8 3,0 2,3 3,5 2,2 3,4 3,0 1,1 0,4 2,0 2,4 1,4 1,0 1,3 2,0 2,8 0,8 3,0 2,8 Amerika Serikat Jerman Italia Kanada 4,1 1,8 1,6 5,1 4,1 3,0 2,9 4,4 1,2 0,6 1,8 1,5 2,3 0,7 1,2 2,0 3,4 2,7 2,8 3,8 diwaspadai 1. Pertama, masih terjadinya ketimpangan (economic imbalance) dalam perekonomian global yang Negara Berkembang 3,9 5,7 4,0 4,3 5,7 terutama ditandai dengan Afrika 2,5 2,9 3,7 3,4 4,2 Asia 6,1 6,7 5,6 5,8 6,6 masih tingginya defisit transaksi China 7,1 8,0 7,3 7,0 7,8 Laju Inflasi India Negara Maju 6,8 1,4 5,4 2,3 4,1 2,2 5,1 1,2 5,5 1,8 ASEAN-4 Negara Berkembang 2,8 6,8 5,0 6,1 2,5 5,7 3,1 5,7 4,4 4,6 berjalan dan rendahnya saving rate di Amerika Serikat, nilai tukar US dollar Volume Perdagangan Dunia 5,3 12,4 0,3 2,1 6,6 yang overvalue dan nilai Impor Negara Berkembang 2,1 15,9 3,2 6,0 7,9 Negara Maju Ekspor 7,7 11,6-1,1 1,9 6,4 tukar euro yang undervalue, serta tingginya tingkat utang Negara Maju 5,0 11,7-1,1 0,6 6,2 Negara Berkembang 4,6 15,2 3,0 4,4 7,0 rumah tangga dan korporasi Sumber : World Economic Outlook (Maret 2002) di sejumlah negara. Dengan mulai pulihnya ekonomi Amerika Serikat, kondisi ketimpangan tersebut dalam jangka pendek diperkirakan akan semakin melebar. Oleh karena itu, diperlukan berbagai langkah struktural dan kerjasama internasional guna mengatasi ketimpangan tersebut sehingga dapat mempertahankan kesinambungan pemulihan ekonomi global. Kedua, menyusul terjadinya rebound sejak akhir tahun 2001, harga saham secara global memperlihatkan kembali gejala ke arah overpricing atau dihargai terlalu tinggi sebagai akibat terjadinya ekspektasi yang berlebihan terhadap kemungkinan peningkatan laba yang diraih perusahaan-perusahaan di sejumlah negara. Apabila realisasi perolehan laba perusahaanperusahaan tersebut mengecewakan, maka sangat besar kemungkinan terjadi kemerosotan kepercayaan di pasar keuangan yang sangat tajam, yang pada gilirannya akan kembali menimbulkan negative wealth effect secara mendadak. Hal ini karena di negara-negara industri, harga asset khususnya harga saham semakin berperan penting sebagai determinan pengeluaran 1 Lihat World Economic Outlook Maret 2002. 2 Perkembangan Ekonomi Dunia

konsumsi. Di sejumlah negara maju, perkembangan harga saham tersebut semakin memegang peranan penting dalam perumusan kebijakan makroekonomi. Ketiga, risiko regional dan global yang timbul karena dampak negatif (adverse effect) dari kesulitan ekonomi yang masih dihadapi Jepang dan Argentina, meskipun masing-masing tengah menghadapi permasalahan ekonomi yang berbeda. Melemahnya yen secara berkelanjutan sebagai respon terhadap resesi ekonomi yang dihadapi Jepang semakin mengurangi daya saing produk beberapa negara industri baru di Asia. Pada triwulan laporan, perekonomian Amerika Serikat sebagai lokomotif ekonomi dunia mulai memperlihatkan indikasi pemulihan yang lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Hal ini terlihat dari semakin menguatnya kepercayaan dunia usaha dan konsumen (business and consumer confidence) serta pasar modal, meningkatnya konsumsi rumah tangga secara signifikan, meningkatnya kembali penyerapan tenaga kerja, serta semakin stabilnya kinerja produksi industri sektor manufaktur. Kombinasi antara kebijakan moneter dan fiskal yang sangat ekspansif serta rendahnya harga minyak dunia sepanjang tahun 2001 telah memberikan stimulus terhadap bangkitnya ekonomi Amerika Serikat tersebut. Sebagaimana diketahui, kebijakan moneter yang ekspansif tersebut ditempuh dengan penurunan suku bunga Fed Fund oleh Federal Reserve sepanjang tahun 2001 dari 6.5% menjadi 1.75%. Sedangkan, kebijakan fiskal yang ekspansif ditempuh antara lain melalui penurunan pajak. Meskipun berbagai indikator dalam perekonomian Amerika Serikat mulai membaik, kewaspadaan masih diperlukan terhadap kemungkinan timbulnya beberapa risiko yang dapat membuat proses pemulihan ekonomi Amerika Serikat terganggu (unsustainable). Hal ini terutama apabila perolehan laba perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat tidak setinggi dari yang diharapkan, ekses kapasitas produksi yang dapat menimbulkan hambatan terhadap peningkatan investasi, serta kesinambungan peningkatan harga saham tidak dapat dipertahankan. Menyikapi kondisi ekonomi seperti itu, Federal Reserve diperkirakan akan tetap menempuh kebijakan moneter yang cenderung netral sampai terlihat perbaikan kondisi ekonomi cukup sustainable. Sementara itu, kebijakan fiskal dipekirakan akan lebih dititik beratkan pada upaya untuk mencapai keseimbangan fiskal dalam jangka menengah dan mengatasi tekanantekanan yang berasal dari sistem jaminan sosial. Di kawasan Euro, tanda-tanda perbaikan ekonomi terlihat dari tingkat kepercayaan dunia usaha yang mulai menguat dan produksi sektor industri yang mulai memperlihatkan Perkembangan Ekonomi Dunia 3

peningkatan. Pada triwulan I 2002 pertumbuhan ekonomi kawasan Euro meningkat sebesar 0,7%, jauh lebih baik apabila dibandingkan dengan kontraksi sebesar 0,2% yang terjadi pada triwulan sebelumnya. Menyikapi perkembangan situasi ekonomi terakhir, stance kebijakan moneter bank sentral Eropa (ECB) dalam beberapa bulan mendatang diperkirakan akan tetap neutral bias dengan tetap mempertahankan suku bunga pada tingkat 3,25% sementara menunggu arah perkembangan ekonomi selanjutnya. Di sisi fiskal, negara-negara yang mengalami defisit diperkirakan akan berupaya untuk memperkuat posisi fiskal pada saat pemulihan ekonomi semakin kuat. Hal ini ditempuh guna menyediakan ruang gerak agar proses automomatic stabilizer dapat berfungsi ketika perekonomian kembali mengalami perlambatan. Berbeda dengan membaiknya kondisi perekonomian di dua kekuatan ekonomi dunia di atas, kinerja perekonomian Jepang justru semakin terpuruk, menyusul kontraksi sebesar 2,2% pada triwulan IV 2001, yang ditandai dengan semakin melemahnya tingkat kepercayaan dan memburuknya kondisi sektor perbankan. Kemajuan restrukturisasi sektor perbankan dan perusahaan tetap menjadi kunci utama bagi pemulihan kepercayaan dan terciptanya prospek pertumbuhan ekonomi Jepang yang sustainable. Dalam skala makro, kemerosotan ekonomi Jepang disebabkan oleh masih lemahnya permintaan baik domestik maupun eksternal. Melemahnya permintaan domestik tersebut antara lain tercermin dari perkembangan retail sales yang mengalami kontraksi dalam kurun waktu satu tahun terakhir, dimana kontraksi terbesar terjadi pada bulan Februari 2002 sebesar 6,8%. Melemahnya permintaan domestik tercermin pula pada kecenderungan deflasi yang hingga kini masih terus berlangsung. Kondisi ini tidak mendorong sektor produksi untuk meningkatkan produksinya. Disisi lain, kemerosotan ekonomi Jepang juga diakibatkan oleh melemahnya permintaan dunia terhadap produk Jepang, yang pada gilirannya mengakibatkan penurunan surplus neraca perdagangan Jepang secara terus menerus dalam dua tahun terakhir. Mulai membaiknya kondisi ekonomi di negara-negara industri maju berperan besar dalam menopang kegiatan ekonomi di negara-negara berkembang, sejalan dengan berbagai langkah yang terus ditempuh guna memperkuat struktur fundamental ekonomi, mengurangi kerentanan terhadap kejutan (shock), serta meningkatkan produktivitas. Tanda-tanda pemulihan ekonomi semakin tampak di beberapa negara Asia, seperti Cina, Korea Selatan dan beberapa negara ASEAN. Selain itu, beberapa negara di kawasan Amerika Latin seperti Chili, Brazil dan Meksiko juga menunjukkan perkembangan positif. Demikian pula dengan Rusia, Australia dan Selandia Baru yang memperlihatkan kinerja ekonomi yang mulai membaik. 4 Perkembangan Ekonomi Dunia

Di negara-negara Asia terutama yang terkena imbas oleh melemahnya perekonomian global kecuali Cina dan India, indikasi pemulihan ekonomi semakin terlihat terutama pada sektor industri elektronik yang mengalami rebound, yang ditopang dengan kebijakan moneter dan fiskal cukup longgar di sejumlah negara. Hal yang paling menonjol dari kondisi perekonomian Asia adalah semakin pesatnya pertumbuhan ekonomi Cina yang mengalami pertumbuhan spektakuler yakni sebesar 7,5% pada triwulan laporan, menyusul ekspansi sebesar 6,6% pada triwulan IV 2001. Kendati demikian, kekhawatiran mulai merebak di dalam negeri Cina sehubungan dengan masuknya Cina menjadi anggota organisasi perdagangan dunia (World Trade Organization) yang diperkirakan akan meningkatkan jumlah pengangguran karena meningkatnya tuntutan efisiensi, yang pada gilirannya akan berdampak pada rendahnya pengeluaran konsumen. Sementara itu, sejalan dengan mulai membaiknya perekonomian Amerika Serikat sebagai tujuan utama ekspor, sejumlah negara Amerika Latin juga menunjukkan perbaikan, kecuali ekonomi Argentina yang pada tahun 2002 diperkirakan masih akan mengalami kontraksi. Dampak penularan (contagion effect) akibat krisis ekonomi yang mengguncang Argentina terhadap perekonomian negara-negara di kawasan Amerika Latin dan kawasan lainnya dalam kenyataannya sangat terbatas. Perekonomian Meksiko dan Brazil yang memiliki hubungan perdagangan yang sangat erat dengan Amerika Serikat memperlihatkan kinerja mulai membaik. Pada tahun 2002, perekonomian Meksiko dan Brazil masing-masing diperkirakan tumbuh sebesar 1,7% dan 2,5%. Sedangkan perekonomian Argentina diperkirakan masih akan mengalami kontraksi sebesar 8,4%, setelah berturut-turut mengalami kontraksi sebesar 0,8% dan 3,7% pada tahun 2000 dan 2001. Dalam pada itu, perekonomian di negara-negara Oceania khususnya perekonomian Australia dan Selandia Baru juga memperlihatkan perbaikan melalui pertumbuhan yang sama sebesar 2,4%. Membaiknya perekonomian Australia pada triwulan laporan terutama sebagai akibat meningkatnya permintaan domestik yang ditopang oleh tingkat suku bunga yang sangat rendah. PERKONOMIAN NEGARA-NEGARA INDUSTRI MAJU Amerika Serikat Perekonomian Amerika Serikat (AS) pada triwulan pertama tahun 2002 diperkirakan tumbuh sebesar 5,0% (q-o-q), pertumbuhan tertinggi selama dua tahun terakhir. Pertumbuhan Perkembangan Ekonomi Dunia 5

ekonomi tersebut meningkat lebih pesat Grafik PDB, Inflasi dan Tingkat Pengangguran AS (%) dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV 2001 yang mencapai 1,7% (q-o-q). Hal 10 tersebut didukung oleh kebijakan moneter 8 dan fiskal yang ekspansif, yang mendorong 6 pengeluaran konsumsi masya- 4 2 0-2 rakat, investasi, dan ekspor. Peningkatan kegiatan investasi ini terlihat terutama di sektor manufaktur dan pendukungnya. PDB Inflasi Tingkat Pengangguran Fenomena ini di dukung pula oleh penurunan inventory yang lebih kecil yang mengindikasikan pulihnya aktivitas bisnis setelah pada triwulan IV 2001 mengalami stagnasi. Pada triwulan II 2002, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan tetap tumbuh tinggi sebesar 5,0% (q-o-q). Walaupun dalam triwulan III dan IV 2002 laju pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan, pengeluaran konsumen diharapkan masih akan meningkat pada paruh kedua tahun 2002 seiring dengan meningkatnya lapangan pekerjaan dan pendapatan masyarakat. PDB, Inflasi, Tingkat Pengangguran Laju inflasi - Indeks Harga Konsumen (IHK)- pada triwulan I 2002 diperkirakan mencapai 1,3% (y-o-y), lebih rendah dibanding inflasi pada triwulan IV 2001 yang naik sebesar 1,9% (y-o-y). Inflasi ini merupakan terkecil sejak tahun 1986. Untuk tahun 2003, inflasi -IHKdiprakirakan akan mengalami kenaikan sebesar 2,5%. Sementara itu, indeks Grafik Perkembangan Indeks PMI di AS (%) harga produsen diperkirakan akan meningkat sebesar 0,7% (m-o-m) di bulan 70 60 Maret 2002 melesat tajam dibandingkan 50 bulan Desember 2001 yang mengalami 40 deflasi sebesar 0,6% (m-o-m). Peningkatan harga pada bulan Maret tersebut 30 20 terutama dipengaruhi oleh melonjaknya 10 0 harga minyak mentah seiring dengan situasi yang memanas antara Palestina dengan Israel. Selain itu, peningkatan Jun-90 Jun-90 Apr-91 Mar-91 Feb-92 Des-91 Des-92 Sep-92 Jun-93 Okt-93 Mar-94 Ags-94 Des-94 Jun-95 Sep-95 Apr-96 Jun-96 Feb-97 Mar-97 Des-97 Des-97 Sep-98 Okt-98 Jun-99 Ags-99 Mar-00 Jun-00 Des-00 Apr-01 Sep-01 Feb-02 6 Perkembangan Ekonomi Dunia

harga juga dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas dan perkiraan menguatnya permintaan. Pengeluaran masyarakat pada triwulan I 2002 terlihat meningkat cukup tajam dibandingkan triwulan sebelumnya, meskipun kembali menunjukkan penurunan terutama menjelang akhir bulan Maret 2002 akibat naiknya harga minyak mentah dunia dan perkiraan naiknya suku bunga seiring dengan menguatnya tekanan inflasi. Namun demikian pengeluaran konsumsi masyarakat yang merupakan dua pertiga dari perekonomian Amerika Serikat diharapkan masih akan cukup baik seiring dengan tetap tingginya keyakinan akan pemulihan ekonomi Amerika Serikat mulai triwulan I 2002. Di sisi tenaga kerja, kondisi pada bulan Maret 2002 masih belum menggembirakan karena tingkat pengangguran masih mencapai level 5,7% dari jumlah angkatan kerja atau tidak berubah dibandingkan bulan Desember 2001. Kondisi ini diperkirakan berada pada posisi yang sama pada bulan April sampai Juni 2002 dan selanjutnya akan membaik dalam bulanbulan berikutnya. Di sisi eksternal, posisi neraca berjalan Amerika Serikat untuk tahun 2002 diperkirakan masih mengalami defisit sebesar 4,0%, sedikit lebih baik dari tahun 2001 yang mengalami defisit sebesar 4,1%. Meskipun ekonomi dunia yang mulai membaik pada triwulan I 2002 akan mendorong peningkatan ekspor Amerika Serikat, di sisi lain impor di Amerika juga akan meningkat tajam. Pola ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga tahun 2003. Jika kondisi ini menjadi kenyataan, maka diperkirakan defisit neraca berjalan mencapai US$ 413 miliar pada tahun 2002 (sama dengan level pada tahun 2001) dan terus meningkat menjadi US$ 477 miliar pada tahun 2003 (4,2% dari nilai PDB). Dengan memperhatikan recovery ekonomi yang masih berlangsung, dan 5 0-5 -10-15 -20-25 -30-35 -40 Persen Jan-92 7.5 7.0 6.5 6.0 5.5 5.0 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 Sep-92 4/30/1999 Mei-93 Grafik Neraca Perdagangan AS Jan-94 Sep-94 Mei-95 Jan-96 Sep-96 Mei-97 Jan-98 Sep-98 Mei-99 Grafik Suku Bunga Fed Fund April 1999 - Maret 2002 Fed Fund Effective 6/30/1999 8/31/1999 29/10/99 12/31/1999 2/29/2000 4/28/2000 Fed Fund Target 6/30/2000 8/31/2000 10/31/2000 12/30/2000 2/28/2001 30/04/01 29/06/01 Jan-00 31/08/01 Sep-00 31/10/01 Mei-01 31/12/01 Jan-02 28/02/02 Perkembangan Ekonomi Dunia 7

diwarnai oleh angka pengangguran yang masih tinggi, maka hingga pertengahan tahun 2002 ini diperkirakan Fed Res masih belum menaikkan suku bunga Fed Fund yang saat ini mencapai 1,75%. Fed Res diperkirakan akan mempertimbangkan kenaikan Fed Fund sebesar 25 bp pada FOMC tanggal 27 Juni 2002 mendatang untuk mencegah perekonomian mengalami overheating. Eropa Barat Negara-negara Euro Pada triwulan laporan, kinerja ekonomi negara-negara yang tergabung dalam Euro mulai menunjukkan perbaikan ditandai oleh ekspansi sebesar 0,7%, setelah kontraksi sebesar -0.2% pada triwulan IV 2001. Membaiknya kondisi ekonomi Euro tidak terlepas dari bangkitnya kembali perekonomian Amerika Serikat, yang pada dasarnya merupakan negara tujuan ekspor utama sebagian besar negara-negara Euro, yaitu menyerap sekitar seperlima ekspor Euro. Tanda-tanda perbaikan ekonomi terlihat dari kepercayaan dunia usaha dan konsumen yang menguat, yang salah satunya tercermin dari peningkatan German IFO index secara berturutturut dalam empat bulan sejak Desember 2001. Secara keseluruhan tahun 2002 perekonomian Euro diperkirakan tumbuh sebesar 1,2%, lebih rendah dibanding tahun 2001 yang tumbuh sebesar 1,5%. Pada tahun 2003 perekonomian diperkirakan akan mengalami percepatan dengan laju pertumbuhan sekitar 2,3%. Membaiknya perekonomian Euro terutama pada pertengahan tahun 2002 ditopang oleh kebijakan moneter yang longgar dan kondisi eksternal yang menguntungan. Meskipun stimulus kebijakan moneter dalam perekonomian Euro tidak sebesar perekonomian Amerika Serikat, perekonomian Euro secara umum menghadapi ketimpangan makroekonomi yang lebih ringan sehingga risiko yang dapat mengganjal proses pemulihan ekonomi yang sustainable diperkirakan relatif akan lebih kecil. Sementara itu tingkat profitabilitas perusahaan-perusahaan di Euro relatif lebih kuat dibandingkan di Amerika Serikat, yang pada gilirannya diperkirakan akan menjadi penopang bangkitnya kembali kegiatan investasi. Kendati demikian, beberapa risiko diperkirakan berpotensi menghadang proses pemulihan ekonomi seperti, kemungkinan tertundanya kebangkitan ekonomi Jerman, serta berbagai kelemahan struktural terutama di pasar tenaga kerja. Sementara itu tekanan laju inflasi tampak masih cukup kuat. Dalam tiga bulan pertama tahun 2002, laju inflasi masih tetap bergerak di atas ceiling rate yang ditetapkan bank sentral 8 Perkembangan Ekonomi Dunia

Eropa sebesar 2,0% (y-o-y). Pada Grafik bulan Januari 2002 laju inflasi PDB, Inflasi dan Tingkat Pengangguran Kawasan Euro (%) mencapai 2,7% (m-o-m), yang 4.5 12 4 merupakan level tertinggi sejak 10 3.5 bulan Juni 2001. Tingginya laju 3 8 2.5 inflasi tersebut terutama disumbang oleh meningkatnya pajak, 6 2 1.5 4 1 0.5 0 2 0 harga makanan, serta harga barang dan jasa yang terkait dengan pemanfaatan momentum PDB Inflasi Tingkat pengangguran pengenalan penggunaan uang kertas Euro, seperti harga makanan di restoran dan tiket bioskop. Pada bulan Februari 2002, inflasi mengalami penurunan menjadi 2,4%, dan selanjutnya meningkat kembali mencapai 2,5% pada bulan Maret 2002, sebagai akibat melonjaknya harga minyak sebesar 38%. Secara keseluruhan, laju inflasi diperkirakan akan mencapai 1,5% (y-o-y) pada tahun 2001 dan akan menurun menjadi 1,2% (y-o-y) pada tahun 2002. Menyikapi kegiatan ekonomi yang mulai membaik dan tekanan laju infalsi yang masih kuat, bank sentral Eropa (ECB) diperkirakan akan tetap mempertahankan tingkat suku bunga pada tingkat 3,25% dalam triwulan II 2002. Peningkatan suku bunga diperkirakan akan terjadi apabila harga minyak terus melambung. PDB, Inflasi Sep-96 Mar-97 Sep-97 Mar-98 Sep-98 Mar-99 Sep-99 Mar-00 Sep-00 Mar-01 Sep-01 Mar-02 Perekonomian Jerman pada tahun 2001 mengalami ekspansi sebesar 0,6%, yang merupakan pertumbuhan ekonomi terendah sejak tahun 1993. Pada tahun 2002, perekonomian diperkirakan akan tetap melaju lambat pada tingkat sekitar 0,75%. Pemulihan ekonomi diharapkan akan terjadi mulai semester kedua tahun 2002, sehingga dapat mendorong kegiatan ekonomi pada tahun 2003 yang diperkirakan akan tumbuh 2,2%. Salah satu penyebab lambatnya pertumbuhan ekonomi tahun 2002 ini adalah merosotnya manufacturing order yang dipicu oleh lemahnya permintaan factory dan demand goods. Sementara itu, laju inflasi di Jerman pada bulan Januari 2002 memperlihatkan tekanan, mencapai 2,2% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan bulan Desember 2001 yang mencapai 1,5% (y-o-y). Tekanan inflasi tersebut terutama bersumber dari kondisi cuaca yang mempengaruhi harga buah dan sayur. Untuk tahun 2003, tingkat inflasi diperkirakan akan sedikit mengalami peningkatan menjadi 1,5%. Tingkat Pengangguran Perkembangan Ekonomi Dunia 9

8.00 6.00 4.00 2.00 0.00-2.00-4.00-6.00-8.00 Grafik Produksi di Sektor Industri Kawasan Euro (%) 31/01/02 31/05/01 30/09/00 31/01/00 31/05/99 30/09/98 31/01/98 31/05/97 30/09/96 31/01/96 31/05/95 30/09/94 31/01/94 31/05/93 30/09/92 31/01/92 Tingkat pengangguran di Jerman diperkirakan mengalami penurunan pada bulan Maret 2002, pertama kalinya dalam 15 bulan terakhir. Penurunan tingkat pengangguran disebabkan oleh antisipasi perusahaanperusahaan terhadap kemungkinan pulihnya ekonomi. Jumlah penganggur turun sebanyak 140.000 orang, menjadi 4,16 juta orang. Keyakinan makin menurunnya tingkat pengangguran juga diperkuat dengan semakin membaiknya business confidence di Jerman. Tingginya business confidence ini didorong oleh semakin membaiknya perekonomian Amerika Serikat yang merupakan 10% pasar ekspor Jerman. Perekonomian Perancis pada tahun 2001 hanya tumbuh 2%, selanjutnya untuk tahun 2002 diperkirakan tumbuh sebesar 1,5%, yang merupakan pertumbuhan paling lambat sejak tahun 1996. Sementara itu, pada triwulan I 2002, ekonomi Perancis diperkirakan tumbuh 0,3%, dan pada triwulan II 2002 diperkirakan tumbuh sebesar 0,5%. Sementara itu, pada tahun 2001 laju inflasi mencapai 1,6%. Laju inflasi diperkirakan menurun menjadi 1,4% pada tahun 2002 dan meningkat lagi menjadi 1,8% pada tahun 2003. Di sektor eksternal, setelah mengalami penurunan drastis sejak tahun 1998, neraca perdagangan Perancis pada tahun 2001 mengalami surplus dan diperkirakan akan terus berlanjut. Bahkan untuk periode 2002-2003, surplus tersebut diperkirakan akan meningkat seiring dengan membaiknya terms of trade. Sementara itu, surplus neraca transaksi berjalan diperkirakan akan tetap berlangsung, didukung oleh surplus pendapatan jasa dan investasi. Surplus transaksi berjalan Perancis diperkirakan mengalami kenaikan dari 2% (dari PDB) pada periode 2001-2002, menjadi 2,7% pada tahun 2003. Pada tahun 2002 perekonomian Italia diperkirakan hanya akan tumbuh 1,2%, dan selanjutnya akan meningkat menjadi 2,8% pada tahun 2003. Sedangkan pada tahun 2000 dan 2001, perekenomian Italia tumbuh masing-masing sebesar 2,9% dan 1,8%. Penyebab utama melambatnya pertumbuhan ekonomi pada perode 2001-2002, yaitu lesunya perekonomian 10 Perkembangan Ekonomi Dunia

5 0-5 -10-15 -20-25 -30-35 Grafik Consumer Confidence Kawasan Euro (%) dunia dan lambatnya pertumbuhan investasi akibat belum jelasnya insentif yang diberikan oleh pemerintahan baru. Sementara itu, permintaan domestik tetap ditopang oleh peningkatan konsumsi swasta, akibat naiknya tingkat penyerapan tenaga kerja dan dampak pemotongan pajak oleh pemerintah. Jan-02 May-01 Sep-00 Jan-00 May-99 Sep-98 Jan-98 May-97 Sep-96 Jan-96 May-95 Sep-94 Jan-94 May-93 Sep-92 Jan-92 Pada bulan Maret 2002, laju inflasi Italia mencapai 2,6% (y-o-y) dan 0,2% (m-o-m), meningkat dari 2,5% (y-o-y) pada bulan Februari. Tekanan inflasi terutama bersumber dari melonjaknya harga minyak, harga makanan, serta pengenalan mata uang Euro. Kendati demikian, untuk keseluruhan tahun 2002 laju inflasi diperkirakan akan mencapai 2,1%, lebih rendah dari tahun 2001 yang mencapai 2,7%. Defisit perdagangan Italia untuk Januari 2002 mencapai 1,643 miliar euro, naik dari posisi 1,143 miliar euro pada bulan Januari 2001. Sementara itu, surplus transaksi berjalan untuk tahun 2001 mencapai 0,3%, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 0,6% pada tahun 2002. Pada tahun 2001 perekonomian Belgia melambat menjadi 1,1% dan diperkirakan akan terus melambat mencapai 0,7% pada tahun 2002. Melambatnya ekonomi Belgia salah satunya merupakan akibat melemahnya kinerja sektor perdagangan di mana surplus transaksi berjalan tahun 2001 mengalami penurunan menjadi 3,8% dari PDB, dibandingkan dengan surplus tahun 2000 yang mencapai 4,6%. Di pihak lain, tekanan laju inflasi terus meningkat, mencapai 2,4% pada tahun 2001. Sementara itu, sejalan dengan melonjaknya harga minyak dan makanan, tekanan laju inflasi diperkirakan akan terus menguat pada tahun 2002. Tingkat pengangguran di Belgia pada bulan Maret 2002 mencapai 10,8%. IMF telah mendesak pemerintah Belgia untuk berusaha mengurangi tingginya tingkat pensiun awal dan memastikan bahwa program tenaga kerja pemerintah tidak merugikan program tenaga kerja sektor swasta. Perkembangan Ekonomi Dunia 11

Pada tahun 2001, perekonomian Belanda tumbuh 1,1% dan diperkirakan akan meningkat menjadi 1,4% pada tahun 2002. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi pada tahun 2002 ditopang oleh kemungkinan perbaikan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa. Rendahnya pertumbuhan ekonomi pada tahun 2001 terutama akibat dari biaya upah yang tinggi dan resesi dunia yang menyebabkan berkurangnya permintaan untuk barang dan jasa Belanda. Sementara itu, laju inflasi Belanda pada tahun 2001 mencapai 5,1%, namun diperkirakan akan menurun menjadi 2,7% pada tahun 2002. Sumber utama penyebab inflasi adalah melonjaknya harga minyak dan tingginya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di Belanda. Sementara itu, tingkat pengangguran tahun 2001 berada pada level 2% dan diperkirakan akan terus mengalami kenaikan, mencapai 2,4% untuk tahun 2002. Inggris Dalam triwulan I 2002, perekonomian Inggris mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan, terutama sejak bulan Februari 2002. Hal ini tercermin dari pertumbuhan produksi industri manufaktur yang mulai tercatat positif (0,4%) pada bulan Februari 2002. Kenaikan di bulan Februari ini adalah awal kenaikan tingkat produksi yang selama lima bulan terakhir ini mengalami penurunan terus-menerus. Hal tersebut disebabkan semakin banyaknya perusahaan di Inggris memproduksi bahan kimia dan komputer. Produksi bahan kimia mengalami kenaikan sebesar 2,4% pada bulan Februari 2002. Tanpa kenaikan tersebut, keuntungan keseluruhan untuk manufaktur hanya mencapai 0,1%. Sementara itu produksi komputer dan peralatan proses informasi (information-processing equipment) lainnya mengalami pertumbuhan 1,7% untuk Februari 2002 (m-o-m). Kondisi ini meningkatkan optimisme produsen atas Grafik PDB dan Inflasi Inggris (%) pemulihan ekonomi yang lebih cepat. PDB 4.5 3 4 2.5 3.5 3 2 2.5 1.5 2 1.5 1 1 0.5 0.5 0 0 Jan-02 Sep-01 Mar-01 Sep-00 Mar-00 Sep-99 Mar-99 Sep-98 Mar-98 Sep-97 Mar-97 PDB Inflasi Inflasi Dengan perbaikan produksi pada beberapa sektor penting, terutama produksi bahan kimia, dan information related equipment, laju pertumbuhan PDB pada triwulan I 2002 diperkirakan sebesar 0,2% (q-o-q). Pelaku usaha optimis bahwa pertumbuhan ekonomi pada triwulan II akan lebih baik, seiring dengan 12 Perkembangan Ekonomi Dunia

kecenderungan perbaikan perekonomian dunia, khususnya Amerika Serikat yang akan mendorong kenaikan permintaan terhadap barang-barang produksi Inggris. Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor utama Inggris yang menyerap 14% dari ekspor Inggris. Amerika Serikat juga merupakan investor asing terbesar di Inggris. Dengan perkembangan yang menggembirakan ini, Bank of England memprediksi bahwa perekonomian Inggris akan tumbuh sekitar 2% dalam paruh pertama tahun 2002. Tanda-tanda percepatan pertumbuhan ekonomi Inggris meningkatkan ekspektasi bahwa BOE akan meningkatkan suku bunga benchmark-nya dalam tahun ini, setelah sejak bulan November 2001 hingga akhir Maret 2002 suku bunga benchmark Inggris bertahan pada tingkat 4%. Sementara itu, laju inflasi tahunan Inggris dalam triwulan I 2002 cenderung lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, dimana pada bulan Januari dan Februari 2002 masingmasing sebesar 2,6% (y-o-y) dan 2,2% (y-o-y), mendekati target laju inflasi yang ditetapkan Pemerintah sebesar 2,5% (y-o-y). Jepang Perkembangan ekonomi Jepang masih belum menunjukkan tanda-tanda menggembirakan, bahkan nampaknya semakin memburuk. Kondisi perekonomian Jepang semakin menurun sejak pertengahan tahun 2000, bahkan dalam tiga triwulan terakhir tahun 2001 terusmenerus mengalami kontraksi. Kontraksi terbesar terjadi dalam triwulan IV 2001 yang mencapai -2,2% (y-o-y) setelah dalam dua triwulan sebelumnya berturut-turut mengalami kontraksi sebesar -0,4% (y-o-y) dan -0,5% (y-o-y). Dengan demikian, sepanjang tahun 2001 ekonomi Grafik Jepang mengalami kontraksi sebesar - PDB, Inflasi dan Tingkat Pengangguran Jepang (%) 0,4%. Kontraksi ekonomi Jepang semakin 6 5 diperparah dengan berlanjutnya kecenderungan deflasi yang dalam bulan Januari 4 3 2 dan Februari 2002 masing-masing mencapai 0,8% (y-o-y), sedikit membaik -1 1 0-2 dibandingkan dengan bulan Desember 2001-3 sebesar 0,9% (y-o-y). Mar-97 Sep-97 Mar-98 Sep-98 Mar-99 Sep-99 Mar-00 Sep-00 Mar-01 Sep-01 Jan-02 Memburuknya perekonomian Jepang terutama disebabkan oleh rendah- PDB Inflasi Tingkat Pengangguran Perkembangan Ekonomi Dunia 13

20.0 10.0 0.0-10.0-20.0-30.0-40.0-50.0-60.0 30/06/1997 Grafik Tankan Manufacturing Survey Index 31/12/1997 30/06/1998 31/12/1998 30/06/1999 nya permintaan domestik. Melemahnya permintaan domestik antara lain tercermin dari pertumbuhan retail sales yang terusmenerus mengalami kontraksi dalam kurun waktu satu tahun terakhir, dimana kontraksi terbesar terjadi dalam bulan Desember 2001 dan Februari 2002 masing-masing sebesar -6,8% (y-o-y). Dalam hal ini, terdapat beberapa faktor penyebab masih lemahnya permintaan domestik. Pertama, fungsi intermediasi perbankan belum sepenuhnya pulih. Terhambatnya fungsi intermediasi perbankan disebabkan oleh besarnya kredit bermasalah yang mengakibatkan bank-bank mengalami kerugian besar sehingga memaksa mereka lebih bersikap hati-hati dalam menyalurkan kreditnya. Tahun lalu, perbankan dan pemerintah Jepang telah menghapusbukukan kredit bermasalah sekitar 70 triliun yen atau 12% dari PDB Jepang sehingga posisinya tinggal 33 triliun yen per 31 Maret 2001. Kedua, beban utang baik utang swasta maupun utang pemerintah masih cukup besar. Kelesuan ekonomi membuat dunia usaha semakin sulit untuk mengembalikan utang kepada perbankan sehingga meningkatkan jumlah kredit macet. Sementara itu, utang pemerintah juga semakin bertambah guna membiayai ekspansi fiskal dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi. Besarnya utang tersebut menyebabkan dunia usaha dan pemerintah lebih bersikap hati-hati dalam mengalokasikan pengeluarannya. Dengan pembatasan utang pemerintah sebesar 30 triliun yen untuk tahun fiskal 2002/2003 yang Grafik Pertumbuhan Retail Sales Jepang ditetapkan oleh Menteri Keuangan Jepang, April 1997 - Februari 2002 (%YoY) maka total outstanding utang pemerintah 10.0 8.0 pada bulan Maret 2003 diperkirakan 6.0 4.0 mencapai 693 triliun yen atau lebih dari 40% 2.0 0.0 PDB Jepang. Ketiga, kondisi ketenagakerjaan kian memburuk. Resesi ekonomi -2.0-4.0-6.0 berkepanjangan telah menyebabkan -8.0-10.0 peningkatan jumlah pengangguran sehingga menurunkan potensi pendapatan sektor rumah tangga. Hal ini pada gilirannya 30/04/1997 31/08/1997 31/12/1997 30/04/1998 31/08/1998 31/12/1998 30/04/1999 31/08/1999 31/12/1999 30/04/2000 31/08/2000 31/12/2000 30/04/2001 31/08/2001 31/12/2001 31/12/1999 30/06/2000 31/12/2000 30/06/2001 31/12/2001 14 Perkembangan Ekonomi Dunia

menurunkan daya beli masyarakat dan selanjutnya berdampak pada menurunnya tingkat konsumsi yang menyumbang 60% terhadap PDB Jepang. Dari sisi sektor produksi, merosotnya perekonomian Jepang dipicu oleh melemahnya aktivitas produksi industri teknologi informasi dan industri manufaktur yang berorientasi ekspor. Penurunan aktivitas di kedua sektor industri tersebut menimbulkan dampak negatif berantai terhadap kinerja sektor-sektor lainnya terutama industri nonmanufaktur. Implikasi selanjutnya adalah menurunnya pendapatan dunia usaha, menurunnya pengeluaran investasi, meningkatnya pengangguran, berkurangnya pendapatan pekerja, dan akhirnya tingkat konsumsi juga mengalami penurunan. Dunia usaha nampaknya masih pesimis terhadap prospek ekonomi Jepang. Hal ini terlihat dari hasil survei Tankan dalam bulan Maret 2002 yang menghasilkan indeks 38, tidak berubah dibandingkan bulan Desember 2001 dan merupakan indeks terendah dalam 3 tahun terakhir. Selain melemahnya permintaan domestik, menurunnya permintaan luar negeri juga berdampak buruk terhadap perekonomian Jepang. Menurunnya permintaan luar negeri terhadap produk-produk ekspor Jepang terlihat dari pertumbuhan surplus neraca perdagangan Jepang yang masih mengalami kontraksi dan mencapai 11,3% (y-o-y) dalam bulan Februari 2002. Penurunan permintaan tersebut merupakan dampak dari kondisi ekonomi dunia yang sedang lesu khususnya ekonomi Amerika Serikat dan Eropa Barat sebagai pasar terbesar produkproduk ekspor Jepang. Namun demikian, melihat trend pertumbuhan surplus neraca perdagangan Jepang sejak awal tahun 2001 yang menunjukkan kecenderungan kontraksi yang mengecil, ke depan nampaknya dimungkinkan untuk tumbuh positif. Hal ini sejalan dengan mulai pulihnya perekonomian Amerika Serikat, Eropa, dan beberapa negara emerging lainnya dalam triwulan I 2002 Grafik Pertumbuhan Neraca Perdagangan Jepang April 1997 - Februari 2002 (%) sehingga kinerja sektor eksternal Jepang 250 200 diharapkan terus membaik. Berbagai kebijakan telah ditempuh baik oleh Pemerintah maupun Otoritas Moneter Jepang dalam rangka membawa Jepang keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Dari sisi fiskal, pemerintah terus-menerus melakukan ekspansi melalui 150 100 50 0-50 -100-150 30/04/1997 31/07/1997 31/10/1997 28/02/1998 31/05/1998 31/08/1998 30/11/1998 28/02/1999 31/05/1999 31/08/1999 30/11/1999 29/02/2000 31/05/2000 31/08/2000 30/11/2000 28/02/2001 31/05/2001 31/08/2001 30/11/2001 Perkembangan Ekonomi Dunia 15

paket stimulus fiskal yang dibiayai dengan penjualan obligasi pemerintah. Akibatnya, defisit fiskal terus membengkak dan menempatkan Pemerintah Jepang sebagai pengutang terbesar di dunia sehingga peringkat obligasi Pemerintah Jepang terancam turun. Dari sisi moneter, Bank of Japan juga telah berupaya menempuh kebijakan moneter yang longgar dengan menurunkan official discount rate menjadi 0,1%, sementara suku bunga antarbank diarahkan mendekati level 0% (near-zero interest rate policy). Namun, berbagai langkah kebijakan tersebut nampaknya belum mampu mengeluarkan Jepang dari krisis ekonomi sehingga Pemerintah Jepang mencanangkan program reformasi secara menyeluruh dari mulai sektor fiskal, keuangan, dunia usaha, dan birokrasi. PDB 14 12 10 8 6 4 2 0 Grafik PDB dan Inflasi Cina (%) Des-00 Mar-00 Jun-99 Sep-98 Des-97 Mar-97 Jun-96 Sep-95 Des-94 Mar-94 PDB Inflasi Mar-02 Sep-01 30 25 20 15 10 5 0-5 Inflasi PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASIA (NON-JEPANG) C i n a Perekonomian Cina negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia diperkirakan akan mengalami kenaikan cukup signifikan pada triwulan I 2002, sehingga target pertumbuhan sebesar 7% sepanjang tahun 2002 akan terpenuhi. Pertumbuhan ekonomi sepanjang triwulan I 2002 tersebut diperkirakan akan mencapai 7,5% (y-o-y), naik dibandingkan pertumbuhan triwulan IV 2001 yang mencapai sebesar 6,6%. Membaiknya pertumbuhan ekonomi Cina terutama didorong oleh membaiknya kondisi perekonomian Amerika Serikat, serta meningkatnya investasi asing yang masuk ke Cina setelah negara tersebut masuk dalam keanggotaan World Trade Organization. Selain kedua aspek tersebut, tingginya pertumbuhan ekonomi Cina pada triwulan I 2002 juga didukung oleh relatif tingginya pengeluaran pemerintah dan masyarakat. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi yang mengesankan tersebut nampaknya masih belum cukup besar untuk menyerap seluruh tenaga kerja. Seiring dengan membaiknya perekonomian, tingkat pengangguran di Cina juga menunjukkan peningkatan 16 Perkembangan Ekonomi Dunia

cukup signifikan. Pemerintah Cina mencatat kenaikan pengangguran di perkotaan sebesar 3,6% pada akhir tahun 2001. Salah satu upaya yang ditempuh pemerintah Cina untuk mendorong pertumbuhan ekonomi adalah dengan menurunkan suku bunga pada bulan Februari 2002. Penurunan tingkat suku bunga tersebut merupakan yang pertama kalinya, setelah lebih dari dua setengah tahun, dalam rangka meningkatkan pengeluaran dan investasi pada paruh kedua tahun 2002. Membaiknya kondisi perekonomian Amerika akhir-akhir ini berdampak cukup signifikan terhadap kinerja ekspor Cina. Pada dua bulan pertama triwulan I 2002, ekspor Cina tumbuh pesat. Pada periode Januari-Februari 2002, ekspor mengalami pertumbuhan sebesar 14,1% dibanding tahun sebelumnya. Sementara itu, pada periode yang sama impor tumbuh 3,2%, jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 8,2%. Dengan perkembangan ekspor dan impor tersebut, surplus neraca perdagangan Cina pada triwulan I 2002 tercatat sebesar USD 6 milyar. Kenaikan ekspor tersebut diperkirakan akan mendorong kenaikan tingkat harga akibat berkurangnya kelebihan supply yang dapat dijual di pasar lokal. Problem deflasi yang selama beberapa periode dialami Cina, nampaknya masih akan terjadi pada triwulan I 2002, bahkan pada bulan Januari 2002, Indeks Harga Konsumen turun sebesar 1%, yang merupakan penurunan terbesar dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Kecenderungan turunnya harga tersebut berlanjut pada bulan kedua triwulan I 2002, Laju inflasi di Cina, pada awal triwulan I 2002 menunjukkan penurunan dibanding tahun sebelumnya. Kecenderungan turunnya indek harga konsumen tersebut tidak berlanjut pada bulan Februari, sebagai dampak naiknya permintaan konsumen berkaitan dengan perayaan tahun baru. Namun, untuk bulan-bulan selanjutnya Cina diperkirakan masih akan dilanda deflasi sejalan dengan kecenderungan masyarakat untuk meningkatkan tabungan dan mengurangi konsumsi menyusul masuknya Cina dalam WTO, serta meningkatnya jumlah pengangguran. Sebagai ilustrasi, Cina Petroleum & Chemical Corp. atau Synopec, telah merencanakan untuk mem-phk-kan sekitar 37,000 pekerja pada tahun 2002, Province Liaoning di Cina akan mem-phk-kan lebih dari separuh pegawai sipil (540,000 pekerja) akibat ditutupnya perusahaan metal dan tambang. Kondisi tersebut diperburuk dengan tindakan dunia usaha menurunkan tingkat harga untuk mempertahankan daya saing produk mereka. Upaya meningkatkan pengeluaran masyarakat untuk menahan meningkatnya pengangguran dan mengatasi pertumbuhan ekonomi yang menurun telah mendorong anggaran Pemerintah Cina kemungkinan mencatat defisit sebesar 19% menjadi 309,8 miliar yuan pada Perkembangan Ekonomi Dunia 17

tahun laporan. Pemerintah pusat Cina merencanakan akan melakukan pengeluaran sebesar 1,37 triliun yuan pada tahun 2002 atau 10,1% lebih besar dari tahun 2001. Penerimaan pajak diharapkan tumbuh sebesar 7,7% menjadi 1,06 triliun yuan, melambat dari 21% kenaikan pada tahun lalu. Penerimaan pajak Pemerintah Cina pada dua bulan pertama 2002 tercatat meningkat 13% menjadi 266 miliar yuan ($32 miliar). Selama dua bulan pertama, Pemerintah Cina telah menerima 18,8 miliar yuan dari pajak pendapatan perorangan, lebih besar 29,3% dari tahun lalu dan, sebesar 11,9 miliar yuan dari pajak pendapatan perusahaan, lebih besar 45,9% dari tahun lalu. Menyadari bahwa akan terjadi kelebihan penawaran di pasar, maka dalam rangka mendorong pengeluaran, Pemerintah Cina akan terus menaikkan gaji pegawai berpendapatan rendah dan para petani. Disamping itu upaya Pemerintah Cina untuk mendorong permintaan domestik juga dilakukan dengan menambah uang di proyek-proyek publik dan kesejahteraan masyarakat. Konsekuensi utama dari kebijakan tersebut adalah membesarnya defisit anggaran pemerintah, yang diperkirakan akan mengalami kenaikan sebesar 19% dari tahun sebelumnya, hingga mencapai USD37,4 miliar, senilai 3% dari PDB. Hong Kong Setelah mengalami kinerja yang buruk dalam dua triwulan terakhir tahun 2001, kinerja ekonomi Hong Kong pada triwulan I 2002 tampaknya belum menunjukkan perkembangan yang signifikan, meskipun tanda-tanda pemulihan ekonomi mulai terlihat di Hong Kong. Hal tersebut antara lain di tandai oleh belum pulihnya kinerja ekspor dan consumer PDB Grafik PDB dan Inflasi Hong Kong (%) 20 8 6 15 4 10 2 5 0-2 0-4 -5-6 -10-8 Mar-02 Sep-01 Mar-01 Sep-00 Mar-00 Sep-99 Mar-99 Sep-98 Mar-98 Sep-97 Mar-97 Sep-96 PDB Inflasi Inflasi spending, yang mendorong tertahannya pemulihan ekonomi Hong Kong pada triwulan I 2002. Namun, munculnya tanda-tanda pemulihan ekonomi di Hong Kong terutama pada bulan terakhir triwulan I 2002 dan membaiknya perekonomian global tahun ini tampaknya telah mendorong keyakinan pemerintah bahwa ekonomi Hong Kong akan tumbuh 1% tahun 2002, 18 Perkembangan Ekonomi Dunia

lebih tinggi dari angka pertumbuhan tahun lalu sebesar 0,1%. Tanda pemulihan ekonomi tersebut dicerminkan antara lain oleh membaiknya beberapa indikator ekonomi seperti membaiknya aktivitas bisnis, maupun mulai meningkatnya output, order dan purchasing. Dari sisi domestik, kegiatan ekonomi yang menurun yang dialami Hong Kong selama tiga triwulan terakhir tahun lalu serta melemahnya domestic demand yang terus berlangsung sampai dengan triwulan I 2002, mendorong tingkat harga di Hong Kong kembali mengalami penurunan. Setelah mengalami periode deflasi sejak tahun 1998, pada bulan Februari tahun 2002 Composite Price index (CPI) masih menunjukkan kecenderungan menurun dan mencapai -2,3 % (y-o-y) pada periode tersebut. Kecenderungan menurunnya tingkat harga tersebut tidak terlepas dari semakin memburuknya kondisi lapangan kerja seiring dengan penurunan kegiatan ekonomi selama ini. Meningkatnya angka pengangguran, yang pada dua bulan pertama tahun 2002 mencapai angka tertinggi yakni 6,7% dan 6,8% pada bulan Januari dan Februari 2002, serta melemahnya permintaan terhadap sektor properti telah mendorong domestic demand di Hong Kong semakin melemah. Sementara itu, di sisi eksternal, kinerja ekonomi Hong Kong yang belum membaik pada triwulan I 2002 tercermin pada kinerja ekspor yang belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Sampai dengan bulan Februari tahun ini, ekspor Hong Kong masih terus mengalami penurunan meskipun sedikit melambat dan mencatat penurunan 9,1% (y-o-y) pada periode tersebut. Penurunan ekspor pada bulan tersebut merupakan penurunan terendah sejak bulan Agustus tahun lalu. Namun demikian, membaiknya kondisi ekonomi global tahun ini diharapkan akan mendorong ekspor Hong Kong semakin membaik. Di sisi lain, dalam bulan yang sama, impor mencatat penurunan sebesar 19,8% dibanding periode yang sama tahun lalu didorong oleh menurunnya permintaan konsumen menyusul tingginya angka pengangguran di Hong Kong. Dengan perkembangan tersebut, defisit perdagangan Hong Kong pada bulan Februari mencapai HK$2,8 miliar, menurun dari HK$17,6 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Menurunnya ekspor Hong Kong yang terus berlangsung saat ini, diperkirakan tidak akan berpengaruh signifikan terhadap neraca transaksi berjalan. Salah satu penyebab kecilnya pengaruh tersebut adalah struktur ekspor Hong Kong yang sebagian besar merupakan import-dependent. Dengan kondisi tersebut, neraca pembayaran diperkirakan akan tetap mengalami surplus sebesar 2,6% tahun 2002 dan sedikit menurun menjadi 2,1% pada tahun 2003. Perkembangan Ekonomi Dunia 19

Sementara itu, seiring dengan kegiatan ekonomi yang menurun, defisit anggaran pemerintah Hong Kong terus meningkat hingga mencapai dua puluh kali lebih besar dari perkiraan semula. Dalam tahun anggaran yang berakhir tanggal 31 Maret 2002, defisit anggaran mencapai HK$65,6 (USD8,4 miliar) atau mencapai 5,2% dari PDB. Angka tersebut membengkak dari defisit tahun fiskal sebelumnya yang hanya mencapai HK$7,8 miliar. Diperkirakan defisit anggaran akan terus berlangsung dalam tahun-tahun mendatang setelah pemerintah mengisyaratkan akan menunda kenaikan pajak sampai dengan tahun 2006 seiring dengan kegiatan ekonomi yang masih melemah dan angka pengangguran yang tinggi. Dalam rangka memperkecil defisit anggaran, selain menerapkan kenaikan pajak, pemerintah juga telah merencanakan untuk : (i) memotong pembayaran pegawai sipil sebesar 4,75% pada 1 Oktober 2002, (ii) menaikkan pajak minuman keras, (iii) menghapus duty-free pada tembakau dan minuman keras lainnya, serta (iv) mengenakan pajak HK$18 bagi mereka yang datang maupun pergi dari wilayah kepabean Hong Kong. Dengan kebijakan tersebut, pemerintah mengharapkan dapat memperkecil defisit sampai dengan HK$45,2 miliar pada tahun anggaran 2002/2003. Korea Selatan Perekonomian Korea menunjukkan pertumbuhan yang semakin membaik. PDB triwulan IV 2001 tumbuh sebesar 3,7% (y-o-y), jauh di atas laju pertumbuhan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 1,8%, sehingga sepanjang tahun 2001 PDB tumbuh sebesar 3%. Walaupun pertumbuhan PDB Korea melambat, setelah pada tahun 2000 mampu tumbuh sebesar 9,3%, namun perekonomian Korea termasuk salah satu yang dapat survive di tengah terjadinya global economic slowdown. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2001 tersebut didorong oleh pengeluaran domestik yang kuat, termasuk pengeluaran pemerintah, sehingga secara agregat pengeluaran domestik mampu mengkompensasi penurunan ekspor yang terjadi pada periode yang sama. Perkembangan ekonomi Korea pada triwulan I 2002 diwarnai oleh penurunan aktivitas perdagangan internasional. Nilai ekspor Korea sepanjang triwulan I 2002 kembali terkontraksi walaupun dengan laju yang melambat, yaitu sebesar 10,4% (y-o-y), sementara impor terkontraksi 11,4% (y-o-y). Dengan perkembangan tersebut surplus neraca perdagangan Korea pada 2 bulan pertama triwulan I 2002 mencapai US$760,3 juta. Setelah menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2001, angka penjualan retail dan wholesale mengalami penurunan pada 2 bulan pertama triwulan I 2002. 20 Perkembangan Ekonomi Dunia