BAB IV PRINSIP-PRINSIP KONVEKSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

Aliran Fluida. Konsep Dasar

II. TINJAUAN PUSTAKA

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

Transport Phenomena. Dr. Heru Setyawan Jurusan Teknik Kimia FT-ITS

BAB I PENDAHULUAN I.1.

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

FENOMENA PERPINDAHAN. LUQMAN BUCHORI, ST, MT JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP

BAB IV KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR LORONG UDARA TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PELAT DATAR

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

FENOMENA PERPINDAHAN LANJUT

FENOMENA PERPINDAHAN. LUQMAN BUCHORI, ST, MT JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa

JUDUL TUGAS AKHIR ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI

BAB II ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA. beberapa sifat yang dapat digunakan untuk mengetahui berbagai parameter pada

MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

BAB III KONDUKSI ALIRAN STEDI - DIMENSI BANYAK

Analisis Koesien Perpindahan Panas Konveksi dan Distribusi Temperatur Aliran Fluida pada Heat Exchanger Counterow Menggunakan Solidworks

Perpindahan Panas Konveksi. Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola

FLUIDA. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika FMIPA Universitas Indonesia

2 a) Viskositas dinamik Viskositas dinamik adalah perbandingan tegangan geser dengan laju perubahannya, besar nilai viskositas dinamik tergantung dari

ALIRAN FLUIDA. Kode Mata Kuliah : Oleh MARYUDI, S.T., M.T., Ph.D Irma Atika Sari, S.T., M.Eng

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik TAMBA GURNING NIM SKRIPSI

FLUIDA BERGERAK. Di dalam geraknya pada dasarnya dibedakan dalam 2 macam, yaitu : Aliran laminar / stasioner / streamline.

DAFTARISI HALAMAN JUDUL LEMBARAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBARAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR

DINAMIKA FLUIDA. nurhidayah.staff.unja.ac.id

ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB FLUIDA. 7.1 Massa Jenis, Tekanan, dan Tekanan Hidrostatis

TRANSFER MOMENTUM FLUIDA DINAMIK

ANALISIS PENGARUH PERPINDAHAN PANAS TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN BATAS PADA PELAT DATAR

FISIKA FLUIDA YUSRON SUGIARTO, STP, MP, MSc yusronsugiarto.lecture.ub.ac.id. Didit kelas D: Arga kelas G:

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu

MEKANIKA FLUIDA. Ferianto Raharjo - Fisika Dasar - Mekanika Fluida

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

ANALISA PENGARUH CEKUNGAN YANG DITERAPKAN PADA PLAT DATAR TERHADAP ALIRAN FLUIDA UNTUK MENDUKUNG TEKNOLOGI MARITIM PENDEKATAN CFD

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir. Zat cair dan gas adalah fluida. Karena jarak antara dua partikel di dalam fluida tidaklah tetap.

Panduan Praktikum 2012

Taufik Ramuli ( ) Departemen Teknik Mesin, FT UI, Kampus UI Depok Indonesia.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

ANALISIS PERFORMANSI PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHEEL AND TUBE TIPE BEM DENGAN MENGGUNAKAN PERUBAHAN LAJU ALIRAN MASSA FLUIDA PANAS (Mh)

Bab 9 DEFLEKSI ELASTIS BALOK

MAKALAH PERPINDAHAN PANAS SECARA KONVEKSI

MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA

PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI

Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas

Bab IV Analisis dan Diskusi

I PUTU GUSTAVE S. P., ST., M.Eng. MEKANIKA FLUIDA

BAB II LANDASAN TEORI

Klasifikasi Aliran Fluida (Fluids Flow Classification)

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Model Aliran Panas

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ARUS LISTRIK. Di dalam konduktor / penghantar terdapat elektron bebas (muatan negatif) yang bergerak dalam arah sembarang (random motion)

FLUIDA DINAMIS. Ciri-ciri umum dari aliran fluida :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERTEMUAN III HIDROSTATISTIKA

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BINSAR T. PARDEDE NIM DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

Pemodelan Matematika dan Metode Numerik

BAB FLUIDA A. 150 N.

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida. Penentuan kecepatan di sejumlah titik pada suatu penampang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dan Peralatan Pengering

4.2 Laminer dan Turbulent Boundary Layer pada Pelat Datar. pada aliran di leading edge karena perubahan kecepatan aliran yang tadinya uniform

PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP TEMPERATUR BOLA BASAH, TEMPERATUR BOLA KERING PADA MENARA PENDINGIN

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK

BAB IV KONVEKSI PAKSA ALIRAN UDARA PIPA HORIZONTAL

Klasisifikasi Aliran:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MEKANIKA FLUIDA A. Statika Fluida

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi

Transkripsi:

BAB IV PRINSIP-PRINSIP KONVEKSI Aliran Viscous Berdasarkan gambar 1 dan, aitu aliran fluida pada pelat rata, gaa viscous dijelaskan dengan tegangan geser τ diantara lapisan fluida dengan rumus: du τ µ (4-1) d dimana: µ viskositas dinamik u kecepatan Gambar 1. Sketsa ang menunjukkan daerah aliran lapisan batas ang berbeda pada pelat rata.

Gambar. Profil kecepatan laminar pada pelat rata. Daerah aliran ang bergerak dari sisi pelat d tempat observasi viskositas disebut lapisan batas (boundar laer). Pertama-tama perkembangan lapisan batas adalah laminar namun pada suatu jarak kritis dari sisi awal pelat, bergantung pada medan aliran dan sifat fluida, terjadi gangguan dan gangguan ini akan diperkuat, dan proses transisi terjadi hingga aliran menjadi turbulen. Daerah turbulen ini bisa digambarkan sebagai sebuah gaa kocok ang bekerja sehingga bagian fluida akan bergerak bolak balik. ransisi dari aliran laminar ke aliran turbulen terjadi ketika: u υ ρ u µ > 5 5 1 dimana : u kecepatan aliran bebas jarak dari sisi awal υ µ/ρ viskositas kinematik Kelompok persamaan diatas disebut bilangan Renold dan tidak berdimensi. u Re (4-) υ Angka Renold kritis untuk transisi aliran dari laminar ke turbulen secara teoritis diambil 5 1 5, dalam praktekna harga ini bergantung pada kondisi kekasaran permukaan dan tingkat turbulensi aliran bebas. Kisaran normal untuk mulaina daerah transisi antara 5 1 5 sampai dengan 1 6. 4

Dengan adana disturbansi ang sangat besar di dalam aliran, transisi bisa mulai terjadi pada bilangan Renold serendah 1 5, dan untuk aliran ang bebas dari adana fluktuasi, daerah transisi bisa terjadi pada bilangan Renold 1 6 atau lebih. Bentuk relatif profil kecepatan pada aliran laminar dan turbulen ditunjukkan oleh gambar 1. Profil laminar berbentuk parabola, sedangkan profil turbulen berbentuk linier di dekat dinding. Bentuk linier ini karena adana sublapisan laminar pada dinding. Diluar sublapisan ini, profil kecepatan lebih rata jika dibandingkan dengan profil laminar. Mekanisme fisik dari viskositas adalah sebuah pertukaran momentum. Misalkan aliran adalah laminar, molekul bisa berpindah dari satu lamina ke lamina lainna, membawa momentum sesuai dengan kecepatan aliran. erdapat momentum netto ang bergerak dari daerah dengan kecepatan tinggi ke daerah kecepatan rendah, sehingga menimbulkan sebuah gaa dalam arah aliran fluida. Gaa ini adalah tegangan geser viskos ang bisa dihitung dengan persamaan 4.1. Pada daerah aliran turbulen, lapisan fluida ang jelas tidak lagi terlihat dan kita harus membuat konsep ang sedikit berbeda untuk aksi viskos. Gambaran kualitatif dari proses aliran turbulen bisa didapatkan dengan membaangkan bongkahan makroskopik fluida ang akan memindahkan energi dan momentum daripada pemindahan mikroskopik ang dilakukan oleh molekul tunggal. Misalkan terdapat aliran di dalam tabung seperti ang ditunjukkan gambar 3. Lapisan batas berkembang pada sisi masuk. Lapisan batas mengisi keseluruhan pipa, dan aliran disebut berkembang penuh. Jika aliran laminar, pprofil kecepatan berbentuk parabola akan didapatkan (Gambar 3a). Jika aliran adalah turbulen, akan didapatkan profile kecepatan ang lebih tumpul seperti ang ditunjukkan gambar 3b. Untuk menentukan aliran maka tetap digunakan bilangan Renold, dimana untuk aliran turbulen adalah: u Re m d d > 3 (4-3) υ 43

Gambar 3. Profil kecepatan untuk (a) aliran laminar di dalam pipa dan (b) aliran turbulen di dalam pipa. Angka Renold untuk daerah transisi bergantung pada kekasaran pipa dan kehalusan aliran. Umumna kisaran untuk daerah transisi adalah: < Re d < 4 Persamaan kontinuitas untuk aliran satu dimensi di dalam pipa adalah: m ρ u m A (4-4) dimana: m laju massa aliran u m kecepatan rata-rata A luas penampang Kecepatan massa didefinisikan sebagai: Kecepatan massa G m/a ρu m (4-5) Sehingga bilangan Renold bisa ditulis : 44

Re Gd d (4-6) µ Contoh Soal 1 Air pada suhu C mengalir dengan massa 8 kg/s melewati difuser seperti ditunjukkan gambar berikut ini. Diameter pada penampang 1 adalah 3, cm, dan diameter pada penampang adalah 7, cm. Carilah kenaikan tekanan statik antara penampang 1 dan penampang. Anggaplah aliran tanpa gesekan. Jawab: Luas penampang aliran adalah: A 1 πd 1 /4 π(,3) /4 7,69 1-4 m A πd /4 π(,7) /4 3,848 1-4 m Kerapatan air pada C adalah 1 kg/m 3, sehingga: u m ρ A u 1 8, 11,3 m/s (1)(7,691-4 ) u 8,,79 m/s (1)(3,8481-4 ) 45

Perbedaan tekanan diperoleh dengan persamaan Bernouli : p p1 ( u1 u ρ g 1 c p p 1 1 [(11,3) (,79) ] 61,91 kpa ) Lapisan Batas Laminar Pada Pelat Rata Perhatikan unsur volume atur/kendali seperti gambar 4. Persamaan gerakan untuk lapisan batas dapat diturunkan dengan membuat neraca gaa dan momentum pada unsur volume tersebut. Gambar 4. Unsur volume atur untuk neraca gaa pada lapisan batas laminar. Untuk menederhanakan analisis diandaikan: 1. Fluida tak mampu mampat dan aliran stedi/tunak.. idak terdapat perubahan tekanan diarah tegak lurus pelat. 3. Viskositas tetap. 46

4. Gaa geser viskos di arah dapat diabaikan. Kita terapkan hukum kedua Newton tentang gerak. F d( mv ) dτ Persamaan diatas berlaku untuk massa tetap. Untuk memudahkan analisis, digunakan unsur volume atur/kendali seperti ang ditunjukkan gambar 4, dimana massa mengalir ke dalam dari satu sisi dan keluar dari sisi ang lain. Untuk sistem ini, neraca gaa dapat dituliskan sebagai: Σ F tambahan fluks momentum pada arah Fluks momentum pada arah adalah hasil perkalian massa melalui satu sisi tertentu dari volume kendali dan komponen kecepatan pada titik itu. Massa ang masuk dari muka kiri unsur itu persatuan waktu adalah: ρu d Jika kita andaikan satu satuan kedalaman pada arah z, jadi momentum masuk pada muka kiri persatuan waktu adalah: ρu d u ρu d Massa ang keluar dari muka kanan: ρ u u d d dan momentum ang keluar dari muka kanan adalah: ρ u u d d Aliran ang masuk dari muka bawah: ρυ d Aliran massa keluar dari muka atas adalah: 47

ρ υ υ d d Neraca massa pada unsur itu memberikan: u ρ ud ρ υd ρ u d d ρ υ u d d atau: u υ (4-7) Persamaan ini adalah persamaan kontinuitas untuk lapisan batas. Kembali kepada analisis momentum dan gaa, momentum pada arah ang masuk melalui muka bawah adalah : ρυu d dan momentum pada arah ang keluar dari muka atas adalah: ρ υ υ d u u d d Bagi kita hana momentum arah ang penting, karena gaa ang menjadi perhatian kita adalah gaa pada arah. Gaa-gaa ini adalah gaa-gaa ang disebabkan oleh geser viskos dan gaa tekanan pada unsur. Gaa tekanan pada muka kiri pd, dan pada muka kanan p p d d Sehingga gaa tekanan netto pada arah gerakan adalah: p dd Gaa geser viskos pada muka bawah: 48

u µ d Dan gaa geser pada muka atas: u µ d u d Gaa geser viskos netto pada arah gerakan adalah jumlah kedua gaa diatas. Gaa geser viskos netto u µ dd Dengan menamakan jumlah gaa geser viskos dan gaa tekanan dengan perpindahan momentum pada arah, diperoleh: u µ dd ρ υud p dd ρ u u d d ρ u d ρ υ υ d u u d d Disederhanakan dengan persaman kontinuitas (4-7) dan mengabaikan diferensial orde kedua, diperoleh: u u u p ρ u υ µ (4-8) Persamaan ini adalah persamaan momentum untuk lapisan batas laminar dengan sifat-sifat tetap. Dengan penurunan rumus, maka tinggi lapisan batas: 4,64 1 / R e dimana : δ tinggi lapisan batas jarak dari ujung pelat Re (u )/ν 49

Atau bisa juga dicari dengan rumus: 5, 1 / R e Contoh soal Udara pada 7 C dan 1 atm mengalir pada sepanjang pelat datar dengan kecepatan m/s. Hitunglah ketebalan lapisanbatas pada jarak dan 4 cm dari sisi masuk pelat. Hitung juga aliran massa ang memasuki lapisan batas antara cm dan 4 cm. Viskositas udara pada 7 C adalah 1,85 1-5 kg/m.s. Diasimsikan satuan kedalaman pada arah z. Jawab Kerapatan udara dihitung dari: p R 1,13 15 87 3 1,177 Angka Renold: Pada cm: Pada 4 cm: R e 1,177,, 1,85 1 5 7.58 R e 1,177,,4 1,85 1 5 55.16 Ketebalan lapisan batas: Pada cm: Pada 4 cm: 4,64,,559 1 / 7.58 4,64,4,79 1/ 7.58 Untuk menghitung aliran massa ang memasuki lapisan batas antara cm dan 4 cm, adalah dengan mengukur perbedaan aliran massa ang masuk pada kedua posisi ini. Aliran massa lapisan batas dirumuskan: 5

u d o dimana kecepatan dicari dengan: uu [ 3 1 3] maka: u [ 3 1 3] d 5 8 u m 5 8 u 4 5 8 1,177,,79,559 3,399 1-3 kg/s Persamaan Energi Lapisan Batas Perhatikan unsur volume atur seperti tampak pada gambar dibawah ini. Untuk menederhanakan analisis, diasumsikan: 1. Aliran stedi tak mampu-mampat (incompressible).. Viskositas, konduktivitas kalor, dan kalor spesifik tetap. 3. Konduksi kalor pada arah aliran (arah ) dapat diabaikan. 51

Gambar 5. Unsur volume atur untuk analisis energi lapisan batas laminar. Lalu untuk unsur tersebut dapat kita buat neraca energi: Energi dikonveksikan pada muka kiri energi dikonveksikan pada muka bawah kalor dikonduksikan pada muka bawah kerja viskos netto pada unsur Energi dikonveksikan pada muka kanan energi dikonveksikan pada muka atas kalor dikonduksikan dari muka atas. Besaran energi konduksi dan konveksi ditunjukkan oleh Gambar 5 di atas, dan suku energi untuk kerja viskos dapat diturunkan sebagai berikut, kerja viskos dapat dihitung sebagai hasil perkalian antara gaa geser viskos netto dengan jarak perpindahan gaa ini dalam satuan waktu. Gaa geser viskos ialah hasil perkalian gaa geser dengan luas d. u µ d 5

Dan jarak perpindahan per satuan waktu terhadap unsur volume atur d d adalah: d u Sehingga energi viskos netto ang diserahkan pada unsur itu adalah: dd u µ Neraca energi dengan besaran-besaran ang ditunjukkan pada Gambar 5, dan mengandaikan satu satuan tebal pada arah z, serta mengabaikan diferensial orde kedua, menghasilkan: dd u k dd u u c p µ υ υ ρ Dengan menggunakan persamaan kontinuitas: u υ (4-9) Dan membagi dengan ρc p, kita peroleh: u c p ρ µ α υ µ (4-1) Persamaan ini adalah persamaan energi lapisan batas laminar. Bagian kiri menunjukkan energi netto ke dalam volume atur, dan bagian kanan menunjukkan jumlah kalor netto ang dihantarkan ke luar volume atur dan kerja viskos ang dilakukan atas unsur itu. Suku viskos hana penting pada kecepatan tinggi karena hargana relatif kecil pada kecepatan rendah. 53

Lapisan Batas Kalor Lapisan batas kalor didefinisikan sebagai daerah di mana terdapat gradien suhu dalam aliran. Gradien suhu itu adalah akibat proses pertukaran kalor antara fluida dan dinding. Perhatikan gambar di bawah ini. Suhu pada dinding adalah w, dan suhu pada fluida di luar lapisan batas kalor adalah sedang tebal lapisan batas kalor adalah δ t. Gambar 6. Profil suhu pada lapisan batas kalor Pada dinding kecepatan aliran adalah nol, dan perpindahan kalor ke fluida berlangsung secara konduksi. Jadi fluks kalor setempat persatuan luas q'' adalah: q A q' ' k (4-11) dinding Dari hukum pendinginan Newton, q'' h ( w ) (4-1) dimana h adalah koefisien perpindahan kalor konveksi. Dengan menggabungkan kedua persamaan tersebut, diperoleh: h k( / w ) dinding 54

Sehingga kita hana perlu menemukan gradien suhu pada dinding untuk menilai koefisien perpindahan kalor. Hal ini berarti kita harus mendapatkan suatu persamaan tentang distribusi suhu. Kondisi ang harus dipenuhi oleh distribusi suhu itu adalah: w pada (a) / pada δ t (b) pada δ t (c) Dan dengan menuliskan persamaan (4-1) pada tanpa pemanasan viskos, maka: pada (d) karena kecepatan harus sama dengan nol pada dinding. Kondisi (a) sampai (d) dapat dipenuhi oleh polinomial kubus sebagaimana dalam hal profil kecepatan, sehingga θ θ w w 3 δ t 1 δ t 3 (4-13) di mana θ w. Sekarang kita tinggal menemukan persamaan untuk δ t aitu tebal lapisan batas kalor. Perhatikan volume atur ang dibatasi oleh bidang-bidang 1,,A-A dan dinding seperti gambar 7 dibawah ini. Kita andaikan lapisan kalor lebih tipis dari lapisan batas hidrodinamik, seperti pada gambar. Suhu dinding adalah w, suhu aliran bebas dan kalor ang dilepaskan ke fluida pada panjang d adalah dq w. 55

Gambar 7. Volume atur untuk analisis energi lapisan batas laminar. Sekarang kita buat neraca energi: Energi ang dikonversikan ke dalam kerja viskos dalam unsur perpindahan kalor pada dinding energi ang dikonversikan ke luar. Energi ang dikonversikan ke dalam melalui bidang 1 adalah: H α ρ C p ud Dan energi ang dikonversikan ke luar melalui bidang : ρ C p H ud d d ρ C H p ud d Aliran massa melalui bidang A-A adalah: d d ud d ρ Dengan membawa energi sebesar: C p α d d H ud d ρ 56

Kerja viskos netto ang dilakukan di dalam unsur itu adalah: µ H du d d d Dan perpindahan kalor melalui dinding: dq w kd w Dengan menggabungkan besaran-besaran energi ini sesuai dengan persamaan 4-13 dan mengumpulkan suku-sukuna, kita peroleh: d d H H µ du ( α ) ud d C p d α (4-14) ρ Persamaan ini adalah persamaan energi integral lapisan batas untuk keadaan sifat-sifat tetap dan suhu aliran bebas tetap w. Pelat ang dalam perhatian kita tidak perlu dipanaskan pada keseluruhan panjangna. Situasina dapat kita lihat pada gambar 8 di bawah ini, dimana lapisan batas hidrodinamik terbentuk pada tepi depan pelat, sedang pemanasan baru dimulai pada. Gambar 8. Lapisan batas hidrodinamika dan lapisan batas kalor diatas pelat rata. 57

Penelesaian akhir dari persamaan untuk tebal lapisan batas kalor adalah sebagai berikut: 3 / 4 1 / 3 δ 1 t 1 / 3 ξ Pr 1 (4-15) δ 1,6 P r disebut sebagai angka Prandtl aitu parameter ang meghubungkan ketebalan relatif antara lapisan batas hidrodinamika dan lapisan batas kalor. Angka Prandtl juga merupakan penghubung antara medan kecepatan dan medan suhu. υ µ / ρ C pµ Pr (4-16) α k / ρ C k p dengan: C p kapasitas kalor µ viskositas dinamik k konduktivitas kalor Kembali kepada analisis kita, kita mempunai: h k( / ) w w 3 k δ t 3 k ζ δ (4-17) Von Karman memberikan persamaan momentum untuk lapisan batas laminar dengan sifat-sifat tetap dengan : δ 4,64 Re 1 / (4-18) Dengan memasukkan tebal lapisan batas hidrodinamik dari persamaan (4-18) dan menggunakan persamaan (4-15), diperoleh: h,33pr 1 / 3 u υ 1 / 1 3 / 4 1 / 3 (4-19) 58

Persamaan ini dapat dibuat tak berdimensi dengan mengalikan kedua sisi persamaan dengan /k, sehingga menghasilkan kelompok tak berdimensi pada bagian kiri, h Nu k (4-) ang disebut bilangan Nusselt. Akhirna kita dapatkan: Nu 3 / 4 1 / 3 1 / 3 1 /,33Pr Re 1 (4-1) Untuk pelat ang dipanaskan di keseluruhan panjangna, maka persamaan (4-1) menjadi: 1 / 3 1 /,33.Pr Re Nu (4-) Persamaan (4-19), (4-1), dan (4-), menatakan harga lokal koefisien perpindahan kalor berhubungan dengan jarak dari sisi masuk pelat dan sifatsifat fluida. Untuk harga, koefisien perpindahan kalor rata-rata dan angka Nusselt bisa dicari dari integrasi sepanjang panjang pelat. h L L h d h L (4-3) d Nu L h L k Nu L (4-4) atau dimana Nu L h L k,664 R e 1/ L Pr 1/3 (4-5) R e L u L Dengan asumsi sifat-sifat fluida konstan sepanjang aliran, jika terdapat variasi antara kondisi dinding dengan aliran bebas, sifat-sifat fluida bisa dicari 59

dari temperatur film, f, ang disebut juga rata-rata aritmatik antara temperatur dinding dan aliran bebas, f w (4-6) f emperatur film Fluks Kalor Konstan Analisis di atas menganggap perpindahan kalor laminar pada permukaan isotermal. Dalam praktek, fluks kalor di permukaan biasana konstan, dan perlu dicari distribusi temperatur permukaan pelat untuk suatu fluida tertentu. Untuk fluks kalor konstan, bilangan Nusselt dicari dengan rumus: Nu h k,453 R e 1/ Pr 1/ 3 (4-7) q w Nu k w (4-8) Perbedaan temperatur rata-rata sepanjang pelat untuk fluks kalor konstan diperoleh dengan integrasi: L w 1 L w d 1 L L q w k Nu d q w L/ k 1/,6795 R e L Pr 1/3 (4-9) q w 3 h L w 6