BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan perusahaan menyebabkan dibutuhkannya pihak ketiga yang independen

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan berisi informasi tentang kondisi keuangan perusahaan yang digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Keterbatasan pengguna laporan keuangan dalam melakukan pengawasan terhadap proses pelaporan keuangan perusahaan menyebabkan dibutuhkannya pihak ketiga yang independen dan berkompeten untuk melakukan penilaian terhadap kewajaran laporan keuangan. Akuntan publik atau yang lebih dikenal dengan auditor merupakan pihak ketiga yang bertugas untuk memberikan keyakinan memadai terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan melalui opini yang disajikan dalam laporan auditor independen. Akuntan publik sebagai profesi kepercayaan dituntut untuk melaksanakan tugas auditnya secara profesional dengan berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan Kode Etik Akuntan Profesional yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Pada praktiknya, masih banyak ditemukan kasus-kasus pelanggaran yang melibatkan akuntan publik sehingga berdampak pada tergerusnya kepercayaan masyarakat terhadap akuntan publik. Berbagai peristiwa kegagalan audit seperti kasus Enron dan WorldCom telah memfokuskan kembali perhatian publik terhadap kualitas audit. Bahkan pada awal 2017, publik di Indonesia sempat dikejutkan oleh vonis denda dan sanksi yang diberikan Badan Pengawasan Perusahaan Akuntan Publik di Amerika (Public Company Accounting Oversight 1

2 2 Board/PCAOB) terhadap mitra KAP Ernst & Young (EY) di Indonesia atas hasil audit laporan keuangan kliennya, PT Indosat Tbk, untuk periode 31 Desember 2011 yang tidak disertai dengan bukti yang memadai. Hasil investigasi PCAOB menyatakan bahwa EY Indonesia dan mitranya telah lalai menjalankan tugas utama mereka dalam memperoleh bukti audit yang cukup, secara tergesa-gesa mengeluarkan laporan audit untuk kliennya. EY Indonesia terbukti bersalah telah melanggar kode etik yang berlaku di EY secara global. EY Indonesia dikenai denda sebesar Rp 13 miliar dan sanksi kepada mitra (partner) EY yang menangani klien tersebut (Tempo.co, 2017). Kegagalan audit oleh KAP Big Four tersebut menimbulkan keraguan atas penerapan standar profesional dan kode etik akuntan publik. Tindakan yang dilakukan mitra Ernst & Young di Indonesia mencerminkan perilaku audit disfungsional. Penelitian Coram, Juliana, Woodliff (2003) menunjukkan jika salah satunya penyebab perilaku audit disfungsional ialah tekanan anggaran waktu (time budget pressure). Perilaku audit disfungsional merupakan tindakan auditor dalam kegiatan audit yang dapat mengurangi kualitas audit. Perilaku audit disfungsional dapat berdampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap kualitas audit (Kelley dan Margeim 1990, 22). Perilaku yang berdampak langsung pada kualitas audit disebut tindakan reduksi kualitas audit (Reducing Audit Quality/RAQ acts), seperti prematurely signing-off, yaitu penandatanganan prematur tanpa menyelesaikan prosedur audit (Alderman dan Deitrick 1982, 60). Selain itu, tindakan reduksi kualitas audit lainnya diantaranya memperoleh bukti material yang tidak memadai, menerima penjelasan klien yang tidak memadai, melakukan

3 3 audit secara tidak akurat, dan mengurangi tahapan-tahapan audit dari yang seharusnya. Sementara perilaku yang berdampak tidak langsung seperti melaporkan total waktu audit lebih rendah dari yang sebenarnya atau underreporting of audit time (Kelley dan Margheim 1990, 22). Perilaku audit disfungsional menjadi sorotan karena berdampak pada penurunan kualitas audit yang akan merugikan pengguna laporan keuangan. Salah satu faktor penyebab perilaku audit disfungsional ialah tekanan anggaran waktu (time budget pressure). Alderman dan Deitrick (1982) mengindikasikan tekanan anggaran waktu sebagai alasan utama auditor melakukan tindakan yang tidak diinginkan. Persaingan antara KAP yang semakin ketat mengharuskan setiap KAP untuk dapat melakukan audit secara efisien, baik dalam hal waktu maupun biaya. Hal ini mendorong semakin ketatnya anggaran waktu yang direncanakan untuk sebuah perikatan audit. Auditor dituntut untuk dapat menyelesaikan penugasan audit sesuai anggaran waktu yang direncanakan. Hal ini mendorong auditor untuk melakukan perilaku audit disfungsional seperti reducing audit quality (RAQ) maupun under-reporting of audit time (URT). Auditor sebagai profesi yang menjunjung tinggi kode etik diharapkan dapat melaksanakan tugasnya sesuai kode etik yang ada. Akan tetapi, berbagai kasus kegagalan audit mengarahkan kembali perhatian publik pada seberapa besar etika dapat membantu auditor menghidari perilaku audit disfungsional. Budaya etika seharusnya dapat menjadi faktor penentu bagaimana auditor harus menyikapi permasalahan tekanan aggaran waktu. Svanberg dan Ohman (2013)

4 4 meneliti pengaruh budaya etika pada kualitas audit dalam kondisi tekanan anggaran waktu. Penelitian tersebut menemukan hubungan sebab-akibat antara dua faktor budaya etika dan tekanan anggaran waktu, namun budaya etika tidak dapat memediasi dampak tidak langsung tekanan anggaran waktu pada tindakan mengurangi kualitas audit. Penelitian mengenai pengaruh tekanan anggaran waktu dan etika terhadap kualitas audit sudah pernah dilakukan di Indonesia. Penelitian-penelitian terdahulu seperti Masmudi (2003), Ginting (2008), dan Tenripada (2010) lebih banyak menekankan pada pengaruh tekananan anggaran waktu terhadap kualitas audit. Penelitian mengenai pengaruh etika pernah dilakukan Hutabarat (2012) yang meneliti pengaruh pengalaman, tekanan anggaran waktu, dan etika auditor terhadap kualitas audit. Akan tetapi, masih sedikit penelitian yang menghubungkan pengaruh budaya etika dan tekanan anggaran waktu terhadap kualitas audit di Indonesia. Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh tekanan anggaran waktu dan budaya etika terhadap kualitas audit dengan mengacu pada penelitian yang dilakukan Svanberg dan Ohman (2013) di Swedia. Kualitas audit dalam penelitian ini ialah perilaku audit disfungsional yang berdampak langsung, yaitu tindakan reduksi kualitas audit (RAQ acts). Penelitian ini memperluas penelitian terdahulu dengan menganalisis dampak budaya etika yang kuat terhadap pengaruh tekanan anggaran waktu pada tindakan reduksi kualitas audit.

5 5 Berdasarkan peristiwa yang dikemukakan di atas serta penelitianpenelitian terdahulu, peneliti tertarik untuk menuangkan penelitian ini dalam skripsi dengan judul PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU DAN BUDAYA ETIKA TERHADAP TINDAKAN REDUKSI KUALITAS AUDIT. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada objek penelitian yaitu para auditor pada tingkat junior yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) di Indonesia, baik Big Four maupun non Big Four. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, beberapa permasalahan yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat pengaruh tekanan anggaran waktu terhadap tindakan reduksi kualitas audit? 2. Apakah terdapat pengaruh budaya etika terhadap tindakan reduksi kualitas audit? 3. Apakah terdapat efek moderasi dari budaya etika terhadap pengaruh tekanan anggaran waktu pada tindakan reduksi kualitas audit? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis pengaruh tekanan anggaran waktu terhadap tindakan reduksi kualitas audit. 2. Menganalisis pengaruh budaya etika terhadap tindakan reduksi kualitas audit.

6 6 3. Menganalisis efek moderasi dari budaya etika terhadap pengaruh tekanan anggaran waktu pada tindakan reduksi kualitas audit. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, antara lain: 1. Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP), penelitian ini menganalisis faktorfaktor yang memengaruhi tindakan reduksi kualitas audit yaitu tekanan anggaran waktu dan budaya etika. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pimpinan KAP dalam mengambil kebijakan terkait penyusunan anggaran waktu audit dan etika perusahaan dalam rangka menciptakan lingkungan kerja yang kondusif bagi auditor dalam melakukan tugasnya. 2. Bagi regulator, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi regulator untuk meningkatkan pengawasan terutama terkait faktorfaktor yang memengaruhi tindakan reduksi kualitas audit. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi regulator dalam membuat regulasi khususnya terkait persaingan antar KAP dan etika profesi dalam rangka meningkatkan kualitas auditor dan kualitas opini auditor. 3. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur akuntansi khususnya bidang pengauditan terkait studi mengenai faktorfaktor yang memengaruhi keputusan auditor melakukan tindakan reduksi kualitas audit, terutama tekanan anggaran waktu dan budaya

7 7 etika. Lebih lanjut, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya dalam bidang yang terkait. 1.5 Sistematika Penulisan Bab 1 : Pendahuluan Bab ini membahas latar belakang masalah penelitian ini, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab 2 : Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis Bab ini fokus membahas landasan teori yang digunakan penulis, penelitian terdahulu, dan hipotesis penelitian. Bab 3 : Metode Penelitian Bab ini terdiri dari penjelasan mengenai populasi dan sampel penelitian, jenis dan metode pengumpulan data, variabel penelitian dan definisi operasional variabel, metode analisis data, dan pengujian statistika. Bab 4 : Hasil dan Pembahasan Bab keempat ini berisi pembahasan hasil penelitian dan pengujian hipotesis. Bab 5 : Simpulan Bab terakhir ini berisi kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan, dan saran untuk penelitian selanjutnya.