BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Pustaka Promosi Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku pembeli, yang sebelumnya tidak mengenal menjadi mengenal sehingga menjadi pembeli dan mengingat produk tersebut (Saladin dan Oesman. 2002:123). Menurut Kotler (2009:263) promosi adalah ramuan khusus dari iklan pribadi, promosi penjualan dan hubungan masyarakat yang dipergunakan perusahaan untuk mencapai tujuan iklan dan pemasarannya. Menurut Tjiptono (1995:202), promosi penjualan adalah komunikasi langsung (tatap muka) antara penjual dan calon konsumen dengan membentuk pemahaman konsumen terhadap produk, sehingga mereka kemudian akan mencoba dan membelinya.. Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo (1993: 222) menyatakan promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menyebabkan pertukaran dalam pemasaran. Kemudian menurut Cannon, et al (2009: 69) promosi adalah mengomunikasikan informasi antara penjual dan pembeli potensial atau orang lain dalam saluran untuk memengaruhi sikap dan perilaku. Menurut Kotler (2001:98-100), ada lima jenis kegiatan promosi, antara lain : 1. Periklanan (Advertising) Bentuk promosi non personal dengan menggunakan berbagai media yang ditujukan untuk merangsang pembelian. 10

2 2. Penjualan Tatap Muka (Personal Selling) Bentuk promosi secara personal dengan presentasi lisan dalam suatu percakapan dengan calon konsumen yang ditujukan untuk merangsang pembelian. 3. Publisitas (Publisity) Suatu bentuk promosi non personal mengenai, pelayanan atau kesatuan usaha tertentu dengan jalan mengulas informasi/berita tentangnya (pada umumnya bersifat ilmiah). 4. Promosi Penjualan (Sales Promotion) Suatu bentuk promosi diluar ketiga bentuk diatas yang ditujukan untuk merangsang pembelian. 5. Pemasaran Langsung (Direct Marketing) Suatu bentuk penjualan perorangan secara langsung ditujukan untuk mempengaruhi pembelian konsumen Store Atmosphere Store atmosphere mempengaruhi keadaan emosi pembeli yang menyebabkan atau mempengaruhi pembelian. Sebelumnya konsumen difokuskan pada fungsi produk atau atribut untuk memilih tempat belanja. Saat ini, konsumen meminta ditambahkan unsur menguntungkan untuk memilih gerai ritel untuk pembelian mereka. Sebuah suasana gerai yang menyenangkan adalah salah satu unsur yang sangat diinginkan (Hussain dan Ali, 2015). Keadaan emosional akan membuat dua perasaan yang dominan yaitu perasaan senang dan membangkitkan keinginan (Kurniawan dan Kunto, 2013). Store atmosphere berarti rancangan lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik, dan wangiwangian untuk merancang respon emosional dan perceptual konsumen dan untuk mempengaruhi konsumen dalam membeli barang (Utami, 2010:279). Menurut Levy dan Weitz (2001), Store atmosphere terdiri dari dua hal : 1. Instore atmosphere 11

3 Pengaturan di dalam ruangan yang menyangkut: 1) Internal Layout Pengaturan dari berbagai fasilitas dalam ruangan yang terdiri dari tata letak meja kursi pengunjung, tata letak rak, dan tata letak lampu, sound. 2) Suara Keseluruhan alunan suara yang dihadirkan dalam ruangan untuk menciptakan kesan rileks yang terdiri dari live music yang ditampilkan dan alunan suara musik dari sound system. 3) Aroma Aroma-aroma yang dihadirkan oleh pewangi dalam ruangan untuk menciptakan kenyamanan bagi konsumen. 4) Tekstur Tampilan fisik dari bahan-bahan yang digunakan untuk meja dan kursi dalam ruangan dan dinding ruangan. 5) Desain Interior Bangunan Penataan ruang-ruang dalam ruangan yang meliputi kesesuaian luas ruang pengunjung dengan ruas jalan yang memberikan kenyamanan, penataan meja, penataan lukisanlukisan, dan sistem pencahayaan dalam ruangan. 2. Outstore atmosphere Pengaturan di luar ruangan yang menyangkut: 1) External Layout Pengaturan tata letak berbagai fasilitas di luar ruangan yang meliputi tata letak parkir pengunjung, tata letak papan nama, dan lokasi yang strategis. 2) Tekstur 12

4 Tampilan fisik dari bahan-bahan yang digunakan bangunan maupun fasilitas diluar ruangan yang meliputi tekstur dinding bangunan luar ruangan dan tekstur papan nama luar ruangan. 3) Desain Eksterior Bangunan Penataan ruangan-ruangan luar ruangan meliputi desain papan nama luar ruangan, penempatan pintu masuk, bentuk bangunan dilihat dari luar, dan sistem pencahayaan luar ruangan Shopping Emotion Faktor perasaan atau emosi merupakan konstruk yang bersifat temporer karena berkaitan dengan situasi atau objek tertentu (Hetharie, 2011). Emosi juga dapat mempengaruhi suasana hati dan merupakan faktor penting dalam pengambilan keputusan konsumen (Naentiana dan Setiawan, 2014). Emosi merupakan suatu perasaan yang tidak dapat dikontrol namun dapat mempengaruhi perilaku atau kebiasaan seseorang. Dimensi emosi dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu pleasure, arousal, dan dominance. Kebutuhan atau keinginan yang tidak terpenuhi, biasanya akan terbentuk menjadi emosi yang negatif. Namun, apabila kebutuhan seseorang terpenuhi secara keseluruhan maka dalam diri seseorang tersebut akan terbentuk emosi yang positif. Emosi positif yang telah terbentuk dapat meningkatkan kepuasan dan loyalitas konsumen. Media promosi disini berperan cukup besar dalam membentuk emosi seorang konsumen, karena penggunaan media ini adalah untuk mendorong seseorang untuk membeli produk yang bukan mereka butuhkan namun yang mereka inginkan (Kurniawan dan Kunto, 2013). Emosi positif didapatkan dari salah satu suasana yang telah ada sebelumnya, contohnya seseoarang yang telah melihat promosi pada produk x sehingga konsumen tersebut mempunyai emosi positif terhadap produk tersebut. Seringkali emosi positif bertindak sebagai stimulus untuk membeli, oleh karena itu, konsumen yang melakukan impulse buying 13

5 sering mengeluarkan biaya atau uang berlebih ketika berbelanja. Seseorang konsumen yang sedang mengalami atau memiliki emosi positif cenderung akan melakukan impulse buying. Namun, apabila seorang konsumen sedang mengalami atau memiliki emosi yang negatif lebih cenderung mendorong konsumen untuk tidak melakukan impulse buying (Putra, 2014) Impulse Buying Impulse Buying menurut Mowen & Minor (2001:198), adalah kegiatan pembelian tidak terencana tanpa ada perencanaan terlebih dahulu pada saat memasuki suatu gerai. Konsumen seringkali membeli suatu produk tanpa direncanakan terlebih dahulu. Keinginan untuk membeli oleh konsumen lebih besar muncul ketika berada di mall. Perilaku konsumen yang menarik di dalam mall yaitu adanya perilaku impulse buying atau yang biasa disebut pemasar dengan pembelian yang tidak direncanakan (Suranta, 2013). Impulse buying adalah pembelian yang terjadi ketika konsumen mengalami perasaan tiba-tiba, penuh kekuatan dan dorongan yang kuat untuk membeli sesuatu dengan segera. Impulse buying adalah suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa direncanakan sebelumnya atau keputusan pembelian dilakukan pada saat berada didalam gerai (Engel et al., 2008). Impulse buying pada tingkat rendah sampai tingkat sedang bisa menjadi menyenangkan. Kegiatan ini didorong oleh rasa ingin mengejar tujuan hedonistic. Impulse buying tingkat tinggi bisa berbahaya dan berpotensi merusak diri sendiri (Chang et al., 2013). Ada empat tipe Impulse Buying menurut Assael (1992) dalam Sinaga, dkk (2010), yaitu: 1. Pure Impulse Impulse buying tipe ini pembeli membeli tanpa melakukan pertimbangan. 2. Suggestion Impulse Impulse buying tipe ini pembeli berbelanja tidak mengenal produk akan tetapi begitu melihatnya untuk pertama kali individu merasa membutuhkannya. 3. Reminder Impulse 14

6 Impulse buying tipe ini, pembeli melihat suatu produk dan teringat bahwa stok di rumah sudah hampir habis dan perlu untuk dibeli. 4. Planned Impulse Impulse buying tipe ini, pembeli memasuki gerai dengan harapan dan membeli berdasarkan atas harga khusus, kupon dan lainnya seperti itu. 2.2 Hipotesis Penelitian Pengaruh Promosi Terhadap Shopping Emotion Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku pembeli, yang sebelumnya tidak mengenal menjadi mengenal sehingga menjadi membeli dan mengingat produk tersebut (Fahd, 2015). Berdasarkan hasil penelitian dari Kurniawan dan Kunto (2013), promosi berpengaruh positif dan signifikan pada Shopping Emotion. Menurut hasil penelitian Kurniawati dan Restuti (2014) promosi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Shopping Emotion. H 1 : Promosi berpengaruh secara signifikan terhadap Shopping Emotion Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Shopping Emotion Store Atmosphere adalah desain lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik, dan wangi - wangian untuk merancang respon emosional dan persepsi konsumen dan untuk mempengaruhi konsumen dalam membeli barang Utami (2006:238) Berdasarkan hasil penelitian Kurniawati dan Restuti (2014), Store Atmosphere berpengaruh positif dan signifikan terhadap Shopping Emotion. Menurut hasil penelitian Kurniawan dan Kunto (2013), Store Atmosphere memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap Shopping Emotion. Didukung juga oleh hasil penelitian Madjid (2014) 15

7 bahwa Store Atmosphere memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Shopping Emotion. H 2 : Store Atmosphere berpengaruh secara signifikan terhadap Shopping Emotion Pengaruh Promosi Terhadap Impulse Buying Lovelock dan Wirtz (2004: 138) menyatakan bahwa, promosi penjualan (sales promotion) mempunyai tujuan memotivasi konsumen untuk membeli, artinya adanya perilaku konsumen dalam membeli yang melibatkan emosi konsumen. Emosi ini timbul karena adanya daya tarik atas sentimen atau gairah tertentu. Kondisi ini timbul karena adanya desakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cepat. Cummins dan Mullin (2004:41-44) mengungkapkan bahwa salah satu tujuan dari promosi penjualan adalah menciptakan ketertarikan dan mengalihkan perhatian pada harga. Ketertarikan itu akan menimbulkan gairah atau antusiasme konsumen untuk membeli suatu produk dan tetap membeli kepada gerai yang bersangkutan. Promosi terhadap nilai yang menciptakan ketertarikan dan mengakibatkan impulse buying. Tujuan dari promosi adalah meningkatkan volume penjualan jangka pendek yang secara langsung menarik konsumen untuk melakukan impulse buying. Promosi menimbulkan suatu kegairahan untuk membeli atau merupakan suatu rangsangan tingkah laku untuk memuaskan kebutuhan hidup (Fiske, 2007: 245). Berdasarkan hasil penelitian dari Kurniawan dan Kunto (2013), promosi berpengaruh positif dan signifikan pada Impulse Buying. Semakin tinggi tingkat promosi maka akan semakin tinggi juga keputusan impulse buying (Putra, 2014). Didukung juga oleh hasil penelitian Kharis (2010) dan Nasir (2010) bahwa promosi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying. H 3 : Promosi berpengaruh secara signifikan terhadap Impulse Buying Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Impulse Buying 16

8 Menurut Gilbert (2003:129), Store Atmosphere adalah perubahan yang dibuat pada desain dari lingkungan membeli yang menghasilkan efek emosional khusus yang kemudian meningkatkan kemungkinan bahwa pembelian akan berlangsung. Keadaan emosi konsumen dipengaruhi Store Atmosphere yang menyebabkan atau mempengaruhi pembelian. Menurut hasil penelitian dari Tendai dan Crispen (2009), yang menunjukkan bahwa store atmosphere memiliki pengaruh yang signifikan terhadap impulse buying. Hal ini sejalan dengan penelitian Kartajaya (2006) mengungkapkan bahwa display produk menarik yang diciptakan oleh lingkungan gerai menyebabkan konsumen membeli produk yang tidak direncanakan sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian dari Kurniawan dan Kunto (2013), Store Atmosphere berpengaruh positif dan signifikan pada Impulse Buying. Menurut hasil penelitian Anggoro (2012) Store Atmosphere memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Impulse Buying. Didukung juga oleh hasil penelitian Ratnasari dkk. (2015) bahwa Store Atmosphere memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Impulse Buying. H 4 : Store Atmosphere berpengaruh secara signifikan terhadap Impulse Buying Pengaruh Shopping Emotion Terhadap Impulse Buying Emosi merupakan suatu perasaan yang tidak dapat dikontrol namun dapat mempengaruhi perilaku atau kebiasaan seseorang. Kebutuhan atau keinginan yang tidak terpenuhi, biasanya akan terbentuk menjadi emosi yang negatif. Namun, apabila kebutuhan seseorang terpenuhi secara keseluruhan maka dalam diri seseorang tersebut akan terbentuk emosi yang positif. Penciptaan emosi positif pada konsumen mengenai satu produk atau artikel atau bahkan lingkungan gerai dapat meningkatkan motif konsumen dalam melakukan impulse buying (Amiri et al. 2012). Seseorang konsumen yang sedang mengalami atau memiliki emosi positif cenderung akan melakukan impulse buying. Seorang konsumen sedang mengalami atau memiliki emosi yang negatif lebih cenderung mendorong konsumen untuk tidak melakukan impulse buying. 17

9 Untuk mengukur emosi yang dikaitkan dengan konsumsi atau di dominasi lainnya, salah satunya adalah melalui kemampuan untuk mengkategorikan atau mengklasifikasikan emosi dan membedakannya dari bagian lain (Putra, 2014). Berdasarkan hasil penelitian Kurniawati dan Restuti (2014), Shopping Emotion berpengaruh positif dan signifikan terhadap Impulse Buying. Menurut hasil penelitian Kurniawan dan Kunto (2013), Shopping Emotion memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Impulse Buying. Theresia (2014) juga mengungkapkan dalam hasil penelitiannya bahwa Shopping Emotion memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Impulse Buying. H 5 : Shopping Emotion berpengaruh secara signifikan terhadap Impulse Buying Peran Shopping Emotion Memediasi Promosi Terhadap Impulse Buying Promosi adalah usaha perusahaan untuk mempengaruhi calon pembeli melalui pemakaian segala unsur atau bauran pemasaran (Simamora, 2007:614) sedangkan menurut Griffin dan Ebert (2002:419), promosi adalah setiap teknik yang dirancang untuk menjual produk. Media promosi disini berperan cukup besar dalam membentuk emosi seorang konsumen karena penggunaan media ini adalah untuk mendorong seseorang untuk membeli produk yang bukan mereka butuhkan namun yang mereka inginkan. Hal ini akan menimbulkan perilaku impulse buying, tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari suatu pertimbangan atau niat membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko (Mowen dan Minor 2002:10). Untuk menimbulkan impulse buying perlu adanya tindakan promosi terlebih dahulu, dimana promosi dapat menciptakan shopping emotion dalam hal ini emosi yang diciptakan berupa emosi negatif maupun positif. Apabila keinginan tidak sesuai dengan kebutuhan maka akan menimbulkan emosi negatif, begitu sebaliknya jika keinginan sesuai kebutuhan maka akan menimbulkan emosi positif. 18

10 Kurniawan dan Kunto (2013) menyatakan, promosi berpengaruh positif dan signifikan pada shopping emotion. Kurniawati dan Restuti (2014), shopping emotion berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying. Adanya pengaruh positif antara promosi dengan shopping emotion dan pengaruh positif shopping emotion dengan impulse buying maka, shopping emotion dijadikan variabel mediasi karena dalam menciptakan impulse buying harus adanya dorongan promosi untuk menciptakan shopping emotion yang menyebabkan terjadinya impulse buying. H 6: Shopping Emotion mampu dalam memediasi pengaruh Promosi terhadap Impule Buying Peran Shopping Emotion Memediasi Store Atmosphere Terhadap Impulse Buying Store atmosphere mempengaruhi keadaan emosi pembeli yang menyebabkan atau mempengaruhi pembelian. Keadaan emosional akan membuat dua perasaan yang dominan yaitu perasaan senang dan membangkitkan keinginan (Kurniawan dan Kunto, 2013). Suasana gerai direncanakan sesuai dengan pasar sasarannya dan dapat menarik konsumen untuk melakukan pembelian (Kotler, 2005). Adanya Store Atmosphere yang menarik minat konsumen akan meningkatkan emosi, hal tersebut akan memicu timbulnya impulse buying. Hasil penelitian Madjid (2014) bahwa Store Atmosphere memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Shopping Emotion. Theresia (2014) mengungkapkan dalam hasil penelitiannya bahwa Shopping Emotion memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Impulse Buying. Dipilihnya Shopping Emotion sebagai variabel mediasi karena Store Atmosphere mampu menciptakan emosi yang dapat memicu timbulnya perilaku Impulse Buying. H 7: Shopping Emotion mampu dalam memediasi pengaruh Store Atmosphere terhadap Impule Buying 19

11 2.3 Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran kajian pustaka dan hasil-hasil studi empiris sebelumnya, maka konsep penelitian dapat digambarkan seperti pada gambar 2.1. Promosi H 3 H 1 H 6 H 5 Store H 2 Shopping Emotion H 7 Impulse Buying Atmosphere H 4 Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian 20

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dalam keadaan pembuatan keputusan secara cepat tanpa memikirkan akibat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dalam keadaan pembuatan keputusan secara cepat tanpa memikirkan akibat BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Impulse Buying Impulse Buying adalah perilaku berbelanja yang terjadi secara tidak terencana dalam keadaan pembuatan keputusan secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ditunjukkan oleh konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ditunjukkan oleh konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Perilaku Konsumen Menurut Utami (2010:45) perilaku konsumen merupakan perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen dalam mencari,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleksitas dan berbagai tekanan yang dihadapi perusahaan meningkat. Globalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleksitas dan berbagai tekanan yang dihadapi perusahaan meningkat. Globalisasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi telah menimbulkan persaingan pada bisnis global sehingga kompleksitas dan berbagai tekanan yang dihadapi perusahaan meningkat. Globalisasi ini diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus mampu memenuhi permintaan konsumen yang semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus mampu memenuhi permintaan konsumen yang semakin hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, kebutuhan masyarakat mengikuti perkembangan zaman, dimana perusahaan harus mampu memenuhi permintaan konsumen yang semakin hari menjadi semakin beragam.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. terbentuk sebelum memasuki toko. Bisa juga dikatakan suatu desakan hati yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. terbentuk sebelum memasuki toko. Bisa juga dikatakan suatu desakan hati yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Impulse Buying Behaviour Impulse buying behaviour merupakan tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian Retail menurut Hendri Ma ruf (2005:7) yaitu, kegiatan usaha

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian Retail menurut Hendri Ma ruf (2005:7) yaitu, kegiatan usaha BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Retail (Eceran) Pengertian Retail menurut Hendri Ma ruf (2005:7) yaitu, kegiatan usaha menjual barang atau jasa

Lebih terperinci

E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No.7, 2016: ISSN :

E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No.7, 2016: ISSN : E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No.7, 2016: 4423-4452 ISSN : 2302-8912 PENGARUH PROMOSI DAN STORE ATMOSPHERE TERHADAP SHOPPING EMOTION DAN IMPULSE BUYING DI DISCOVERY SHOPPING MALL Putu Bagus Wichitakani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibidang ini, semakin banyak pula pesaing yang dihadapi. Pada zaman sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. dibidang ini, semakin banyak pula pesaing yang dihadapi. Pada zaman sekarang ini BAB I PENDAHULUAN - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman kebutuhan manusia telah dan akan semakin kompleks. Kebutuhan manusia yang mendasar atau disebut dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kali ini objek yang diteliti adalah Departement Store Mirota Kampus

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kali ini objek yang diteliti adalah Departement Store Mirota Kampus BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subjek Penelitian Menurut Sugiyono (2015) objek penelitian adalah suatu atribut atau penilaian orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh adanya perkembangan ekonomi global yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh adanya perkembangan ekonomi global yang bergerak di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, persaingan bisnis akan menjadi sangat ketat. Hal ini disebabkan oleh adanya perkembangan ekonomi global yang bergerak di bidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Emotional States and Mehrabian-Russell Model. sehingga muncul paradigma Stimulus Organism Response (S-O-R) dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Emotional States and Mehrabian-Russell Model. sehingga muncul paradigma Stimulus Organism Response (S-O-R) dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Emotional States and Mehrabian-Russell Model Mehrabian dan Russell (1974) dalam Semuel (2005) menyatakan bahwa dampak dari situasi pada perilaku dapat dimediasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pada bab sebelumnya, tentang pengaruh sales promotion, hedonic shopping value

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pada bab sebelumnya, tentang pengaruh sales promotion, hedonic shopping value BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, tentang pengaruh sales promotion, hedonic shopping value dan positive

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perilaku Konsumen Pengertian perilaku konsumen menurut para ahli sangatlah beraneka ragam, salah satunya yaitu menurut Kotler (2007) yang menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memilih untuk berkerja di perkantoran. Bekerja sebagai pegawai kantor bagi

BAB I PENDAHULUAN. memilih untuk berkerja di perkantoran. Bekerja sebagai pegawai kantor bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kebutuhan hidup yang semakin mahal saat ini membuat banyak masyarakat memilih untuk berkerja di perkantoran. Bekerja sebagai pegawai kantor bagi sebagian

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian Kuesioner Penelitian Responden yang terhormat, Saya adalah mahasiswa program studi Administrasi Bisnis Fisip Universitas Sumatera Utara yang sedang menyusun penelitian berjudul Pengaruh Store Atmosphere

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Konsumen di masa sekarang semakin menuntut banyak hal terhadap produk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Konsumen di masa sekarang semakin menuntut banyak hal terhadap produk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konsumen di masa sekarang semakin menuntut banyak hal terhadap produk dan faktor-faktor tambahan yang mengikutinya. Agar produk yang ditawarkan dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin berbelanja dengan mudah dan nyaman. Meningkatnya retail modern

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin berbelanja dengan mudah dan nyaman. Meningkatnya retail modern BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern sekarang ini, keberadaan pasar tradisional mulai tergeser dimana masyarakat cenderung lebih memilih berbelanja di ritel modern. Perkembangan bisnis

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi

BAB II KERANGKA TEORI. atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi BAB II KERANGKA TEORI 2.6 Definisi Ritel Kata ritel berasal dari bahasa Perancis, ritellier, yang berarti memotong, memecah, atau membagi sesuatu menjadi bagian yang lebih kecil. Bisnis ritel dapat dipahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Ritel Global (GRDI) 2015 yang dirilis AT Kearney. Ini adalah tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Ritel Global (GRDI) 2015 yang dirilis AT Kearney. Ini adalah tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Perkembangan industri ritel saat ini sangat diminati oleh masyarakat karena sifatnya yang dinamis. Bisnis ritel di Indonesia mengalami perkembanganan yang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini seringkali disebabkan oleh keseragaman target market yang dimiliki bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini seringkali disebabkan oleh keseragaman target market yang dimiliki bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya bisnis kafe dewasa ini, telah menyebabkan semakin tinggi tingkat persaingan dalam memperebutkan dan mempertahankan konsumennya. Hal ini seringkali disebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan bisnis retail di Indonesia sangat pesat. Hal terebut berawal dari keberadaan pasar tradisional yang mulai tergeser oleh muncul nya berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Sinaga (2006) mengatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang dikelola

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Sinaga (2006) mengatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang dikelola BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pasar Modern (Supermarket) Sinaga (2006) mengatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, dimana biasanya berada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Mowen dan Minor (2002:10), impulse buying didefinisikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Mowen dan Minor (2002:10), impulse buying didefinisikan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Impulse Buying Menurut Mowen dan Minor (2002:10), impulse buying didefinisikan sebagai tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan barang dagangan (merchandising), penetapan harga, pengelolaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan barang dagangan (merchandising), penetapan harga, pengelolaan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bauran Pemasaran ritel (Retail Marketing Mix) Amir (2004) menyatakan bauran pemasaran ritel biasanya terdiri dari pengelolaan barang dagangan (merchandising), penetapan harga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jaman era globalisasi sekarang ini, tingkat kesibukan dalam bekerja semakin

BAB I PENDAHULUAN. Jaman era globalisasi sekarang ini, tingkat kesibukan dalam bekerja semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Jaman era globalisasi sekarang ini, tingkat kesibukan dalam bekerja semakin tinggi dan persoalanpun semakin meningkat selain itu tingkat aktifitas semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu fungsi pokok yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengertian atmosfer toko adalah gambaran suasana keseluruhan dari sebuah toko yang

BAB I PENDAHULUAN. pengertian atmosfer toko adalah gambaran suasana keseluruhan dari sebuah toko yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kata atmosphere, berasal dari bahasa Inggris yang berarti suasana. Secara umum, pengertian atmosfer toko adalah gambaran suasana keseluruhan dari sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan (need) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan (need) adalah suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini kebutuhan sehari-harinya manusia semakin lama semakin meningkat di harinya. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang menganut pola konsumtif dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I menjelaskan mengenai fenomena penelitian beserta variabel -variabel yang

BAB I PENDAHULUAN. Bab I menjelaskan mengenai fenomena penelitian beserta variabel -variabel yang BAB I PENDAHULUAN Bab I menjelaskan mengenai fenomena penelitian beserta variabel -variabel yang diteliti, dan alasan pemilihan topik. Rumusan masalah, tujuan penelitian, serta manfaat penelitian juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri makanan dan minuman merupakan industri yang mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Data dari Biro Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan industri makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman keberadaan bisnis eceran ditengahtengah masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan dalam pola

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab II menjelaskan tentang landasan teori yang digunakan sebagai dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab II menjelaskan tentang landasan teori yang digunakan sebagai dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II menjelaskan tentang landasan teori yang digunakan sebagai dasar dalam penelitian ini. Teori yang digunakan adalah teori pembelian impulsif (impulse buying), suasana toko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bisnis ritel, merupakan bisnis yang menjanjikan karena dapat memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia di akhir

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Untuk mendapatkan informasi dan data yang diperlukan dalam penyusunan penelitian ini, maka penelitian ini akan dilakukan di Restoran Solaria Puri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin besarnya antusiasme dan agresifitas para pelaku bisnis baik di sektor industri, jasa,

Lebih terperinci

Keywords: Store atmosphere, selling/ sales promotion, shopping emotion, and impulse buying.

Keywords: Store atmosphere, selling/ sales promotion, shopping emotion, and impulse buying. PENGARUH STORE ATMOSPHERE DAN PROMOSI PENJUALAN TERHADAP IMPULSE BUYING DENGAN SHOPPING EMOTION SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Pada Konsumen Hypermart Ponorogo City Center) Nur Fahmi Winawati dan

Lebih terperinci

Bab II. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis. menjalankan bisnis, diperlukan pengorbanan dan usaha untuk memajukan bisnis

Bab II. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis. menjalankan bisnis, diperlukan pengorbanan dan usaha untuk memajukan bisnis Bab II Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis 2.1 Landasan Teori Bisnis dan persaingan antar pelaku bisnis tidak dapat dipisahkan lagi dalam menjalankan bisnis, diperlukan pengorbanan dan usaha untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beredar memenuhi pasar, mengakibatkan perusahaan berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN. beredar memenuhi pasar, mengakibatkan perusahaan berlomba-lomba BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya perusahaan yang memproduksi produk-produk yang saat ini beredar memenuhi pasar, mengakibatkan perusahaan berlomba-lomba menciptakan komunikasi yang unik agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan Retailing (eceran) adalah kegiatan menyalurkan barang dan jasa

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan Retailing (eceran) adalah kegiatan menyalurkan barang dan jasa BAB I 1.1 Latar Belakang Penelitian Kegiatan Retailing (eceran) adalah kegiatan menyalurkan barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang didalamnya terdapat aktivitas penjualan barang dan jasa

Lebih terperinci

Oky Gunawan Kwan Pemerhati Fashion Marketing di Surabaya

Oky Gunawan Kwan Pemerhati Fashion Marketing di Surabaya Jurnal Manajemen Pemasaran, Vol. 10, No. 1, April 2016 ISSN 1907-235X doi: 10.9744/pemasaran.10.1.27-34 PENGARUH SALES PROMOTION DAN STORE ATMOSPHERE TERHADAP IMPULSE BUYING DENGAN POSITIVE EMOTION SEBAGAI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2009:6) : Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Suasana Toko Utami (2006:238) definisi suasana toko adalah sebagai berikut: Suasana toko adalah desain lingkungan melalui

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pemasaran

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pemasaran 6 BAB II LANDASAN TEORI 2. 2 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan yaitu mempertahankan kelangsungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Bisnis ritel saat ini mengalami perkembangan yang pesat, khususnya di Indonesia. Hal ini ditandai dengan makin banyak bermunculan bisnis ritel tradisional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Lingkungan fisik Lingkungan fisik mencakup lokasi geografis dan institusional, dekorasi, suara, aroma, cahaya, cuaca,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan yang sangat beragam, juga untuk

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan yang sangat beragam, juga untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sifat manusia cenderung konsumtif, yang berarti bahwa konsumen selalu mengkonsumsi produk atau jasa sepanjang waktu. Perilaku konsumtif ini selain ditujukan untuk pemenuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Promosi 2.1.1 Pengertian Promosi Menurut Hasan (2009:10), promosi adalah fungsi pemasaran yang fokus untuk mengkomunikasikan program-program pemasaran secara persuasive kepada

Lebih terperinci

Pengaruh Atmosfer Toko Terhadap Keputusan Pembelian

Pengaruh Atmosfer Toko Terhadap Keputusan Pembelian Pengaruh Atmosfer Toko Terhadap Keputusan Pembelian I. Pengertian Perilaku Konsumen Menurut Solomon (2000), perilaku konsumen adalah studi yang meliputi proses ketika individu atau kelompok tertentu membeli,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu karakter konsumen Indonesia dalam melakukan pembelian adalah tidak terencana (unplanned buying). Berdasarkan hasil riset AC Nielsen dalam majalah MARKETING edisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan pembelian. Kebutuhan adalah hal-hal dasar yang harus dipenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan pembelian. Kebutuhan adalah hal-hal dasar yang harus dipenuhi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen Konsumen sebagai seorang manusia mempunyai kebutuhan dan keinginan yang harus dipenuhinya, dan sering kali dalam memenuhi kebutuhan ini mereka harus melakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Ritel adalah kegiatan pemasaran yang mendistribusikan barang dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Ritel adalah kegiatan pemasaran yang mendistribusikan barang dan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Ritel Ritel adalah kegiatan pemasaran yang mendistribusikan barang dan jasa ke konsumen akhir. ritel merupakan salah satu

Lebih terperinci

Pengaruh Suasana Cafe Terhadap Impulse Buying Konsumen Its Milk Jember (Influence Of Cafe Atmosphere To Impulse Buying Consumen Of Its Milk Jember)

Pengaruh Suasana Cafe Terhadap Impulse Buying Konsumen Its Milk Jember (Influence Of Cafe Atmosphere To Impulse Buying Consumen Of Its Milk Jember) Pengaruh Suasana Cafe Terhadap Impulse Buying Konsumen Its Milk Jember (Influence Of Cafe Atmosphere To Impulse Buying Consumen Of Its Milk Jember) Rosyid Ridlo Alfikri, Bambang Irawan, Ketut Indraningrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi persaingan yang semakin ketat menuntut setiap perusahaan untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi persaingan yang semakin ketat menuntut setiap perusahaan untuk mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi persaingan yang semakin ketat menuntut setiap perusahaan untuk mampu bertahan hidup. Hal ini merupakan suatu peluang dan tantangan bisnis bagi setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen Istilah perilaku erat hubungannya dengan permasalahan manusia. Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memiliki pelanggan yang loyal adalah tujuan akhir dari semua bisnis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memiliki pelanggan yang loyal adalah tujuan akhir dari semua bisnis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki pelanggan yang loyal adalah tujuan akhir dari semua bisnis yang ada, tetapi kebanyakan perusahaan tidak menyadarinya. Demi tercapainya tujuan tersebut

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. mengetahui hubungan antara variabel Store Atmosphere terhadap Impulse Buying. pada Konsumen Toko Naughty Plaza Andalas Padang.

BAB V PENUTUP. mengetahui hubungan antara variabel Store Atmosphere terhadap Impulse Buying. pada Konsumen Toko Naughty Plaza Andalas Padang. BAB V PENUTUP Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil yang telah disajikan pada bab sebelumnya. Bab ini juga berisikan keterbatasan penelitian dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. Penelitian ini

Lebih terperinci

2.2 Bauran Pemasaran Laksana (2008:17) menyatakan bahwa bauran pemasaran (marketing mix) yaitu alat pemasaran yang digunakan untuk mencapai

2.2 Bauran Pemasaran Laksana (2008:17) menyatakan bahwa bauran pemasaran (marketing mix) yaitu alat pemasaran yang digunakan untuk mencapai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan suatu fungsi bisnis yang memegang peranan penting dalam perusahaan. Bidang pemasaran berupaya untuk mengindentifikasi keinginan dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelian impulsif, salah satunya adalah model stimulus organism response

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelian impulsif, salah satunya adalah model stimulus organism response 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Stimulus Organism Respons (SOR) Berbagai teori telah diusulkan untuk menjelaskan secara perilaku pembelian impulsif, salah satunya adalah model stimulus organism response

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha retail atau eceran (retailing) dapat dipahami sebagai semua kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha retail atau eceran (retailing) dapat dipahami sebagai semua kegiatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Usaha retail atau eceran (retailing) dapat dipahami sebagai semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. keseluruhan sistem pemasaran. sebelum dan sesudah kegiatan itu berjalan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. keseluruhan sistem pemasaran. sebelum dan sesudah kegiatan itu berjalan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Volume Penjualan a. Penjualan Menurut Assuari (2004:5) penjualan adalah sebagai kegiatan manusia yang mengarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Teori Perilaku Beralasan ( Theory Of Reasoned Action)

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Teori Perilaku Beralasan ( Theory Of Reasoned Action) BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Manusia 1. Teori Perilaku Beralasan ( Theory Of Reasoned Action) Salah satu karakteristik reaksi perilaku manusia yang menarik adalah sifat diferensialnya. Maksudnya satu

Lebih terperinci

BAB I - PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I - PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I - PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini pusat perbelanjaan modern atau dikenal dengan sebutan mall mengalami pergeseran fungsi. Pada mulanya masyarakat ke mall khusus untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha dalam bidang ritel dalam perkembangannya sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha dalam bidang ritel dalam perkembangannya sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan usaha dalam bidang ritel dalam perkembangannya sangat meningkat, di iringi dengan daya beli konsumen yang meningkat. Bisnis ritel di Indonesia sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Kondisi ini menuntut setiap perusahaan untuk mampu bersaing dengan perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Kondisi ini menuntut setiap perusahaan untuk mampu bersaing dengan perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan yang terjadi dalam dunia perekonomian di Indonesia saat ini menjadi semakin ketat. Kondisi ini menuntut setiap perusahaan untuk mampu bersaing dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumennya akan mengakibatkan perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. konsumennya akan mengakibatkan perubahan-perubahan yang terjadi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, persaingan bisnis akan menjadi sangat ketat. Hal ini disebabkan oleh adanya perkembangan ekonomi global yang bergerak di bidang yang sama

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 3, Juli 2016 KEBIJAKAN STORE ATMOSFER PADA KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA MINI MARKET BINTANG TIMUR DI SOSOK

Bisma, Vol 1, No. 3, Juli 2016 KEBIJAKAN STORE ATMOSFER PADA KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA MINI MARKET BINTANG TIMUR DI SOSOK KEBIJAKAN STORE ATMOSFER PADA KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA MINI MARKET BINTANG TIMUR DI SOSOK Yuliandery Yuliandery_cen@yahoo.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bisnis ritel menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan

I. PENDAHULUAN. Bisnis ritel menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bisnis ritel menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, bisnis ritel memperluas pasar produk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan. Sedangkan menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan. Sedangkan menurut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata atau tourism secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan. Sedangkan menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang semakin ketat baik antar perusahaan domestik

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang semakin ketat baik antar perusahaan domestik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas pasar produk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Indonesia masih memperlihatkan kinerja ekonomi makro nasional yang relatif

I PENDAHULUAN. Indonesia masih memperlihatkan kinerja ekonomi makro nasional yang relatif I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kondisi persaingan global yang semakin ketat diseluruh sektor ekonomi, Indonesia masih memperlihatkan kinerja ekonomi makro nasional yang relatif baik. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah cafe and resto.saat ini sudah banyak produsen cafe and

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah cafe and resto.saat ini sudah banyak produsen cafe and BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Di masa kini ada berbagai macam bisnis yang bisa menjadi peluang usaha salah satunya adalah cafe and resto.saat ini sudah banyak produsen cafe and resto yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Loyalitas pelanggan merupakan bagian penting bagi suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Loyalitas pelanggan merupakan bagian penting bagi suatu perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Loyalitas pelanggan merupakan bagian penting bagi suatu perusahaan karena memiliki peran untuk memberikan keuntungan finansial yang terusmenerus atau keuntungan jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai distribusi dan saluran terakhir dari distribusi adalah pengecer (retailer).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai distribusi dan saluran terakhir dari distribusi adalah pengecer (retailer). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Pada era globalisasi sekarang ini industri sedang berkembang cukup pesat terutama industri di bidang retail. Produsen yang memproduksi barang tidak hanya memperhatikan

Lebih terperinci

Berikut ini pengertian dari bauran pemasaran (Marketing Mix) menuru para

Berikut ini pengertian dari bauran pemasaran (Marketing Mix) menuru para BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu elemen pokok yang wajib dimiliki oleh setiap perusahaan. Pemasaran berkaitan erat dengan bagaimana cara perusahaan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat saat ini, dapat dilihat bahwa sektor dunia usaha saat ini telah menjadi suatu arena persaingan yang sengit dan tidak

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR SITUASIONAL TERHADAP EMOTIONAL STATES DAN IMPULSE BUYING (Survei pada Pengunjung Giant Hypermarket Mall Olympic Garden Malang)

PENGARUH FAKTOR SITUASIONAL TERHADAP EMOTIONAL STATES DAN IMPULSE BUYING (Survei pada Pengunjung Giant Hypermarket Mall Olympic Garden Malang) PENGARUH FAKTOR SITUASIONAL TERHADAP EMOTIONAL STATES DAN IMPULSE BUYING (Survei pada Pengunjung Giant Hypermarket Mall Olympic Garden Malang) Nandha Octaprinanta Srikandi Kumadji Kadarisman Hidayat Fakultas

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Konsumen Elzatta di Ruko Sentra Tropodo Sidoarjo. impulsif di Galeri Elzatta Ruko Sentra Tropodo Sidoarjo.

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Konsumen Elzatta di Ruko Sentra Tropodo Sidoarjo. impulsif di Galeri Elzatta Ruko Sentra Tropodo Sidoarjo. BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan interpretasi dari hasil analisis data yang telah disajikan pada bab sebelumnya. Pembahasan dilakukan dengan melihat hubungan kausalitas yang terjadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. retail, terutama yang berbasis toko (store based retailing), harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. retail, terutama yang berbasis toko (store based retailing), harus mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu industri yang paling dinamis saat ini, pemilik bisnis retail, terutama yang berbasis toko (store based retailing), harus mampu mengantisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Info Bisnis, Maret 2007:30 (www.about;retail 8/10/2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Info Bisnis, Maret 2007:30  (www.about;retail 8/10/2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Perubahan cepat dalam teknologi informasi telah mengubah budaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Perubahan cepat dalam teknologi informasi telah mengubah budaya BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Pergeseran Paradigma Pemasaran Perubahan cepat dalam teknologi informasi telah mengubah budaya sebagian besar masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini perekonomian Indonesia mengalami masa yang cukup sulit. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini perekonomian Indonesia mengalami masa yang cukup sulit. Seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan usaha kuliner di Indonesia berlangsung sangat cepat, meskipun sekarang ini perekonomian Indonesia mengalami masa yang cukup sulit. Seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. beli konsumen di D besto cafe Payakumbuh. Hasil penelitian ini menunjukkan

BAB V PENUTUP. beli konsumen di D besto cafe Payakumbuh. Hasil penelitian ini menunjukkan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dengan pengujian SPSS dapat disimpulkan bahwa: 1. Variabel kebersihan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagian besar konsumen Indonesia memiliki karakter unplanned.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagian besar konsumen Indonesia memiliki karakter unplanned. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan pemasaran saat ini tidak bisa dilepaskan dari perilaku konsumen yang menjadi target pasar suatu perusahaan. Indonesia merupakan negara berkembang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha sekarang ini, pengaruh globalisasi telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha sekarang ini, pengaruh globalisasi telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perkembangan dunia usaha sekarang ini, pengaruh globalisasi telah merambah dunia dan mempengaruhi berbagai bidang, termasuk bidang ekonomi. Globalisasi dalam

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 2, Juni 2016 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT MEMBELI KONSUMEN PADA MINIMARKET MITRA JAYA DI PONTIANAK

Bisma, Vol 1, No. 2, Juni 2016 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT MEMBELI KONSUMEN PADA MINIMARKET MITRA JAYA DI PONTIANAK PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT MEMBELI KONSUMEN PADA MINIMARKET MITRA JAYA DI PONTIANAK ABSTRAK Clara Meirista Email: Clarameirista@gmail.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat persaingan yang terjadi di dunia usaha dan industri saat ini berkembang semakin ketat. Hal tersebut terutama disebabkan oleh adanya perkembangan teknologi yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Variabel store exterior, general interior, dan interior display berpengaruh. pembelian pada Uda Espresso Cafe Payakumbuh.

BAB V PENUTUP. 1. Variabel store exterior, general interior, dan interior display berpengaruh. pembelian pada Uda Espresso Cafe Payakumbuh. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka didapat kesimpulan sebagai berikut: 1. Variabel store exterior, general interior, dan interior display berpengaruh signifikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena ini dapat dibuktikan dengan adanya perubahan gaya hidup masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena ini dapat dibuktikan dengan adanya perubahan gaya hidup masyarakat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian dan perkembangan zaman yang semakin modern, berdampak pada pergeseran budaya berbelanja masyarakat di Indonesia. Fenomena ini dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kotler dan Keller (2011:9) pemasaran adalah suatu proses sosial yang

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kotler dan Keller (2011:9) pemasaran adalah suatu proses sosial yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2011:9) pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan semakin berkembang. Hal tersebut terjadi seiring dengan pengaruh

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan semakin berkembang. Hal tersebut terjadi seiring dengan pengaruh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dewasa ini, kondisi dunia bisnis telah berkembang menjadi semakin kompetitif, bergerak dengan cepat serta semakin sulit untuk diprediksi. Konsumsi masyarakat terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar yang terus berkembang, laju pertumbuhan perekonomian serta

BAB I PENDAHULUAN. besar yang terus berkembang, laju pertumbuhan perekonomian serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Surabaya merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia. Sebagai kota besar yang terus berkembang, laju pertumbuhan perekonomian serta perubahan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. naik, dengan omset penjualan naik maka pendapatan akan naik dan berakibat

BAB I PENDAHULUAN. naik, dengan omset penjualan naik maka pendapatan akan naik dan berakibat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan toko buku sangat disambut baik oleh pelajar di kota Malang, sehingga peritel harus mampu bersaing di pasar mereka untuk merebut hati konsumennya. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak hanya berfokus pada penentuan harga semata namun juga aspek

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak hanya berfokus pada penentuan harga semata namun juga aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Era globalisasi tidak hanya membuka peluang bagi setiap perusahaan untuk mengembangkan usahanya namun juga persaingan yang keras untuk menawarkan produk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis ritel di Indonesia, khususnya dikota Surabaya, saat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis ritel di Indonesia, khususnya dikota Surabaya, saat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan bisnis ritel di Indonesia, khususnya dikota Surabaya, saat ini sangat pesat, salah satu bisnis ritel yang berkembang pesat adalah bisnis dibidang pakaian.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. semakin banyaknya informasi yang diterima oleh konsumen sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. semakin banyaknya informasi yang diterima oleh konsumen sehingga 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pemasaran Pada saat ini, konsep pemasaran tidak hanya mencakup kebutuhan dan keinginan saja, tetapi juga mencakup pengharapan konsumen, dan hal ini berkaitan dengan

Lebih terperinci

Promosi adalah suatu kegiatan bidang marketing yang merupakan komunikasi yang dilaksanakan perusahaan kepada pembeli atau konsumen yang memuat

Promosi adalah suatu kegiatan bidang marketing yang merupakan komunikasi yang dilaksanakan perusahaan kepada pembeli atau konsumen yang memuat BAB 14 PROMOSI Promosi adalah suatu kegiatan bidang marketing yang merupakan komunikasi yang dilaksanakan perusahaan kepada pembeli atau konsumen yang memuat pemberitaan, membujuk, dan mempengaruhi segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri ritel merupakan industri yang strategis bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Industri ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ritel merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi barang dan merupakan mata rantai terakhir dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ritel merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi barang dan merupakan mata rantai terakhir dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ritel merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi barang dan merupakan mata rantai terakhir dalam suatu proses distribusi. Melalui bisnis ritel, suatu

Lebih terperinci