BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Siska Kurnia
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan bagian dari Ilmu Kesehatan Masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja (Fitri, 2013). Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan suatu kondisi atau faktor-faktor yang mempengaruhi atau dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan karyawan atau pekerja lainnya (termasuk pekerja sementara dan kontraktor), tamu, atau orang lain di tempat kerja (OHSAS 18001, 2007). Undang-undang Republik Indonesia tentang Kesehatan pasal 23 tahun 1992, menyebutkan upaya kesehatan kerja sebagai upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya. Melalui upaya kesehatan kerja akan terwujud tenaga kerja yang sehat sehingga mampu mencapai produktivitas kerja yang optimal. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu sistem yang dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di tempat kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja dengan mematuhi aturan keselamatan dan kesehatan kerja (Kusuma, 2011). Oleh karena itu, sudah sewajibnya seluruh industri memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja para pekerjanya, karena secara langsung dapat mempengaruhi produktivitas dan kualitas kinerja para pekerja sehingga secara tidak langsung juga dapat menurunkan perkembangan suatu industri.
2 Salah satu jenis industri yang cukup berkembang di Indonesia adalah industri garmen. Menurut Astuti (2009), industri garmen memiliki risiko kesehatan yang cukup tinggi dimana penyakit atau injuri yang paling banyak terjadi pada industri ini adalah penyakit yang berhubungan dengan otot dan rangka atau yang dikenal dengan sebutan musculosceletal disorders. Keluhan-keluhan yang dialami oleh pekerja di industri garmen ini disebabkan karena sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang rendah. Wulandari (2013) juga menegaskan bahwa penerapan keselamatan dan kesehatan kerja pada sektor industri garmen, seringkali tidak diperhatikan oleh pemilik usaha. Hasil penelitian yang dilakukan Hong Kong christian industrial committee pada industri garmen di Cina (2004) melaporkan bahwa tidak terdapat kesadaran pemilik pabrik dalam memperhatikan keselamatan dan kesehatan pekerjanya, sehingga penjahit mengeluhkan jam kerja yang terlalu lama (duduk dan berdiri), fasilitas kursi jahit yang tidak layak, pengulangan gerakan kerja dan lain lain. Seharusnya setiap industri melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sesuai peraturan Undang-undang nomor satu tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Undang-undang tersebut menyebutkan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan peningkatan produksi. Perlindungan K3 pada sektor industri garmen memiliki beberapa kelemahan karena keterbatasan faktor ekonomi dan sosial budaya, kecilnya jumlah pekerja yang terlindungi karena terkendala oleh kemampuan finansial pekerja untuk membayar iuran, dan kurang pahamnya pekerja terhadap program jamsostek atau sejenisnya (Yani, 2012). Alasan terhambatnya penerapan K3 pada industri garmen adalah K3 dianggap tidak memberikan keuntungan pada perusahaan atau pemilik perusahaan, prioritas manajemen K3 yang masih rendah, kurangnya program promotif tentang K3
3 di perusahaan sehingga banyak pemilik yang tidak mengetahui tentang pentingnya K3 (Indriastuti, 2013). 2.2 Industri Tekstil (Garmen) Industri tekstil (garmen) merupakan salah satu industri yang memproses bahan baku seperti kain, kulit dan sebagainya menjadi barang jadi yang hasilnya akan dijual kepada konsumen. Produksi dalam industri garmen dilakukan secara cepat yang menyebabkan penjahit melakukan pengulangan pekerjaan secara terus-menerus, dimana hal ini dapat meningkatkan risiko penyakit saraf, mati rasa dan nyeri. Pekerjaan industri garmen membutuhkan banyak pekerja untuk mengolah bahan baku dalam jumlah yang besar menggunakan mesin, cara duduk pekerja di bangku mesin jahit juga yang tidak seimbang sehingga dapat menyebabkan gangguan atau sakit pada pergelangan tangan, punggung, dan cedera kaki (OSHA, 2000). Penjahit merupakan salah satu aset penting yang dimiliki oleh garmen, karena tingkat produktivitas garmen ditentukan oleh kegiatan produksi dari penjahit. Dalam melakukan pekerjaannya, penjahit menggunakan tangan maupun dengan mesin jahit. Penjahit bekerja dengan risiko terpapar panas mesin jahit, bau menyengat dari bahan baku jahitan, bertinteraksi dengan benda tajam seperti jarum, gunting dan pisau potong, banyaknya debu-debu serat, terpaan kebisingan, getaran, dan lain lain. Kaergaard dan Andersen (2000) menyebutkan karakteristik pekerjaan penjahit adalah pekerjaan yang monoton dengan repetisi pekerjaan tinggi, dan postur duduk yang cenderung membungkuk ke arah mesin jahit. Faktor-faktor risiko ini disebabkan tidak lain oleh pekerjanya sendiri, pergerakan yang berulang sebagai tuntutan dari pekerjaan, desain tempat kerja seperti tempat duduk yang tidak memadai, tinggi meja yang tidak sesuai, kurangnya pencahayaan, penempatan pedal yang membuat postur
4 kaki dan lutut menjadi salah, serta ukuran mesin yang tidak sesuai dengan postur pekerja dimana hal ini berpotensi menyebabkan terjadinya penyakit akibat kerja seperti musculosceletal disorders (Burgel, dkk., 2004). 2.3 Musculosceletal Disorders (MSDs) Gambaran umum musculosceletal disorders (MSDs) Salah satu jenis penyakit akibat kerja yang paling banyak muncul dalam dunia kerja adalah musculosceletal disorders (gangguan muskuloskeletal) (Yusnani, dkk., 2012). Occupational Safety and Health Administration (2000) mendefinisikan musculosceletal disorders sebagai gangguan yang terletak pada jaringan lunak (otot, tendon, ligamen, sendi, dan tulang rawan) dan sistem saraf yang dapat mempengaruhi semua jaringan, termasuk saraf selubung tendon, serta paling sering melibatkan lengan dan punggung. Tarwaka, dkk., (2004), menambahkan bahwa musculosceletal disorders merupakan keluhan pada otot-otot skeletal yang dirasakan seseorang terkait aktivitas fisik yang dilakukan dan sikap tubuh yang tidak alamiah. National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) (1997) menguraikan bahwa musculosceletal disorders disebabkan oleh kejadian yang cepat atau tiba-tiba (seperti tergelincir, tersandung, dan jatuh) yang berkembang sedikit demi sedikit yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan ringan hingga fatal. Secara garis besar keluhan musculosceletal dapat dikelompokkan menjadi dua (Tarwaka, dkk., 2004), yaitu: 1. Keluhan sementara (reversible) Merupakan keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan.
5 2. Keluhan menetap (persistent) Merupakan keluhan otot yang bersifat menetap walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut. Otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang. Studi tentang musculosceletal disorders pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah (Wardaningsih, 2010) Penyebab musculosceletal disorders (MSDs) Tarwaka, dkk., (2004) menjelaskan bahwa, terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan musculosceletal, yaitu: 1. Peregangan otot yang berlebihan Peregangan otot yang berlebihan (overexertion) pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja. Aktivitas kerja yang berat menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat, apabila peregangan sering dilakukan maka dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal. 2. Aktivitas berulang Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus-menerus, seperti mengangkut, membungkuk, berdiri, duduk dan lain lain, sehingga otot akan
6 menerima beban kerja secara terus-menerus tanpa memperoleh kesempatan berelaksasi. 3. Sikap kerja tidak alamiah Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat, dan sebagainya. Sikap kerja yang tidak alamiah ini terjadi karena tuntutan tugas, alat kerja dan tempat kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja 4. Faktor penyebab sekunder Yaitu adanya penyebab sekunder seperti: tekanan (terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak), getaran (getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan konstraksi otot bertambah), dan mikroklimat (paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot). 5. Penyebab kombinasi Risiko terjadinya keluhan otot skeletal akan semakin meningkat apabila dalam melakukan tugasnya, pekerja dihadapkan pada beberapa faktor risiko dalam waktu yang bersamaan, misalnya pekerja harus melakukan aktivitas di bawah tekanan panas matahari seperti pada pekerja bangunan. Menurut Bukhori (2010), rasa sakit yang mengganggu sistem musculosceletal pada saat bekerja dapat menyebabkan pecahnya lempeng serta dapat menekan saraf, hal ini dapat menyebabkan cedera atau bahkan menyebabkan kelumpuhan, rasa nyeri pada tubuh juga secara psikologis dapat menyebabkan menurunnya tingkat kewaspadaan akibat terhambatnya fungsi-fungsi kesadaran otak dan perubahan-
7 perubahan pada organ-organ di luar kesadaran hingga berpotensi menimbulkan musculosceletal disorders. Menurut Tarwaka, dkk., (2004), terdapat beberapa ahli yang menjelaskan bahwa terdapat faktor individu dan organisasi yang berpengaruh terhadap risiko mengalami keluhan musculosceletal disorders, meliputi: 1. Umur Degenerasi pada tulang terjadi seiring meningkatnya umur dan keadaan ini mulai terjadi saat seseorang berumur 30 tahun, pada umur 30 tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, serta pengurangan cairan yang menyebabkan berkurangnya stabilitas pada tulang dan otot, dengan kata lain, semakin tua seseorang, semakin tinggi risiko orang tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang yang memicu timbulnya gejala musculosceletal disorders. Umur mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan keluhan otot, terutama untuk otot leher dan bahu. Pada umur tahun kekuatan otot menurun sebesar 25%, kemampuan sensoris motoris menurun sebanyak 60%, selanjutnya kemampuan kerja fisik seseorang yang berumur lebih dari 60 tahun hanya mencapai 50% dari umur orang yang berumur 25 tahun. Penelitian yang dilakukan Hadler di tahun 2005 dalam Ariani (2009) pada pekerja di Swedia menunjukkan hasil bahwa sekitar 70% di antara yang mengalami keluhan pada punggung berusia antara tahun, hal ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun. 2. Jenis kelamin Pria dan wanita memiliki karakteristik berbeda dalam kemampuan fisiknya, kekuatan fisik tubuh wanita rata-rata sekitar dua per tiga dari pria (Wardaningsih,
8 2010). Jenis kelamin mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot dan rangka seseorang, hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria (Karuniasih, 2009). Berdasarkan beberapa prevalensi penelitian tentang musculosceletal disorders ditemukan bahwa keluhan musculosceletal lebih banyak dirasakan wanita dibandingkan pria (NIOSH, 1997). 3. Masa kerja Masa kerja merupakan faktor risiko yang sangat mempengaruhi risiko terjadinya musculosceletal disorders pada pekerja, terutama untuk jenis pekerjaan yang menggunakan kekuatan kerja yang tinggi, sehingga semakin lama masa kerja seseorang semakin tinggi risiko terjadinya gangguan musculosceletal. 4. Indeks massa tubuh (IMT) Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan dan tinggi badan seseorang. Indeks massa tubuh merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal walaupun pengaruhnya relatif kecil. Seseorang yang gemuk cenderung memiliki risiko kerusakan otot skeletal dan sendi yang lebih tinggi dibandingkan seseorang yang kurus. Keluhan otot skeletal yang dipengaruhi oleh ukuran tubuh ini disebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka di dalam menerima beban berat tubuh. Temuan lain menunjukkan bahwa pada tubuh yang tinggi umumnya sering diderita sakit punggung, namun tubuh tinggi tidak mempunyai pengaruh terhadap keluhan leher, bahu, dan pergelangan tangan. 5. Jam kerja Badan Pusat Statistik (BPS) (2012), menjelaskan bahwa jumlah jam kerja pekerja Indonesia rata-rata adalah delapan jam sehari dan lima hari dalam seminggu.
9 Jam kerja yang tidak menentu dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi kesehatan dan dapat berakibat pada penurunan produktivitas kerja. Jam kerja merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya keluhan musculosceletal disorders, karena jam kerja yang terlalu lama dapat menyebabkan kelelahan pada otot terutama untuk pekerjaan yang bersifat berulang-ulang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariyanto (2013) menunjukkan bahwa karyawan dengan jam kerja lebih dari empat jam, merasakan keluhan musculosceletal disorders sedangkan yang bekerja di bawah empat jam, tidak merasakan keluhan musculosceletal disorders. Hasil penelitian tersebut menjadi acuan untuk para pekerja agar melakukan istirahat setelah empat jam bekerja. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sumekar dan Natalia (2008) juga menunjukkan adanya hubungan antara jam kerja terhadap keluhan nyeri punggung yaitu dari 63 responden terdapat 37 (58,7%) responden mengeluh keluhan nyeri punggung akibat kerja selama lebih dari empat jam secara terus-menerus Keluhan musculosceletal disorders (MSDs) pada penjahit Pekerjaan menjahit mengharuskan pekerja membungkukkan pungunggnya ketika menjahit, karena jarak pandang mata dengan kain yang dijahit harus dekat agar jarum jahit dan benang dapat terlihat jelas. Keluhan yang dirasakan penjahit biasanya berupa sakit pada bagian tubuh tertentu, rasa sakit tersebut bisa salah satu maupun gabungan dari rasa pegal, nyeri, kesemutan, panas, kejang, kaku, dan bengkak. Hasil penelitian yang dilakukan Aryanto (2008) pada penjahit pakaian dengan menggunakan pengukuran Nordic Body Map, menemukan hasil bahwa keluhan musculosceletal paling sering dialami adalah bagian pinggang sebesar 82,5%, serta diikuti leher bagian atas, pantat, punggung, bahu kanan dan bahu kiri dengan presentase mencapai 25 hingga 49%.
10 2.4 Pengukuran Musculosceletal Disorders (MSDs) Terdapat beberapa cara dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui keluhan musculosceletal disorders yang dikemukakan Tarwaka, dkk (2004), diantaranya: 1. Checklist Checklist adalah alat ukur ergonomi yang terdiri dari daftar pertanyaan yang diarahkan untuk mengidentifikasi sumber keluhan. Untuk mengetahui sumber keluhan otot, daftar pertanyaan dibagi menjadi dua, yaitu: pertanyaan yang bersifat umum dan pertanyaan yang bersifat khusus. Pertanyaan umum mengarah pada pengumpulan data, tingkat beban kerja, tingkat kesulitan pekerjaan, kondisi lingkungan kerja, waktu dan sikap kerja. Pertanyaan khusus ditujukan untuk memperoleh data yang lebih spesifik seperti berat badan, jarak angkat, jenis pekerjaan, dan frekuensi kerja. Keunggulan alat ergonomi ini mudah untuk digunakan namun memiliki kelemahan pada hasil yang kurang teliti, oleh karena itu checklist lebih cocok untuk studi pendahuluan dan identifikasi masalah. 2. Pengukuran dengan videotape Pengukuran dengan videotape yaitu melalui rekaman dari setiap tahapan aktivitas kerja, selanjutnya hasil rekaman digunakan sebagai dasar analisis terhadap sumber terjadinya keluhan otot. Keunggulan videotape adalah mudah untuk dilakukan dan hasilnya mudah dipahami. Kekurangan dari pengukuran ini adalah jangkauannya yang terbatas dan memerlukan biaya yang mahal. 3. Model biomekanik Model ini menerapkan konsep mekanika teknik pada fungsi tubuh untuk mengetahui reaksi otot yang terjadi akibat tekanan beban kerja. Berdasarkan teori
11 keseimbangan, besarnya analisis peregangan otot akibat beban dan sikap kerja yang ada akan dievaluasi apakah peregangan yang terjadi melampaui kekuatan maksimal otot untuk kontraksi. Walaupun model biomekanik dapat dipakai untuk mengenali penyebab terjadinya keluhan otot skeletal, namun dalam penerapannya, model biomekanik lebih banyak digunakan untuk mendesain tingkat beban dan sikap kerja yang aman bagi pekerja. 4. Tabel psikofisik Psikofisik merupakan cabang ilmu psikologi yang digunakan untuk menguji hubungan antar persepsi dari sensasi tubuh terhadap rangsangan fisik. Tingkat kekuatan seseorang dalam menerima beban kerja dapat diukur melalui perasaan subjektif. Persepsi seseorang terhadap beban kerja dapat digunakan untuk mengukur efek kombinasi dari tekanan fisik dan tekanan biomekanik akibat aktivitas kerja yang dilakukan. Dalam metode tabel psikofisik, hal yang perlu diingat adalah pengukuran sangat bergantung dari persepsi perorangan dan sebagai konsekuensinya, kemungkinan besar terjadi perbedaan antara persepsi yang satu dengan lainnya. 5. Model fisik Salah satu penyebab timbulnya keluhan otot adalah beban kerja yang berlebihan. Tingkat beban kerja dapat diketahui dari indikator denyut nadi, konsumsi oksigen, dan kapasitas paru. Melalui indikator tingkat beban kerja dapat diketahui tingkat risiko terjadinya keluhan otot skeletal. Bila beban kerja melebihi kapasitas kerja maka risiko terjadinya keluhan otot akan semakin besar. 6. Pengamatan melalui monitor Alat monitor mengukur aktivitas fisik yang meliputi posisi, kecepatan, dan percepatan gerakan. Alat ini terdiri dari sensor mekanik yang dipasang pada bagian
12 tubuh pekerja yang akan diukur. Melalui monitor dapat dilihat langsung karakteristik dari perubahan gerak yang dapat digunakan untuk mengestimasi risiko keluhan otot yang akan terjadi sekaligus menganalisis solusi ergonomi yang tepat untuk mencegah terjadinya keluhan tersebut. Kekurangan pada pengukuran ini adalah membutuhkan biaya yang cukup besar karena memakai suatu alat monitor. 7. Metode analitik Metode analitik direkomendasikan oleh NIOSH untuk pekerjaan mengangkat dengan menghitung lifting index (LI) dan recommended weight limit (RWL) yaitu berat beban yang masih aman untuk dikerjakan oleh pekerja dalam waktu tertentu tanpa meningkatkan risiko gangguan sakit pinggang. Cara ini merupakan cara sederhana untuk mengestimasi kemungkinan terjadinya peregangan otot yang berlebihan. Kekurangan pengukuran ini adalah tidak diketahui pasti bagian mana yang mengalami peregangan. 8. Nordic Body Map (NBM) Nordic Body Map merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengetahui bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman sampai sangat sakit. Dengan melihat dan mengestimasi peta tubuh maka dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja. Untuk mengurangi bias, pengukuran Nordic Body Map dilakukan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas. Nordic Body Map sangat sederhana, namun memiliki keterbatasan, yaitu mengandung tingkat subjektivitas yang tinggi. Dari berbagai jenis pengukuran musculosceletal disorders, pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nordic Body Map. Alasan yang mendasari peneliti menggunakan Nordic Body Map dikarenakan metodenya sederhana dan mudah dilakukan. Nordic Body Map memiliki 28 pertanyaan mengenai bagian tubuh
13 yang mengalami keluhan musculosceletal disorders sehingga penggunaan metode ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui bagian tubuh yang mengalami keluhan musculosceletal disorders. Nordic Body Map merupakan checklist ergonomi yang sudah terstandarisasi dan tersusun rapi untuk mengetahui bagian tubuh mana dari pekerja yang terasa sakit sesudah melakukan pekerjaan. Menurut pendapat Kurniawati (2009), keunggulan pengukuran dengan Nordic Body Map yaitu peneliti dapat mengestimasi jenis dan bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) hingga sangat sakit, sehingga memperkuat keyakinan peneliti untuk menggunakan metode ini. 2.5 Lokasi Penelitian Penelitian gambaran keluhan musculosceletal disorders ini dilakukan pada penjahit di Kota Denpasar, Bali. Kota Denpasar merupakan kota yang memiliki potensi sangat besar dalam ekspor garmen ke luar negeri, hal ini didukung oleh pernyataan dari Bapak Putu Bagiada selaku kepala seksi ekspor pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali. Kondisi tersebut menjadikan jumlah penjahit kian bertambah serta menuntut penjahit untuk bekerja keras meningkatkan kualitas hasil karyanya sehingga disenangi konsumen. Badan Pusat Statistik Denpasar (2013) mencatat jumlah populasi dari penjahit di empat wilayah Kecamatan Kota Denpasar berjumlah 2680 orang. Penyebaran penjahit pada penelitian ini yaitu: wilayah Kecamatan Denpasar Barat dengan 797 orang, Kecamatan Denpasar Timur dengan 115 orang, Kecamatan Denpasar Selatan dengan 1208 orang, dan Kecamatan Denpasar Utara dengan 560 orang.
14 14
MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc
MUSCULOSKELETAL DISORDERS dr.fauziah Elytha,MSc Muskuloskeletal disorder gangguan pada bagian otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya mendukung perkembangan perekonomian kota Medan, pemerintah menyediakan kawasan-kawasan industri dengan manajemen terpadu. Kebijakan pengembangan sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara barat misalnya Inggris dan Amerika Serikat kejadian nyeri punggung (terutama nyeri pada punggung bagian bawah) telah mencapai proporsi epidemik. Satu survei
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal, pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada pengembangan dan pendayagunaan Sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja, modal, mesin dan peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan produksi merupakan integrasi dari tenaga kerja, material, metode kerja, modal, mesin dan peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan nilai tambah bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran ergonomi, karena ergonomi berkaitan dengan orang yang bekerja, selain dalam rangka efektivitas, efisiensi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal, pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada pengembangan dan pendayagunaan Sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung upaya penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sales Promotion Girl 2.1.1. Definisi Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam pemasaran atau promosi suatu produk. Profesi ini biasanya menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan unsur terpenting dalam perusahaan untuk meningkatkan produksi perusahaan, di samping itu tenaga kerja sangat beresiko mengalami masalah kesehatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari mereka menghabiskan waktunya di tempat kerja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lebih dari seperempat dari total kecelakaan kerja terjadi berkaitan dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan, seharusnya diberikan perhatian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Muskuloskeletal Disorders (MSDs) 1. Definisi Muskuloskeletal Disorders(MSDs) MSDs merupakan sekelompok kondisi patologis dimana dapat mempengaruhi fungsi normal dari jaringan
Lebih terperincisesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Menurut UUD 1945 pasal 27 ayat 2 dijelaskan bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pekerjaan dan penghidupan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat kerja. Lingkungan tempat kerja merupakan
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari mereka menghabiskan waktunya di tempat kerja.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluhan Muskuloskeletal Menurut Tarwaka (2004), keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat ringan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi industri diikuti dengan risiko bahaya kesehatan akibat tidak adanya keseimbangan interaksi antara manusia dengan peralatan, lingkungan dan mesin
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Kondisi Lapangan Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat usaha informal pejahitan pakaian di wilayah Depok, khususnya Kecamatan Sukmajaya. Jumlah tempat usaha
Lebih terperinciAnalisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe
Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Farida Ariani 1), Ikhsan Siregar 2), Indah Rizkya Tarigan 3), dan Anizar 4) 1) Departemen Teknik Mesin, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pusat pertokoan (mall) di Indonesia semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan pendapatan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambaran risiko..., Pongki Dwi Aryanto, FKM UI, 2008
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini begitu banyak pekerjaan yang dilakukan dengan menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan penggunaan mesin dengan berbasis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit akibat kerja dapat terjadi saat melakukan aktivitas kerja. Dari sekian banyak penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling
Lebih terperinciSURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama : Umur/Tanggal Lahir : Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia kerja, seorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Salah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs) merupakan masalah dalam bidang kesehatan kerja pada saat ini. Gangguan ini akan menyebabkan penurunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laundry dikenal sebagai kegiatan binatu atau pencucian pakaian dengan. mencucikan pakaian-pakaian (Samsudin, 2009).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia usaha laundry atau dari dulu dikenal dengan istilah binatu beberapa tahun terakhir usaha ini sangatlah berkembang pesat. Laundry dikenal sebagai kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas, dari pencemaran lingkungan, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga manusia dalam proses produksinya, terutama pada kegiatan Manual Material Handling (MMH). Aktivitas
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade Area (AFTA) semakin pesat. Hal ini membuat persaingan antara industri besar, industri menengah
Lebih terperinciOleh: DWI APRILIYANI ( )
ANALISIS POSISI KERJA DAN TINGKAT KELELAHAN PADA PEKERJA PENGANGKATAN PRODUK JADI DI PT JAYA FOOD INDONESIA MENGGUNAKAN METODE NIOSH Oleh: DWI APRILIYANI (32412271) LATAR BELAKANG Pekerjaan fisik adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, industri yang berkembang di berbagai bidang sudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa kini, industri yang berkembang di berbagai bidang sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Kegiatan industri berkembang dari
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari mereka menghabiskan waktunya di tempat kerja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tekstil merupakan salah satu sektor andalan industri di Indonesia dalam pertumbuhan perekonomian Nasional. Garmen merupakan bagian yang memberikan sumbangan
Lebih terperinciBAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian terhadap proses pekerjaan finishing yang terdiri dari pemeriksaan kain, pembungkusan kain, dan pengepakan (mengangkat kain) ini memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di era globalisasi ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan industri di Indonesia. Sehingga industri perlu mengadakan perubahan untuk mengikuti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan produksi tidak terlepas dari peran manusia, salah satu hal penting yang masih dilakukan pada industri kecil sampai menengah bahkan industri besar sekalipun.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas manual material handling atau penanganan material secara manual masih menjadi sebagian besar aktivitas yang ada di dunia industri seperti aktivitas pengangkatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun 2020 mendatang, di mana Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan persyaratan yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dan pasar bebas Word Trade Organisasion (WTO) dan Geberal Agreement Tariffs and Trade (GATT) yang akan belaku tahun 2020 mendatang, di mana Keselamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas yang dilakukan oleh manusia pada dasarnya memberikan dampak yang positif dan negatif pada tubuh manusia. Salah satu bagian yang paling berdampak pada aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Masalah Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan adanya aktivitas manual yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara. Industri sepenuhnya terintegrasi ke dalam rantai pasokan secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri garmen merupakan salah satu industri penting bagi beberapa negara. Industri sepenuhnya terintegrasi ke dalam rantai pasokan secara keseluruhan, termasuk
Lebih terperinciBambang, 2008 mengemukakan 3 (tiga) sikap kerja yaitu: duduk, duduk berdiri, dan berdiri.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sikap Kerja 2.1.1 Definisi Sikap Kerja Sikap kerja merupakan tindakan yang diambil pekerja dan segala sesuatu yang harus dilakukan oleh pekerja tersebut yang hasilnya sebanding
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angkatan kerja tahun 2009 di Indonesia diperkirakan berjumlah 95,7 juta orang terdiri dari 58,8 juta tenaga kerja laki-laki dan 36,9 juta tenaga kerja perempuan. Sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri di dunia sudah maju dan segala sesuatunya sudah otomatis, tetapi penggunaan tenaga manusia secara manual masih belum bisa dihindari secara keseluruhan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Akibat Kerja (PAK) menurut OSHA (Occupational Safety & Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal dikarenakan oleh pekerjaan yang disebabkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi Ergonomi atau ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi
Lebih terperinciHUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI
Hubungan Sikap Kerja dengan Keluhan Muskuloskeletal... (Amelinda dan Iftadi) HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI Bela
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kesehatan kerja, yang merupakan perlindungan tenaga kerja terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja merupakan salah satu aset perusahaan yang perlu mendapatkan perlindungan. Salah satu bentuk perlindungan terhadap tenaga kerja adalah penerapan keselamatan
Lebih terperinciKELUHAN SUBJEKTIF CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEMERAH SUSU SAPI DI BOYOLALI
KELUHAN SUBJEKTIF CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEMERAH SUSU SAPI DI BOYOLALI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi Oleh: RIYADI J110050041 DIPLOMA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya dikarenakan penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja, sebagaian besar diperkirakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industrialisasi dalam pembangunan Indonesia telah berkembang pesat di semua sektor, baik formal maupun informal. Perkembangan tersebut bukan saja menyajikan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot skeletal yang disebabkan karena tubuh menerima beban statis, atau bekerja pada postur janggal secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batik merupakan kerajinan tangan yang bernilai seni tinggi yang pada tanggal 2 Oktober 2009 ditetapkan oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan industri di negara Indonesia sedang mengalami peningkatan yang cukup pesat, baik itu dalam bidang jasa atau manufaktur. Persaingan antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang ada di sektor formal maupun yang berada pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Occupational Health and Safety Council of Ontario (OHSCO)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Keluhan Muskuloskeletal 2.1.1 Pengertian Keluhan Muskuloskeletal Menurut Occupational Health and Safety Council of Ontario (OHSCO) tahun 2007, keluhan muskuloskeletal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan dunia modern, mesin, peralatan dan segala produk sudah dipasarkan kepada seluruh masyarakat agar mereka merasa lebih mudah dan diuntungkan. Pada awalnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat ilmu pengetahuan selalu mengalami perkembangan melalui pembelajaran, penyempurnaan, atau temuan baru secara interaktif, berkolaborasi dengan berbagai kajian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau didesain khusus untuk membantu pekerjaan manusia agar menjadi lebih mudah. Desain yang tepat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian termasuk 37% back pain, 15% hearing loss, 13% chronic obstructive
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia pola penyebab kematian bergeser dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. pada tahun 2002 WHO melaporkan menempatkan risiko pekerjaan sebagai tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesiasebagian warga berprofesi nelayan, kegiatan yang dilakukan oleh nelayan harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pengkajian hubungan manusia dengan lingkungan kerja sebenarnya sudah lama dilakukan oleh manusia, tetapi pengembangannya yang lebih mendalam baru dilakukan setelah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Deskripsi lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Pasar Pedurungan dan Pasar Gayamsari yang terletak di Kota Semarang bagian timur dengan membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri dan pertambahan tenaga kerja menimbulkan berbagai dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya adalah meningkatnya penyakit
Lebih terperinciBAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Gambaran Aktivitas Pekerjaan Butik LaMode merupakan usaha sektor informal yang dikelola oleh pemilik usahanya sendiri. Butik pada umumnya menerima jahitan berupa kebaya dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengacu kepada undang-undang Nomor 13 tahun 2003 pasal 86, ayat 1a, yang menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. suatu pekerjaan. Komputer yang banyak digunakan oleh segala kalangan untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi, dunia kerja tidak lepas dari kebutuhan akan adanya komputer yang membantu atau mempermudah dalam penyelesaian suatu pekerjaan. Komputer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga Kesehatan berperan dalam menentukan pembangunan kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang berfokus pada pengabdian kepada kemanusiaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia, membuat pembangunan juga semakin meningkat. Banyak pembangunan dilakukan di wilayah perkotaan maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah keselamatan dan kesehatan kerja adalah masalah dunia. Bekerja dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut, udara, bekerja disektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Ada beberapa jurusan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politeknik Negeri Bali adalah lembaga yang menyelenggarakan pendidikan vokasional. Lulusan politeknik diharapkan sudah siap kerja sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Sehingga jenis kelamin, merokok dan trauma tidak memiliki kontribusi terhadap
BAB V PEMBAHASAN Karakteristik responden meliputi umur, masa kerja, jenis kelamin, merokok dan trauma. Di mana untuk karakteristik jenis kelamin semua responden adalah perempuan, tidak merokok dan tidak
Lebih terperinciKELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA LAUNDRY DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN, BALI
KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA LAUNDRY DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN, BALI Joice Sari Tampubolon 1, I Putu Gede Adiatmika 2 1. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permanen dalam bekerja. Pada tahun 2010 World Health Organization
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang International Labour Organization (2013) menyebutkan MSDs termasuk Carpal Tunnel Syndrome (CTS), mewakili 59% dari keseluruhan catatan penyakit yang ditemukan pada tahun
Lebih terperinciANALISA BEBAN KERJA PADA OPERATOR VISUAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) DI PT. JAPPRO BATAM
ANALISA BEBAN KERJA PADA OPERATOR VISUAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) DI PT. JAPPRO BATAM M. Ansar Bora 1, Dian Azhari 2 1 Dosen Program Studi Teknik Industri, 2 Mahasiswa Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 1. Lama Duduk Sebelum Istirahat Dalam Berkendara
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lama Duduk Sebelum Istirahat Dalam Berkendara Sopir atau pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang telah memiliki Surat Ijin
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. pembuluh darah dimana keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musculoskeletal disorders merupakan sekumpulan gejala yang berkaitan dengan jaringan otot, tendon, ligamen, kartilago, sistem saraf, struktur tulang, dan pembuluh
Lebih terperinciRiana Gustarida Jamal 1 Hendra 2. Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Abstrak
GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI DAN KELUHAN SUBJEKTIF MUSCULOSKELETAL DISORDERS TERKAIT AKTIVITAS MANUAL HANDLING PADA MEKANIK TOYOTA AUTO 2000 DI CIKARANG TAHUN 2013 Riana Gustarida Jamal 1 Hendra 2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri pada masa kini telah berada pada masa perkembangan yang sangat pesat. Hal ini bisa dilihat dari begitu banyaknya perusahaan ataupun industri-industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan. Posisi duduk adalah posisi istirahat didukung oleh bokong atau paha di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Posisi kerja duduk adalah salah satu sikap kerja yang paling sering dilakukan. Posisi duduk adalah posisi istirahat didukung oleh bokong atau paha di mana badan
Lebih terperinciterjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia kerja, seseorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Kesehatan kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan produksi di bidang manufaktur maupun jasa sering dijumpai stasiun kerja yang tidak ergonomis dikarenakan tidak sesuainya antropometri pekerja dengan fasilitas
Lebih terperinci2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sales Promotion Girl (SPG) Mall Sumber daya manusia khususnya kaum wanita di Indonesia cukup mendominasi dan merupakan modal pembangunan yang dapat didayagunakan secara maksimal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam bidang industri secara nasional maupun internasional saat ini semakin tinggi. Persaingan tersebut harus diimbangi dengan peningkatan produktivitas
Lebih terperinciIDENTIFIKASI MUSCULOSKLETAL DISORDERS (MSDs) PADA AKTIVITAS PENGEMASAN IKAN LOMEK (HARPODON NEHEROUS) DI KAWASAN MINAPOLITAN KUALA ENOK
IDENTIFIKASI MUSCULOSKLETAL DISORDERS (MSDs) PADA AKTIVITAS PENGEMASAN IKAN LOMEK (HARPODON NEHEROUS) DI KAWASAN MINAPOLITAN KUALA ENOK Murni Nasrun 1 1 Masyarakat Desa Tanah Merah Email: - Abstrak Kawasan
Lebih terperinciAs'Adi, et al, Hubungan Antara Karakteristik Individu dan Manual Material Handling dengan Keluhan...
Hubungan Antara Karakteristik Individu dan Manual Material Handling dengan Keluhan Muskuloskeletal Akibat Kerja (The Relationship Between Individual Characteristics and Manual Material Handling With Musculosceletal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sakit akibat pekerjaanya itu, baik itu berupa cedera, luka-luka atau bahkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dari awal kehidupannya tidak terkecuali, selalu bekerja dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada saat mereka bekerja dengan berbagai sebab, mereka
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi tradisional yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : diusahakan atas dasar hitungan harian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Sektor Informal Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), sektor informal adalah kegiatan ekonomi tradisional yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Pola kegiatannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perusahaan dituntut untuk memperhatikan kinerja pekerjanya, karena pekerja merupakan salah satu aset perusahaan yang sangat vital dalam kegiatan proses
Lebih terperinciBAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC
BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri pengolahan air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merk dagang. keselamatan dan kesehatan akan aman dari gangguan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT. Guwatirta Sejahtera merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri pengolahan air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merk dagang UTRA. Dalam perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) saat ini tengah menjadi salah satu fokus pemerintah. Hal ini karena Industri Kecil dan Menengah (IKM) merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melaksanakan sebuah pekerjaan dapat membuat seseorang berisiko mengalami gangguan atau cedera. Kebanyakan cedera akibat kerja biasanya mengenai sistem muskuloskeletal.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama
Lebih terperinci