BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Subbab ini membahas mengenai teori planned Behavior yang digunakan sebagai teori utama serta komponen-komponen yang mendukung penelitian. 2.1.1 Teori Planned Behavior Teori planned Behavior didasarkan atas pendekatan pada beliefs yang dapat mendorong individu untuk melakukan perilaku tertentu. Pendekatan pada beliefs dilakukan dengan menggabungakan berbagai karakteristik, kualitas dan atribut berdasarkan informasi yang telah dimiliki, kemudian secara otomatis membentuk intensi (niat) dalam berprilaku (Yuliana, 2004). Intensi (niat) merupakan keputusan dalam bertindak dengan cara tertentu, atau dorongan untuk melakukan suatu tindakan, baik secara sadar ataupun tidak (Corsini, 2002). Intensi inilah yang merupakan awal terbentuknya perilaku seseorang. Teori planned behavior cocok digunakan untuk mendeskripsikan perilaku apapun yang memerlukan perencanaan (Ajzen, 1991). Teori planned behavior merupakan pengembangan dari Teori Reasoned Action (TRA). TRA memberikan bukti-bukti ilmiah bahwa niat untuk melakukan suatu tingkah laku dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu sikap terhadap perilaku dan norma subjektif (Fishbein dan Ajzen, 1975). Beberapa tahun kemudian Ajzen (1988) menambahkan satu faktor yaitu kontrol perilaku persepsian individu atau
Perceived Behavioral Control (PBC). Penambahan satu faktor ini kemudian mengubah TRA menjadi teori planned behavior. Teori Planned Behavior menyatakan bahwa dari ketiga faktor tersebut, sikap terhadap perilaku merupakan poin utama yang mampu memprediksi sebuah perilaku, namun selain mengukur sikap seseorang harus disertakan dengan mengukur norma subjektif serta mengukur kontrol perilaku persepsian orang tersebut. Bila ada sikap yang positif, dukungan dari orang sekitar serta adanya persepsi kemudahan karena tidak ada hambatan untuk berperilaku maka niat seseorang untuk berperilaku akan semakin tinggi (Ajzen, 2005). Seseorang yang memiliki sikap yang positif pada investasi saham, mendapat dukungan dari orang disekitarnya dan adanya persepsi kemudahan karena tidak ada hambatan untuk berinvestasi saham maka niat seseorang untuk berinvestasi saham akan semakin tinggi. 2.1.2 Sikap terhadap Perilaku Sikap terhadap perilaku merupakan kecenderungan untuk menanggapi halhal yang disenangi ataupun yang tidak disenangi pada suatu obyek, orang, institusi atau peristiwa (Ajzen, 1991). Sikap terhadap perilaku dianggap sebagai variabel pertama yang mempengaruhi niat berperilaku. Seorang individu akan berniat untuk menampilkan suatu perilaku tertentu ketika ia menilai perilaku tersebut secara positif. Sikap terhadap perilaku ditentukan oleh keyakinan (behavioral beliefs) akan akibat dari tingkah laku yang dilakukan. Keyakinan individu meliputi keyakinan akan hasil suatu perilaku (beliefs strength) dan evaluasi atas hasil
tersebut (outcome evaluation). Sikap terhadap perilaku dipercaya memiliki pengaruh langsung pada niat berperilaku dan dihubungkan dengan norma subjektif dan kontrol perilaku persepsian (Ajzen, 1991). Dalam konteks penelitian ini maka generasi muda akan berkeinginan untuk berinvestasi saham apabila mereka memiliki keyakinan-keyakinan positif bahwa berinvestasi saham merupakan kegiatan yang menguntungkan bagi mereka, sebaliknya niat generasi muda akan rendah bila mereka mempresepsikan berinvestasi saham akan memberikan kerugian bagi mereka. 2.1.3 Norma Subjektif Norma subjektif merupakan penerimaan tekanan sosial dalam menampilkan sebuah prilaku yang spesifik (Kreitner dan Kinicki, 2001). Norma subjektif merupakan fungsi yang didasarkan pada kepercayaan (belief) yang disebut dengan normative belief (Ajzen, 2005). Normative belief merupakan kepercayaan (belief) mengenai kesetujuan ataupun ketidaksetujuan seseorang ataupun kelompok yang mempengaruhi individu pada suatu perilaku. Pengaruh sosial yang penting dari beberapa perilaku berasal dari orang tua, pasangan pernikahan, sahabat, rekan kerja, dan rujukan lain yang berhubungan dengan suatu perilaku (Ajzen, 2006). Fishbein dan Ajzen (1975) mejelaskan bahwa kekuatan sosial sebagai salah satu bagian dari norma subjektif. Kekuatan sosial yang dimaksudkan terdiri dari penghargaan atau hukuman yang di berikan oleh sumber kepada seseorang, rasa senang individu pada sumber tersebut, seberapa besar individu menganggap sumber tersebut sebagai seorang ahli serta adanya permintaan dari sumber
tersebut. Secara umum menurut Ajzen (2005) semakin individu mempresepsikan bahwa sumber tersebut merekomendasikan untuk melakukan suatu perilaku maka individu akan cenderung merasakan tekanan sosial untuk melakukan hal tersebut, begitu pula sebaliknya semakin individu menganggap bahwa sumber tersebut merekomendasikan untuk tidak melakukan suatu perilaku maka individu akan cenderung merasa untuk tidak mekukan perilaku tersebut. Contohnya saat seseorang bertemu dengan tetangga yang berinvestasi di saham dan kemudian tetangga tersebut menceritakan keuntungan yang di peroleh maka hal tersebut akan mendorong orang yang mendengar informasi tersebut untuk berinvestasi di pasar saham. 2.1.4 Kontrol Perilaku Persepsian Kontrol perilaku persepsian atau Perceived Behavioral Control (PBC) merupakan ukuran kepercayaan seseorang mengenai seberapa mudah atau sulitnya melakukan tingkah laku tertentu (Hogg dan Vaughan, 2005). Kontrol perilaku dapat juga diartikan sebagai persepsi tentang kesulitan ataupun kemudahan didalam melaksanakan tingkah laku berdasarkan pada pengalaman terdahulu dan hambatan yang diantisipasi dalam melaksanakan tingkah laku tertentu (Feldman, 1995). Individu yang memiliki sikap serta norma subjektif yang mendukung untuk melaksanakan suatu tingkah laku akan sangat bergantung pada dukungan kontrol perilaku persepsian yang ia miliki. Semakin yakin individu akan banyaknya faktor pendukung dan sedikitnya faktor penghambat untuk melaksanakan suatu perilaku, maka lebih besar kontrol perilaku yang ia rasakan atas niatan berperilaku tersebut. Sebaliknya bila individu
merasa sedikit faktor pendukung dan banyak terdapat faktor penghambat dalam melakukan suatu perilaku maka individu tersebut akan cenderung mempersepsikan diri sulit untuk melakukan perilaku tersebut (Ajzen, 2005). Seorang yang memiliki sikap yang positif, dukungan dari orang-orang disekitar dan sedikitnya hambatan untuk melakukan suatu perilaku, maka orang itu akan memiliki niatan yang kuat dibandingkan ketika memiliki sikap yang positif dan dukungan dari orang sekitar namun banyak hambatan yang ada untuk melakukan perilaku tersebut. 2.1.5 Niat berinvestasi Saham Niat merupakan suatu gejala psikologis yang menunjukan pemusatan perhatian pada suatu objek dikarenakan ada perasaan senang (Tidjan, 1976). Ajzen (2005) mengartikan niat sebagai disposisi tingkah laku, yang hingga terdapat waktu dan kesempatan yang tepat akan diwujudkan dalam bentuk tindakan. Niat berinvestasi saham dapat diartikan sebagai keinginan atau kesungguhan dari seseorang untuk berinvestasi saham. Niat menunjukkan seberapa keras seseorang berani mencoba (Dharmmesta, 1998). 2.1.6 Investasi Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online mendefinisikan investasi sebagai penanaman uang di suatu perusahaan ataupun proyek yang bertujuan untuk mendapatkan laba. Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke dalam aktiva produktif selama periode waktu tertentu (Jogiyanto, 2013). Investasi juga diartikan sebagai penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dalam jangka waktu yang cukup lama dengan keinginan
untuk mendapatkan laba di kemudian hari (Sunariyah, 2004). Berdasarkan definisi tersebut dapat di simpulkan bahwa investasi merupakan suatu kegiatan berupa penundaan konsumsi sekarang dalam jumlah dan periode waktu tertentu pada suatu perusahaan ataupun proyek untuk mendapatkan laba di kemudian hari. 2.1.7 Saham Saham merupakan secarik kertas yang menunjukan hak pemilik kertas tersebut untuk mendapatkan bagian dari proyek ataupun kekayaan organisasi yang menerbitkan kertas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemilik kertas untuk menjalankan haknya (Husnan, 2005). Saham dapat dikatakan sebagai bukti kepemilikan seseorang pada suatu perusahaan (May, 2014:73). Terdapat beberapa jenis saham yang beredar di pasar modal seluruh dunia (Jogiyanto, 2013). 1) Saham Biasa Saham biasa merupakan saham yang memberikan hak kepada pemegangnya. Hak yang diberikan seperti hak kontrol serta hak menerima, hak kontrol yang dimaksud adalah hak pemegang saham biasa untuk memilih pimpinan perusahaan dan hak menerima yang dimaksud adalah hak pemegang saham untuk mendapatkan bagian dari keuntungan 2) Saham Preferen Saham preferen merupakan saham yang memiliki sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa, dimana membayarkan bunga atas pinjaman dan memberikan hasil yang tetap berupa dividen preferen.
2.1.8 Pasar Modal Pasar modal didefinisikan seperti pasar pada umumnya, dimana tempat bertemunya penjual dan pembeli dengan risiko untung dan rugi (Jogiyanto, 2013). May (2014;74) mendefinisikan pasar modal layaknya pasar tradisional yang memperjual belikan berbagai hal, namun pada pasar modal memperjual belikan berbagai instrumen keuangan seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, future,dan lainnya. Pasar modal harus bersifat likuid dan efisien untuk menarik partisipasi pembeli dan penjual (Jogiyanto, 2013). Suatu pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan pembeli dapat membeli surat-surat berharga secara cepat. Pasar modal dikatakan efisien jika harga dari surat-surat berharga mencerminkan nilai perusahaan secara akurat. Pasar modal memiliki berbagai fungsi menurut Jogiyanto (2013): 1) sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi; 2) sarana tidak langsung pengukuran kualitas manajemen 3) sarana alokasi dana yang produktif untuk memindahkan dana dari pemberi pinjaman ke peminjam. 2.1.9 Literasi Keuangan Literasi keuangan merupakan pengetahuan keuangan untuk mencapai kesejahteraan (Lusardi dan Mitchell, 2007). Individu yang memiliki literasi finansial yang baik, tidak saja memiliki pengetahuan finansial yang baik, melainkan harus memiliki kemampuan dan kepercayaan diri untuk menggunakan
pengetahuan finansial tersebut dalam membuat keputusan (Huston, 2010). Literasi keuangan menjadi kebutuhan dasar bagi setiap orang agar terhindar dari permasalahan keuangan. Keterbatasan keuangan menyebabkan stress dan kurangnya percaya diri seseorang, sehingga dengan adanya literasi keuangan akan membantu individu untuk memaksimalkan nilai waktu dan uang serta meningkatkan taraff kehidupannya. 2.2 Penelitian Sebelumnya Norma subjektif dan kontrol perilaku persepsian ditemukan tidak memiliki pengaruhi pada niat investor untuk menggunakan trading online. Penelitian ini dilakukan oleh Lau dan Yen (2001) yang berlokasi di Bursa Efek Hongkong dengan sampel yang digunakan adalah sebanyak 178 investor. Penelitian ini menggunakan variabel kontrol seperti Persepsi kegunaan, keuntungan relatif, persepsi kemudahan penggunaan, kompatibilitas, pengaruh rekan, kondisi sumber daya, dan kondisi fasilitas teknologi. Kuesioner digunakan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data. Sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku persepsian ditemukan memiliki pengaruh pada perdagangan saham berbasis internet di Singapura (Partridge dan Ho, 2003). Penelitian yang mencoba menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan internet Stock Trading ini mengeluarkan 72 responden dari 363 responden sehingga sampel akhir dalam penelitian ini berjumlah 291 responden. Structural Equation Modeling (SEM) digunakan untuk menganalisis data dengan pengumpulan data menggunakan kuesioner.
Penelitian yang berlokasi di Malaysia dengan mengambil 150 sampel dari 300 populasi yang diberikan kuesioner menemukan bahwa sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku persepsian memiliki pengaruh positif dan signifikan pada niat untuk menggunakan internet stock trading (Gopi dan Ramayah, 2007). Regresi linier berganda digunakan dalam menganalisis data dengan kuesioner sebagai teknik pengumpulan data. Sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku persepsian ditemukan berpengaruh pada niat berinvestasi online di Taiwan (Lee, 2009). Selain variabel tersebut juga ditambahkan variabel persepsi berguna dan persepsi mudah digunakan untuk memprediksi niat investor di Taiwan untuk berinvestasi online. Sampel berjumlah 338 investor dengan analisis data menggunakan teknik Structural equation Modeling (SEM). Penelitian yang berlokasi di India menemukan bahwa sikap, norma subjektif, kontrol perilaku persepsian dan kecenderungan risiko berpengaruh pada niat berinvestasi mahasiswa (Philmore dan Tracey, 2010). Sampel yang digunakan sebanyak 28 mahasiswa bisnis tingkat akhir di sebuah universitas. Data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan SPSS. Model yang terdapat dalam teori planned behavior dapat menjadi model yang baik untuk menjelaskan perilaku individu investor dimana model tersebut menjelaskan 63 persen niat investasi serta 48 persen perilaku investasi. Ezama et al. (2014) dengan menggunakan 127 investor nyata dengan teknik bola salju sebagai cara pengumpulan sampel, penelitian ini mengkaji mengenai dapatkah
pendekatan psikologis digunakan untuk memprediksi perilaku investor individu yang ada di pasar modal. Kontrol perilaku persepsian ditemukan memiliki pengaruh pada niat berinvestasi perempuan, namun norma subjektif dan sikap ditemukan tidak memiliki pengaruh pada niat berinvestasi perempuan (Mahastanti dan Hariady, 2014). Teori planned behavior digunakan untuk menjelaskan lebih dalam mengenai hubungan antara keyakinan dan perilaku individu. Penelitian yang berlokasi di Indonesia ini mengunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) untuk mengolah data dengan kuesioner sebagai teknik pengumpulan datanya. Sikap pada investasi, norma subjektif, dan kontrol perilaku ditemukan berpengaruh signifikan pada niat berinvestasi, selain itu penelitian ini menjelaskan bahwa faktor psikologis seperti terlalu percaya diri, optimisme yang berlebihan, risiko psikologi, dan kebiasaan mengikuti juga berdampak signifikan pada sikap individu dalam berinvestasi (Cuong dan Zhou, 2014). Penelitian ini menggunakan gender sebagai variabel pemoderasi yang dapat memperkuat pengaruh faktor psikologi dengan sikap investasi, sikap dengan niat, norma subjektif dengan niat,dan kontrol perilaku dengan niat investasi di dalam pasar modal Vietnam. Sampel berjumlah 472 investor dengan teknik analisis data menggunakan Structural Equation Modeling (SEM). Norma subjektif berpengaruh signifikan pada niat perilaku untuk membeli saham di Colombo Stock Exchange (CSE) namun sikap dan kontrol perilaku dirasakan tidak berdampak pada niat perilaku dalam berinvestasi di CSE
(Dayaratne dan Wijethunga, 2015). Populasi dalam penelitian ini berjumlah 200 dan hanya 96 yang digunakan sebagai sampel. Analisis data dalam penelitian ini dengan regresi Logistik biner dan Probit Analisis Regresi. Sikap dan norma-norma subjektif ditemukan memiliki pengaruh yang signifikan pada niat berinvestasi PNS di Indonesia (Sondari dan Rahmat, 2015). Penelitian ini menambahkan variabel self-efficacy untuk memprediksi niat berinvestasi PNS di Indonesia namun self-efficacy tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada niat berinvestasi sampel penelitian sebanyak 359 dengan menggunakan parsial least square (PLS) sebagai alat untuk menganalisis data..
xviii