BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEDISIPLINAN ANAK DI SEKOLAH KELOMPOK A TK ISLAM ORBIT 2 PRAON NUSUKAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. A. Prestasi Belajar Siswa dengan Pola Asuh Otoriter. Berdasarkan hasil penelitian terhadap siswa yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB II LANDASAN TEORI. Disiplin mempunyai makna yang luas dan berbeda beda, oleh karena itu. batasan lain apabila dibandingkan dengan ahli lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN TEORI. Peranan ibu sangat banyak, peranan ibu sebagai istri dan ibu dari anak

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN CAPAIAN PERKEMBANGAN ANAK. Reswita 1) 1 Universitas Lancang Kuning.

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MOTIVASI ANAK UNTUK BERSEKOLAH DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN DISIPLIN ANAK DI KOMPLEK MENDAWAI KOTA PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua adalah komponen keluarga yang di dalamnya terdiri dari ayah dan ibu, dan

BAB II KAJIAN TEORI. orang lain. Rasa percaya diri merupakan keyakinan pada kemampuan-kemampuan yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MINAT BELAJAR ANAK DI KELOMPOK B TK KARTINI LALUNDU KECAMATAN RIO PAKAVA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU MORAL SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 95/I OLAK KECAMATAN MUARA BULIAN SKRIPSI OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. dengan hukuman menurut konsep ini, disiplin digunakan hanya bila anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

PERKEMBANGAN EMOSI DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA PADA ANAK KELOMPOK B RAUDHATUL ATHFAL DI KECAMATAN KALIJAMBE KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertanyaan tersebut dapat dinyatakan tanpa berbelit-belit dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. akan dibutuhkan anak dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Keluarga

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja. yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data. Pendekatan dan metode penelitian dapat memberikan gambaran kepada

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

POLA ASUH KELUARGA BROKEN HOME DALAM PROSES PERKEMBANGAN ANAK DI DESA SUMBEREJO, KECAMATAN MADIUN, KABUPATEN MADIUN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, agar berlangsung tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu

BAB I PENDAHULUAN. semua orang, terutama menjadi guru maupun lingkungan masyarakat. Karena

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. baik secara ukuran (pertumbuhan) maupun secara perkembangan

keluarga yang lain. Terutama dengan orang tua.. Karena orang tua menyediakan fasilitas belajar siswa,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. dengan apa yang ia alami dan diterima pada masa kanak-kanak, juga. perkembangan yang berkesinambungan, memungkinkan individu

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. membentuk perilaku sosial anak menjadi lebih baik dan berakhlak.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yaitu tentang hubungan pola asuh orang

GAMBARAN POLA ASUH ORANGTUA PADA ANAK PENYANDANG EPILEPSI USIA BALITA DI POLIKLINIK ANAK RSUP.PERJAN DR. HASAN SADIKIN BANDUNG.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya yang dalam perkembangannya akan mengalami suatu perubahan.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas perkembangan yang sangat penting yaitu mencapai status

BAB I PENDAHULUAN. disiplin diri pada anak. Lingkungan keluarga merupakan salah satu lembaga

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

III. METODE PENELITIAN. suatu keadaan atau situasi. Jenis penelitian eksplanatori tersebut sama

HUBUNGAN POLA ASUH TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK DI RA/BA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 / 2011 SKRIPSI

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kemandirian adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. begitu saja terjadi sendiri secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi

TINJAUAN PUSTAKA Interaksi Ayah-Anak

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN. masa sekolah. Masa ini disebut juga masa kanak-kanak awal, terbentang usia 3-6

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang, seiring harapan untuk memiliki anak dari hasil pernikahan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi belajar

BAB I PENDAHULUAN. menetap dari hasil interaksi dan pengalaman lingkungan yang melibatkan proses

BAB I PENDAHULUAN. yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan

pendengarannya sehingga hal ini berpengaruh pada kemampuan bahasanya. Karena

PENGARUH POLA ASUH OTORITER PADA PERILAKU BELAJAR SISWA SD MENJELANG UJIAN NASIONAL

POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Dalam Kamus Besar Indonesia (Depdikbud, 1998: 681) nakal adalah suka berbuat

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

PERANAN ORANGTUA DALAM MENANAMKAN DISIPLIN ANAK USIA DINI. DAMAIWATY RAY Dosen PG PAUD FIP Unimed

HUBUNGAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMK KARTANEGARA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PENANAMAN NILAI KEDISIPLINAN TERHADAP HASIL BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 1 PAGAR AIR KABUPATEN ACEH BESAR

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dianggap penting untuk dikembangkan karena sebagai dasar untuk. perkembangan sosial selanjutnya (Maulana, 2011).

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN DISIPLIN ANAK DI TK NEGERI KECAMATAN SUNGAI RAYA

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DENGAN DISIPLIN SISWA DI SEKOLAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

KISI KISI ANGKET. : RAHMI YULIA : AID : Dr.Drs. H.Hendra Sofyan, MSi : Dr. K.A. Rahman, M.Pd.I

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pola Asuh Orang Tua a. Pengertian Pola Asuh Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berati menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu; melatih dan sebagainya), dan memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) satu badan atau lembaga (KBBI, 2008). Shochib (1998: 14) mengatakan bahwa pola pertemuan antara orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai terdidik dengan maksud bahwa orang tua mengarahkan anaknya sesuai dengan tujuannya, yaitu membantu anak memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri. Orang tua dengan anaknya sebagai pribadi dan sebagai pendidik, dapat menyingkap pola asuh orang tua dalam mengembangkan disiplin diri anak yang tersirat dalam situasi dan kondisi yang bersangkutan. Morrison (2016:335) Pengasuhan anak adalah pengasuhan dan pendidikan anak-anak diluar rumah secara komperhensif untuk melengkapi pengasuhan dan pendidikan anak yang diterima dari keluarganya. Program-program pengasuhan anak ditujukan untuk memenuhi beragam kebutuhan. Pola asuh orang tua adalah interaksi antara orang tua dengan anak, dimana orang tua memberikan stimulasi pada anak dengan memenuhi kebutuhan anak, mendidik, membimbing, menanamkan nilai-nilai kedisiplinan anak baik dalam tingkah laku serta pengetahuan agar 7

8 tumbuh kembang anak berkembang secara optimal dengan penguatan yang diberikan orang tua. b. Macam-Macam Pola Asuh Orang Tua Menurut Baumrind (dalam Rusilaanti 2015:164-165) terdapat empat macam pola asuh orang tua yaitu: 1) Pola asuh demokratis Adalah pola asuh yang memperioritaskan kepentingan anak akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua yang demokratis memandang sama kewajiban hak orang tua dan anak, bersikap rasional dan selalu mendasari tindakannya pada rasio pemikiran. Pola asuh demokrasi ini merupakan sikap pola asuh dimana orang tua memberikan kesempatan kepada anak dalam berpendapat dengan mempertimbangkan antara keduanya. Akan tetapi hasil akhir tetap ditangan orang tua. 2) Pola asuh otoriter Adalah pola asuh yang merupakan kebalikan dari pola asuh demokratis yaitu cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya disertai dengan ancaman-ancaman. Bentuk pola asuh ini menekan pada pengawasan orang tua atau kontrol yang ditunjukkan pada anak untuk mendapatkan kepatuhan dan ketaatan. Jadi orang tua yang otoriter sangat berkuasa terhadap anak, memegang kekuasaan tertinggi serta mengharuskan anak patuh pada perintah-perintahnya. Pola asuh otoriter ini menjelaskan bahwa sikap orang tua yang cenderung memaksa anak untuk berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan orang tua. Pola asuh ini adalah pola asuh dimana orang tua memberikan peraturan-peraturan kepada

9 anaknya dan anak harus mematuhi peraturan yang dibuat di lingkungan keluarga. 3) Pola asuh permisif Adalah bentuk pengasuhan dimana orang tua memberikan kebebasan sebanyak mungkin kepada anak untuk mengatur dirinya, anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak banyak kontrol oleh orang tua. Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan kepada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun, orang tua tipe ini bersifat hangat sehingga sering kali disukai oleh anak. Pola asuh permisif ini yaitu sikap pola asuh orang tua yang cenderung membiarkan dan memberikan kebebasan kepada anak untuk melakukan berbagai hal. 4) Pola asuh tipe penelantar Pola asuh orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadang kala biaya pun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya. Pola asuh tipe ini adalah pola asuh antar orang tua dengan anak memiliki komunikasi yang minim, anak yang tidak dalam pengawasan orang tua bahkan tidak ada. Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya.

10 c. Ciri-Ciri Pola Asuh Orang Tua Menurut Baumrind (dalam Syamsu Yusuf, 2005) terdapat empat macam ciri-ciri pola asuh orang tua yaitu: 1) Ciri-ciri orang tua demokratis yaitu: a) Orang tua bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. b) Orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan. c) Bersikap responsif terhadap kemampuan anak. d) Mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan. e) Memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan baik dan buruk. f) Menghargai setiap keberhasilan yang diperoleh anak. 2) Pola asuh otoriter mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a) Orang tua suka menghukum secara fisik. b) Orang tua cenderung bersikap mengomando (mengharuskan atau memerintah anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi). c) Bersikap kaku. d) Orang tua cenderung emosional dan bersikap menolak. 3) Secara umum ciri-ciri pola asuh orang tua yang bersifat permisif yaitu: a) Orang tua tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. b) Orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau keinginannya.

11 c) Orang tua tidak pernah menegur atau tidak berani menegur perilaku anak, meskipun perilaku tersebut sudah keterlaluan atau diluar batas kewajaran. 4) Ciri-ciri pola asuh penelantar yaitu: a) Orang tua lebih mementingkan kepentingan sendiri misalnya terlalu sibuk, tidak peduli bahkan tidak tahu anaknya dimana atau sedang dengan siapa, dan lain sebagainya. b) Anak-anak dibiarkan berkembang sendiri baik fisik maupun psikis. d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peran Pengasuhan Untuk dapat menjalankan peran pengasuhan anak dengan baik, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi yaitu: 1) Usia orang tua Tujuan Undang-Undang perkawinan salah satunya adalah memungkinkan pasangan untuk siap secara fisik maupun psikososial dalam membentuk rumah tangga dan menjadi orang tua. Walaupun demikian, rentang usia tertentu adalah baik untuk menjalankan peran pengasuhan. Apabila terlalu muda atau terlalu tua, maka tidak akan dapat menjalankan peran-peran tersebut secara optimal karena diperlukan kekuatan fisik dan psikososial. 2) Keterlibatan orang tua Pendekatan mutakhir yang digunakan dalam hubungan ayah dan bayi yang baru lahir, sama pentingnya dengan hubungan antara ibu dan bayi sehingga dalam proses persalinan, ibu dianjurkan ditemani suami dan begitu bayi lahir, suami diperbolehkan untuk menggendong langsung setelah ibunya mendekap dan menyusuinya. Dengan demikian, kedekatan hubungan antara ibu dan anaknya sama pentingnya dengan ayah dan anak walaupun

12 secara kodrati akan ada perbedaan, tetapi tidak mengurangi makna penting hubungan tersebut. Pada beberapa ayah yang tidak dapat terlibat secara langsung pada saat bayi baru dilahirkan maka beberapa hari atau minggu kemudian dapat melibatkan dalam perawatan bayi seperti mengganti popok, bermain dan berinteraksi sebagai upaya untuk terlibat dalam perawatan anak. 3) Pendidikan orang tua Bagaimanapun pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan mempengaruhi kesiapan mereka menjalankan peran pengasuhan. Untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan adalah dengan terlibat aktif dalam setiap upaya pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak, menjaga kesehatan anak dengan secara regular memeriksakan dan mencari pelayanan imunisasi, memberikan nutrisi yang adekuat, memperhatikan keamanan dan melaksanakan praktek pencegahan kecelakaan, selalu berupaya menyediakan waktu untuk anak dan menilai perkembangan fungsi keluarga dalam perawatan anak. 4) Pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak Hasil riset menunjukkan bahwa oang tua yang telah mempunyai pengalaman sebelumnya dalam merawat anak akan lebih siap menjalankan peran pengasuhan dan lebih relaks. Selain itu, mereka akan lebih mampu mengamati tanda-tanda pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal. 5) Stres orang tua Stres yang dialami oleh ayah atau ibu atau keduanya akan mempengaruhi kemampuan orang tua dalam menjalankan peran pengasuhan, terutama dalam kaitannya dengan strategi koping yang dimiliki dalam menghadapi permasalahan anak. Walaupun demikian, kondisi anak juga dapat menyebabkan stres pada

13 orang tua, misalnya anak dengan tempramen yang sulit atau anak dengan masalah keterbelakangan mental. e. Pola Asuh Orang Tua dengan Tipe Permisif Dalam penelitian ini, peneliti mengambil pola asuh orang tua tipe permisif untuk dijadikan variabel penelitian. Wahyuningsih (2003:129-130), mengemukakan bahwa permisif dapat diartikan orang tua yang serba membolehkan atau suka mengijinkan. Pola asuh ini menggunakan pendekatan yang sangat responsive (bersedia mendengarkan) tetapi cenderung terlalu longgar. Menggunakan pendekatan yang sangat toleran kepada anak. Orang tua memiliki sikp yang relatif hangat dan menerima sang anak apa adanya. Septiari (2012:171) mengatakan bahwa orang tua serba membolehkan anak berbuat apa saja. Orang tua memiliki kehangatan, dan menerima apa adanya. Kehangatan cenderung memanjakan, ingin dituruti keinginannya. Sedangkan menerima apa adanya cenderung memberikan kebebasan kepada anak berbuat apa saja. Sedangkan Wiyani (2016:197), pola asuh permisif merupakan pola asuh yang menggambarkan sikap orang tua yang cenderung membiarkan anaknya melakukan berbagai hal. Orang tua berasumsi jika anak memiliki alasan positif mengapa dia melakukan hal tersebut. Orang tua pun tidak terlalu ikut campur dalam urusan anak. Orang tua percaya bahwa anak bisa memilih mana yang terbaik untuk dirinya. Dari penjelasan pola asuh permisif menurut para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pola asuh permisif tersebut merupakan pola asuh orang tua yang membebaskan anak. Yang dimaksud membebaskan adalah orang tua memberi kelonggaran kepada anak untuk melakukan berbagai hal. Hal tersebut bertujuan untuk membuat anak menjadi mandiri, yaitu anak yang mampu melakukan berbagai

14 tugas kesehariannya sendiri serta mampu mengambil keputusan sendiri ketika dihadapkan oleh berbagai tugas maupun permasalahan. Adapun perilaku orang tua dalam pola asuh permisif menurut Heitherington & Porke dan Papali (dalam Wahyuningsih 2003:132-133) yang disimpulkan sebagai berikut: 1) Peraturan tidak dikomunikasikan secara jelas tidak dipaksakan, 2) Menerima tingkah laku anak, baik ataupun buruk, 3) Menuruti dan membebaskan kemauan anak. Dari penjelasan tersebut, dalam penelitian ini menggunakan ciriciri perilaku orang tua dengan pola asuh permisif yang dikemukakan oleh Papali sebagai indikator yang digunakan untuk mengukur dan menilai item-item pola asuh permisif 2. Kedisiplinan Belajar a. Pengertian Disiplin Belajar Konsep popular dari disiplin adalah sama dengan hukuman. Menurut konsep ini, disiplin digunakan hanya digunakan bila anak melanggar peraturan dan perintah yang diberikan orang tua, guru atau orang dewasa yang berwewenang mengatur kehidupan bermasyarakat, tempat anak itu tinggal. Menurut hurlock dalam perkembangan anak (1978:82) disiplin berasal dari kata disciple yakni seorang yang belajar dari atau secara sukarela mengikuti seorang pemimpin. Tu u (2008:31) disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan berbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan keterikatan. Drs. Slameto (dalam Djamarah 2016:13), merumuskan pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

15 baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari pendapat para ahli tersebut ditarik kesimpulan bahwa kedisiplinan belajar merupakan suatu bentuk kesadaran diri untuk mengendalikan dirinya tersebut sehingga belajar akan penuh kesadaran tanpa paksaan untuk mencapai tujuannya. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Membentuk Disiplin Perilaku disiplin tidak akan tumbuh dengan sendirinya, melainkan perlu kesadaran diri, latihan, kebiasaan, dan juga adanya hukuman. Bagi siswa disiplin belajar juga tidak akan tercipta apabila siswa tidak mempunyai kesadaran diri. Siswa akan disiplin dalam belajar apabila siswa sadar akan pentingnya belajar dalam kehidupannya. Penanaman disiplin perlu dimulai sedini mungkin mulai dari dalam lingkungan keluarga. Mulai dari kebiasaan bangun pagi, makan, tidur, dan mandi harus dilakukan secara tepat waktu sehingga anak akan terbiasa melakukan kegiatan itu secara kontinyu. Menurut Tu u (2008:48-49) mengatakan ada empat faktor dominan yang mempengaruhi dan membentuk disiplin yaitu: 4) Kesadaran diri Sebagai pemahaman diri bahwa disiplin penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain itu kesadaran diri menjadi motif sangat kuat bagi terwujudnya disiplin. Disiplin yang terbentuk atas kesadaran diri akan kuat pengaruhnya dan akan lebih tahan lama dibandingkan dengan disiplin yang terbentuk karena unsur paksaan atau hukuman. 5) Pengikutan dan ketaatan Sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturanperaturan yang mengatur perilaku individunya. Hal ini

16 sebagai kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan kemauan diri yang kuat. Tekanan dari luar dirinya sebagai upaya mendorong, menekankan dan memaksa agar disiplin diterapkan dalam diri seseorang sehingga peraturan-peraturan diikuti dan dipraktikan. 6) Alat pendidikan Untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan. 7) Hukuman Seseorang yang taat pada aturan cenderung disebabkan karena dua hal, yang pertama karena adanya kesadaran diri, kemudian yang kedua karena adanya hukuman. Hukuman akan menyadarkan, mengoreksi, dan meluruskan yang salah, sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan. c. Indikator Disiplin Belajar Menurut Arikunto (1990:137) dalam penelitian mengenai kedisiplinnannya membagi tiga macam indikator kedisiplinan, yaitu: 1) Perilaku kedisiplinan di dalam kelas 2) Perilaku kedisiplinan di luar kelas di lingkungan sekolah 3) Perilaku kedsiplinan di rumah. Menurut Tu u (2008:91) dalam penelitian mengenai disiplin sekolah mengemukakan bahwa indikator yang menunjukan pergeseran/perubahan hasil belajar siswa sebagai kontribusi mengikuti dan menaati peraturan sekolah adalah meliputi:

17 1) Dapat mengatur waktu belajar di rumah, 2) Rajin dan teratur belajar, 3) Perhatian yang baik saat belajar di kelas 4) Ketertiban diri saat belajar di kelas. Indikator kedisiplinan belajar pada anak dapat diukur dengan indikator-indikator yang dikemukakan oleh para ahli, sebagai berikut: 1) Ketaatan terhadap tata tertib sekolah 2) Ketaatan terhadap kegiatan belajar di sekolah 3) Ketaatan dalam mengerjakan tugas-tugas pelajaran 4) Ketaatan terhadap kegiatan belajar di rumah 3. Peranan pola asuh orang tua terhadap kedisiplinan belajar anak Pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik dan membesarkan anak tentu sangat berperan terhadap perkembangan anak. Perlakuan yang diberikan oleh orang tua kepada anak menjadi pengalaman-pengalaman bagi anak dan membentuk kepribadian. Orang tua memberikan stimulasi tumbuh kembang anak dengan memenuhi kebutuhan anak, mendidik, membimbing, menanamkan nilai-nilai kedisiplinan anak. Kedisiplinan belajar merupakan suatu bentuk kesadaran diri untuk mengendalikan dirinya tersebut sehingga belajar akan penuh kesadaran tanpa paksaan untuk mencapai tujuanya. Dari semua pola asuh yang diberikan oleh orang tua memiliki dampak tersendiri bagi perilaku anak dan hal ini sangat berkaitan dengan kedisiplinan belajar pada anak. Jadi pola asuh yang diberikan orang tua sangat berperan terhadap kedisiplinan belajar anak. B. Penelitian terdahulu yang relevan

18 Kajian hasil penelitian terdahulu diperlukan untuk mendukuung penelitian yang sedang dilakukan. Pada dasarnya penelitian sebelum dijadikan sebagai rujukan dalam melakukan penelitian. Adapun penelitian terdahulu yang hampir sama diantaranya sebagai berikut: 1. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kedisiplinan Anak di Sekolah Kelompok A TK Islam Orbit 2 Praon Nusukan Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 Maya Devi Arumnanti, Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kedisiplinan Anak di Sekolah Kelompok A TK Islam Orbit 2 Praon Nusukan Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, 2014. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pola asuh orang tua (X) mempunyai pengaruh yang signifikan dengan kedisiplinan anak di sekolah (Y). Hasil analisis product moment diperoleh rxy 0,875 > rtabel 0,361 dengan ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap kedisiplinan anak di sekolah kelompok A TK Islam Orbit 2 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Dilihat dari koefisien korelasi tersebut pola asuh orang tua demokratis ini termasuk tinggi pengaruhnya. 2. Pengaruh Perbedaan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Puspita Arnasiwi, Pengaruh Perbedaan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Universitas Negeri Yogyakarta, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2013. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan kedisiplinan belajar siswa yang mengalami kecenderungan pola asuh authoritarian, authoritative, dan permissive. Tingkat kedisiplinan belajar siswa yang mengalami pola asuh authoritative lebih baik daripada siswa yang mengalami pola asuh authoritarian dan permissive. Hal tersebut membuktikan bahwa pola asuh orang tua berpengaruh terhadap kedisiplinan belajar siswa sekolah dasar.

19 Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian yang Relevan No Nama Penelitian Dependent Independent Variabel Variabel 1. Maya Kedisiplinan Pola Asuh Orang Tua Anak 2. Puspita Kedisiplinan Pola Asuh Orang Tua Belajar Anak 3. Peneliti Kedisiplinan Belajar Anak Pola Asuh Orang Tua C. Kerangka Berpikir Orang tua memiliki berbagai cara dalam menanamkan pola asuh kepada anaknya dan yang diterapkan setiap orang tua berbeda-beda terhadap anaknya, pola asuh orang tua yang ditanamkan kepada anak memiliki potensi besar terhadap kepribadian seorang anak baik itu pada tingkah laku, kemandirian, kedisiplinan maupun perkembangan lainnya terutama anak usia dini yang sedang dalam menyesuaikan diri di sekolah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan pada anak adalah bagaimana pola asuh yang diterapkan orang tua dalam keluarga. Keluarga merupakan faktor utama dalam proses perkembangan anak. Pola asuh permisif merupakan pola asuh yang menggambarkan sikap orang tua yang cenderung membiarkan anaknya melakukan berbagai hal. Orang tua berasumsi jika anak memilki alasan positif mengapa dia melakukan hal tersebut. Karena pola asuh permisif mengharapkan anak menjadi mandiri dan disiplin sehingga memiliki potensi dalam membentuk kedisiplinan anak maka perlu dilakukan pendekatan penelitian untuk mengetahui pengaruh pola asuh orang tua permisif terhadap kedisiplinan belajar anak. Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir Pola Asuh Permisif (X) Kedisiplinan Belajar (Y)

20 D. Hipotesis Sugiyono (2017:96). Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan tinjauan pustaka, kajian teori dan permasalahan yang diajukan peneliti diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis alternative (Ha) yaitu: Terdapat Pengaruh Pola Asuh Orang Tua (Permisif) Terhadap Kedisiplinan Belajar Anak Kelompok B Di PAUD Harapan 1 Kartasura Tahun Ajaran 2017/2018. Dalam penelitian ini, jika tidak ada pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang tua (permisif) dengan kedisiplinan belajar anak maka Ho diterima atau Ha ditolak. Dan sebaliknya jika Ho ditolak atau Ha diterima berarti ada pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang tua (permisif) dengan kedisiplinan belajar anak.