PENGGUNAAN PANCING LINGKAR (CIRCLE HOOK) PADA RAWAI TUNA (TUNA LONG LINE) UNTUK MENGURANGI HASIL TANGKAPAN PENYU DI PERAIRAN SELATAN BALI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *)

BEBERAPA JENIS IKAN BAWAL (Angel fish, BRAMIDAE) YANG TERTANGKAP DENGAN RAWAI TUNA (TUNA LONG LINE) DI SAMUDERA HINDIA DAN ASPEK PENANGKAPANNYA

SEBARAN LAJU PANCING RAWAI TUNA DI SAMUDERA HINDIA DISTRIBUTION OF THE HOOK RATE OF TUNA LONGLINE IN THE INDIAN OCEAN

Alat bantu Gill net Pengertian Bagian fungsi Pengoperasian

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN (BY CATCH) TUNA LONG LINE DI PERAIRAN LAUT BANDA

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

PENGARUH PERBEDAAN UMPAN DAN WAKTU SETTING RAWAI TUNA TERHADAP HASIL TANGKAPAN TUNA DI SAMUDERA HINDIA

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

Alat Tangkap Longline

PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA DI LAUT BANDA YANG BERBASIS DI KENDARI

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA

Gambar 2. Konstruksi pancing ulur Sumber : Modul Penangkapan Ikan dengan Pancing Ulur

TEKNIK PENGOPERASIAN HUHATE (POLE AND LINE) DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPANNYA DI LAUT SULAWESI

PERIKANAN TUNA YANG BERBASIS DI KENDARI, SULAWESI TENGGARA

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

Lampiran 1 Peta PPN Palabuhanratu

KARAKTERISTIK JARING CANTRANG YANG DIOPERASIKAN DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

DRAFT KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PRODUKTIVITAS KAPAL PENANGKAP IKAN

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH LAMA SETTING DAN JUMLAH PANCING TERHADAP HASIL TANGKAPAN RAWAI TUNA DI LAUT BANDA

KONSTRUKSI DAN PRODUKTIVITAS RUMPON PORTABLE DI PERAIRAN PALABUHANRATU, JAWA BARAT

DRAFT KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PRODUKTIVITAS KAPAL PENANGKAP IKAN

PERIKANAN PANCING ULUR TUNA DI KEDONGANAN, BALI

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

Program Bycatch: Pengembangan Teknologi Mitigasi


PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

SPESIES TERKAIT EKOLOGI DALAM AKTIVITAS PENANGKAPAN HIU OLEH NELAYAN ARTISANAL TANJUNG LUAR

ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DAN KOMPOSISI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN DI SEKITAR PULAU BENGKALIS, SELAT MALAKA

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

Fishing Technology: Longline. Ledhyane Ika Harlyan

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

PENGARUH PENGGUNAAN MATA PANCING GANDA PADA RAWAI TEGAK TERHADAP HASIL TANGKAPAN LAYUR

KEDALAMAN LAPISAN RENANG TUNA (Thunnus sp.) YANG TERTANGKAP OLEH RAWAI TUNA DI SAMUDERA HINDIA SATRIA AFNAN PRANATA

TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN TUNA DENGAN ALAT TANGKAP PANCING ULUR DI LAUT BANDA OLEH NELAYAN AMBON (PROVINSI MALUKU)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2.2 Musim

I. PENDAHULUAN. dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Malang Jawa

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Oleh : Rodo Lasniroha, Yuniarti K. Pumpun, Sri Pratiwi S. Dewi. Surat elektronik :

JENIS DAN DISTRIBUSI UKURAN IKAN HASIL TANGKAP SAMPINGAN (BY CATCH) RAWAI TUNA YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN BENOA BALI

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TEKNOLOGI ALAT PENANGKAPAN IKAN PANCING ULUR (HANDLINE) TUNA DI PERAIRAN LAUT SULAWESI BERBASIS DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 548/MPP/Kep/7/2002 TANGGAL 24 JULI 2002 TENTANG

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

Peneliti pada Balai Penelitian Perikanan Laut, Muara Baru Jakarta 2)

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KARAKTERISTIK PANCING TEGAK YANG DIOPERASIKAN DI PERAIRAN BANGKA BELITUNG

MODUL MERAKIT RAWAI TUNA

BAB III BAHAN DAN METODE

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN ALAT CANTRANG DI PERAIRAN TELUK JAKARTA

2 TINJAUAN PUSTAKA. Sumber: Gambar 1 Ikan tuna sirip kuning ( Thunnus albacares)

ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN DAN KOMPOSISI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN PANCING ULUR NELAYAN TANJUNG PINANG DI LAUT CINA SELATAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Ikan Sebelah. Manyung 1 680,00 0,00 232,00 0,00 292,00 385,00 0,00 218,00 0,00 253,00 37,00 0,00 209,00 23,00 314,00 31,00 0,00 32,00 0,00 31,00

BAB I PENDAHULUAN. di udara, darat, maupun laut. Keanekaragaman hayati juga merujuk pada

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENANGKAPAN IKAN

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

SISTEM BAGI HASIL USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BUNGUS KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT. Oleh

PENGARUH JARAK TALI CABANG PADA ALAT TANGKAP PANCING RAWAI DASAR TERHADAP HASIL TANGKAP IKAN DASAR DI PERAIRAN SELAT MADURA

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

HASIL TANGKAP SAMPINGAN (BYCATCH) KAPAL RAWAI TUNA DI SELATAN PULAU JAWA YANG BERBASIS DI PPS CILACAP DAN PPN PALABUHANRATU DEWI KUSUMANINGRUM

EVALUASI ASPEK SOSIAL KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN TUNA (THUNNUS SP) OLEH NELAYAN DESA YAINUELO KABUPATEN MALUKU TENGAH

DESKRIPSI ALAT TANGKAP IKAN DI KECAMATAN BONTOMANAI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

STUDI PEMANFAATAN TEKNOLOGI RUMPON DALAM PENGOPERASIAN PURSE SEINE DI PERAIRAN SUMATERA BARAT. Oleh : Universitas Bung Hatta Padang

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi

BAB III BAHAN DAN METODE

Ketaatan Kapal Penangkap Jaring Insang di Laut Arafura yang Berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

4 HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDEKATAN KARAKTERISTIK KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DAN DATA VMS DALAM PENANGGULANGAN IUU FISHING PADA PERIKANAN RAWAI TUNA RAHMAN HAKIM PURNAMA

KAPAL IKAN PURSE SEINE

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis

TINJAUAN PUSTAKA. jenis merupakan sumber ekonomi penting (Partosuwiryo, 2008).

Perbandingan hasil tangkapan tuna hand line dengan teknik pengoperasian yang berbeda di Laut Maluku

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

DAERAH PENANGKAPAN IKAN TUNA (Thunnus sp.) DI SANGIHE, SULAWESI UTARA

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

IV. KONDISI UMUM PRODUKSI IKAN LAUT TANGKAPAN DI WILAYAH UTARA JAWA BARAT

Transkripsi:

Penggunaan Pancing Lingkar (Circle Hook)... di Perairan Selatan Bali (Sawon) PENGGUNAAN PANCING LINGKAR (CIRCLE HOOK) PADA RAWAI TUNA (TUNA LONG LINE) UNTUK MENGURANGI HASIL TANGKAPAN PENYU DI PERAIRAN SELATAN BALI Sawon Teknisi Litkayasa pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta Teregistrasi I tanggal: 23 Juli 2008; Diterima setelah perbaikan tanggal: 2 Juli 2008; Disetujui terbit tanggal: 25 Juli 2008 PENDAHULUAN Penggunaan pancing lingkar (circle hook) tidak menurunkan hasil tangkapan secara signifikan, sedangkan burung laut dan mamalia laut sangat sedikit berinteraksi dengan rawai tuna di perairan Indonesia. Semakin langka populasi hewan yang dilindungi bukan saja di darat, di laut pun demikian. Penangkapan secara liar atau tak terkendali menjadi penyebab dari kepunahan satwa langka. Hewan yang dilindungi antara lain, mamalia laut sejenis lumba-lumba, hiu, penyu, paus, burung laut, dan lain-lain. Benoa yang merupakan bagian dari Propinsi Bali secara geografis, terletak pada posisi 08 5 LS dan 5 2 BT. Perairan Benoa Bali, merupakan salah satu wilayah penyebaran jenis-jenis ikan pelagis dan demersal, seperti ikan layang (Decapterus spp.), lemuru (Sardinella longiceps), cakalang (Katsuwonus pelamis), madidihang (Thunnus albacares), kakap merah (Lutjanus spp.), dan kurisi (Nemipterus spp.). Ikan-ikan tersebut merupakan hasil tangkapan utama di wilayah lepas pantai (off shore), khususnya di perairan Pejantan (dekat Pulau Nusa Penida). Salah satu jenis pancing yang dioperasikan pada rawai tuna di perairan Benoa Bali adalah pancing lingkar (circle hook). Pancing lingkar (circle hook) dioperasikan secara bersamaan dengan jenis pancing konvensional yaitu Japanese tuna hook (J-hook). Jenis pancing ini ditujukan untuk mengurangi tangkapan penyu yang merupakan hewan yang dilindungi. Respon positif, Balai Riset Perikanan Laut bekerja sam a dengan World Wild Fund, telah mengembangkan alat tangkap pancing yang ramah lingkungan yaitu circle hook atau pancing lingkar yang dapat mengurangi bycatch penyu dan mempermudah melepaskan ketika terjerat oleh alat tangkap tersebut karena kemiringan atau lingkaran 5 (Merta, 200). Sebelumnya alat tangkap pancing yang digunakan oleh kapal-kapal long line adalah jenis J-hook, alat tangkap serupa namun kurang ramah lingkungan (IATTC, 999). Ada jenis alat pancing lingkar ini yakni type C/ 0, C5/0, C6/0, dan C8/0. Berdasarkan pada hasil uji coba di Bitung, Sulawesi Utara, Cilacap, Jawa Tengah, dan Benoa, Bali jenis C6/0 yang cocok untuk dipakai oleh semua kapal long line. Tujuan penulisan ini adalah menyajikan data dan informasi mengenai karakteristik pancing jenis circle hook, aspek operasional, dan efektivitas dalam mengurangi hasil tangkapan penyu. Penelitian dilakukan terhadap pancing C-hook dan J-hook yang dioperasikan menggunakan kapal motor milik nelayan setempat. DAERAH PENANGKAPAN Daerah penangkapan ikan pelagis besar dan ikan demersal tersebar dari jarak 0-07 LS dan 2-32 BT dari Pantai Benoa Bali. Lokasi perikanan dengan alat bantu rumpon laut dalam terdapat di selatan Bali. Pemasangan alat bantu rumpon bertujuan untuk mengumpulkan ikan supaya jarak tempuh melaut tidak terlalu jauh, dan menghemat bahan bakar minyak. Pengoperasian pancing C-hook dan J-hook berada di luar rumpon, dengan jumlah rata-rata setiap kapal 200-500 mat a pancing dengan menggunakan umpan ikan layang dan lemuru (Gambar ). DESKRIPSI KAPAL DAN ALAT TANGKAP Kapal Kapal yang dioperasikan dengan alat tangkap pancing C-hook dan J-hook adalah kapal kayu dibuat oleh galangan kapal di Banyuwangi Jawa Timur antara tahun 200-200 Dengan ukuran panjang (LOA) 25,8 m; lebar (W) 7,32 m; dalam (D) 2,70 m, dan bobot kotor 20 GT, mesin Yanmar 0 PK, dengan kecepatan 7,5 knot. Pancing ditarik dengan alat bantu line hauler berkisar antara -3 jam. Lama melaut 2- hari, dan kapal ini diawaki oleh 5 orang anak buah kapal, yang terdiri atas orang nahkoda kapal, orang koki, dan 3 orang pemancing (Tabel ). Desain Alat Tangkap Dimensi tiap unit pancing C-hook dan J-hook di Benoa Bali secara umum terbagi dalam bagian utama yaitu tali utama (mainline) monofilament 3 mm, panjang 0,250 m, tali cabang (branchline) kuralon mm, panjang 0,70 m dan monofilament 2 mm 27

BTL: Vol.7 Juni 2009: 27-32 panjang 25 m. Tali pelampung PE mm panjang 25 m dan tali selambar PE 8 mm panjang 50 m, mata pancing ukuran C-hook C6/0 dan pancing J-hook no.6, dan jarak antar pancing 67,5 m. Setiap kapal terdiri atas 200-500 mata (Gambar 2). Gambar Desain pancing C-hook dan J-hook. Tabel Spesifikasi kapal pancing C-hook dan J-hook di Benoa Bali, bulan Desember 2007 LOA 25,8,5 6,20 6,20 23,06 8,80 2,50 6,66 2,60 2,70 Ukuran (m) W 7,32 5,,50,20 6,2 5,50 5,20 3,65 6,60 6, D 2,70,95 0 0,99,87 0,,98 2,00 GT 20 7 60 6 79 70 7 6 88 Mesin (PK) Alat/pancing 0 270 300 280 350 350 Gambar Pancing C-hook dan J-hook. 28

Penggunaan Pancing Lingkar (Circle Hook)... di Perairan Selatan Bali (Sawon) Cara Pengoperasian Alat Pengoperasian pancing C-hook dan J-hook dilakukan secara bersamaan dengan kapal motor dari kayu berukuran panjang 25,8 m, lebar 7,32 m, dalam 2,70 m, dan bobot kotor 20 GT. Pengoperasian pancing C-hook dan J-hook dilakukan dengan sistem kotak, artinya posisi arah pancing pertama sampai yang terakhir tidak searah, namun pada setiap 9 basket posisi kapal berbelok ke kanan sampai 9 basket berikut sehingga membentuk kotak, dan dari pancing terakhir kapal menuju pancing pertama untuk melakukan penarikan (haulling). Penurunan pancing (setting) dilakukan setiap kapal sampai dengan pada posisi yang dituju, tidak tergantung waktu dan jam baik malam maupun siang hari. Lama penurunan (setting) berkisar antara 6-7 jam. Penarikan (haulling) dimulai dari pancing yang diturunkan pertama, menggunakan alat bantu line hauler dan lama penarikan berkisar antara -3 jam. Pada setiap basket (50 mata pancing) panjang 3,375 m dipasang buah pelampung diameter 35 cm dan 9 buah pelampung diameter 25 cm. Pada setiap 3 basket (50 mata pancing) panjang 0,25 m dipasang 2 buah pelampung diameter 35 cm, 27 pelampung diameter 25 cm, dan buah radio bouy yang dilengkapi bendera dan lampu kelip. Pemberat timah @ 2,0 kg dipasang pada setiap basket (50 mata pancing) buah, jumlah keseluruhan = 27 buah. Umpan yang digunakan adalah layang (Decapterus russelli) dan lemuru (Sardinella longiceps). Pengemasan ikan hasil tangkapan dilakukan dengan cara memasukkan dalam palkah berisolasi dan diberi es balok. Hasil Tangkapan Penyu Keampuhan dan keefektifan alat tangkap ini sudah dirasakan oleh sebagian para nelayan tuna long line. Uji coba yang dilakukan di Benoa, Bali oleh 0 kapal hasil tangkapan pancing lingkar (C-hook) lebih unggul dalam menagkap tuna 8,5%. Dan memberikan hasil sangat signifikan dalam mengurangi bycatch penyu dari rata-rata 0-5 ekor menjadi 2-5 ekor atau mengurangi 67,27% setiap 0 hari penangkapan (Tabel 2 dan 3). Tabel Perbandingan hasil tangkapan ikan antara pancing C-hook dan J-hook dari 0 kapal di perairan selatan Bali, bulan Desember 2007 Sumber: Hasil wawancara dengan nahkoda kapal Tabel Perbandingan hasil tangkapan penyu antara pancing C-hook dan J-hook dari 0 kapal di perairan selatan Bali, bulan Desember 2007 Sumber: Hasil wawancara dengan nahkoda kapal Hasil tangkapan ikan C-hook (ekor) J-hook (ekor) 7 62 60 83 235 2 09 02 86 98 87 52 25 99 85 23 285 86 69 Hasil tangkapan penyu C-hook (ekor) J-hook (ekor) 2 5-3 5-6 5-2 6 29

BTL: Vol.7 Juni 2009: 27-32 Jenis dan Komposisi Hasil Tangkapan Hasil tangkapan pancing C-hook dan J-hook dari 0 kapal di perairan selatan Bali, bulan Desember 2007 terdiri atas 6 jenis jumlah 782 ekor, dan didominansi oleh pari (Rajidae) 895 ekor atau 39,63%, ikan setan (Escoler spp.) 675 ekor atau,2%, madidihang (Thunnus albacares) 72 ekor atau 9,87%, bawal (Angel fish) 00 ekor atau 8,%, tuna mata besar (Thunnus obesus) 35 ekor atau 7,2%, albakora (Albacore tuna) 2 ekor atau,9%, dan cakalang (Katsuwonus pelamis) 5 ekor atau,70% (Tabel dan 5). Tabel Komposisi hasil tangkapan pancing C-hook dan J-hook dari 0 kapal di perairan selatan Bali, bulan Desember 2007 Jenis ikan Tuna mata besar (Thunnus obesus) Madidihang (Thunnus albacares) Tuna sirip biru selatan (Southern bluefin tuna) Albakora (Albacore tuna) Abuabu (longtail tuna) Cakalang (Katsuwonus pelamis) Ikan pedang (Broadbill swordfish) Setuhuk loreng (Striped marlin) Layaran (Indo-Pasific sailfish) Cucut (Requiem shark sp.) Pari (Rajidae) Bawal (Angel fish) Lemadang (Common dolfinfish) Ikan setan (Escoler spp.) Layur (Trichiurus sp.) Penyu hijau (Chelonia mydas) Sumber: Hasil wawancara dengan nahkoda kapal Hasil (ekor) 35 72 5 2 89 5 35 27 65 895 00 675 23 Persentase (%) 7,2 9,87 0,3,9,86,70 0,73 0,56 0,29, 39,63 8,,50,2,89,50 Tabel Laju tangkap (hook rate) 0 kapal rawai tuna di perairan selatan Bali, bulan Desember 2007 Jumlah pancing (bh) 200 500 500 500 500 200 300 300 200 500 Lama di laut (hari) 3 2 2 26 Jumlah setting (kali) 2 6 6 76 76 76 Hasil (ekor) 353 33 37 2 8 39 53 869 528 3 Hook rate,5 3,2 2,,,73 0,76 2,68,9 0,83 0,70 Laju Tangkap Hasil tangkapan pancing C-hook dan J-hook dari 0 kapal di perairan selatan Bali, bulan Desember 2007 dengan hasil tangkapan 782 ekor dengan ratarata 6 kali setting jumlah mata pancing 370 buah. Dengan demikian, laju tangkap,2 atau rata-rata,2 per 00 mata pancing. Laju tangkap tertinggi pada kapal ke-2 33 ekor dengan jumlah mata pancing 500 buah atau dengan laju tangkap 3,2 per 00 mata pancing. Laju tangkap terendah pada kapal ke- 0 3 ekor dengan jumlah mata pancing 500 buah atau dengan laju tangkap 0,70 per 00 mata pancing (Tabel 5). Ukuran Ikan Contoh ukuran panjang dan bobot cakalang dapat diukur 27 ekor, dengan kisaran 9,0-58,5 cm, dengan bobot,9- kg, madidihang dapat diukur 27 ekor, dengan kisaran 7- cm, dengan bobot 25- kg, dan tuna mata besar dapat diukur 27 ekor, dengan kisaran 3-63 cm, dengan bobot 28-77 kg (Tabel 6). KESIMPULAN Hasil tangkapan pancing lingkar (circle hook) lebih unggul dalam menangkap tuna 5-0% atau rata- 30

Penggunaan Pancing Lingkar (Circle Hook)... di Perairan Selatan Bali (Sawon) Tabel 63 35 3 9 37 56 50 0 2 Ukuran panjang dan bobot ikan hasil tangkapan pancing C-hook dan J-hook dari 0 kapal di perairan selatan Bali, bulan Desember 2007 Jenis ikan: Tuna mata besar (T. obesus) 77 39 28 52 69 57 3 2 5 35 27 9 5 3 20 5 28 50 37 35 69 72 56 35 20. 2 2 2 2 2 2 2 2 7 26 26 8 39 5 29 6 30 33 50 8 2 56 Jenis ikan: Madidihang (T. albacares) 3 7 39 7 7 6 6 8 2 25 7 8 3 7 33 39 7 25 6 8 2 7 20. 2 2 2 2 2 2 2 28 2 3 7 28 3 7 3 27 6 8 3 8 Jenis ikan: Cakalang (K. pelamis) 5,5 50,0,9 50,0,9 5,0 50,5 2,0 9,5,9 9,0,9 57,5 2,8,5 2, Sumber: PT. Jaya Kota dan PT. PSB Benoa Bali,5 58,5 5,5 57,5,5,5 2, 2,8 2, 2, 20. 2 2 2 2 2 2 2 57,5,5,5 9,0 9,5 50,0 50,2 5,0 2,8 2, 2,,9,9,9 2,0 rata 8,5% dari total jumlah tangkapan. Dan memberikan hasil sangat signifikan dalam mengurangi bycatch penyu dari rata-rata 0-5 ekor menjadi 2-5 ekor atau mengurangi 67,27% setiap 0 hari penangkapan. Komposiosi hasil tangkapan pancing C-hook dan J-hook, bulan Desember 2007 terdiri atas 5 jenis yaitu pari (Rajidae) 895 ekor atau 39,63%, ikan setan (Escoler spp.) atau,2%, madidihang (Thunnus albacares) atau 9,87%, tuna mata besar (Thunnus obesus ) 35 ekor atau 7,2%, albakora (Albacore tuna),9%, dan cakalang (Katsuwonus pelamis) 5 ekor atau,70%. Laju tangkap kedua jenis pancing (C-hook dan J- hook) yang dioperasikan secara bersama di perairan selatan Bali, bulan Desember 2007 ratarata, 3

BTL: Vol.7 Juni 2009: 27-32 UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menghaturkan terima kasih sebesarbesarnya pada Prof. Dr. I.Gede Sedana Merta, M.Sc., dan Dr. Wijopriono, M.Sc. yang telah memberikan saran dan koreksinya, juga pada pengetik naskah, dan penerbit sehingga dapat terlaksananya tulisan ini. DAFTAR PUSTAKA IATTC. 99 Assessment of yellow fin tuna eastern Pasific Ocean. Background Paper 63 rd Meeting of the IATTC. 8-0 June, 99 IATTC. La Jolla. CA. Mertha, I. G. S. 200 Laporan Akhir Tahun 200 (tidak diterbitkan). Balai Riset Perikanan Laut. Jakarta. 32