BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pola Asuh a. Pengertian Pola Asuh Orang tua hendaknya selalu memberikan kasih sayang kepada anaknya. Yusuf (2010:37) menyatakan bahwa orang tua bertanggung jawab untuk memberikan asuhan yang baik bagi anak mereka. Asuhan yang baik akan mempengaruhi anak tumbuh dengan baik pula. Pola asuh orang tua terhadap anak dipengaruhi oleh beberapa hal seperti lingkungan sekitar. Hasan (2011:24) mengungkapkan bahwa pola asuh yang baik serta penuh perhatian akan menjadikan seorang anak tumbuh dengan baik, namun jika orang tua tidak terlalu perduli dengan pola asuh anak, akan membuat seorang anak tumbuh dengan kurang baik. Uraian di atas menjelaskan bahwa pola asuh orang tua sangat penting bagi anak, karena anak akan menjadi cerminan dari orang tua. Pola asuh dapat diartikan seluruh cara perlakuan orang tua yang diterapkan pada anak, bukan ditentukan oleh kebutuhan anak dan kemampuan dari orang tuanya. Wahyuning (2003:126) menyatakan bahwa pengasuhan anak menunjuk kepada pendidikan umum yang diterapkan terhadap anak berupa suatu proses interaksi antara orang tua (pengasuh) dengan anak (yang diasuh). Interaksi tersebut mencakup 6

2 7 perawatan seperti mencukupi kebutuhan makanan, mendorong keberhasilan dan melindung, maupun sosialisasi yaitu mengajarkan tingkah laku umum yang diteriama oleh masyarakat. Fine dalam Wahyuning (2003:126) menyatakan bahwa pengasuhan anak adalah bagian penting dan mendasar, menyiapkan anak untuk menjadi masyarakat yang baik. Pola asuh yang diharapkan ialah pola asuh yang bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan sandang dan pangan anak, melainkan kebutuhan batin seperti perhatian dan dukungan. Pola Asuh dari orang tua adalah sarana atau kapal yang menjadi kendaraan untuk mengkomunikasikan nilai-nilai moral pada anak-anak. Poerwadarminta (2007:66) dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia mengungkapkan bahwa pola asuh adalah sebuah sistem kerja atau bentuk struktur yang tetap, merawat dan mendidik anak atau membimbing, membantu, melatih supaya dapat berdiri sendiri. Hasan (2011:21) mengemukakan bahwa mengasuh anak adalah mendidik dan memelihara anak, seperti mengurus makannya, minumnya, pakaiannya, dan keberhasilannya dalam periode yang pertama sampai dewasa. Sikap orang tua terhadap anak merupakan bentuk pola asuh, seberapa banyak orang tua lebih menggunakan kekuasaan dalam mengasuh anak-anaknya untuk selalu patuh dan tunduk, atau apakah orang tua lebih banyak memberikan kebebasan secara penuh, tidak mengontrol, bahkan acuh tak acuh terhadap perilaku anak. Shochib

3 8 (2010:207) menyatakan bahwa pola asuh orang tua diapresiasi anak sebagai undangan, bantuan, bimbingan dan dorongan untuk membentuknya mengembangkan diri sebagai pribadi yang berkarakter adalah orang tua yang mampu memancarkan kewibawaan pada anak. Rahardjo (2005:32) mengungkapkan bahwa lingkungan keluarga memiliki peran penting dalam pembentukan konsep diri seorang anak. Anastasia dalam Rahardjo (2005:32) menyatakan pendapat bahwa dengan melihat hal tersebut maka sikap orang tua terhadap anak akan sangat menentukan konsep diri anak. Rahman (2014:13) menyatakan bahwa sikap perilaku dan kebiasaan orang tua akan dilihat, dinilai, dan ditiru anak dan secara tidak sadar akan di terima didalam pikiran, sehingga membentuk karakter anak. Definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa orang tua yang menjadi penentu seorang anak akan tumbuh dengan baik dan berkepribadian baik pula. Simpulan dari uraian di atas adalah keluarga merupakan kunci dalam mengasuh dan membimbing anak-anaknya dalam membentuk sifat dan sikap, karena tingkah laku anak merupakan cerminan dari tingkah laku orang tua. Orang tua harus saling bekerja sama dan membentuk pribadi anak. Keluarga yang harmonis akan meghasilkan pengasuhan yang baik bagi anak. Pola asuh yang baik ialah pola asuh yang penuh dengan perhatian, karena pengasuhan orang tua dianggap sebagai bentuk bimbingan bagi anak. Konsep diri anak ditentukan dari bagaimana orang tua mengasuh anak-anaknya.

4 9 Pekerjaan orang tua juga akan mempengaruhi gaya pengasuhan anak, gaya pengasuhan tersebut akan diketahui seberapa disiplin anak berdasarkan pekerjaan orang tua, sebagai contoh pekerjaan Buruh. Orang tua dengan pekerjaan Buruh mempunyai lebih sedikit waktu untuk mengurus anak, hal tersebut dapat berakibat pada anak. Anak akan merasa kurang diperhatikan dan akan mencari perhatian di sekolah atau di lingkungan rumahnya. b. Macam-macam Pola Asuh Orang tua sejatinya tidak bersikap menghukum maupun acuh terhadap anak, seharusnya orang tua menetapkan aturan-aturan dan bersikap hangat terhadap anak. Ormrod (2008:94) mengungkapkan bahwa para peneliti telah mengidentifikasi berbagai macam cara pola asuh orang tua terhadap anak. Baumrind dalam Ormrod menyatakan bahwa pola asuh yang berbeda-beda berhubungan dengan perilaku dan sifat kepribadian yang berbeda-beda pada anak. 1) Pengasuhan Otoritarian Gaya pengasuhan otoritarian merupakan suatu gaya membatasi dan menghukum yang menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua dang menghormati kerja keras mereka. Orang tua yang otoriter bahkan mungkin sering memukul anak, menekan aturan tanpa penjelasan dan selalu menunjukan amarah kepada anak. Santrock (2007:167) mengungkapkan bahwa anak yang tumbuh dengan pengasuhan otoriter sering terlihat tidak

5 10 bahagia, memiliki rasa takut, tidak percaya diri saat dirinya dibandingkan dengan orang lain, tidak mampu memulai aktivitas, dan kemampuan komunikasinya lemah. Anak dengan pola asuh otoriter mungkin berperilaku agresif. Orang tua yang bersikap otoriter menjadi pendorong anak untuk berperilaku agresif. Farrington (Shochib,2010:5) menyatakan bahwa sikap orang tua yang kasar dan keras, perilaku orang tua yang menyimpang, dinginnya hubungan antara anak dengan orang tua dan antara ayah dan ibu, orang tua yang bercerai, serta ekonomi lemah menjadi pendorong utama seorang anak berperilaku agresif. Orang tua harus mengasuh anak dengan gaya pengasuhan yang tidak memberi penekanan kepada anak sehingga anak dapat berperilaku baik di lingkungan maupun di sekolah. Pengasuhan otoritarian memandang penting kontrol dan kepatuhan tanpa syarat. Orang tu mencoba membuat anak menyesuaikan diri dengan serangkaian standar perilaku dan menghukum mereka secara keras atas pelanggaran yang telah dilakukannya. Hale-Benson dalam Ormrod (2008:94) meyatakan bahwa dalam lingkungan keluarga dengan kondisi ekonomi lemah yang serba kekurangan atau lingkungan kumuh yang penuh bahaya di setiap sudutnya. Orang tua mungkin justru akan berbuat kebaikan bagi anak-anaknya dengan menerapkan aturan-aturan yang sangat tegas mengenai aktivitas-aktivitas anaknya.

6 11 Kesimpulan dari pendapat di atas adalah bahwa lingkungan menjadi satu hal yang perlu diperhatikan dalam mengasuh anak, seperti yang telah kita ketahui bahwa lingkungan sangat mempengaruhi perilaku anak. Lingkungan yang baik akan mempengaruhi seseorang berperilaku baik, sebaliknya lingkungan yang tidak baik akan mempengaruhi seseorang berperilaku tidak baik. Simpulan dari uraian di atas ialah bahwa gaya pengasuhan otoritarian merupakan gaya pengasuhan yang tegas terhadap anak mereka. Gaya pengasuhan ini akan membuat anak merasa kurang bahagia dan kurang percaya diri saat berada di lingkungan masyarakat maupun sekolah. Anak juga akan memiliki sifat agresif terhadap orang lain. Anak dapat menjadi disiplin di depan orang tua, namun dapat berperilaku tidak disiplin di belakang orang tua mereka. Sifat agresif tersebut merupakan akibat dari sikap orang tua yang kasar dan keras, sehingga akan membuat suasana dingin antara anak dan orang tua. 2) Pengasuhan Otoritatif Orang tua tipe otoritatif akan menerima dan melibatkan anak sepenuhnya. Gaya pengasuhan ini sering kita sebut sebagai gaya pengasuhan demokratis. Orang tua memberikan kehangatan, bimbingan, dan komunikasi dua arah (Hasan,2011:26). Ormrod (2008:94) mengungkapkan bahwa anak dari orang tua yang

7 12 menggunakan pola asuh otiritatif akan tumbuh dengan baik karena perilaku mereka dianggap ideal. Anak-anak tersebut mampu mendengarkan orang lain dengan hormat, mampu mengikuti aturan saat memasuki masa sekolah, berusaha hidup mandiri, dan berjuang meraih prestasi akademis. Ungkapan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang anak yang tumbuh dengan gaya pengasuhan otoritatif akan tumbuh menjadi seseorang yang berperilaku disiplin. Pengasuhan otoritatif mendorong anak untuk mandiri namun masih menerapkan batas dan kendali pada tindakan mereka. Santrock (2007:167) mengungkapkan bahwa orang tua yang otoritatif menunjukan kesenangan dan dukungan sebagai respons terhadap perilaku kostruktif anak. Papalia (2010:395) menyatakan bahwa orang tua mencintai dan menerima, tetapi juga menuntut perilaku yang baik, dan kokoh dalam mempertahankan standar, dan memiliki keinginan untuk menjatuhkan hukuman yang bijaksana dan terbatas ketika memang hal tersebut dibutuhkan, dalam konteks hubungan yang hangat dan suportif. Simpulan dari uraian di atas ialah bahwa pengasuhan gaya otoritatif merupakan gaya pengasuhan yang paling ideal digunakan oleh orang tua dalam mengasuh anak. Orang tua membawa pengasuhan anak dalam kehangatan sebuah keluarga. Anak dengan gaya pengasuhan otoritatif akan tumbuh baik, anak akan

8 13 menghormati orang lain dan mampu menaati peraturan yang ada. Hukuman yang digunakan dalam pengasuhan tersebut ialah hukuman yang bijaksana bagi anak. Hukuman tersebut akan berdampak baik pada anak saat berada di lingkungan sekolah, anak akan berperilaku disiplin, patuh terhadap guru, saling menghormati dan dapat berprestasi dengan baik. 3) Pengasuhan Permisif Pengasuhan gaya permisif ialah gaya pengasuhan orang tua yang sangat terlibat dalam kehidupan anak, namun tidak terlalu menuntut atau mengontrol anak. Santrock (2007:167) menyatakan bahwa orang tua membiarkan anak melakukan apa yang mereka inginkan, alhasil anak tidak pernah belajar mengendalikan perilakunya sendiri dan selalu berharap mendapatkan keinginannya. Papalia (2010:395) mengungkapkan bahwa orang tua dengan gaya permisif mengomunikasikan tentang keputusan dan kebijakan kepada anak-anak. Anak cenderung menjadi tidak dewasa serta sangat kurang control diri dan eksplorasi, dengan kata lain seorang anak dengan gaya pengasuhan permisif akan tumbuh menjadi anak yank manja, tidak patuh, agresif, kurang mandiri, kurang disiplin, ingin menang sendiri, pemalu dan tidak mudah bergaul. Orang tua dengan pengasuhan permisif akan mendorong anak menjadi agresif dan cenderung tidak percaya diri. Maccoby

9 14 dan Martin dalam Santrock (2002:258) menyatakan bahwa pengasuhan permisif terjadi dalam dua bentuk. Pertama pengasuhan yang permissive-indifferent, ialah suatu gaya pengasuhan orang tua yang sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Kedua pengasuhan yang permissive-indulgent, ialah suatu gaya pengasuhan orang tua yang sangat terlibat dalam kehidupan anak-anak tetapi menetapkan sedikit batas atau kendali terhadap mereka. Simpulan dari uraian di atas ialah bahwa orang tua dengan gaya pengasuhan permisif membebaskan anak dalam melakukan sesuatu yang anak sukai. Anak yang tumbuh dengan gaya pengasuhan tersebut akan cenderung menjadi anak yang manja, akibatnya anak dapat menjadi kurang mandiri, malu dan tidak percaya diri. Anak dengan gaya pengasuhan permisif akan menjadi anak yang acuh, kurang bertanggung jawab, dan berperilaku kurang disiplin. Simpulan uraian di atas ialah bahwa orang tua dalam pengasuhan acuh tak acuh tidak begitu perduli pengasuhan anak. Anak akan bahwa dirinya tidak dipedulikan, hal tersebut dapat membuat anak merasa rendah diri dan bertingkah seperti anak kecil. Anak dengan pengasuhan tersebut biasanya terjadi karena kedua orang tua mereka yang sibuk bekerja, karena itu orang tua tidak mengetahui aktivitas anaknya baik di sekolah maupun di lingkungan rumahnya.

10 15 Maccoby dan Martin dalam Santrock (2007:168) mengungkapkan bahwa keempat klasifikasi pengasuhan tersebut melibatkan kombinasi antara penerimaan dan sikap responsif di satu sisi serta tuntutan dan kendali di sisi. Hart dalam Santrock menyatakan bahwa pengasuhan otoritatif merupakan gaya yang paling ideal, karena: 1) Orang tua yang otoritatif menerapkan keseimbangan yang tepat antara kendali dan otonomi, sehingga member anak kesempatan untuk membentuk kemandirian sembari memberikan standar, batas, dan panduan yang dibutuhkan anak. 2) Orang tua yang otoritatif lebih cenderung melibatkan anak dalam kegiatan memberi dan menerima secara verbal dan memperbolehkan anak mengutarakan pandangan anak. Jenis diskusi keluarga ini membantu anak memahami hubungan sosial dan apa yang dibutuhkan untuk menjadi orang yang berkompeten secara sosial. 3) Kehangatan dan keterlibatan orang tua yang diberikan oleh orang tua yang otoritatif membuat anak lebih bisa menerima pengaruh orang tua. Pola asuh orang tua akan berpengaruh terhadap perilaku disiplin anak di sekolah. Kaitan pola asuh dengan perilaku disiplin anak ialah dapat kita lihat dari cara orang tua mengasuh anak. Orang

11 16 tua memegang peran penting dalam perilaku disiplin siswa yang nantinya akan mempengaruhi proses belajar anak di sekolah. Simpulan dari uraian di atas ialah bahwa pengasuhan otoritatif merupakan gaya pengasuhan yang sangat ideal bagi anak-anak. Anak dengan gaya pengasuhan otoritatif diberikan kesempatan untuk melakukan kemandirian diri, namun dengan batasan tertentu. Pengasuhan otoritatif juga dikenal sebagai pengasuhan demokratis, karena pada pengasuhan tersebut anak dilibatkan dalam diskusi keluarga dan diperbolehkan untuk mengutarakan pendapat yang akan membuat anak lebih berani dan dapat bergaul di lingkungan masyarakat nantinya. 2. Disiplin Anak memerlukan disiplin untuk memenuhi kebutuhan tertentu dalam perkembangannya. Mustari (2014:36) menyatakan bahwa disiplin diperlukan ketika seseorang mempunyai cita-cita. Disiplin adalah kata kunci kemajuan dan kesuksesan, bukan hanya untuk prestasi, jabatan, harta, kemampuan, dan lain-lain. Disiplin juga diperluakan untuk sekedar hobi, terciptanya disiplin harus dari kesadaran anak itu sendiri. Disiplin sangat penting di dalam lingkungan sekolah, karena belajar mengajar dapat berlangsung baik dengan adanya perilaku disiplin dari para penghuninya. Disiplin dan disciple berasal dari kata yang sama, yaitu seorang yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin.

12 17 Orang tua dan guru merupakan pemimpin dan anak merupakan murid yang belajar dari orang tua dan guru untuk hidup yang berguna dan bahagia. Disiplin merupakan cara masyarakat mengajarkan anak perilaku moral (Hurlock,1978:82). Orang tua tidak mau cukup berusaha untuk menanamkan disiplin, hal tersebut akan membuat hubungan orang tua dengan anak sulit dan tidak menyenangkan. Disiplin diperlukan untuk menjamin bahwa anak akan menganut standar yang ditetapkan masyarakat dan yang harus dipatuhi anak. Kemendiknas (2010:33) berpendapat bahwa disiplin merupakan tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Hurlock (1987:84) terdapat empat unsur pokok disiplin yaitu: peraturan sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam peraturan tersebut dan dalam cara yang digunakan untuk mengajarkan dan memaksakannya, hukuman untuk pelanggaran peraturan, dan penghargaan untuk perilaku yang baik yang sejalan dengan peraturan yang berlaku. Disiplin menurut Zuriah (2008:69) ialah sikap dan perilaku sebagai cerminan dan ketaatan, kepatuhan, ketertiban, kesetiaan, ketelitian, dan keteraturan perilaku seseorang terhadap norma dan aturan yang berlaku. Simpulan dari uraian di atas ialah bahwa disiplin merupakan suatu hal yang penting bagi seorang anak. Disiplin sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari seperti disiplin mandi, disiplin makan, disiplin tidur. Sikap disiplin seseorang dapat dibentuk, tergantung cara orang tua mereka menerapkan perilaku disiplin pada anak-anaknya. Orang tua seringkali

13 18 memanjakan anak, sehingga hal tersebut dapat membuat anak tumbuh menjadi kurang disiplin. Hurlock (1987:92) berpendapat bahwa ada tiga cara menanamkan disiplin yaitu: a) Cara Mendisiplin Otoriter Teknik cara mendisiplin otoriter ialah mencakup hukuman yang berat bila terjadi kegagalan memenuhi standar dan sedikit, atau sama sekali tidak ada persetujuan, pujian atau tanda-tanda penghargaan lainnya bila anak memenuhi standar yang diharapkan. Disiplin otoriter selalu berarti mengendalikan melalui kekuatan eksternal dalam bentuk hukuman, terutama hukuman badan. b) Cara Mendisiplin Permisif Disiplin permisif berarti sedikit disiplin atau tidak berdisiplin. Disiplin permisif biasanya tidak membimbing anak ke pola perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman. Orang tua menganggap kebebasan sama dengan laissez-faire, membiarkan anak meraba-raba dalam situasi yang tersulit untuk ditanggulangi oleh anak itu sendiri tanpa bimbingan atau pengendalian. c) Cara Mendisiplin Demokratis Disiplin cara demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan. Penjelasan seperti saat anak melanggar peraturan atau berbuat kesalahan, orang tua mengingatkan konsekuensi atau

14 19 mengingatkan anak kepada aturan-aturan yang telah anak buat dengan orang tua. Diskusi seperti melibatkan anak saat orang tua membuat aturan dan penerapan aturan tersebut, misalnya bertanya apa yang anak inginkan jika prestasinya meningkat dan apa hukuman yang akan anak terima jika prestasinya menurun. Penalaran seperti saat melarang anak melakukan sesuatu orang tua harus menyertakan alasan yang mudah diterima anak, misalnya Kamu tidak boleh menonton TV lagi, karena sekarang waktunya belajar. Metode ini lebih menekankan aspek edukatif dari disiplin dari pada aspek hukumannya. Disiplin demokratis menggunakan hukuman dan penghargaan, dengan penekanan yang lebih besar pada penghargaan. Hukuman tidak pernah keras dan biasanya tidak berbetuk hukuman badan. Tiga cara mendisiplin di atas dapat diketahui bahwa peran pola asuh orang tua sangat penting. Orang tua dituntut untuk dapat mengawasi dan membimbing anak mereka. Orang tua harus senantiasa mengawasi perilaku anak terlebih lagi perilaku disiplin di sekolah, lingkungan, dan rumah. Pola asuh sangat berperan penting dalam perkembangan perilaku disiplin anak, semakin baik pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anak, semakin baik pula perilaku disiplin anak di sekolah. Simpulan dari uraian di atas ialah bahwa terdapat tiga cara mendisiplin yaitu cara mendisiplin otoriter, cara mendisiplin permisif, dan cara mendisiplin demokratis. Disiplin otoriter ialah disiplin yang dikendalikan orang tua dalam bentuk hukuman dan paksaan. Disiplin

15 20 permisif ialah bentuk disiplin yang memberikan kebebasan kepada anak untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Disiplin demokratis ialah disiplin dengan menggunakan diskusi dalam penyelesaiannya, penghargaan lebih diutamakan pada didiplin demokratis. 3. Prestasi Belajar Anak sangat membutuhkan bimbingan dan dukungan orang tua untuk meningkatkan prestasi belajarnya di sekolah. Hasan (2011:20) mengungkapkan bahwa orang tua yang berperan dalam pendidikan, anak akan menunjukan peningkatan prestasi belajar, diikuti dengan perbaikan sikap, kedisiplinan, stabilitas sosioemosional. Arifin ( 2013: 12) menjelaskan bahwa prestasi berasal dari bahasa Belanda prestatie, yang kemudian dalam bahasa Indonesia di artikan menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadaminta,1976:768) ialah prestasi diartikan sebagai hasil yang telah di capai, sedangkan belajar di artikan sebagai berusaha supaya mendapatkan sesuatu kepandaian. Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar di peroleh oleh seseorang setelah ia melakukan sebuah uasaha yaitu belajar. Prestasi seseorang bergantung dari cara orang tua mendidik anak. Prestasi belajar yang baik dapat tercermin dari seberapa disiplin seseorang dalam mempelajari suatu mata pelajaran. Arifin (2013:12) menjelaskan bahwa prestasi belajar merupakan hal yang penting untuk dibahas, karena mempunyai beberapa fungsi utama, seperti:

16 21 1) Prestasi belajar sebagai indicator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik. 2) belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indicator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat. 5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran. Fungsi di atas menjelaskan bahwa sangat penting bagi kita untuk memahami prestasi belajar seorang anak, karena prestasi belajar tidak hanya digunakan sebagai indikator keberhasilan bidang studi saja, tetapi juga sebagai indikator kualitas intitusi pendidikan. Prestasi belajar ini sangat bermanfaat bagi guru sebagai umpat balik dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Orang tua dan guru harus selalu berdampingan dalam meningkatkan prestasi belajar anak. Hamdani (2011:139) menyebutkan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Faktor tersebut ialah faktor internal dan eksternal. Faktor internal ialah faktor yang berasal

17 22 dari dalam diri siswa tersebut, seperti kecerdasan, faktor jasmaniah, sikap, minat dan bakat siswa. Faktor eksternal ialah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor eksternal di bagi menjadi dua bagian yaitu lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. Lingkungan sosial berupa guru, kepala sekolah, teman sekelas, rumah, alat belajar dan lain sebagainya. Sedangkan lingkungan nonsosial berupa gedung, tempat tinggal dan waktu belajar. Slameto dalam Hamdani (2011:143), menjelaskan bahwa faktor ekstern yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat. Terlihat dari uraian di atas bahwa keluarga dalam hal ini orang tua, dapat mempengaruhi prestasi belajar anak di bidang akademik. Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama bagi anak. Keluarga yang harmonis dapat membantu keberhasilan proses belajar anak. Anak akan merasa nyaman sehingga dapat membuat anak terdorong untuk lebih disiplin belajar, karena itu orang tua harus benar-benar memperhatikan pola asuh terhadap anak mereka. Pola asuh yang baik dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk dapat bersikap disiplin dalam segala hal. B. PENELITIAN YANG RELEVAN Beberapa penelitian tentang pola asuh telah dilakukan, diantaranya: Rahardjo (2005) tentang Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Prestasi Belajar dengan Konsep Diri pada Siswa SD Al-Irsyad I Purwokerto. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dan prestasi belajar dengan konsep diri siswa SD Al-Irsyad 1 Purwokerto. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil uji-t = -2,596 dengan p = 0,010 dan

18 23 product moment r = 0,618 dengan p = 0,000. Diperoleh data ada dua jenis pola asuh dominan yaitu 80 siswa mendapatkan nol pola asuh demokratis (58%) dan 58 siswa (42%) mendapatkan pola asuh yang tak terbedakan(campuran). Penelitian lain oleh Rahmania dan Putra (2006) tentang Hubungan Antara Persepsi terhadap Pola Asuh Otoriter Orang tua dengan Kecenderungan Pemalu (Shynes) pada Remaja Awal, dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan antara persepsi terhadap pola asuh otoriter orang tua dengan kecenderungan pemalu (shynes). Kedua variabel tersebut memiliki korelasi yang positif, yang artinya semakin besar persepsi remaja awal terhadap pola asuh orang otoriter orang tua maka akan semakin besar pula kecenderungan shyness yang akan mereka alami. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lainnya ialah, jika dalam penelitian Rahmania dan Putra ditemukan adanya hubungan antara persepsi terhadap pola asuh otoriter orang tua terhadap kecenderungan pemalu. Sedangkan pada penelitian Rahardjo ditemukan dua jenis pola asuh yang dominan yaitu pola asuh demokratis dan pola asuh terbedakan, pada penelitian ini akan dicari pengaruh pola asuh orang tua terhadap kedisiplinan dan prestasi belajar siswa. C. KERANGKA PIKIR Orang tua memainkan peran penting dalam upaya membentuk kepribadian anak. Keluarga yang bahagia merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perkembangan para anak. Fungsi dasar keluarga adalah memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang. Yusuf (2010:37)

19 24 menyatakan bahwa orang tua bertanggung jawab untuk memberikan asuhan yang baik bagi anak. Pola asuh menurut Wiwit (2003:126) ialah seluruh cara perlakuan orang tua yang diterapkan pada anak. Orang tua mempunyai peranan sangat penting bagi tumbuh kembangnya anak sehingga menjadi seorang pribadi yang sehat, cerdas, terampil, mandiri, dan berakhlak mulia. Pengasuhan anak menunjuk kepada pendidikan umum yang diterapkan pengasuhan terhadap anak berupa suatu proses interaksi antara orang tua (pengasuh) dengan anak (yang diasuh). Interaksi tersebut mencakup perawatan seperti mencukupi kebutuhan makanan, mendorong keberhasilan dan melindung, maupun sosialisasi yaitu mengajarkan tingkah laku umum yang diteriama oleh masyarakat. Pengasuhan anak menurut Fine dalam Wiwit (2003:126) merupakan bagian penting dan mendasar, menyiapkan anak untuk menjadi masyarakat yang baik. Peranan orang tua bagi pendidikan anak di sekolah adalah memberikan dasar pendidikan, sikap, dan keterampilan dasar, seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, perilaku disiplin, estetika, kasih saying, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan, dan menanamkan kebiasaankebiasaan. Hasan (2011:20) mengungkapkan bahwa orang tua yang berperan dalam pendidikan, anak akan menunjukan peningkatan prestasi belajar, diikuti dengan perbaikan sikap, kedisiplinan, stabilitas sosioemosional. Disiplin merupakan sikap yang semestinya dimiliki seorang anak dalai kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun di rumah. Sikap disiplin dapat di bentuk sejak dini pada anak. Sikap disiplin juga di perlukan anak dalam prestasi belajarnya di sekolah. Prestasi belajar siswa di dapatkan setelah siswa

20 25 melakukan sebuah usaha yaitu belajar. Belajar tidak dapat meningkatkan prestasi belajar apabila belajar tersebut tidak dilakukan secara disiplin. Adapun skema kerangka berpikir yang peneliti rumuskan sebagai berikut: POLA ASUH ORANG TUA (X) KEDISIPLINAN (Y1) PRESTASI BELAJAR SISWA (Y2) Gambar 2.1 Kerangka Pikir D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap kedisiplinan siswa kelas VA SD Negeri Pangebatan. 2. Terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar siswa kelas VA SD Negeri Pangebatan. 3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap kedisiplinan siswa kelas VA SD Negeri Pangebatan. 4. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar siswa kelas VA SD Negeri Pangebatan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Definisi Pengasuhan adalah kegiatan kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh anak (Darling,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya diri dalam beberapa situasi, dan ketakutan dalam situasi lainnya, merasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kunci peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah hal yang perlu diperhatikan lagi di negara ini. Pendidikan juga dibuat oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah 1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Berprestasi 2.1.1. Pengertian Motivasi Berprestasi Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi adalah penting karena dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua adalah komponen keluarga yang di dalamnya terdiri dari ayah dan ibu, dan

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua adalah komponen keluarga yang di dalamnya terdiri dari ayah dan ibu, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang tua adalah komponen keluarga yang di dalamnya terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan sah yang dapat membentuk sebuah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. dengan hukuman menurut konsep ini, disiplin digunakan hanya bila anak

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. dengan hukuman menurut konsep ini, disiplin digunakan hanya bila anak 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1. Pengertian Disiplin BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS Menurut Hurlock. (1999: 82) Konsep populer dari disiplin adalah sama dengan hukuman menurut konsep ini, disiplin digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Formal Ibu 1. Pengertian Ibu Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada pada diri anaknya dalam hal mengasuh, membimbing dan mengawasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Siswa 1. Pengertian Siswa Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses di dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualiatas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam pasal 1, butir 14 bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Prestasi Belajar Siswa dengan Pola Asuh Otoriter. Berdasarkan hasil penelitian terhadap siswa yang mengalami

BAB V PEMBAHASAN. A. Prestasi Belajar Siswa dengan Pola Asuh Otoriter. Berdasarkan hasil penelitian terhadap siswa yang mengalami BAB V PEMBAHASAN A. Prestasi Belajar Siswa dengan Pola Asuh Otoriter Berdasarkan hasil penelitian terhadap siswa yang mengalami kecenderungan pola asuh otoriter sebanyak 16 orang diperoleh hasil skor minimum

Lebih terperinci

BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI TK PELITA BANGSA

BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI TK PELITA BANGSA BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI TK PELITA BANGSA 4.1. Faktor Penghambat dan Pendukung dalam Proses Bimbingan

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MOTIVASI ANAK UNTUK BERSEKOLAH DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MOTIVASI ANAK UNTUK BERSEKOLAH DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG Irma Rostiani, Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Motivasi Anak untuk Bersekolah HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MOTIVASI ANAK UNTUK BERSEKOLAH DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia saat ini sedang menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang berkualitas. Maka untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan belajar dalam keluarga adalah merupakan lingkungan belajar yang pertama bagi anak untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan belajar dalam keluarga adalah merupakan lingkungan belajar yang pertama bagi anak untuk mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan belajar dalam keluarga adalah merupakan lingkungan belajar yang pertama bagi anak untuk mendapatkan berbagai hal, berperan memberikan warna dalam pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan dasar yang penting untuk kemajuan bangsa, karena dengan adanya pendidikan sebuah bangsa akan mencapai kemajuan, baik dalam pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal

I. PENDAHULUAN. pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan dan sangat menentukan bagi perkembangan serta kualitas diri individu dimasa

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AGRESIFITAS ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KARTIKA 1-61 PADANG

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AGRESIFITAS ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KARTIKA 1-61 PADANG 1 HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AGRESIFITAS ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KARTIKA 1-61 PADANG Yozi Dwikayani* Abstrak- Masalah dalam penelitian ini yaitu banyaknya orang tua murid TK Kartika 1-61 Padang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kedisiplinan pada anak usia prasekolah 1. Pengertian Disiplin merupakan cara orang tua mengajarkan kepada anak tentang perilaku moral yang dapat diterima kelompok. Tujuan utamanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self regulated learning. (Najah, 2012) mendefinisikan self regulated learning adalah proses aktif dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self regulated learning. (Najah, 2012) mendefinisikan self regulated learning adalah proses aktif dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Self regulated learning 1. Pengertian Self regulated learning Menurut Zimmerman dan Martinez-Pons (1990) self regulated learning adalah tingkatan dimana partisipan secara aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin

BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedisiplinan sangat penting diterapkan dalam lembaga pendidikan dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Keluarga merupakan salah satu panutan utama dalam penanaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kematangan Emosi Chaplin (2011) mengartikan kematangan (maturation) sebagai: (1) perkembangan, proses mencapai kemasakan/usia masak, (2) proses perkembangan, yang dianggap berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang giatgiatnya membangun. Agar pembangunan ini berhasil dan berjalan dengan baik, maka diperlukan partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial

BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah perkembangan (developmental) merupakan bagian dari masalah psikologi. Masalah ini menitik beratkan pada pemahaman dan proses dasar serta dinamika perilaku

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) menyatakan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi mendefinisikan perkembangan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Kedisiplinan sangat penting diterapkan dalam lembaga pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Kedisiplinan sangat penting diterapkan dalam lembaga pendidikan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kedisiplinan sangat penting diterapkan dalam lembaga pendidikan dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin yang dimiliki siswa akan membantu siswa itu sendiri dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan kebiasaan-kebiasaan dan pengulangan kegiatan secara rutin dari hari ke hari. Di dalam kegiatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia pendidikan, kini orangtua semakin memiliki banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk mendaftarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Segala sesuatu untuk meraih kesuksesan memerlukan proses dan proses yang terjadi disebut proses belajar (Slameto 2010: 1). Menurut Mahmud (2010: 61), belajar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya manusia. Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah tapi di rumah dan di lingkungan sosial, bahkan sekarang ini peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia pendidikan di Indonesia secara tidak langsung menuntut guru atau dosen untuk selalu mengembangkan keterampilan dan pola pikir.

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Data yang disajikan dalam penelitian ini merupakan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi atau pengamatan langsung terhadap bimbingan beragama dalam

Lebih terperinci

GAMBARAN POLA ASUH ORANGTUA PADA ANAK PENYANDANG EPILEPSI USIA BALITA DI POLIKLINIK ANAK RSUP.PERJAN DR. HASAN SADIKIN BANDUNG.

GAMBARAN POLA ASUH ORANGTUA PADA ANAK PENYANDANG EPILEPSI USIA BALITA DI POLIKLINIK ANAK RSUP.PERJAN DR. HASAN SADIKIN BANDUNG. GAMBARAN POLA ASUH ORANGTUA PADA ANAK PENYANDANG EPILEPSI USIA BALITA DI POLIKLINIK ANAK RSUP.PERJAN DR. HASAN SADIKIN BANDUNG Dyna Apriany ABSTRAK Usia balita merupakan masa-masa kritis sehingga diperlukan

Lebih terperinci

PERAN KELUARGA STRATEGIS DAN KRUSIAL

PERAN KELUARGA STRATEGIS DAN KRUSIAL PERAN KELUARGA STRATEGIS DAN KRUSIAL Belum memiliki budi pekerti tertentu, belum memiliki bentuk jiwa yang tetap dan masih bersifat global. Anak masih mudah menerima pengaruh dari lingkungan POTENSI KELUARGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Disiplin memiliki arti penting bagi setiap individu yang bertujuan atau ingin mencapai sesuatu. Sebagai contoh, individu yang ingin menjadi juara kelas, juara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai warga negara yang baik perlu mengembangkan diri. Apa lagi saat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai warga negara yang baik perlu mengembangkan diri. Apa lagi saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, untuk itu sebagai warga negara yang baik perlu mengembangkan diri. Apa lagi saat ini perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebab melalui pendidikan diharapkan dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berguna kelak di kemudian hari.sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berguna kelak di kemudian hari.sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang saat ini menjadi kebutuhan utama bagi seorang individu, dan pendidikan dapat diperoleh dari mana saja antara lain keluarga

Lebih terperinci

PERANAN ORANGTUA DALAM MENANAMKAN DISIPLIN ANAK USIA DINI. DAMAIWATY RAY Dosen PG PAUD FIP Unimed

PERANAN ORANGTUA DALAM MENANAMKAN DISIPLIN ANAK USIA DINI. DAMAIWATY RAY Dosen PG PAUD FIP Unimed PERANAN ORANGTUA DALAM MENANAMKAN DISIPLIN ANAK USIA DINI DAMAIWATY RAY Dosen PG PAUD FIP Unimed Email : damaiwaty@gmail.com ABSTRAK Salah satu aspek yang penting yang harus di bentuk dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan kearah yang lebih baik tetapi perubahan ke arah yang semakin buruk pun terus berkembang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Disiplin Belajar Belajar ialah berusaha atau berlatih supaya mendapat suatu kepandaian (Poerwadarminta, 2007: 121). Belajar menurut Slameto (2010:2) merupakan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini ingin mengetahui gambaran pola asuh yang diberikan oleh orang tua pada remaja yang melakukan penyalahgunaan narkoba. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Anak

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Anak BAB II KAJIAN TEORI 1. Definisi Anak Mansur (2007) menyatakan bahwa anak sebagai tanaman yang tumbuh, sehingga peran pendidik dan orang tua adalah sebagai tukang kebun dan sekolah merupakan rumah kaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara berpikir remaja mengarah pada tercapainya integrasi dalam hubungan sosial (Piaget dalam Hurlock, 1980).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk perilaku sosial anak menjadi lebih baik dan berakhlak.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk perilaku sosial anak menjadi lebih baik dan berakhlak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas dan kewajiban orang tua bukan hanya memberikan kewajiban secara jasmani anak melainkan juga secara rohani yaitu dengan memberikan pendidikan akhlak yang baik,yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sesuai dengan moral dan cara hidup yang diharapkan oleh ajaran

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sesuai dengan moral dan cara hidup yang diharapkan oleh ajaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Agama merupakan faktor penting yang dapat membimbing manusia agar berperilaku sesuai dengan moral dan cara hidup yang diharapkan oleh ajaran agama yang dianut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh

I. PENDAHULUAN. yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh I. PENDAHULUAN A..Latar Belakang Keluarga sebagai kelompok masyarakat terkecil terbentuk oleh ikatan dua orang dewasa yang berlainan jenis kelamin, wanita dan pria serta anak-anak yang mereka lahirkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana guru mengajar, berperilaku dan bersikap memiliki pengaruh terhadap siswanya (Syah, 2006). Biasanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kanak-kanak awal biasanya dikenal dengan masa prasekolah. Pada usia ini, anak mulai belajar memisahkan diri dari keluarga dan orangtuanya untuk masuk dalam lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah.

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian anak dalam hal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Percaya Diri 1. Pengertian Percaya Diri Masalah dengan percaya diri hampir dialami oleh setiap individu dari usia remaja hingga dewasa. Percaya diri merupakan hal yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia membutuhkan manusia berkompeten untuk mengolah kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri, disiplin, jujur, berani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Keluarga adalah tempat pertama bagi anak belajar mengenai segala hal yang ada dalam kehidupan. Orang tua berperan penting dalam perkembangan anak dan memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis 1. Tinjauan Pola Asuh Orang Tua a. Pengertian Orang Tua Orang tua didalam kehidupan keluarga mempunyai posisi sebagai kepala keluarga atau pemimpin rumah tangga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertama-tama dari orang tua (keluarga) dan anggota keluarga lainnya. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. pertama-tama dari orang tua (keluarga) dan anggota keluarga lainnya. Oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam keluarga merupakan dasar bagi pendidikan anak selanjutnya, atau dapat pula dikatakan bahwa keluarga merupakan peletak dasar bagi pendidikan yang pertama

Lebih terperinci

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT Dwi Retno Aprilia, Aisyah Program Studi PGPAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia tingkat kenakalan yang dilakukan remaja akhir-akhir ini sudah melebihi batas dan mulai meresahkan para orang tua.banyak remaja, yang masihduduk dibangku

Lebih terperinci

POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN

POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN Dewi Sartika Panjaitan*, Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka 147 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan: a. Remaja kelas XII SMA PGII 1 Bandung tahun ajaran 2009/2010

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK DI RA/BA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 / 2011 SKRIPSI

HUBUNGAN POLA ASUH TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK DI RA/BA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 / 2011 SKRIPSI HUBUNGAN POLA ASUH TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK DI RA/BA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 / 2011 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun. Anak usia dini merupakan sumber daya manusia yang sangat penting dan berpotensi tinggi untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN A. Analisis Tujuan Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga Nelayan di Desa Pecakaran Kec. Wonokerto.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disiplin diri pada anak. Lingkungan keluarga merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. disiplin diri pada anak. Lingkungan keluarga merupakan salah satu lembaga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Orang tua memiliki peranan penting dalam meletakkan dasar-dasar disiplin diri pada anak. Lingkungan keluarga merupakan salah satu lembaga pengembang tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap tidak sopan dan tidak bertanggung jawab terhadap tindakannya. Hal ini bisa dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki tujuan untuk menyiapkan peserta didik yang beriman, bertakwa, kreatif dan inovatif serta berwawasan keilmuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, agar berlangsung tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, agar berlangsung tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak didik sebagai generasi penerus bangsa, sejak dini harus dikenalkan dengan nilai-nilai yang mengatur kehidupan manusia, yang berguna bagi dirinya masing-masing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kita ketahui bahwa keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kita ketahui bahwa keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kita ketahui bahwa keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama bagi seorang anak. Anak berkedudukan sebagai anak didik dalam sebuah keluarga. Dasar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sebelumnya yang Relevan Penelitian tentang nilai-nilai moral sudah pernah dilakukan oleh Lia Venti, dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan seseorang baik dalam lingkungan masyarakat dan bangsa. kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini sering disebut anak prasekolah, memiliki masa peka dalam perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespons

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hindam, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hindam, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri, melainkan senantiasa hidup dan bergaul dengan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 55 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Bab IV mendeskripsikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hasil penelitian. Baik dengan rumusan masalah penelitian, secara berurutan

Lebih terperinci

Remaja Pertengahan (15-18 Tahun)

Remaja Pertengahan (15-18 Tahun) Pertemuan Orang Tua Masa perkembangan setelah masa anak-anak dan menuju masa dewasa, yang meliputi perkembangan fisik, kognitif, emosi, sosial, moral, dan kesadaran beragama. REMAJA Batasan Usia Remaja

Lebih terperinci

POLA PENGASUHAN ANAK DALAM KELUARGA OLEH : ADE JUWAEDAH. Abstrak

POLA PENGASUHAN ANAK DALAM KELUARGA OLEH : ADE JUWAEDAH. Abstrak POLA PENGASUHAN ANAK DALAM KELUARGA OLEH : ADE JUWAEDAH Abstrak Kontrol belajar pada implementasi pendidikan praktis di rumah, terutama untuk anak usia dini dan usia sekolah seyogiyanya ada di bawah kendali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pola Asuh Orangtua a. Pengertian Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola memiliki arti cara kerja, sistem dan model, dan asuh memiliki arti menjaga atau merawat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia, khususnya dalam setiap dunia pendidikan, sehingga tanpa belajar tak pernah ada pendidikan. Belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun Dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun Dalam Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam konteks kenegaraan, penyelenggaraan pendidikan diatur dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun 2004. Dalam Undang-Undang tersebut, pendidikan diartikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis profil keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten

Lebih terperinci

PERBEDAAN KONSEP DIRI NEGATIF ANTARA REMAJA YANG SEKOLAH DAN REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH. Nurul Uliyah Fakultas Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan

PERBEDAAN KONSEP DIRI NEGATIF ANTARA REMAJA YANG SEKOLAH DAN REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH. Nurul Uliyah Fakultas Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan Jurnal Psikologi September 2014, Vol. II, No. 2, hal 80-88 PERBEDAAN KONSEP DIRI NEGATIF ANTARA REMAJA YANG SEKOLAH DAN REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH Nurul Uliyah Fakultas Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak memiliki potensi yang harus dikembangkan. Anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Anak memiliki potensi yang harus dikembangkan. Anak memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak memiliki potensi yang harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan yang dia lihat. Istilah yang sering didengar yaitu chidren see children

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan yang dia lihat. Istilah yang sering didengar yaitu chidren see children BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah titipan yang Maha Kuasa kepada setiap orang tua yang sudah diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk menjaganya. Anak akan senantiasa mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa sekolah. Masa ini disebut juga masa kanak-kanak awal, terbentang usia 3-6

BAB 1 PENDAHULUAN. masa sekolah. Masa ini disebut juga masa kanak-kanak awal, terbentang usia 3-6 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak prasekolah merupakan anak usia dini dimana anak belum menginjak masa sekolah. Masa ini disebut juga masa kanak-kanak awal, terbentang usia 3-6 tahun. Pada masa

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. Ibtidaiyah (MI) Sekecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. Ibtidaiyah (MI) Sekecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek 1 BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN a.i.a. Pengaruh pola asuh terhadap di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sekecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek Ada pengaruh yang positif signifikansi pola asuh terhadap prestasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif 1. Pengertian Perilaku Konsumtif Menurut Schiffman & Kanuk (2004), konsumen yang melakukan pembelian dipengaruhi motif emosional seperti hal-hal yang bersifat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja. yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja. yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepercayaan Diri 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja a. Pengertian Kepercayaan Diri Salah satu aspek kepribadian yang menunjukkan sumber daya manusia yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci