BAB I PENDAHULUAN. organisasi Indonesia Corruption Watch (ICW) sejak tahun mengesampingkan temuan BPK yang mencurigakan (Ihsanuddin, 2017).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan auditor adalah melakukan audit yang tujuannya terdiri dari tindakan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan auditan lainnya maka auditor dituntut menjadi seorang ahli. Klien dan

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. usaha perbaikan perekonomian di Indonesia, pemerintah telah menggalakkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Persaingan dibidang usaha pada saat ini semakin meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang belum atau tidak diaudit. keuangan yang terjadi akhir-akhir ini. Singgih dan Bawono (2010) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan apakah sudah sesuai dengan standar yang berlaku umum atau belum.

BAB I PENDAHULUAN. serta mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik di suatu negara adalah sejalan dengan berkembangnya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah penelitian yang disertai alasan mengapa masalah ini perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. sebelum para pengambil kebijakan mengambil keputusan. Auditor menjadi

BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini tentang kewajaran laporan keuangan serta memberi keyakinan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kinerja KAP yang berkualitas sangat ditentukan oleh kinerja

BAB I PENDAHULUAN. kecurangan walaupun dalam pelaksanaannya sangat memungkinkan. akuntansi yang berlaku di Indonesia (Agoes, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya dunia bisnis maka permintaan kebutuhan akan jasa

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perusahaan-perusahaan go public membuat

BAB I PENDAHULUAN. semakin terbukanya peluang usaha, maka menyebabkan risiko terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan juga merupakan media penting dalam memberikan informasi kinerja

BAB I PENDAHULUAN. supremasi hukum. Namun, berdasarkan kondisi tersebut pemerintah masih tetap

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah jasa auditor. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi persaingan tersebut terus dilakukan oleh para pengelola perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Mulyadi (2002:9) auditing adalah suatu proses sistematik untuk

BAB I PENDAHULUAN. antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta

BAB I PENDAHULUAN. swasta yang melaksanakan jasa-jasa pemeriksaan, perpajakan, manajemen,

BAB I PENDAHULUAN. Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.2,

BABI PENDAHULUAN. yang menggunakan jasa kantor akuntan publik yang keprofesionalismenya sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia bisnis banyak pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin banyaknya kebutuhan akan jasa profesional akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan oleh perusahaan. ISA (International Standard on Auditing) menegaskan

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang dikelola oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas audit termasuk salah satu jasa yang sulit untuk diukur secara

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) telah diterapkan secara luas

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini banyak sekali terjadi kasus-kasus hukum

BAB I PENDAHULUAN. berlaku di Indonesia dibutuhkan oleh pihak-pihak yang menggunakan informasi

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa audit. Hasil penelitian Association of Certified Fraud Examiners

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kinerja perusahaan demi mempertahankan kelangsungan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat terutama dalam bidang audit terhadap laporan keuangan yang dibuat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara maka akan semakin kompleks masalah bisnis yang terjadi. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan sejalan dengan berkembangnya berbagai badan usaha atau

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan disamping berfungsi sebagai alat. pemilik juga digunakan oleh investor dan kreditor sebagai acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mulai tumbuhnya perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sejalan dengan

2015 PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR DAN ETIKA PROFESI TERHADAP PENYELESAIAN DILEMA ETIKA

BAB I PENDAHULUAN. De Angelo (1981) dalam Kurnia et al. (2014) mendefinisikan kualitas. internal maupun pihak eksternal perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan.

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan laporan hasil audit atas laporan keuangan oleh akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain yang independen dan berkompeten dalam bidang keuangan yang. auditing disebut auditor atau yang sering disebut akuntan.

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan juga akan berkualitas tinggi. etik profesi. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) guna

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan kepada pihak luar, dimana pihak luarpun memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. seorang auditor adalah melakukan pemeriksaan atau audit dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang bergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. kualitas audit merupakan hal penting yang harus dipertahankan oleh para auditor

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN. Auditing adalah sebagai proses sistematis untuk secara objektif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Profesi akuntansi merupakan profesi yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. due professional care dan selalu menjunjung tinggi kode etik profesinya.

BAB I PENDAHULUAN. informasi mengenai prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak lain diluar

BAB I PENDAHULUAN. kunci dalam perkembangan dan kemajuan dunia bisnis. Profesi akuntan

BAB I PENDAHULUAN. kemudian mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang. berkepentingan (Boynton et al.,2001) dalam (Junaidi, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era masa kini banyak bermunculan perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun ini. Menghadapi MEA, keberadaan dan

Pengaruh Skeptisisme Profesional Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kinerja auditor harus berpedoman pada Standar Profesional

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa. Keuangan pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan perusahaan menyebabkan dibutuhkannya pihak ketiga yang independen

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Perkembangan bisnis dan ekonomi Indonesia diera globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. diaudit dapat dihandalkan dan manajemen juga akan mendapat keyakinan dan. melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien.

BAB I PENDAHULUAN. diantara pelaku bisnis semakin meningkat. Para pelaku bisnis melakukan berbagai

BABI PENDAHULUAN. penghilangan dokumen, dan mark-up yang merugikan keuangan atau

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi suatu negara menjadi salah satu pendorong

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan aktivitas bisnis, suatu perusahaan khususnya pihak

BAB I PENDAHULUAN. dengan judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu. judgment atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. bisnispun semakin ketat pula. Hal tersebut mengakibatkan para pelaku bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Peranan auditor sangat dibutuhkan oleh kalangan dunia usaha. Para auditor

BAB 1 PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Diharapkan semakin banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan modern. Akuntansi dan auditing memainkan peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal, perusahaan besar, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyaknya kasus-kasus penyimpangan kode etik dan standar audit yang dilakukan oleh sejumlah auditor menimbulkan polemik tersendiri di kalangan masyarakat. Bagaimana tidak, di negara Indonesia saja menurut pantauan dari organisasi Indonesia Corruption Watch (ICW) sejak tahun 2005-2017 sedikitnya terdapat 6 kasus suap yang melibatkan 23 auditor BPK. Sebanyak 4 kasus suap terkait mendapatkan opini BPK atas laporan hasil pemeriksaan keuangan, 1 kasus suap untuk mengubah hasil temuan BPK dan 1 lagi untuk mengesampingkan temuan BPK yang mencurigakan (Ihsanuddin, 2017). Itu baru di bagian pemerintahan Indonesia, pada kalangan swasta kasus seperti di dendanya mitra KAP Ernst & Young di Indonesia sebesar 13 Milyar di AS cukup mengejutkan, denda diberikan karena mitra KAP tersebut memberikan opini didasarkan atas bukti yang tidak memadai atas perusahaan telekomunikasi pada tahun 2011 membuat masyarakat resah belum lagi mengenai kabar internasional baru-baru ini yaitu skandal fraud akuntansi yang menerpa British Telecom dan PwC pada tahun 2017. Pada kasus ini PwC sebagai salah satu KAP ternama di dunia gagal mendeteksi fraud akuntansi di Italia dari British Telecom, yang mengejutkan relasi antar keduanya telah berlangsung 33 tahun. Hal berikut membuat kepercayaan masyarakat kepada 1

2 kinerja profesi auditor dipertanyakan. Auditor yang seharusnya mengabdi diri untuk masyarakat dengan fungsi kinerjanya sebagai auditor justru melunturkan kepercayaannya tersebut. Fungsi dari kinerja seorang auditor adalah untuk memberikan opini mengenai laporan keuangan yang telah diperiksanya seperti yang dikatakan oleh Widyastary dkk (2014) Akuntan publik (auditor) adalah profesi yang memegang peranan penting di masyarakat, terutama dalam hal meningkatkan kredibilitas dan kualitas laporan keuangan suatu entitas. Pihak pemakai informasi akan sangat dipengaruhi oleh akuntan publik sebelum mereka mengambil keputusan atau memberikan kepercayaan mereka. Kinerja auditor yang baik adalah kinerja sesuai dengan kode etik dan standar audit, efisiensi dan efektivitas kegiatan auditnya yang baik. Trisnaningsih (2007) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa kinerja auditor merupakan tindakan atau pelaksanaan tugas pemeriksaan yang telah diselesaikan auditor dalam kurun waktu tertentu, kinerja (prestasi kerja) dapat diukur melalui pengukuran tertentu (standar), dimana kualitas adalah berkaitan dengan mutu kerja yang dihasilkan sedangkan kuantitas adalah jumlah hasil kerja yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, dan ketepatan waktu adalah kesesuaian waktu yang telah direncanakan. Goldwasser (1993) dalam Hanif (2013) menyatakan bahwa pencapaian kinerja auditor yang lebih baik harus dengan standar dan kurun waktu tertentu, yaitu mutu menyelesaikan pekerjaan dengan bekerja berdasarkan pada seluruh kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan yang dimiliki oleh auditor.

3 Salah satu faktor kegagalan atau keberhasilan auditor dalam melaksanakan perannya sangat tergantung pada kinerjanya selama dalam proses audit. Kinerja auditor merupakan hasil kerja yang dicapai oleh auditor dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Kinerja auditor ini menjadi perhatian utama, baik bagi klien ataupun publik, dalam menilai hasil audit yang dilakukan (Fanani et al, 2008). Seorang auditor dalam melaksanakan perannya berdasarkan kepercayaan yang diberikan oleh klien serta pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran atas laporan keuangan tersebut. Auditor harus memiliki kualitas kerja yang baik dalam melaksanakan tugasnya agar tidak dapat merugikan para pengguna laporan keuangan tersebut. Auditor dituntut agar mengerjakan tugasnya dengan tenggat waktu yang telah ditentukan. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor dimana auditor melakukan perilaku disfungsional audit yang terjadi dalam praktek auditnya. Perilaku disfungsional ini adalah tindakan auditor memanipulasi laporan audit yang digunakan untuk pelaksanaan program audit. Perilaku auditor dalam pelaksanaan program audit merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan Kantor Akuntan Publik (McNamara dan Liyanarachchi, 2008). Pelaksaaan audit yang cermat dan seksama sebagaimana yang ada dalam program audit membantu KAP untuk dapat menghasilkan jasa audit yang berkualitas. Kinerja auditor yang tidak baik adalah kinerja yang tidak sesuai dengan pemeriksaan audit di Indonesia. Pemeriksaan (audit) adalah kegiatan yang

4 dilakukan oleh pihak yang memiliki kompetensi professional yaitu untuk memeriksa apakah hasil kinerja sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan (Mardiasmo 2000) dalam Hehanusa. Kinerja auditor yang tidak baik akan membuat kepercayaan masyarakat berkurang terhadap jasa yang diberikan KAP untuk memeriksa laporan keuangan perusahaan terlebih lagi dapat menimbulkan kerugian ke banyak pihak yang berkepentingan terhadap hasil dari pemeriksaan tersebut. Contoh dari kinerja auditor yang tidak baik adalah terjadinya manipulasi laporan keuangan yang dilakukan PT Kimia Farma (2001). Dalam laporan keuangan PT Kimia Farma, KAP Tuanakotta dan Mustofa terlibat melakukan mark up yang overstated dengan dilakukannya penggelembungan laba bersih tahunan senilai Rp. 32,668 Milyar, yang telah menyebabkan tuntutan pengadilan terhadap KAP tersebut. Ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi kinerja auditor salah satunya adalah underreporting of time dan kurangnya sikap skeptisme yang dilakukan auditor pada saat pelaksanaan pemeriksaan laporan keuangan klien. Kinerja yang terdapat underreporting of time dan tidak sejalan dengan program audit akan menyebabkan kerugian bagi banyak pihak, Literatur auditing menyebutkan perilaku ini disebut dengan underreporting of time (URT) yaitu setiap tindakan yang dilakukan auditor selama pelaksanaan program audit yang dapat mereduksi kualitas audit baik secara langsung maupun tidak langsung (Kelley dan Margheim, 1990; Otley dan Pierce, 1996) dalam (Adanan, 2009). jika terjadi pelanggaran terhadap peraturan akan

5 berakibat mendapatkan sanksi pembekuan izin KAP Drs. Biasa Sitepu di Medan yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No 238/KM.1/2018 pada tanggal 3 April 2018 untuk jangka waktu 6 (enam) bulan. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Tim pemeriksaan dari PPPK, disimpulkan bahwa Akuntan Publik Drs. Biasa Sitepu belum sepenuhnya mematuhi Standar Audit (SA) Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan PT Jui Shin Indonesia tahun buku 2016 khususnya terkait belum melakukan pengujian saldo awal (SA Seksi 510 perikatan audit tahun pertama, saldo awal) dan tidak memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat dalam meyakini kewajaran saldo piutang usaha, utang usaha, aset tetap, persediaan dan harga pokok penjualan (SA 500 bukti audit). (http://pppk.kemenkeu.go.id/). Perilaku diatas membuktikan bahwa KAP Drs Biasa Sitepu tidak sungguhsungguh dalam memeriksa kliennya dan bisa saja auditor yang ditugaskan melakukan underreporting of time, terbukti dari belum dilakukannya pengujian saldo awal padahal pengujian tersebut sangat penting untuk membuktikan apakah klien yang diperiksa telah membuat laporan keuangannya sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku di Indonesia. Hal ini akan menimbulkan manipulasi dan penipuan terhadap opini yang akan diberikan kantor akuntan publik. Hehanusa (2013) mengatakan bahwa dalam konteks auditing, manipulasi atau penipuan akan terwujud dalam bentuk perilaku disfungsional, perilaku ini mengandung arti bahwa auditor akan memanipulasi proses auditing untuk mencapai kinerja individu.

6 Selain underreporting of time seringkali auditor dalam melakukan pekerjaan dapat mengabaikan sikap skeptismenya. Skeptisme adalah perilaku memandang sesuatu selalu tidak pasti atau meragukan. Sikap ini apabila diabaikan akan sangat berbahaya untuk kinerja auditor. Skeptisme professional seorang auditor dibutuhkan untuk mengambil keputusan-keputusan tentang seberapa banyak serta tipe bukti audit seperti apa yang harus dikumpulkan (Arens 2011:5). Kurangnya sikap skeptisme dalam pekerjaan auditor dapat melanggar Standar Audit dan SPAP, seperti yang dilakukan oleh Pemimpin KAP Dra. Ellya Noorlisyati dan Rekan cabang Palembang. Menteri keuangan menegaskan pada keputusannya untuk membekukan izin Akuntan Publik Hans Burhanuddin Makarao untuk jangka waktu 3 bulan dengan nomor 239/KM.1/2018 dikarenakan belum sepenuhnya mematuhi SA (Standar Audit) dan SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik) dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan PT Rimba Bintuni Lestari untuk tahun buku 2016, khususnya dalam hal AP belum sepenuhnya memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat dalam meyakini kewajaran saldo akun persediaan, aset tetap, utang usaha, utang bank, pendapatan dan beban pokok pendapatan (SA 500 dan 230) (http://pppk.kemenkeu.go.id/). Dalam kasus diatas, dapat diyakini bahwa auditor Hans Burhanuddin Makarao kurang skeptis dalam melakukan audit atas PT Rimba Bintuni karena tidak sepenuhnya memperoleh bukti audit dan meyakini kewajaran saldo pada laporan keuangan perusahaan tersebut. Sikap ini bisa saja menjadi celah bagi

7 PT Rimba Bintuni untuk melakukan kecurangan. Sari, Wirakusuma dan Ratnadi (2018) mengatakan bahwa auditor dengan skeptisme professional yang baik tidak akan mudah mempercayai bukti audit yang ditemukan selama proses audit untuk memastikan tidak terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan yang diaudit olehnya. Identifikasi masalah dari uraian diatas menyimpulkan bahwa penyimpangan kode etik dan standar audit yang dilakukan auditor dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap kinerja auditor. Kegagalan maupun kesuksesan seorang auditor agar memiliki kinerja audit yang baik dapat dipengaruhi oleh sikap dan perilakunya dalam melaksanakan proses audit. Underreporting of time dan skeptisisme adalah contoh dari sikap dan perilaku tersebut. Berdasarkan indentifikasi masalah maka penulis melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Underreporting Of Time dan Skeptisisme terhadap Kinerja Auditor dengan hanya membatasi masalah kinerja auditor mengenai perilaku underreporting of time dan skeptisisme seorang auditor. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan pada penelitian sebagai berikut : 1. Apakah underreporting of time yang dilakukan auditor berpengaruh terhadap kinerja auditor? 2. apakah sikap skeptisme yang ada pada auditor berpengaruh terhadap kinerja auditor?

8 C. Kegunaan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan penelitian ini bertujuan sebagai berikut 1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dilakukannya underreporting time terhadap kinerja auditor. 2. Untuk mengetahui apakah sikap skeptisme berpengaruh terhadap kinerja auditor. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak, diantaranya : 1. Bagi Kantor Akuntan Publik Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai kebijakan bagi kantor akuntan publik mengenai pengaruh underreporting of time dan sikap skeptisme terhadap kinerja auditor. 2. Bagi Auditor Memberikan tambahan informasi terhadap kinerja auditor untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi dan yang tidak mempengaruhi kinerja auditor.

9 3. Bagi Penelitian berikutnya Memberikan sumbangan pengetahuan ilmiah dan pengembangan teori dibidang auditing yang berkaitan dengan underreporting of time dan skeptisme serta kinerja auditor.