HITUNGAN PERATAAN POSISI 3D TITIK PREMARK SECARA SIMULTAN PADA SURVEI FOTO UDARA FORMAT KECIL



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

STUDI EVALUASI METODE PENGUKURAN STABILITAS CANDI BOROBUDUR DAN BUKIT

BAB 2 STUDI REFERENSI. Gambar 2-1 Kamera non-metrik (Butler, Westlake, & Britton, 2011)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r)

Perbandingan Hasil Pengolahan Data GPS Menggunakan Hitung Perataan Secara Simultan dan Secara Bertahap

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

METODE KALIBRASI IN-FLIGHT KAMERA DIGITAL NON-METRIK UNTUK KEPERLUAN CLOSE- RANGE PHOTOGRAMMETRY

OPTIMASI JARING PADA PENGUKURAN ORDE-3 MENGGUNAKAN PERATAAN PARAMETER

KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Prinsip Kuadrat Terkecil

I.3. Pertanyaan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat tiga pertanyaan penelitian :

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Jenis Peta menurut Skala. Secara umum, dasar pembuatan peta dapat dinyatakan seperti Gambar 2.1

Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan yan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDI PENERAPAN MODEL KOREKSI BEDA TINGGI METODE TRIGONOMETRI PADA TITIK-TITIK JARING PEMANTAU VERTIKAL CANDI BOROBUDUR DENGAN TOTAL STATION

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten

Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-Titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar

ORIENTASI PADA PRA PLOTTING PETA BERSISTEM KOORDINAT LOKAL TERHADAP SISTEM KOORDINAT FIX (TETAP)

L A P O R A N K A J I A N

Perbandingan Penentuan Volume Suatu Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry Dengan Kamera Non Metrik Terkalibrasi Dan Pemetaan Teristris

SIDANG TUGAS AKHIR RG

Bahan ajar On The Job Training. Penggunaan Alat Total Station

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar

IMPLEMENTASI BAHASA PEMROGRAMAN UNTUK PERHITUNGAN DAN PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN HASIL PENGUKURAN DENGAN TS

BAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI

Perbandingan Penentuan Volume Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry- Syarat Kesegarisan dan Pemetaan Teristris

Pengolahan Ukuran Gayaberat Relatif dengan Metode Perataan Kuadrat Terkecil dengan Solusi Bertahap

PENGUKURAN KEKOTAAN. Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Surveying and Mapping Study Program Dept. Of Geodetic Engineering

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB III IMPLEMENTASI METODE CRP UNTUK PEMETAAN

BEBERAPA PEMIKIRAN TENTANG SISTEM DAN KERANGKA REFERENSI KOORDINAT UNTUK DKI JAKARTA. Hasanuddin Z. Abidin

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Tugas 1. Survei Konstruksi. Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB. Krisna Andhika

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang

BAB 3 PEMBAHASAN START DATA KALIBRASI PENGUKURAN OFFSET GPS- KAMERA DATA OFFSET GPS- KAMERA PEMOTRETAN DATA FOTO TANPA GPS FINISH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Perbandingan Posisi Titik Perbandingan Posisi Titik dari Elektronik Total Station

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Metode Titik Kontrol Horisontal 3.1. Metode Survei Klasik Gambar. Jaring Triangulasi

STUDI KOMPARASI PEMAKAIAN GPS METODE REAL TIME KINEMATIC (RTK) DENGAN TOTAL STATION (TS) UNTUK PENENTUAN POSISI HORISONTAL.

Bab III Pelaksanaan Penelitian

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 7 : PENGUKURAN DENGAN TOTAL STATION

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI KEANDALAN ALAT ETS GOWIN TKS 202 DALAM PENGUKURAN SITUASI. Mikho Henri Darmawan,Ir.Chatarina N.MT, Danar Guruh P.ST,MT

ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. B. Tujuan Praktikum

Hitung Perataan Kuadrat Terkecil (Least Squares Adjustment)

PEMATOKAN LENGKUNG HORISONTAL METODE POLAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMBUATAN PROGRAM APLIKASI PERHITUNGAN JARING TRIANGULATERASI UNTUK PENENTUAN KOORDINAT TITIK PANTAU BENDUNGAN MENGGUNAKAN MATLAB R2009A

BAB II DASAR TEORI 2. 1 Fotogrametri

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Tinjauan Umum Deformasi

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

DAFTAR PUSTAKA. 1. Abidin, Hasanuddin Z.(2001). Geodesi satelit. Jakarta : Pradnya Paramita.

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Mata Kuliah : Hitung Perataan. Kode / SKS : C14353 / 2 SKS

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Maksud dan Tujuan

PELAKSANAAN PENGUKURAN DAN HITUNGAN VOLUME METODE FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DAN METODE TACHYMETRI

PENENTUAN TINGGI TITIK DENGAN TEKNIK PERATAAN PARAMETER DAN TEKNIK PERATAAN BERSYARAT

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

Analisa Kalibrasi Kamera Sony Exmor Pada Nilai Orientasi Parameter Interior untuk Keperluan Pemetaan (FUFK)

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

ANALISIS KOREKSI GEOMETRIK MENGGUNAKAN METODE DIRECT GEOREFERENCING PADA CITRA SATELIT ALOS DAN FORMOSAT-2

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dan manfaat penelitian. Berikut ini uraian dari masing-masing sub bab. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

MATEMATIKA KIMIA Sistem Koordinat

Studi Perbandingan GPS CORS Metode RTK NTRIP dan Total Station dalam Pengukuran Volume Cut and Fill

Laporan Praktikum Biometri

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS. 4.1 Percobaan Metode Videogrametri di Laboratorium

BAB II LANDASAN TEORI

PEMATOKAN LENGKUNG HORISONTAL METODE PERPANJANGAN TALI BUSUR

KISI KISI PROFESIONAL dan PEDAGOGIK UKG 2015 PPPPTK BBL MEDAN GEOMATIKA

BAB ΙΙ LANDASAN TEORI

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENGENALAN MATA KULIAH SURVEY DIGITAL

Pengantar Surveying kelas Teknik Sipil

MIKHO HENRI DARMAWAN Ir.CHATARINA N,MT DANAR GURUH.ST,MT

Gambar Penentuan sudut dalam pada poligon tertutup tak. terikat titik tetap P 3 P 2 P 5 P 6 P 7

3.3.2 Perencanaan Jalur Terbang Perencanaan Pemotretan Condong Perencanaan Penerbangan Tahap Akuisisi Data...

BAB 2 STUDI REFERENSI

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) FOTOGRAMETRI OLEH: DRS. ZUHARNEN, M.S.

BAB 4 ANALISIS. Tabel 4.1 Offset GPS-Kamera dalam Sistem Koordinat Kamera

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN. Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus

Transkripsi:

HITUNGAN PERATAAN POSISI 3D TITIK PREMARK SECARA SIMULTAN PADA SURVEI FOTO UDARA FORMAT KECIL Harintaka 1, Subaryono, Ilham Pandu Wijaya 3 1, Jurusan Teknik Geodesi, FT-UGM. Jl. Grafika No. Yogyakarta 5581 3 Alumni Jurusan Teknik Geodesi, FT-UGM. Jl. Grafika No. Yogyakarta 5581 INTISARI Pada Foto Udara Format Kecil (FUFK) yang mempunyai cakupan pemotretan yang lebih sempit daripada foto standar maka diperlukan jumlah Titik Premark (TPm) yang lebih banyak. Pada fotogrametri, TPm yang berfungsi sebagai titik ikat/titik kontrol selalu dipergunakan dalam proses: rektifikasi/ortorektifikasi foto, orientasi absolut, atau trianggulasi udara. Ketelitian posisi TPm sangat menentukan ketelitian produk fotogrametri yang akan dihasilkan. Terdapat berbagai teknologi untuk pengukuran posisi 3D (tiga dimensi) TPm, antara lain: survei GPS/GNSS, Theodolith, dan Total Station (TS). Umumnya, pada penggunaan alat TS untuk penentuan posisi titik secara 3D dilakukan hitungan/adjustment untuk posisi planimetrik (X,Y) secara terpisah dengan posisi ketinggian (Z). Pada makalah ini dikaji hitungan perataan posisi 3D secara simultan/serempak hasil pengukuran alat TS untuk menentukan posisi TPm pada survei FUFK. Pelaksanaan penelitian dibagi dalam 3 tahap, yaitu perencanaan dan persiapan, operasional lapangan, dan pemrosesan hasil di laboratorium. Perencanaan dan persiapan mencakup penyediaan alat/bahan dan penentuan jalur terbang. Operasional lapangan mencakup pemasangan TPm dan pengukuran secara terestris menggunakan alat TS. Tahap pemrosesan di laboratorium mencakup hitungan koordinat TPm 3D secara simultan dan analisis hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan perencanaan jalur terbang, ditentukan 37 lokasi TPm untuk keperluan pemotretan FUFK di wilayah Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Perataan kuadrat terkecil secara serempak untuk menghitung posisi koordinat TPm 3D untuk 88 titik menghasilkan ketelitian posisi berkisar antara 4,9 mm sampai 137,8 mm untuk absis (X), 4,7 mm sampai 153,8 mm untuk ordinat (Y), dan 0,3 sampai 7,9 mm untuk tinggi (Z). Hasil uji statistik menunjukkan data ukuran tidak mengandung kesalahan kasar dan sistematik. Kata kunci: Foto Udara Format Kecil (FUFK), perataan simultan 3D, Total Station (TS), Titik Premark (TPm), ketelitian posisi. PENGANTAR Pada fotogrametri, termasuk pula FUFK, untuk transformasi antar sistem koordinat selalu diperlukan titik ikat/titik kontrol. Jenis transformasi yang sering ditemui dalam fotogrametri dan memerlukan titik ikat/titik kontrol adalah: transformasi dari sistem koordinat foto ke sistem tanah/peta, sistem koordinat foto ke sistem model, dan sistem koordinat model ke sistem peta. Berdasarkan pengadaan dan kenampakannya, titik kontrol dapat dibedakan dalam 3 kategori, yaitu: titik premark (TPm), titik postmark, dan buatan (artificial) (Habib, 007). Dari ketiga jenis titik kontrol tersebut, jika dipergunakan untuk

keperluan fotogrametri, TPm memiliki ketelitian posisi yang paling baik. Hal ini disebabkan titik tersebut sudah didesain dan ditempatkan di lapangan saat akan dilakukan pemotretan udara, sehingga identifikasinya dapat dilakukan secara akurat. Pada FUFK yang mempunyai cakupan pemotretan yang lebih sempit daripada foto standar maka diperlukan TPm yang lebih banyak daripada foto standar. Penambahan jumlah TPm membawa konsekuensi peningkatan biaya operasional. Jadi, selain memiliki ketelitian yang baik, maka TPm seharusnya juga murah dalam pengadaannya. TPm dapat diadakan dengan survei GPS/GNSS atau survei terestris. Meskipun sewa alat GPS/GNSS untuk survei GPS/GNSS masih cukup mahal untuk ukuran komunitas Indonesia, tetapi teknik ini sesuai untuk daerah pemotretan yang luas dan antar titik tidak saling terlihat. Tetapi, untuk cakupan pemotretan FUFK yang relatif sempit maka pengadaan dan pengukuran TPm dengan survei terestris akan lebih ekonomis dan applicable. Terdapat berbagai peralatan untuk survei terestris, yaitu: penyipat data untuk mengukur beda tinggi dan menentukan tinggi (Z), Teodolith dan Total Station (TS) untuk menentukan posisi secara 3D (X,Y,Z). Teodolith yang masih menggunakan sistem optis memerlukan waktu cukup lama dalam pengukuran dan pembacaan target, sedangkan TS dapat dioperasikan secara cepat dan memiliki presisi yang baik. Pada TS, optik hanya dipergunakan untuk pointing saja, sedangkan pengukuran jarak dan sudut (horizontal dan vertikal) sudah dilakukan secara elektronik. Berdasarkan uraian sebelumnya, pada makalah ini dikaji tentang hitungan posisi TPm secara simultan 3D untuk keperluan pemotretan FUFK. Peralatan yang dipergunakan untuk pengukuran TPm adalah alat TS Nikon DTM 35. METODOLOGI Model Matematis Posisi 3D suatu titik terdiri dari absis, ordinat, dan ketinggian (X,Y,Z). Pada saat pengukuran, yang diperoleh adalah jarak, sudut horizontal, azimuth, dan jarak zenith (Gambar 1). Fungsi data ukuran terhadap parameter posisi 3D tersebut merupakan persamaan yang tidak linier, sehingga perlu dilinearisasi menggunakan deret Tylor. Prinsip linearisasinya adalah melakukan diferensialisasi persamaan tersebut terhadap parameter yang dicari, dengan bentuk umum:

δf( X ) F (X) = L + V = F (X) + δ ( X ) 0 X = X X +... (1) Model matematik untuk linearisasi persamaan jarak datar adalah : d 1 +Vd 1 =d o δd 1+ 1 x1=x1 o δd 1 x 1 + δx y1=y1 o δd1 y 1 + 1 δy x=x o δd 1 x + 1 δx y=y o y () δy dalam hal ini: d 1 : nilai pengamatan jarak 1 dan Vd 1 : koreksi pengamatan jarak d 1 d o 1 : nilai pendekatan jarak d 1 = [(x o x o 1) + (y o y o 1) ] 0.5 Model matematik untuk linearisasi persamaan sudut horizontal adalah : β 31 + Vβ 31 = β o 31 + δx1 31 x1=x1 o x 1 + δy1 31 y1=y1 o y 1 + δx 31 x=x o x + δy 31 dalam hal ini: y=y o y + δx 31 3 x3=x3 o x 3 + δy 31 3 y3=y3 o y 3 (3) β 31 : nilai pengamatan sudut β 31 Vβ 31 : koreksi pengamatan sudut β 31 β o 31 : nilai pendekatan sudut β 31 Model matematik untuk linearisasi persamaan azimuth adalah : y y1 x x1 y y1 x x1 0 α1 + Vα 1 = δx 1 + δy 1 + δx δy + α 1 (4) D 1 D 1 D 1 D 1 dalam hal ini: α 1 : nilai pengamatan azimuth V α 1 : koreksi pengamatan azimuth 0 α 1 : nilai pendekatan azimuth aintara titik 1 ke titik. Model matematik untuk linearisasi persamaan azimuth: Z ij + v Zij = Z 0 0 0 x ij z ij ij - 0 o L ij ( s ij ) 0 0 y ij z ij δx i - 0 o L ij ( s ij ) 0 L ij δy i + o ( s ij ) 0 0 x ij z ij δz i + 0 o L ij ( s ij ) δx j + 0 0 y ij z ij 0 o L ij ( s ij ) 0 L ij δy j - o ( s ij ) δz j (5) dalam hal ini: : nilai pengamatan jarak zenith : koreksi pengamatan jarak zenith Z ij v Zij

0 0 0 0 Z 0 ij : nilai pendekatan zenith, bernilai tan -1 ( x ) + ( ) j x i y j y i 0 0 ( z j z i ) x 0 ij = x 0 j - x 0 i; y 0 ij = y 0 j - y 0 i; z 0 ij = z 0 j - z 0 i; L 0 ij= s 0 ij = 0 0 0 0 0 0 ( x j x i ) + ( y j y i ) + ( z j z i ) 0 0 ( x ij ) + ( y ij ) a. jarak datar b. sudut horizontal c. azimuth d. jarak zenith Gambar 1. Pengukuran (a). jarak datar, (b). sudut horizontal, (c). azimuth, (d). jarak zenith Sesuai dengan persamaan () sampai (5), parameter yang diestimasi adalah parameter pendekatan, maka untuk estimasi parameter sebenarnya perlu dilakukan hitungan iterasi. Jika data dan parameter pendekatannya cukup baik, maka iterasi akan konvergen dengan cepat. Terdapat berbagai skema penghentian iterasi, yang cukup banyak digunakan adalah memberikan batas selisih tertentu antara iterasi dengan iterasi sebelumnya, misal 1 mm. Idealnya setiap pengamatan/pengukuran hanya mengandung kesalahan acak saja, tidak mengandung kesalahan non acak (sistematik dan kasar). Nilai varian dan koreksi ukuran hasil pengamatan dapat dijadikan indikator untuk mendeteksi adanya kesalahan non acak tersebut, yaitu dengan melakukan uji statistik. Pengujian statistik tersebut dilakukan dengan cara menganalisis kesesuaian antara varian aposteori dengan varian apriori. Uji statistik tersebut meliputi uji global dan uji blunder (data snooping ). Uji global digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kesalahan kasar yang mempengaruhi data pengamatan setelah dilakukan hitung perataan, dengan cara membandingkan nilai

varian aposteori dengan nilai varian apriori, menggunakan fungsi Fisher. Jika pengujian tidak lolos maka mengindikasikan pengukuran masih mengandung kesalahan kasar dan/atau sistematik sehingga diperlukan uji blunder atau data snooping. Uji blunder digunakan untuk mendeteksi data yang mengandung kesalahan sistematik atau blunder tersebut. Secara teoritis, jika uji blunder tidak lolos maka dapat disebabkan antara lain oleh: model matematis yang keliru, kesalahan menghitung, ill condition system, penghapusan derajat tinggi, ketidak-tepatan mengestimasi varian apriori (bobot pengamatan), atau adanya blunder pada data ukuran. Gambar. Elips kesalahan D. Salah satu cara untuk visualisasi ketelitian posisi adalah menggunakan elips kesalahan (Gambar ). Persamaan untuk menghitung panjang sumbu semi-major (σ x ) dan semi-minor (σ y ) elips kesalahan: σ σ x + σ x = σ σ x + σ y = sudut orientasi φ: y y + ( σ - ( x + σ 4 y ) + σ xy 1 1 σ x + σ y ), xy 1 tan 4 xy σ x σ 1 + σ y σ (6) Alat dan bahan Alat dan bahan yang dipergunakan adalah: 1. Total Station (TS) Nikon DTM 35 dengan 3 buah statif dan buah reflektor/target.. Rol meter untuk mengukur tinggi alat dan target. 3. Komputer dengan processor AMD Athlon 64 X 4000, memori DDR 1000 MB, dan harddisk 160 GB untuk komputasi.

4. Perangkat lunak TransIt untuk download data TS, Matlab untuk pembuatan program, dan AutoCad untuk penggambaran. 5. Tugu dan target titik Premark Pelaksanaan Prosedur penelitian secara lengkap dapat disimak pada Gambar 3. Pada Gambar tersebut ditunjukkan tahapan operasional keseluruhan penelitian. Khusus untuk tahapan hitungan posisi koordinat 3D secara simultan menggunakan teknik kuadrat terkecil metode parameter dapat dilihat pada Gambar 4. Persiapan alat dan bahan serta studi pustaka Rencana jalur pemotretan FUFK Desain jaringan Titik Premark (TPm) Survei TS di lapangan Pengolahan data awal (parameter pendekatan) Proses hitung kuadrat terkecil (metode parameter) Koordinat 3D (X, Y, Z) beserta ketelitian σ x, σ y, σ z TPm hasil hitungan kuadrat terkecil Analisis hasil Gambar 3. Diagram alir pelaksanaan penelitian

Koordinat pendekatan Ukuran jarak dan sudut Jarak dan sudut pendekatan Menyusun matriks A B Menentukan matriks bobot ( P) Menghitung selisih hasil ukuran dan pendekatan (matriks L) Menghitung matriks Normal (N) = A T PA Menghitung matriks A T PL Menghitung invers matriks normal (N -1 ) Menghitung koreksi parameter pendekatan, ^ X = -N -1 A T PL Menghitung parameter hasil estimasi terbaik, X = X o + ^ X tidak ^ X <0.001? ya Menghitung residu V=AX+L ^ V T PV Menghitung varian aposteori, σ 0 = n u ^ Menghitung ketelitian parameter, xx = σ 0 (A T PA) -1 X o = X B Lolos Uji global? ya Menghitung elips kesalahan absolut tidak Uji blunder Eliminasi blunder Selesai Gambar 4. Diagram alir hitung posisi koordinat 3D secara simultan menggunakan kuadrat terkecil metode parameter HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk keperluan bundle block adjustment, umumnya pengadaan titik kontrol tanah dilakukan setiap 4 atau 6 model (Konecny, 003). Meskipun demikian, seringkali di lapangan titik kontrol tersebut dapat diperapat. Hal ini ditujukan untuk

mengantisiapasi ketidaksesuaian perencanaan pemotretan (flight planning) dengan realisasi pemotretan udara. Pada Gambar 5 (a) disajikan daerah pemotretan dan 5.(b) jalur terbang perencanaan. Desain letak TPm tersebut perlu disesuaikan dengan kondisi daerah dan tuntutan saling terlihat antar TPm. Contoh bentuk TPm dan pengukuran posisinyanya di lapangan dapat dilihat pada Gambar 6(a), 6 (b) dan 6 (c). a b Gambar 5. (a) area pemotretan. (b). jalur terbang rencana a b c Gambar 6. (a). Titik Premark, (b). Setting TS pada Titik Premark,(c)Prisma untuk target TS. Berdasarkan perencanaan jalur terbang dan penyesuaian dengan kondisi daerah maka dapat ditentukan 37 posisi TPm (Gambar 5 b). Pada saat diukur, beberapa titik tidak saling terlihat sehingga diperlukan titik perapatan. Jumlah semua titik pengamatan adalah 88 buah. Pengukuran TPm menggunakan alat beserta aksesorisnya (antara lain: statif, prisma target) (Gambar 6 a, b, c). Bobot ukuran dapat diperoleh dari satu per varian ukuran dimana diasumsikan tidak ada korelasi antar pengukuran. Adapun simpangan baku alat Total Station yang

digunakan adalah σ DIN = 5, σ c = 0,00 m, σ t = 0,01 m, dan ketelitian EDM (normal) = 10 mm + 3 ppm. Dalam hitung perataan, untuk model matematika yang tidak linier maka harus terlebih dahulu melinierkan model persamaan yang dibuat, dan yang dihitung pada saat perataan adalah besarnya koreksi parameter yang akan dikoreksikan pada parameter pendekatan sebelumnya. Dalam penghitungannya harus dilakukan iterasi. Pada iterasi kedua, parameter pendekatannya adalah parameter pendekatan pertama ditambah koreksi parameter yang didapat pada hitungan iterasi pertama. Pada hitung perataan ini, iterasi dihentikan pada iterasi ke-3 karena penambahan koreksinya sudah tidak signifikan. Hitungan posisi 3D secara simultan adalah proses hitung kuadrat terkecil dengan menghitung koordinat planimetrik (X,Y) dan tinggi (Z) secara bersama-sama dalam satu perataan pada suatu jaringan. Simpangan baku koordinat 3D yang dihitung menggunakan titik ikat dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Simpangan bakunya setiap TPm. No. Titik Simpangan Baku (mm) Simpangan Baku (mm) No. Titik σ x σ y σ z σ x σ y σ z 1 TGD 0,0 0,0 0,0 0 TGD04 3,8 8,9,1 P4--- 13,5 60,8 4,8 1 P19-- 61, 4,3 3,8 3 P17-- 13, 6, 4,8 P6-- 37,0 84,1 4,7 4 P16-- 14,4 43,5 4,5 3 P5-- 74,5 13,7 6, 5 P15-- 10,0 8,7 3,5 4 P4-- 68,8 153,8 6,6 6 P13-- 4,9 13,4,7 5 P3-- 116,6 151,4 6,9 7 P1--- 10,7 15, 3,1 6 P-- 116,1 109,5 6,9 8 P--- 10,6 15,0,9 7 P1-- 115,9 40,9 6,6 9 KA1-- 9,3 19,4 1, 8 P10-- 1,0 53,7 5,7 10 P3--- 7,0 10,8 0,8 9 P9--- 10,5 86,6 6,0 11 KA-- 4,9 4,7 0,3 30 P7--- 105,9 93,6 6,1 1 KA3-- 5, 5,9 0,4 31 P18-- 44,3 88,4 6, 13 KA4-- 7, 16,0 0,8 3 P1-- 44,0 43,5 4,0 14 KA5-- 9,0 5, 1,0 33 P11-- 79,5 49,9 5,4 15 KA6-- 10,3 35,6 1, 34 P0-- 78,8 9,8 5,1 16 KA7-- 11,7 3,1 1,3 35 P5--- 15,6 105,3 7,3 17 KA8-- 15,5 9,7 1,4 36 P6--- 18,8 130,4 7,9 18 KA9-- 19,1 8,5 1,6 37 P8--- 137,8 14,5 6,9 19 KA10-3,1 8,1 1,7 Setelah mendapatkan parameter koordinat hasil hitung perataan, maka dicari ketelitian parameter menggunakan matriks varian kovarian parameter. Simpangan baku

parameter dihitung dari akar elemen utama matriks varian kovarian tersebut. Ketelitian koordinat dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 dan Gambar 7 dan 8 menunjukkan kecenderungan ketelitian koordinat akan berkurang pada titik poligon yang jauh dari titik ikat. Hal tersebut dikarenakan adanya perambatan kesalahan dalam pengukuran. Gambar 7. Gambar elips kesalahan pada jaringan poligon Gambar 8 Ketelitian tinggi untuk titik Premark dan perapatannya Dari hasil komputasi untuk jumlah data 73, jumlah parameter 58, maka diperoleh residu 15 dan varian aposteriori 0,193. Dari uji F dengan derajad

kepercayaan 90% diperoleh nilai F tabel 1,53 dan uji global menunjukkan data pengukuran tidak mengandung kesalahan non acak, sehingga tidak diperlukan lagi snooping data. Elips kesalahan absolut TPm dapat disajikan secara grafis dengan sumbu semimayor dan sumbu semi-minor elips kesalahan absolut beserta sudut orientasinya (Gambar 7). Terlihat, semakin jauh posisi titik premark dari titik ikat, maka nilai elip kesalahannya semakin besar. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan perencanaan jalur terbang, ditentukan 37 lokasi TPm untuk keperluan pemotretan FUFK di wilayah Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Perataan kuadrat terkecil secara serempak untuk menghitung posisi koordinat TPm 3D untuk 88 titik menghasilkan ketelitian posisi berkisar antara 4,9 mm sampai 137,8 mm untuk absis (X), 4,7 mm sampai 153,8 mm untuk ordinat (Y), dan 0,3 sampai 7,9 mm untuk tinggi (Z). Hasil uji statistik menunjukkan data ukuran tidak mengandung kesalahan kasar dan sistematik. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diberikan saran selain dengan perataan kuadrat terkecil metode parameter, perlu dikaji perataan dengan cara bayesian yang memperhitungkan kesalahan titik ikat. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 006, Instruction Manual Nicon Total Station DTM-30 Series, Nicon- Trimble Co. Limited, USA. Habib, A., 004, High Resolution Imaging Satellites: Modeling and Applications, Department of Geomatics Engineering, University of Calgary, ISRS, 8 Oktober 004. Konecny, G., 003, Geoinformation: Remote Sensing, Photogrammetry, and Geographic Information Syatems, ISBN: 0-415-3795-5, Taylor & Francis, London, UK Kuang, S., 1996, Geodetic Network And Optimal Design : Consepts And Applications, Ann Arbor Press Inc, Chelsea, Michigan, USA. Mikhail, E., 1981, Analysis And Adjustment of Survey Measurements, Van Nostrand Reinhold Company Inc, New York, USA. Uotila, U.A., 1985, Adjustment Computations, Notes, Department Of Geodetic Science and Surveying The Ohio States University Columbus, Ohio. Wolf, P. R., 1981, Adjustment Computitions, Second Edition, P.B.L.Publishing Co, Madison, Wisconsin.