BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komitmen Karyawan. dimana karyawan memihak kepada organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

BAB II URAIAN TEORITIS. a. Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013)

BAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. baik usaha yang dilakukan oleh pemerintahan untuk waktu yang cukup lama tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Penelitian Uraian 1. Judul Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mereka yang memiliki komitmen tinggi cenderung lebih bertahan dan rendah

BAB I PENDAHULUAN. dan bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba. Perusahaan terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komitmen Organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai pengaruh

BAB 2 KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, RANCANGAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Quality Of Work Life

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Komitmen Organisasi. Salim (dalam Martini dan Rostiana, 2003) bahwa komitmen organisasi di

BAB I PENDAHULUAN. ini, oleh karena itu perusahaan membutuhkan manusia-manusia yang berkualitas tinggi, memiliki

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komitmen Organisasi. Komitmen organisasi menurut Allen dan Meyer (1990), adalah keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perusahaan yang siap berkompetisi harus memiliki manajemen

BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Organisasi adalah sarana atau alat dalam pencapaian tujuan, sebagai wadah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Turnover. Definisi Intensi turnover menurut Harnoto (2002) adalah kadar atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah desain penelitian asosiatif.

BAB II LANDASAN TEORI. dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No. 3 tahun 1982, perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. profit ataupun sosial dituntut harus dapat melakukan peningkatan kualitas dan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Motivasi Kerja. dan bantuan yang kuat untuk bertahan hidup. Motivasi adalah memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terpenting di dalamnya. Tanpa adanya manusia, organisasi tidak mungkin dapat

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hamzah, Nyorong, 2013). Sebagai instansi yang berorientasi pada pelanggan (consumeroriented),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Teoritis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intention to quit adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. mengutamakan pekerjaan dan organisasinya. Individu dengan sukarela memberikan segala usaha

BAB I PENDAHULUAN. baik tidak akan pernah mengabaikan sumber daya manusia mereka, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Disiplin Kerja. penguasaan diri dengan tujuan menahan impuls yang tidak diinginkan, atau untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA Organizational Citizenship Behavior (OCB) individu yang melebihi tuntutan peran di tempat kerja dan dihargai dengan

BAB I PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan sistem manajamen yang dapat mendorong organisasi agar dapat

67 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu: 2. Keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. Tinjauan Pustaka. pendukung dari hasil penelitian terdahulu sebagai berikut : Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan (Cusway, 2002). terus menerus untuk mencapai tujuan (Robbins, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini, membawa dampak timbulnya persaingan di dunia usaha yang semakin ketat.

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. penting yang dibutuhkan dalam menjaga kepercayaan individu dan organisasi.

andilnya secara maksimal kepada perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah belum optimal.

BAB I PENDAHULUAN. dinamis, sehingga semua organisasi atau perusahaan yang bergerak di

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Konsep tentang Locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan penentu yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat baik yang bergerak di bidang produksi barang maupun jasa.

BAB 2 KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pandangan karyawan ketika mereka telah diperlakukan dengan baik oleh

Contoh Komitmen Karyawan terhadap Perusahaan / Organisasi di PT. Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi sekarang ini, tantangan terhadap perubahan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada jalur formal di Indonesia terbagi menjadi empat jenjang, yaitu

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya komitmen yang tinggi tentunya sebuah organisasi atau perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ini berdiri pada tahun 1973 sebagai sebuah home industry yang

BAB VI SIMPULAN DAN IMPLIKASI. Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: akan semakin tinggi pula komitmen organisasional pegawai.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wibowo (2011:501) kepuasan adalah sikap umum terhadap pekerjaan

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada dasarnya hubungan antara perusahaan dengan karyawan adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN : 107). Mathis dan Jackson (2006 : 98) menyatakan kepuasan kerja adalah

BAB II LANDASAN TEORI. Disiplin kerja merupakan hal penting bagi organisasi, sebab dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. karyawan dan organisasi yang berimplikasi terhadap keputusan untuk bertahan

BAB I PENDAHULUAN. tujuannya adalah tersedianya karyawan/sumber daya manusia (SDM) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) Organizational Citizenship Behavior (OCB) pertama kali dipopulerkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam organisasi tersebut memiliki sumber daya manusia yang menunjukkan komitmen yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernah dilakukan sebelumnya untuk semakin memperkuat kebenaran empiris

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh. pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan.

KOMITMEN ORGANISASI MUSYRIF-MUSYRIFAH DI PUSAT MA HAD AL JAMI AH UIN MALIKI MALANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan aset tidak nyata yang menghasilkan produk karya jasa intelektual

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Manusia harus bertahan dalam. mempertahankan kehidupannya dengan beragam cara yang dimilikinya.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komitmen Karyawan 1. Pengertian Komitmen Karyawan Menurut Robbins (2001), komitmen pada suatu organisasi adalah suatu keadaan dimana karyawan memihak kepada organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaannya dalam organisasi itu. Tanpa komitmen, sukar mengharapkan partisipasi aktif dan mendalam dari sumber daya manusia, Tetapi komitmen bukanlah sesuatu yang dapat hadir begitu saja, komitmen harus dilahirkan. Oleh sebab itu komitmen harus dipelihara agar tetap tumbuh dan eksis disanubari sumber daya manusia, Luthas (2006) menunjukkan bahwa komitmen organisasi sering didefinisikan sebagai keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu, keinginan untuk berusaha keras sesuai dengan keinginan organisasi, keyakinan tertentu dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi. Dengan kata lain ini merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan dimana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan. Nawawi dan Martini (2008) mendefinisikan komitmen adalah merupakan suatu keputusan atau perjanjian seseorang dengan dirinya sendiri untuk melakukan atau tidak melakukan, berhenti atau meneruskan suatu perbuatan atau kegiatan. Menurut Wiyono 1

(1999), komitmen adalah tekad bulat untuk melakukan sesuatu dengan niat yang sungguh-sungguh melakukan. Komitmen yang baik adalah komitmen yang dimulai dari pimpinan. Porter dan Steers (1991) mendefinisikan Komitmen organisasional merupakan suatu keadaan dimana individu menjadi sangat terikat oleh tindakannya, melalui tindakannya ini akan menumbuhkan sutu kepercayaan atau keyakinan yang menunjang aktifitas dan keterlibatannya. Sehingga berdasarkan definisi komitmen organisasi menurut para ahli di atas mempunyai penekanan yang hampir sama, yaitu perilaku karyawan yangg mengidentifikasikan dirinya dengan nilai-nilai,aturan-aturan, dan tujuan organisasi. Karyawan menyikapi nilai-nilai yang ada pada organisasi menjadi bagian dari idealisme dan emosi karyawan. Hal ini menjadikan karyawan bangga menjadi bagian dari organisasi. Disamping rasa bangga sikap yang ditunjukkan karyawan antara lain: saling menghargai baik antara karyawan maupun dengan atasan, kesungguhan yang diwujudkan rela bekerja di luar jam kerja, mereka bekerja sekuat tenaga untuk kepentingan organisasi, kepercayaan diri terhadap tugas yang diembannya memiliki nilai sebagai bagian kontribusi keberhasilan organisasi, keyakinan yang kuat bahwa visi, misi, tujuan organisasi adalah positif dan akan terwujud. Pada sisi lain karyawan loyal terhadap organisasi karena adanya aturan-aturan organisasi. Aturan tersebut mengikat karyawan dalam banyak hal, seperti banyaknya biaya yang dikeluarkan organisasi terhadap keberadaan karyawan, keuntungan secara psikologis (perasaan nyaman, aman, terlindunggi) dan keuntungan secara ekonomi 2

seperti adanya penghasilan tetap, tunjangan kerja, jaminan sosial, upah lembur, dan jaminan hari tua. Sehingga dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi adalah keterikatan emosional, identifikasi, dan keterlibatan dalam suatu organisasi dengan pertimbangan tentang apa yang harus dikorbankan bila akan meninggalkan organisasi sehingga memutuskan untuk menetap pada suatu organisasi karena sebagai suatu pemenuhan kebutuhan sikap bertanggung jawab terhadap organisasi karena merasa wajib untuk loyal pada organisasi. 2. Aspek-aspek Komitmen Karyawan Di dalam komitmen karyawan sendiri terdapat beberapa aspek Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mayer, et al (dalam Zurnali 2010), yaitu: 1. Affective Commitment yaitu keterikatan emosional, identifikasi, dan keterlibatan dalam suatu organisasi, individu menetap dalam suatu organisasi karna keinginan sendiri. 2. Continuance Commitment yaitu komitmen individu yang didasarkan pada pertimbangan tentang apa yang harus dikorbankan bila akan meninggalkan organisasi. Individu memutuskan untuk menetap pada suatu organisasi karena menganggapnya sebagai suatu pemenuhan kebutuhan. 3

3. Normative Commitment yaitu keyakinan individu tentang tanggung jawab terhadap organisasi. Individu tetap tinggal pada suatu organisasi karena merasa wajib untuk loyal pada organisasi tersebut. Menurut Streers dan Porter (1983), aspek-aspek komitmen organisasi yaitu meliputi : 1. Suatu kepercayaan dan penerimaan yang penuh atas nilai-nilai dan tujuan organisasi yaitu: pegawai tampak melalui sikap menyetujui kebijaksanaan organisasi, kesamaan nilai pribadi dan nilai-nilai organisasi, rasa kebanggaan menjadi bagian dari organisasi 2. Suatu keinginan yang kuat untuk berusaha sebaik mungkin untuk kepentingan organisasi yaitu: adanya kesediaan untuk berusaha sungguh-sungguh pada organisasi. Keterlibatan sesuai peran dan tanggung jawab pekerjaan di organisasi tersebut. Pegawai yang memiliki komitmen tinggi akan menerima hampir semua tugas dan tanggungjawab pekerjaan yang diberikan padanya 3. Suatu keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi atau bagian dari organisasi yaitu: yaitu Suatu keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi atau bagian dari organisasi yang artinya adanya ikatan emosional dan keterikatan antara organisasi dengan pegawai. Pegawai dengan komitmen tinggi selalu merasakan ingin bertahan dan rasa memiliki terhadap organisasi 4

Moday dkk, (dalam Teresia 2008), mengemukakan komitmen telah didefinisikan sebagai kekuatan identifikasi individu yang berada dalam sebuah organisasi, konsep ini dapat dipecah menjadi tiga komponen yaitu: 1. Keinginan memelihara keanggotaan dalam organisasi 2. Keyakinan dan penerimaan terhadap nilai-nilai organisasi 3. Kesediaan bekerja keras sebagai bagian dari organisasi Meyer dan Allen (dalam Aamodt, 2007) menemukan bahwa aspekaspek komitmen organisasi memiliki tiga aspek yaitu: 1. Komitmen afektif. Yaitu seorang karyawan dikatakan memiliki komitmen afektif dengan organisasi tempatnya bekerja yaitu bila yang bersangkutan bersedia untuk menerima nilai-nilai yang dianut oleh organisasi, memiliki kemauan untuk berusaha keras demi kemajuan organisasi, dan memiliki keinginan untuk tetap berada dalam organisasi. 2. Komitmen berkelanjutan. Yaitu Aspek kedua ini adalah persepsi mengenai biaya. Hal ini merupakan suatu keadaan dimana seorang karyawan terus berada dalam organisasi karena adanya pertimbangan biaya yang ia rasakan bila ia berhenti bekerja pada organisasi tersebut. Aspek komitmen berkelanjutan ini memiliki beberapa dimensi yaitu pilihan lain, keuntungan, dan biaya. 3. Komitmen normatif. Yaitu merupakan sebuah kondisi dimana karyawan tetap bertahan pada perusahaan karena merasa harus memenuhi kewajibannya terhadap organisasi. Aspek ini memiliki beberapa dimensi yaitu keyakinan untuk loyal, dan keyakinan akan etika 5

Dari berbagai pendapat para ahli diatas, hampir sama konnsepnya tentang aspek atau bentuk komitmen organisasi pada intinya ada 3 aspek yakni: keyakinan dan penerimaan yang kuat dari tujuan dan nilai organisasi, kesediaan untuk bekerja keras sebagai bagian dari organisasi, dan keinginan yang kuat untuk tetap berada dalam organisasi. Dari uraian diatas peneliti cenderung sependapat dengan apa yang dikemukakan oleh Mayer, et al (dalam Zurnali 2010), mengemukakan bahwa pendapat aspek atau bentuk komitmen organisasi terdiri: Affective Commitment, Continuance Commitment, dan Normative Commitment. Ketiga hal tersebut yang ada pada karyawan akan saling berkaitan untuk membangun komitmen organisasi pada dirinya. Para karyawan mimiliki komitmen individu yang didasarkan pada pertimbangan tentang apa yang harus dikorbankan bila akan meninggalkan organisasi. Mereka memutuskan menetap pada suatu organisasi karena menganggap sebagai suatu pemenuhan kebutuhan yang bersifat materi sampai kebutuhan aktualisasi diri. Para karyawan memiliki keyakinan bahwa mereka secara individu memiliki tanggung jawab terhadap organisasi. Mereka tetap tinggal pada suatu organisasi karena merasa wajib untuk loyal pada organisasi tersebut. Karena komitmen organisasi, mereka dengan bangga dan puas dapat bekerja lebih baik secara kualitas maupun kuantitas. Karyawan akan mengembangkan diri misalnya melalui pendidikan dan banyak membaca informasi yang berkaitan dengan bidang tugasnya. 6

3. Faktor-Faktor Komitmen Karyawan Komitmen pegawai pada organisasi tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui proses yang cukup panjang dan bertahap Menurut Stum (1998) mengemukakan ada 5 faktor yang berpengaruh terhadap komitmen pada karyawan yaitu: 1. budaya keterbukaan 2. kepuasan kerja 3. kesempatan personal untuk berkembang 4. arah organisasi 5. dan penghargaan kerja yang sesuai dengan kebutuhan Steers (dalam Sopiah, 2008) menyatakan tiga faktor yang mempengaruhi komitmen seorang karyawan antara lain : 1. Ciri pribadi pekerja termasuk masa jabatannya dalam organisasi, dan variasi kebutuhan dan keinginan yang berbeda dari tiap karyawan 2. Ciri pekerjaan, seperti identitas tugas dan kesempatan berinteraksi dengan rekan sekerja; dan 3. Pengalaman kerja, seperti keterandalan organisasi di masa lampau dan cara pekerja-pekerja lain mengutarakan dan membicarakan perasaannya tentang organisasi Berdasarkan dari uraian diatas dapat yang dapat peneliti simpulkan bahwa faktorfaktor dari komitmen sendiri disebabkan banyak berbagai hal sesuai dengan yang dikemukakan oleh Stum (1998) dan Steers (dalam Sopiah, 2008) dan salah satu yang 7

menjadi terpenting adalah kepuasan kerja, apabila karyawan merasa puas dalam pekerjaanya maka karyawan akan memiliki kesanggupan untuk mentaati, melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang dipatuhi dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab (Saydam 2000). 1. Pengertian Kepuasan Kerja B. Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan salah satu unsur yang ada pada setiap bidang pekerjaan, dan termasuk persoalan yang tidak bisa diabaikan dalam bidang psikologi industri. As'ad (2001) mendefinisikan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu sikap yang positif dan menyangkut penyesuaian diri yang sehat dari para karyawan terhadap kondisi kerja dan situasi kerja, termasuk di dalamnya masalah finansial, kondisi sosial, kondisi fisik dan kondisi psikologis. Robbins, 2003, mendefinisikan Kepuasan kerja sebagai kepuasan kerja yang dinikmati dalam pekerjaan dengan memperoleh pujian hasil kerja, penempatan, perlakuan, peralatan, dan suasana lingkungan kerja. Locke (1976) mendefinisikan bahwa kepuasan kerja sebagai suatu tingkat emosi yang positif dan menyenangkan individu. Dengan kata lain, kepuasan kerja adalah suatu hasil perkiraan individu terhadap pekerjaan atau pengalaman positif dan menyenangkan dirinya. Howel dan Dipboye (1986) memandang kepuasan Kerja adalah sebagai hasil keseluruhan dari derajat rasa suka atau tidak sukanya tenaga kerja terhadap berbagai aspek dari 8

pekerjaanya, dengan kata lain kepuasan kerja mencerminkan sikap tenaga kerja terhadap pekerjaanya. Hasibuan,(2000). Menambahkan Kepuasan kerja merupakan sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. Kepuasan kerja karyawan harus diciptakan sebaik-baiknya supaya moral kerja, dedikasi, kecintaan, dan kedisiplinan karyawan meningkat. Karyawan sendiri menurut Hasibuan adalah setiap orang yang bekerja dengan menjual tenaganya (fisik dan pikiran) kepada suatu perusahaan dan memperoleh imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan (Hasibuan, 2000). Berdasarkan definisi diatas peneliti menyimpulkan bahwa karyawan yang mendapat kepuasan kerja akan menunjukkan penampilan kerja yang prima dan selalu bersemangat dalam menjalankan tugas, karyawan yang memiliki kepuasan kerja yang tinggi akan membuat sikap positif terhadap pekerjaan, sikap tersebut jelas akan memberikan efek yang baik terhadap hasil kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktifitas organisasi atau perusahaan yang akan meningkatkan komitmen terhadap organisasi (Arnols & Fieldman, 1983). 3. Aspek-aspek kepuasan kerja Untuk mencapai kepuasan kerja pada karyawan juga tentunya ada beberapa aspek yang mempengaruhi, dan menurut Herzberg (dalam Robbin, 2008) mengemukakan bahwa aspek-aspek kerja yang dipercaya sebagai sumber kepuasan kerja meliputi: 9

1. Prestasi kerja yaitu tentang karyawan dalam menghasilkan output bagi organisasi. 2. pekerjaan adalah pekerjaan yang memberikan kesempatan belajar kepada karyawan untuk belajar sesuai dengan minat dan menumbuhkan rasa tanggung jawab. 3. Tanggung jawab, adalah tentang pemberian beban dan tanggung jawab kepada karyawan dalam menyelesaikan pekerjaanya. 4. pengakuan adalah kemampuan atasan untuk memberi mendengar, memahami, dan mengakui pendapat atau prestasi karyawan. 5. Promosi yaitu tentang kesempatan untuk memperoleh peningkatan karir selama bekerja 6. Pengembangan diri yaitu berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan kesempatan karyawan selama bekerja Menurut Jewell dan Siegall (dalam Prestawan 2010) beberapa aspek dalam mengukur kepuasaan kerja: a. Aspek psikologis, berhubungan dengan kejiwaan karyawan meliputi minat, ketentraman kerja, sikap terhadap kerja, bakat dan ketrampilan. b. Aspek fisik, berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan, meliputi jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja, pengaturan waktu istirahat, keadaan ruangan, suhu udara, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan dan umur. c. Aspek sosial, berhubungan dengan interaksi sosial, baik antar sesama karyawan dengan atasan maupun antar karyawan yang berbeda jenis kerjanya serta hubungan dengan anggota keluarga. 10

d. Aspek finansial, berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan karyawan, yang meliputi sistem dan besar gaji, jaminan sosial, tunjangan, fasilitas dan promosi. Berdasarkan uraian-uraian di atas peneliti menyipulkan aspek-aspek kepuasan kerja karyawan antara lain aspek psikologis, aspek fisik, aspek sosial, aspek finansial. Dan aspek-aspek kepuasan kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspekaspek kepuasan kerja menurut Herzberg (dalam Robbin, 2008), karena aspek ini dipercayai sebagai sumber kepuasan kerja yaitu: prestasi kerja, pekerjaan, tanggung jawab, pengakuan, promosi, dan pengembangan diri. C. Hubungan Antara Kepuasan Kerja Dengan Komitmen Organisasi Komitmen yang tinggi dari setiap karyawan merupakan hal yang sangat diinginkan dalam perusahaan. Komitmen organisasi menunjukkan pada hubungan antara karyawan dengan organisasinya. Pada suatu perusahaan apabila seorang karyawan mendapatkan imbalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mendapatkan hal-hal yang menarik bagi karyawan dipastikan karyawan lebih bersemangat, lebih produktif, dan efisien dalam bekerja sehingga dapat menimbulkan kepuasan kerja. Kepuasan sangat penting bagi perusahaan karena berperan untuk mengetahui bagaimana tanggapan positif karyawan terhadap pekerjaannya, sehingga dapat dijadikan pedoman untuk meningkatkan komitmen organisasi karyawan Robbins (2003) menjelaskan kepuasan kerja merujuk pada sikap umum seseorang terhadap pekerjaannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi akan menunjukkan sikap yang positif terhadap pekerjaannya atau suka dengan 11

pekerjaannya, sebaliknya seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang rendah (tidak puas) akan menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaannya atau tidak suka dengan pekerjaannya. Karyawan yang memiliki kepuasan kerja akan memberikan hasil kerja yang maksimal dan sebaik mungkin bagi perusahaan dan begitu pula sebaliknya. Karyawan yang merasa puas cenderung memiliki prestasi kerja yang lebih baik dibandingkan dengan karyawan yang tidak puas. Karyawan yang memiliki prestasi kerja yang baik di tandai dengan perasaan puas atas keberhasilan dalam melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya, puas karena menemukan solusi atas masalah-masalah dalam tugas dengan hasil yang memuaskan pula. Keadaan tersebut menimbulkan kepuasan kerja yang tinggi pada karyawan sehingga mendorong karyawan untuk melakukan pekerjaannya dengan sebaik mungkin, sehingga komitmen karyawan turut meningkat. Begitu pula sebaliknya prestasi kerja yang rendah pada karyawan akan mempengaruhi kepuasan kerja sehingga komitmen karyawan terhadap orgaanisasi akan cenderung rendah. Robbins (2003) menjelaskan kepuasan kerja merujuk pada sikap umum seseorang terhadap pekerjaannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi akan menunjukkan sikap yang positif terhadap pekerjaannya atau suka dengan pekerjaannya, sebaliknya seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang rendah (tidak puas) akan menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaannya atau tidak suka dengan pekerjaannya. 12

Orang yang puas dengan pekerjaannya cenderung lebih mencintai organisasinya dibandingkan dengan orang yang tidak puas karena mereka merasa sudah diperhatikan oleh perusahaan (Pasewark dan Strawser 1996). Jaramilloet dkk, (2006), menyatakan ketika karyawan menerima kepuasan dari tempat kerjanya, mereka akan menunjukkan sikap yang menyenangkan dan tanggung jawab terhadap pekerjaan tersebut, dan karyawan akan lebih maksimal dalam menghasilkan output yang lebih baik bagi organisasi. Dan pada akhirnya meningkatkan komitmen mereka terhadap organisasi. Hal ini seperti yang di jelaskan oleh Herzberg (1959) bahwa ciri perilaku pekerja yang puas adalah mereka mempunyai motivasi untuk bekerja yang tinggi, mereka lebih senang dalam melakukan pekerjaanya. Anggota karyawan yang tahu bahwa kemampuan dan usahanya diakui dan mendapat pujian dari pimpinan atas pekerjaanya saat ini sebagai anggota organisasi, merasa puas karna hasil kerja diakui oleh organisasi. Anggota karyawan yang demikian akan menemukan pekerjaan jauh lebih memuaskan dari pada seseorang yang telah kehilangan minat pekerjaanya. Anggota karyawan yang merasa mendapat pengakuan dari organisasi akan memberikan timbal balik kepada perusahaan. Sejumlah penelitian menemukan terdapat hubungan antara kepuasan kerja dengan komitmen organsiasi. Penelitian survei terhadap auditor yang bekerja di KAP yang dilakukan oleh Pasewark dan Strawser (1996), menunjukkan bahwa kepuasan kerja berhubungan positif dengan komitmen organisas. Mereka mengatakan bahwa karyawan akan puas dan bangga ketika atasan memahami dan mengakui pendapat atau prestasi karyawan. 13

Kepuasan kerja karyawan akan muncul juga ketika karyawan mendapatkan promosi yang adil dilingkungan Organisasi, karyawan merasa puas dengan kesempatan promosi yang diterimanya saat ini, karyawan merasa puas ketika organisasi atau perusahaan memberikan kesempatan promosi pada anggota yang berprestasi, anggota betah di organisasi karena mendapatkan promosi dengan sistem atau prosedur yang tepat. Karyawan akan menjadi pendorong dalam tercapainya tujuan organisasi, hal itu akan terlihat dari rasa puas atau tidak puasnya karyawan dalam bekerja. Dari uraian di atas dapat disimpulkan kepuasan kerja anggota organisasi akan meningkat jika pelaksanaan promosi jabatan yang dilakukan organisasi atau perusahaan berjalan secara tepat sehingga para karyawan akan merasa memiliki kewajiban untuk memajukan organisasi dan akan memiliki komitmen bagi perusahaan. Tetapi jika dalam pemberian promosi jabatan karyawan merasa tidak adil dan tidak mendapat kepuasan kerja maka karyawan tidak akan maksimal dalam bekerja dan membuat komitmen para karyawan akan rendah terhadap perusahaan atau organisasi tempat mereka bekerja. Anggota karyawan yang mempunyai keinginan karir yang tinggi akan cenderung berkeinginan kuat mengunakan kemampuan untuk meningkatkan keahlian dalam pekerjaan yang dilakukannya sebagai anggota karyawan dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Anggota karyawan akan merasa puas karna mendapat pengalaman yang baru selama menjadi anggota organsasi atau perusahaan ditempat dia bekerja. Merasa puas karna berkesempatan mendapatkan pelatihan dan pengembangan dari perusahaan atau organisasi. Merasa puas dengan metode pelatihan dan pengembangan yang 14

didapat selama ini dari organisasi. Mengembangan kemampuan yang ada dalam diri dan mendapat kesempatan untuk mencapai karir yang diberikan dalam bekerja merupakan cita-cita atau kenginan yang sangat besar bagi setian anggota organisasi. Jika anggota karyawan memperolehnya, maka akan merasa puas dalam bekerja. Dan akan meningkatkan komitmen karyawan terhadap organisasi. Apabila kebuthan karyawan tidak terpenuhi akan menimbulkan rasa ketidak puasan dan dapat menyebabkan komitmen karyawan tehadap organisasi menjadi rendah atau menurun. Berdasarkan uraian diatas, bahwa aspek prestasi kerja, pekerjaan, tanggung jawab, pengakuan, promosi, pengembangan diri. Akan dapat menciptakan kepuasan kerja dan pada akhirnya akan meningkatkan komitmen karyawan terhadap organisasi. Hal ini sesuai dengan Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rosilawati (2001) mengenai hubungan antara kepuasan kerja dengan komitmen karyawan di harian umum Radar Jogja menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara kepuasan kerja dan komitmen terhadap organisasi. Dengan kata lain semakin tinggi kepuasan kerja karyawan maka semakin tinggi pula komitmen karyawan terhadap organisasi tersebut. D. Hipotesis 15

Terdapat hubungan yang positif antara kepuasan kerja dengan komitmen terhadap organisasi pada karyawan, Semakin tinggi kepuasan kerja yang dialami karyawan maka semakin tinggi pula komitmen karyawan terhadap organisasi, sebaliknya semakin rendah kepuasan kerja maka semakin rendah pula komitmen karyawan terhadap organisasi. 16