Peran Suhu Makanan pada Sisa Makanan Pokok, Lauk Hewani, Lauk Nabati dan Sayur pada Pasien Diet TKTP

dokumen-dokumen yang mirip
Suhu Makanan dan Sisa Makanan Pasien Dewasa Diet Lunak di Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK SENSORIK MAKANAN DENGAN SISA MAKANAN BIASA PADA PASIEN RAWAT INAP RSUD DR. SOERATNO, GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN

SKRIPSI HUBUNGAN VARIASI MENU, BESAR PORSI, SISA MAKANAN DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN PADA MAKANAN LUNAK DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK SENSORIK MAKANAN DENGAN SISA MAKANAN BIASA PADA PASIEN RAWAT INAP RSUD DR. SOERATNO, GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN

THE RELATIONSHIP OF FOOD CONSUMPTION TOWARDS STAY LENGTH AND PATIENT NUTRITIONAL STATUS BY RICE DIET IN PKU MIHAMMADIYAH HOSPITAL OF YOGYAKARTA

ABSTRACT. Objective: To find out association between timelines in food distribution and food intake of patients on rice diet at Atambua Hospital.

GAMBARAN RASA, WARNA, TEKSTUR, VARIASI MAKANAN DAN KEPUASAN MENU MAHASANTRI DI PESANTREN MAHASISWA KH.MAS MANSUR UMS

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan. pencatatan, pelaporan serta evaluasi (PGRS, 2013).



BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan gizi ruang rawat inap adalah rangkaian kegiatan mulai dari

BAB V PEMBAHASAN. Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung mempunyai siklus menu 10 hari

PERBEDAAN DAYA TERIMA, SISA DAN ASUPAN MAKANAN PADA PASIEN DENGAN MENU PILIHAN DAN MENU STANDAR DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan berfungsi kuratif dan rehabilitatif yang menyelaraskan tindakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi sangat berpengaruh pada proses

MOTIVASI MAKAN PASIEN, LAMA PERAWATAN DAN SISA MAKAN PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KETEPATAN WAKTU PENYAJIAN DAN MUTU MAKANAN DENGAN SISA MAKANAN PASIEN DEWASA NON DIET DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Standar akreditasi rumah sakit menyebutkan bahwa pelayanan gizi. metabolisme manusia untuk pemulihan dan mengoreksi kelainan

HUBUNGAN WAKTU TUNGGU DAN SUHU MAKANAN DENGAN DAYA TERIMA MAKANAN DI RSUD dr.drajat PRAWIRANEGARA KABUPATEN SERANG BANTEN

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Program Studi Gizi FIK UMS. Oleh:

GAMBARAN SISA MAKANAN BIASA YANG DISAJIKAN DI RUANG MAWAR RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK PENILAIAN MENGENAI SISA MAKANAN PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT SWASTA AL-ARIF CIAMIS TAHUN 2013.

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN VARIASI MENU, BESAR PORSI, SISA MAKANAN DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN PADA MAKANAN LUNAK DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN PENGETAHUAN DIET JANTUNG DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP KELAS III DI RSUD SURAKARTA

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DARI KUALITAS MAKANAN RUMAH SAKIT DENGAN SISA MAKANAN DI RSUD KOTA SEMARANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ruang perawatan kelas III, dan data-data terkait antara lain standar

DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH

Hubungan Tingkat Kepuasan Pasien Terdapat Pelayanan Gizi dengan Sisa Makanan Pasien VIP di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Sisa Makanan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Iswanelly Mourbas, M. Husni Thamrin, Ayu Restika (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP TERHADAP PELAYANAN MAKANAN DI RUMAH SAKIT UMUM (RSUD) MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADANYA SISA MAKANAN BIASA PADA PASIEN RAWAT INAP DI KELAS III RUMAH SAKIT PIRNGADI MEDAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK SEKOLAH DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI GODEAN 1 KABUPATEN SLEMAN

ANALISIS ZAT GIZI DAN BIAYA SISA MAKANAN PADA PASIEN DENGAN MAKANAN BIASA

PENGARUH VARIASI BENTUK LAUK NABATI TERHADAP DAYA TERIMA PADA PASIEN ANAK DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA SISA MAKANAN NARAPIDANA (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Semarang)

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN GIZI DENGAN SISA MAKANAN PASIEN DI RUANG VIP RS PANTI RAPIH YOGYAKARTA

BAB IV METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah observasional deskriptif yaitu

*Fakultas Kesehatan Mayarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

INFORMED CONSENT. Setelah mendapatkan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian yang dilaksanakan, saya :

BAB I PENDAHULUAN. adalah pelayanan gizi, dalam standar profesi Gizi, dinyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kuratif, rehabilitatif dan promotif. Ada 4 kegiatan pokok PGRS yaitu :

Pengaruh pelatihan asuhan gizi dalam meningkatkan kinerja ahli gizi ruang rawat inap di RSUD DR. Soetomo Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk mencapai pemulihan penderita dalam waktu singkat. Upayaupaya

Kata Kunci : Variasi Makanan, Cara Penyajian Makanan, Ketepatan Waktu Penyajian Makanan, Kepuasan Pasien

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan upaya-upaya kesehatan yang meliputi upaya peningkatan

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH MODIFIKASI RESEP LAUK NABATI TEMPE TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DAN SISA MAKANAN PASIEN RAWAT INAP KELAS III RSUD WONOSARI

MAKALAH MANAGEMEN GIZI INSTITUSI SIKLUS MENU SEHAT 10 HARI CITA RASA ANAK REMAJA

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : DEWI PRATIDINA J

BAB I PENDAHULUAN.

FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN SISA MAKANAN BIASA PASIEN BANGSAL RAWAT INAP RSUD SALATIGA

BAB IV HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH MODIFIKASI ALAT SAJI MAKANAN TERHADAP SISA MAKANAN DIIT NASI BIASA PADA PASIEN KELAS III DI RSUD WONOSARI

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DAYA TERIMA MAKANAN DIET PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PASIEN GASTRITIS RAWAT INAP DI RSUD SUKOHARJO

HUBUNGAN KETEPATAN WAKTU PENYAJIAN DAN RASA MAKANAN DENGAN SISA MAKANAN BIASA KELAS II DAN III DI RSUD RAA SOEWONDO PATI PUBLIKASI ILMIAH.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dijadikan sebagai contoh bagi masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KONDISI PSIKOLOGIS DAN PENAMPILAN MAKANAN DENGAN SISA MAKANAN PASIEN RAWAT INAP DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL


Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan Pengetahuan Pasien dan Praktik Petugas Pasien BPJS Dengan Waktu Pelayanan Rawat Jalan Diloket Di RSUD Dr. Adhyatma, MPH Semarang Tahun 2016

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

HUBUNGAN KOMPENSASI DAN DISIPLIN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA TENAGA KEPERAWATAN DI RSJ. PROF. DR. V. L. RATUMBUYSANG MANADO

reporsitory.unimus.ac.id

: Menu, Prisoner, Appearance, Taste, Plate Waste

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

KUESIONER PENYELENGGARAAN MAKANAN

: asupan energi, protein, tingkat depresi dan status gizi, pasien, Prop Kalbar

KUALITAS DOKUMENTASI KEPERAWATAN DAN BEBAN KERJA OBJEKTIF PERAWAT BERDASARKAN TIME AND MOTION STUDY (TMS)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlational yaitu

Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang

KUESIONER PENILAIAN DAYA TERIMA MAKANAN PASIEN

HUBUNGAN SUPERVISI DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERBASIS KOMPUTER YANG DIPERSEPSIKAN PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANYUMAS JAWA TENGAH

Exsi Rila Kusuma 1, Agus Sartono 2, Hapsari Sulistya Kusuma 3.

ERY SANDI NIM I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KESELAMATAN PASIEN DI RUANG MEDICAL SURGICAL RSUP SANGLAH DENPASAR

Online di :

HUBUNGAN PERBEDAAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN DI ICU DI RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK, MEDAN PERIODE BULAN JULI 2014 HINGGA OKTOBER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

Correlation Analysis between Patient Characteristic with Patient Satisfactory Level in RSGMP UMY

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB III METODE PENELITIAN. desain deskriptif korelatif, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Transkripsi:

142 Peran Suhu Makanan pada Sisa Makanan Pokok, Lauk Hewani, Lauk Nabati dan Sayur pada Pasien Diet TKTP ABSTRACT Metta Paramita 1, Hapsari Sulistya Kusuma 2* 1,2 Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang *hapsa31@yahoo.co.id Food temperature is one of the factors that influence the occurrence of leftovers in patients, one of them is a patient in the hospital. This study aims to determine the relationship of food temperature with food waste in adult patients. This type of research is observation using a survey method with cross-sectional approach. The population of all adult patients at Roemani Muhammadiyah Hospital Semarang City who were on the TKTP diet were 32 people and the sample was selected with inclusion criteria, namely adult patients aged 19-55 years old, no nausea, vomiting and getting TKTP diet while exclusion criteria were patients completed treatment and the presence of food diet changes. Analysis of corellation using Pearson correlation test. Of the total sample of 24people 50% aged 31-40 years, 83.3% were female, 66.7% had the last high school education, 66,7% were diagnosed with medical post partum. The results of data analysis of the relationship between food temperature and staple food scraps, animal side dishes, vegetable side dishes and vegetables arer = -0.42 p value 0.041, r = -0,005 p value 0.98, r = 0, 09 p value 0.67,r = -0.49 p value 0.014. It was concluded that there is a relationship between food temperature and the rest of the menu of staple food and vegetables and there is no relationship between the temperature of the food with the rest of the menu of animal and vegetable side dishes Keywords: Food Temperature, Leftovers, TKTP Diet PENDAHULUAN Beberapa hal yang mempengaruhi asupan makan pasien di rumah sakit adalah tingkat kenyamanan dalam mendapatkan makanan, bentuk makanan, penyajian makanan, variasi dan penampilan makanan. Asupan makan pasien di rumah sakit tergantung pada tingkat kenyamanan pasien dalam mendapatkan makanan, mulai dari bentuk makanan, penyajian makanan, variasi makanan dan penampilan makanan (Almatsier, 2010). Suhu makanan pada saat penyajian makanan memegang peranan penting dalam menentukan cita rasa makanan (Widyastuti dan Pramono, 2014). Daya terima pasien terhadap makanan dirumah sakit dapat dilihat melalui sisa makanan pasien (Almatsier, 2010). faktorfaktor yang menyebabkan sisa makanan dirumah sakit diantaranya yaitu faktor lingkungan meliputi ketepatan waktu, sikap dan penampilan pramusaji dan kebersihan alat makan pasien, faktor interal meliputi umur, jenis kelamin, lama rawat inap, dan jenis penyakit, sedangkan faktor eksternal

143 meliputi warna makanan, tekstur, suhu makanan, penampilan makanan yang disajikan, porsi makanan, penyajian makanan, aroma, bumbu, rasa dan tingkat kematangan (Aula, 2011). Suhu dapat menunjukkan suatu keadaan panas atau dingin. Hidangan makanan dengan suhu hangat dapat memunculkan aroma yang meningkatkan daya tarik makanan untuk dikonsumsi, sedangkan suhu makanan dalam keadaan dingin dapat menurunkan daya tarik makanan untuk dikonsumsi sehingga meningkatkan jumlah sisa makanan (Widyastuti dan Pramono, 2014). Salah satu penyebab penurunan suhu makanan yaitu adanya distribusi makanan secara sentralisasi (Nuraini, 2016). Penyimpanan makanan matang pada suhu tertentu untuk menghindari kuman E.coli (Kemenkes, 2013).Makanan yang akan segera disajikan sebaiknya dalam suhu <4 0 C dan >60 0 C (Kemenkes, 2013). Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Kota Semarang memiliki system distribusi sentralisasi dan trolly distribusi makanan yang digunakan tidak dilengkapi dengan pemanas, sehingga membuat suhu makanan akan menurun dalam proses penyajian. Distribusi makanan dengan sistem sentralisasi memungkinkan pasien untuk mendapatkan makanan dengan suhu lebih rendah, terlebih lagi apabila jumlah pasien meningkat. (Mustafa dkk, 2012). Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Kota Semarang yang dilakukan peneliti dengan pengambilan sisa makanan diet TKTP dengan bentuk nasi pada siklus menu ke 2 dengan jumlah responden 10 orang pada pasien kelas II dan III dengan metode Comstock didapatkan sisa makanan pasien yaitu nasi 26,77%, lauk hewani 20,82%, lauk nabati 29,74%,dan sayur 32,71%. Berdasarkan data diatas, penulis tertarik untuk menganalisis hubungan suhu dengan sisa makanan diet TKTP pada pasien di rumah sakit. Tujuan penelitian secara umum adalah mengetahui hubungan suhu makanan dengan sisa makanan pada pasien dewasa dengan diet TKTP di ruang rawat inap Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Kota Semarang. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian observasi yang menggunakan metode survey dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian berjumlah 24 orang dengan teknik pengambilan secara konsekutif sampling. Subjek yang diambil dengan kriteria inklusi dan eksklusi, kriteria inklusi: pasien dewasa usia 19-55 tahun, bersedia menjadi subjek, minimal 1 hari rawat, tidak mengalami gangguan mual dan

144 muntah, pasien mendapat diet TKTP dengan bentuk nasi. Kriteria ekslusi: pasien selesai dari perawatn sebelum pengambilan data selesai, dan adanya perubahan diet. Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengukuran suhu makanan dan sisa makanan sampel menu nasi, lauk hewani, lauk nabati dan sayur setiap waktu makan selama 1 hari penelitian, sedangkan data sekunder diperoleh dengan mencatat data di daftar pemesana pasien, analisis data menggunakan univariat dan bivariat, analisis univariat dilakukan untuk menunjukkan Mean, standar deviasi (SD) dan tabel distribusi frekuensi. Suhu makanan dilakukan dengan menggunakan alat ukur thermometer makanan pada saat makanan sebelum disajikan ke pasien, satuan derajat Celsius. Sisa makanan diukur menggunakan metode penimbangan, berat sisa makanan di bagi berat awal dikalikan 100%. Sebelum dilakukan uji bivariat dilakukan uji kenormalan data dengan menggunakan uji Saphiro Wilk data berdistribusi normal sehingga uji statistik yang digunakan adalah korelasi Pearson. HASIL DAN PEMBAHASAN Subjek penelitian berjumlah 24, umur berkisar antara 19 hingga 55 tahun, sebagian besar (50%) berusia 31 tahun hingga 40 tahun. Jenis kelamin subjek sebagian besar perempuan (83,3%). Jenis pendidikan subjek berdasarkan wawancara sebagian besar berpendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas sebanyak 16 sampel (66,7%). Diagnosa medis sebagian besar adalah post partum sebanyak 16 sampel (66,7%). Tabel 4.1 Gambaran Suhu Makanan Jenis makanan min max Mean SD Makanan pokok 35,57 36.37 35.94 0.22 Lauk hewani 31.80 33,13 32.44 0.33 Lauk nabati 31.67 32.67 32.20 0.32 sayur 34.17 34.67 34.40 0.15 Suhu antara 4ºC-60ºC merupakan suhu yang tidak ideal, memungkinkan bakteri berkembang biak. Bakteri akan membelah diri setiap 20-30 menit sekali. Suhu optimal untuk perkembang biakan bakteri yaitu 28ºC - 47ºC (Adam dan Moss, 2006). Sesuai dengan hasil pada tabel 4.1 diketahui bahwa suhu makanan termasuk dalam suhu tidak ideal. Tabel 4.2 Rata-Rata Sisa Makanan (%) Jenis makanan min max Mean SD Makanan pokok 0.00 41,67 20,83 10,71 Lauk hewani 0.00 33,33 15,27 8,39 Lauk nabati 0.00 33,33 15,52 8,26 sayur 0.00 41.67 23,95 10,51 Pada tabel 4.2 menyatakan bahwa sisa makanan subjek terbanyak pada menu sayur (23,95%), makanan pokok (20,83%), lauk hewani (15,27%), lauk nabati (15,52%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Aula (2011) yang menunjukkan sisa makanan tertinggi pada menu sayur yaitu sebanyak 47,10%. Penelitian Nuraini (2016) di RSUD kota Semarang sisa makanan sayur yaitu sebesar 38,10%.

145 Hubungan Suhu dan Sisa Makanan a. Hubungan Suhu Makanan dengan Sisa Makanan Pokok (Nasi) Gambar 4.1 Grafik Hubungan Suhu Makanan Pokok dengan Sisa Makanan Pokok Hasil uji kenormalan data dengan menggunakan uji Saphiro Wilk didapatkan hasil rerata suhu nasi yaitu berdistribusi normal dengan nilai sig 0.13 dan rata-rata sisa nasi berdistribusi normal dengan nilai sig 0.16. berdasarkan hasil uji kenormalan dapat disimpulkan bahwa data suhu dan sisa nasi berdistribusi normal maka selanjutnya digunakan uji korelasi Pearson. Hasil pengukuran suhu pada menu nasi didapatkan hasil penelitian suhu makanan berhubungan dengan sisa makanan pokok dengan nilai p value 0,041 kekuatan dari hubungan (r= - 0,420) semakin tinggi suhu maka semakin sedikit sisa makanan. Pada penelitian Lumbantoruan (2012) di RS Puri Cinere dimana sampel dengan menu diet nasi yang berpendapat suhu makanan yang tidak hangat memiliki peluang menyisakan makanan 3,8 kali lebih banyak dibandingkan sampel yang berpendapat hangat. Adanya hubungan suhu makanan dengan sisa makanan pokok diduga dipengaruhi oleh faktor waktu tunggu makanan dan proses pemorsian disetiap waktu makan berbeda, terlihat pada setiap waktu tunggu makan pagi, siang dan malam. Waktu tunggu pada makan pagi dari nasi matang hingga pemorsian memiliki waktu yang berbeda dari waktu makan siang dan malam. Waktu makan pagi memiliki waktu tunggu ±30 menit dari pemorsian. Waktu makan siang memiliki waktu tunggu ±15 menit dan waktu tunggu makan malam ±10 menit. Selain waktu tunggu makanan matang hingga pemorsian, waktu tunggu proses pemorsian hingga distribusi ke ruang pasien juga mempengaruhi hubungan suhu makanan dan sisa makanan pokok. Waktu tunggu makanan saat pemorsian hingga distribusi ke pasien setiap waktu memiliki waktu yang berbeda dimana waktu makan pagi memiliki waktu ±45menit, waktu makan siang ±35 menit dan waktu makan malam ±30 menit. Selain itu sistem dapur terpusat (sentralisasi) dan juga trolly makanan yang tidak dilengkapi dengan pemanas makanan juga dapat mempengaruhi adanya penurunan suhu makanan pada saat pendistribusian. Suhu makanan waktu makan pagi dari 31 0 C hingga 32,9 0 C, waktu makan siang dari 37 0 C-39,9 0 C dan waktu makan

146 malam dari 37 0 C-38,9 0 C. Perbedaan suhu makanan berdasarkan waktu distribusi makan ini dipengaruhi oleh waktu tunggu dari makanan matang hingga makanan di ruangan pasien. Sisa makanan menu makanan pokok dalam 1 hari berkategori rendah karena 20%. b. Hubungan Suhu Makanan Dengan Sisa Lauk Hewani Hasil uji kenormalan data dengan menggunakan uji Saphiro Wilk didapatkan hasil rata-rata suhu lauk hewani yaitu berdistribusi normal dengan nilai sig 0.72 dan rata-rata sisa lauk hewani berdistribusi normal dengan nilai sig 0.057. berdasarkan hasil uji kenormalan dapat disimpulkan bahwa data suhu dan sisa lauk hewani berdistribusi normal maka selanjutnya digunakan uji korelasi Pearson. Hasil penelitian ini tidak ada hubungan antara suhu makanan dengan sisa makanan menu lauk hewani dengan p value 0,98 dan r= -0,05. Hal ini diduga karena berdasarkan hasil wawancara pada subjek menyatakan bahwa suhu lauk hewani yang disajikan sudah sesuai. Menu lauk hewani pagi hari yaitu pindang cabut duri bumbu kuning dan telur rebus, siang ayam semur dan telur rebus, malam telur cetak bumbu bali dan telur rebus. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Aula tahun 2011 di Rumah Sakit Haji Jakarta menyatakan tidak adanya hubungan suhu makanan dengan sisa makanan lauk hewani. Lauk hewani yang disajikan memiliki suhu 27 0 C hingga 35,9 0 C. Sisa makanan lauk hewani sampel selama penelitian 1 hari termasuk dalam kategori 20%. Gambar 4.2 Grafik Hubungan Suhu Lauk Hewani dengan Sisa Lauk Hewani Hubungan Suhu Makanan dengan Sisa Lauk Nabati Hasil uji kenormalan data dengan menggunakan uji Saphiro Wilk didapatkan hasil rata-rata suhu lauk nabati yaitu berdistribusi normal dengan nilai sig 0.10 dan rata-rata sisa lauk nabati berdistribusi normal dengan nilai sig 0.051. berdasarkan hasil uji kenormalan dapat disimpulkan bahwa data suhu dan sisa lauk nabati berdistribusi normal maka selanjutnya digunakan uji korelasi Pearson. Hasil penelitian ini adalah tidak ada hubungan suhu makanan dengan sisa makanan menu lauk nabati dengan p value 0,67 dan r = 0,090. Menu lauk nabati selama

147 1 hari waktu makan pagi tempe bumbu kuning, pada siang hari perkedel tahu dan pada malam hari stik tempe panjang. Tidak adanya hubungan tersebut diduga disebabkan karena selera tingkat kehangatan makanan setiap orang berbeda. Berdasarkan hasil wawancara pada subjek menyatakan bahwa suhu lauk nabati sudah sesuai, sehingga penurunan suhu yang tinggi tidak mempengaruhi sisa makanan. Penelitian ini sejalan dengan Aula, tahun 2011 di RS Haji Jakarta bahwa tidak ada hubungan antara suhu lauk hewani dengan sisa lauk hewani dan juga sebanyak 72,4% sampel menyatakan suhu makanan telah sesuai. Pada penelitian Lumbantoruan, tahun 2012 di RS Puri Cinere dimana sampel yang berpendapat suhu makanan yang tidak hangat memiliki peluang menyisakan makanan 3,8 kali lebih banyak dibandingkan sampel yang berpendapat hangat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Purba (2014) di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang Manado yang menyatakan bahwa sisa makanan pada menu lauk nabati diperoleh sisa makanan < 20%. Pada penelitian ini rata-rata sisa makanan tergolong rendah karena menyisakan 20%. Gambar 4.3 Grafik Hubungan Suhu Lauk Nabati dengan Sisa Lauk Nabati c. Hubungan Suhu Makanan dengan Sisa Sayur Gambar 4.4 Grafik Hubungan Suhu Sayur dengan Sisa Sayur Hasil uji kenormalan data dengan menggunakan uji Saphiro Wilk didapatkan hasil rata-rata suhu sayur yaitu berdistribusi normal dengan nilai sig 0.18 dan rata-rata sisa sayur berdistribusi normal dengan nilai sig 0.083. berdasarkan hasil uji kenormalan dapat disimpulkan bahwa data suhu dan sisa sayur berdistribusi normal maka selanjutnya digunakan uji korelasi Pearson.

148 Hasil pengukuran suhu makanan dengan sisa makanan sayur dengan nilai p value 0,014 kekuatan dari hubungan tersebut (r= -0,493) semakin tinggi suhu maka semakin rendah sisa makanan. Menu makanan pada satu hari waktu makan pagi yaitu sayur asem pelangi, pada siang hari yaitu sop mutiara dan pada malam hari yaitu brongkos. Secara keseluruhan pada penelitian ini, menghasilkan sisa makanan sayur ratarata > 20% dan suhu makanan berkisar antara 27 0 C hingga 39,9 0 C. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nida (2011). Penelitian tersebut menunjukkan sisa makanan yang terbanyak adalah pada menu sayur, yaitu sebanyak 40 subjek (67,8%), sisa makanan sayur termasuk dalam kategori banyak karena > 20%. Tingkat kekuatan hubungan (nilai r) yang negatif menandakan bahwa semakin tinggi suhu maka semakin rendah sisa makanan sayur. Hasil wawancara kepada sampel menyatakan bahwa sampel lebih menyukai suhu sayur yang hangat daripada suhu sayur yang sudah dingin. Berdasarkan hasil penelitian Lumbantoruan (2012) di RS Puri Cinere dimana subjek yang menyampaikan suhu makanan yang dingin memiliki peluang sisa makanan 3,8 kali lebih banyak dibandingkan subjek yang menyampaikan suhu makanan hangat. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Suhu makanan termasuk suhu tidak ideal (4,5ºC - 60ºC). Sisa makanan menu nasi dan sayur tergolong kategori banyak (>20%). Ada hubungan suhu makanan dengan sisa makanan menu makanan pokok (nasi). Tidak ada hubungan suhu makanan dengan sisa makanan menu lauk hewani. Tidak ada hubungan suhu makanan dengan sisa makanan menu lauk nabati. Ada hubungan suhu makanan dengan sisa makanan menu sayur. Saran Saran yang diberikan adalah perlu adanya evaluasi menu makanan terutama sayur untuk meningkatkan daya terima serta mengurangi sisa makanan. Perlu adanya trolly dengan pemanas makanan untuk mencegah penurunan suhu pada saat proses pendistribusian makanan. Untuk Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan penambahan variabel penelitian seperti faktor internal dan lingkungan guna mengetahui lebih valid faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sisa makanan. DAFTAR PUSTAKA Aula, L. E. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Sisa Makanan di Rumah Sakit Haji Jakarta. Skripsi. Fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan. Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Kementrian Kesehatan RI (Kemenkes). 2013. Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS). Direktorat Jendral Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta.

149 Lumbantoruan, D. 2012. Hubungan Penampilan Makanan dan Faktor Lainnya dengan Sisa Makanan di RS Cinere Depok Bulan April-Mei 2012.Universitas Indonesia. Skripsi FKM UI. Mustafa dkk. 2012. Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Pelayanan Makanan di Rumah Sakit Umum Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. Media Gizi Masyarakat Indonesia. vol 2. No 1. Agustus 2012:27-32. Nida, K. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sisa Makanan di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Borneo Banjarbaru. Nuraini N. 2016. Hubungan Suhu Makanan dengan Sisa Makanan Pasien Dewasa Diet Lunak di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang. Widyastuti, N., Pramono, A. 2014. Manajemen Jasa Boga. Graha Ilmu. Yogyakarta.