HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN. RIWAYAT HIDUP ABSTRAK ABSTRACT UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGASAHAN... RIWAYAT HIDUP... ABSTRAK... v. KATA PENGANTAR. vii. DAFTAR ISI. ix. DAFTAR TABEL.

1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 3

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

LAPORAN GAMBARAN DURATION OF IMMUNITY VAKSIN RABIVET 92. Pusat Veterinaria Farma ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN SOEKARNO HATTA

Respons Imun Humoral Anjing Lokal Betina Umur Lebih dari Satu Tahun Pasca Vaksinasi Rabies

BAB I PENDAHULUAN. Rabies merupakan penyakit menular akut yang dapat menyerang susunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan babi berperan penting dalam meningkatkan perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1). Pembangunan bidang kesehatan

TATA CARA PEMBERIAN VAKSIN ANTI RABIES DAN SERUM ANTI RABIES

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis

Sebaran Umur Korban Gigitan Anjing Diduga Berpenyakit Rabies pada Manusia di Bali. (The Distribution of Ages on Victims of Rabies in Bali)

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penderitaan yang berat dengan gejala saraf yang mengerikan dan hampir selalu

Bambang Sumiarto1, Heru Susetya1

RESPON IMUN ANAK BABI PASCA VAKSINASI HOG CHOLERA DARI INDUK YANG TELAH DIVAKSIN SECARA TERATUR ABSTRAK

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 30 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI RIAU

BAB 1 : PENDAHULUAN. Rabies merupakan suatu penyakit zoonosis yaitu penyakit hewan berdarah panas yang

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PEMASUKAN HEWAN-HEWAN TERTENTU KE WILAYAH PROVINSI PAPUA UNTUK KEPENTINGAN KHUSUS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. TORCH merupakan suatu istilah jenis penyakit infeksi yang terdiri

STANDAR PELAYANAN PUBLIK JANGKA WAKTU LAYANAN KARANTINA ( SERVICE LEVEL AGREEMENT )

Tingkat dan Faktor Risiko Kekebalan Protektif terhadap Rabies pada Anjing di Kota Makassar

ISSN situasi. diindonesia

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Protein berperan penting untuk perkembangan kecerdasan otak,

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. Rabies yang dikenal juga dengan nama Lyssahydrophobia, rage, tollwut,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEREDARAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM,

ASPEK DIAGNOSIS DAN PATOGENESIS ISOLAT LOKAL CANINE PARVOVIRUS (RIVS 57) KETUT KARUNI NYANAKUMARI NATIH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. STUDI TATALAKSANA SKRINING HIV di PMI KOTA BANDUNG TAHUN 2007

Serosurveilens Pascavaksinasi Rabies Tahun 2014 Di Wilayah Kerja UPT Veteriner Nusa Tenggara Timur

RIWAYAT HIDUP. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2005 di SDN 1

Ekologi dan Demografi Anjing di Kecamatan Denpasar Timur

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

AKABANE A. PENDAHULUAN

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya

TINJAUAN PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007

Proses Penyakit Menular

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dirofilaria immitis (D. immitis) yang dikenal sebagai cacing jantung,

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengambilan Data

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I Infeksi dengue adalah suatu infeksi arbovirus yang ditularkan melalui

Cakupan Vaksinasi Anti Rabies pada Anjing dan Profil Pemilik Anjing Di Daerah Kecamatan Baturiti, Tabanan

Buletin SKDR. Minggu ke: 5 Thn 2017

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

BAB I PENDAHULUAN. penyakit ini adalah hewan yang ada di sekitar kita, seperti ayam, kucing, anjing, burung,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMELIHARAAN DAN LALU LINTAS HEWAN PENULAR RABIES DI KABUPATEN BADUNG

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. terabaikan atau Neglected Infection Diseases (NIDs) yaitu penyakit infeksi

Tingkat Kekebalan Anjing Terhadap Rabies di Kota Ambon

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Analisis Kebutuhan dan Masalah Analisis Masalah

PERBANDINGAN TITER ANTIBODI HOG CHOLERA PADA BERBAGAI TINGKATAN UMUR BABI PASCA VAKSINASI PEST-VAC SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis B merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B Virus

Peran FAO sebagai Badan Internasional dalam Mendukung Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di Indonesia (Bali dan Flores)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metodologi

DISTRIBUSI KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DAN KASUS RABIES DI KABUPATEN NGADA, PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PENYAKIT RABIES DI KALIMANTAN TIMUR

RINGKASAN. Kata kunci : Titer antibodi ND, Newcastle Disease, Ayam Petelur, Fase layer I, Fase Layer II

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari genus Lyssavirus, famili Rhabdoviridae (Jallet et al., 1999). Virus rabies

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN

KONSEP HOST-AGENT-ENVIRONMENT

PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT RABIES. Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

Sehat merupakan kondisi yang ideal secara fisik, psikis & sosial, tidak terbatas pada keadaan bebas dari penyakit dan cacad (definisi WHO)

BAB II TINJUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. mamalia dan memiliki tingkat kematian yang sangat tinggi. Sangat sedikit penderita

BULETIN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS

PROTEIN IMUNOGENIK PENYUSUN KELENJAR SALIVA VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE Aedes aegypti L. SKRIPSI. Oleh Rofiatul Laila NIM

Gambar 4 Diagram batang titer antibodi terhadap IBD pada hari ke-7 dan 28.

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMELIHARAAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ditemukan peningkatan kasus penyakit zoonosis di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Aeromonas salmonicida merupakan jenis bakteri Aeromonas sp, yang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. parasit spesies Toxoplasma gondii. Menurut Soedarto (2011), T. gondii adalah parasit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. babi juga berkembang di provinsi Sumatra Utara, Jawa Tengah, Sulawesi Utara,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PENANGGULANGAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan kanker serviks atau yang disebut juga sebagai kanker leher rahim

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. banyak penyakit yang menyerang seperti dengue hemoragic fever.

BAB I PENDAHULUAN. penderitanya dan menghasilkan kerentanan terhadap berbagai infeksi. sel T CD4 yang rendah (Cabada, 2015; WHO, 2016).

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Toxoplasma gondii, merupakan penyakit yang banyak dijumpai di seluruh dunia.

Dengan maraknya wabah DBD ini perlu adanya suatu penelitian dan pemikiran yang

ANTIBODI ANTI-IDIOTIPE SEBAGAI KANDIDAT VAKSIN RABIES SAYU PUTU YUNI PARYATI

SKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM

Transkripsi:

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.... i HALAMAN PENGESAHAN.... ii RIWAYAT HIDUP... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi UCAPAN TERIMAKASIH... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR..... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan penulisan... 2 1.4 Manfaat Penulisan... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.... 3 2.1 Anjing... 3 2.2 Rabies... 4 2.2.1 Epidemiologi... 4 2.2.2 Etiologi... 5 2.2.3 Patogenesis.... 7 2.2.4 Gejala klinis... 7 2.2.5 Patologi anatomi... 8 2.2.6 Diagnosa... 9 2.2.7 Diagnosa banding... 9 2.2.8 Pengendalian dan pemberantasan... 10 2.3 Vaksin Rabies... 11 2.4 Uji Elisa... 13 2.5 Respons Imun... 14 2.6 Kerangka Konsep... 18 BAB III MATERI DAN METODE... 20 3.1 Objek Penelitian.... 20 3.2 Bahan Penelitian.... 20 3.3 Alat-Alat Penelitian... 20 3.4 Rancangan Penelitian... 20 3.5 Variabel Penelitian... 20 3.6 Sumber Data... 21 3.7 Prosedur Penelitian... 21 3.8 Analisis Data... 22 3.9 Lokasi danwaktu Penelitian... 22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 23 4.1 Hasil... 23 4.2 Pembahasan... 24

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 28 5.1 Simpulan... 28 5.2 Saran... 28 DAFTAR PUSTAKA... 29 LAMPIRAN... 33

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui titer antibodi anjing lokal jantan umur diatas satu tahun pasca vaksinasi rabies. Penelitian ini dilakukan tiga tahap, yaitu: pengambilan sampel darah, pemisahan serum dan kemudian serum diuji dengan enzym linked immunosorbent assay (ELISA). Hasil penelitian menunjukan dari 10 sampel yang diambil 7 sampel (70%) memiliki titer antibodi protektif (seropositif) dan 3 sampel (30%) belum memiliki titer antibodi protektif (seronegatif). Rataan nilai OD di atas 0,5 IU/ml adalah anjing yang memiliki umur di atas 3 tahun dengan sistem pemeliharaan dilepas dalam lingkungan rumah (tidak dilepas liarkan) dan beberapa dilepas liarkan. Sedangakan anjing yang menunjukan nilai OD dibawah 0,5 IU adalah anjing yang memiliki umur dibawah 3 tahun dengan sistem pemeliharaan dilepas liarkan. Kata kunci : Rabies, Anjing Lokal Jantan, Titer Antibodi, ELISA.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rabies merupakan penyakit zoonosis (penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia). Reservoir utama rabies adalah anjing. Sebagian besar kasus rabies (98%) disebabkan oleh gigitan anjing penderita rabies, sedangkan sisanya oleh kucing (Arsani et al., 2012). Anjing jantan lebih berpeluang terinfeksi rabies dibandingkan anjing betina, hal ini menjadi informasi penting dalam siklus penyebaran rabies di Bali. Kebiasaan anjing jantan yang mampu bermigrasi dengan cakupan yang lebih luas untuk mencari anjing betina sebagai tingkah laku perkawinan akan meningkatkan resiko kontak dengan hewan tertular rabies dibandingkan hewan betina (Nugroho et al., 2013). Angka kematian pasien penderita rabies mencapai 100% (Tanzil, 2014). Pencegahan penyebaran rabies melalui vaksinasi pada hewan sehat dan pemberian serum anti rabies (SAR) bagi yang terindikasi tertular rabies. Program pemberantasan rabies di Bali melalui program vaksinasi rabies secara massal terhadap semua hewan peka rabies telah dilakukan (Zakaria et al.,2005). Faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat kekebalan adalah faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yaitu mutu vaksin, program vaksinasi tidak konsisten, dan kesalahan penanganan vaksin di lapangan sehingga tidak mampu merangsang terbentuknya kekebalan (Lestari dan Dharma, 2005; Utami dan Sumiarto, 2012). Sedangkan faktor internal yaitu kondisi hewan, umur, dan status imun. Efikasi vaksinasi rabies menggunakan metode ELISA dilaporkan bahwa titer antibodi ELISA 0,5 IU/ml dapat memberikan perlindungan terhadap anjing selama enam minggu sampai dua tahun. Titer antibodi di bawah 0,5 IU/ml perlu dilakukan pengulangan vaksinasi/booster (Utami dan Sumiarto, 2012). Respons imun anjing pasca vaksinasi rabies perlu diketahui secara berkala untuk mengetahui efektivitas vaksin dan kekebalan populasi yang terbentuk. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui respons imun anjing lokal jantan umur di atas satu tahun pasca vaksinasi rabies.

1.2. Rumusan Masalah Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah berapa titer antibodi anjing lokal jantan umur di atas satu tahun pasca vaksinasi rabies? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui titer antibodi anjing lokal jantan umur di atas satu tahun pasca vaksinasi rabies. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis penelitian ini adalah untuk mengetahui titer antibodi anjing lokal jantan umur di atas satu tahun pasca vaksinasi rabies. 1.4.2. Manfaat Praktis Dengan diketahuinya titer antibodi maka program pengendalian rabies di lapangan dapat dilakukan secara terukur.