BAB I PENDAHULUAN. bahkan tergeser oleh adanya bisnis eceran modern diantaranya Ruko pertokoan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya

BAB I - PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Info Bisnis, Maret 2007:30 ( 8/10/2009).

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan keberadaan industri dagang khususnya pada sektor ritel

Bisma, Vol 1, No. 3, Juli 2016 KEBIJAKAN STORE ATMOSFER PADA KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA MINI MARKET BINTANG TIMUR DI SOSOK

BAB I PENDAHULUAN. dibidang ini, semakin banyak pula pesaing yang dihadapi. Pada zaman sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Kondisi ini menuntut setiap perusahaan untuk mampu bersaing dengan perusahaan yang

Bisma, Vol 1, No. 2, Juni 2016 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT MEMBELI KONSUMEN PADA MINIMARKET MITRA JAYA DI PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengertian atmosfer toko adalah gambaran suasana keseluruhan dari sebuah toko yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suci Rahayu, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan. Sedangkan menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. macam kegiatan pemasaran yang tidak lepas dari perilaku konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini perekonomian Indonesia mengalami masa yang cukup sulit. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi persaingan yang semakin ketat menuntut setiap perusahaan untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bisnis ritel menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perdagangan eceran atau sekarang kerap disebut perdagangan ritel, bahkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. alat pemasaran yang disebut dengan bauran pemasaran(marketing mix). Marketing

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. retail, terutama yang berbasis toko (store based retailing), harus mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH SUASANA TOKO TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PADA SWALAYAN JADI BARU DI KEBUMEN

I. PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern menyebabkan banyaknya. pembangunan toko ritel yang berkonsep swalayan. Beberapa tahun terakhir,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam laju pertumbuhan perekonomian yang sangat ketat di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai distribusi dan saluran terakhir dari distribusi adalah pengecer (retailer).

I PENDAHULUAN. Indonesia masih memperlihatkan kinerja ekonomi makro nasional yang relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha dalam bidang ritel dalam perkembangannya sangat

BAB I PENDAHULUAN Sejarah PT Carrefour di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin berbelanja dengan mudah dan nyaman. Meningkatnya retail modern

BAB I PENDAHULUAN. adanya pertumbuhan dan kemajuan ekonomi. Seiring dengan majunya

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini seringkali disebabkan oleh keseragaman target market yang dimiliki bisnis

Pengaruh Atmosfer Toko Terhadap Keputusan Pembelian

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pendidikan. Pertumbuhan pendidikan dan pariwisata yang semakin meningkat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleksitas dan berbagai tekanan yang dihadapi perusahaan meningkat. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa contoh bentuk pusat perbelanjaan modern seperti minimarket,

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam bidang ritel yang saat ini tumbuh dan berkembang pesat seiring

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Konsumen di masa sekarang semakin menuntut banyak hal terhadap produk

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat persaingan dunia usaha dewasa ini terasa semakin ketat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini Indonesia sedang berada pada sistem perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang semakin ketat baik antar perusahaan domestik

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengusaha baru yang masuk ke bisnis ritel, baik dalam skala kecil

I. PENDAHULUAN. negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena ini dapat dibuktikan dengan adanya perubahan gaya hidup masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekunder dan tersier. Semua kebutuhan tersebut dipenuhi melalui aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Jaman era globalisasi sekarang ini, tingkat kesibukan dalam bekerja semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat krisis moneter melanda Indonesia di akhir tahun 1997, yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu industri yang paling dinamis saat ini, pemilik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pelaksanaan Store Atmosphere Pada Arena Experince Clothing Bandung.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan pembelian. Kebutuhan adalah hal-hal dasar yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. bahkan hypermarket, yang menjadi lahan subur pemilik modal asing berebut

BAB I PENDAHULUAN. perbelanjaan. Hal ini terlihat dari semakin banyak bermunculannya pusat UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis ritel tersebut antara lain hypermart, supermarket, specialty store,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ditunjukkan oleh konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan,

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk dapat memenuhi hal tersebut dibutuhkan suatu strategi yang. serta dapat unggul dalam menghadapi persaingan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. komposisi produk buku dengan Focal Point meliputi 68 persen buku dan 32

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kotler & Amstrong (2012) E-commerce adalah saluran online yang

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Konsumen Elzatta di Ruko Sentra Tropodo Sidoarjo. impulsif di Galeri Elzatta Ruko Sentra Tropodo Sidoarjo.

BAB I PENDAHULUAN. (JBE), hlm Dani Mohamad Dahwilani, Pertumbuhan Ritel Indonesia Peringkat 12 Dunia,

BAB I PENDAHULUAN. naik, dengan omset penjualan naik maka pendapatan akan naik dan berakibat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ritel yang telah mengglobalisasi pada operasi-operasi ritel. Pengertian ritel secara

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ke konsumen akhir untuk keperluan konsumsi pribadi dan/atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ritel dewasa ini di Indonesia semakin pesat, data terakhir

BAB I PENDAHULUAN. beredar memenuhi pasar, mengakibatkan perusahaan berlomba-lomba

SKRIPSI PENGARUH STORE ATMOSPHERE (SUASANA TOKO) TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PADA TOKO BUKU GRAMEDIA PADANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ritel merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi barang dan merupakan mata rantai terakhir dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin bervariasi. Adanya tuntutan konsumen terhadap pengusaha

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berikut hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh store

Pemasaran Ritel. Sessi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini persaingan bisnis antar industri ritel sangat ketat, baik di pasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dalam keadaan pembuatan keputusan secara cepat tanpa memikirkan akibat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kota Surabaya saat ini banyak dipenuhi dengan bangunan-bangunan

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Asean (MEA), kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknonologi (IPTEK) dapat

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang relatif mudah untuk dimasuki sehingga tidak heran belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan bisnis retail dewasa ini semakin ketat, hal ini ditunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Usaha retail atau eceran (retailing) dapat dipahami sebagai semua kegiatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. langsung. Disadari atau tidak bisnis ritel kini telah menjamur dimana-mana baik

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, keberadaan pasar tradisional mulai tersaingi bahkan tergeser oleh adanya bisnis eceran modern diantaranya Ruko pertokoan dan Gerai. Bisnis eceran atau biasa disebut dengan pedagang eceran semakin terasa keberadaannya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Berbagai macam pusat perbelanjaan eceran bermunculan dengan bermacam bentuk dan ukuran yang menyebabkan persaingan dalam dunia ritel semakin ketat. Beberapa contoh bentuk pusat perbelanjaan eceran yang meramaikan dunia ritel diantaranya adalah minimarket, convenience store, supermarket dan hypermarket. Oleh karena itu diperlukan strategi jitu untuk merebut hati masyarakat dengan terus menerus memperhatikan kepuasan dan loyalitas Pelanggannya. Disinilah pintar-pintarnya pelanggan untuk mengatur financial kebutuhan pokoknya. Gerai merupakan tempat pembelanjaan bagi pelanggan atau konsumen untuk melakukan pembelian, baik itu terencana maupun tidak terencana. Pembelian terencana adalah perilaku pembelian dimana keputusan pembelian sudah dipertimbangkan atau yang sudah direncanakan sebelumnya sebelum masuk ke dalam gerai atau toko, sedangkan pembelian tidak terencana adalah perilaku pembelian tanpa ada keputusan sebelumnya. Salah satu jenis pembelian tidak terencana sering disebut pembelian impulsif (impulsive buying). Pembelian impulsif adalah pembelian tanpa perencanaan terlebih dahulu yang diwarnai oleh dorongan kuat untuk membeli yang muncul secara tiba-tiba 1

2 dan seringkali sulit untuk ditahan, yang dipicu secara spontan saat berhadapan dengan produk, serta adanya perasaan menyenangkan dan penuh gairah. Pada pembelian impulsif, konsumen memiliki perasaan yang kuat dan positif terhadap suatu produk, hingga akhirnya konsumen memutuskan untuk membeli, tanpa memikirkannya terlebih dahulu, dan memperhitungkan konsekuensi yang diperolehnya. Pembelian impulsif berimplikasi pada kurangnya rasionalitas atau evaluasi alternatif (Hawkins 2004;607) Suasana indah dan menarik akan selalu menjadi perhatian para pengelola supermarket atau para pemasar dalam rangka mempersuasi konsumen supaya melakukan pembelian atas produk ataupun jasa yang ditawarkan. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa keindahan dan kecantikan yang ditawarkan seringkali mendorong orang untuk melakukan pembelian (Indarjati, 2003; 1-2). Meningkatnya kecenderungan orang untuk berbelanja di supermarket atau mall mendorong terjadinya pembelian secara tiba-tiba atau pembelian impulsif, sebagai contoh, ketika sedang jalan-jalan di mal seseorang melihat ada pakaian model baru yang terpajang bagus di etalase, supaya dirinya dinilai sebagai sosok yang selalu up to date, akhirnya memutuskan membeli meskipun ketika berangkat dari rumah tidak ada rencana untuk membeli pakaian. Kondisi ini menunjukkan bahwa produk-produk yang ditawarkan mampu memberikan pengaruh secara psikologis bagi kehidupan pembelinya. Disisi lain impulsive buying dipengaruhi oleh nilai yang mempengaruhi kegiatan belanja yang dilakukan oleh konsumen yaitu nilai yang bersifat

3 emosional atau nilai yang hanya mengikuti sebuah perasaan ingin kesenangan yang dikenal dengan nilai hedonik. Nilai Hedonik dalam Hedonic Shopping merupakan suatu keinginan seseorang untuk mendapatkan atau memperoleh suatu kesenangan atau kepusan bagi dirinya sendiri yang dapat dipenuhi dengan cara menghabiskan waktu untuk mengunjungi pusat perbelanjaan atau mall, menikmati suasana atau atmosfer yang ada di pusat perbelanjaan itu sendiri meskipun mereka tidak membeli apapun atau hanya meliahat-lihat saja. Jurnal Hj. Musriha (2010;76-85) Vol.12, No. 1. Hubungan ini dapat dikatakan apabila pelanggan merasa senang dan merasa nyaman saat berbelanja di suatu gerai maka kemungkinan untuk melakukan pembelian yang bersifat impulsif juga akan semakin meningkat. Bauran pemasaran merupakan salah satu indikator yang dikendalikan oleh perusahaan agar dapat menarik konsumen untuk datang dan melakukan kegiatan berbelanja secara terus-menerus tanpa memikirkan aspek kedepannya. Dalam memasarkan suatu produk, perusahaan dapat menentukan strategi yang tepat.salah satu strategi pemasaran yang sering digunakan oleh perusahaan adalah bauran pemasaran atau yang lebih dikenal dengan marketing mix. Definisi bauran pemasaran menurut Kotler (2000 : 15), mengungkapkan bahwa : Marketing mix is the set of marketing tools that the firm uses to purpose it s marketing objektives in target market.yang artinya adalah : bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran.

4 Menurut Kotler dan Amstrong (2004;442) yang dikutip oleh Foster (2008;p 50), keputusan pemasaran pedagang eceran terdiri dari keputusan pasar sasaran, keputusan ragam produk dn perolehannya, keputusan pelayanan dan suasana toko, keputusan harga, promosi dan tempat. Beberapa pakar ekonomi menyebutkan strategi ritel dengan retailing mix bauran penjualan eceran yang pada dasarnya bauran penjualan ini mempunyai cirri-ciri yang sama dengan baurab pemasaran marketing mix. (Foster, 2008;p49) sebagai alat strategi kinerjanya dirasakan oleh pelanggan, maka bauran penjualan eceran ini dapat memberikan kepuasan bagi pelanggannya tersebut menjadi loyal sebagaimana juga dikemukakan oleh Dune Lusch dan Griffit (2002;53) yang dikutip oleh Eoster (2008;146). Sopiah dan Syihabudhin juga menyebutkan bahwa bauran lain yang dapat dijadikan cara untuk mendiferensiasikan diri adalah melalui atmosfer (suasana) gerai yang menjadikan aspek ini semakin dipilih pelanggan atau konsumen untuk memenuhi kebutuhan dan alat mencari kepuasan belanja. Dalam menghadapi persaingan di bisnis eceran, salah satu yang harus dilakukan perusahaan adalah memberikan sesuatu yang menarik kepada pelanggannya agar mau megunjungi toko dan melakukan transakasi pembelian. Salah satunya adalah dengan menampilkan store atmosfer yang kuat dan kreatif merupakan perpaduan unsur-unsur tampilan di dalam maupun di luar toko dengan segala suasananya. Diharapkan pelanggan akan datang dan tidak beralih pada pesaing yang lain.

5 Suasana lingkungan dapat digunakan sebagai alat untuk membedakan antara satu pengecer dengan pengecer lainnya dan untuk menarik kelompok yang spesifik dari pelanggan yang ingin mencari keinginannya melalui suasana lingkungan toko yang menyenangkan, Store atmosfer adalah salah satu elemen penting dari retailing mix yang mampu mempengaruhi konsumen untuk berbelanja, Karena dalam keputusan pembelian pelanggan tidak hanya memberi respon terhadap barang dan jasa yang ditawarkan oleh pengecer, tetapi juga memberikan respon terhadap linkungan pembelian yang diciptakan oleh pengecer, seperti yang dikemukakan oleh Levy dan Weitz (2001;556). Strategi pengecer Pasar Sasaran Positioning Sumber : Kotler dan Amstrong (2004;442) Bauran pemasaran eceran Bauran produk Layanan Store Atmosphere Harga Promosi Lokasi Gambar 1.1 Strategi Bauran Penjualan Eceran Sebuah gerai harus mampu membentuk suasana terencana sesuai dengan pasar sasarannya, membuat pengunjung merasa nyaman di dalam gerai, memikat pelanggan saat berada dalam gerai, dan dapat mendorong konsumen untuk melakukan pembelian. Sebagian besar keputusan para pelanggan dibuat saat berada di dalam gerai peritel dapat memberikan stimulus-stimulus dalam lingkungan berbelanja guna mendorong terjadinya pembelian karena pelanggan

6 yang mementingkan pengalaman hedonik akan lebih mengutamakan lingkungan berbelanja yang berkesan. Fam mengungkapkan Stimulus dalam lingkungan berbelanja dapat diwujudkan melalui atmosfer gerai serta pelayanan (service) yang diberikan kepada konsumen saat melakukan kegiatan berbelanja. Peritel memiliki kemampuan untuk memanipulasi lingkungan gerai guna mendorong terjadinya pembelian impulsif, salah satunya dengan menciptakan atmosfer belanja yang nyaman dan menarik sehingga konsumen dapat menikmati kegiatan berbelanja yang dilakukan. Rintamaki juga mengungkapkan bahwa ketersediaan fasilitas-fasilitas yang bersifat entertainment dan eksploratif dapat dikembangkan untuk memberikan kontribusi dalam meningkatkan nilai hedonik pelanggan. Ketersediaan pelayanan yang memadai baik berupa fasilitas-fasilitas pendukung maupun pelayanan dalam gerai lainnya sangat penting untuk merangsang timbulnya kesenangan dan kenikmatan (hedonisme) pelanggan sewaktu berbelanja dalam gerai dan akan menjadi nilai tambah. Pengertian Atmosfer toko menurut Berman Revars yang dikutip oleh Buchari Alma (2005:60). Atmosfer adalah suasana toko yang meliputi interior, exterior, tata letak, lalu lintas internal toko, kenyamanan udara, layanan, musik, seragam pramuniaga, pajangan barang disebut yang menimbulkan daya tarik bagi konsumen dan membangkitkan keinginan untuk membeli. Sedangkan kata Atmosfer, (Atmosphere) berasal dari bahasa Inggris yang berarti suasana. Secara umum pengertian atmosfer adalah gambaran suasana

7 keseluruhan dari sebuah gerai yang diciptakan oleh elemen fisik (Eksterior, Interior, Layout, Display) dan elemen psikologis (kenyamanan, pelayanan, kebersihan, ketersediaan barang, kreativitas, promosi, teknologi). Pengertian atmosfer menurt Hendri Ma ruf (2005:206) : Atmosfer adalah suasana dalam toko yang menciptalakan perasaan tertentu dalam pelanggan yang ditimbulkan dari penggunaan unsur desain interior, pengaturan cahaya, tata suara sistem pengaturan udara dan pelayanan. Aspek-aspek atmosfer menurut Hendry Ma ruf (2005;206) adalah sebagai berikut : 1. Visual 2. Lighting 3. Tactile 4. Olfactory 5. Aural Menurut Berman dan Evan (2001:604) membagi elemen-elemen store atmosphere ke dalam 4 elemen, yaitu : 1. Exterior (bagian depan toko) yang terdiri dari : a. Marquee, b. Uniqueness, c. Parking facilities 2. General interior, yang terdiri dari : a. Color & lighting b. Scent & sound c. Temperatur

8 d. Tecnology e. Cleanliness 3. Store layout (tata letak) yang terdiri dari : Layout terdiri dari: a. Lokasi ruangan,lokasi diatur untuk memudahkan pengunjung dalam berbelanja. Pengelompokan barang berdasarkan fungsional, dapat meliputi jenis-jenis produk,segmen tertentu dan perpaduan keduanya. b. Arus lalulintas/ pegaturan gang. 4. Interior POP display Sangat menentukan bagi suasana toko karena memberikan informasi kepada pengunjung.tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan penjualan dan laba bagi toko. Beberapa interior display yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Poster,kartu sign berfungsi untuk informasi produk dan harga. Hypermartadalah jaringan hipermarket yang memiliki cabang di Indonesia. Departement store atau toserba (toko serba ada) : gerai jenis ini mempunyai ukuran luas ruang yang beraneka, mulai dari beberapa ratus m2, hingga 2.000 m2-3.000 m2.selain departement store yang menjual produk sandang seperti makanan, Hypermart juga disebut perusahaan peritel raksasa di Indonesia. Hypermart memiliki supermarkat atau pasar swalayan yang menjual kebutuhan sandang pangan, kebutuhan hidup sehari-hari dan juga peralatan elektronik, Olahraga, ATK, dan lain-lain.dengan trademark Hyper, yang kini sahamnya dimiliki oleh PT. Matahari Putra Prima TBK. Kini Hypermart sudah memiliki gerai lebih dari 78 gerai di Indonesia, terlebih di pulau jawa Hypermart

9 berlokasi di JL.Veteran Kebomas, kehadiran hypermart mampu di harapkan bisa meramaikan pusat pembelanjaan sekaligus membangkitkan kegiatan kecil menengah di Kota Gresik. Berkaitan dengan perilaku belanja konsumen yang cenderung berorientasi rekreasi maka merupakan suatu keharusan bagi Hypermart Gresik untuk membuat atmosfer gerai menjadi semenarik dan senyaman mungkin guna menyentuh emosi konsumen dan memberikan pengalaman berbelanja yang berkesan dan berujung pada terjadinya pembelian.berbagai usaha telah dilakukan untuk menciptakan atmosfer gerai yang nyaman dan berkesan guna merangsang terjadinya pembelian oleh pelanggan. Cara-cara tersebut antara lain penyejuk udara yang dapat memberikan kenyamanan pelanggan dan Penataan/display produk dibuat semenarik mungkin dan diberikan pencahayaan yang sesuai agar dapat meningkatkan penampilan produk, hal ini bertujuan untuk lebih menarik perhatian konsumen terhadap produk yang dijual dalam gerai. Produk-produk dengan kategori sejenis juga diletakkan berdekatan agar memudahkan pelanggan menemukan produk yang dicari. Layout gerai pun ditata sedemikian rupa untuk memudahkan lalu lintas konsumen di dalam gerai. Hypermrt juga menyediakan berbagai jenis fasilitas pendukung kegiatan belanja. Fasilitas-fasilitas ini disediakan oleh perusahaan dengan tujuan memfasilitasi pelanggan agar lebih mudah dalam memenuhi kebutuhannya.fasilitas-fasilitas fisik yang disediakan antara lain berupa, area parkir, toilet, serta alat pembayaran elektronik tanpa menggunakan uang tunai. Kondisi tersebut akan dapat membantu untuk membedakan diri dan mampu menciptakan keunggulan kompetitif dari para pesaing dan bisa menjadi

10 keunggulan Hypermart Gresik karena pelanggan atau konsumen akan lebih senang berbelanja jika merasa nyaman ketika berinteraksi dengan lingkungan berbelanja dan kemungkinan besar akan berkunjung kembali ke suatu gerai. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti cukup beralasan apabila penulis mengadakan penelitian dengan mengambil judul skripsi yaitu : Pengaruh Atmosfer Gerai Terhadap Nilai Hedonik Dan Pembelian Impulsif Pelanggan Hypermart Di Gresik. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan yang akan dikemukakan adalah: 1. Apakah atmosfer gerai berpengaruh secaralangsungterhadap nilai hedonik pelanggan di Hypermart Gresik? 2. Apakah atmosfer gerai berpengaruh secara langsung terhadap pembelian impulsif pelanggan di Hypermart Gresik? 3. Apakah nilai hedonik berpengaruh secara langsung terhadap pembelian impulsif pelanggan di Hypermart Gresik? 4. Apakah Atmosfer gerai dan nilai hedonik berpengaruh secara tidak langsung terhadap pembelian impulsif pelanggan di Hypermart Gresik?

11 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai adalah : 1. Untuk menguji dan membuktikan pengaruh atmosfer gerai secara langsung terhadap nilai hedonik di Hypermart Gresik 2. Untuk menguji dan membuktikan pengaruh Atmosfer gerai secara langsung terhadap pembelian impulsif di Hypermart Gresik. 3. Untuk menguji dan membuktikan pengaruh nilai hedonik secara langsung terhadap pembelian impulsif pelanggan di Hypermart Gresik 4. Untuk menguji dan membuktikan pengaruh secara tidak langsung Atmosfer Gerai dan nilai hedonik terhadap pembelian Impulsif di Hypermart Gresik 1.4 Manfaat Hasil Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis dari penelitihan ini adalah Mendapatkan gambaran menyeluruh tentang keterkaitan variabel atmosfer gerai terhadap nilai hedonik dan pembelian impulsif pelanggan. 2. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah diharapkan menjadi kritik dan saran bagi pihak Hypermart Gresik dalam mengidentifikasi dan menentukan suatu kebijakan 3. Bagi Mahasiswa, Diharapkan penelitian dan penulisan dapat dijadikan sarana untuk mengaplikasikan pengetahuan teoritis yang didapat pada saat perkuliahan kedalam praktek nyata.