BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Universitas Sumatera Utara

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

EFEKTIFITAS ARANG TEMPURUNG KELAPA DAN BOKASHI PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT LEDA (Eucalyptus deglupta Blume) DI MEDIA TAILING

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jati. daun, luas daun, berat segar bibit, dan berat kering bibit dan disajikan pada tabel

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara (USU), Medan pada ketinggian tempat sekitar 25 m dpl. Analisis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida

(g/ kg gambut) D0(0) DI (10) D2 (20) D3 (30)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tanaman dan kelangsungan hidup mahluk hidup. Karakteristik unsur-unsur dalam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x INTISARI... xi ABSTRACT...

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. tanaman yang bersifat tak terbalikkan (irreversible) Bertambah besar ataupun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

0 (N 0 ) 12,34a 0,35 (N 1 ) 13,17a 0,525 0,7 (N 2 ) (N 3 )

HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karateristik Tanah di Lokasi Penelitian (Karakteristik Tanah Awal) Pada Ustic Endoaquers.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan terhadap jumlah anakan rumput Gajah mini Pennisetum

Transkripsi:

11 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian arang tempurung kelapa berpengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali nisbah pucuk akar, serta pemberian bokashi pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi, diameter dan berat basah total, dan tidak berpengaruh nyata pada berat kering total dan nisbah pucuk akar. Sedangkan, interaksi antara arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang hanya berpengaruh nyata pada parameter tinggi dan berat basah total, serta tidak berpengaruh nyata pada parameter lainnya. Hasil sidik ragam pengaruh pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang dapat dilihat pada Tabel 3 dan Lampiran 1. Tabel 3 Ringkasan hasil sidik ragam pengaruh pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang terhadap parameter yang diamati Perlakuan Arang Bokashi Arang x Bokashi Parameter Tinggi * * * Diameter * * tn Berat Basah Total * * * Berat Kering Total * tn tn Nisbah Pucuk Akar tn tn tn * = Perlakuan berpengaruh nyata pada taraf uji 95%, tn = Perlakuan tidak berpengaruh nyata Ringkasan hasil sidik ragam (Tabel 3), menunjukkan bahwa perlakuan pemberian arang tempurung kelapa berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi, diameter, berat basah total dan berat kering total bibit E. deglupta. Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 2A) menunjukkan bahwa pemberian arang tempurung kelapa pada dosis 10% memiliki nilai rataan tertinggi di setiap parameter yang diamati. Jika dilihat secara statistik, pemberian arang tempurung kelapa menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap kontrol mulai dari pemberian dosis 5% sampai 10%. Selanjutnya, ringkasan hasil sidik ragam (Tabel 3), menunjukkan bahwa perlakuan pemberian bokashi pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi, diameter, dan berat basah total bibit E. deglupta. Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 2B) menunjukkan bahwa pemberian bokashi pupuk kandang pada dosis 60 gram memiliki nilai rataan tertinggi di setiap parameter yang

12 diamati. Jika dilihat secara statistik, pemberian bokashi pupuk kandang menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap kontrol pada dosis 60 gram. Terakhir, ringkasan hasil sidik ragam (Tabel 3), menunjukkan bahwa perlakuan pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi dan berat basah total bibit E. deglupta. Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 2C) menunjukkan bahwa pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang memiliki nilai rataan lebih tinggi pada parameter yang diamati. 4.1 Pertumbuhan Tinggi Bibit Parameter tinggi merupakan parameter yang paling mudah diukur sebagai indikator terhadap pengaruh pemberian perlakuan maupun pengaruhnya terhadap interaksi luar dari lingkungan. Berdasarkan ringkasan hasil sidik ragam (Tabel 3), pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang pada media tanam berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi bibit pada taraf uji 95%. Hasil uji lanjut Duncan pada Lampiran 2C menunjukkan bahwa pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang dapat meningkatkan pertumbuhan bibit E. deglupta seperti hasil yang tersaji juga pada Gambar 1. Gambar 1 Pengaruh pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang terhadap pertumbuhan tinggi bibit E. deglupta Gambar 1 merupakan histogram hasil uji lanjut Duncan interaksi antara arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang dimana pertumbuhan tinggi bibit E. deglupta berbeda-beda pada setiap perlakuan. Namun, dengan

13 ditambahkannya arang dan bokashi, pertumbuhan tinggi bibit E. deglupta meningkat dan berbeda nyata dengan kontrol. Histogram tersebut menyatakan bahwa kombinasi 2,5% dan 5% arang dengan 20 gram bokashi memberikan hasil pertumbuhan yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. Namun, kombinasi 7,5% dan 10% arang dengan 40 gram dan 60 gram bokashi memberikan hasil pertumbuhan yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. Pemberian arang dan bokashi menunjukkan adanya perubahan pertumbuhan tinggi tanaman yang signifikan di media tailing. 4.2 Pertumbuhan Diameter Bibit Parameter diameter merupakan salah satu faktor pertumbuhan yang cukup sulit diukur pada tingkat bibit. Pada usia muda, tanaman cenderung melakukan pertumbuhan yang cepat ke arah vertikal (ke atas), pertumbuhan diameter berlangsung apabila keperluan hasil fotositesis untuk respirasi, pergantian daun, pergantian akar, dan tinggi telah terpenuhi (Lewenussa 2009). Dengan demikian diduga bahwa pemberian arang 10% dan bokashi 60 gram telah mampu memberikan hara yang lebih pada kebutuhan tanaman. Berdasarkan ringkasan hasil sidik ragam (Tabel 3), pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang pada media tanam berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter bibit dan interaksi antara arang tempurung kelapa dan pupuk bokashi tidak memberikan pengaruh yang nyata pada taraf uji 95%. Hasil uji lanjut Duncan pada Lampiran 2A dan 2B menunjukkan bahwa pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang dapat meningkatkan pertumbuhan bibit E. deglupta seperti hasil yang tersaji juga pada Gambar 2.

14 Gambar 2 Pengaruh pemberian arang tempurung kelapa (A) dan pengaruh pemberian bokashi pupuk kandang (B) terhadap pertumbuhan diameter bibit E. deglupta Gambar 2 merupakan histogram hasil uji lanjut Duncan pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang dimana pertumbuhan diameter bibit E. deglupta meningkat seiring presentase yang diberikan terhadap masingmasing perlakuan. Pada dua histogram tersebut dapat diringkas bahwa dengan ditambahkannya arang dan bokashi mengakibatkan pertumbuhan diameter bibit E. deglupta meningkat dan berbeda nyata dengan kontrol. Kedua histogram tersebut juga menyatakan bahwa pertumbuhan diameter terbesar diperoleh dari perlakuan A4 (arang 10%) dan B3 (bokashi 60 gram) yaitu sebesar 0,158 cm dan 0,151 cm. Juga dapat dikemukakan bahwa perlakuan A4 dan B3 berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Dengan demikian dinyatakan bahwa pemberian arang 10% dan bokashi 60 gram telah mampu memberikan hara yang lebih pada kebutuhan tanaman dan semakin besar persentase arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang yang ditambahkan, makin meningkat pula pertambahan diameter bibit E. deglupta. Lebih cepatnya pertumbuhan diameter bibit pada perlakuan A4 dan B3 diduga ada hubungannya dengan meningkatnya ketersediaan unsur hara N, P, dan K pada media tersebut dibandingkan dengan kontrol, seperti yang terlihat pada Tabel 4. Menurut Darmawan dan Justika (1983), kandungan N yang rendah pada tanaman, dapat menghambat pertumbuhan karena sel kekurangan protoplasma, dinding sel menjadi tebal dengan kadar karbohidrat yang tinggi. Hal ini berarti bahwa pemberian arang dan bokashi memberikan respon yang lebih dan cukup

15 optimal untuk menunjang pertumbuhan tanaman dibandingkan dengan pertumbuhan tanpa arang dan bokashi. 4.3 Berat Basah Total Berat basah total merupakan parameter yang digunakan untuk mengetahui kebutuhan air dari tanaman. Menurut Tirta (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi berat basah total adalah panjang akar tanaman, jumlah daun, tinggi tanaman dan jumlah tunas. Berdasarkan ringkasan hasil sidik ragam (Tabel 3), pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang pada media tanam berpengaruh nyata terhadap berat basah total bibit pada taraf uji 95%. Hasil uji lanjut Duncan pada Lampiran 2C menunjukkan bahwa pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang dapat meningkatkan berat basah total E. deglupta seperti hasil yang tersaji juga pada Gambar 3. Gambar 3 Pengaruh pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang terhadap berat basah total bibit E. deglupta Gambar 3 merupakan histogram hasil uji lanjut Duncan interaksi antara arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang dimana berat basah total bibit E. deglupta berbeda-beda pada setiap perlakuan. Namun, dengan ditambahkannya arang dan bokashi, berat basah total bibit E. deglupta meningkat dan berbeda nyata dengan kontrol. Seperti halnya dengan pertumbuhan tinggi bibit, Gambar 3 juga menyatakan bahwa kombinasi 2,5% dan 5% arang dengan 20 gram bokashi tidak memberikan hasil pertumbuhan yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. Namun, kombinasi 7,5% dan 10% arang dengan 40

16 gram dan 60 gram bokashi memberikan hasil pertumbuhan yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. 4.4 Berat Kering Total Berat kering total merupakan parameter yang umum digunakan untuk mengetahui baik atau tidaknya pertumbuhan bibit karena parameter ini dapat menggambarkan efisiensi proses fisiologis di dalam tanaman. Berdasarkan ringkasan hasil sidik ragam (Tabel 3), pemberian arang tempurung kelapa berpengaruh nyata terhadap berat kering total bibit. Sedangkan, bokashi pupuk kandang dan interaksi antara arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering total bibit pada taraf uji 95%. Hasil uji lanjut Duncan pada Lampiran 2A menunjukkan bahwa pemberian arang tempurung kelapa dapat meningkatkan berat kering total bibit E. deglupta seperti hasil yang tersaji juga pada Gambar 4. Gambar 4 Pengaruh pemberian arang tempurung kelapa terhadap berat kering total bibit E. deglupta Gambar 4 merupakan histogram hasil uji lanjut Duncan pemberian arang tempurung kelapa dimana berat kering total bibit E. deglupta meningkat seiring presentase yang diberikan terhadap masing-masing perlakuan. Dapat dikemukakan bahwa perlakuan A2, A3, dan A4 tidak bebeda nyata akan tetapi berbeda sangat nyata dengan A0 dan A1. Hal ini berarti masing-masing presentase arang tempurung kelapa mengalami respon yang berbeda pada penigkatan berat kering total tanaman. Biomassa yang tinggi menyebabkan proses metabolisme yang lebih besar pada bagian pucuk tanaman tersebut. Parameter berat kering total

17 bibit juga dapat menunjukkan akumulasi kandungan unsur hara pada tanaman. Selanjutnya, nilai dalam parameter ini sekaligus menunjukkan nilai biomassa suatu tanaman. Semakin besar nilai berat kering total maka semakin besar nilai biomassanya dan akan semakin baik pula pertumbuhan bibit. Hal ini dikarenakan tanaman selama hidupnya atau selama masa tertentu membentuk biomassa yang mengakibatkan pertambahan berat dan diikuti dengan pertambahan ukuran lain yang dapat dinyatakan secara kuantitatif (Sitompul dan Guritno 1995). 4.5 Nisbah Pucuk Akar Nisbah pucuk akar merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan tanaman yang menggambarkan perbandingan antara kemampuan tanaman dalam menyerap air dan mineral dengan proses transpirasi dan luasan fotosintesis dari tanaman (Lewenussa 2009). Pertumbuhan tanaman yang baik dan normal ditunjukkan dengan nilai nisbah pucuk akar yang seimbang antara bagian di atas tanah berupa batang, cabang, ranting, dan daun dengan bagian di dalam tanah berupa akar. Hal ini mengindikasikan bahwa bagian pucuk dan akar tanaman akan kokoh dan tidak mudah roboh karena sistem perakaran tanaman mampu menopang pertumbuhan pucuknya (Wibisono 2009). Berdasarkan ringkasan hasil sidik ragam (Tabel 3), pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan nisbah pucuk akar dari tanaman pada semua perlakuan pada taraf uji 95%. Hasil ini diduga bagian pucuk tanaman berkembang lebih baik dibandingkan dengan akar tanaman karena akar bibit E. deglupta tidak dapat berkembang dengan baik di media tailing, yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak seimbang, seperti yang terlihat pada Gambar 5. Faktor lain yang dapat mempengaruhi ketidakseimbangan pertumbuhan pucuk dan akar ini yaitu ketersediaan unsur hara yang cukup di media tailing (Tabel 4). Hal ini mengakibatkan akar tidak perlu berkembang untuk mencari unsur hara karena komposisi unsur hara dalam media dalam keadaan seimbang. Selanjutnya, pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang tidak berpengaruh nyata pada peningkatan nilai pucuk akar tanaman, diduga karena pertumbuhan pucuk dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan aktivitas meristem

18 apikal, sedangkan pertumbuhan akar dipengaruhi oleh kondisi media dan pasokan karbohidrat dari daun (Wibisono 2009). Gambar 5 Kondisi bibit E. deglupta setelah 3 bulan pengamatan pada media tailing (A0B0), tailing+arang (A4B0),tailing+bokashi (A0B3), dan tailing+arang+bokashi (A4B2) 4.6 Analisis Unsur Hara Hasil analisis unsur hara pada akhir penelitian menunjukkan bahwa pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang cenderung meningkatkan ketersediaan unsur hara di tailing, seperti yang tertera pada Tabel 4 dan Lampiran 3. A0B0 A4B0 A0B3 A4B2 Sifat Tabel 4 Data analisis unsur hara pengaruh pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang terhadap media yang digunakan Perlakuan Tailing Tailing + Arang Tailing + Bokashi Tailing + Arang + Bokashi Standar Sifat Kimia Tanah*) ph H 2 O 7,10 7,40 7,20 7,30 6,60 7,50 KTK (me/100 g) 7,58 9,98 10,78 11,58 17,00 24,00 C-org (%) 0,72 1,12 1,52 1,60 2,01 3,00 N-Total (%) 0,07 0,12 0,14 0,15 0,21 0,50 P Bray I (ppm) 5,70 6,10 7,80 7,90 16,00 25,00 K (me/100 g) 0,66 1,70 1,13 2,45 0,40 0,50 Ca (me/100 g) 28,58 28,14 29,11 27,92 6,00 10,00 Mg (me/100 g) 1,12 1,19 1,68 1,68 1,10 2,00 *) Kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah 1983) Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa ph, KTK, C-org dan basabasa yang dapat ditukar (N, P, K, dan Mg) hampir semuanya meningkat sejalan

19 dengan aplikasi arang dan bokashi, kecuali Ca yang cenderung menurun. Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg) merupakan unsur-unsur makro karena dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak. Widiastuti (2011), mengungkapkan kesuburan tanah untuk pertumbuhan tanaman Eucalyptus dipengaruhi oleh tersedianya unsur-unsur tersebut dan besarnya peranan unsur ini menjadikannya syarat untuk kondisi optimal bagi pertumbuhan tanaman Eucalyptus. Penambahan arang mampu meningkatkan ketersediaan C, N, P dan K dari tanah (Siregar 2004), dan pemberian bokashi pupuk kandang meningkatkan serapan hara N, P, K, Ca dan Mg, dimana hal tersebut diduga dengan adanya EM4 akan membantu proses mineralisasi dan dekomposisi yang lebih cepat (Purwani et al. 1998). Kemasaman tanah (ph) mempengaruhi serapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman, yaitu melalui pengaruh terhadap tersedianya unsur hara dan adanya unsur-unsur yang beracun. Hasil analisis laboratorium menunjukkan nilai ph perlakuan umumnya tidak terlalu bervariasi, yaitu antara 7,10 7,40. PPT (1983) menyatakan, ph tanah yang optimal untuk tanaman yaitu 6,6 7,5. Dari data tersebut, perubahan ph tanah dipengaruhi oleh aplikasi arang. Siregar et al. (2003) mengungkapkan bahwa aplikasi arang dapat meningkatkan ph tanah, serta sering digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah di daerah tropis karena penambahan arang berfungsi seperti proses pengapuran yaitu arang dapat menetralisir kemasaman tanah. Namun, jika unsur Ca ditemukan berlebih di tailing, arang tersebut akan menyerapnya. Kapasitas Tukar Kation merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah. Hasil analisis laboratorium menunjukkan nilai KTK berkisar antara 7,58 11,58. PPT (1983) menyatakan, KTK tanah yang optimal untuk tanaman yaitu 17 24 me/100 g. Hasil analisis tersebut mengindikasikan bahwa penambahan arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang mampu meningkatkan KTK tailing dan dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara. Kandungan bahan organik dalam tanah, ditunjukkan dengan nilai C-organik. Hasil analisis laboratorium menunjukkan kandungan C-organik tailing berkisar

20 antara 0,72 1,60. Kandungan C-organik tersebut belum mencapai standar sifat kimia tanah (PPT 1983), yaitu 2,01 3,00. C-Organik merupakan penyusun utama bahan organik. Menurut Fauziah (2009), bahan organik mempunyai peranan yang sangat penting dalam tanah terutama pengaruhnya terhadap kesuburan tanah. Dengan demikian, pemberian arang yang dicampur dengan bokashi lebih baik dibanding tanpa bokashi. Hal ini berarti pemberian arang akan lebih efektif jika dibarengi dengan pupuk. Arang mampu menyerap semua unsur hara, lalu menyimpannya dan memberikannya pada akar tanaman jika unsur hara sudah tidak tersedia lagi karena secara morfologi arang memiliki pori yang efektif untuk mengikat dan menyimpan hara tanah. Kondisi ini akan merangsang pertumbuhan akar sehingga penyerapan hara akan lebih efektif (Gusmailina et al. 2003), serta ada hubungannya dengan membaiknya aerasi media dan ketersediaan unsur hara sehingga akan lebih memacu pertumbuhan. Sejalan dengan hal tersebut, hasil penelitian Siregar (2004) menunjukkan pemberian arang sebanyak 10% dapat meningkatkan pertambahan tinggi, diameter, berat kering total dan nisbah pucuk akar tanaman pada umur 2, 4, dan 6 bulan pada anakan mangium. Hasil penelitian Faridah (1996) menyimpulkan bahwa pemberian arang sebanyak 10% berpengaruh positif terhadap pertumbuhan awal tinggi semai tanaman kapur (Dryobalanops spp.).