PENDAHULUAN Latar Belakang Ubi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam), ubi kayu (Manihot uttilisima Pohl), dan talas (Colocasia esculentum(l.) Shoot) diketahui sebagai penghasil karbohidrat yang produktif dan bernilai ekonomis. Produktivitas ketiga tanaman umbi-umbian diatas rata-rata mencapai hasil 11,5 ton/ha. Tanaman umbi sebagai sumber pangan karena kandungan karbohidrat yang tinggi juga mengandung vitamin. Umbi dari hasil tanaman ubi banyak digunakan sebagai bahan baku produk olahan seperti, tepung tapioka dan produk-produk makanan lainnya (Turmudi dkk, 2005). Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan tanaman pangan dan golongan ubi-ubian aslinya berasal dan Amerika Latin. Di Indonesia tanaman ini disenangi petani karena mudah pengelolaannya relatif tahan terhadap kekeringan, di samping itu dapat tumbuh pada berbagai macam jenis tanah. Keistimewaan lain ubi jalar, sebagai salah satu tanaman penghasil karbohidrat yang keempat setelah padi, jagung dan ubi kayu adalah dalam hal kandungan gizinya terutama pada kandungan beta karoten yang cukup tinggi dibandingkan dengan jenis tanaman pangan lainnya. Kandungan beta karoten ubi jalar mencapai 7100 Iu, terutama pada varietas ubi jalar yang warna daging ubinya jingga kemerah-merahan (Juanda dan Cahyono, 2000). Produksi ubi jalar tahun 2009 diperkirakan sebesar 2,03 juta ton umbi basah. Dibandingkan produksi tahun 2008. terjadi peningkatan sebanyak 145,73 ribu ton umbi basah (7,74 persen). Peningkatan produksi tahun 2009 diperkirakan terjadi karena naiknya luas panen seluas 8,60 ribu hektar (4,93 persen), dan
produktivitas sebesar 2,89 kuintal/hektar (2,69 persen). Kenaikan produksi ubi jalar tahun 2009 tersebut diperkirakan terjadi di Jawa sebesar 150,09 ribu ton (22,35 persen), sedangkan di Luar Jawa mengalami penurunan produksi sebesar 4,35 ribu ton (0,36 persen) (http://www.deptan.go.id, 2010). Di beberapa daerah tertentu, ubi jalar merupakan salah satu komoditi bahan makanan pokok. Ubi jalar merupakan komoditi pangan penting di Indonesia dan diusahakan penduduk mulai dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. Tanaman ini mampu beradaptasi di daerah yang kurang subur dan kering. Dengan demikian tanaman ini dapat diusahakan orang sepanjang tahun Ubi jalar dapat diolah menjadi berbagai bentuk atau macam produk olahan. Beberapa peluang penganekaragaman jenis penggunaan ubi jalar dapat dilihat berikut ini: a) Daun : sayuran, pakan ternak b) Batang : bahan tanam, pakan ternak c) Kulit ubi : pakan ternak d) Ubi segar : bahan makanan e) Tepung : makanan f) Pati : fermentasi, pakan ternak, asam sitrat (Anonimous, 2010). Susunan kandungan gula sederhana pada karbohidrat cocok untuk penderita diabetes karena kandungan gulanya sederhana. Ubi jalar merah juga sangat kaya akan pro vitamin A atau retinol. Bayangkan, di dalam 100 gr ubi jalar merah terkandung 2310 mcg (setara dengan satu tablet vitamin A). Bahkan dibandingkan bayam dan kangkung, kandungan vitamin A ubi jalar merah masih
setingkat lebih tinggi. Keistimewaan ubi ini juga terletak pada kandungan seratnya yang sangat tinggi. Bagus untuk mencegah kanker saluran pencernaan dan mengikat zat karsinogen penyebab kanker di dalam tubuh. Di bawah ini kandungan gizi Ubji Jalar Merah per 100gr-nya (http:tazar.co.id, 2010). Komposisi kimia ubi jalar adalah sebagai berikut: Senyawa Kimia Kandungan Energi (kj/100gr) 71,1 Protein (%) 1,43 Lemak (%) 0,17 Pati (%) 22,4 Gula (%) 2,4 Serat makanan (%) 1,6 Kalsium (mg/100gr) 29 Fospor (mg/100gr) 51 Besi (mg/100gr) 0,49 Vitamin A (mg/100gr) 0,01 Vitamin B (mg/100gr) 0,09 (http://www.iptek.net.id, 2010) Plasma nutfah (sumber genetik) tanaman ubi jalar yang tumbuh di dunia diperkirakan berjumlah lebih dari 1000 jenis, namun baru 142 jenis yang diidentifikasi oleh para peneliti. Lembaga penelitian yang menangani ubi jalar, antara lain: International Potato centre (IPC) dan Centro International de La Papa (CIP). Di Indonesia, penelitian dan pengembangan ubi jalar ditangani oleh Pusat
Peneliltian dan Pengembangan Tanaman Pangan atau Balai Penelitian Kacang- Kacangan dan Umbi-Umbian (Balitkabi), Departemen Pertanian. Varietas atau kultivar atau klon ubi jalar yang ditanam di berbagai daerah jumlahnya cukup banyak, antara lain: Lampeneng, Sawo, Cilembu, Rambo, SQ-27, Jahe, Kleneng, Gedang, Tumpuk, Georgia, Layang-layang, Karya, Daya, Borobudur, Prambanan, Mendut, dan Kalasan (Anonimous, 2010). Bahan organik dapat berperan langsung sebagai sumber hara tanaman setelah mengalami proses mineralisasi dan secara tidak langsung dapat menciptakan suatu kondisi lingkungan pertumbuhan tanaman yang lebih baik dengan meningkatkan ketersediaan hara untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Bahan organik dapat mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang pada gilirannya akan memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman (Murbandono, 2005) Pupuk kandang (pukan) didefenisikan sebagai semua produk buangan dari binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Apabila dalam memelihara ternak tersebut diberi alas seperti sekam pada ayam, jerami pada sapi, kerbau dan kuda, maka alas tersebut akan tercampur menjadi satu kesatuan dan disebut sebagai pukan pula. Beberapa petani di daerah memisahkan antara pukan padat dan pukan cair (Darmijati, 1987). Pemberian kompos blotong tidak meningkatkan sifat kimia tanah tetapi meningkatkan unsur N dalam tanah daripada tanpa kompos blotong. Dosis 7,5 ton/ha sampai 10 ton/ha kompos blotong menghasilkan sifat kimia tanah optimum bagi ketersediaan hara dalam tanah (Kirana, 2008).
TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) adalah limbah pabrik kelapa sawit yang jumlahnya sangat melimpah. Setiap pengolahan 1 ton TBS (Tandan Buah Segar) akan dihasilkan TKKS sebanyak 22 23% TKKS atau sebanyak 220 230 kg TKKS. Limbah ini belum dimanfaatkan secara baik oleh sebagian besar pabrik kelapa sawit (PKS) di Indonesia. Pengolahan/pemanfaatan TKKS oleh PKS masih sangat terbatas. Sebagian besar pabrik kelapa sawit (PKS) di Indonesia masih membakar TKKS dalam incinerator, meskipun cara ini sudah dilarang oleh pemerintah. Alternatif pengolahan lainya adalah dengan menimbun (open dumping), dijadikan mulsa di perkebunan kelapa sawit, atau diolah menjadi kompos (Ningtyas dan Astuti, 2009). Berdasarkan uraian diatas maka dipandang perlu melakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat pola pertumbuhan ubi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam) dengan pemberian bahan organik kompos TKKS, pupuk kandang sapi dan kompos blotong tebu. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil ubi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam) pada beberapa macam bahan organik. Hipotesa Penelitian Ada perbedaan tanggap pada pertumbuhan dan hasil ubi jalar (Ipomoea batatas(l.) Lam) pada pemberian beberapa macam bahan organik. Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian,, Medan, dan diharapkan dapat pula berguna untuk
pihak-pihak yang berkepentingan dalam budidaya ubi jalar (Ipomea batatas (L) Lam).