dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang berulang-ulang. Salah satunya adalah mengetik atau menekan dan

Carpal tunnel syndrome

I. PENDAHULUAN. nervus medianus tertekan di dalam Carpal Tunnel (terowongan karpal) di

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya di kantor, tetapi juga di rumah, sekolah, bahkan kafe-kafe. Dari

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN NEUROLOGI

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Gerakan Berulang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh ligamen-ligamen kuat yang mempersatukan tulang-tulang ini. Ulna distal

BAB I PENDAHULUAN. saraf yang terjadi ketika saraf medianus pada pergelangan tangan terjepit

BAB 1 : PENDAHULUAN. efektif dalam arti perlunya kecermatan penggunaan daya, usaha, pikiran, dana dan

Factors Affecting The Occurrence of Carpal Tunnel Syndrome (CTS) in Cleaning Workers of Onion Bark at Trade Unit Bawang Lanang Iringmulyo Metro City

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan suatu sistem kerja tetap bagi para pekerjanya, yaitu sistem

EMG digunakan untuk memastikan diagnosis dan untuk menduga beratnya sindroma kubital. Juga berguna menilai (8,12) :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KELUHAN SUBJEKTIF CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEMERAH SUSU SAPI DI BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang dilakukan setiap hari dapat menimbulkan berbagai macam. penyakit. Salah satunya adalah Carpal Tunnel Syndrome (CTS).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL. Pasien atas nama Ny.IA berumur 65 tahun yang mengeluh pergelangan

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terowongan carpal dan penurunan fungsi saraf di tingkat tersebut. 1

Kata kunci : Carpal Tunnel Syndrome (CTS), pengrajin, batu tatakan.

ARTIKEL ILMIAH. Hubungan Umur, Masa Kerja, IMT dan Frekuensi Gerakan Repetitif dengan Kejadian Carpal Tunnel Syndrome

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

CARPAL TUNNEL SYNDROME ( C T S )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas manusia sehingga kreativitas manusia adalah sumber ekonomi. pada produksi kreativitas dan inovasi manusia.

SINDROM CARPAL TUNNEL. Jeffrey N. Katz, M.D., dan Barry P. Simmons, M.D.

BAB I PENDAHULUAN. sering di gunakan. Masalah pada pergelangan tangan sering dialami karena

Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Upaya perlindungan terhadap bahaya yang timbul serta pencapaiaan

Unnes Journal of Public Health

BAB I PENDAHULUAN. dan mengobati kecelakaan kerja dan penyakit sudah lama diketahui dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembuluh darah dimana keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh

LATIHAN PEREGANGAN OTOT PERGELANGAN TANGAN, TANGAN DAN LENGAN SEBAGAI BENTUK USAHA PENCEGAHAN DAN REHABILITASCARPAL TUNNEL SYNDROME

BAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja :

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR INDIVIDU DENGAN CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) PADA PEKERJA KONVEKSI

BAHAN AJAR III CARPAL TUNNEL SYNDROME

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP Kerangka Teori

BAB I PENDAHULUAN. Laundry dikenal sebagai kegiatan binatu atau pencucian pakaian dengan. mencucikan pakaian-pakaian (Samsudin, 2009).

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencukupi kehidupan dan/atau untuk aktualisasi diri. Namun dalam

ERGONOMI PENGGUNAAN KOMPUTER Ergonomi:

TELAAH PUSTAKA CARPAL TUNNEL SYNDROME

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup sehat bagi setiap penduduk akan mewujudkan kesehatan yang

BAB II PEMBAHASAN. dalam praktek sehari-hari. Istilah terowongan kapal digunakan karena daerah yang

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA DI RS AL Dr. RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB V PEMBAHASAN. Jumlah pekerja pelintingan rokok di PT. Djitoe Indonesia Tobako

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan fungsi yang tiada batasnya. subjek dalam populasi umum. Insiden dan prevalensi dari negara

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan upaya pengelolaan berbagai

Carpal Tunnel Syndrome di Bagian Instalasi Gizi

ABSTRAK. Deteksi Dini Sindrom Terowongan Karpal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil analisa data di 3 group pekerjaan

CARPAL TUNNEL SYNDROME

BAB I PENDAHULUAN. batasan World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu pekerjaan. Komputer yang banyak digunakan oleh segala kalangan untuk

MEMPENGARUHI KEJADIAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PERAJIN BATIK TULIS SERULING ETAN MAGETAN

Jurnal Kesehatan Masyarakat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) teknologi. Seolah-olah hidup manusia sudah sangat tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom Terowongan Karpal atau Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROM DENGAN MODALITAS ULTRASOUND DAN TERAPI LATIHAN. DI RS.AL.dr.RAMELAN. SURABAYA.

Faktor Risiko Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Wanita Pemetik Melati di Desa Karangcengis, Purbalingga


BAB I PENDAHULUAN. gerakan yang dilakukan oleh tangan manusia. Gerakan tangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang optimal. Kesehatan optimal yaitu dimana keadaan sejahtera dari badan, jiwa

II. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Carpal Tunnel Syndrome merupakan neuropati terhadap nervus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Abstrak. Lazuardi, et al, Determinan Gejala Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Pekerja Pemecah Batu...

Journal Reading ULFA ELSANATA ( )

PANDUAN KESELAMATAN KERJA DAN PRAKTIKUM

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME SINISTRA DI RSUD SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. pemerahan yang dilakukandan batas maksimum residu dalam bahan makanan. menggunakan tangan (Handayani dan Purwanti, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental dan juga bebas dari kecacatan. Keadaan sehat bukanlah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

GAMBARAN RISIKO KEJADIAN CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) PADA PEKERJA WANITA DI PT. BOGATAMA MARINUSA MAKASSAR

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA. DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

BAB II CARPAL TUNNEL SYNDROME

Laboratorium Komputasi Dasar Ilmu Komputer PANDUAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM KOMPUTASI DASAR JURUSAN ILMU KOMPUTER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN. Semarang dalam kurun waktu Mei Juni pada tahun 2015.

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal

BAB 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. CTS 1. Definisi CTS CTS disebabkan karena disfungsi otot atau ligamen mengalami penekanan serta pembendungan terowongan karpal serta trauma akumulatif ketika pergerakan tangan dilakukan secara berulang dalam jangka waktu yang lama, jumlah gerakan pada jari jari dan tangan yang berlebihan (23). Peningkatan tekanan pada saraf median yang berada di terowongan karpal dapat menyebabkan rasa sakit dan hilangnya fungsi (3),(24). CTS adalah salah satu dari neuropati ekstremitas atas yang paling umum terutama pada wanita dewasa dengan prevalensi CTS bervariasi dari 0,6% sampai 16% (25). CTS dapat disebabkan karena pergerakan tangan dilakukan secara berulang dalam jangka waktu lama yang dapat menyebabkan rasa sakit dan hilannya fungsi karena ligamen mengalami penekanan pada saraf median yang berada diterowongan karpal (23),(25). 2. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala CTS seperti (26),(27) : a. Mati rasa, kesemutan atau rasa seperti terkena aliran listrik (tingling) pada jari dan setengah sisi radial jari. b. Nyeri di pergelangan tangan, telapak atau lengan bawah, serta bagian saraf tengah pada bagian jempol, telunjuk, jari tengah, dan setengah dari jari manis. c. Penurunan genggaman atau cengkeraman kekuatan. Pada penderita yang sudah lama terkena dapat ditemukan gejala motorik dan terkadang terdapat hipotrofi tenar, paling sering terjadi di bagian saraf tengah adalah pada bagian jempol, telunjuk, jari tengah, dan 7

setengah dari jari manis dan gejala-gejala ini bertambah berat pada malam hari dan berkurang bila pergelangan tangan digerak-gerakkan atau dipijat (28). 3. Patofisiologi Gambar 2.1 Patofisiologi CTS (1) CTS terjadi secara kronis dimana terjadi penebalan fleksor retinakulum yang dapat menyebabkan tekanan kepada nervus medianus (1). Cidera seperti ini terjadi jika dalam melakukan pekerjaannya mengalami penekanan gerakan secara berulang- ulang yang terjadi pada tangan, pergelangan tangan, dan siku (17). Pembengkakan pada tendon dan mukosa akan berlanjut jika tekanan tersebut terjadi secara berulang. Penyempitan terowongan karpal terjadi karena melakukan gerakan yang membutuhkan kekuatan penuh (29). Keluhan nyeri yang timbul terutama pada malam atau pagi hari akan berkurang setelah terjadinya perbaikan sementara pada aliran darah yaitu tangan digerak-gerakkan atau diurut (30). Periode iskemik sementara merupakan salah satu penyebab CTS yang akan berdampak pada gangguan mikrovaskular, kurangnya pasokan darah menyebabkan berkurangnya nutrisi dan oksigen ke saraf yang menyebabkan syaraf perlahan-lahan kehilangan kemampuan untuk 8

mengirimkan impuls saraf. Apabila kondisi ini terus berlanjut akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf (31). 4. Diagnosis a. Pemeriksaan Fisik 1) Tes Tinel Tes tinel dilakukan jika timbul parestesia atau nyeri di daerah distribusi nervus medianus dengan cara mengetuk syaraf medianus diatas pergelangan tangan pada arah telapak tangan dilakukan pada daerah terowongan karpal dengan posisi tangan dorso fleksi (32). 2) Tes Wrist Extension Tes wrist extension dilakukan dengan ekstensi tangan secara maksimal pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala-gejala seperti CTS, maka tes ini mendukung diagnosa CTS (33). 3) Tes Phalen Test phalen adalah tes pergelangan tangan dengan menunjukan bahwa pergelangan tangan atau ulnar terjepit atau tertekan (8). Tes ini dilakukan dengan menekuk kedua pergelangan tangan kemudian saling menekan sekuat-kuatnya selama 30 detik 2 menit (rata-rata 1 menit) bila timbul rasa sakit atau parasthesia di daerah syaraf medianus dinyatakan positif jika pasien mengalami kesemutan di ibu jari, telunjuk jari, jari tengah, dan bagian lateral jari manis (34). Penelitian yang akan dilakukan menggunakan tes phalen karena banyak pendapat yang menyatakan bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan diagnosis CTS. Selain itu tes phalen memiliki sensitivitas 40-80% dan spesifitas lebih dari 81% (26). Proses pemeriksaan CTS menggunakan tes phalen: 9

a) Tes phalen diperagakan oleh tenaga kesehatan kepada pekerja bulu mata selama satu menit agar tidak terjadi bias. b) Pekerja diminta untuk duduk dan menirukan tenaga kesehatan dengan kedua pergelangan tangan ditekuk kemudian ditekan sekuat-kuatnya selama 30 detik 2 menit (rata-rata 1 menit). c) Tes phalen dinyatakan positif jika pasien mengalami kesemutan di ibu jari, telunjuk jari, jari tengah, dan bagian lateral jari manis. b. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk penderita usia muda tanpa adanya gerakkan tangan berulang, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti kadar hormon tiroid, pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan kadar gula darah (34). c. Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan sinar X pada pergelangan tangan dapat membantu melihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau arthritis. Foto palos leher berguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT Scan dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi (26),(34). d. Pemeriksaan Neurofisiologis Pemeriksaan (Elektomiografi) EMG dapat membuktikan adanya polifasik, fibrasi, gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar. Pada beberapa kasus yang tidak dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal. EMG dapat normal pada 31 % kasus CTS. Kecepatan Hantar Saraf (KHS). KHS bisa normal, pada 15-25 kasus. Pada yang lainnya KHS akaengalami penurunan dan masa laten distal (distallatency) memanjang, menunjukkan adanya gangguan di konduksi saraf pada pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari pada masa motorik (29),(32). 10

5. Pencegahan CTS Berikut ini latihan peregangan yang dapat dilakukan sebelum melakukan pekerjaan dan dikala jam istirahat, diantaranya (33) : a) Tekanan tangan pada posisi ke bawah kemudian ke atas. b) Tarik tangan perlahan kearah menyamping ke dalam, rasakan regangan pada pergelangan tangan. c) Tarik tangan perlahan menyamping keluar menjauhi ibu jari, rasakan regangan sisi tengah pergelangan tangan. d) Posisi duduk, letakkan tangan pada kursi, telapak tangan dibalik dan tengadah, lalu tekan perlahan, rasakan regangan ototnya. B. Faktor-Faktor Penyebab Carpal Tunnel Syndrome (CTS) 1. Faktor Individu a. Usia Usia kerja produktif di Indonesia minimal 15 tahun dan maksimal 64 tahun sedangkan rata-rata kelompok umur yang bekerja 29-62 tahun. Bertambahnya usia akan mempengaruhi peningkatan terjadinya CTS (11). Usia seseorang berbanding langsung dengan kapasitas fisik sampai batas tertentu dan mencapai puncaknya pada usia 25 tahun. Semakin bertambahnya usia terjadi degenerasi pada tulang saat berusia 30 tahun dimana terjadi degenerasi berupa kerusakan jaringan, pergantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan sehingga hal ini menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang (35). Risiko terjadinya CTS 10% lebih banyak pada orang dewasa umumnya terjadi pada usia antara 29-62 tahun (8). Penelitian di Seruling Etan Magetan menyebutkan bahwa usia dapat mempengaruhi kejadian CTS pada perajin batik tulis yang berusia 41-60 tahun (43.3%) (9). Pada usia 50-60 tahun kekuatan otot menurun sebesar 25% dan kemampuan sensoris-motoris menurun sebanyak 60%. Pekerja yang memiliki umur yang lebih muda 11

memiliki penglihatan dan pendengaran yang lebih tajam, gerakan yang lebih lincah dan daya tahan tubuh yang kuat (35). Beberapa studi juga menjelaskan bahwa CTS umumnya dialami oleh wanita berusia 30an (11). b. Masa Kerja Masa kerja menunjukkan bahwa semakin lama terkena paparan gerakan tangan berulang ditempat kerja maka akan semakin tinggi risiko terjadinya CTS (36). Pekerja yang memiliki masa kerja 4 tahun mempunyai risiko mengalami 18.096 kali lebih besar terkena CTS dibandingkan dengan pekerja yang masa kerjanya 1-4 tahun (35). Penelitian di Malang pada pemetik daun teh diperoleh hasil 65,9% pekerja mengalami CTS setelah masa kerja 30 tahun (6). Pekerja pemetik tangkai cabai dengan masa kerja lebih dari 7 tahun mempunyai risiko 17 kali lebih tinggi dibanding dengan pekerja pemetik tangkai cabai masa kerja kurang dari 7 tahun, OR= 17.000; 95% CI 1.683-171.70 (10),(11). c. Lama Kerja Lama kerja adalah waktu lamanya pekerjaan yang dapat memicu terjadinya CTS. Lama seseorang bekerja berdasarkan Undangundang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah 8 jam dalam 1 hari (37). Keadaan ini sejalan dengan menurunnya kadar gula di dalam darah yang mengharuskan pekerja beristirahat sekurangkurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 jam terus-menerus, dan waktu istirahat tidak termasuk jam kerja (38). Hal ini terjadi karena semakin lama masa kerja terjadi gerakan berulang secara terus-menerus sehingga dapat menyebabkan stress pada jaringan disekitar terowongan karpal (17). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat hubungan antara lama kerja dengan keluhan (CTS) (13). 12

d. Indeks Massa Tubuh (IMT) Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah alat yang digunakan untuk memantau status gizi orang dewasa yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan (17). Orang yang gemuk mempunyai risiko 2,5 lebih tinggi dibandingkan dengan yang kurus. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan yang bermakna antara IMT (p=0,000) dengan kejadian CTS (7). Berdasarkan penelitian juga menjelaskan bahwa obesitas dapat menjadi faktor risiko independent dalam sebuah kejadian CTS (8). Orang dengan IMT tinggi terdapat peningkatan volume darah ke ekstermitas atas sehingga meningkatkan pompa vena di sekitar sinuvial dari terowongan karpal sehingga terjadi peningkatan tekanan dalam terowongan karpal (39). Rumus perhitungan IMT (14) : Kategori IMT (40) : Tabel 2.1 Kategori IMT Kategori Kg/m 2 Kurus Berat < 17,0 Kurus Ringan 17,0 18,4 Normal 18,5 25,0 Gemuk Ringan 25,1 27,0 Gemuk Berat > 27,0 2. Faktor Pekerjaan a. Gerakan Repetitif Pergelangan Tangan Gerakan repetitif pergelangan tangan akan yang dilakukan setiap beberapa detik, sehingga dapat mengakibatkan kelelahan dan ketegangan otot tendon (17). Sebaliknya menurut penelitian, gerakan repetitif lebih dari 30 gerakan/menit tidak berhubungan dengan kejadian CTS dimungkinkan pekerja banyak melakukan istirahat 13

spontan disaat otot mengalami kontraksi atau kerutan (16). Kategori gerakan repetitif pergelangan tangan < 30 gerakan/menit dan 30 gerakan/menit (41). Keluhan otot skeletal pada umummnya terjadi karena kontraksi otot yang melebihi 20% akibat pekerjaan yang terlalu berat dengan durasi jam kerja yang lama, maka peredaran darah ke otot berkurang menurut tingkat konstaraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan (24). Berdasarkan penelitian pada pekerja pemecah batu di kecamatan Moramo Utara kabupaten Konawe Selatan, terdapat hubungan antara gerakan repetitif pergelangan tangan dengan kejadian CTS. Kejadian ini menyebabkan suplai oksigen ke otot menurun sehingga proses metabolisme terhambat. Sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang menimbulkan rasa nyeri pada otot (13). b. Beban Kerja Beban kerja adalah keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu sesuai jenis pekerjaanya. Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima oleh seseorang harus sesuai atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut (24). C. Beban Kerja 1. Definisi Beban Kerja Beban kerja adalah jumlah dari hasil kerja atau catatan tentang hasil pekerjaan yang dihasilkan oleh sejumlah pegawai dalam suatu bagian tertentu (42). Terdapat dua jenis beban kerja, yaitu beban kerja fisik dan beban kerja mental. Beban kerja fisik berupa aktivitas fisik yang dilakukan selama bekerja seperti mendorong, menarik, mengangkat, dan menurunkan beban. Sedangkan beban kerja mental berupa kebutuhan 14

mental seseorang seperti memikirkan, menghitung dan memperkirakan sesuatu (43). 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja ada dua, yaitu faktor eksternal dan faktor internal (44) : a. Faktor Eksternal Faktor eksternal (faktor dari luar) beban kerja meliputi tugas (task), organiasasi kerja dan lingkungan kerja. b. Faktor Internal Faktor internal (faktor dari luar) beban kerja akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal dan dikenal dengan reaksi strain. Ada dua faktor yaitu faktor somatis dan faktor psikis. Faktor somatis yaitu jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan danstatus gizi. Sedangkan faktor psikis yaitu motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan lain-lain. 3. Pengukuran Beban Kerja Pengukuran beban kerja dapat dilakukan melalui penghitungan denyut nadi pada arteri radialis (pergelangan tangan), terletak sepanjang tulang radialis dan lebih mudah teraba. diatas pergelangan tangan pada sisi ibu jari dan Metode Analisis Cardiovascular Load (CVL) (45). a. Denyut Nadi Beban kerja dapat diukur dengan denyut nadi untuk menentukan berapa lama seseorang dapat bekerja sesuai dengan kapasitas kerjanya (3),(23). Hal demikian itu juga merupakan beban tambahan bagi jantung yang harus memompa darah lebih banyak lagi. Akibat dari pekerjaan ini, maka frekuensi denyut nadipun akan meningkat pula (46). Pembebanan otot secara statis dalam waktu yang cukup lama akan mengakibatkan RSI (Repetition Strain Injuries) yaitu nyeri otot, 15

tulang, tendon dan aliran darah menurun, sehingga asam laktat terakumulasi dan mengakibatkan kelelahan otot yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang bersifat berulang atau repetitif (20). Kategori beban kerja (47) : Tabel 2.2 Kategori Beban Kerja Kategori Denyut/menit Berat 126-150 Denyut/menit Sangat berat 101-125 Denyut/menit Luar biasa berat <100 Denyut/menit b. Metode Analisis Cardiovascular Load (CVL) Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat penting dalam peningkatan cardiac output dari istirahat sampai kerja maksimum. Klasifikasi beban kerja berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum (cardiovascular load = % CVL ) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut (48) : Keterangan (49) : 1) Denyut nadi istirahat adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai. 2) Denyut nadi kerja adalah rerata denyut nadi selama bekerja. 3) Nadi kerja adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi kerja. 4) Di mana denyut nadi maskimum adalah (220-umur) untuk lakilaki dan (200-umur) untuk wanita. 16

D. Kerangka Teori Usia Ketidakstabilan tulang dan otot Penyempitan Terowongan Karpal Nyeri pada Otot Masa Kerja Paparan Gerakan Tangan Berulang Lama Kerja Indeks Massa Tubuh (IMT) Peningkatan Volume Darah Tekanan dalam Terowongan Karpal Penimbunan Asam Laktat Penurunan Suplay Oksigen ke Otot Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Gerakan Repetitif Pergelangan Tangan Kontraksi Otot Peredaran Darah ke Otot Berkurang Beban Kerja Gambar 2.2 Kerangka Teori (11),(13),(17),(35),(36),(39) 17

E. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Usia Masa Kerja Lama Kerja Indeks Massa Tubuh (IMT) Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Gerakan Repetitif Pergelangan Tangan Beban Kerja Gambar 2.3 Kerangka Konsep F. Hipotesis 1. Ada hubungan usia dengan kejadian CTS pada pekerja bulu mata di Desa Rakit. 2. Ada hubungan masa kerja dengan kejadian CTS pada pekerja bulu mata di Desa Rakit. 3. Ada hubungan lama kerja dengan kejadian CTS pada pekerja bulu mata di Desa Rakit. 4. Ada hubungan gerakan repetitif pergelangan tangan dengan kejadian CTS pada pekerja bulu mata di Desa Rakit. 5. Ada hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian CTS pada pekerja bulu mata di Desa Rakit. 6. Ada hubungan beban kerja dengan kejadian CTS pada pekerja bulu mata di Desa Rakit. 7. Ada faktor yang paling berpengaruh dengan kejadian CTS pada pekerja bulu mata di Desa Rakit. 18