BUKU PEDOMAN PENCACAHAN SURVEI LEMBAGA KEUANGAN TAHUN 2011-2012

dokumen-dokumen yang mirip
SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN KONVENSIONAL

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN KONVENSIONAL

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN DANA PENSIUN

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN DANA PENSIUN

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN PEGADAIAN

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN PEGADAIAN

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI SIMPAN PINJAM

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PEMBIAYAAN DAN MODAL VENTURA

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PEDAGANG VALUTA ASING

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PEDAGANG VALUTA ASING

SURVEI STATISTIK KEUANGAN PERUSAHAAN PASAR MODAL

PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA PER 30 SEPTEMBER 2003 & 2002

BUKU PEDOMAN PENCACAHAN SURVEI LEMBAGA KEUANGAN TAHUN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 31 MARET 2007 (Dalam Jutaan Rupiah)

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI SIMPAN PINJAM

NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 30 SEPTEMBER 2007 DAN 2006 (Dalam Jutaan Rupiah)

NERACA PER 31 MARET 2005 & 2004 (Dalam Jutaan Rupiah) NO POS - POS

Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Neraca STANDARD CHARTERED BANK WISMA STANDARD CHARTERED,.JL.SUDIRMAN KAV 33 A, Telp.

SURVEI STATISTIK KEUANGAN BADAN USAHA MILIK DAERAH

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK PENCACAHAN PERUSAHAAN/USAHA MENENGAH BESAR RESTORAN DAN RUMAH MAKAN TAHUN 2013 BLOK I: PENGENALAN TEMPAT (2)

KONSOLIDASI POS-POS. Des 2005 Des 2004 Des 2005 Des 2004 AKTIVA 41,215 28,657

Laporan Keuangan Triwulanan 30 September 2009

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BULANAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM. PT BANK BALI Tbk ( Induk Perusahaan ) Per 31 Maret 2002 dan 2001.

PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA PER 31 DESEMBER 2003 & 2002

M E T A D A T A INFORMASI DASAR CAKUPAN DATA

CAKUPAN DATA. AKSES DATA Data Antar Bank Aktiva dapat di akses dalam website BI :

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

NERACA KONSOLIDASI. Tanggal 30 September 2002 dan ( Dalam jutaan rupiah )

Sistem Informasi Debitur. Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/ Januari 2005 MDC

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PEMBIAYAAN DAN MODAL VENTURA

SURVEI STATISTIK KEUANGAN BADAN USAHA MILIK DAERAH

Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Fergus John Murphy - Komisaris : Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto

PENGURUS BANK PEMILIK BANK

PT Bank Rabobank International Indonesia

Jenis Arus dana Pembangunan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Fergus John Murphy - Komisaris : Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peran strategis tersebut terutama disebabkan

Lampiran 8 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001

Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Robert Jan Van Zadelhoff *) - Komisaris : Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$)

NERACA KONSOLIDASI Tanggal 30 Juni 2002 dan 2001 ( Dalam jutaan rupiah )

BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PERUSAHAAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI 2013 PENERBITAN BLOK I. KETERANGAN TEMPAT. RT : RW : Kode Pos :

RINGKASAN EKSEKUTIF : : :

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan juga

TANYA-JAWAB SEPUTAR KUR

N E R A C A Per 30 September 2009 Dan 2008 (Dalam Jutaan Rupiah) Pos - Pos

BAB II LANDASAN TEORI. menerbitkan promes atau yang dikenal dengan nama Banknote (uang kertas). Kata

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PERUSAHAAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI 2015 PENERBITAN

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

NERACA TRIWULANAN Tanggal : 30 Juni 2013 dan 31 Desember 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NERACA BULANAN Tanggal : 31 Maret 2015

LAPORAN TAHUNAN DAN LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI BANK PERKREDITAN RAKYAT

NERACA TRIWULANAN Tanggal : 31 Maret 2013 dan 31 Desember 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas

SURVEI TAHUNAN PERUSAHAAN PENGGALIAN BAHAN INDUSTRI DAN KONSTRUKSI BERBADAN HUKUM (KUESIONER GALIAN - BH)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

Kas 2a, 2b, 2f Giro pada Bank Indonesia 2b, 2f, 2g,

PT Bank Rabobank International Indonesia PENGURUS BANK

LAMPIRAN VIII SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: /SEOJK.05/2017 TENTANG BENTUK, SUSUNAN, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN LAPORAN BERKALA BAGI

PERKEMBANGAN TERKINI

LAPORAN KEUANGAN BANK

PENYIARAN DAN PEMROGRAMAN

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 47

NERACA KONSOLIDASIAN

I. PENDAHULUAN. Persaingan antar Bank sebagai industri jasa keuangan semakin tajam. Bank-bank

Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Fergus John Murphy - Komisaris : Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto

N E R A C A Per 30 Juni 2010 Dan 2009 (Dalam Jutaan Rupiah) Pos - Pos A S E T 1 K a s 19,237 21,544 2 Penempatan pada Bank Indonesia

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 AGUSTUS (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 AGUSTUS 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 AGUSTUS (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 AGUSTUS 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 SEPTEMBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 SEPTEMBER 2015

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo)

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Maret 2013 dan 31 Desember 2012 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS. 31 Mar Dec 2012

N E R A C A Per 31 Maret 2010 Dan 2009 (Dalam Jutaan Rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Desember 2012 dan 2011 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS. 31 Dec Dec 2011

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI (dalam jutaan rupiah) POS - POS. 31 Mei 2015

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo)

Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo)

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN KEUANGAN. d. Pinjaman yang diberikan dan piutang Utang akseptasi Surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (repo )

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2005 BANK INDONESIA Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan

Bab 10 Pasar Keuangan

Transkripsi:

BUKU PEDOMAN PENCACAHAN SURVEI LEMBAGA KEUANGAN TAHUN 2011-2012 PERBANKAN KONVENSIONAL, PERBANKAN SYARIAH, PEMBIAYAAN DAN MODAL VENTURA, PASAR MODAL, ASURANSI, DANA PENSIUN, PEGADAIAN, PEDAGANG VALUTA ASING, KOPERASI 2013 BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA

BUKU PEDOMAN PENCACAHAN SURVEI LEMBAGA KEUANGAN TAHUN 2011-2012 PERBANKAN KONVENSIONAL, PERBANKAN SYARIAH, PEMBIAYAAN DAN MODAL VENTURA, PASAR MODAL, ASURANSI, DANA PENSIUN, PEGADAIAN, PEDAGANG VALUTA ASING, KOPERASI 2013 BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA

KATA PENGANTAR Buku Pedoman Pencacahan Survei Lembaga Keuangan 2013 ini merupakan buku yang berisikan tata cara pelaksanaan dan petunjuk pengumpulan data untuk memperoleh informasi yang akurat, tepat waktu, dan tepat sasaran, yaitu Statistik Lembaga Keuangan. Pada buku ini dijelaskan berbagai jenis daftar isian yang digunakan, konsep definisi dari rincian yang ditanyakan, disertai berbagai contoh bagaimana isian dan konsistensi antar isian. Buku pedoman ini dibuat sebagai panduan bagi Kepala Bidang Statistik Distribusi dan Kepala Seksi Keuangan dan Harga Produsen di BPS Provinsi, Kepala Seksi Statistik Distribusi di BPS Kabupaten/Kota, dan petugas/staf pengumpul data di BPS BPS Provinsi/Kabupaten/Kota, dalam melaksanakan pengumpulan data Statistik Lembaga Keuangan. Buku ini diharapkan dapat menjadi panduan acuan dalam melaksanakan tugas pengumpulan data secara baik dan optimal sesuai tujuan survei ini. Khususnya karena kuesioner yang digunakan untuk kegiatan statistik ini akan ditinggal dan diisi oleh perusahaan, maka buku ini diharapkan dapat menjadi rujukan dalam memecahkan masalah ketika terjadi kejanggalan dalam pengisian. Akhirnya kesungguhan semua pihak Kepala Bidang Statistik Distribusi di BPS Provinsi sebagai penanggung jawab Statistik Lembaga Keuangan, pengawas, dan petugas pengumpul data dalam memahami dan mengikuti pedoman pada buku ini dapat memegang teguh konsep definisi, dan melaksanakan tugas sesuai jadwal waktu yang ditetapkan akan membuahkan hasil data yang akurat dan tepat waktu. Jakarta, Oktober 2012 Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Djamal S.E., M.Sc. NIP. 19520315 197503 1 003 Pedoman Pencacahan Survei Lembaga Keuangan Tahun 2012 i

ii Pedoman Pencacahan Survei Lembaga Keuangan Tahun 2013

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan... 1 1.3. Cakupan... 2 1.4. Jadwal Kegiatan... 2 BAB II METODOLOGI, DOKUMEN YANG DIGUNAKAN DAN ORGANISASI SURVEI... 3 2.1. Metodologi Sampling... 3 2.2. Dokumen Yang Digunakan... 3 2.3. Organisasi Survei... 4 2.4. Tugas Pencacah Lapangan (PCL)... 5 2.5. Konsep dan Definisi... 6 BAB III PEDOMAN PENGISIAN DAFTAR KUESIONER SURVEI LEMBAGA KEUANGAN 2013... 7 3.1. Tata Tertib Pengisian Kuesioner... 7 3.2. Tata Cara Pengembalian Kuesioner... 7 3.3. Tata Cara Pengisian Kuesioner... 7 3.2.1. Pertanyaan KOR... 8 3.2.1.1. BLOK I: PENGENALAN TEMPAT... 8 3.2.1.2. BLOK II: KETERANGAN USAHA... 9 3.2.1.3. BLOK III: PEKERJAAN DAN BALAS JASA... 11 3.2.1.4. BLOK IV: INVESTASI, KENDALA, DAN PROSPEK USAHA... 14 3.2.1.5. BLOK VII: CATATAN... 16 3.2.1.6. BLOK VIII: PENGESAHAN... 16 3.2.1.7. BLOK IX: KETERANGAN PETUGAS... 16 3.2.2. Pertanyaan MODUL... 17 Pedoman Pencacahan Survei Lembaga Keuangan Tahun 2013 iii

3.2.2.1. PERBANKAN KONVENSIONAL... 17 3.2.2.2. PERBANKAN SYARIAH... 32 3.2.2.3. PEMBIAYAAN DAN MODAL VENTURA... 45 3.2.2.4. PENUNJANG PASAR MODAL... 67 3.2.2.5. PERUSAHAAN PERASURANSIAN... 75 3.2.2.6. DANA PENSIUN... 89 3.2.2.7. PERUSAHAAN PEGADAIAN... 113 3.2.2.8. PERUSAHAAN PEDAGANG VALUTA ASING...... 121 3.2.2.9. USAHA KOPERASI... 126 iv Pedoman Pencacahan Survei Lembaga Keuangan Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini jenis lembaga keuangan yang ada di Indonesia meliputi perbankan, non perbankan dan perusahaan penunjang lembaga keuangan. Mengingat jenis lembaga keuangan saat ini telah berkembang sangat pesat serta mempunyai arti penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, maka secara bertahap pemerintah telah mengatur pengembangan usahanya melalui Peraturan Pemerintah maupun Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia. Sejalan dengan pertumbuhan usaha lembaga keuangan tersebut Badan Pusat Statistik (BPS) dituntut untuk dapat menyediakan informasi yang benar, lengkap, dan tepat waktu untuk masing-masing jenis lembaga keuangan. Secara bertahap dan berkesinambungan informasi ini secara rutin dikumpulkan melalui kegiatan Kompilasi Data Lembaga Keuangan yang dituangkan dalam bentuk Survei Lembaga Keuangan tahunan. Mengingat jenis kegiatan lembaga keuangan yang demikian luas, maka dalam kegiatan Survei Lembaga Keuangan 2013 ruang cakup pencacahan melanjutkan Sensus Ekonomi 2006 (SE06). Kegiatan yang dicakup meliputi delapan jenis, yaitu Perbankan Konvensional, Perbankan Syariah, Perusahaan Pembiayaan dan Modal Ventura, Perasuransian, Dana Pensiun, Pegadaian, Pedagang Valuta Asing, serta Koperasi Simpan Pinjam. Sedangkan untuk usaha Penunjang Pasar Modal, walaupun konsep dan tata cara pengisian kuesioner ada di buku pedoman ini, buku publikasinya akan dipublikasikan tersendiri, terlepas dari publikasi Statistik Lembaga Keuangan 1.2. Tujuan Tujuan pencacahan perusahaan/usaha usaha lembaga keuangan adalah sebagai berikut: a. Mendapatkan karakteristik kegiatan usaha di lembaga keuangan untuk masingmasing jenis usaha. b. Mendapatkan gambaran hasil transaksi usaha melalui laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba (rugi) tiap kegiatan. c. Menyusun kerangka sampel (sampling frame) untuk keperluan survei bidang ekonomi. d. Mendapatkan informasi dasar tentang berbagai permasalahan usaha di Indonesia menurut lapangan usaha, skala usaha, dan wilayah. Pedoman Pencacahan Survei Lembaga Keuangan Tahun 2013 1

1.3. Cakupan Pencacahan perusahaan/usaha perantara keuangan ini dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia, dilakukan oleh para petugas BPS daerah, baik BPS provinsi, BPS kabupaten, maupun BPS kota, meliputi semua usaha perbankan konvensional dan syariah, perusahaan pembiayaan dan modal ventura, perusahaan penunjang pasar modal, perasuransian, dana pensiun, pegadaian, pedagang valuta asing, serta koperasi simpan pinjam. 1.4. Jadwal Kegiatan a. Pencetakan dokumen......november 2012 b. Pengiriman dokumen ke provinsi......desember 2012 - Januari 2013 c. Pencacahan/pemeriksaan dokumen......januari Mei 2013 d. Pengembalian dokumen hasil pencacahan dari daerah.......februari Mei 2013 e. Pengolahan dokumen di BPS......Maret Juni 2013 f. Penyiapan naskah dan pencetakan publikasi......juli 2013 2 Pedoman Pencacahan Survei Lembaga Keuangan Tahun 2013

BAB II METODOLOGI, DOKUMEN YANG DIGUNAKAN, DAN ORGANISASI SURVEI 2.1. Metodologi Sampling a. Metode Pengumpulan Data 1. Unit pencacahan Survei Lembaga Keuangan ini pada umumnya adalah establishment/perusahaan, kecuali perusahaan Pegadaian, sebagai unit pencacahannya adalah kantor cabang. Survei Lembaga Keuangan ini mencakup 7000 responden yang tersebar di 33 provinsi, pencacahan umumnya dilakukan secara sensus. Namun untuk jenis kegiatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Koperasi Simpan Pinjam dilakukan penarikan sampel, mengingat populasi yang ada cukup besar. 2. Wawancara langsung jika memungkinkan, apabila tidak selesai daftar dapat ditinggal (petugas dapat memberikan waktu sekitar satu minggu bagi perusahaan untuk mengisinya). b. Responden Responden adalah pengusaha atau orang yang mengetahui tentang pengelolaan usaha perantara keuangan. 2.2. Dokumen Yang Digunakan Karena beragamnya jenis kegiatan pada sektor Lembaga Keuangan, maka dokumen yang digunakan dalam pengumpulan data menggunakan kuesioner sebagai berikut: a. Kuesioner untuk Perusahaan Perbankan Konvensional b. Kuesioner untuk Perusahaan Perbankan Syariah c. Kuesioner untuk Perusahaan Pembiayaan dan Modal Ventura d. Kuesioner untuk Perusahaan Perasuransian e. Kuesioner untuk Perusahaan Dana Pensiun f. Kuesioner untuk Perusahaan Pegadaian g. Kuesioner untuk Perusahaan Pedagang Valuta Asing h. Kuesioner untuk Koperasi Simpan Pinjam Di luar dari publikasi SLK, dalam buku pedoman ini terdapat pedoman pengisian kuesioner lain, yaitu Kuesioner untuk Perusahaan Penunjang Pasar Modal Pedoman Pencacahan Survei Lembaga Keuangan Tahun 2013 3

BANYAKNYA RESPONDEN DALAM RANGKA SURVEI LEMBAGA KEUANGAN MENURUT PROVINSI DAN JENIS LEMBAGA KEUANGAN TAHUN 2013 Provinsi Jenis Kegiatan BKV BSI PMV PPM PPA PDP PGD PVA KSP Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 1. NAD 6 10 1 1 13 1 47 79 2. Sumut 62 8 1 3 40 47 136 297 3. Sumbar 111 6 1 3 10 3 62 196 4. Riau 31 4 1 1 9 20 75 141 5. Jambi 8 0 1 1 4 0 43 57 6. Sumsel 21 1 1 4 11 1 76 115 7. Bengkulu 4 2 1 1 1 0 45 54 8. Lampung 31 5 1 2 8 4 73 124 9. Kepulauan Babel 1 1 0 0 6 0 27 35 10. Kepri 20 1 0 1 9 114 12 157 11. DKI Jakarta 104 10 226 135 366 194 47 288 78 1448 12. Jabar 170 28 4 3 28 95 37 147 512 13. Jateng 162 20 8 1 9 152 18 470 840 14. D.I Yogyakarta 61 10 1 7 29 14 87 209 15. Jatim 170 28 4 18 163 49 493 925 16. Banten 80 8 3 3 3 10 17 73 197 17. Bali 102 1 3 4 19 116 101 346 18. NTB 71 3 1 1 30 9 152 267 19. NTT 8 0 1 2 26 3 49 89 20. Kalbar 21 0 1 1 18 23 38 102 21. Kalteng 2 0 1 1 5 0 43 52 22. Kalsel 31 1 1 1 11 1 50 96 23. Kaltim 21 1 1 2 30 2 47 104 24. Sulut 21 0 2 1 21 3 40 88 25. Sulteng 8 0 1 1 10 0 37 57 26. Sulsel 31 7 2 3 63 5 68 179 27. Sultra 7 0 1 1 9 0 36 54 28. Gorontalo 4 0 0 0 6 0 24 34 29. Sulbar 1 0 0 0 0 0 18 19 30. Maluku 3 0 1 1 5 1 16 27 31. Maluku Utara 1 0 0 0 4 0 19 24 32. Papua Barat 0 0 0 0 3 0 20 23 33. Papua 7 1 1 1 11 2 30 53 Jumlah 1381 156 271 135 373 296 878 778 2732 7000 Keterangan: BKV : Perbankan Konvensional BSI : Perbankan Syariah PMV : Pembiayaan dan Modal Ventura PPM : Penunjang Pasar Modal PPA : Perusahaan Peasuransian PDP : Perusahaan Dana Pensiun PGD : Pegadaian PVA : Pedagang Valuta Asing KSP : Koperasi Simpan Pinjam 2.3. Organisasi Survei Untuk memperlancar pelaksanaan lapangan pencacahan perusahaan/usaha Lembaga Keuangan, struktur organisasi lapangan telah ditentukan sebagai berikut : a. Arus Dokumen Dokumen dikirim dari Badan Pusat Statistik ke BPS Provinsi yang kemudian dibagikan kepada petugas pengawas/pemeriksa yang selanjutnya akan didistribusikan kepada petugas pengumpul data (pencacah). Setelah pencacahan 4 Pedoman Pencacahan Survei Lembaga Keuangan Tahun 2013

selesai, petugas pengumpul data menyerahkan kuesioner Perusahaan Perbankan Konvensional sampai dengan Usaha Kopreasi Simpan Pinjam kepada pengawas/pemeriksa untuk diperiksa. Kemudian kuesioner-kuesioner tersebut diteruskan oleh pengawas/pemeriksa ke BPS Provinsi untuk diperiksa ulang sekali lagi baik kelengkapan isian maupun konsistensinya. Dokumen berupa kuesioner tersebut dikirim ke Badan Pusat Statistik Cq. Direktur Statistik Keuangan, Teknologi Informasi dan Pariwisata Up. Sub Direktorat Statistik Keuangan. b. Alur Pengiriman Dokumen BPS BPS PROVINSI PENGAWAS PENCACAH Dokumen 2.4. Tugas Pencacah Lapangan (PCL) a. Melakukan pencacahan setiap perusahaan/usaha dengan menggunakan Kuesioner Perusahaan Perbankan Konvensional sampai dengan Usaha Koperasi Simpan Pinjam berdasarkan Daftar Sampel Survei Lembaga Keuangan 2013. b. Mengikuti pertemuan dengan Pengawas/KSK untuk membahas berbagai temuan/masalah yang ditemukan di lapangan dan cara mengatasinya. c. Melakukan kunjungan ulang terhadap responden yang bermasalah dengan disertai Pengawas/KSK. d. Menyerahkan seluruh dokumen hasil pencacahan ke Pengawas/KSK. e. Menepati jadwal pelaksanaan pencacahan Survei Lembaga Keuangan. Pedoman Pencacahan Survei Lembaga Keuangan Tahun 2013 5

2.5. Konsep dan Definisi a. Usaha adalah suatu kegiatan ekonomi yang bertujuan menghasilkan barang/jasa untuk diperjual-belikan atau ditukar dengan barang lain, dan ada seorang atau lebih yang bertanggungjawab/menanggung resiko. b. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan jenis usaha yang bersifat tetap, terus menerus, yang didirikan, bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan/atau laba. c. Badan hukum adalah bentuk pengesahan suatu perusahaan/usaha pada waktu pendirian yang dilakukan oleh instansi pemerintah yang berwenang. 6 Pedoman Pencacahan Survei Lembaga Keuangan Tahun 2013

BAB III PEDOMAN PENGISIAN KUESIONER SURVEI LEMBAGA KEUANGAN 2013 Dokumen Pencacahan Perusahaan/Usaha Perantara Keuangan pada Survei Lembaga Keuangan 2013 adalah kuesioner Perbankan Konvensional sampai dengan Koperasi Simpan Pinjam. 3.1. Tata Tertib Pengisian Kuesioner a. Semua pengisian daftar harus menggunakan pensil hitam. b. Isian harus ditulis dengan jelas dan mudah dibaca. Penulisan menggunakan huruf kapital (balok), tidak boleh disingkat, kecuali singkatan yang sudah umum. Angka harus ditulis dengan angka biasa (bukan angka romawi). c. Perhatikan instruksi/rambu-rambu tata cara pengisian di setiap pertanyaan. d. Pengisian daftar menggunakan beberapa cara: 1. Mengisi keterangan/jawaban pada tempat yang tersedia. 2. Penulisan angka ke dalam kotak mengikuti kaidah penuh tepi kanan (right justified). 3.2. Tata Cara Pengembalian Kuesioner a. Pastikan identitas perusahaan pada Blok 1 Bagian II sama dengan identitas perusahaan yang ditulis pada Blok 1 Rincian I. b. Kirimkan kuesioner Bagian I yang sudah terisi lengkap tanpa harus menunggu penyelesaian kuesioner Bagian II. c. Kirimkan kuesioner Bagian II jika sudah terisi lengkap Khusus pada kuesioner Penunjang Pasar Modal, pengembalian kuesionernya dilakukan satu kali tanpa ada pembagian seperti kuesioner SLK lainnya. 3.3. Tata Cara Pengisian Kuesioner Seluruh kuesioner SLK 2013 terdiri atas 9 (sembilan) blok pertanyaan, kecuali Kuesioner Dana Pensiun yang terdiri atas 12 blok pertanyaan. Empat blok pertama dapat dikelompokkan ke dalam kuesioner Bagian I dan dan sisanya masuk ke dalam kelompok kuesioner Bagian II. Kuesioner Bagian I memuat 4 (empat) blok pertanyaan, yaitu: 1. Blok I Pengenalan Tempat 2. Blok II Keterangan Usaha 3. Blok III Pekerja dan Balas Jasa Pekerja Tahun 2012 4. Blok IV Investasi, Kendala dan Prospek Usaha Pedoman Pencacahan Survei Lembaga Keuangan Tahun 2013 7

Kuesioner Bagian II memuat 5 (lima) blok pertanyaan, yakni: 1. Blok V Laba Rugi Perusahaan 2. Blok VI Neraca Perusahaan 3. Blok VII Catatan 4. Blok VIII Pengesahan 5. Blok IX Keterangan Petugas Khususnya pada kuesioner Dana Pensiun, jumlah blok pada Bagian II kuesioner ini terdiri atas 8 (delapan) blok pertanyaan 1. Blok V Laporan Aktiva Bersih Perusahaan 2. Blok VI Laporan Aktiva Bersih Perusahaan 3. Blok VII Perhitungan Hasil Usaha 4. Blok VIII Neraca Perusahaan 5. Blok IX Laporan Arus Kas Perusahaan 6. Blok X Catatan 7. Blok XI Pengesahan 8. Blok XII Keterangan Petugas Berdasarkan jenis pertanyaan, kuesioner SLK 2013 dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yakni jenis pertanyaan Kor dan Modul. 3.3.1. PERTANYAAN KOR 3.3.1.1. BLOK I: PENGENALAN TEMPAT Tujuan blok ini untuk mencatat identitas responden, dalam hal ini adalah perusahaaan/usaha lembaga keuangan. Identitas ini digunakan untuk memudahkan proses pengolahan dan untuk mengetahui kelengkapan pemasukan daftar. Apabila pada waktu kunjungan responden tidak dapat langsung wawancara (daftar ditinggal), maka pengisian pada blok ini ditulis terlebih dahulu. Rincian 1 s.d 7: Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Kelurahan/Desa, Nama dan Alamat Lengkap perusahaan, serta Contact person perusahaan Menyalin dari Daftar Sampel Perusahaan/Usaha Lembaga Keuangan yang akan dicacah. Penulisan nama dan alamat perusahaan, apabila nama dan alamat perusahaan pada waktu dilakukan pencacahan berubah/berbeda (tidak sesuai dengan Daftar Sampel Perusahaan/Usaha Lembaga Keuangan), maka tuliskan nama dan alamat perusahaan yang sebenarnya pada Daftar Sampel Perusahaan/Usaha Lembaga Keuangan diperbaiki. 8 Pedoman Pencacahan Survei Lembaga Keuangan Tahun 2013

Apabila nama dan alamat perusahaan pada waktu dilakukan pencacahan berubah (tidak sesuai dengan Daftar Sampel Perusahaan/Usaha Lembaga Keuangan ), maka tuliskan nama dan alamat perusahaan terbaru tersebut pada blok catatan, beri keterangan. 3.3.1.2. BLOK II: KETERANGAN USAHA Rincian 1: Bentuk badan hukum/badan usaha. Badan hukum perusahaan/usaha adalah bentuk pengesahan suatu perusahaan/usaha pada waktu pendirian yang dilakukan oleh instansi pemerintah (departemen terkait) yang diperkuat dengan bukti tertulis atau akte. Bentuk badan usaha yang dimaksud adalah: 1. Perseroan Terbatas (PT)/PT (Persero)/Perum Perseroan Terbatas (PT): perusahaan yang berstatus badan hukum, didirikan dengan modal yang terbagi dalam saham-saham dan pemegang saham bertanggung jawab terbatas sesuai nilai nominal saham yang dimiliki. PT (Persero): perusahaan yang saham-sahamnya dimiliki oleh negara (pemerintah), dan kekayaan perusahaan dipisahkan dari kekayaan negara, dengan tujuan mencari keuntungan maksimal dengan menggunakan faktor-faktor produksi secara efisien. Perusahaan Umum Negara (Perum): perusahaan yang bukan semata-mata bertujuan mencari keuntungan, melainkan untuk melayani kepentingan umum masyarakat di bidang jasa-jasa vital (public utilities). Usaha yang dijalankan memperhatikan segi efisiensi, efektivitas, ekonomis serta bentuk pelayanan yang baik. Seluruh modal perusahaan dimiliki negara yang dipisahkan dari kekayaan negara serta dapat memperoleh kredit dalam bentuk obligasi, dan diberi kebebasan bergerak untuk mengadakan perjanjian, kontak dan hubungan dengan perusahaan lain. 2. Koperasi: organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orangorang atau badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan. 3. Perseroan Komanditer/Commanditair Venootschap (CV): suatu bentuk perjanjian kerjasama untuk berusaha antara orang-orang yang bersedia memimpin, mengatur perusahaan dan bertanggung jawab penuh atas kekayaan pribadinya, dengan orang-orang yang memberikan pinjaman dan tidak bersedia memimpin perusahaan serta bertanggung jawab pada kekayaan yang diikutsertakan dalam perusahaan tersebut. Pedoman Pencacahan Survei Lembaga Keuangan Tahun 2013 9

4. Firma: suatu persekutuan untuk menjalankan perusahaan dengan nama bersama, masing-masing anggota firma bertanggung jawab sepenuhnya atas segala perikatan. Laba dan rugi dari perusahaan dibagi dan ditanggung bersama. 5. Yayasan: sebuah badan hukum dengan kekayaan yang dipisahkan. Tujuan pendiriannya dititikberatkan pada usaha-usaha sosial dan bukan untuk mencari keuntungan. 6. Perwakilan Perusahaan Asing: bentuk badan hukum suatu perusahaan yang mengikuti nama bentuk badan hukum perusahaan yang membawahinya di luar wilayah Indonesia. Contoh : Ltd. (Limited), Corp. (Corporation). 7. Perorangan: suatu kegiatan usaha yang ditangani secara perorangan tanpa bentuk badan hukum maupun usaha. Rincian 2: Tahun mulai beroperasi secara komersial. Tahun mulai beroperasi secara komersial adalah tahun pertama kali perusahaan melayani/menghasilkan jasa secara komersial sesuai dengan akte pendirian perusahaan. Apabila berubah bentuk badan hukum/usahanya, maka yang ditulis adalah tahun pada bentuk badan hukum/usaha terakhir. Catatan: Apabila perusahaan pernah mengalami masa tidak beroperasi (tidak aktif), maka tahun berdiri yang ditulis tetap tahun yang lama, kecuali setelah masa tidak aktif tersebut perusahaan yang bersangkutan berubah bentuk badan hukum/usahanya. Rincian 3.a: Apakah mempunyai unit penelitian dan pengembangan (litbang)? Cukup jelas. Rincian 3.b: Apakah selama tahun 2012 perusahaan/usaha melakukan inovasi? Cukup jelas. Rincian 3.c: Jika 'ya', bentuk inovasinya: Jawaban bisa lebih dari satu kode yang dilingkari. 1. Inovasi produk adalah pengembangan produk baru yang lebih baik (fisik atau harga). 2. Inovasi proses adalah pengembangan baru dalam proses pelayanan dengan tujuan efisiensi waktu dan biaya. 3. Inovasi manajemen adalah pengembangan baru dalam pengelolaan kegiatan. 3.3.1.3. BLOK III: PEKERJA DAN BALAS JASA PEKERJA Blok ini digunakan untuk mencatat banyaknya pekerja/karyawan tetap dan 10 Pedoman Pencacahan Survei Lembaga Keuangan Tahun 2013

kontrak dibayar (yang berwarga negara Indonesia) yang dirinci menurut jenjang pendidikan dan jenis kelamin, pekerja tidak tetap, karyawan berkewarganegaraan asing (WNA), pekerja tidak dibayar, dan balas jasa pekerja selama setahun yang lalu. Rincian 1: Pekerja/karyawan tetap dan pekerja kontrak pada tahun 2012 menurut jenjang pendidikan yang ditamatkan. Pekerja dibayar: pekerja yang bekerja pada perusahaan dengan mendapat upah/gaji dan tunjangan lainnya dari perusahaan tersebut, baik berupa uang maupun barang. Pekerja tetap: pekerja yang bekerja pada perusahaan dengan mendapat upah/gaji secara tetap, tidak tergantung pada absensi/kehadiran pekerja tersebut, dan apabila diberhentikan biasanya mendapat pesangon. Pekerja kontrak: pekerja yang bekerja dengan perjanjian kontrak kerja dengan batas waktu tertentu. Pekerja tidak tetap: pekerja yang bekerja pada perusahaan dan mendapat upah/gaji dengan memperhitungkan jumlah hari masuk kerja/prestasi, dan apabila diberhentikan biasanya tidak mendapat pesangon. Pekerja asing: pekerja yang bukan warga negara Indonesia dan bekerja dengan mendapat upah/gaji secara tetap atau yang bekerja dengan perjanjian tertentu (sebagai pekerja kontrak). Jenjang pendidikan: tingkat pendidikan tertinggi yang telah diselesaikan/ditamatkan dengan memperoleh sertifikat kelulusan. Contoh: Seorang pekerja yang pernah kuliah tetapi tidak selesai, dianggap tamat SMA. Jenjang pendidikan diantaranya: a. Tamat SMP: mereka yang tamat Sekolah Menengah Pertama, MULO, HBS 3 tahun, Sekolah Luar Biasa Menengah Tingkat Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Kepandaian Putri, Sekolah Menengah Ekonomi Pertama, Sekolah Teknik, Sekolah Kesejahteraan Keluarga Pertama, Sekolah Ketrampilan Kejuruan 4 tahun, Sekolah Usaha Tani, Sekolah Pertanian Menengah Pertama, Sekolah Guru Bantu, Pendidikan Guru Agama 4 tahun, Kursus Pegawai Administrasi, Kursus Karyawan Perusahaan, dan Pendidikan Pegawai Urusan Peradilan Agama. b. Tamat SMA: mereka yang tamat dari SMTA umum dan SMTA kejuruan, seperti Sekolah Menengah Atas, HBS 5 tahun, AMS, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Pekerjaan Sosial, Sekolah Menengah Industri Kerajinan, Sekolah Menengah Seni Rupa, Sekolah Menengah Karawitan Indonesia, Sekolah Menengah Musik, Sekolah Teknologi Menengah Pembangunan, Sekolah Menengah Ekonomi Atas, Sekolah Teknologi Menengah, Sekolah Menengah Pedoman Pencacahan Survei Lembaga Keuangan Tahun 2013 11

Teknologi Pertanian, Sekolah Menengah Teknologi Perkapalan, Sekolah Menengah Teknologi Pertambangan, Sekolah Menengah Teknologi Grafika, Sekolah Guru Olah Raga, Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa, Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama, Pendidikan Guru Agama 6 tahun, Sekolah Guru Taman Kanak-Kanak, Kursus Pendidikan Guru, Sekolah Analisis Menengah Kimia Atas, Sekolah Asisten Apoteker, Sekolah Bidan, Sekolah Pengatur Rontgen, dan Kursus Pegawai Administrasi Atas. c. D I/D II: mereka yang tamat Diploma I atau Diploma II pada suatu pendidikan yang khusus diberikan untuk program diploma. Program Akta I dan Akta II termasuk dalam jenjang pendidikan program Diploma I atau Diploma II. d. Sarjana Muda/Diploma III: mereka yang tamat Akademi/Diploma III/ Akta III atau yang telah mendapatkan gelar sarjana muda pada suatu fakultas, misalnya: Akademi Seni Musik Indonesia, Akademi Seni Tari Indonesia, Akademi Bahasa Asing, Akademi Pemerintahan Dalam Negeri. Bagi fakultas yang tidak mengeluarkan gelar sarjana muda maka mereka yang menempuh pendidikan sampai semester 8 atau 9 dan belum tamat tetap dimasukkan sebagai tamat SLTA. e. D IV dan S1: mereka yang tamat program pendidikan diploma IV dan sarjana (Strata 1) pada umumnya mereka yang menamatkan pendidikan pada suatu universitas/institut/sekolah tinggi. f. S2/S3: mereka yang menyelesaikan pendidikan pasca sarjana, doktor, spesialis 1 dan 2 pada suatu universitas/institut/sekolah tinggi. Rincian 2: Pekerja tidak tetap. Cukup jelas. Rincian 3: Pekerja asing. Pengisiannya agar memperhatikan 1) Pekerja Tetap 2) Pekerja Kontrak Rincian 4: Total pekerja. Total pekerja = rincian 1.g kol (6) + rincian 2 + rincian 3.a + rincian 3.b Rincian 5: Balas jasa pekerja tetap dan pekerja kontrak selama tahun 2012 Balas jasa pekerja adalah balas jasa kepada semua pekerja yang ikut dalam kegiatan pelayanan jasa (natura). Balas jasa pekerja yang berbentuk jasa dinilai atas dasar harga pasar pada saat pelayanan konsumen. Penjelasan: 1. Bila perusahaan/usaha memberikan barang kepada pekerjanya dengan harga dibawah harga jual perusahaan, maka selisih antara harga tersebut dimasukkan 12 Pedoman Pencacahan Survei Lembaga Keuangan Tahun 2013

sebagai balas jasa pekerja. 2. Bila perusahaan/usaha menyediakan fasilitas perumahan dan kendaraan yang diserahkan pemakaiannya tanpa bayar kepada pekerja, maka penilaiannya dapat dilakukan dengan taksiran nilai sewa atau nilai penyusutan selama referensi waktu survei. 3. Pengeluaran untuk pakaian kerja (wearpack) yang diberikan secara cuma-cuma kepada pekerja tidak digolongkan sebagai balas jasa pekerja dalam bentuk barang, kecuali pakaian yang dapat dipakai diluar jam kerja seperti untuk pesta atau rekreasi. 4. Pengeluaran makanan dan minuman dalam rangka meningkatkan produktivitas pekerja tidak dimasukkan kedalam balas jasa pekerja. 5. Bila perusahaan/usaha menyediakan dana untuk biaya penggantian obat-obatan, perawatan, hiburan seperti pemberian tiket bioskop yang biasanya sudah diatur dalam peraturan kesejahteraan pekerja, maka pengeluaran tersebut digolongkan ke dalam balas jasa pekerja. Balas jasa pekerja terdiri dari: a. Upah/gaji: pengeluaran perusahaan untuk balas jasa pekerja/karyawan, sebelum dikurangi pajak baik dalam bentuk uang maupun barang. Perkiraan sewa rumah dinas, fasilitas kendaraan dan sejenisnya dimasukkan dalam upah dan gaji walaupun tidak tertulis dalam neraca (catatan) perusahaan. Upah/gaji yang sudah seharusnya dikeluarkan tetapi belum dibayarkan tetap dimasukkan di rincian upah/gaji. b. Upah lembur: upah yang diberikan/dibayarkan kepada pekerja/karyawan yang bekerja di luar jam kerja biasa. c. Hadiah, bonus dan sejenisnya: pengeluaran perusahaan/usaha berupa uang dan atau barang yang diberikan kepada pekerja/karyawan karena prestasi pekerja/karyawan kepada perusahaan. Hadiah: pengeluaran perusahaan berupa uang dan/atau barang yang diberikan kepada pekerja/karyawan, biasanya karena prestasi pekerja/karyawan kepada perusahaan. Bonus: pengeluaran perusahaan berupa uang dan/atau barang yang diberikan kepada pekerja/karyawan, karena perusahaan mengalami keuntungan, biasanya diberikan pada akhir tahun. d. Iuran dana pensiun, tunjangan sosial dan sejenisnya: iuran yang disetorkan kepada badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun bagi pekerja/karyawan sebagai peserta. Asuransi tenaga kerja: pengeluaran perusahaan yang dibayarkan secara teratur kepada yayasan/badan yang menangani masalah asuransi tenaga kerja atas Pedoman Pencacahan Survei Lembaga Keuangan Tahun 2013 13

nama pekerja/karyawan, yang terdiri dari: 1. Asuransi kesehatan: biaya perusahaan yang dibayarkan secara teratur kepada yayasan/lembaga yang menangani masalah asuransi kesehatan atas nama pekerja/karyawan. 2. Asuransi kecelakaan: biaya perusahaan yang dibayarkan secara teratur kepada yayasan/lembaga yang menangani masalah asuransi kecelakaan atas nama pekerja/karyawan. 3. Asuransi jiwa: biaya perusahaan yang dibayarkan secara teratur kepada yayasan/lembaga yang menangani masalah asuransi jiwa atas nama pekerja/karyawan. Rincian 6: Balas jasa untuk pekerja tidak tetap. Cukup jelas. Rincian 7: Balas jasa untuk pekerja asing. Cukup jelas. Rincian 8: Total balas jasa. Total balas jasa = rincian 5.f kolom (4) + rincian 6 + rincian 7.a + rincian 7.b. 3.3.1.4. BLOK IV: INVESTASI, KENDALA, DAN PROSPEK USAHA Blok ini untuk mengetahui struktur permodalan, kondisi perusahaan/usaha jika dibandingkan dengan keadaan setahun yang lalu, dan kendala-kendala yang dialami pengusaha, serta prospek perusahaan/usaha ke depan. Rincian 1.a: Status penanaman modal. Status permodalan: permodalan utama yang diperoleh perusahaan pada waktu pendirian dan berdasarkan keputusan yang diberikan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Pemahaman tentang PMDN dan PMA sebagai berikut: 1. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Suatu perusahaan dikatakan mempunyai fasilitas permodalan PMDN apabila perusahaan tersebut telah mendapatkan persetujuan dari BKPM bahwa usahanya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan ketentuan serta persyaratan penanaman modal dalam negeri yang berlaku. 2. Penanaman Modal Asing (PMA) Suatu perusahaan dikatakan mempunyai fasilitas permodalan PMA apabila perusahaan tersebut telah mendapatkan persetujuan dari presiden melalui BKPM bahwa usahanya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan ketentuan 14 Pedoman Pencacahan Survei Lembaga Keuangan Tahun 2013

serta persyaratan penanaman modal asing yang berlaku. 3. Non Fasilitas Suatu perusahaan yang status permodalannya dikelompokkan dalam kategori ini apabila permodalan perusahaan dalam rangka usahanya tidak mendapat fasilitas dari BKPM atau BKPMD. Catatan: Perusahaan dalam kategori ini dapat terdiri dari: a. Perusahaan yang belum/tidak pernah mengajukan permohonan tentang fasilitas permodalannya kepada BKPM atau kepada presiden. b. Perusahaan yang telah mengajukan permohonan tentang fasilitas permodalannya tetapi belum disetujui oleh presiden atau oleh BKPM (masih dalam proses). Rincian 1.b: Jika rincian 1.a berkode 2 (PMA) negara utama penanam modal. Cukup jelas. Rincian 2.a: Persentase permodalan. Sumber modal suatu perusahaan terdiri dari modal yang berasal dari: a. Pemerintah Pusat adalah modal perusahaan berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Contoh: Modal perusahaan yang berasal dari BUMN. b. Pemerintah Daerah adalah modal perusahaan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Contoh: Modal perusahaan yang berasal dari BUMD. c. Swasta Nasional adalah modal perusahaan berasal dari Badan Usaha Swasta Nasional dan atau warga negara Indonesia. Contoh: Modal perusahaan yang berasal dari Bank swasta nasional d. Asing adalah modal perusahaan yang berasal dari pemerintah asing, warga negara asing dan atau pihak asing. Rincian 2.b: Apakah ada kepemilikan saham/modal asing secara individual 10%? Cukup jelas. Rincian 2.c: Apakah perusahaan memiliki penyertaan modal di perusahaan luar negeri 10 % dari aset yang dimiliki? Cukup jelas. Rincian 3.a: Apakah ada pekerja di perusahaan ini yang pernah mengikuti bimbingan dan pelatihan? Cukup jelas. Pedoman Pencacahan Survei Lembaga Keuangan Tahun 2013 15

Rincian 3.b: Jika ada, bimbingan dan pelatihan tersebut diselenggarakan oleh: Cukup jelas. Rincian 3.c: Jenis bimbingan dan pelatihan yang diikuti: Pelatihan manajerial: jenis pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan, pengelolaan usaha secara umum. Pelatihan ketrampilan/teknik produksi: jenis pelatihan untuk meningkatkan kemampuan/ketrampilan dalam teknik produksi. Pelatihan pemasaran: jenis pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan tentang pemasaran, seperti cara mempelajari kebutuhan dan keinginan konsumen, cara melakukan penjualan dan promosi. Pelatihan lainnya: pelatihan selain yang disebutkan diatas. Rincian 4.a: Apakah perusahaan ini menjual jasa kepada perusahaan/perorangan bukan penduduk Indonesia? Cukup jelas. Rincian 4.b: Apakah perusahaan ini membeli jasa dari perusahaan/perorangan bukan penduduk Indonesia? Cukup jelas. Rincian 5: Apakah perusahaan memiliki aset di luar negeri? Cukup jelas. 3.3.1.5. BLOK VII: CATATAN Blok ini digunakan untuk memberikan catatan mengenai isian-isian daftar. Berikan catatan catatan jika diperlukan dengan singkat dan jelas. Blok ini sama dengan Blok X pada kuesioner Dana Pensiun. 3.3.1.6. BLOK VIII: PENGESAHAN Blok ini bertujuan untuk mengetahui bahwa jawaban yang diberikan dalam daftar diketahui oleh yang bertanggung jawab dalam perusahaan tersebut. Dilengkapi dengan nama, jabatan dan tanda tangan responden (yang memberi jawaban) serta cap perusahaan. Hal ini berguna sekali jika dibutuhkan adanya kunjungan ulang. Blok ini sama dengan Blok XI pada kuesioner Dana Pensiun. 3.3.1.7. BLOK IX: KETERANGAN PETUGAS Blok ini dimaksudkan sebagai pertanggungjawaban petugas, baik yang melakukan pencacahan maupun pengawasan pada waktu pelaksanaan kegiatan. Blok ini sama dengan Blok XII pada kuesioner Dana Pensiun. 16 Pedoman Pencacahan Survei Lembaga Keuangan Tahun 2013

3.3.2. PERTANYAAN MODUL Pertanyaan modul secara umum membedakan jenis perusahaan/usaha pada usaha lembaga keuangan menjadi 3 (tiga) blok pertanyaan yaitu: 1. Blok II : Keterangan Usaha 2. Blok V : Laporan Laba/Rugi Tahun 2011-2012 3. Blok VI : Neraca per 31 Desember Tahun 2011 dan 2012 Pertanyaan modul jenis perusahaan Dana Pensiun dibedakan pada 6 (enam) blok pertanyaan, yaitu: 1. Blok II : Keterangan Usaha (mulai dari rincian 4) 2. Blok V : Laporan Aktiva Bersih Dana Pensiun per 31 Desember Tahun 2011 dan 2012 3. Blok VI : Laporan Perubahan Aktiva Bersih Dana Pensiun Tahun 2011-2012 4. Blok VII : Perhitungan Hasil Usaha Dana Pensiun Tahun 2011-2012 5. Blok VIII : Neraca Dana Pensiun per 31 Desember Tahun 2011 dan 2012 6. Blok IX : Laporan Arus Kas Dana Pensiun Tahun 2011-2012 3.3.2.1. PERBANKAN KONVENSIONAL Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit baik untuk keperluan pembiayaan usaha atau untuk konsumsi dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. BLOK II: KETERANGAN USAHA Rincian 4: Jenis Bank. Jenis bank dibedakan menjadi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Umum: perusahaan perbankan yang kegiatan utamanya menghimpun dana masyarakat dalam bentuk giro, deposito, dan tabungan serta menyalurkan kembali dananya dalam bentuk kredit, selain itu juga memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Termasuk dalam bank umum ini adalah semua jenis bank, baik bank devisa maupun non devisa, yang menpunyai badan hukum persero, perusahaan daerah, koperasi, dan perseroan terbatas. Bank Perkreditan Rakyat (BPR): perusahaan atau usaha perbankan yang hanya menerima simpanan dalam bentuk tabungan serta memberikan kredit berskala kecil dalam jangka pendek kepada masyarakat dalam wilayah kerja tertentu yang umumnya bersifat lokal, dan kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bentuk badan hukum BPR adalah perusahaan daerah, koperasi, perseroan terbatas dan bentuk lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Pedoman Pencacahan Survei Lembaga Keuangan Tahun 2013 17

Jika rincian 4 berkode 1 pertanyaan dilanjutkan ke rincian 5 (Khusus Kelompok Bank Umum), tetapi jika rincian 4 berkode 2 pertanyaan dilanjutkan ke rincian 6 (Khusus Kelompok Bank Perkreditan Rakyat). Rincian 5: Khusus Kelompok Bank Umum. Rincian ini terisi jika rincian 4 berkode 1. Pilihlah salah satu kode yang sesuai dengan keadaan responden. Bank Pemerintah/BUMN/Persero: Bank Milik Negara yang sebagian besar sahamnya (minimal 51%) dimiliki oleh pemerintah. Contoh: Bank Nasional Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BNI), Bank Mandiri. Bank Pembangunan Daerah: bank yang didirikan dengan undang-undang tersendiri yaitu UU No. 13 tahun 1962 dan harus berbadan hukum Perusahaan Daerah sesuai dengan Undang-undang No. 7 tahun 1992 yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah masing-masing. Contoh: Bank Jabar, Bank DKI, Bank Nagari. Bank Campuran: bank umum yang didirikan bersama oleh satu atau lebih bank umum yang berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh warga negara dan atau badan hukum Indonesia yang dimiliki sepenuhnya oleh warga negara Indonesia, dengan satu atau lebih bank yang berkedudukan di luar negeri. Contoh: Bank Finconesia, Bank Merincorp, Bank Multicor. Bank Asing: bank umum yang seluruh sahamnya dimiliki oleh asing. Contoh: Bank ABN AMRO, Citybank, Hongkong Shanghai Bank Corp. (HSBC). Bank Swasta Nasional Devisa: bank yang seluruh sahamnya dimiliki swasta nasional yang dalam melakukan kegiatannya dapat melakukan transaksi dengan valuta asing. Contoh: Bank Central Asia (BCA), Bank Lippo. Bank Swasta Nasional Non Devisa: bank yang seluruh sahamnya dimiliki swasta nasional yang dalam melakukan kegiatannya tidak dapat melakukan transaksi dengan valuta asing. Contoh: Bank Indomonex, Bank Yudha Bhakti, Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN). Rincian 6: Khusus Kantor Pusat / Induk. Tuliskan banyaknya Kantor Cabang yang dimiliki oleh Kantor Pusat/Induk. Kantor Cabang: unit usaha dari suatu bank yang diperkenankan menjalankan semua jenis usaha bank dan menyelenggarakan tata usaha/pembukuan tersendiri, tetapi dalam mengatur usahanya itu tunduk pada segala ketentuan yang diberlakukan oleh kantor pusat bank tersebut. Kantor Cabang Pembantu: kantor di bawah kantor cabang yang kegiatan usahanya membantu kantor cabang induknya, dengan alamat tempat usaha yang 18 Pedoman Pencacahan Survei Lembaga Keuangan Tahun 2013

jelas dimana kantor cabang pembantu tersebut melakukan usahanya. Kantor Kas / Unit Pembantu: kantor bank yang melakukan kegiatan pelayanan kas dengan alamat tempat usaha yang jelas dimana kantor kas tersebut melakukan usahanya, termasuk memberikan pelayanan kepada nasabah baru. Anjungan Tunai Mandiri (ATM): merupakan salah satu perangkat perbankan elektronis yang kegiatannya meliputi pelayanan kas atau non kas yang dilakukan dengan menggunakan sarana mesin elektronis yang berlokasi baik di dalam maupun di luar kantor bank, yang dapat melakukan pelayanan antara lain penarikan atau penyetoran secara tunai, pembayaran melalui pemindahbukuan, transfer antar bank dan/atau memperoleh informasi mengenai saldo/mutasi rekening nasabah. Rincian 7: Khusus Kelompok Bank Perkreditan Rakyat. Rincian ini terisi jika rincian 4 berkode 2. Pilihlah salah satu kode yang sesuai dengan keadaan responden. BPR (Pakto 27): BPR yang memperoleh izin usaha atas dasar Kep. Menteri Keuangan No.1064/KMK.OO/1988 dan didirikan setelah tanggal 27 Oktober 1988, contoh: PT. BPR Binadana Makmur, PT. BPR Pijer Podi Kekelengen, PT. BPR Prima Mertoyudan Sejahtera. Bank Karya Produksi Desa (BKPD): Lembaga Non Badan Kredit Desa (BKD) milik Pemerintah Daerah dan terdapat di Jawa Barat, contoh: PD BPR BKPD Manonjaya, PD BPR BKPD Cidahu, PD BPR BKPD Kadipaten. BPR eks Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP): BPR yang baru memperoleh izin usaha atas dasar Kep. Menteri Keuangan dan telah berdiri sebelum 27 oktober 1988 dalam bentuk LDKP, contoh: PD BPR LPK Cibitung, PD BPR LKP Aikmel, PD BPR BKK Purworejo. Bank Pasar: bank yang wilayah usahanya terbatas pada suatu pasar/lingkungan tertentu dengan menerima simpanan dan memberikan kredit uang kepada pedagang, contoh: PD Bank Pasar Arjawinangun, PT Bank Pasar Gunung Merbabu, PD BPR BAPAS 69. LDKP: BPR yang didirikan berdasarkan Peraturan Daerah atau Surat Keputusan Gubernur masing-masing provinsi seperti LKP (Lembaga Kredit Pedesaan) di Jawa Barat, BKK (Badan Kredit Kecamatan) di Jawa Tengah, BUKP (Badan Usaha Kredit Pedesaan) di Yogyakarta, KURK (Kredit Usaha Rakyat Kecil) di Jawa Timur, contoh: LKURK Karangmojo, BUKP Kecamatan Wates. Bank Desa: badan usaha milik desa yang daerah usahanya hanya meliputi wilayah desa yang bersangkutan dan umumnya hanya melayani kegiatan kredit dalam bentuk uang bagi penduduk desa yang bersangkutan, contoh: Bank Desa Pedoman Pencacahan Survei Lembaga Keuangan Tahun 2013 19

Bancangan, BKD Gebang. Lumbung Desa: badan usaha milik desa yang daerah usahanya hanya meliputi wilayah desa yang bersangkutan dan umumnya hanya melayani kredit dalam bentuk makanan pokok, seperti padi, jagung dan lainnya bagi penduduk desa setempat. Namun ada pula sebagian lumbung desa yang memberi kredit dalam bentuk uang, contoh: Lumbung Desa Sambit, Lumbung Desa Kaliwungu Lor. Rincian 8: Jenis Produk Usaha Jasa Moneter Tuliskan banyaknya nasabah dan nilai dari jenis produk usaha jasa moneter. a) Usaha Simpanan Simpanan: dana yang dipercayakan oleh masyarakat berdasarkan perjanjian penyimpanan. 1) Giro: simpanan pihak lain pada bank yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, kartu ATM, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan antara lain dengan bilyet giro. 2) Tabungan: simpanan pihak lain pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan dengan itu. 3) Deposito: simpanan pihak lain pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara nasabah penyimpan dengan bank yang bersangkutan. b) Usaha Jasa 1) Jumlah pemegang kartu ATM: banyaknya nasabah yang terdaftar sebagai pengguna kartu ATM. 2) Jumlah pemegang kartu kredit: banyaknya nasabah yang terdaftar sebagai pengguna kartu kredit. c) Usaha Kredit Jumlah peminjam (debitur): banyaknya nasabah yang menerima kredit atau pinjaman. Rincian 9: Penyaluran Kredit. Tuliskan jumlah nasabah dari setiap jenis kredit yang disalurkan dan nilai (dalam juta rupiah) dari setiap jenis kredit yang disalurkan. Kredit Modal Kerja: kredit yang diberikan untuk membiayai kelancaran kegiatan usaha nasabah. Kredit Investasi: adalah kredit yang diberikan untuk melakukan penanaman 20 Pedoman Pencacahan Survei Lembaga Keuangan Tahun 2013

modal yang biasanya jangka panjang dengan maksud memperoleh keuntungan. Kredit Konsumsi: kredit yang diberikan untuk membiayai pengadaan barangbarang serta jasa-jasa (penggunaan akhir). Rincian 10: Ikhtisar Keuangan Adalah ringkasan keuangan yang berasal dari laporan Laba/Rugi dan Neraca yang meliputi: a. Total Aset b. Total Aktiva Produktif Aktiva Produktif meliputi penanaman dana bank dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan, dan lainnya yang dapat menghasilkan pendapatan bagi bank. c. Total Ekuitas d. Pendapatan Bunga e. Beban Bunga f. Pendapatan Operasional (termasuk Pendapatan Bunga) g. Beban Operasional (termasuk Beban Bunga) h. Laba Sebelum Pajak i. Laba Setelah Pajak Rincian 11 : Rasio Keuangan Rasio keuangan bank meliputi: a. Permodalan CAR: Perbandingan antara Modal dengan ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko). b. Kualitas Aktiva NPL: Perbandingan antara Kredit dalam Kualitas yang Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet dengan Total Kredit. c. Rentabilitas ROA: Perbandingan antara Laba Sebelum Pajak dengan Total Aset. ROE: Perbandingan antara Laba Setelah Pajak dengan Total Ekuitas. NIM: Perbandingan antara Pendapatan Bunga Bersih dengan Rata-Rata Aktiva Produktif. BOPO: Perbandingan antara Total Beban Operasional dengan Total Pendapatan Operasional. d. Likuiditas LDR: Perbandingan antara Kredit yang Diberikan dengan Dana Pihak Ketiga yang dihimpun bank. Pedoman Pencacahan Survei Lembaga Keuangan Tahun 2013 21

BLOK V : LAPORAN LABA RUGI TAHUN 2011-2012 Yang dimasukkan ke dalam daftar rincian laba-rugi adalah angka-angka kumulatif sejak awal tahun buku bank sampai dengan tanggal akhir bulan laporan yang bersangkutan. A. PENDAPATAN OPERASIONAL Rincian 1: Pendapatan bunga. a. Pendapatan bunga: pendapatan bunga baik dari pinjaman yang diberikan maupun simpanan yang dimiliki, seperti giro, simpanan berjangka, obligasi, Call Money dan surat-surat pengakuan hutang lainnya dalam bentuk rupiah dan valuta asing. b. Pendapatan provisi dan komisi atas kredit: pendapatan berupa provisi dan komisi akibat dari transaksi atau pemberian kredit. Rincian 2: Provisi dan komisi lainnya. Pendapatan berupa provisi dan komisi yang tidak berkaitan langsung dengan transaksi pemberian kredit. Rincian 3: Laba atas kenaikan nilai surat berharga. Keuntungan dari kenaikan nilai surat berharga di pasar modal. Rincian 4: Laba selisih kurs. Cukup jelas. Rincian 5: Lain-lain. Cukup jelas. B. BEBAN OPERASIONAL. Rincian 1: Beban bunga. a. Beban bunga: biaya bunga dalam rupiah dan valas seperti pada tabungan, giro, simpanan berjangka dan lainnya. b. Provisi dan komisi: biaya yang dikeluarkan bank untuk komisi, provisi, fee akibat dari transaksi atau penerimaan pinjaman. Rincian 2: Beban penyisihan penghapusan aset produktif. Adalah beban penghapusan yang diperhitungkan atas aset produktif. Aset produktif terdiri dari giro pada bank lain, penempatan pada bank lain, surat berharga, obligasi pemerintah, tagihan derivatif, pinjaman/pembiayaan yang diberikan, tagihan akseptasi, penyertaan saham, serta komitmen dan kontinjensi 22 Pedoman Pencacahan Survei Lembaga Keuangan Tahun 2013

yang berisiko kredit. Rincian 3: Beban tenaga kerja. Adalah gaji pokok, upah beserta tunjangan yang dibayarkan kepada direksi dan karyawan baik tetap maupun tidak tetap sebelum dikurangi pajak penghasilan dan potongan-potongan lain, termasuk pula honor komisaris, upah lembur dan perawatan kesehatan. BIAYA TENAGA KERJA PADA RINCIAN B.3 KOLOM (3) = BIAYA BALAS JASA PEKERJA YANG TERDAPAT PADA ISIAN BLOK III RINCIAN 8 Rincian 4: Beban umum dan administrasi. Beban umum dan administrasi adalah berbagai beban yang timbul untuk mendukung kegiatan operasional bank. Beban umum dan administrasi meliputi biaya sewa, perbaikan dan pemeliharaan, persediaan kantor, listrik dan air, transportasi, peneltian dan pengembangan, teknologi informasi, dan komunikasi, depresiasi (penyusutan), amortisasi, dan beban lain-lain. Rincian 5: Rugi atas penjualan surat-surat berharga. Cukup jelas. Rincian 6: Lain-lain. Cukup jelas. C. LABA (RUGI) OPERASIONAL Hasil pengurangan antara Rincian A dengan Rincian B. D. PENDAPATAN (BEBAN) NON OPERASIONAL Rincian 1: Pendapatan non operasional. Pendapatan non operasional yang tidak termasuk pada rincian A 1-5. Rincian 2: Beban non operasional. Beban non operasional yang tidak termasuk pada rincian B 1-6. E. LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK DAN HAK MINORITAS Yang dimasukkan ke dalam rincian ini adalah jumlah laba/rugi sebelum dikurangi taksiran pajak penghasilan dan hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan. Pedoman Pencacahan Survei Lembaga Keuangan Tahun 2013 23

F. PAJAK PENGHASILAN Jumlah taksiran pajak penghasilan yang harus dibayar oleh bank. G. LABA (RUGI) SEBELUM HAK MINORITAS Jumlah laba (rugi) setelah memperhitungkan pajak penghasilan tetapi belum dikurangi dengan hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan. H. HAK MINORITAS ATAS LABA BERSIH ANAK PERUSAHAAN Bagian hasil usaha dan bagian aset neto dari anak perusahaan yang tidak dimiliki baik seara langsung maupun tidak langsung oleh induk perusahaan. I. LABA (RUGI) TAHUN BERJALAN Jumlah laba (rugi) setelah memperhitungkan pajak penghasilan dan hak minoritas anak atas laba bersih anak perusahaan. J. SALDO LABA (RUGI) AWAL TAHUN Saldo laba (rugi) pada awal tahun buku yang bersangkutan. K. DIVIDEN Dividen adalah distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu atau sebagian keuntungan yang dibagikan kepada para pemegang saham. L. LAINNYA Jika diberikan indikasi mengenai pembatasan terhadap saldo laba, misalnya; dicadangkan untuk perluasan pabrik, atau untuk memenuhi ketentuan Undang-Undang maupun ikatan tertentu. M. SALDO LABA (RUGI) AKHIR TAHUN. Cukup Jelas. BLOK VI: NERACA PER 31 DESEMBER TAHUN 2011 DAN 2012 Neraca (Balance Sheet): laporan sistematis tentang harta (aset), hutang serta modal suatu perusahaan dengan tujuan menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada penutupan buku di akhir tahun kalender atau tahun fiskal. ASET Rincian 1: Kas. Kas adalah mata uang kertas dan logam, baik rupiah maupun valuta asing, 24 Pedoman Pencacahan Survei Lembaga Keuangan Tahun 2013

yang masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah. Pengertian kas adalah termasuk mata uang rupiah dan valuta asing yang ditarik dari peredaran dan yang masih dalam masa tenggang untuk penukarannya ke Bank Indonesia. Sementara itu, pengertian kas tersebut tidak termasuk emas batangan dan uang logam yang diterbitkan untuk memperingati peristiwa nasional (commemorative coin). Rincian 2: Giro pada Bank Indonesia. Giro pada Bank Indonesia adalah saldo rekening giro bank baik dalam rupiah maupun dalam valuta asing di Bank Indonesia. Rincian 3: Giro pada bank lain. Simpanan pada bank lain, baik dalam rupiah maupun dalam valuta asing, yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat perintah pembayaran atau pemindahbukuan. Rincian 4: Penempatan pada Bank Indonesia. Penempatan pada Bank Indonesia adalah penempatan/tagihan bank baik dalam rupiah maupun valuta asing kepada Bank Indonesia. Jenis penempatan pada Bank Indonesia meliputi: a) Fine Tune Operation (FTO) yaitu transaksi dalam rangka Operasi Pasar Terbuka (OPT) untuk menyerap likuiditas perbankan yang dilakukan sewaktu-waktu oleh BI apabila diperlukan untuk mempengaruhi likuiditas perbankan secara jangka pendek dengan waktu, jumlah, dan harga transaksi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. b) Fasbi (Fasilitas Diskonto Bank Indonesia) yaitu Fasilitas penempatan dana rupiah bank peserta Pasar Uang Antar Bank (PUAB) pada Bank Indonesia dengan jangka waktu tertentu, dan suku bunga tertentu yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. c) Lainnya, yaitu selain jenis diatas dan memenuhi kriteria penempatan pada Bank Indonesia. Rincian 5: Penempatan pada bank lain. Penempatan pada bank lain adalah penempatan/tagihan atau simpanan milik bank dalam rupiah dan atau valuta asing pada bank lain, baik yang melakukan kegiatan operasional di Indonesia maupun luar Indonesia baik untuk menunjang kelancaran transaksi antar-bank maupun sebagai secondary reserve dengan maksud untuk memperoleh penghasilan. Pedoman Pencacahan Survei Lembaga Keuangan Tahun 2013 25

Jenis penempatan pada bank lain meliputi interbank call money, tabungan, deposit on call, deposito berjangka, sertifikat deposito, margin deposit, setoran jaminan dalam rangka transaksi perdagangan, dana pelunasan obligasi, serta lainnya yang memenuhi kriteria penempatan pada bank lain. Nilai tercatat penempatan pada bank lain adalah nilai penempatan pada bank lain neto pada tanggal pelaporan setelah dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai. Rincian 6: Efek-efek. Efek adalah surat berharga, yaitu surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka, dan setiap derivatif dari efek. Rincian 7: Efek yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo). Efek atau surat berharga yang diterbitkan oleh bank atau pihak ketiga bukan bank yang dijual dengan janji untuk dibeli kembali dari pembeli dengan harga yang telah disepakati pada awal transaksi. Rincian 8: Tagihan derivatif. Tagihan atas potensi keuntungan dari suatu perjanjian/kontrak transaksi derivatif (selisih positif antara nilai kontrak dengan nilai wajar transaksi derivatif pada tanggal laporan), termasuk potensi keuntungan karena mark to market dari transaksi spot yang masih berjalan. Rincian 9: Kredit yang diberikan. Semua realisasi pemberian kredit oleh bank kepada pihak ketiga bukan bank, termasuk kredit kepada pegawai bank sendiri. Rincian 10: Tagihan akseptasi. Akseptasi: janji untuk membayar oleh pihak tertarik dengan cara membubuhkan tanda tangan dalam surat wesel; akseptasi harus dinyatakan dengan kata akseptasi atau dengan cara lain yang sama maksudnya; tanda tangan saja dan pihak tertarik dibubuhkan pada halaman muka, surat wesel sudah berlaku sebagai akseptasi; apabila telah diakseptasi, wesel ini menjadi sama dengan promes, yang berarti dapat diperdagangkan atau dapat dijual kepada pihak lain sebelum tanggal jatuh tempo. Tagihan akseptasi: tagihan yang timbul sebagai akibat akseptasi yang dilakukan terhadap wesel berjangka. 26 Pedoman Pencacahan Survei Lembaga Keuangan Tahun 2013