FORUM DIKLAT Vol 13 No. 03 MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK AGAR PEMBELAJARAN MENJADI DINAMIS DAN DEMOKRATIS. Oleh : M. Hasan Syukur, ST *)



dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style

BAB II LANDASAN TEORI. Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

PEDOMAN OBSERVASI GAYA BELAJAR. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

Available online at Jurnal KOPASTA. Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17

Universitas Negeri Malang

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah

Belajar yang Efektif dan Kreatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MODALITAS BELAJAR. Nama : Faridatul Fitria NIM : Prodi/SMT : PGMI A1/ V. : Ringkasan :

IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA

Cara setiap siswa untuk berkonsentrasi, memproses dan menyimpan informasi yang baru dan sulit

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II GAYA BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

PEMETAAN TINGKAT BERPIKIR KREATIF MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA DALAM PEMECAHAN MASALAH SOAL ANALISIS REAL 2 DITINJAU DARI GAYA BELAJAR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Akademis dan Gagasan matematika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 45 hingga 53

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Pendidikan sebagai pengubahan sikap dan tingkah laku

PP No 19 Tahun 2005 (PASAL 19, AYAT 1)

PERBEDAAN INDIVIDUAL

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP DAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

BAB IV ANALISIS GAYA BELAJAR SISWA BERPRESTASI DI SMP NEGERI 14 PEKALONGAN. A. Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan

LEARNING STYLE INVENTORY SYSTEM BERBASIS FUZZY LOGIC UNTUK MENENTUKAN TIPE BELAJAR SISWA

Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan

GAYA BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI TAHUN PERTAMA DI JURUSAN BIOLOGI FMIPA UNP

KUESIONER PENELITIAN. Gambaran Gaya Belajar Dan Indeks Prestasi Mahasiswa Akademi Keperawatan Sri Bunga Tanjung Dumai

Kelas 4 SDN 1 Selodoko. LAMPIRAN 1 Daftar Siswa SDN 1 Selodoko Kelas 3 SDN 1 Selodoko

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

ABSENSI SISWA DAFTAR ABSEN XI IPS-4 DAFTAR ABSEN KELAS XI IPS-3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi,

BAB IV ANALISIS IMPLIKASI METODE CANTOL ROUDHOH TERHADAP KEMAMPUAN KEGIATAN BELAJAR MEMBACA DAN MENULIS ANAK DI LEMBAGA PENDIDIKAN PRA SEKOLAH ROUDHOH

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation

PEMBELAJARAN KONSTRUKTIF, MENGOPTIMALKAN POTENSI OTAK 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

PERBEDAAN TINGKAT PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KECENDERUNGAN GAYA BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

ALTERNATIF PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD/MI TERHADAP MATERI MEMBANDINGKAN PECAHAN SEDERHANA

Basic Quantum Teaching & Accelerated Learning

DASAR PSIKOLOGIS dalam PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

STUDI GAYA BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2014 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA UM MATARAM PADA MATA KULIAH ELEKTRONIKA DASAR I TAHUN AKADEMIK 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya adalah hak bagi setiap individu dan

KARAKTERISTIK DAN PERILAKU AWAL SISWA. Langkah-langkah sistematis pembelajaran secara keseluruhan terdiri dari:

IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme atau ceramah

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik

TUMBUH KEMBANG ANAK. Mei Vita Cahya Ningsih. Tumbuh (pertumbuhan) berkenaan dengan pertumbuhan ukuran organ tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai makna yang dihubungkan dengan gagasan-gagasan yang diarahkan

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGINGAT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR

LAMPIRAN A. Angket Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

Pertemuan 1-2: PROSES BELAJAR MENGAJAR

Membangkitkan Kekuatan Pikiran Bawah Sadar. (Peace Of Mind)

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

NAMA : INDANA MARDIANI NIM : KELAS : C PERANAN GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Administrasi Perkantoran SMK Kristen Salatiga, peneliti berhasil

Desain dan Pengembangan Pelatihan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1..1Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN DI LEMBAGA PAUD ISLAM TERPADU MUTIARA HATI BABAGAN KECAMATAN LASEM KABUPATEN REMBANG

individu dengan lingkungannya (Sugihartono, 2007: 74).

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama,

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

PROFIL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP PADA MATERI PECAHAN DITINJAU DARI GAYA BELAJAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengajar berlangsung. Sebagian besar guru mengeluh bahwa

DIRJEN PMPTK DEPDIKNAS.R.I YAYASAN PENGEMBANGAN PEREMPUAN DAN ANAK AMRIHSAE

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pembelajaran matematika Sekolah Menengah Pertama (SMP)

BAB I PENDAHULUAN. maka usia dini dikatakan sebagai golden age (usia emas) yaitu usia yang sangat berharga

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

MODUL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH ( PROBLEM-BASED INSTRUCTION) DILIHAT DARI GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

Transkripsi:

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK AGAR PEMBELAJARAN MENJADI DINAMIS DAN DEMOKRATIS Oleh : M. Hasan Syukur, ST *) Setiap insan manusia adalah unik. Artinya setiap individu pasti memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai dari perbedaan fisik, pola berpikir dan cara-cara merespon atau mempelajari hal-hal baru. Dalam hal belajar, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu dalam dunia pendidikan dikenal berbagai metode untuk dapat memenuhi tuntutan perbedaan individu tersebut. Di negara-negara maju sistem pendidikan bahkan dibuat sedemikian rupa sehingga individu dapat dengan bebas memilih pola pendidikan yang sesuai dengan karakteristik dirinya. Artinya setiap manusia memiliki bergai macam gaya belajar yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut di atas perlu bagi kita untuk mengetahui gaya belajar kita sendiri sebelum measuki dunia pendidikan, dan bahkan bagi keluarga kita sendiri terutama anak-anak kita bagaimana gaya belajar mereka sehingga dalam memilih suatu lembaga pendidikan kita tidak memaksakan diri seperti keinginan kita sendiri sebagai orang tua. 1. Pendahuluan Manusia sebagai makhluk Tuhan diciptakan sempurna karena manusia mempunyai otak. Diamana menurut para ahli kedokteran manusia mempunyai otak kiri (OKI) dan otak kanan (OKA). Dengan 2 bagian otak ini manusia mempunyai berbagai macam gaya belajar dalam kehidupan sehari harinya. Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedang pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. Kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen, yaitu peserta didik, widyaiswara, tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi. Tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti : perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku (over behaviour) yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya hidupnya. Tujuan pembelajaran yang diinginkan tentu yang optimal, untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik, salah satu diantaranya yang menurut penulis penting adalah metodologi mengajar. Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan mengenai pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya. Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara/mengajar widyaiswaranya. Jika cara mengajar widyaiswaranya enak menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya hidupnya. Metodologi mengajar banyak ragamnya, kita sebagai pendidik tentu harus memiliki metode mengajar yang beraneka ragam, agar dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan hanya satu metode saja, tetapi Lembaran Publikasi Ilmiah Pusdiklat Migas 8

harus divariasikan, yaitu disesuaikan dengan tipe belajar siswa dan kondisi serta situasi yang ada pada saat itu, sehingga tujuan pengajaran yang telah dirumuskan oleh pendidik dapat terwujud/tercapai. Di Indonesia banyak sekali tumbuh lembaga pendidikan formal maupun non formal yang bisa dimanfaatkan oleh warga negara ini. Namun apabila kita tidak mengenal gaya belajar kita sendiri maka bukan tidak mungkin kita akan keliru dalam memilih sekolah, misalkan dari gaya belajar yang suka mengotak atik barang/ alat tetapi justru kita masuk dalam sekolah atau pelatihan manajemen. Apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa peserta didik tersebut tidak kunjung-kunjung pintar? Salah satu faktor yang dapat menjadi penyebabnya adalah ketidaksesuaian cara belajar yang dimiliki oleh sang peserta didik dengan metode belajar yang diterapkan dalam pendidikan yang dijalaninya termasuk dalam kursus/ pendidikan dan pelatihan. Cara belajar yang dimaksudkan disini adalah kombinasi dari bagaimana individu menyerap, lalu mengatur dan mengelola informasi. Pembelajaran yang demokratis adalah pembelajaran yang di dalamnya terdapat interaksi dua arah antara widyaiswara dan siswa. Widyaiswara memberikan bahan pembelajaran dengan selalu memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberikan reaksi, siswa bisa bertanya maupun memberi tanggapan kritis tanpa ada perasaan takut. Bahkan, kalau perlu siswa diperbolehkan menyanggah informasi atau pendapat widyaiswara jika memang dia mempunyai informasi atau pendapat yang berbeda. Hasil belajar pada dasarnya merupakan hasil reaksi antara bahan pelajaran, pendapat widyaiswara, dan pengalaman siswa sendiri. Dalam pembelajaran, siswa betul-betul sebagai subyek belajar. Bukan sebagai botol kosong yang pasrah untuk diisi dengan berbagai ilmu oleh widyaiswara. Saat sekarang, rasanya pembelajaran yang demokratis cukup mendesak untuk diimplementasikan di kelas, setidaknya berdasarkan tiga alasan. Widyaiswara memang harus berwibawa baik secara akademik maupun moral, tapi bukan berarti harus berlaku diktator dan otoriter. Harus ada perubahan paradigma, widyaiswara sekarang tidak harus serba tahu dan serba mampu karena hal itu memang mustahil. Yang penting, widyaiswara harus bisa menjadi fasilitator dan motivator sehingga siswa dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Untuk bisa mengubah paradigma ini, widyaiswara harus menyadari bahwa wibawa tidak akan lenyap dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kreativitas. Bukankah justru wibawa widyaiswara akan terangkat bila ia mampu menampilkan performa sebagai widyaiswara yang egaliter, bisa diajak diskusi, terbuka, dan demokratis. Sementara dari pihak siswa, kendalanya adalah belum adanya keberanian untuk berpendapat. Selama ini mereka telah terkondisi untuk pasif, menerima apa pun informasi dari widyaiswara tanpa kritik. Kondisi ini harus diubah dengan cara mendorong mereka menyampaikan gagasan dan menghargainya. Apa pun pendapat siswa, widyaiswara harus bisa memberikan apresiasi secara positif. Melalui penghargaan dan apresiasi secara positif terhadap siswa, diharapkan berangsur-angsur siswa terbiasa berpikir aktif dan berani mengemukakan pendapatnya di kelas. 2. OTAK SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR Otak manusia adalah kumpulan massa protoplasma yang paling kompleks yang ada di alam semesta. Satu-satunya organ yang dapat mempelajari dirinya sendiri dan jika dirawat dengan baik dalam lingkungan yang menimbulkan rangsangan yang memadai, otak dapat berfungsi secara aktif dan reaktif selama lebih dari seratus tahun. Otak inilah yang menjadi pusat belajar sehingga harus dijaga dengan baik sampai seumur hidup agar terhindar dari kerusakan. Menurut MacLean, otak manusia memiliki tiga bagian dasar yang seluruhnya dikenal sebagai triune brain/three in one brain (dalam DePorter & Hernacki, 2001). Bagian Lembaran Publikasi Ilmiah Pusdiklat Migas 9

pertama adalah batang otak, bagian kedua sistem limbik dan yang ketiga adalah neokorteks. Batang otak memiliki kesamaan struktur dengan otak reptil, bagian otak ini bertanggungjawab atas fungsi-fungsi motorik-sensorik-pengetahuan fisik yang berasal dari panca indra. Perilaku yang dikembangkan bagian ini adalah perilaku untuk mempertahankan hidup, dorongan untuk mempertahankan spesies. Disekeliling batang otak terdapat sistem limbik yang sangat kompleks dan luas. Sistem ini berada di bagian tengah otak manusia. Fungsinya bersifat emosional dan kognitif yaitu menyimpan perasaan, pengalaman yang menyenangkan, memori dan kemampuan belajar. Selain itu sistem ini mengatur bioritme tubuh seperti pola tidur, lapar, haus, tekanan darah, jantung, gairah seksual, temperatur, kimia tubuh, metabolisme dan sistem kekebalan. Sistem limbik adalah panel kontrol dalam penggunaan informasi dari indra penglihatan, pendengaran, sensasi tubuh, perabaan, penciuman sebagai input yang kemudian informasi ini disampaikan ke pemikir dalam otak yaitu neokorteks. Neokorteks terbungkus di sekitar sisi sistem limbik, yang merupkan 80% dari seluruh materi otak. Bagian ini merupakan tempat bersemayamnya pusat kecerdasan manusia. Bagian inilah yang mengatur pesan-pesan yang diterima melalui penglihatan, pendengaran dan sensasi tubuh manusia. Proses yang berasal dari pengaturan ini adalah penalaran, berpikir intelektual, pembuatan keputusan, perilaku normal, bahasa, kendali motorik sadar, dan gagasan non verbal. Dalam neokorteks ini pula kecerdasan yang lebih tinggi berada, diantaranya adalah : kecerdasan linguistik, matematika, spasial/visual, kinestetik/perasa, musikal, interpersonal, intrapersonal dan intuisi. 3. KARAKTERISTIK GAYA BELAJAR Berdasarkan kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola dan menyampaikan informasi, maka cara belajar individu dapat dibagi dalam 3 (tiga) kategori. Ketiga kategori tersebut adalah cara belajar visual, auditorial dan kinestetik yang ditandai dengan ciri-ciri perilaku tertentu. Pengkategorian ini tidak berarti bahwa individu hanya yang memiliki salah satu karakteristik cara belajar tertentu sehingga tidak memiliki karakteristik cara belajar yang lain. Pengkategorian ini hanya merupakan pedoman bahwa individu memiliki salah satu karakteristik yang paling menonjol sehingga jika ia mendapatkan rangsangan yang sesuai dalam belajar maka akan memudahkannya untuk menyerap pelajaran. Dengan kata lain jika sang individu menemukan metode belajar yang sesuai dengan karakteristik cara belajar dirinya maka akan cepat ia menjadi "pintar". Adapun ciri-ciri perilaku individu dengan karakteristik cara belajar seperti disebutkan diatas, menurut DePorter & Hernacki (2001), adalah sebagai berikut: 3.1. Gara Belajar Visual ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut : a. Rapi dan teratur b. Berbicara dengan cepat c. Mampu membuat rencana jangka pendek dengan baik d. Teliti dan rinci e. Mementingkan penampilan f. Lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar g. Mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual h. Memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik i. Biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik ketika sedang belajar Lembaran Publikasi Ilmiah Pusdiklat Migas 10

j. Sulit menerima instruksi verbal (oleh karena itu seringkali ia minta instruksi secara tertulis) k. Merupakan pembaca yang cepat dan tekun l. Lebih suka membaca daripada dibacakan m. Dalam memberikan respon terhadap segala sesuatu, ia selalu bersikap waspada, membutuhkan penjelasan menyeluruh tentang tujuan dan berbagai hal lain yang berkaitan. n. Jika sedang berbicara di telpon ia suka membuat coretan-coretan tanpa arti selama berbicara o. Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain p. Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat "ya" atau "tidak' q. Lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato/berceramah r. Lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada musik s. Seringkali tahu apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai menuliskan dalam kata-kata 3.2. Gaya Belajar Auditorial ditandai dengan cara sebagai berikut : a. Sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja b. Mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik c. Lebih senang mendengarkan (dibacakan) daripada membaca d. Jika membaca maka lebih senang membaca dengan suara keras e. Dapat mengulangi atau menirukan nada, irama dan warna suara f. Mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat pandai dalam bercerita g. Berbicara dalam irama yang terpola dengan baik h. Berbicara dengan sangat fasih i. Lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya j. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa yang dilihat k. Senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar l. Mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang berhubungan dengan visualisasi m. Lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras daripada menuliskannya n. Lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku humor/komik 3.3. Gaya Belajar Kinestetik ditandai dengan cara sebagai berikut : a. Berbicara dengan perlahan b. Menanggapi perhatian fisik c. Menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka d. Berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain e. Banyak gerak fisik f. Memiliki perkembangan otot yang baik g. Belajar melalui praktek langsung atau manipulasi h. Menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung i. Menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang membaca j. Banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal) k. Tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang lama l. Sulit membaca peta kecuali ia memang pernah ke tempat tersebut m. Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi n. Pada umumnya tulisannya jelek o. Menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara fisik) p. Ingin melakukan segala sesuatu Nah mulai sekarang para instruktur atau widyaiswara bisa mulai mengenali gaya belajar dari siswa/ peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian widyaiswara Lembaran Publikasi Ilmiah Pusdiklat Migas 11

atau widyaiswara mudah untuk menjadi dirigen dalam kelas bagaikan memimpin suatu orkestra pada konser musik klasik yang berisi berbagai macam alat musik akan tetapi bisa menghasilkan suatu suara yang indah. Diharapkan dalam proses pembelajaran juga seperti itu dimana berbagai macam gaya belajar bisa disatukan dalam satu kelas yang dipimpin oleh seorang widyaiswara, dan pada akhirnya prestasi serta tujuan pembelajaran tercapai. Daftar Pustaka Bobby DePorter & Hernacki, Quantum Learning Kaifa, Jakarta,2001 Bobby DePorter & Hernacki, Quantum Teaching Kaifa, Jakarta,2001 *) M. Hasan Syukur, ST adalah Pejabat Fungsional Widyaiswara Pertama Pusdiklat Migas. Lembaran Publikasi Ilmiah Pusdiklat Migas 12