UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELING. Narni

dokumen-dokumen yang mirip
UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Abdul Aziz SMP Negeri 2 Kota Tegal, Jawa Tengah

PENINGKATAN MINAT SISWA MENGIKUTI LAYANAN BK DENGAN METODE ORIENTASI FORMAT KLASIKAL. Herna Mikawati SMP 4 Kajen Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah

Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Melalui Bimbingan Kelompok Pada Siswa

UPAYA MENINGKATKAN RESILIENSI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK HOME ROOM PROGRAM PADA MAHASISWA SEMESTER VI PROGRAM STUDI BK FKIP UNISRI

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI KELOMPOK. Rantiyan SMP 1 Wonokerto Kabupaten Pekalongan

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK HOME WORK ASSIGMENT

UPAYA MENINGKATAN KEDISIPLINAN MASUK SEKOLAH MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA. Nelly Chandrawati Manalu

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Kustanti Prasetyaningtyas SMP Negeri 1 Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DENGAN TEKNIK HOME WORK ASSIGNMENT. Budi Sutrisno dan Heri Saptadi Ismanto

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU SOPAN SANTUN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA

MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK LATIHAN BERTANGGUNGJAWAB

PENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK GAME TES. Praptiningsih SMP 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN RESILIENSI SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. 176 Pekanbaru Kecamatan Tampan tahun pelajaran dengan. materi Kenampakan alam, sosial, dan budaya (Variabel Y).

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan PTK ini dilakukan di kelas V SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. umum terdapat empat langkah dalam melakukan PTK, yaitu perencanaan,

TEKNIK BERMAIN PERAN UNTUK MENGURANGI PERILAKU OFF- TASK DALAM LAYANAN INFORMASI. Slamet Riyadi SMA Negeri 1 Subah Batang, Jawa Tengah

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME. Dina Hikmah Safariyah

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI GORONTALO. Maspa Mardjun, Tuti Wantu, Meiske Puluhulawa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Melin Pratikasari. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi ABSTRAK

Al Ulum Vol.64 No.2 April 2015 halaman

III.METODE PENELITIAN. Suharsimi Arikunto dkk (2009:) menjelaskan penelitian tindakan kelas

BAB III METODE PENELITIAN. adalah siswa kelas IV A Sekolah Dasar Negeri 181 Pekanbaru tahun ajaran. 2013/2014 yang terdiri dari 46 orang siswa.

MENINGKATKAN PERCAYA DIRI MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DENGAN METODE SIMULASI. Wirahanteng SMP 2 Kajen Kabupaten Pekalongan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research), dimana

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS TUGAS UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK TUNAS NUSANTARA PURWOREJO

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIIID SMPN 2 BURAU

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SDN 002

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Diajukan Oleh: Eliana Rahmawati

Serambi Akademica, Volume IV, No. 2, November 2016 ISSN :

Efektifitas Layanan Orientasi Belajar Untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA INDAH GEGURITAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW. Sunandar

Pendapat Siswa Tentang Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. informasi yang bermanfaat bagi peneliti maupun pihak lain yang berkepentingan dalam

Reni Rasyita Sari Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN JOYFULL LEARNING BERBANTUAN MEDIA PEMBELAJARAN

BAB III METODE PENELITIAN. 001 Sawah Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar yang berjumlah 22

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason &

STRATEGI BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU PEMBIMBING

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE COURSE REVIEW HORAY (CRH) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VIII G SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) Abstrak

Oleh : ARIE KHURNIAWAN NPM SKRIPSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Pada penelitian ini rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. sebanyak 17 orang yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 10 orang

p BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI. sekolah, yang memberikan kewenangan penuh kepada sekolah dan guru

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN GERAK TARI BERDASAR POLA LANTAI DENGAN METODE DISCOVERY. Erlin Sofiyanti

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. metode penelitian tindakan kelas atau yang lebih sering disebut dengan

BAB III METODE PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR, AKTIVITAS DAN SIKAP PADA MATERI GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI, MELALUI METODE DISKUSI, OBSERVASI, DAN EKSPERIMEN

MENINGKATKAN MINAT MELANJUTKAN STUDI MELALUI BIMBINGAN KARIR DENGAN PENDEKATAN TRAIT AND FACTOR

Candra Hulopi SI Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman dalam menentukan pokok

BAB III METODE PENELITIAN. 10 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung.

Jurnal EduFisika Vol. 01 No. 02, November 2016 E-ISSN:

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM TENTANG CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP MELALUI METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

BAB III METODE PENELITIAN

PROSIDING ISBN :

BAB III METODE PENELITIAN

Upaya Peningkatan Kemampuan Perencanaan Karir Siswa Melalui Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas XII IPA di SMA N 8 Purworejo

BAB III METODE PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 10 PONTIANAK

STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI METODE MAKE A MATCH

PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM. Azwinar

BAB III METODE PENELITIAN. 176 Pekanbaru Kecamatan Tampan tahun pelajaran dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENGGUNAAN PERMAINAN BAHASA LET S TELL A STORY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SISWA KELAS V SDN CIPOCOK JAYA 2 TAHUN AJARAN 2015/2016

BAB III METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN PUZZLES PICTURE GAME PADA MATERI AJAR FUNGSI ALAT TUBUH MANUSIA UDIN ZAENUDIN SDN SUKARESMI ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 2.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENINGKATAN KEDISIPLINAN MASUK SEKOLAH MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI IPS 1 SEMESTER 2 SMA 1 KUDUS TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Hasil observasi peneliti terhadap subjek penelitian sebelum diadakan treatment. bimbingan kelompok. Ruang multimedia SMA 1 Mejobo.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), dari namanya sudah

Transkripsi:

Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 2, Mei 2015 ISSN 2442-9775 UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELING Narni SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah Abstrak Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik modeling untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa dan mengetahui tingkat motivasi berprestasi siswa setelah pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik modeling. Subyek penelitian yaitu 11 siswa kelas XI Pemasaran 2 dengan metode pengumpulan datanya menggunakan angket motivasi berprestasi dan pedoman observasi pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik modeling. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan 2 metode penelitian yaitu kualitatif dan kuantitatif secara terpadu. Hasil pelaksanaan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa. 2015 Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan & Konseling Kata Kunci: Motivasi Berprestasi; Layanan Bimbingan Kelompok; Teknik Modeling PENDAHULUAN Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi tersebut turut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal tersebut adalah motivasi. Menurut Uno (2008) motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. Salah satu bentuk motivasi pada individu adalah motivasi untuk berprestasi. Motivasi berprestasi sangat penting untuk dimiliki oleh semua individu, termasuk di dalamnya adalah siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Purwanto (2010) yang mengemukakan bahwa motivasi berprestasi sebagai dorongan untuk melakukan sesuatu dengan sebaik mungkin demi mencapai suatu keberhasilan dan keunggulan sebagai hasil dari usaha sendiri. Standar keunggulan dapat berupa tingkat kesempurnaan hasil pelaksanaan tugas, perbandingan dengan prestasi orang lain. Pendapat ini menegaskan jika motivasi berprestasi akan sangat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Keberhasilan tersebut akan berdampak positif pada kehidupan di masa yang akan datang. Dari paparan tersebut bisa disimpulkan bahwa peningkatan motivasi berprestasi siswa di sekolah mutlak untuk dilakukan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal tentunya harus menjadi garda terdepan dalam membekali siswa untuk dapat meningkatkan motivasi berprestasinya secara optimal. Namun demikian harapan tersebut nampaknya berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama proses 51

pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa tingkat motivasi berprestasi siswa masih rendah. Oleh karena itu diperlukan solusi secara cepat dan tepat agar rendahnya motivasi berprestasi siswa tidak berdampak pada hal negatif lainnya, seperti menurunnya prestasi belajar, tidak naik kelas, dan lain sebagainya. Layanan bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari sistem pendidikan juga memiliki tanggung jawab terhadap peningkatan motivasi berprestasi pada diri siswa. Salah satu bentuk layanan bimbingan dan konseling yang bisa dimanfaatkan sebagai media intervensi untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa adalah layanan bimbingan kelompok teknik modeling. Layanan bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah siswa secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari pemimpin kelompok atau nara sumber tertentu dan membahas secara bersamasama pokok bahasan tertentu ( pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial) yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari, baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan (Prayitno dan Amti, 2004). Kesempatan mengemukakan pendapat, tanggapan dan berbagai reaksi pun dapat merupakan peluang yang amat berharga bagi siswa. Kesempatan timbal balik inilah yang merupakan dinamika dari kehidupan kelompok yang akan membawa manfaat bagi para anggotanya. Secara lebih spesifik, dengan menggunakan teknik modeling siswa yang menjadi anggota kelompok dapat mencoba melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh model, bahkan sama persis karena mereka dapat belajar secara langsung dengan model tersebut (Nurihsan, 2003). Ini berarti bahwa dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik modeling, seorang model yang menjadi nara sumber melalui diskusi terfokus bisa memberikan pengetahuan kepada anggota kelompok bahwa untuk mencapai sukses dalam kehidupan dibutuhkan peningkatan motivasi berprestasi secara optimal. Modeling merupakan tindakan yang dilakukan karena menirukan tingkah laku orang lain yang dilihat secara langsung. Setiap proses belajar dengan menggunakan model terjadi dalam urutan tahapan peristiwa yang meliputi: (a) tahap perhatian, (b) tahap penyimpanan dalam ingatan, (c) tahap reproduksi dan (d) tahap motivasi. Rumusan penelitian ini yaitu Bagaimana tingkat motivasi berprestasi siswa sebelum pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik modeling? Bagaimana pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik modeling untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa? Bagaimana tingkat motivasi berprestasi siswa setelah pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik modeling? Sedangkan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat motivasi berprestasi siswa sebelum pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik modeling, mengetahui pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik modeling untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa dan mengetahui tingkat motivasi berprestasi siswa setelah pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik modeling. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Prosedur penelitian tindakan kelas menurut Arikunto (2009) model bagan penelitian tindakan secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamata n, dan (4) Refleksi. Penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai dengan februari 2015 bertempat di SMK Negeri 1 Batang dengan subjek penelitian yaitu 11 siswa kelas XI Pemasaran 2. Metode pengumpulan datanya menggunakan angket motivasi berprestasi dan pedoman observasi pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik modeling. 52

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan 2 metode penelitian yaitu kualitatif dan kuantitatif secara terpadu, maka teknik analisis datapun dilakukan secara terpadu. Data kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat motivasi berprestasi siswa sebelum dan sesudah mendapat tindakan (diungkap melalui angket motivasi berprestasi). Data kualitatif digunakan untuk mengetahui proses pelaksanaan tindakan (diungkap melalui pedoman observasi). HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat motivasi berprestasi siswa sebelum pelaksanaan tindakan secara keseluruhan berada pada kategori kurang. Kategori ini diperoleh dari skor angket motivasi berprestasi yang telah disusun oleh peneliti. Hasilnya dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 1 berikut: Tabel 1. Rata-rata Tingkat Motivasi Berprestasi Siswa sebelum Pelaksanaan Tindakan Motivasi Berprestasi Skor Prosentase Kategori Sebelum Tindakan 54 56% Kurang Dari bagan di atas bisa dideskripsikan bahwa rata-rata tingkat motivasi berprestasi siswa masih kurang dengan skor hanya mencapai 54 dengan persentase sebesar 56%. Data ini semakin menguatkan asumsi jika dibutuhkan layanan khusus untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa, yakni melalui layanan bimbingan kelompok teknik modeling. Siklus I 1. Perencanaan Pada tahap perencanaan penelitian siklus I dilaksanakan 3 kali pertemuan yaitu menetapkan kolaborator yaitu guru bimbingan dan konseling, menetapkan model pelaksanaan layanan, Mengatur waktu pertemuan, yaitu membuat jadwal pelaksanaan kegiatan yang disepakati antara peneliti, kolabotaror, dan model, menetapkan fasilitas layanan bimbingan kelompok teknik modeling, meliputi ruangan dan kelengkapan administrasi yaitu daftar hadir, lembar evaluasi (laiseg), menyiapkan instrumen pengumpulan data yaitu angket motivasi berprestasi dan pedoman observasi dan mengembangkan prosedur pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik modeling. 2. Tindakan Pada tindakan ini topik yang dibahas adalah Menetapkan Tujuan tujuan Prestasi yang layak. a. Tahap Pembukaan 1) Peneliti sebagai pemimpin kelompok (PK) menerima kehadiran anggota kelompok (AK) secara terbuka dan mengucapkan terima kasih atas kehadiran, kesediaan, dan keikutsertaan dalam bimbingan kelompok. 2) Memimpin do a: PK mengingatkan pentingnya berdo a dalam setiap memulai kegiatan. 3) Menjelaskan pengertian dan tujuan bimbingan kelompok dengan bahasa yang mudah dipahami AK. 4) Menjelaskan cara pelaksanaan bimbingan kelompok dengan jelas dan runtut, PK memberi kesempatan untuk bertanya, sekiranya AK belum paham atas apa yang dijelaskan PK. 5) Menjelaskan asas-asas bimbingan kelompok (sukarela, terbuka, aktif, kegiatan, normatif, rahasia). PK menjelaskan apa maksud asas-asas tersebut dan apa-apa yang harus disepakati bersama. 6) Kesepakatan waktu. PK menjelaskan waktu ideal bimbingan kelompok berkisar antara 75-90 menit. Jika AK mengusulkan waktu tambahan, PK secara bijaksana mampu mengarahkan tanpa memaksakan kehendak. 7) Permainan pembentukan, dimaksudkan untuk mengakrabkan dan menciptakan dinamika kelompok dengan suasana yang menggembirakan dan melibatkan life model. 53

b. Tahap Pelaksanaan 1) PK mengemukakan topik bahasan yang telah dipersiapkan. 2) PK menjelaskan pentingnya topik tersebut dibahas dalam kelompok, menstimuli AK agar terbiasa menganalisa dan melatih AK agar mampu merespon secara tepat. 3) PK menyerahkan waktu sepenuhnya untuk life model menjawab langsung pertanyaan dan saling berdiskusi bersama AK. 4) Tanya jawab dengan life model tentang topik yang dikemukakan PK. 5) Segala pertanyaan bermuara langsung kepada life model tanpa perantara atau diserahkan kembali dengan PK. 6) Life model menjawab pembahasan topik tersebut secara tuntas, dengan tulus, terbuka dan tanya jawab yang bersifat multi arah. 7) Life model memotifasi AK dalam pembahasan topik dan menyimpulkan mengenai topik yang telah dibahas. 8) Life model mengembalikan waktu kepada PK. 9) PK secara cermat mengamati perkembangan AK selam proses pembahasan dan memberi ulasan mengenai topik yang telas dibahas. c. Tahap Penutup 1) PK menjelaskan bahwa kegiatan bimbingan kelompok akan diakhiri. 2) PK melakukan penilaian untuk mengetahui keberhasilan layanan dengan memberikan lembar penilaian segera secara tertulis kepada AK. 3) PK menawarkan dan menstimulasi AK untuk melakukan kegiatan lanjutan dengan kesepakatan pada saat itu. 4) PK mengucapkan terima kasih atas kehadiran, perhatian, respon, dan keterlibatan AK, khususnya peran life model pada tahap sebelumnya. 3. Observasi Hasil observasi pada siswa, pada pertemuan yang pertama skor yang diperoleh adalah 57% (masuk kategori kurang), pertemuan 2 adalah 70% (masuk kategori sedang), dan pertemuan 3 adalah 82% (masuk kategori tinggi). Peran aktif siswa ini sangat menentuk an efektivitas layanan yang diberikan. Semakin siswa aktif maka efektivitas layanan akan semakin tercapai, begitu pula sebaliknya. Peningkatan skor peran siswa dalam tindakan adalah selaras dengan peningkatan kinerja guru BK dalam memberikan tindakan. 4. Refleksi Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik modeling dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa, maka peneliti bersama kolaborator menyimpulkan beberapa hal sebagai bahan refleksi, yakni: a. Kinerja peneliti pada pertemuan pertama belum optimal, karena hanya masuk pada kategori kurang. Pada pertemuan 2 dan 3 kinerja peneliti mengalami peningkatan sehingga bisa masuk kategori sedang. Hasil ini menunjukan ada perbaikan kinerja peneliti pada setiap pertemuan di siklus 1. Namun demikian, peningkatan tersebut belum signifikan karena belum masuk pada kategori tinggi. b. Peran aktif siswa pada pertemuan 1 belum optimal. Pada pertemuan 1 skor yang diperoleh dari hasil observasi hanya mencapai kategori kurang. Pada pertemuan 2 naik menjadi kategori sedang, dan pada pertemuan 3 naik lagi sehingga bisa masuk kategori tinggi. Hasil ini menunjukan jika pada setiap kali pertemuan siswa merasakan suasana yang nyaman dan menyenangkan. Kondisi ini yang membuat siswa dapat meningkatkan peran aktifnya di dalam kegiatan kelompok. Siklus II 1. Perencanaan Pada tahap perencanaan siklus II sama dengan siklus I yaitu menetapkan kolaborator yaitu guru bimbingan dan konseling, menetapkan model pelaksanaan layanan, Mengatur waktu pertemuan, yaitu membuat jadwal pelaksanaan kegiatan yang disepakati antara peneliti, kolabotaror, dan model, menetapkan fasilitas layanan bimbingan kelompok teknik modeling, meliputi ruangan dan kelengkapan administrasi yaitu daftar hadir, lembar evaluasi (laiseg), menyiapkan instrumen 54

pengumpulan data yaitu angket motivasi berprestasi dan pedoman observasi dan mengembangkan prosedur pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik modeling. 2. Tindakan Pada pertemuan 2 topik yang dibahas adalah Membuat Perencanaan jangka Panjang. a. Tahap Pembukaan 1) Peneliti sebagai pemimpin kelompok (PK) menerima kehadiran anggota kelompok (AK) secara terbuka dan mengucapkan terima kasih atas kehadiran, kesediaan, dan keikutsertaan dalam bimbingan kelompok. 2) Memimpin do a: PK mengingatkan pentingnya berdo a dalam setiap memulai kegiatan. 3) Menjelaskan pengertian dan tujuan bimbingan kelompok dengan bahasa yang mudah dipahami AK. 4) Menjelaskan cara pelaksanaan bimbingan kelompok dengan jelas dan runtut, PK memberi kesempatan untuk bertanya, sekiranya AK belum paham atas apa yang dijelaskan PK. 5) Menjelaskan asas-asas bimbingan kelompok (sukarela, terbuka, aktif, kegiatan, normatif, rahasia). PK menjelaskan apa maksud asas-asas tersebut dan apa-apa yang harus disepakati bersama. 6) Kesepakatan waktu. PK menjelaskan waktu ideal bimbingan kelompok berkisar antara 75-90 menit. Jika AK mengusulkan waktu tambahan, PK secara bijaksana mampu mengarahkan tanpa memaksakan kehendak. 7) Permainan pembentukan, dimaksudkan untuk mengakrabkan dan menciptakan dinamika kelompok dengan suasana yang menggembirakan dan melibatkan life model. b. Tahap Pelaksanaan 1) PK mengemukakan topik bahasan yang telah dipersiapkan. 2) PK menjelaskan pentingnya topik tersebut dibahas dalam kelompok, menstimuli AK agar terbiasa menganalisa dan melatih AK agar mampu merespon secara tepat. 3) PK menyerahkan waktu sepenuhnya untuk life model menjawab langsung pertanyaan dan saling berdiskusi bersama AK. 4) Tanya jawab dengan life model tentang topik yang dikemukakan PK. 5) Segala pertanyaan bermuara langsung kepada life model tanpa perantara atau diserahkan kembali dengan PK. 6) Life model menjawab pembahasan topik tersebut secara tuntas, dengan tulus, terbuka dan tanya jawab yang bersifat multi arah. 7) Life model memotifasi AK dalam pembahasan topik dan menyimpulkan mengenai topik yang telah dibahas. 8) Life model mengembalikan waktu kepada PK.PK secara cermat mengamati. 9) perkembangan AK selama proses pembahasan dan memberi ulasan mengenai topik yang telah dibahas. c. Tahap Penutup 1) PK menjelaskan bahwa kegiatan bimbingan kelompok akan diakhiri. 2) PK melakukan penilaian untuk mengetahui keberhasilan layanan dengan memberikan lembar penilaian segera secara tertulis kepada AK. 3) PK menawarkan dan menstimulasi AK untuk melakukan kegiatan lanjutan dengan kesepakatan pada saat itu. 4) PK mengucapkan terima kasih atas kehadiran, perhatian, respon, dan keterlibatan AK, khususnya peran life model pada tahap sebelumnya. 3. Observasi Hasil observasi pada siklus II, pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 skor nilai peran aktif siswa masuk dalam kategori tinggi. Pada pertemuan 1 skor yang diperoleh adalah 87% (masuk kategori tinggi) dan pada pertemuan 2 adalah 92% (masuk kategori tinggi). Hasil yang diperoleh ini sudah sesuai dengan harapan dari peneliti. 4. Refleksi Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik modeling dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa di siklus 2, maka peneliti bersama kolaborator (guru BK) menyimpulkan beberapa hal sebagai bahan refleksi, yakni: a. Kinerja peneliti pada siklus yang 2, baik pertemuan 1 maupun pertemuan 2 sudah optimal karena keduanya sudah masuk kategori tinggi. Hasil ini menunjukan ada peningkatan kinerja 55

oleh peneliti sebagai pemberi layanan. Artinya bahwa peneliti sudah bisa menjalankan peran dan fungsinya dengan baik sebagai pemimpin kelompok. b. Peran aktif siswa pada pertemuan 1 dan 2 di siklus 2 sudah optimal karena keduanya sudah masuk kategori tinggi. Peran aktif siswa di dalam kelompok sangat dipengaruhi oleh peran dan fungsi peneliti saat memberikan layanan. Tingkat motivasi berprestasi siswa setelah pelaksanaan tindakan secara keseluruhan berada pada kategori tinggi dengan skor rata-rata adalah 86 (90%). Adapun perbandingan hasil motivasi berprestasi siswa sebelum tindakan dan sesudah tindakan dapat dilihat Tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2. Rata-rata Tingkat Motivasi Berprestasi Siswa Motivasi Berprestasi Skor Prosentase Kategori Sebelum Tindakan 54 56% Kurang Sesudah Tindakan 86 90% Tinggi Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 berikut: Gambar 1. Tingkat Motivasi Berprestasi Siswa SIMPULAN Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa dengan teknik modeling dapat disimpulkan : (1) Tingkat motivasi berprestasi dari 11 siswa y ang menjadi anggota kelompok sebelum pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik modeling semuanya masuk kategori kurang dengan rata-rata 54 (56%), (2) Layanan Bimbingan Kelompok dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus 1 dengan 3 kali pertemuan dan siklus 2 dengan 2 kali pertemuan. Pelaksanaan tindakan berjalan dengan baik, indikasinya: (a) kinerja peneliti dalam memberikan tindakan meningkat dari siklus 1 ke siklus 2. Pada siklus 1 rata-rata kinerja guru BK adalah 67% dan pada siklus 2 rata-ratanya menjadi 90%, (b) peran aktif siswa dalam mengikuti tindakan meningkat dari siklus 1 ke siklus 2. Pada siklus 1 rata-rata peran aktif siswa adalah 70% dan pada siklus 2 rata-ratanya menjadi 90%, (3) Tingkat motivasi berprestasi dari 11 siswa yang menjadi anggota kelompok setelah pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik modeling semuanya masuk kategori tinggi dengan rata-rata 86 (90%). 56

UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan beribu terima kasih kami sampaikan kepada Kepala SMK Negeri 1 Batang. Guru BK SMK Negeri 1 Batang sebagai Kolaborator. Siswa kelas XI Pemasaran 2 SMK Negeri 1 Batang. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2009. Peneitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara Nurihsan, Juntika, Nurihsan. 2003. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara Purwanto, Ngalim. 2010. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. Uno, Hamzah B.. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara. 57