BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan Pajak PT. TSTI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA PT. TS INDONESIA. Analisis Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ADIS

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ABS INDUSTRI INDONESIA

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS

BAB 4 EVALUASI ATAS EFEKTIFITAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DALAM MEMINIMALISASIKAN BEBAN PAJAK UNTUK MENGOPTIMALISASIKAN LABA

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB. IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT.

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT PRIMA SINDO

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO.

BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO)

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik

RUGI LABA BIAYA FISKAL

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian maka dapat ditarik kesimpulan:

BAB IV PERBANDINGAN LABA BERSIH MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN PENGHASILAN KENA PAJAK SEBELUM PAJAK

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK ATAS BIAYA KOMERSIAL UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT. BM

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Evaluasi Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PERUM DAMRI. Rekonsiliasi Laporan Fiskal pada PERUM DAMRI

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. maksud agar perkembangan usaha pada akhir periode tertentu dapat diketahui.

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN

BAB. 1V MANAJEMEN PAJAK SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PERUSAHAAN PI

BAB IV PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN UNTUK MENGEFISIENKAN BEBAN PAJAK PADA PT BPR WS

BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) Pada PT. Yusonda

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT)

By Afifudin PSP FE Unisma 2

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN. (Studi Kasus pada Perum Pegadaian Pusat)

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perencanaan Pajak melalui Pajak Penghasilan Pasal 21 yang. diterima karyawan dengan menggunakan Metode Net

ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING ATAS BIAYA KESEJAHTERAAN KARYAWAN SEBAGAI UPAYA PENGHEMATAN PEMBAYARAN PAJAK PADA PT GORONTALO CEMERLANG

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Alasan Perusahaan dalam Strategi tax planning PPh 21 Lebih. Memilih Menggunakan Natura dan kenikmatan.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dimana persaingan menjadi semakin ketat dan bersifat global,

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada Negara

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PEMBERIAN TUNJANGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DALAM MENGEFISIENSIKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA CV. ZANUR LINAS MANDIRI GORONTALO

MODUL V REKONSILIASI FISKAL

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

KLASIFIKASI BIAYA DAN KOMPENSASI KERUGIAN. Aris Munandar, SE., M.Si

lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant

Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV EVALUASI ATAS PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN (STUDI KASUS PADA PT BANK MAJU) Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal pada PT Bank MAJU.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR BIAYA FISKAL DEDUCTIBLE DEDUCTIBLE

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB IV EVALUASI ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 KARYAWAN PADA PT ADIMITRA KARYA

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN 1771

CONTOH SOAL DAN JAWABAN REKONSILIASI FISKAL

bambang kesit, 2010 halaman 1 dari 10 perpajakan, prodi akuntansi-feuii MODUL : TEKNIK REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh Badan

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan yang terdapat pada bab 4,

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal. Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2010, 2011, dan 2012 PT. PAS merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi

Abstrak. Kata Kunci: Eksposur Pajak; Pajak Ditanggung Perusahaan; PPh pasal 21; PPh Pasal 23. Abstract

1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

SPT TAHUNAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA

BAB II LANDASAN TEORI. diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Ketentuan Formal Perpajakan PT Cipta Sukma Mandiri Nomor Pokok Wajib Pajak

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penghasilan badan yang dilakukan oleh PT Bank MAJU, maka dengan hasil penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

III/$ 2 0 A A KREDIT PAJAK DALAM NEGERI N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : PERIODE PEMBUKUAN : s.d.

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

HUTANG JANGKA PENDEK DAN AKUNTANSI UNTUK GAJI DAN UPAH

Modul ke: Manajemen Perpajakan

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 EVALUASI PERHITUNGAN PPh PASAL 21 KARYAWAN. karyawannya dan PT. pelangi elasindo menanggung semua PPh Pasal 21 yang

BAB II LANDASAN TEORI. diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak. Jenderal Pajak, dan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Keuangan Fiskal Sebagai Dasar Penghitungan Penghasilan

ANALISIS PENERAPAN METODE GROSS UP

BAB II LANDASAN TEORI

EVALUASI PERENCANAAN PAJAK DALAM BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PT.APT

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Laba/Rugi Komersial PT Persada Aman Sentosa. sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Tax Planning pada Rumah Sakit Pondok Indah

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan

BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

Oleh Iwan Sidharta, MM.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan Pajak PT. TSTI Dalam rangka meminimalkan beban pajak yang terutang, PT. TSTI melakukan perencanaan pajak yang bertujuan agar beban pajak yang ditanggung tidak melebihi dari kewajiban pajak yang semestinya tanpa melanggar ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan yang berlaku. Adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya antara akuntansi komersial dan fiskal menimbulkan perbedaan dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak. Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan kepentingan antara akuntansi komersial yang mendasarkan laba pada konsep dasar akuntansi yaitu perbandingan antara pendapatan dengan biaya-biaya terkait (matching cost against revenue), sedangkan dari segi fiskal tujuan utamanya adalah penerimaan negara. Dalam penyusunan laporan keuangan fiskal, Wajib Pajak harus mengacu kepada peraturan perpajakan, sehingga laporan keuangan komersial yang dibuat berdasarkan SAK harus disesuaikan atau dibuat koreksi fiskalnya terlebih dahulu sebelum menghitung besarnya penghasilan kena pajak. Oleh karena perbedaan inilah perusahaan diharapkan mampu merencanakan perencanaan pajak yang efektif dan efisien, karena dengan perencanaan pajak yang baik dan matang akan berdampak pada pembayaran pajak yang lebih kecil dan lebih menguntungkan perusahaan. Melalui perencanaan pajak inilah beban-beban fiskal yang timbul dapat dialihkan untuk pembayaran beban-beban lain yang bermanfaat bagi perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan lebih berusaha dan terdorong untuk 54

melaksanakan perencanaan pajak yang efektif untuk meminimalkan beban pajak perusahaan tanpa harus melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Berdasarkan laporan rekonsiliasi laba rugi fiskal PT. TSTI, perusahaan belum sepenuhnya melakukan perencanaan pajak yang efektif dan efisien karena masih banyak terdapat koreksi-koreksi positif atas beban-beban komersial yang nilainya material dan dapat menyebabkan rugi perusahaan lebih kecil atau laba perusahaan menjadi lebih besar sehingga membuat Pajak Penghasilan perusahaan menjadi lebih besar. IV.1.1 Koreksi Fiskal Akibat Perbedaan Waktu dan Perbedaan Tetap oleh Perusahaan. Perbedaan cara pengukuran, konsep, dan pengakuan penghasilan dan biaya antara Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan perpajakan menyebabkan perlunya dibuatnya koreksi fiskal. Koreksi fiskal ini dimaksudkan agar laba dari laporan komersial dengan laporan fiskal dapat disesuaikan untuk menghitung besarnya Pajak Penghasilan. Dan koreksi fiskal akibat perbedaan waktu dan tetap terdiri atas koreksi positif dan negatif. 55

Tabel 4.1 Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Komersial dan Fiskal Sebelum dan Setelah Evaluasi Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Komersial dan Fiskal PT. TSTI Untuk Tahun yang Berjalan 31 Desember 2006 Sebelum Evaluasi Setelah Evaluasi Komersial Koreksi Fiskal Fiskal Usulan Penulis Fiskal (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Penjualan Bersih 328.246.899.931 328.246.899.931 328.246.899.931 Beban Pokok Penjualan Bahan Baku, Saldo Awal 30.917.236.611 30.917.236.611 30.917.236.611 Pembelian Bahan Baku 222.748.763.223 222.748.763.223 222.748.763.223 Bahan Baku, Tersedia Untuk Dipakai 253.665.999.834 253.665.999.834 253.665.999.834 Bahan Baku, Saldo Akhir (21.079.542.613) (21.079.542.613) (21.079.542.613) Bahan Baku Yang Terpakai 232.586.457.221 232.586.457.221 232.586.457.221 Upah Langsung 3.177.979.390 150.646.515 a. 3.027.332.875 3.027.332.875 Beban Pabrikasi : Upah Tidak Langsung 4.445.226.091 254.613.164 a. 4.190.612.927 4.190.612.927 Transportasi 1.722.491.092 52.469.652 b. 1.670.021.440 1.670.021.440 Sewa 1.029.652.061 251.029.739 c. 778.622.322 778.622.322 Penyusutan Dan Amortisasi 4.914.600.597 4.914.600.597 4.914.600.597 Jasa Pihak Ketiga 3.512.610.526 3.512.610.526 3.512.610.526 Royalti 694.198.997 694.198.997 694.198.997 Freight In 574.838.187 574.838.187 574.838.187 Reparasi 1.595.935.982 1.595.935.982 1.595.935.982 Asuransi 69.437.471 69.437.471 69.437.471 Jamuan 32.494.717 32.494.717 32.494.717 Perlengkapan Pabrik 89.476.222 89.476.222 89.476.222 Listrik dan Air 396.649.134 396.649.134 396.649.134 Biaya Lainnya 5.029.234.898 712.267.899 d. 4.316.966.999 4.316.966.999 Total Beban Pabrikasi 24.106.845.975 22.836.465.521 22.836.465.521 Barang Dalam Proses, Saldo Awal 4.316.631.021 4.316.631.021 4.316.631.021 Barang Dalam Proses, Saldo Akhir (3.582.737.912) (3.582.737.912) (3.582.737.912) Barang Jadi, Saldo Awal 8.805.564.768 8.805.564.768 8.805.564.768 Barang Jadi, Saldo Akhir (7.134.002.810) (7.134.002.810) (7.134.002.810) 2.405.455.067 2.405.455.067 2.405.455.067 Beban Pokok Penjualan 262.276.737.653 260.855.710.684 260.855.710.684 Laba Kotor 65.970.162.278 67.391.189.247 67.391.189.247

Sebelum Evaluasi Setelah Evaluasi Komersial Koreksi Fiskal Fiskal Usulan Penulis Fiskal (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Biaya Penjualan Gaji 1.531.331.237 132.646.512 a. 1.398.684.725 1.398.684.725 Biaya Transport Barang 7.376.679.243 7.376.679.243 7.376.679.243 Total Biaya Punjualan 8.908.010.480 8.775.363.968 8.775.363.968 Biaya Umum dan Administrasi Gaji & Honorarium 3.767.211.918 363.745.767 a. 3.403.466.151 3.403.466.151 PPh 21 294.846.167 294.846.167 l. 0 0 Transportasi 383.083.406 51.854.221 b. 331.229.185 331.229.185 Penyusutan 791.787.231 2.020.635.049 e. (1.200.625.683) (1.200.625.683) (28.222.135) e. Asuransi 75.934.826 75.934.826 75.934.826 Pengobatan Karyawan 164.515.630 164.515.630 m. 0 0 Sewa 458.246.652 458.246.652 c. 0 0 Jasa Management, Audit, Notary 1.038.318.437 1.038.318.437 1.038.318.437 Reparasi 502.846.133 502.846.133 21.468.450 p. 481.377.683 Telekomunikasi 369.746.324 369.746.324 16.375.000 n. 353.371.324 Alat Kantor 846.716.387 846.716.387 846.716.387 Keanggotaan 39.870.000 39.870.000 f. 0 0 Listrik dan Air 756.264.520 756.264.520 756.264.520 Katering 159.755.783 159.755.783 159.755.783 Sumbangan 1.350.000 1.350.000 g. 0 0 Biaya Bank 183.461.532 183.461.532 183.461.532 Biaya Langganan 359.346.142 359.346.142 359.346.142 Jamuan 475.719.275 475.719.275 475.719.275 Lain-lain 1.198.101.568 141.287.769 d. 1.056.813.799 1.056.813.799 Biaya Perijinan, PBB 167.933.671 167.933.671 167.933.671 Biaya Denda dan Rugi Pajak 231.641.166 231.641.166 h. 0 0 Amortisasi R & D 930.703.861 930.703.861 930.703.861 Total Biaya Umun & Administrasi 13.197.400.629 9.457.630.343 9.419.786.893 Total Biaya 22.105.411.109 18.232.994.311 18.195.150.861 Laba Usaha 43.864.751.169 49.158.194.936 49.196.038.386 Pendapatan (Beban) Lain Pendapatan Bunga (Jasa Giro) 226.633.678 (226.633.678) i. 0 0 Biaya Bunga Bank /Leasing (1.954.100.616) (916.098.709) j. (2.870.199.325) (2.870.199.325) Keuntungan Penjualan Aset 3.817.361.720 k. 3.817.361.720 3.817.361.720 Selisih Kurs - Net (744.818.470) (744.818.470) (744.818.470) Pendapatan Lainnya - Net 11.276.067 11.276.067 11.276.067 Pendapatan (Beban) Lainnya - Net (2.461.009.341) 213.619.992 213.619.992 LabaSebelum Pajak Penghasilan 41.403.741.828 49.371.814.928 49.409.658.378

Tabel 4.2 Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Komersial dan Fiskal Sebelum Evaluasi Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Komersial dan Fiskal PT. TSTI Untuk Tahun yang Berjalan 31 Desember 2007 Sebelum Evaluasi Setelah Evaluasi Komersial Koreksi Fiskal Fiskal Usulan Penulis Fiskal (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Penjualan Bersih 576.664.554.494 576.664.554.494 576.664.554.494 Beban Pokok Penjualan Bahan Baku, Saldo Awal 26.809.330.887 26.809.330.887 26.809.330.887 Pembelian Bahan Baku 399.399.668.307 399.399.668.307 399.399.668.307 Bahan Baku, Tersedia Untuk Dipakai 426.208.999.194 426.208.999.194 426.208.999.194 Bahan Baku, Saldo Akhir (41.899.357.691) (41.899.357.691) (41.899.357.691) Bahan Baku Yang Terpakai 384.309.641.503 384.309.641.503 384.309.641.503 Upah Langsung 5.447.778.790 194.845.612 a. 5.252.933.178 5.252.933.178 Beban Pabrikasi : Upah Tidak Langsung 6.170.786.574 303.164.844 a. 5.867.621.730 5.867.621.730 Transportasi 2.014.743.349 53.065.638 b. 1.961.677.711 1.961.677.711 Sewa 1.617.891.167 288.460.667 c. 1.329.430.500 1.329.430.500 Penyusutan Dan Amortisasi 5.272.327.129 5.272.327.129 5.272.327.129 Jasa Pihak Ketiga 8.934.983.142 8.934.983.142 8.934.983.142 Royalti 2.191.934.468 2.191.934.468 2.191.934.468 Freight In 413.674.247 413.674.247 413.674.247 Reparasi 1.902.807.247 1.902.807.247 1.902.807.247 Asuransi 166.779.462 166.779.462 166.779.462 Jamuan 22.150.587 22.150.587 22.150.587 Perlengkapan Pabrik 27.743.039 27.743.039 27.743.039 Listrik dan Air 435.703.129 435.703.129 435.703.129 Biaya Lainnya 1.376.558.570 400.802.395 d. 975.756.175 975.756.175 Total Beban Pabrikasi 30.548.082.110 29.502.588.566 29.502.588.566 Barang Dalam Proses, Saldo Awal 1.801.375.157 1.801.375.157 1.801.375.157 Barang Dalam Proses, Saldo Akhir (1.379.451.338) (1.379.451.338) (1.379.451.338) Barang Jadi, Saldo Awal 3.185.577.291 3.185.577.291 3.185.577.291 Barang Jadi, Saldo Akhir (4.318.769.012) (4.318.769.012) (4.318.769.012) (711.267.902) (711.267.902) (711.267.902) Beban Pokok Penjualan 419.594.234.501 418.353.895.345 418.353.895.345 Laba Kotor 157.070.319.993 158.310.659.149 158.310.659.149

Sebelum Evaluasi Setelah Evaluasi Komersial Koreksi Fiskal Fiskal Usulan Penulis Fiskal (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Biaya Penjualan Gaji 768.643.400 265.484.894 a. 503.158.506 503.158.506 Biaya Transport Barang 7.668.974.746 7.668.974.746 7.668.974.746 Total Biaya Punjualan 8.437.618.146 8.172.133.252 8.172.133.252 Biaya Umum dan Administrasi Gaji & Honorarium 5.396.238.341 326.010.038 a. 5.070.228.303 5.070.228.303 PPh 21 416.863.512 416.863.512 l. 0 0 Transportasi 952.502.166 66.112.964 b. 886.389.202 886.389.202 Penyusutan 1.407.981.012 1.666.296.016 e. (235.781.671) (4.717.845) e. (240.499.516) (22.533.333) e. 0 Asuransi 134.225.354 134.225.354 134.225.354 Pengobatan Karyawan 94.115.044 94.115.044 m. 0 0 Sewa 455.369.755 455.369.755 c. 0 0 Jasa Management, Audit, Notary 1.233.753.503 1.233.753.503 1.233.753.503 Reparasi 254.600.062 254.600.062 17.461.235 p. 237.138.827 Telekomunikasi 419.610.443 419.610.443 40.710.000 n. 378.900.443 Alat Kantor 459.121.110 459.121.110 459.121.110 Keanggotaan 42.415.000 42.415.000 f. 0 0 Listrik dan Air 807.502.030 807.502.030 807.502.030 Katering 283.241.090 283.241.090 283.241.090 Sumbangan 1.850.000 1.850.000 g. 0 0 Biaya Bank 219.183.875 219.183.875 219.183.875 Biaya Langganan 384.800.147 384.800.147 6.781.900 o. 378.018.247 Jamuan 363.600.347 363.600.347 363.600.347 Lain-lain 549.719.667 271.701.067 d. 278.018.600 278.018.600 Biaya Perijinan, PBB 131.658.536 131.658.536 131.658.536 Biaya Denda dan Rugi Pajak 196.981.550 196.981.550 h. 0 0 Amortisasi R & D 2.427.465.380 2.427.465.380 2.427.465.380 Total Biaya Umun & Administrasi 16.632.797.924 13.117.616.311 13.047.945.331 Total Biaya 25.070.416.070 21.289.749.563 21.220.078.583 Laba Usaha 131.999.903.923 137.020.909.586 137.090.580.566 Pendapatan (Beban) Lain Pendapatan Bunga (Jasa Giro) 1.170.932.078 (1.170.932.078) i. 0 0 Biaya Bunga Bank /Leasing (127.361.510) (784.982.487) j. (912.343.997) (912.343.997) Selisih Kurs - Net (2.190.665.677) (2.190.665.677) (2.190.665.677) Pendapatan Lainnya - Net 501.467.994 55.033.333 k. 556.501.327 556.501.327 Pendapatan (Beban) Lainnya - Net (645.627.115) (2.546.508.347) (2.546.508.347) Laba Sebelum Pajak Penghasilan 131.354.276.808 134.474.401.239 134.544.072.219

Tabel 4.3 Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Komersial dan Fiskal Sebelum Evaluasi Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Komersial dan Fiskal PT. TSTI Untuk Tahun yang Berjalan 31 Desember 2008 Sebelum Evaluasi Setelah Evaluasi Komersial Koreksi Fiskal Fiskal Usulan Penulis Fiskal (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Penjualan Bersih 753.971.342.476 753.971.342.476 753.971.342.476 Beban Pokok Penjualan Bahan Baku, Saldo Awal 19.137.135.181 19.137.135.181 19.137.135.181 Pembelian Bahan Baku 531.573.267.554 531.573.267.554 531.573.267.554 Bahan Baku, Tersedia Untuk Dipakai 550.710.402.735 550.710.402.735 550.710.402.735 Bahan Baku, Saldo Akhir (49.127.761.438) (49.127.761.438) (49.127.761.438) Bahan Baku Yang Terpakai 501.582.641.297 501.582.641.297 501.582.641.297 Upah Langsung 6.253.846.125 221.546.512 a. 6.032.299.613 6.032.299.613 Beban Pabrikasi : Upah Tidak Langsung 8.406.858.659 303.854.651 a. 8.103.004.008 8.103.004.008 Transportasi 2.057.145.487 75.673.726 b. 1.981.471.761 1.981.471.761 Sewa 1.659.042.069 350.909.094 c. 1.308.132.975 1.308.132.975 Penyusutan Dan Amortisasi 6.153.478.499 6.153.478.499 6.153.478.499 Jasa Pihak Ketiga 13.795.412.610 13.795.412.610 13.795.412.610 Royalti 3.062.211.231 3.062.211.231 3.062.211.231 Freight In 692.747.872 692.747.872 692.747.872 Reparasi 3.287.467.621 3.287.467.621 3.287.467.621 Asuransi 249.857.277 249.857.277 249.857.277 Jamuan 35.866.287 35.866.287 35.866.287 Perlengkapan Pabrik 55.762.640 55.762.640 55.762.640 Listrik dan Air 652.998.462 652.998.462 652.998.462 Biaya Lainnya 1.207.725.681 624.826.105 d. 582.899.576 582.899.576 Total Beban Pabrikasi 41.316.574.395 1.576.810.088 39.961.310.819 39.961.310.819 Barang Dalam Proses, Saldo Awal 7.163.661.490 7.163.661.490 7.163.661.490 Barang Dalam Proses, Saldo Akhir (11.203.817.113) (11.203.817.113) (11.203.817.113) Barang Jadi, Saldo Awal 9.622.355.103 9.622.355.103 9.622.355.103 Barang Jadi, Saldo Akhir (17.463.458.362) (17.463.458.362) (17.463.458.362) (11.881.258.882) (11.881.258.882) (11.881.258.882) Beban Pokok Penjualan 537.271.802.935 535.694.992.847 535.694.992.847 Laba Kotor 216.699.539.541 218.276.349.629 218.276.349.629

Sebelum Evaluasi Setelah Evaluasi Komersial Koreksi Fiskal Fiskal Usulan Penulis Fiskal (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Biaya Penjualan Gaji 992.701.350 295.468.481 a. 697.232.869 697.232.869 Biaya Transport Barang 7.786.795.680 7.786.795.680 7.786.795.680 Total Biaya Punjualan 8.779.497.030 8.484.028.549 8.484.028.549 Biaya Umum dan Administrasi Gaji & Honorarium 6.600.906.550 308.212.997 a. 6.292.693.553 6.292.693.553 PPh 21 582.746.293 582.746.293 l. 0 0 Transportasi 1.875.247.427 71.492.593 b. 1.803.754.834 1.803.754.834 Penyusutan 4.750.693.725 2.068.840.821 e. 2.681.852.904 2.681.852.904 Asuransi 200.948.276 200.948.276 200.948.276 Pengobatan Karyawan 150.348.279 150.348.279 m. 0 0 Sewa 517.827.765 517.827.765 c. 0 0 Jasa Management, Audit, Notary 1.004.372.194 1.004.372.194 1.004.372.194 Reparasi 438.472.843 438.472.843 25.465.787 p. 413.007.056 Telekomunikasi 648.214.371 648.214.371 65.730.000 n. 582.484.371 Alat Kantor 826.757.264 826.757.264 826.757.264 Keanggotaan 56.500.000 56.500.000 f. 0 0 Listrik dan Air 830.510.625 830.510.625 830.510.625 Katering 315.725.683 315.725.683 315.725.683 Sumbangan 5.300.000 5.300.000 g. 0 0 Biaya Bank 384.726.423 384.726.423 384.726.423 Biaya Langganan 428.467.294 428.467.294 9.454.300 o. 419.012.994 Jamuan 239.474.629 239.474.629 239.474.629 Lain-lain 638.896.360 206.158.933 d. 432.737.427 432.737.427 Biaya Perijinan, PBB 99.487.173 99.487.173 99.487.173 Biaya Denda dan Rugi Pajak 13.827.044 13.827.044 h. 0 0 Amortisasi R & D 5.200.276.707 5.200.276.707 5.200.276.707 Total Biaya Umun & Administrasi 25.809.726.925 21.828.472.200 21.727.822.113 Total Biaya 34.589.223.955 30.312.500.749 30.211.850.662 Laba Usaha 182.110.315.586 187.963.848.880 188.064.498.967 Pendapatan (Beban) Lain Laba (Rugi) Penjualan Aktiva 86.854.041 k. 86.854.041 86.854.041 Pendapatan Bunga (Jasa Giro) 4.162.357.633 (4.162.357.633) i. 0 0 Biaya Bunga Bank /Leasing (148.491.364) (1.548.744.451) j. (1.697.235.815) (1.697.235.815) Selisih Kurs - Net (5.642.736.939) (5.642.736.939) (5.642.736.939) Pendapatan Lainnya - Net 649.615.211 649.615.211 649.615.211 Pendapatan (Beban) Lainnya - Net (979.255.459) (1.642.993.318) (6.603.503.502) (6.603.503.502) Laba Sebelum Pajak Penghasilan 181.131.060.127 181.360.345.378 181.460.995.465

Perhitungan PPh Badan (Rp) Sebelum Evaluasi Sesudah Evaluasi 2006 2007 2008 2006 2007 2008 PKP 49.371.814.928 134.474.401.239 181.360.345.378 49.409.658.378 134.544.072.219 181.460.995.465 Dibulatkan ( Pasal 17 ayat 4 ) 49.371.814.000 134.474.401.000 181.360.345.000 49.409.658.000 134.544.072.000 181.460.995.000 PPh Badan yang terutang : 10% x 50.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 15% x 50.000.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 30% x 49.271.814.000 14.781.544.200 30% x 134.374.401.000 40.312.320.300 30% x 181.260.345.000 54.378.103.500 30% x 49.309.658.000 14.792.897.400 30% x 134.444.072.000 40.333.221.600 30% x 181.360.995.000 54.408.298.500 Jumlah 14.794.044.200 40.324.820.300 54.390.603.500 14.805.397.400 40.345.721.600 54.420.798.500 Kredit Pajak Dalam Negeri 2.230.352.457 5.958.983.579 7.990.715.674 2.230.352.457 5.958.983.579 7.990.715.674 Kredit Pajak Luar Negeri 5.413.329 5.413.329 PPh Harus Dibayar Sendiri 12.563.691.743 34.360.423.392 46.399.887.826 12.575.044.943 34.381.324.692 46.430.082.826 PPh Pasal 25 8.044.095.204 12.033.732.570 30.727.634.784 8.044.095.204 12.033.732.570 30.727.634.784 Fiskal Luar Negeri 31.000.000 49.000.000 49.000.000 31.000.000 49.000.000 49.000.000 PPh Kurang Bayar (PPh Pasal 29) 4.488.596.539 22.277.690.822 15.623.253.042 4.499.949.739 22.298.592.122 15.653.448.042 Uraian 2006 2007 2008 (Rp) (Rp) (Rp) Pajak Penghasilan Sebelum Evaluasi 14.794.044.200 40.324.820.300 54.390.603.500 Pajak Penghasilan Setelah Evaluasi 14.805.397.400 40.345.721.600 54.420.798.500 Kurang Bayar 11.353.200 20.901.300 30.195.000

IV.1.2 Evaluasi Penulis Terhadap Rekonsiliasi Laporan Fiskal Perusahaan Penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan metode langsung, yakni teknik dan prosedur pemeriksaan pajak dengan melakukan pengujian atas kebenaran-kebenaran angka-angka dalam SPT yang dilakukan secara langsung melalui suatu pendekatan perhitungan tertentu mengenai penghasilan dan biaya. Dari hasil penelitian dan observasi yang dilakukan oleh penulis dengan metode langsung, terdapat beberapa temuan yang ditemukan oleh penulis, dan berikut evaluasi koreksi fiskal akibat perbedaan waktu dan tetap yang dilakukan oleh penulis : a. Manfaat Pensiun Menurut Pasal 9 ayat (1) huruf c UU PPh 1984 yang sebagaimana telah dirubah menjadi UU PPh No. 36 Tahun 2008, pembentukan atau pemupukan dana cadangan tidak dapat dikurangkan pada penghasilan bruto. Dari hasil penelitian penulis menggunakan metode interview dengan manajer akuntansi dan keuangan PT. TSTI, diketahui bahwa biaya manfaat pensiun ini mencakup pemberian pinjaman yang diberikan perusahaan kepada karyawan yang telah bekerja minimal 1 tahun, selain itu biaya ini juga mencakup pembayaran cuti yang diberikan perusahaan kepada karyawan karena alasan tertentu, contoh : karyawan wanita yang sedang cuti hamil. Dalam koreksi fiskal yang dilakukan perusahaan, terdapat manfaat pensiun pada upah langsung dan upah tidak langsung di biaya pabrikasi yang merupakan pemupukan dana cadangan yang tidak dapat dijadikan pengurang dalam penghasilan bruto. Begitu juga dengan manfaat pensiun yang dikoreksi pada biaya penjualan dan biaya umum perusahaan yang juga merupakan pemupukan dana cadangan yang tidak dapat 54

dijadikan pengurang penghasilan bruto. Penulis melakukan pencocokan data yang diberikan perusahaan dengan penelusuran yang dilakukan penulis sendiri secara langsung, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa perusahaan telah secara benar melakukan koreksi fiskal atas biaya manfaat pensiun pada tahun 2006, tahun 2007 dan tahun 2008 masing-masing sebesar Rp.901.651.958, Rp. 1.089.505.388 dan Rp. 1.129.082.641. b. Transportasi Perusahaan melakukan penggantian BBM kepada karyawan perusahaan yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan, pemberian ini diberikan kepada karyawan perusahaan yang mencapai minimal level manajer. Penggantian BBM ini hanya diberikan bila karyawan perusahaan yang menikmati fasilitas ini dapat memberikan bukti pendukung atas BBM yang dikeluarkan karyawan sehariharinya, atas bukti yang disertakan karyawan tersebut perusahaan dapat menjadikan biaya tersebut sebagai deductible expense, namun bila tidak terdapat bukti yang cukup maka biaya tersebut harus dikoreksi fiskal karena menurut Pasal 9 ayat (1) huruf e UU PPh 1984 yang sebagaimana telah dirubah menjadi UU PPh No. 36 Tahun 2008, pemberian kenikmatan atas penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan tidak dapat dijadikan pengurang dalam penghasilan bruto perusahaan. Dan pada Kep-220/PJ/2002 menjelaskan bahwa atas biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan sedan atau yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50%. Oleh karena itu, perusahaan melakukan koreksi fiskal positif atas biaya 64

transportasi pada biaya pabrikasi dan biaya umum dengan masing-masing sebesar Rp. 104.323.873 (tahun 2006), Rp. 119.178.601 (tahun 2007) dan Rp. 147.166.139 (tahun 2008). c. Sewa Biaya sewa yang terdapat dalam biaya pabrikasi perusahaan merupakan biayabiaya sewa yang berhubungan dengan produksi perusahaan. Dalam hal ini perusahaan membayarkan sewa gudang kepada pemilik gudang namun 25% areal gudang tersebut dijadikan rumah/tempat tinggal bagi karyawan tertentu, hal ini tentu saja tidak berhubungan dengan kegiatan produksi perusahaan. Dan menurut Pasal 9 ayat (1) huruf e UU PPh 1984 yang sebagaimana telah dirubah menjadi UU PPh No. 36 Tahun 2008, pemberian kenikmatan atas penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan tidak dapat dijadikan pengurang dalam penghasilan bruto perusahaan, atas beban sewa dalam biaya pabrikasi tersebut perusahaan melakukan koreksi fiskal positif sebesar masing-masing Rp. 251.029.739 (tahun 2006), Rp. 288.460.667 (tahun 2007) dan Rp. 350.909.094 (tahun 2008) atas biaya sewa yang 25% nya digunakan untuk tempat tinggal karyawan tertentu perusahaan. Dan atas biaya sewa pada biaya umum dan administrasi perusahaan menanggung biaya sewa apartemen di daerah kuningan yang digunakan oleh presiden direktur, dan atas pemberian kenikmatan/natura tersebut, perusahaan melakukan koreksi positif seluruh biaya sewa di biaya umum dan administrasi masing-masing sebesar Rp. 458.246.652 (tahun 2006), Rp. 455.369.755 (tahun 2007) dan Rp. 517.827.765 (tahun 2008). 65

d. Biaya Lain-lain Menurut Pasal 6 ayat UU PPh 1984 yang sebagaimana telah dirubah menjadi UU PPh No. 36 Tahun 2008, biaya-biaya yang tidak berkaitan langsung terhadap operasional perusahaan, tidak dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto. Dalam hasil wawancara penulis dengan manajer PT. TSTI, diketahui bahwa biaya lain-lain yang dikoreksi perusahaan dalam biaya umum dan administrasi merupakan biaya berupa gift yang diberikan perusahaan kepada konsumen/pelanggan tetap perusahaan, hal ini dimaksudkan agar jalinan hubungan kerjasama antara perusahaan dengan konsumen/pelanggan perusahaan dapat terjalin dengan baik dan berlangsung terus menerus. Dalam biaya lain-lain juga terdapat biaya rekreasi yang dikeluarkan perusahaan untuk karyawannya, rekreasi dilakukan perusahaan setahun sekali. Oleh karena itu perusahaaan mengkoreksi fiskal biaya-biaya yang tidak berhubungan dengan kegiatan perusahaan, dan rincian biaya tersebut adalah : untuk biaya gift kepada konsumen/pelanggan tetap perusahan pada tahun 2006,2007 dan 2008 masingmasing sebesar Rp. 28.150.000, Rp. 51.803.333, dan Rp. 77.875.678. Sedangkan biaya rekreasi dalam biaya umum dan administrasi dengan rincian Rp. 113.137.769 (tahun 2006), Rp. 219.897.734 (tahun 2007) dan Rp. 387.408.214 (tahun 2008). Namun perusahaan juga melakukan koreksi fiskal biaya lain-lain dalam biaya pabrikasi, dan menurut manajer akuntansi perusahaan, biaya tersebut merupakan biaya rekreasi yang diberikan kepada tamu-tamu penting perusahaan dan selisihnya merupakan provisi penurunan nilai persediaan yang di koreksi perusahaan. Berikut rincian untuk biaya rekreasi tamu perusahaan 66

masing-masing sebesar : Rp. 327.651.572 (tahun 2006), Rp. 211.871.132 (tahun 2007) dan Rp. 387.408.214 (tahun 2008), sedangkan provisi penurunan nilai persediaan pada tahun 2006, 2007 dan 2008 masing-masing sebesar : Rp. 384.616.327, Rp. 188.931.2263 dan Rp. 237.417.891. e. Biaya Penyusutan Menurut Pasal 9 ayat (2) UU PPh 1984 yang sebagaimana telah dirubah menjadi UU PPh No. 36 Tahun 2008, perusahaan tidak dapat secara langsung membebankan penyusutan yang memiliki masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun. Dari hasil penelitian penulis terhadap biaya penyusutan yang dihitung oleh perusahaan, penulis mendapatkan bahwa perusahaan telah sesuai mengkelompokkan jenis harta dan mengelompokkan masa manfaat sesuai metode penyusutan yang digunakan yaitu metode garis lurus. Namun dalam penyertaan daftar penyusutan dan amortisasi fiskal yang dilakukan perusahaan terdapat kesalahan pada : Tabel 4.4 Penyusutan Pada 11/2007 (L16) Penyusutan Penyusutan Selisih Tahun Harga Perolehan Dies Fiskal Komersial Penyusutan 2007 226,456,559 47,178,450 56,614,140 9,435,690 Seharusnya 51,896,295 56,614,140 4,717,845 Koreksi Negatif 4,717,845 Dan atas kesalahan perhitungan perusahaan, maka terdapat koreksi fiskal sebesar Rp. 4.717.845 (tahun 2007). f. Biaya Keanggotaan. Menurut Pasal 9 ayat (1) huruf e UU PPh 1984 yang sebagaimana telah dirubah menjadi UU PPh No. 36 Tahun 2008, perusahaan menanggung biaya keanggotaan golf yang dinikmati oleh presiden direktur dan level direktur, 67

perusahaan juga menanggung biaya keanggotaan fitness center tertentu seperti gold gym yang dinikmati oleh karyawan posisi manajer dan direksi. Maka atas pemberian berbentuk natura atau kenikmatan ini, perusahaan harus melakukan koreksi fiskal, dan berdasarkan laporan koreksi fiskal perusahaan, perusahaan telah benar melakukan koreksi positif atas biaya keanggotaan tersebut. Besarnya koreksi fiskal atas biaya keanggotaan ini masing-masing sebagai berikut : Rp. 39.870.000 (tahun 2006), Rp. 42.415.000 (tahun 2007) dan Rp. 56.500.000 (tahun 2008). g. Sumbangan Menurut Pasal 9 ayat (1) huruf g UU PPh 1984 yang sebagaimana telah dirubah menjadi UU PPh No. 36 Tahun 2008, harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan tidak dapat dijadikan biaya pengurang penghasilan bruto, kecuali yang diatur dalam PMK atau KMK seperti Peraturan Menteri Keuangan No. 609/PMK.03/2004 yang menyatakan sumbangan yang dapat dijadikan penghasilan bruto sehubungan pemberian bantuan kemanuasiaan dalam bencana alam yang terjadi di Aceh dan Sumatera Utara. Dalam hal ini perusahaan memberikan sumbangan untuk kegiatan disekitar pabrik seperti acara HUT kemerdekaan RI, sehingga perusahaan harus mengkoreksi positif biaya sumbangan, dan dalam prakteknya perusahaan telah benar melakukan koreksi fiskal atas biaya sumbangan pada tahun 2006, 2007 dan 2008 masing-masing sebesar : Rp. 1.350.000, Rp. 1.850.000, dan Rp. 5.300.000. 68

h. Denda Pajak Menurut Pasal 9 ayat (1) huruf k UU PPh 1984 yang sebagaimana telah dirubah menjadi UU PPh No. 36 Tahun 2008, sanksi administrasi berupa bunga, denda sehubungan pelaksanaan perundang-undang perpajakan tidak dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto perusahaan. Dalam penelitian terhadap kepatuhan perpajakan PT. TSTI, penulis menemukan bahwa denda pajak yang ditanggung perusahaan merupakan denda/sanksi/bunga akibat perusahaan melakukan pembetulan sendiri SPT Tahunan yang dikarenakan perusahaan mengalami utang pajak yang lebih besar dari perhitungan awal perusahaan (sesuai dengan Pasal 8 ayat (2,2a) KUP). Hal ini menyebabkan perusahaan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) perbulan atas besarnya kekurangan pembayaran tersebut (dengan maksimal 24bulan). Penulis juga menemukan permasalahan dari hasil tanya jawab dengan manajer akuntansi bahwa PT. TSTI pada tahun 2004 mendapatkan SKPKB atas permasalahan pemotongan penghasilan jasa teknisi yang didatangkan dari Jepang. Namun pada tahun 2006, 2007 dan 2008, perusahaan hanya dikenakan denda atas pembetulan sendiri SPT Tahunan perusahaan. Dan besarnya koreksi denda pajak pada tahun 2006, 2007 dan 2008 masing-masing sebesar Rp. 231.641.166, Rp. 196.981.550, dan Rp. 13.827.044. i. Pendapatan Bunga Deposito. PT. TSTI mendapatkan pendapatan di luar usaha berupa bunga deposito, sesuai dengan Pasal 4 ayat 2 UU PPh No.17 Tahun 2000 dan PP 131 Tahun 2000, bunga merupakan objek pajak final yang dipotong langsung oleh bank 69

bersangkutan sebesar 20%. Berdasarkan Lampiran Penjelasan laporan laba rugi perusahaan yang diteliti penulis, pada tahun 2006 PT. TSTI memiliki deposito sebesar Rp. 15.000.000.000, pada tahun 2007 memiliki deposito Rp. 50.000.000 dan tahun 2008 memiliki deposito sebesar Rp. 65.000.000. Oleh karena itu, pendapatan perusahaan dari bunga deposito dan bunga rekening rupiah, dolar dan yen masing-masing sebesar Rp. 226.633.678 (tahun 2006), Rp. 1.170.932.078 (tahun 2007) dan Rp. 4.162.357.633 (tahun 2008). Pendapatan ini merupakan pendapatan yang di kenakan pajak final, maka dalam hal ini perusahaan telah benar melakukan koreksi negatif atas jasa giro, dan melampirkan pada SPT 1771-IV pada pelaporan SPT Tahunan Badan ke KPP tempat perusahaan terdaftar. j. Biaya Bunga (Leasing). Pada prinsipnya, biaya penyusutan atas aktiva yang diperoleh melalui leasing tidak dapat dibiayakan secara fiskal karena sudah dibebankan melalui penyusutan secara akuntansi, namun menurut fiskal justru sebaliknya dimana biaya angsuran yang terdiri atas pokok dan bunga tersebut dapat dibebankan. Hal ini terjadi karena dalam perpajakan, aktiva yang di lesse secara bukti masih milik lessor sehingga perusahaan secara akuntansi dapat melakukan penyusutan dan dalam pajak tidak mengakui biaya penyusutan aktiva tersebut. Atas hal tersebut perusahaan melakukan koreksi negatif atas biaya bunga/leasing yang dikeluarkan perusahaan berupa biaya pokok dan bunga atas pembelian kendaraan untuk operasional perusahaan dan pembelian alat-alat perlengkapan pabrik serta mesin-mesin pendukung dalam produksi dengan menggunakan SGU 70

(sewa guna usaha) hak opsi. Dan besarnya koreksi yang dilakukan perusahaan masing-masing sebesar Rp. 916.098.709 (tahun 2006), Rp. 784.982.487 (tahun 2007) dan Rp. 1.548.744.451 (tahun 2008). k. Keuntungan Penjualan Aset Menurut Pasal 4 ayat (1) huruf d UU PPh 1984 yang sebagaimana telah dirubah menjadi UU PPh No. 36 Tahun 2008, keuntungan karena pengalihan harta oleh perseroan temasuk menjadi objek pajak. Pada tahun 2006, 2007 dan 2008 perusahaan melakukan penjualan atas aktiva aset yang telah habis umur ekonomisnya dan peralatan yang sudah tidak berfungsi dengan baik, dan akibat dari penjualan tersebut perusahaan mendapatkan keuntungan. Menurut ketentuan diatas, tambahan kemampuan ekonomis yang diterima oleh Wajib Pajak atas keuntungan penjualan aset perusahaan merupakan objek pajak yang akan menambah penghasilan bruto perusahaan sehingga perusahaan harus melakukan koreksi positif atas keuntungan penjualan aktiva tersebut. Dan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis secara langsung, perusahaan telah menghitung dan menyertakan besarnya keuntungan yang diterima perusahaan atas penjualan aset perusahaan sehubungan akan dijadikan penghasilan kena pajak. Besarnya nilai keuntungan yang didapat perusahaan masing-masing sebesar Rp. 3.817.361.720 (tahun 2006), Rp. 55.033.333 (tahun 2007) dan Rp. 86.854.041 (tahun 2008). Besarnya keuntungan pada tahun 2006 dipicu atas penjualan mesin dan peralatan produksi perusahaan. 71

l. PPh 21 ditanggung perusahaan Berdasarkan Pasal 9 UU PPh 1984 Pasal (1) huruf h, PPh 21 yang ditanggung oleh perusahaan tidak dapat dijadikan biaya dalam laporan keuanga fiskal. Atas biaya yang tidak dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto ini, perusahaan melakukan koreksi positif sebesar Rp. 294.846.167 (tahun 2006), Rp. 416.863.512 (tahun 2007), dan Rp. 582.746.293 (tahun 2008). Namun perusahaan dapat menjadikan PPh pasal 21 yang ditanggung perusahaan menjadi pengurang penghasilan bruto perusahaan bila mengalihkan PPh yang ditanggung menjadi tunjangan pajak yang diberikan perusahaan langsung bersamaan dengan gaji yang diterima oleh karyawan setiap bulannya. m. Biaya Pengobatan Karyawan. Sesuai dengan Pasal 9 ayat (1) huruf b UU PPh Tahun 1984 yang sebagaimana telah dirubah menjadi UU PPh No. 36 Tahun 2008, biaya kesehatan karyawan yang diganti perusahaan dengan menggunakan sistem reimbursement merupakan pemberian natura dan kenikmatan yang diterima karyawan sehingga tidak dapat dijadikan biaya bagi perusahaan. Oleh karena itu perusahaan melakukan koreksi fiskal atas biaya pengobatan karyawan dalam biaya umum dan administrasi perusahaan. Biaya ini dikoreksi karena tidak sesuai dengan Pasal 9 UU PPh Tahun 2008 dan tidak dapat dijadikan biaya dalam laporan laba rugi. Perusahaan harus melakukan koreksi fiskal atas biaya pengobatan karyawan masing-masing sebesar Rp. 164.515.630 (tahun 2006), Rp. 95.115.044 (tahun 2007) dan Rp. 150.348.279 (tahun 2008). 72

n. Biaya Telekomunikasi. Berdasarkan temuan penulis pada penelitian terhadap payment voucer dalam tahun 2006, 2007 dan 2008, terdapat pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan untuk pembelian pulsa karyawan marketing perusahaan yang dipergunakan untuk menghubungi para customer dan vendor perusahaan. Atas biaya ini perusahaan harus melakukan koreksi fiskal sebesar 50% atas biaya pulsa karyawan sesuai dengan Keputusan Direktur Jendral Pajak No.KEP-220/PJ/2002 masing-masing sebesar Rp. 16.375.000 (tahun 2006), Rp. 40.710.000 (tahun 2007) dan Rp. 65.730.000 (tahun 2008). o. Biaya Langganan. Pada prinsipnya, biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam kegiatan seharihari nya harus dicatat pengeluaran nya dan disertai bukti-bukti yang mendukung, hal ini dilakukan agar biaya yang dikeluarkan menurut komersial dapat juga dijadikan biaya menurut fiskal. Namun dari penelitian penulis pada tahun 2007 dan 2008, terdapat biaya langganan majalah yang dikeluarkan perusahaan dalam jumlah yang tergolong material namun tidak dilengkapi dengan bukti yang kuat karena menurut hasil penelitian, invoice dari pembelian majalah tersebut telah hilang. Atas pengeluaran biaya langganan tanpa didukung bukti yang kuat, maka biaya langganan ini harus dilakukan koreksi sebesar bukti invoice yang hilang tersebut, yakni masing-masing sebesar Rp. 6.781.900 (tahun 2007) dan Rp. 9.454.300 (tahun 2008). 73

p. Biaya Reparasi. Dalam menjalankan operasional perusahaan, kendaraan merupakan aspek yang paling penting berperan dalam rangka operasi perusahaan seperti antar jemput karyawan perusahaan, pendistribusian produk perusahaan dan lain sebagainya. Perusahaan dalam periode berjalan melakukan perbaikan dan penggantian suku cadang transportasi perusahaan, dalam hal ini perusahaan ikut membebankan biaya reparasi dan perbaikan mobil sedan milik presiden direktur dan mobilmobil karyawan level manajer ke atas. Atas pembebanan biaya ini, sebagaimana telah diatur dalam Keputusan Direktur Jendral Pajak No.KEP-220/PJ/2002, menyebutkan biaya pemeliharaan kendaraan termasuk pemeliharaan sedan hanya dapat dibebankan sebesar 50%. Oleh karena itu berdasarkan hasil temuan penelitian penulis dalam memeriksa voucer pengeluaran dalam periode berjalan dan bukti tagihan dari dealer resmi tempat dilakukannya perbaikan kendaraan, perusahaan harus melakukan koreksi fiskal pada tahun 2006, 2007 dan 2008 masing-masing sebesar Rp. 21.468.450, Rp. 17.461.235, dan Rp. 25.465.787. IV.2 Perencanaan Pajak yang Dapat Diterapkan PT. TSTI Berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 7 Tahun 1983 yang sebagaimana telah dirubah sesuai Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 pasal 6 ayat (1) huruf a, perusahaan sebagai pemberi kerja yang membayar gaji, honorium, bonus, grafikasi dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai wajib melakukan pemotongan, penyetoran dan pelaporan 74

Pajak Penghasilan pegawainya. Dan PT. TSTI memiliki 545 pegawai, 1 dewan komisaris, 1 komisaris dan 2 direktur. Jumlah penghasilan bruto karyawan PT. TSTI pada tahun 2006, 2007 dan 2008 masing-masing sebesar Rp. 5.298.543.155, Rp. 6.164.881.741,dan Rp. 7.593.608.900, dan pada laporan komersial perusahaan masih menanggung beban PPh 21 karyawannya sebesar Rp. 294.846.167 (tahun 2006), Rp. 416.863.512 (tahun 2007), dan Rp. 582.746.293 (tahun 2008). Dalam menghitungan PPh Pasal 21 sudah dilakukan dengan sistem yang mendekati seharusnya. Namun pajak yang masih harus dibayar pada akhir tahun tersebut dinilai terlalu besar karena harusnya relatif kecil atau bahkan nihil. Hal ini mengidentifikasikan bahwa perusahaan belum maksimal dalam pelaksanaan dan perencanaan PPh pasal 21 untuk karyawannya. PT. TSTI menyadari bahwa karyawan merupakan aset yang penting dan juga berharga yang dimiliki perusahaan, sehingga beberapa usaha yang dapat ditempuh perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan. Dan melihat besarnya PPh 21 yang ditanggung cukup besar, maka perusahaan dapat merencanakan perencanaan pajak secara efektif dengan menggunakan instrument antara lain : 1. PT. TSTI belum melakukan perencanaan pajak secara efektif, hal ini dapat dilihat bagaimana PT. TSTI menanggung seluruh PPh Pasal 21 karyawannya. Hal ini akan merugikan perusahaan karena sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku bahwa biaya tersebut tidak dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto. Seusai dengan yang dimaksud dalam Keputusan Direktur Jendral Pajak No. Kep-545/PJ/2000 tertanggal 29 Desember 2000 Pasal 7 Huruf e bahwa PPh Pasal 21 yang ditanggung oleh pemberi kerja termasuk dalam pengertian 75

kenikmatan dalam bentuk natura tidak boleh diberlakukan untuk pengurang penghasilan bruto. Oleh karena itu PT. TSTI harus lebih cermat dan tepat dalam perencanaan pajak atas PPh Pasal 21, dan untuk mencapai hal tersebut ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan oleh perusahaan dengan cara mengubah pengeluaran non deductible menjadi deductible dengan cara gross up, yakni perusahaan memberikan tunjangan pajak sejumlah uang tertentu atau sebesar jumlah PPh pasal 21 yang terutang dan memasukkannya sebagai komponen penambahan penghasilan bruto karyawan yang dipotong PPh pasal 21. Metode gross up ini akan menguntungkan bagi pihak perusahaan dan pihak karyawan karena jumlah pendapatan yang dibawa pulang karyawan (take home pay) akan semakin besar atau tetap dan tidak dipotong pajak. Menurut Zain (2005), Metode gross up dihitung sebagai berikut : Tabel 4.5 Lapisan Penghasilan Kena Pajak Metode gross up Lapisan Penghasilan Kena Pajak (PKP) Pajak PKP s/d Rp. 25.000.000,- 1/228,6 (PKPSTP - 0) 1/108 (PKPSTP - PKP > Rp. 25.000.000,- s/d Rp. 50.000.000,- 12.500.000) 1/204 (3 PKPSTP - PKP > Rp. 50.000.000,- s/d Rp. 100.000.000,- 75.000.000) PKP > Rp. 100.000.000,- s/d Rp. 1/36 (PKPSTP - 200.000.000,- 55.000.000) 10/78 (0.35 PKPSTP - PKP > Rp. 200.000.000 33.750.000) Ket : PKPSTP (Penghasilan Kena Pajak Sebelum Tunjangan Pajak) 2. Tunjangan Makan diberikan oleh PT. TSTI dalam bentuk uang kepada karyawannya, dan jumlah tersebut termasuk dalam komponen Pajak Penghasilan. Hal ini terjadi karena perusahaan memberikan tunjangan agar lebih 76

efisien bila dibayarkan bersamaan dengan gaji karyawan dan mengakibatkan menjadi objek pajak. Dengan perencanaan pajak yang efektif dan efisien, perusahaan dapat melakukan penyediaan makanan dan minuman sehingga biaya tersebut dapat dibiayakan (deductible expense) oleh perusahaan tetapi bukan merupakan objek pajak atau tidak termasuk dalam komponen Pajak Penghasilan bagi karyawan karena berbentuk natura/kenikmatan. Hal ini dilandasi berdasarkan aturan pelaksanaan dalam Keputusan Menteri Keuangan No.466/KMK/2000 Tanggal 3 November 2000 serta keputusan Direktur Jendral Pajak No Kep.213/PJ/2001 yang mulai tanggal 1 Januari 2001 yang menyatakan bahwa Penyediaan makanan dan minuman untuk seluruh pegawai secara bersama-sama termasuk dewan komisaris dan dewan direksi ditempat kerja dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi perusahaan dan bukan merupakan objek PPh pasal 21 bagi pegawai sesuai dengan Pasal 4 ayat (3) huruf d UU PPh No.17 Tahun 2000 yang sebagaimana telah dirubah menjadi UU PPh No.36 Tahun 2008. Dalam PPh badan, dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan dalam perlakuan tunjangan makan dengan penyediaan makan bersama yang dapat dibiayakan (deductible expense). Dan dalam PPh Pasal 21 pemberian tunjangan makan dalam bentuk uang tunai adalah objek pajak sedangkan penyediaan makan bersama bukan objek pajak. Namun demikian, dengan memperhitungkan secara baik mana yang lebih baik digunakan oleh perusahaan, juga harus dapat disesuaikan dengan kondisi perusahaan. 3. PT. TSTI memberikan biaya pengobatan atau biaya rumah sakit kepada karyawan dengan sistem reinburstment, hal ini berdampak pada kerugian 77

perusahaan karena merupakan pemberian dalam bentuk natura atau kenikmatan yang tidak dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto. Perusahaan sebaiknya mengalokasikan biaya reinburstment tersebut kedalam tunjangan kesehatan yang dibayarkan bersama gaji bulanan secara rutin baik karyawan itu sakit atau tidak. Hal ini untuk memastikan tidak ada jumlah uang yang diserahkan atau diterima oleh karyawan sehubungan dengan biaya reinburstment ini, yang kemudian dikategorikan sebagai bentuk natura atau kenikmatan sebagai salah satu akibat dari lemahnya administrasi yang akan terjadi. Perusahaan tidak hanya dapat mengganti biaya ini menjadi tunjangan kesehatan, namun juga dapat mengikutsertakan karyawannya dalam program asuransi kesehatan, dimana premi tersebut ditanggung oleh perusahaan atas nama karyawan sehingga dapat dibebankan secara fiskal sebagai pengurang penghasilan bruto perusahaan dan bagi karyawan akan dikenakan pajak relatif kecil terhadap program asuransi tersebut. 4. PT. TSTI memberikan natura atau kenikmatan khusus kepada direksi atau setingkat manajer berupa fasilitas kendaraan yaitu mobil dengan sistem COP (Car Ownership Program). Hal ini merugikan perusahaan karena dalam Undang-Undang Perpajakan Pasal 9 ayat (1) huruf e, pemberian natura oleh perusahaan kepada karyawan tidak dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto. Oleh karena itu perusahaan dapat melakukan perencanaan pajak dari pemberian natura diganti menjadi pemberian tunjangan transportasi, dan juga bila diberikan dalam bentuk tunjangan transportasi, perusahaan dapat menjual mobil tersebut 78

untuk kepentingan operasional perusahaan, sehingga perusahaan dapat menghemat biaya pemeliharaan kendaraan tersebut. 5. Selain tunjangan dan fasilitas diatas, perusahaan juga dapat mengikutsertakan seluruh karyawannya pada program Jamsostek dalam memberikan perlindungan bagi karyawannya untuk mengatasi resiko sosial ekonomi tertentu. Program jamsostek merupakan penambah penghasilan bruto bagi karyawan yang besarnya sesuai ketentuan Undang-Undang No. 3 Tahun 1992-PP No.14 Tahun 1993. Jenis program jamsostek yang diberikan antara lain : a. Jaminan Hari Tua (JHT) sebesar 3,7% x gaji, dibayar oleh perusahaan dan 2% dibayar oleh karyawan. b. Jaminan Kematian (JK) sebesar 0.3% x gaji dibayar pemberi kerja. c. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) sebesar 0.89% x gaji dibayar pemberi kerja. Berikut adalah contoh perhitungan atas salah seorang karyawan PT. TSTI yang akan memperlihatkan tunjangan PPh yang akan diterima oleh karyawan tersebut : A adalah seorang manajer PT. TSTI yang berstatus K/1 dan telah bekerja selama 4 tahun diperusahaan. Setiap bulannya A mendapatkan gaji Rp. 6.000.000,-, selama ini Tuan A hanya mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR) sebesar Rp. 10.000.000,- dari perusahaan. Dan setelah adanya perencanaan pajak, A mendapatkan tunjangan kesehatan sebesar Rp. 2.450.000,- dan tunjangan transportasi sebesar Rp. 8.000.000,- lalu tunjangan pajak sebesar Rp. 4.000.000,-. Maka evaluasi perhitungan PPh pasal 21 sebelum dan sesudah perencanaan pajak untuk A selama 1 tahun adalah 79

Tabel 4.6 Perhitungan PPh Pasal 21 dengan Perencanaan Pajak Berupa Tunjangan Sebelum Perencanaan Pajak Sesudah Perencanaan Pajak Keterangan (Rp) (Rp) Gaji 72,000,000 72,000,000 Uang Makan 3,000,000 3,000,000 THR 10,000,000 10,000,000 Tunjangan Kesehatan 3,000,000 Tunjangan Transport 8,000,000 Tunjangan Pajak 9,673,553 *) Iuran Pemberi Kerja Premi JKK (0.89% x gaji) 640,800 640,800 Premi JK (0.3% x gaji) 216,000 216,000 Total Penghasilan Bruto 85,856,800 106,530,353 Biaya Jabatan (Max Rp. 1.296.000) (1,296,000) (1,296,000) Iuran JHT (2% x gaji) (144,000) (144,000) Penghasilan Netto 84,416,800 105,090,353 PTKP (K/1) (2007) (15,600,000) (15,600,000) Penghasilan Kena Pajak 68,816,800 89,490,353 Dibulatkan Ribuan ke Bawah (Pasal 17) 68.816.000 PPh Pasal 21 5%x Rp. 25.000.000,- 1,250,000 1,250,000 10%x Rp. 25.000.000,- 2,500,000 2,500,000 15% x Rp. 18.861.000,- 2,829,150 15% x Rp. 39.490.353,- 5,923,553 PPh Pasal 21 Setahun 6,579,150 9,673,553 Perkiraan Penghematan PPh Badan Dari : Tunjangan Kesehatan (Rp. 3.000.000 x 30%) 900,000 Tunjangan Transport (Rp. 8.000.000 x 30%) 2,400,000 Tunjangan Pajak (Rp. 9.673.533 x 30%) 2,902,060 Selisih Kurang PPh Badan 6,202,060 Selisih Lebih PPh Pasal 21 (Rp. 9.673.553 - Rp. 6.579.150) (3,094,403) Penghematan Beban Pajak 3,107,657 80

*) PKPSTP : Penghasilan Kena Pajak Sebelum Tunjangan Pajak Besarnya tunjangan pajak adalah = 1/204 ((3 x PTKPSTP)-75000000) x12 = 1/204 ((3 x 79.816.800)-75000000) x12 = 9.673.553,- Dari perhitungan sebelum perencanaan, perusahaan tidak memberikan tunjangan kepada karyawannya, dan perusahaan tidak dapat menjadikan PPh 21 yang dibayarkan perusahaan menjadi pengurang penghasilan bruto, dan setelah perencanaan perusahaan memberikan tunjangan kepada pegawainya, maka tunjangan tersebut dapat menjadi pengurang penghasilan bruto dan perusahaan dapat menghemat Rp. 3.101.047,- IV.3 Rekonsiliasi Fiskal Sebelum dan Sesudah Perencanaan Pajak Dalam pengakuan pendapatan dan beban, terdapat perbedaan perlakuan akuntansi komersial dan pajak. Hal ini menyebabkan adanya rekonsiliasi fiskal atas laporan laba rugi perusahaan, yang bertujuan untuk membuat laporan keuangan komersial sesuai dengan peraturan perpajakan sehingga dapat digunakan untuk menghitung PPh badan. Dan dari rekonsiliasi fiskal atas laporan keuangan komersial, terdapat koreksi positif atas suatu beban komersial yang akan menambah laba fiskal perusahaan, sedangkan koreksi negatif atas suatu beban komersial akan mengurangi laba fiskal perusahaan. Dengan melakukan perencanaan pajak yang efektif akan membuat suatu perusahaan mampu untuk meminimalkan beban pajak perusahaan yang menyebabkan laba fiskal tidak jauh berbeda dengan laba komersial sehingga laba sebelum pajak dapat 81

diminimalkan. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan perencanaan pajak yang efektif atas beban yang tidak dapat mengurangin penghasilan bruto dalam laporan keuangan fiskal. Maka hasil akhir yang dapat dicapai oleh perusahaan atas perencanaan pajak yang dilaksanakannya adalah penghematan pembayaran pajak. Dalam rekonsiliasi fiskal sebelum dan sesudah perencanaan pajak dapat terlihat adanya perbedaan antara laba keuangan komersial dan laba fiskal karena adanya koreksi positif atas beban atau biaya yang tidak menjadi beban fiskal. 82

Tabel 4.7 Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Komersial dan Fiskal Sebelum dan Setelah Perencanaan Pajak 2006 Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Komersial dan Fiskal PT. TSTI Untuk Tahun yang Berjalan 31 Desember 2006 Sebelum Perencanaan Pajak Setelah Perencanaan Pajak Komersial Koreksi Fiskal Fiskal Usulan Perencanaan Fiskal (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Penjualan Bersih 328.246.899.931 328.246.899.931 328.246.899.931 Beban Pokok Penjualan Bahan Baku, Saldo Awal 30.917.236.611 30.917.236.611 30.917.236.611 Pembelian Bahan Baku 222.748.763.223 222.748.763.223 222.748.763.223 Bahan Baku, Tersedia Untuk Dipakai 253.665.999.834 253.665.999.834 253.665.999.834 Bahan Baku, Saldo Akhir (21.079.542.613) (21.079.542.613) (21.079.542.613) Bahan Baku Yang Terpakai 232.586.457.221 232.586.457.221 232.586.457.221 Upah Langsung 3.177.979.390 150.646.515 3.027.332.875 3.027.332.875 Beban Pabrikasi : Upah Tidak Langsung 4.445.226.091 254.613.164 4.190.612.927 4.190.612.927 Transportasi 1.722.491.092 52.469.652 1.670.021.440 1.670.021.440 Tunjangan Transportasi 52.469.652 b. 52.469.652 Sewa 1.029.652.061 251.029.739 778.622.322 778.622.322 Tunjangan Rumah 251.029.739 d. 251.029.739 Penyusutan Dan Amortisasi 4.914.600.597 4.914.600.597 4.914.600.597 Jasa Pihak Ketiga 3.512.610.526 3.512.610.526 3.512.610.526 Royalti 694.198.997 694.198.997 694.198.997 Freight In 574.838.187 574.838.187 574.838.187 Reparasi 1.595.935.982 1.595.935.982 1.595.935.982 Asuransi 69.437.471 69.437.471 69.437.471 Jamuan 32.494.717 32.494.717 32.494.717 Perlengkapan Pabrik 89.476.222 89.476.222 89.476.222 Listrik dan Air 396.649.134 396.649.134 396.649.134 Biaya Lainnya 5.029.234.898 712.267.899 4.316.966.999 4.316.966.999 Total Beban Pabrikasi 24.106.845.975 22.836.465.521 23.139.964.912 Barang Dalam Proses, Saldo Awal 4.316.631.021 4.316.631.021 4.316.631.021 Barang Dalam Proses, Saldo Akhir (3.582.737.912) (3.582.737.912) (3.582.737.912) Barang Jadi, Saldo Awal 8.805.564.768 8.805.564.768 8.805.564.768 Barang Jadi, Saldo Akhir (7.134.002.810) (7.134.002.810) (7.134.002.810) 2.405.455.067 2.405.455.067 2.405.455.067 Harga Pokok Penjualan 262.276.737.653 260.855.710.684 261.159.210.075 Laba Kotor 65.970.162.278 67.391.189.247 67.087.689.856

Sebelum Evaluasi Setelah Evaluasi Komersial Koreksi Fiskal Fiskal Usulan Perencanaan Fiskal (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Biaya Penjualan Gaji 1.531.331.237 132.646.512 1.398.684.725 1.398.684.725 Biaya Transport Barang 7.376.679.243 7.376.679.243 7.376.679.243 Total 8.908.010.480 8.775.363.968 8.775.363.968 Biaya Umum dan Administrasi Gaji & Honorarium 3.767.211.918 363.745.767 3.403.466.151 3.403.466.151 PPh 21 294.846.167 294.846.167 - - Tunjangan Pajak 294.846.167 a. 294.846.167 Transportasi 383.083.406 51.854.221 331.229.185 331.229.185 Tunjangan Transportasi 51.854.221 b. 51.854.221 Penyusutan 791.787.231 2.020.635.049 (1.200.625.683) (1.200.625.683) (28.222.135) Asuransi 75.934.826 75.934.826 75.934.826 Pengobatan Karyawan 164.515.630 164.515.630 - - Tunjangan Kesehatan 164.515.630 c. 164.515.630 Sewa 458.246.652 458.246.652 - - Tunjangan Rumah 458.246.652 d. 458.246.652 Jasa Management, Audit, Notary 1.038.318.437 1.038.318.437 1.038.318.437 Reparasi 502.846.133 502.846.133 21.468.450 481.377.683 Telekomunikasi 369.746.324 369.746.324 16.375.000 353.371.324 Alat Kantor 846.716.387 846.716.387 846.716.387 Keanggotaan 39.870.000 39.870.000 - - Listrik dan Air 756.264.520 756.264.520 756.264.520 Katering 159.755.783 159.755.783 159.755.783 Sumbangan 1.350.000 1.350.000 - - Biaya Bank 183.461.532 183.461.532 183.461.532 Biaya Langganan 359.346.142 359.346.142 359.346.142 Jamuan 475.719.275 475.719.275 475.719.275 Lain-lain 1.198.101.568 141.287.769 1.056.813.799 1.056.813.799 Biaya Perijinan, PBB 167.933.671 167.933.671 167.933.671 Biaya Denda dan Rugi Pajak 231.641.166 231.641.166 - - Amortisasi R & D 930.703.861 930.703.861 930.703.861 Total 13.197.400.629 9.457.630.343 10.389.249.563 Total Biaya 22.105.411.109 18.232.994.311 19.164.613.531 Laba Usaha 43.864.751.169 49.158.194.936 47.923.076.325 Pendapatan (Beban) Lain Pendapatan Bunga (Jasa Giro) 226.633.678 (226.633.678) - - Biaya Bunga Bank /Leasing (1.954.100.616) (916.098.709) (2.870.199.325) (2.870.199.325) Keuntungan Penjualan Aset 3.817.361.720 3.817.361.720 3.817.361.720 Selisih Kurs - Net (744.818.470) (744.818.470) (744.818.470) Pendapatan Lainnya - Net 11.276.067 11.276.067 11.276.067 Pendapatan (Beban) Lainnya - Net (2.461.009.341) 213.619.992 213.619.992 LabaSebelum Pajak Penghasilan 41.403.741.828 49.371.814.928 48.136.696.317