HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. (Ocimum sanctum) untuk pengendalian akar gada (plasmodiophora brassicae)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA DAN FERTIGASI PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KEMUNING (Murraya paniculata (L.) Jack) DI PEMBIBITAN

BAHAN METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan pada Uji F 5% dan disajikan pada Tabel 4.1. Nilai uji tengah DMRT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman. Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

0 (N 0 ) 12,34a 0,35 (N 1 ) 13,17a 0,525 0,7 (N 2 ) (N 3 )

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jati. daun, luas daun, berat segar bibit, dan berat kering bibit dan disajikan pada tabel

JURNAL SAINS AGRO

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Parameter pertumbuhan yang diukur adalah tinggi, berat basah, dan berat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penelitian Hasil pengamatan bobot jenis media di Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura (Tabel 3), menunjukkan pen media berpengaruh sangat signifikan terhadap bobot jenis media. Bobot jenis media tanah + arang sekam sebesar 62.87 g/cm 3, tanah + arang sekam + sebesar 66.06 g/cm 3, dan tanah + arang sekam + sebesar 79.59 g/cm 3. Tabel 3. Bobot Jenis Bobot jenis (g/cm3) Tanah latosol Darmaga 101.60a Arang sekam 16.47g Kotoran 75.08c Kotoran 68.13d Tanah latosol Darmaga + arang sekam 62.87f Tanah latosol Darmaga + arang sekam + 66.06d Tanah latosol Darmaga + arang sekam + 79.59b Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan memberikan hasil yang berbeda signifikan menurut uji DMRT pada taraf kesalahan 1%. Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB, Bogor (Lampiran 2), komposisi media tanam cenderung netral dengan ph H 2 O tanah arang sekam, tanah arang sekam, dan tanah arang sekam berturut-turut 6.40, 6.90, dan 6.80. Seluruh komposisi media yang digunakan pada percobaan tergolong bertesktur liat karena kandungan liatnya lebih dari 30%. tanah + arang sekam memiliki kandungan C sedang, N sedang, P sangat tinggi, Ca sedang, Mg tinggi, K sangat tinggi, Na sedang, dan KTK sedang. tanah + arang sekam + menunjukkan kandungan C sangat tinggi, N tinggi, P sangat tinggi, Ca tinggi, Mg tinggi, K sangat tinggi, Na sangat tinggi, dan KTK sedang. Pada media tanah + arang sekam + menunjukkan kandungan C

18 sangat tinggi, N sedang, P sangat tinggi, Ca tinggi, Mg sangat tinggi, K sangat tinggi, Na sangat tinggi, dan KTK tinggi. Kandungan hara pupuk organik yang diberikan pada percobaan, menunjukkan mengandung C sangat tinggi, N tinggi, P sangat tinggi, Ca sangat tinggi, Mg sangat tinggi, K sangat tinggi, Na sangat tinggi, dan KTK tinggi. Pada, kandungan C sangat tinggi, N sangat tinggi, P sangat tinggi, Ca sangat tinggi, Mg sangat tinggi, K sangat tinggi, Na sangat tinggi, dan KTK sedang. Penanaman bibit kemuning di lapangan dilakukan pada musim penghujan yang dimulai dari bulan November 2011 dan berakhir pada bulan Februari 2012. Saat penanaman curah hujan cukup tinggi yaitu 457.7 mm/bulan dengan temperatur 26.2 0 C, kelembaban 80%, lama penyinaran 56%, dan intensitas penyinaran matahari sebesar 457.7 cal/cm 2 (Lampiran 3). Penanaman pada musim penghujan menyebabkan dampak positif bagi bibit tanaman kemuning yang dapat dilihat dari sangat sedikitnya jumlah bibit yang mati saat 1 MSP. Hama yang menyerang kemuning pada percobaan adalah Toxoptera citricida Kirk. T. citricida Kirk mulai terlihat pada 6 MSP namun intensitas serangan semakin tinggi pada 7 MSP yang mengakibatkan pengurangan jumlah daun dan anak daun (Gambar 2). Halbert dan Lawrence (1998) menyatakan T. citricida Kirk atau yang lebih dikenal dengan nama brown citrus aphid (BrCA) merupakan hama yang menyerang tanaman famili rutaceae. Hama ini menyerang daun tanaman terutama daun muda dengan menghisap cairan tanaman sehingga daun menggulung, kerdil, terbentuk puru, dan rontok. Pengendalian dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif klorpirifos 200 g/l dengan dosis 1.5 ml/l air. Gambar 2. Tanaman Kemuning yang Terserang BrCA (T. citricida Kirk)

19 Tinggi Tanaman Hasil sidik ragam terhadap parameter tinggi tanaman (Tabel 4) menunjukkan bahwa perlakuan memberikan respon yang sangat signifikan terhadap tinggi tanaman pada 6 hingga 7 MSP dan pada 8 hingga 13 MSP memberikan respon yang signifikan. Pengaruh yang signifikan juga terlihat pada parameter tinggi 2-13 MSP. Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Tinggi Tanaman No. Parameter Uji F Koefisien Keragaman (%) 1 Tinggi 2 MSP tn 7.24 2 Tinggi 3 MSP tn 8.18 3 Tinggi 4 MSP tn 8.05 4 Tinggi 5 MSP tn 6.85 5 Tinggi 6 MSP ** 5.10 6 Tinggi 7 SMP ** 5.19 7 Tinggi 8 MSP * 6.70 8 Tinggi 9 MSP * 7.52 9 Tinggi 10 MSP * 8.10 10 Tinggi 11 MSP * 8.02 11 Tinggi 12 MSP * 8.28 12 Tinggi 13 MSP * 10.52 13 Tinggi 2-13 MSP * 23.68 Keterangan: (tn) tidak berpengaruh signifikan; (*) berpengaruh signifikan pada taraf kesalahan 5%; (**) berpengaruh sangat signifikan pada taraf kesalahan 1%. Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa secara umum semua perlakuan pemupukan tidak berbeda signifikan terhadap tinggi tanaman kemuning. Perlakuan menunjukkan perbedaan yang signifikan antara perlakuan pemupukan dengan perlakuan tanpa pemupukan terhadap tinggi tanaman kemuning. Perlakuan media menunjukkan nilai tengah tertinggi pada parameter tinggi tanaman 6 hingga 7 MSP. Perlakuan media menunjukkan nilai tengah tertinggi pada parameter tinggi tanaman 8 hingga 10 MSP. Nilai tengah tertinggi terhadap parameter tinggi tanaman 11 hingga 13 MSP terlihat pada perlakuan media dan dengan menggunakan. Nilai tengah tertinggi parameter tinggi tanaman 2-13 MSP yaitu perlakuan media

dengan nilai tengah sebesar 9.10 cm (Tabel 5). 20 No. Tabel 5. Tinggi Tanaman pada Lima Perlakuan Pemupukan Tinggi tanaman (MSP) Tanpa pemupukan dan dan 1 2 5.28 6.10 5.67 5.18 5.64 2 6 7.16c 8.36ab 8.76a 7.63bc 8.12ab 3 7 7.35b 8.89a 9.04a 8.32a 8.63a 4 8 7.79b 9.43a 9.64a 9.31a 9.40a 5 9 7.96b 9.77a 10.04a 9.42a 9.64a 6 10 8.26b 10.26a 10.51a 9.78a 10.24a 7 11 8.48b 10.71a 10.86a 10.34a 11.00a 8 12 8.69b 11.44a 11.28a 11.14a 11.70a 9 13 9.36b 12.51a 12.02a 12.39a 12.54a 10 2-13 7.45b 9.90a 9.10a 8.52a 8.96a Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan memberikan hasil yang berbeda signifikan menurut uji DMRT. Daun Hasil sidik ragam pada pengamatan jumlah daun (Tabel 6) menunjukkan bahwa perlakuan memberikan respon yang tidak signifikan terhadap parameter jumlah daun tanaman kemuning pada 2 hingga 9 MSP, 11 MSP, dan 13 MSP. Perlakuan menunjukkan hasil signifikan pada 10 MSP dan 12 MSP. Parameter jumlah daun 2-13 MSP menunjukkan hasil yang sangat signifikan.

21 Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Daun No. Parameter Uji F Koefisien Keragaman (%) 1 Daun 2 MSP tn 12.22 2 Daun 3 MSP tn 12.32 3 Daun 4 MSP tn 11.60 4 Daun 5 MSP tn 14.01 5 Daun 6 MSP tn 9.93 6 Daun 7 SMP tn 13.82 7 Daun 8 MSP tn 15.82 8 Daun 9 MSP tn 15.70 9 Daun 10 MSP * 16.33 10 Daun 11 MSP tn 18.15 11 Daun 12 MSP * 13.76 12 Daun 13 MSP tn 15.94 13 Daun 2-13 MSP ** 36.24 Keterangan: (tn) tidak berpengaruh signifikan; (*) berpengaruh signifikan pada taraf kesalahan 5%; (**) berpengaruh sangat signifikan pada taraf kesalahan 1%. Perlakuan menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap jumlah daun pada 10 MSP, 12 MSP, dan 2-13 MSP. daun pada 12 MSP menunjukkan perbedaan yang signifikan antara perlakuan pemupukan dengan perlakuan tanpa pemupukan. Perlakuan media dan menunjukkan nilai tengah tertinggi pada 10 MSP, 12 MSP, dan 2-13 MSP (Tabel 7). No. Tabel 7. Daun pada Lima Perlakuan Pemupukan daun (MSP) Tanpa pemupukan dan dan 1 2 6.06 5.30 5.03 5.20 5.30 2 10 8.57c 13.63ab 12.13abc 11.20bc 15.37a 3 12 10.63b 15.83a 15.40a 14.93a 18.57a 4 2-13 8.40c 10.55ab 10.04bc 9.89bc 11.80a Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan memberikan hasil yang berbeda signifikan menurut uji DMRT.

23 No. Tabel 9. Anak Daun pada Lima Perlakuan Pemupukan anak daun (MSP) Tanpa pemupukan dan dan 1 2 10.33 9.33 8.20 8.73 9.00 2 10 18.20b 31.73a 28.90ab 29.33ab 41.47a 3 11 20.33b 33.70ab 31.50ab 36.33ab 46.93a 4 12 22.30b 39.70a 38.53a 41.63a 53.73a 5 13 28.50b 44.20ab 41.57ab 45.17ab 59.10a 6 2-13 16.40c 23.27ab 22.42b 23.84b 29.77a Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan memberikan hasil yang berbeda signifikan menurut uji DMRT. Bunga Hasil sidik ragam menujukkan perlakuan memberikan hasil yang signifikan pada taraf kesalahan 5% terhadap parameter jumlah bunga pada 6, 8, dan 11 MSP. Perbedaan yang signifikan juga terlihat pada parameter jumlah bunga 2-13 MSP (Tabel 10). Tabel 10. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Bunga No. Parameter Uji F Koefisien Keragaman 1 (%) 1 Bunga 2 MSP tn 1.28 2 Bunga 3 MSP tn 1.38 3 Bunga 4 MSP tn 1.22 4 Bunga 5 MSP tn 4.64 5 Bunga 6 MSP * 2.25 6 Bunga 7 SMP tn 4.06 7 Bunga 8 MSP * 2.67 8 Bunga 9 MSP tn 1.61 9 Bunga 10 MSP tn 3.39 10 Bunga 11 MSP * 2.88 11 Bunga 12 MSP tn 3.66 12 Bunga 13 MSP tn 5.43 13 Bunga 2-13 MSP * 3.93 Keterangan: ( 1 ) hasil transformasi 2; (tn) tidak berpengaruh signifikan; (*) berpengaruh signifikan pada taraf kesalahan 5%.

24 Perlakuan memberikan perbedaan yang signifikan terhadap parameter jumlah bunga. bunga pada perlakuan media dan menunjukkan nilai tengah paling tinggi pada 6 dan 8 MSP. Perlakuan media, menunjukkan nilai tengah tertinggi pada parameter jumlah bunga 11 MSP (Tabel 11). No. Tabel 11. Bunga pada Lima Perlakuan Pemupukan bunga (MSP) Tanpa pemupukan dan dan 1 2 0.00 0.06 0.00 0.00 0.00 2 6 0.03b 0.13b 0.10b 0.13b 0.33a 3 8 0.20ab 0.03b 0.10b 0.00b 0.33a 4 11 0.00b 0.13ab 0.37a 0.07b 0.23ab 5 2-13 0.05b 0.13ab 0.09b 0.10ab 0.18a Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan memberikan hasil yang berbeda signifikan menurut uji DMRT. Buah Tabel 12 menampilkan rekapitulasi hasil sidik ragam jumlah buah. Perlakuan komposisi media dan pupuk organik tidak menunjukkan hasil yang signifikan terhadap parameter jumlah buah mulai dari awal pengamatan (2 MSP) hingga akhir pengamatan (13 MSP).

25 Tabel 12. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Buah No. Parameter Uji F Koefisien Keragaman 1 (%) 1 Buah 2 MSP tn 0.54 2 Buah 3 MSP tn 3.06 3 Buah 4 MSP tn 1.37 4 Buah 5 MSP tn 1.49 5 Buah 6 MSP tn 2.76 6 Buah 7 SMP tn 4.31 7 Buah 8 MSP tn 3.94 8 Buah 9 MSP tn 1.08 9 Buah 10 MSP tn 5.15 10 Buah 11 MSP tn 6.09 11 Buah 12 MSP tn 6.64 12 Buah 13 MSP tn 4.82 13 Buah 2-13 MSP tn 4.39 Keterangan: ( 1 ) hasil transformasi 2; (tn) tidak berpengaruh signifikan. buah terbanyak pada 13 MSP ditunjukkan pada perlakuan media dan dengan nilai tengah 0.37 sedangkan perlakuan tanpa pemupukan menunjukkan nilai tengah jumlah buah terendah yaitu sebesar 0.23. dan menunjukkan jumlah buah terbanyak pada 2-13 MSP dengan nilai tengah sebesar 0.21 (Tabel 13). No. Tabel 13. buah pada Lima Perlakuan Pemupukan buah (MSP) Tanpa pemupukan dan dan 1 13 0.23 0.27 0.33 0.30 0.37 2 2-13 0.13 0.14 0.19 0.21 0.20 Cabang Hasil sidik ragam terhadap parameter jumlah cabang (Tabel 14) menunjukkan awalnya perlakuan tidak memberikan hasil yang signifikan pada 2 hingga 5 MSP.

26 Perlakuan mulai memberikan respon yang signifikan terhadap jumlah cabang tanaman pada 6 MSP, kemudian kembali tidak signifikan pada 7 dan 8 MSP. Selanjutnya, perlakuan kembali menunjukkan respon yang signifikan pada 9 MSP hingga pada akhir pengamatan yaitu pada 13 MSP. Perlakuan memberikan respon yang sangat signifikan pada parameter jumlah cabang 2-13 MSP. Tabel 14. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Cabang No. Parameter Uji F Koefisien Keragaman (%) 1 Cabang 2 MSP tn 0 2 Cabang 3 MSP tn 3.12 3 Cabang 4 MSP tn 8.81 4 Cabang 5 MSP tn 19.64 5 Cabang 6 MSP * 30.63 6 Cabang 7 SMP tn 38.61 7 Cabang 8 MSP tn 36.65 8 Cabang 9 MSP * 25.46 9 Cabang 10 MSP * 23.39 10 Cabang 11 MSP * 21.70 11 Cabang 12 MSP * 18.02 12 Cabang 13 MSP * 16.70 13 Cabang 2-13 MSP ** 14.37 1 Keterangan: ( 1 ) hasil transformasi 2; (tn) tidak berpengaruh signifikan; (*) berpengaruh signifikan pada taraf kesalahan 5%; (**) berpengaruh sangat signifikan pada taraf kesalahan 1%. Tabel 15 menampilkan jumlah cabang pada masing-masing perlakuan pemupukan. Perlakuan menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan pada 6 MSP namun pada 9 hingga 13 MSP, perlakuan pemupukan menunjukkan hasil yang berbeda signifikan. Secara umum dapat disimpulkan perlakuan tanpa pemupukan menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap perlakuan media dan dengan menggunakan pupuk organik. Perlakuan media dan selalu unggul terhadap parameter jumlah cabang sejak 6 MSP hingga 13 MSP, sedangkan perlakuan tanpa pemupukan selalu menunjukkan nilai tengah terendah terhadap jumlah cabang sejak 6 MSP hingga 13 MSP.

27 No. Tabel 15. Cabang pada Lima Perlakuan Pemupukan cabang (MSP) Tanpa pemupukan dan dan dan 1 2 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 2 6 1.30a 1.87a 1.50a 1.80a 2.33a 3 9 1.57b 3.63a 2.80ab 2.70ab 3.97a 4 10 1.53b 4.03a 2.90ab 3.07a 4.20a 5 11 2.07b 4.10a 3.47ab 3.30ab 4.27a 6 12 2.33b 4.28a 3.67a 3.80a 4.40a 7 13 2.50b 4.63a 3.83a 4.07a 4.67a 8 2-13 1.56c 2.69ab 2.28b 2.33b 3.05a Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan memberikan hasil yang berbeda signifikan menurut uji DMRT. Bobot Basah Tanaman Tabel 16 menampilkan hasil sidik ragam pengamatan bobot basah tanaman kemuning yang diukur sebulan sekali. Hasil sidik ragam menunjukkan Hampir seluruh parameter bobot basah tidak berpengaruh signifikan. Hasil yang signifikan hanya pada bobot basah batang pada 13 MSP namun tidak signifikan terhadap parameter bobot basah batang pada bulan sebelumnya (5 dan 9 MSP).

28 Tabel 16. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Bobot Basah Tanaman No. Parameter Uji F Koefisien Keragaman (%) 1 Bobot Basah Total 5 MSP tn 31.16 2 Bobot Basah Total 9 MSP tn 37.13 3 Bobot Basah Total 13 MSP tn 29.09 4 Bobot Basah Akar 5 MSP tn 34.61 5 Bobot Basah Akar 9 MSP tn 32.82 6 Bobot Basah Akar 13 MSP tn 7.98 1 7 Bobot Basah Batang 5 MSP tn 36.02 8 Bobot Basah Batang 9 MSP tn 2.64 1 9 Bobot Basah Batang 13 MSP * 21.95 10 Bobot Basah Daun 5 MSP tn 32.09 11 Bobot Basah Daun 9 MSP tn 7.37 1 12 Bobot Basah Daun 13 MSP tn 36.76 13 Bobot Basah Anak Daun 5 MSP tn 31.61 14 Bobot Basah Anak Daun 9 MSP tn 5.98 1 15 Bobot Basah Anak Daun 13 MSP tn 28.80 16 Bobot Basah Buah 5 MSP tn 0.75 1 17 Bobot Basah Buah 9 MSP tn 0.18 1 18 Bobot Basah Buah 13 MSP tn 2.09 1 19 Bobot Basah Bunga 5 MSP tn 1.39 1 20 Bobot Basah Bunga 9 MSP tn 24.57 1 21 Bobot Basah Bunga 13 MSP tn 2.72 1 Keterangan: ( 1 ) hasil transformasi 2; (tn) tidak berpengaruh signifikan; (*) berpengaruh signifikan pada taraf kesalahan 5%. Perbedaan yang signifikan terlihat hanya terlakuan media dan menggunakan merupakan perlakuan yang menunjukkan nilai tengah tertinggi terhadap parameter bobot basah batang pada 13 MSP. Perlakuan media dan juga menunjukkan nilai tengah tertinggi pada parameter bobot basah buah pada 13 MSP. Perlakuan media dan selalu menunjukkan nilai tengah tertinggi pada parameter bobot basah total, akar, daun, anak daun, dan bunga (Tabel 17).

29 No. Tabel 17. Bobot Basah Tanaman pada Lima Perlakuan Pemupukan Bobot basah (MSP) Tanpa pemupukan (g) (g) (g) dan (g) dan (g) 1 Total 13 2.63 3.62 3.60 4.57 4.24 2 Akar 13 1.12 0.74 0.76 0.73 0.75 3 Batang 13 0.39b 0.66ab 0.59ab 0.68a 0.85a 4 Daun 13 1.12 2.07 2.25 2.96 2.39 5 Anak Daun 13 1.00 1.82 2.12 2.37 2.06 6 Bunga 13 0.00 0.09 0.01 0.02 0.15 7 Buah 13 0.00 0.06 0.00 0.01 0.10 Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan memberikan hasil yang berbeda signifikan menurut uji DMRT. Bobot Kering Tanaman Hasil sidik ragam pengamatan bobot kering tanaman pada Tabel 18 menunjukkan bahwa perlakuan tidak menunjukkan hasil yang signifikan terhadap seluruh parameter bobot kering tanaman baik bobot kering total, bobot kering akar, bobot kering batang, bobot kering daun, bobot kering anak daun, bobot kering buah, maupun bobot kering bunga.

30 Tabel 18. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Bobot Kering Tanaman No. Parameter Uji F Koefisien Keragaman (%) 1 Bobot Kering Total 5 MSP tn 3.26 1 2 Bobot Kering Total 9 MSP tn 33.59 3 Bobot Kering Total 13 MSP tn 33.39 4 Bobot Kering Akar 5 MSP tn 0.71 1 5 Bobot Kering Akar 9 MSP tn 26.81 6 Bobot Kering Akar 13 MSP tn 2.70 1 7 Bobot Kering Batang 5 MSP tn 35.92 8 Bobot Kering Batang 9 MSP tn 39.57 9 Bobot Kering Batang 13 MSP tn 27.71 10 Bobot Kering Daun 5 MSP tn 32.17 11 Bobot Kering Daun 9 MSP tn 38.97 12 Bobot Kering Daun 13 MSP tn 33.10 13 Bobot Kering Anak Daun 5 MSP tn 1.25 1 14 Bobot Kering Anak Daun 9 MSP tn 38.56 15 Bobot Kering Anak Daun 13 MSP tn 37.21 16 Bobot Kering Buah 5 MSP tn 0.18 1 17 Bobot Kering Buah 9 MSP tn 0 18 Bobot Kering Buah 13 MSP tn 0.62 1 19 Bobot Kering Bunga 5 MSP tn 0.27 1 20 Bobot Kering Bunga 9 MSP tn 0.27 1 21 Bobot Kering Bunga 13 MSP tn 0.55 1 Keterangan: ( 1 ) hasil transformasi 2; (tn) tidak berpengaruh signifikan. Bobot Kering Tanaman pupuk dan pupuk menunjukkan nilai tengah tertinggi terhadap parameter bobot kering tanaman total, bobot kering batang, bobot kering daun, dan bobot kering anak daun pada 13 MSP. tanpa pemupukan menunjukkan nilai tengah tertinggi bobot kering akar pada 13 MSP. Perlakuan media pupuk dan menunjukkan nilai tengah tertinggi terhadap parameter bobot kering bunga dan buah pada 13 MSP (Tabel 19).

31 No. Tabel 19. Bobot Kering Tanaman pada Lima Perlakuan Pemupukan Bobot kering (MSP) Tanpa pemupukan (g) (g) (g) dan (g) dan (g) 1 Total 13 0.99 1.28 1.47 1.79 1.75 2 Akar 13 0.29 0.19 0.19 0.23 0.25 3 Batang 13 0.11 0.17 0.18 0.22 0.20 4 Daun 13 0.32 0.45 0.58 0.71 0.66 5 Anak Daun 13 0.28 0.57 0.51 0.62 0.59 6 Bunga 13 0.00 0.01 0.00 0.01 0.03 7 Buah 13 0.00 0.01 0.00 0.00 0.02 Panjang Akar, Luas Daun, Laju Tumbuh Relatif, dan Laju Asimilasi Bersih Pengamatan panjang akar, luas daun, laju tumbuh relatif, dan laju asimilasi bersih menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh signifikan setiap bulannya namun perlakuan menunjukkan pengaruh yang sangat signifikan pada parameter panjang akar 5-13 MSP (Tabel 20). Tabel 20. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Panjang Akar, Luas Daun, Laju Tumbuh Relatif dan Laju Asimilasi Bersih No. Parameter Uji F Koefisien Keragaman (%) 1 Panjang Akar 5 MSP tn 20.79 2 Panjang Akar 9 MSP tn 18.47 3 Panjang Akar 13 MSP tn 13.81 4 Panjang Akar 5-13 MSP ** 16.37 5 Luas Daun 5 MSP tn 18.65 1 6 Luas Daun 9 MSP tn 23.04 1 7 Luas Daun 13 MSP tn 35.17 8 Luas Daun 5-13 MSP tn 39.92 9 Laju Tumbuh Relatif bulan 1-2 tn 15.82 1 10 Laju Tumbuh Relatif bulan 2-3 tn 17.31 1 11 Laju Tumbuh Relatif bulan 1-3 tn 14.87 1 12 Laju Asimilasi Bersih bulan 1-2 tn 0.35 1 13 Laju Asimilasi Bersih bulan 2-3 tn 26.08 14 Laju Asimilasi Bersih bulan 1-3 tn 0.19 1 Keterangan: ( 1 ) hasil transformasi 2; (tn) tidak berpengaruh signifikan.

32 Perbedaan signifikan hanya terlihat pada parameter panjang akar 5-13 MSP. Perlakuan tanpa pemupukan menunjukkan akar paling panjang pada 5-13 MSP dengan nilai tengah sebesar 19.56 cm (Tabel 21). Tabel 21. Panjang Akar, Luas Daun, Laju Tumbuh Relatif, dan Laju Asimilasi bersih pada Lima Perlakuan Pemupukan No. Parameter Tanpa pemupukan 1 Panjang Akar 13 MSP 2 Panjang Akar 5-13 MSP 3 Luas Daun 13 MSP (cm 2 ) 4 Laju Tumbuh Relatif bulan 2-3 (g/bulan) 5 Laju Asimilasi Bersih bulan 2-3 (g/cm 2 /bulan) Keterangan: dan dan 19.63 14.90 17.27 15.33 16.90 19.56a 15.39b 16.41b 13.83b 15.69b 49.83 90.83 106.17 109.39 102.83 0.11 0.86 0.66 0.25 0.80 0.01 0.02 0.01 0.02 0.01 angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan memberikan hasil yang berbeda signifikan menurut uji DMRT. Laju tumbuh relatif (LTR) merupakan perubahan peningkatan bobot bahan kering setiap unit bahan kering dalam suatu rentang waktu tertentu. Hasil rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap LTR namun, dari Gambar 3 terlihat pola yang menunjukkan bahwa perlakuan tanpa pemupukan menurunkan laju penumpukan bahan kering pada tanaman kemuning. Perlakuan media dan, juga menunjukkan penurunan penumpukan bahan kering. Selain perlakuan tanpa pemupukan dan perlakuan media, semua perlakuan menunjukkan peningkatan bobot bahan kering.

33 Gambar 3. Laju Tumbuh Relatif Perlakuan juga tidak berpengaruh signifikan terhadap laju asimilasi bersih (LAB) namun dari hasil yang diperoleh (Gambar 4), terlihat bahwa respon perlakuan media menunjukkan penurunan laju asimilasi bersih pada bulan 2-3, yang berarti terjadi penurunan efisiensi fotosintesis tanaman per satuan luas daun per bulan. Gambar 4. Laju Asimilasi Bersih

34 Skoring Bibit Berkualitas Baik Skoring bibit berkualitas baik dilakukan untuk melihat perlakuan terbaik yang menunjang pertumbuhan bibit tanaman kemuning. Perlakuan komposisi media dengan menggunakan media dan dengan serta perlakuan komposisi media dan, menunjukkan total nilai yang paling tinggi dengan nilai sebesar 17. Perlakuan tanpa pemupukan menunjukkan total nilai paling rendah terhadap penilaian kualitatif dengan nilai sebesar dan 14 (Tabel 22). Tabel 22. Hasil Skoring Bibit Berkualitas Baik No Perlakuan Tinggi Daun Anak Daun Bunga Cabang Panjang Akar 1 Tanpa 1 1 3 4 1 4 14 pemupukan 2 1 3 4 3 3 2 16 dan 3 1 2 4 4 2 2 15 dan 4 4 2 4 4 2 1 17 dan 5 dan 1 4 4 2 4 2 17 Keterangan: Penilaian menggunakan selang nilai tengah 2-13 MSP Total

35 Korelasi Uji korelasi menunjukkan hampir seluruh parameter penting dalam pertumbuhan tanaman kemuning di pembibitan menunjukkan hasil korelasi yang sangat signifikan kecuali korelasi antara jumlah bunga dengan tinggi tanaman yang menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan (Tabel 23). Tabel 23. Matriks Hasil Uji Korelasi antar Parameter yang Diamati Daun Anak Daun Cabang Bunga Tinggi Tanaman 0.699 ** 0.731 ** 0.516 ** 0.080 tn Daun 1 0.942 ** 0.819 ** 0.629 ** Anak Daun 1 0.751 ** 0.446 ** Cabang 1 0.640 ** Keterangan: (tn) tidak berpengaruh signifikan; (**) berpengaruh sangat signifikan pada taraf kesalahan 1%. Kandungan Senyawa Bioaktif Daun Tanaman Kemuning Tabel 24 menunjukkan hasil analisis uji kualitatif kandungan senyawa bioaktif pada daun tanaman kemuning. Hasil menunjukkan daun tanaman kemuning mengandung saponin, tanin, flavonoid, steroid, dan terpenoid sedangkan alkaloid hanya terdapat pada perlakuan tertentu. Perlakuan memberikan pengaruh terhadap jumlah kandungan bahan bioaktif daun tanaman kemuning. Kandungan saponin tertinggi diperoleh pada perlakuan media, perlakuan media dengan, serta media dan dengan. Saponin juga ditemukan pada perlakuan lainnya namun menujukkan kandungan yang rendah. Kandungan tanin tertinggi diperoleh pada perlakuan media dan menggunakan. Perlakuan tanpa pemupukan menunjukkan kandungan flavonoid yang kuat dari perlakuan lainnya. Kandungan alkaloid hanya ditemukan pada perlakuan tanpa pemupukan dan perlakuan media. Kandungan steroid yang kuat ditunjukan pada perlakuan tanpa pemupukan dan media.

Tabel 24. Hasil Uji Fitokimia Senyawa Bioaktif pada Daun Tanaman Kemuning No Perlakuan Saponin Tanin Flavonoid Alkaloid Steroid Triterpenoid 1 Tanpa + + ++ + +++ - pemupukan 2 ++ + + - ++ - dan 3 ++ + + + +++ - dan 4 + ++ + - ++ - dan 5 dan ++ + + - ++ - Keterangan: (-) menunjukkan tidak ditemukannya senyawa bioaktif; (+) menunjukkan kandungan senyawa bioaktif rendah; (++) menunjukkan kandungan senyawa bioaktif sedang; dan (+++) menunjukkan kandungan senyawa bioaktif kuat. 36 Pembahasan Tanaman kemuning merupakan tanaman spesies polikarpik. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa tanaman polikarpik ialah tanaman yang setelah berbunga akan kembali lagi kepada fase vegetatif. Hal tersebut terlihat pada tanaman kemuning yang meskipun telah berbunga, tanaman kemuning masih terus melanjutkan pertumbuhan vegetatifnya yang dapat dilihat pada pertambahan tinggi, jumlah daun, jumlah anak daun, serta jumlah cabang. Pertumbuhan batang juga disebabkan oleh aktivitas giberelin (Harjadi, 2009). Perlakuan pemupukan menunjukkan tinggi tanaman yang berbeda signifikan dengan perlakuan tanpa pemupukan. Hal ini diduga perlakuan pemupukan meningkatkan aktivitas giberelin yang berdampak pada pemanjangan batang. Perlakuan media dan menggunakan menunjukkan nilai tengah tertinggi pada parameter jumlah daun, jumlah anak daun, jumlah cabang, dan jumlah bunga baik pada akhir pengamatan (13 MSP) maupun pada 2-13 MSP. Hal ini diduga pupuk kandang yang

37 digunakan, menyuplai hara yang lengkap sehingga pertumbuhan tanaman optimal. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa KTK media dengan komposisi tanah + arang sekam + pupuk (1:1:1) v/v paling tinggi yakni sebesar 29.07 me/100 g. Munawar (2011) menyatakan bahwa media dengan KTK tinggi dapat menjamin pasokan kalium lebih efektif dibandingkan dengan media dengan KTK rendah. Hasil analisis tanah menunjukan nisbah kalium unggul pada komposisi media tanah + arang sekam + pupuk (1:1:1) v/v yakni sebesar 4.86 me/100g. Lakitan (2010) menyatakan bahwa kalium berperan dalam mengatur potensi osmotik sel, dengan demikian akan berperan dalam mengatur tekanan turgor sel yang berperan penting dalam proses membuka dan menutupnya stomata. Selanjutnya, Munawar (2011) menyatakan bahwa kalium juga terlibat dalam dalam pengangkutan hasil-hasil fotosintesis (asimilat) dari daun menuju organ reproduktif dan penyimpanan. Peranan lainnya, pasokan kalium yang cukup dalam sintesis protein akan memacu konversi nitrat ke protein sehingga meningkatkan efisiensi pemupukan nitrogen. Pupuk kandang yang digunakan untuk juga menunjukkan unsur nitrogen yang tinggi yakni sebesar 1.37%. Hardjowigeno (2010) menyatakan, unsur nitrogen merupakan unsur yang berperan penting dalam pertumbuhan vegetatif tanaman. Perlakuan tanpa pemupukan menunjukkan panjang akar paling panjang diantara perlakuan lainnya. Hal ini diduga sebagai bentuk adaptasi morfologi tanaman akibat terbatasnya unsur-unsur esensial. Sementara itu, perlakuan pemupukan menunjukkan akar yang lebih pendek. Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa pasokan nitrogen cenderung meningkatkan tingkat auksin yang berperan dalam pertumbuhan pucuk sehingga pertumbuhan akar terganggu atau dengan kata lain pertumbuhan tidak ditujukan ke pertumbuhan akar. Selain itu, dari pengamatan jumlah cabang terlihat kemungkinan lainnya yaitu akibat pengaruh pertumbuhan tajuk/tunas yang diduga hasil sintesis hormon sitokinin sehingga menghambat pertumbuhan akar. Krisantini dan Tjia (2011) menyatakan bahwa sitokinin umumnya mendorong pertumbuhan tajuk/tunas dan menghambat pertumbuhan akar, walaupun sebenarnya sitokinin dibutuhkan dalam pembelahan sel pada kedua organ tersebut.

38 Laju asimilasi bersih menunjukkan penurunan pada bulan 2-3 pada perlakuan media. Hal ini diduga akibat media yang kurang dapat mengikat air. Kapasitas lapang media (Lampiran 1) dengan komposisi media tanah, arang sekam, dan pupuk kandang (1:1:1) v/v menunjukkan kapasitas lapang terkecil yakni sebesar 30 ml. Mualim et al. (2009) menyatakan bahwa media yang kurang dapat mengikat air, memengaruhi kemampuan daun dalam membentuk asimilat. Hasil pengamatan laju tumbuh relatif, terlihat bahwa perlakuan tanpa pemupukan dan perlakuan media menunjukkan penurunan penumpukan bahan kering. Gardner (1991) menyatakan bahwa penambahan berat kering tanaman terjadi akibat penimbunan hasil asimilasi bersih CO 2. Asimilasi CO 2 membutuhkan efisiensi penyerapan dan pemanfaatan radiasi matahari. Data iklim (Lampiran 3) menunjukkan bahwa terjadi penurunan lama penyinaran pada bulan Januari 2012 sebesar 28% dengan intensitas sebesar 224.0 cal/cm 2. Selain itu, daun sebagai organ utama yang berperan dalam menyerap radiasi matahari pada perlakuan tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah daun pada perlakuan lainnya. Akibat jumlah daun yang sedikit pada perlakuan tanpa pemupukan dan perlakuan media dan, tanaman diduga tidak efisien dalam menyerap sebagian besar radiasi matahari pada bulan dengan lama penyinaran dan intensitas yang menurun dari bulan sebelumnya. Penurunan laju tumbuh relatif juga dilaporkan oleh Mualim et al. (2009), pada tanaman kolesom dan Karamang (2010) pada tanaman rumput kebar. Tanaman kolesom dan rumput kebar kurang memerlukan pemupukan dalam pembentukan bahan kering. Tanaman kemuning tetap memerlukan pemupukan untuk peningkatan bahan kering namun kombinasi antara media dan diduga tidak cocok. Perlakuan media dengan menunjukkan pola laju tumbuh relatif yang meningkat namun pada laju asimilasi bersih terlihat pola yang menurun. Menurut Gardner (1991), hal ini diduga akibat daerah pemanfaatan belum mampu memanfaatkan hasil asimilasi sehingga terjadi penimbunan gula. Dengan demikian, laju fotosintesis akan berkurang hingga

39 mencapai laju yang sesuai dengan kemampuan menerima hasil asimilasi oleh daerah pemanfaatan. Hasil uji kualitatif bahan bioaktif pada tanaman kemuning menujukkan kadar steroid paling menonjol diantara bahan bioaktif lainnya dengan hasil sedang hingga kuat. Perlakuan tanpa pemupukan serta perlakuan media menunjukkan kandungan steroid yang sangat kuat. Hal ini bertolak belakang dengan penjelasan dari Karamang (2010) yang menerangkan bahwa kecukupan unsur Mg mengindikasikan pembentukan steroid yang lebih banyak. Perlakuan tanpa pemupukan memiliki kadar Mg yang lebih sedikit dari perlakuan lain (Lampiran 2) namun menunjukkan kadar steroid yang kuat. Ada indikasi bahwa faktor pembatas steroid terletak pada laju asimilasi bersih dengan hubungan semakin rendah efisiensi fotosintesis maka semakin tinggi kandungan steroid pada tanaman. Gambar 4, terlihat bahwa perlakuan tanpa pemupukan dan perlakuan media, menunjukkan efisiensi fotosintesis yang rendah dibandingkan perlakuan lainnya. Selain itu, Mualim et al. (2009) pernah melaporkan bahwa perlakuan tanpa pemupukan dapat meningkatkan steroid. Flavonoid merupakan senyawa 15-karbon yang umumnya tersebar di seluruh dunia tumbuhan (Harborne, 1987). Perlakuan tanpa pemupukan menunjukkan kandungan flavonoid tertinggi. Hal ini sejalan dengan Susanti et al. (2008) yang menyatakan bahwa penambahan dosis pemupukan pada tanaman kolesom dapat menurunkan kandungan flavonoid. Kandungan alkaloid hanya terdapat pada perlakuan tanpa pemupukan serta perlakuan media. Sulistyowati (2010) menyatakan bahwa peranan N bergantung pada Mg dalam meningkatkan kandungan alkaloid. Mg dalam jumlah tinggi pada pupuk yang mengandung N akan menyebabkan tanaman giat melakukan metabolisme primer sehingga menurunkan kandungan alkaloid. Terpenoid dipilah menjadi beberapa golongan berdasarkan jumlah satuan yang terdapat dalam senyawa tersebut, salah satunya ialah triterpenoid. Triterpenoid dapat dipilah lagi menjadi sekurang-kurangnya empat golongan senyawa yaitu triterpena sebenarnya, steroid, glikosida jantung, dan saponin

40 (Harborne, 1987). Uji saponin menunjukkan adanya kandungan saponin pada daun kemuning. Perlakuan tanpa pemupukan menunjukkan kandungan saponin yang lemah. Wahono (2010) menyatakan bahwa penambahan pupuk menunjukkan aktifitas saponin. Pernyataan tersebut dapat dikatakan sejalan dengan hasil yang diperoleh karena perlakuan tanpa pemupukan memiliki kandungan hara yang tidak tersuplai secara kontinu. Hasil pengujian saponin juga menunjukkan kadar saponin yang lemah pada perlakuan media dan meskipun telah dilakukan penambahan unsur hara. Hal ini diduga, kombinasi tersebut tidak cocok dalam peningkatan kandungan saponin. Indikasi yang mungkin terjadi seperti yang dilaporkan Wahono (2010) yang didukung oleh Harborme (1987), ada kemungkinan kombinasi pemupukan tersebut mengurangi jumlah P di daun yang pada akhirnya menurunkan terpenoid. Mualim et al. (2009) menyatakan bahwa perlakuan tanpa pemupukan dapat meningkatkan kandungan tanin pada tanaman kolesom sedangkan perlakuan pemupukan dapat menurunkan kandungan tanin. Hasil uji tanin pada tanaman kemuning pada perlakuan media dan, menunjukkan hasil tanin dengan derajat sedang sedangkan perlakuan lain menunjukkan kandungan tanin yang rendah. Bibit kemuning yang berkualitas baik memiliki tinggi tanaman yang tidak terlalu pendek dan juga tidak terlalu tinggi. Selain itu, bibit yang berkualitas baik memiliki jumlah daun, anak daun, dan cabang yang banyak namun kompak, serta memiliki perakaran yang baik. Bunga bukan merupakan komponen penting dalam pembibitan. Hasil skoring menunjukkan bahwa perlakuan media dan serta media dan merupakan dua perlakuan yang menunjukkan kenampakan tanaman kemuning yang paling baik di pembibitan.