HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu

Serealia, umbi, dan hasil olahannya Kacang-kacangan, bijibijian,

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

SUSTAINABLE DIET FOR FUTURE

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB I PENDAHULUAN. gizi tubuh berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme.

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

TINJAUAN PUSTAKA Lansia Asupan dan Keluaran Air

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN

Veni Hadju Nurpudji Astuti

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Status Gizi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan

GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUISIONER PENELITIAN

BAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan.

METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga setiap orang harus mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

Eko Winarti, SST.,M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pada 2002, konsumsi kalsium di kalangan masyarakat baru mencapai rata-rata

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan

Hasil Studi Biaya Pangan. Kerjasama BAPPENAS & WFP

pelajaran 1 Apa itu Kelaparan dan Kekurangan Gizi dan Siapa yang Menderita Kelaparan?

LOGO VITAMIN DAN MINERAL

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak

Vitamin. Dibawah ini merupakan penjelasan jenis jenis vitamin, dan sumber makanan yang mengandung vitamin

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi terdiri dari karakteristik sampel dan karakteristik keluarga. Karakteristik sampel meliputi pendidikan dan daerah tempat tinggal sampel, sedangkan karakteristik keluarga terdiri dari pekerjaan ayah dan ibu, serta status ekonomi keluarga. Daerah tempat tinggal sampel terdiri dari daerah perkotaan dan perdesaan. Seluruh sampel laki-laki yang tinggal di perkotaan sebanyak 50.5%. Jumlah ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan sampel laki-laki yang tinggal di perdesaan, yaitu sebanyak 49.5%. Keadaan ini terjadi pada seluruh kelompok usia, kecuali sampel laki-laki berusia 10-12 tahun sedikit lebih banyak yang tinggal di perdesaan (51.8%) dibandingkan dengan perkotaan (48.2%) (Tabel 7). Pendidikan merupakan salah satu aspek penting untuk mengetahui karakteristik sampel. Sebagian besar sampel laki-laki berusia 10-12 tahun tidak pernah sekolah dengan persentase 71.2% (Tabel 7). Pada kelompok tidak pernah sekolah juga termasuk sampel yang belum tamat SD/MI. Sampel lakilaki berusia 13-15 tahun sebagian besar tamat SD/MI (57.9%), sedangkan sampel laki-laki berusia 16-19 tahun paling banyak memiliki pendidikan tamat SMP/MTS (46.6%). Pekerjaan orang tua terdiri dari pekerjaan ayah dan pekerjaan ibu. Pekerjaan ayah dari seluruh sampel laki-laki sebagai petani/nelayan (31.6%) dan wiraswasta/layan dagang/jasa (28.6%) memiliki persentase paling tinggi. Sebagian besar ibu dari seluruh sampel laki-laki tidak memiliki pekerjaan dengan persentase 52.6%. Keadaan ini juga terjadi pada seluruh kelompok usia sampel laki-laki. Ibu dari seluruh sampel laki-laki yang bekerja, paling banyak sebagai petani/nelayan sebanyak 18.2%. Seluruh sampel laki-laki memiliki status ekonomi yang paling tinggi pada kuintil satu (25.7%) dan kuintil dua (22.1%), sedangkan sampel yang termasuk dalam kuintil lima hanya sebesar 14.3%. Keadaan ini juga terjadi pada seluruh kelompok usia sampel laki-laki. Semakin rendah tingkat kuintil, maka semakin rendah pendapatan keluarga per kapita.

30 Tabel 7 Sebaran sampel laki-laki menurut karakteristik sosial ekonomi dan kelompok usia Karakteristik 10-12 tahun 13-15 tahun 16-19 tahun Total n (%) n (%) n (%) n (%) Daerah tempat tinggal 6797 (100.0) 6482 (100.0) 7230 (100.0) 20509 (100.0) Perkotaan 3275 (48.2) 3279 (50.6) 3805 (52.6) 10359 (50.5) Perdesaan 3522 (51.8) 3203 (49.4) 3425 (47.4) 10150 (49.5) Pendidikan 6797 (100.0) 6482 (100.0) 7230 (100.0) 20509 (100.0) Tidak pernah sekolah 4838(71.2) 1017 (15.7) 501 (6.9) 6356 (31.0) Tamat SD/MI 1935 (28.5) 3754 (57.9) 1444 (20.0) 7133 (34.8) Tamat SMP/MTS 24 (0.4) 1694 (26.1) 3367 (46.6) 5085 (24.8) Lainnya 0 (0.0) 17 (0.3) 1918 (26.5) 1935 (9.4) Pekerjaan ayah 6797 (100.0) 6482 (100.0) 7230 (100.0) 20509 (100.0) Tidak bekerja 660 (9.7) 674 (10.4) 787 (10.9) 2121 (10.3) TNI/Polri/PNS/Pegawai 713 (10.5) 683 (10.5) 772 (10.7) 2168 (10.6) Wiraswasta/layan 1983 (29.2) 1838 (28.4) 2047 (28.3) 5868 (28.6) jasa/dagang Petani/Nelayan 2168 (31.9) 2024 (31.2) 2280 (31.5) 6472 (31.6) Buruh 1072 (15.8) 1046 (16.1) 1107 (15.3) 3225 (15.7) Lainnya 201 (3.0) 217 (3.3) 237 (3.3) 655 (3.2) Pekerjaan ibu 6797 (100.0) 6482 (100.0) 7230 (100.0) 20509 (100.0) Tidak bekerja 3519 (51.8) 3431 (52.9) 3839 (53.1) 10789 (52.6) TNI/Polri/PNS/Pegawai 349 (5.1) 321 (5.0) 356 (4.9) 1026 (5.0) Wiraswasta/layan 792 (11.7) 746 (11.5) 888 (12.3) 2426 (11.8) jasa/dagang Petani/Nelayan 1286 (18.9) 1139 (17.6) 1306 (18.1) 3731 (18.2) Buruh 328 (4.8) 321 (5.0) 323 (4.5) 972 (4.7) Lainnya 523 (7.7) 524 (8.1) 518 (7.2) 1565 (7.6) Status Ekonomi 6797 (100.0) 6482 (100.0) 7230 (100.0) 20509 (100.0) Kuintil 1 1809 (26.6) 1746 (26.9) 1719 (23.8) 5274 (25.7) Kuintil 2 1556 (22.9) 1448 (22.3) 1520 (21.0) 4524 (22.1) Kuintil 3 1340 (19.7) 1303 (20.1) 1408 (19.5) 4051 (19.8) Kuintil 4 1188 (17.5) 1129 (17.4) 1410 (19.5) 3727 (18.2) Kuintil 5 904 (13.3) 856 (13.2) 1173 (16.2) 2933 (14.3) Daerah tempat tinggal dapat menentukan kemudahan akses terhadap asupan pangan. Sampel perempuan yang tinggal di perkotaan sebanyak 51.1%, jumlah ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan sampel perempuan yang tinggal di perdesaan (48.9%). Keadaan ini juga terjadi pada sampel perempuan berusia 13-15 tahun dan 16-19 tahun, sedangkan sampel perempuan berusia 10-12 tahun lebih banyak yang tinggal di perdesaan (51.4%) dibandingkan perkotaan (48.6%) (Tabel 8). Berdasarkan karakteristik pendidikan, sebagian besar sampel perempuan yang berusia 10-12 tahun tergolong tidak pernah sekolah dengan persentase 67.3%. Pada kelompok tidak pernah sekolah juga termasuk sampel yang belum tamat SD/MI. Sampel perempuan berusia 13-15 tahun sebagian besar tamat SD/MI (57.1%), sedangkan sampel perempuan berusia 16-19 tahun paling banyak memiliki pendidikan tamat SMP/MTS (47.2%).

31 Pekerjaan ayah dari seluruh sampel perempuan sebagai petani/nelayan (30.4%) dan wiraswasta/layan dagang/jasa (29.2%) memiliki persentase paling tinggi. Keadaan ini juga terjadi pada seluruh kelompok usia sampel perempuan. Sebagian besar ibu dari seluruh sampel perempuan tidak memiliki pekerjaan dengan persentase 54.0%. Keadaan ini juga terjadi pada seluruh kelompok usia sampel perempuan. Persentase paling tinggi untuk ibu yang bekerja adalah sebagai petani/nelayan dengan persentase sebesar 17.0%. Status ekonomi menunjukkan bahwa seluruh sampel perempuan memiliki status ekonomi yang paling tinggi pada kuintil satu (25.0%) dan kuintil dua (22.3%), sedangkan sampel yang termasuk dalam kuintil lima hanya sebesar 15.1%. Keadaan ini juga terjadi pada seluruh kelompok usia sampel perempuan. Semakin rendah tingkat kuintil, maka semakin rendah pendapatan keluarga per kapita setiap bulannya. Tabel 8 Sebaran sampel perempuan menurut karakteristik sosial ekonomi dan kelompok usia Karakteristik 10-12 tahun 13-15 tahun 16-19 tahun Total n (%) n (%) n (%) n (%) Daerah tempat tinggal 6144 (100.0) 5990 (100.0) 6757 (100.0) 18891 (100.0) Perkotaan 2985 (48.6) 3000 (50.1) 3676 (54.4) 9661 (51.1) Perdesaan 3159 (51.4) 2990 (49.9) 3081 (45.6) 9230 (48.9) Pendidikan 6144 (100.0) 5990 (100.0) 6757 (100.0) 18891 (100.0) Tidak pernah sekolah 4135 (67.3) 745 (12.4) 397 (5.9) 5277 (27.9) Tamat SD/MI 1986 (32.3) 3423 (57.1) 1196 (17.7) 6605 (35.0) Tamat SMP/MTS 23 (0.4) 1807 (30.2) 3187 (47.2) 5017 (26.6) Lainnya 0 (0.0) 15 (0.3) 1977 (29.3) 1992 (10.5) Pekerjaan ayah 6144 (100.0) 5990 (100.0) 6757 (100.0) 18891 (100.0) Tidak bekerja 637 (10.4) 636 (10.6) 835 (12.4) 2108 (11.2) TNI/Polri/PNS/Pegawai 600 (9.8) 608 (10.2) 775 (11.5) 1983 (10.5) Wiraswasta/layan 1800 (29.3) 1778 (29.7) 1932 (28.6) 5510 (29.2) jasa/dagang Petani/Nelayan 1931 (31.4) 1840 (30.7) 1974 (29.2) 5745 (30.4) Buruh 942 (15.3) 892 (14.9) 974 (14.4) 2808 (14.9) Lainnya 234 (3.8) 236 (3.9) 267 (4.0) 737 (3.9) Pekerjaan ibu 6144 (100.0) 5990 (100.0) 6757 (100.0) 18891 (100.0) Tidak bekerja 3238 (52.7) 3168 (52.9) 3798 (56.2) 10204 (54.0) TNI/Polri/PNS/Pegawai 292 (4.8) 318 (5.3) 341 (5.0) 951 (5.0) Wiraswasta/layan 7757 (12.3) 683 (11.4) 797 (11.8) 2237 (11.8) jasa/dagang Petani/Nelayan 1104 (18.0) 1063 (17.7) 1043 (15.4) 3210 (17.0) Buruh 283 (4.6) 278 (4.6) 308 (4.6) 869 (4.6) Lainnya 470 (7.6) 480 (8.0) 470 (7.0) 1420 (7.5) Status Ekonomi 6144 (100.0) 5990 (100.0) 6757 (100.0) 18891 (100.0) Kuintil 1 1650 (26.9) 1548 (25.8) 1534 (22.7) 4732 (25.0) Kuintil 2 1419 (23.1) 1361 (22.7) 1424 (21.1) 4204 (22.3) Kuintil 3 1197 (19.5) 1181 (19.7) 1344 (19.9) 3722 (19.7) Kuintil 4 1007 (16.4) 1060 (17.7) 1313 (19.4) 3380 (17.9) Kuintil 5 871 (14.2) 840 (14.0) 1142 (16.9) 2853 (15.1)

32 Status Gizi Status gizi merupakan keadaan kesehatan yang ditentukan oleh asupan pangan dan penggunaan zat-zat gizi. Pengelompokkan status gizi remaja didasarkan pada Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut umur. Seluruh sampel laki-laki dan perempuan sebagian besar memiliki status gizi normal dengan persentase masing-masing 70.8% dan 77.6% (Tabel 9) dengan rata-rata Indeks Massa Tubuh (IMT) 18.7±3.5 kg/m 2 dan 19.1±3.5 kg/m 2. Secara keseluruhan status gizi sampel tergolong normal (74.1%) dengan rata-rata Indeks Massa Tubuh (IMT) 18.9±3.5 kg/m 2. Berdasarkan kelompok usia, baik laki-laki maupun perempuan, sebagian besar memiliki status gizi yang tergolong normal. Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap status gizi menurut jenis kelamin dan kelompok usia (p<0.01). Hasil uji beda dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5. Tabel 9 Sebaran sampel menurut status gizi, jenis kelamin dan kelompok usia Karakteristik 10-12 tahun 13-15 tahun 16-19 tahun Total n (%) n (%) n (%) n (%) Laki-laki 17.4±3.7 18.7±3.3 20.0±2.9 18.7±3.5 a Kurus 1096 (16.1) 1004 (15.5) 1239 (17.1) 3339 (16.3) Normal 4214 (62.0) 4703 (72.6) 5605 (77.5) 14522 (70.8) Gemuk 1487 (21.9) 775 (12.0) 386 (5.3) 2648 (12.9) Total 6797 (100.0) 6482 (100.0) 7230 (100.0) 20509 (100.0) Perempuan 17.5±3.5 19.3±3.2 20.4±3.1 19.1±3.5 b Kurus 805 (13.1) 625 (10.4) 615 (9.1) 2045 (10.8) Normal 4230 (68.8) 4763 (79.5) 5663 (83.8) 14656 (77.6) Gemuk 1109 (18.1) 602 (10.1) 479 (7.1) 2190 (11.6) Total 6144 (100.0) 5990 (100.0) 6757 (100.0) 18891 (100.0) Laki-laki dan perempuan 17.4±3.6 a 19.0±3.3 b 20.2±3.1 c 18.9±3.5 Kurus 1901 (14.7) 1629 (13.1) 1854 (13.3) 5384 (13.7) Normal 8444 (65.2) 9466 (75.9) 11268 (80.6) 29178 (74.1) Gemuk 2596 (20.1) 1377 (11.0) 865 (6.2) 4838 (12.3) Total 12941 (100.0) 12472 (100.0) 13987 (100.0) 39400 (100.0) Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar sampel memiliki status gizi normal pada setiap jenis kelamin dan kelompok umur, sesuai dengan hasil laporan Riskesdas 2010 yang menunjukkan bahwa sebagian besar sampel tergolong status gizi normal pada sampel yang berusia 6-12 tahun, 13-15 tahun, 16-18 tahun, dan 19 tahun dengan persentase masing-masing 78.6%, 87.4%, 89.7% dan 70.0% (Balitbangkes 2010). Persentase yang paling tinggi pada sampel yang berstatus gizi gemuk adalah pada sampel laki-laki (21.9%) dan perempuan (18.1%) yang berusia 10-12 tahun dengan rata-rata berat badan masing-masing 40.1±10.8 kg dan

33 41.4±10.1 kg, serta rata-rata tinggi badan masing-masing 132.2±16.9 cm dan 133.7±15.9 cm (Lampiran 6). Menurut Bredbenner et al. (2009), proporsi jaringan lemak bebas tertinggi yaitu pada masa bayi dan anak yang mulai tumbuh. Ketika anak laki-laki maupun perempuan mulai memasuki masa remaja perubahan proporsi jaringan lemak bebas pun dimulai. Selain itu menurut Supariasa et al. (2001), terjadinya peningkatan tinggi dan berat badan pada masa remaja mengakibatkan adanya perubahan pada komposisi tubuh. Laki-laki menghasilkan hormon testosteron yang mendorong terbentuknya lebih banyak massa otot, menumbuhkan tulang yang lebih padat dan berat, serta membangun sel darah merah yang lebih banyak dibanding perempuan. Kadar lemak tubuh pada perempuan terus meningkat di masa remaja namun menurun pada laki-laki. Hal ini disebabkan oleh tingginya kadar hormon estrogen yang menstimulasi penumpukan lemak subkutan (lemak bawah kulit) pada perempuan (Bredbenner et al. 2009). Persentase sampel yang berstatus gizi gemuk pada sampel berusia 16-19 tahun lebih tinggi pada sampel perempuan (7.1%) dibandingkan dengan sampel laki-laki (5.3%) dengan rata-rata berat badan masing-masing 72.7±13.8 kg dan 63.5±10.7 kg, serta rata-rata tinggi badan masing-masing 161.4±12.8 cm dan 150.8±10.0 cm (Lampiran 6). Hal ini diduga karena pada akhir masa remaja, kandungan lemak pada perempuan adalah dua kali lebih banyak dibanding laki-laki (Bredbenner et al. 2009). Asupan Air Menurut Sumber Air dari minuman Air dalam tubuh manusia berasal dari minuman, makanan, dan hasil metabolisme. Sebagian besar asupan air pada manusia berasal dari minuman (Santoso et al. 2011). Pada penelitian ini, air dari minuman dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu air putih dan selain air putih. Sampel yang berusia 10-12 tahun mengonsumsi air putih sebanyak 764.8±421.0 ml, sampel berusia 13-15 tahun sebanyak 801.7±466.1 ml, dan sampel berusia 16-19 tahun sebanyak 828.9±507.1 ml. Sampel laki-laki mengonsumsi air putih sebanyak 812.9±482.4 ml yang lebih banyak dibandingkan dengan sampel perempuan 785.0±451.3 ml (Tabel 10). Air dari minuman selain air putih yang paling banyak dikonsumsi sampel adalah teh. Rata-rata asupan teh pada sampel laki-laki adalah sebesar 72.8±146.0 ml dan pada sampel perempuan adalah sebesar 71.5±136.1 ml.

34 Minuman kopi banyak dikonsumsi oleh sampel laki-laki berusia 16-19 tahun dengan rata-rata sebesar 39.5±119.8 ml. Susu kental manis, sirup dan susu banyak dikonsumsi oleh sampel berusia 10-12 tahun baik pada sampel laki-laki maupun perempuan. Asupan jus, minuman berkarbonasi dan lainnya (seperti es dawet, jamu, es cincau, dan lainnya) paling sedikit dikonsumsi oleh sampel jika dibandingkan dengan jenis minuman lainnya. Tabel 10 Rata-rata asupan air dari minuman pada remaja menurut sumber, jenis kelamin dan kelompok usia (ml/kap/hari) Asupan Air Minuman 10-12 tahun 13-15 tahun 16-19 tahun Total Laki-laki Air putih 772.0 ± 433.0 813.9 ± 480.4 850.5 ± 523.5 812.9 ± 482.4 Selain air putih 1. Teh 65.0 ± 134.0 75.0 ± 154.4 78.0 ± 148.6 72.8 ± 146.0 2. Kopi 6.8 ± 45.4 13.6 ± 67.1 39.5 ± 119.8 20.5 ± 85.8 3. Susu kental manis 12.1 ± 59.2 7.4 ± 45.1 7.2 ± 41.8 8.9 ± 49.2 4. Sirup 12.6 ± 72.3 10.4 ± 64.6 5.7 ± 47.4 9.5 ± 62.1 5. Susu 15.8 ± 72.1 10.8 ± 59.2 7.2 ± 46.7 11.2 ± 60.1 6. Jus 5.9 ± 42.4 6.2 ± 43.8 4.4 ± 37.5 5.5 ± 41.2 7. Minuman berkarbonasi 3.3 ± 35.8 3.8 ± 36.9 3.6 ± 35.7 3.6 ± 36.1 8. Lainnya 11.3 ± 55.5 8.1 ± 50.8 6.3 ± 47.2 8.5 ± 51.2 Total 904.9 ± 439.9 949.2 ± 491.2 1002.4 ± 530.1 953.3 ± 491.0 Perempuan Air putih 756.7 ± 407.0 788.4 ± 449.8 807.8 ± 488.0 785.0 ± 451.3 Selain air putih 1. Teh 66.7 ± 132.5 72.6 ± 136.5 74.9 ± 138.8 71.5 ± 136.1 2. Kopi 3.0 ± 31.8 4.5 ± 36.8 8.0 ± 58.2 5.3 ± 44.4 3. Susu kental manis 10.6 ± 53.2 8.9 ± 48.3 8.3 ± 44.9 9.2 ± 48.8 4. Sirup 15.1 ± 79.4 11.5 ± 67.0 7.1 ± 54.2 11.1 ± 67.3 5. Susu 15.5 ± 72.6 11.4 ± 59.5 8.3 ± 49.3 11.6 ± 60.9 6. Jus 6.6 ± 46.2 7.3 ± 47.1 7.9 ± 53.9 7.3 ± 49.3 7. Minuman berkarbonasi 2.6 ± 31.1 3.0 ± 29.8 2.8 ± 32.3 2.8 ± 31.1 8. Lainnya 9.9 ± 54.7 8.2 ± 52.8 7.9 ± 59.4 8.6 ± 55.8 Total 886.7 ± 421.5 915.6 ± 454.7 933.0 ± 492.4 912.4 ± 458.7 Laki-laki dan Perempuan Air putih 764.8 ± 421.0 801.7 ± 466.1 828.9 ± 507.1 799.5 ± 467.9 Selain air putih 1. Teh 65.8 ± 133.4 73.9 ± 146.1 76.5 ± 144.0 72.2 ± 141.3 2. Kopi 5.0 ± 39.5 9.2 ± 54.9 24.3 ± 96.4 13.2 ± 69.6 3. Susu kental manis 11.4 ± 56.4 8.1 ± 46.7 7.7 ± 43.3 9.1 ± 49.0 4. Sirup 13.8 ± 75.7 10.9 ± 65.8 6.4 ± 50.8 10.3 ± 64.7 5. Susu 15.7 ± 72.3 11.1 ± 59.3 7.7 ± 48.0 11.4 ± 60.5 6. Jus 6.2 ± 44.2 6.7 ± 45.4 6.1 ± 46.2 6.3 ± 45.3 7. Minuman berkarbonasi 2.9 ± 33.7 3.4 ± 33.7 3.2 ± 34.1 3.2 ± 33.8 8. Lainnya 10.6 ± 55.1 8.1 ± 51.8 7.1 ± 53.4 8.6 ± 53.5 Total 896.3 ± 431.3 933.1 ± 474.3 968.9 ± 513.4 933.7 ± 476.2 Rata-rata total asupan air dari minuman pada sampel berusia 10-12 tahun adalah 896.3±431.3 ml, usia 13-15 tahun adalah 933.1±474.3 ml, dan usia 16-19 tahun adalah 968.9±513.4 ml. Rata-rata total asupan air dari minuman pada seluruh sampel laki-laki adalah sebesar 953.3±491.0 ml dan pada seluruh sampel perempuan adalah sebesar 912.4±458.7 ml (Tabel 10).

35 Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa air dari minuman yang paling banyak dikonsumsi adalah air putih. Berdasarkan survei yang dilakukan di Singapura menunjukkan bahwa sumber air tubuh yang paling utama adalah air putih (74%) (AFIC 1998). Selain itu penelitian The Indonesian Regional Hydration Study (THIRST) di Indonesia menunjukkan bahwa 63.4% remaja lebih menyukai air putih sebagai minuman utama setiap harinya (Hardinsyah et al. 2010 dalam Santoso et al. 2011). Rata-rata sampel dengan usia yang lebih tua memiliki asupan air putih yang lebih tinggi dibandingkan dengan sampel yang lebih muda usianya. Penelitian yang dilakukan oleh Kant dan Graubard (2010) menunjukkan hasil bahwa asupan air putih semakin meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fulgoni (2007) menunjukkan bahwa pada remaja semakin bertambahnya usia, asupan air putih semakin banyak. Pada penelitian ini, asupan air dari minuman selain air putih yang paling banyak dikonsumsi adalah teh, baik menurut jenis kelamin, maupun kelompok usia (Lampiran 7). Hasil survei di Singapura menunjukkan bahwa teh dan kopi merupakan minuman kedua yang paling banyak dikonsumsi setelah air putih (AFIC 1998). Air dari makanan Selain berasal dari minuman, total asupan air juga berasal dari makanan. Air dari makanan yang paling banyak dikonsumsi sampel berasal dari golongan serealia, umbi, dan olahannya dengan jumlah sebanyak 277.8±122.2 ml. Rata-rata asupan air dari serealia, umbi, dan olahannya pada sampel lakilaki adalah sebesar 291.5±123.0 ml dan pada sampel perempuan adalah sebesar 262.9±119.6 ml. Asupan air dari golongan sayuran dan olahannya merupakan terbanyak kedua yang dikonsumsi oleh sampel. Rata-rata asupan air dari sayuran dan olahannya pada seluruh sampel adalah 78.2±92.2 ml, pada sampel laki-laki sebanyak 78.3±93.9 ml dan pada sampel perempuan sebanyak 78.0±90.3 ml. Rata-rata total asupan air dari makanan pada sampel berusia 10-12 tahun adalah 447.6.3±183.0 ml, usia 13-15 tahun adalah 473.8±185.4 ml, dan usia 16-19 tahun adalah 495.3±190.8 ml. Rata-rata total asupan air dari makanan pada seluruh sampel laki-laki adalah sebesar 486.2±190.5 ml dan pada seluruh sampel perempuan adalah sebesar 458.3±183.3 ml (Tabel 10).

36 Tabel 11 Rata-rata asupan air dari makanan pada remaja menurut sumber, jenis kelamin dan kelompok usia Laki-laki Asupan Air Makanan 10-12 tahun 13-15 tahun 16-19 tahun 1. Serealia, umbi dan olahannya 272.1 ± 120.7 294.1 ± 121.3 307.4 ± 124..2 291.5 ± 123.0 2. Kacang-kacangan, biji-bijian, dan 26.6 ± 66.7 29.1 ± 56.3 31.6 ± 63.2 29.1 ± 62.4 olahannya 3. Daging dan olahannya 6.7 ± 19.9 6.8 ± 22.6 7.4 ± 23.7 7.0 ± 22.2 4. Telur dan olahannya 14.1 ± 25.5 13.1 ± 25.0 12.9 ± 24.7 13.4 ± 25.1 5. Ikan, hasil perikanan dan 25.6 ± 41.0 26.1 ± 41.0 28.5 ± 44.5 26.8 ± 42.3 olahannya 6. Sayuran dan olahannya 70.7 ± 90.6 78.6 ± 92.7 85.2 ± 97.5 78.3 ± 93.9 7. Buah-buahan 9.9 ± 35.3 10.2 ± 34.9 10.7 ± 36.5 10.2 ± 35.6 8. Olahan susu 0.0 ± 0.0 0.0 ± 0.0 0.0 ± 0.0 0.0 ± 0.0 9. Lemak dan minyak 0.0 ± 0.1 0.0 ± 0.1 0.0 ± 0.1 0.0 ± 0.1 10. Serba-serbi 2.9 ± 11.8 3.6 ± 12.5 4.2 ± 13.9 3.6 ± 12.8 11. Makanan jajanan 25.2 ± 61.6 27.2 ± 65.8 26.4 ± 66.1 26.2 ± 64.5 Total 453.8 ± 188.8 488.7 ± 183.4 514.4 ± 193.7 486.2 ± 190.5 Perempuan 1. Serealia, umbi dan olahannya 257.7 ± 116.1 262.9 ± 120.7 267.6 ± 121.6 262.9 ± 119.6 2. Kacang-kacangan, biji-bijian, dan 24.9 ± 59.0 26.6 ± 57.2 27.0 ± 55.8 26.2 ± 57.3 olahannya 3. Daging dan olahannya 6.3 ± 20.2 6.9 ± 23.2 7.0 ± 21.1 6.8 ± 21.5 4. Telur dan olahannya 13.7 ± 24.8 11.8 ± 23.1 11.7 ± 22.4 12.4 ± 23.4 5. Ikan, hasil perikanan dan 25.6 ± 39.2 26.4 ± 42.4 27.7 ± 43.7 26.6 ± 41.8 olahannya 6. Sayuran dan olahannya 72.5 ± 87.3 77.9 ± 91.8 83.0 ± 91.4 78.0 ± 90.3 7. Buah-buahan 10.1 ± 33.5 10.7 ± 37.4 13.3 ± 42.7 11.4 ± 38.2 8. Olahan susu 0.0 ± 0.0 0.0 ± 0.0 0.0 ± 0.0 0.0 ± 0.0 9. Lemak dan minyak 0.0 ± 0.1 0.0 ± 0.1 0.0 ± 0.1 0.0 ± 0.1 10. Serba-serbi 2.7 ± 11.2 3.5 ± 12.5 3.7 ± 11.7 3.3 ± 11.8 11. Makanan jajanan 27.3 ± 63.9 31.1 ± 70.1 33.8 ± 73.1 30.8 ± 69.3 Total 440.8 ± 176.1 457.6 ± 186.3 474.8 ± 185.5 458.3 ± 183.3 Laki-laki dan Perempuan 1. Serealia, umbi dan olahannya 265.2 ± 118.8 279.1 ± 122.0 288.2 ± 124.6 277.8 ± 122.2 2. Kacang-kacangan, biji-bijian, dan 25.8 ± 63.2 27.9 ± 56.7 29.4 ± 59.7 27.7 ± 60.0 olahannya 3. Daging dan olahannya 6.5 ± 20.1 6.9 ± 22.9 7.3 ± 22.5 6.9 ± 21.8 4. Telur dan olahannya 13.9 ± 25.2 12.4 ± 24.1 12.4 ± 23.6 12.9 ± 24.3 5. Ikan, hasil perikanan dan 25.6 ± 40.2 26.2 ± 41.7 28.1 ± 44.1 26.7 ± 42.1 olahannya 6. Sayuran dan olahannya 71.6 ± 89.1 78.2 ± 92.2 84.2 ± 94.6 78.2 ± 92.2 7. Buah-buahan 10.0 ± 34.4 10.4 ± 36.1 11.9 ± 39.7 10.8 ± 36.9 8. Olahan susu 0.0 ± 0.0 0.0 ± 0.0 0.0 ± 0.0 0.0 ± 0.0 9. Lemak dan minyak 0.0 ± 0.1 0.0 ± 0.1 0.0 ± 0.1 0.0 ± 0.1 10. Serba-serbi 2.8 ± 11.5 3.5 ± 12.5 3.9 ± 12.9 3.4 ± 12.3 11. Makanan jajanan 26.2 ± 62.7 29.0 ± 67.9 30.0 ± 69.6 28.4 ± 66.9 Total 447.6 ± 183.0 473.8 ± 185.4 495.3 ± 190.8 472.8 ± 187.6 Total Jumlah air dari makanan dipengaruhi oleh jenis asupan makanan sampel. Bila seseorang banyak mengonsumsi makanan lembek atau cair, sayur dan buah termasuk salad, maka sumber air tubuh dari makanan akan lebih tinggi. Akan terjadi sebaliknya bila seseorang lebih banyak mengonsumsi makanan dari produk serealia, tepung dan daging yang kering (Santoso et al. 2011). Asupan air dari makanan paling banyak berasal dari golongan serealia, umbi, dan olahannya. Menurut Hardinsyah et al. (2010) dalam Santoso et al. 2011, sebagian besar sumber air dari makanan adalah makanan pokok (46%)

37 serta buah dan sayur (30%). Makanan pokok orang Indonesia pada umumnya adalah nasi yang mengandung kadar air 25-35%, sementara buah dikonsumsi dalam jumlah yang relatif sedikit meskipun banyak kadar airnya. Air metabolik Total asupan air juga berasal dari air hasil metabolisme (air metabolik). Air metabolik berasal dari hasil oksidasi substrat zat gizi makro, yaitu karbohidrat, lemak, dan protein. Rata-rata asupan air metabolik seluruh sampel sebanyak 161.7±64.2 ml, dengan rata-rata asupan pada sampel laki-laki sebanyak 165.6±65.2 ml dan sampel perempuan sebanyak 157.5±62.8 ml. Rata-rata asupan air metabolik pada sampel berusia 10-12 tahun adalah 157.4±63.5 ml, usia 13-15 tahun sebanyak 162.1±65.3 ml, dan usia 16-19 tahun sebanyak 165.4±63.6 ml (Tabel 12). Tabel 12 Rata-rata asupan air metabolik pada remaja menurut jenis kelamin dan kelompok usia (ml) Air Metabolik 10-12 tahun 13-15 tahun 16-19 tahun Total Laki-laki 159.5 ± 64.6 166.3 ± 65.9 170.8 ± 64.6 165.6 ± 65.2 Perempuan 155.0 ± 62.1 157.6 ± 64.3 159.5 ± 61.9 157.5 ± 62.8 Total 157.4 ± 63.5 162.1 ± 65.3 165.4 ± 63.6 161.7 ± 64.2 Asupan air metabolik pada penelitian ini belum sesuai dengan anjuran yang ada. Muchtadi et al. (1993) menyatakan bahwa air hasil metabolisme (air yang dibentuk jika gula, lemak dan protein dimetabolisme untuk menghasilkan energi) sekitar 350 ml. Menurut Verdu dan Navarrete (2009) menyatakan bahwa air yang berasal dari proses metabolisme adalah sebanyak 300 ml. Kurangnya asupan air diduga disebabkan oleh kurangnya asupan pangan yang mengandung karbohidrat dan lemak (Tabel 17). Total Asupan Air Total asupan air berasal dari tiga sumber, yaitu air dari minuman, air dari makanan, dan air hasil metabolisme (air metabolik). Rata-rata total asupan air sampel adalah sebanyak 1568±564 ml dengan rata-rata asupan pada sampel laki-laki adalah sebanyak 1605±581 ml dan pada sampel perempuan sebanyak 1528±542 ml. Berdasarkan kelompok usia, rata-rata total asupan air pada sampel berusia 10-12 tahun sebanyak 1501±519 ml, usia 13-15 tahun sebanyak 1569±562 ml, dan usia 16-19 tahun sebanyak 1630±597 ml.

38 Tabel 13 Rata-rata asupan air pada remaja menurut sumber, jenis kelamin dan kelompok usia ml/kap/hari (%) Asupan Air 10-12 tahun 13-15 tahun 16-19 tahun Total Laki-laki Air dari makanan 453.8 ± 188.8 488.7 ± 183.4 514.4 ± 193.7 486.2 ± 190.5 (31.0 ± 10.3) (31.8 ± 10.2) (32.0 ± 10.7) (31.6 ± 10.4) Air metabolik 159.5 ± 64.6 166.3 ± 65.9 170.8 ± 64.6 165.6 ± 65.2 (11.0 ± 3.8) (10.8 ± 3.7) (10.7 ± 3.7) (10.8 ± 3.7) Air dari minuman 904.9 ± 439.9 949.2 ± 491.2 1002.4 ± 530.1 953.3 ± 491.0 (58.1 ± 12.6) (57.4 ± 12.7) (57.3 ± 13.3) (57.6 ± 12.9) Total 1518 ± 531 1604 ± 580 1688 ± 613 1605 ± 581 a Perempuan Air dari makanan 440.8 ± 176.1 457.6 ± 186.3 474.8 ± 185.5 458.3 ± 183.3 (30.8 ±10.3) (31.0 ± 10.3) (31.7 ± 10.6) (31.2 ± 10.4) Air metabolik 155.0 ± 62.1 157.6 ± 64.3 159.5 ± 61.9 157.5 ± 62.8 (10.9 ± 3.7) (10.7 ± 3.7) (10.7 ± 3.7) (10.8 ± 3.7) Air dari minuman 886.7 ± 421.5 915.6 ± 454.7 933.0 ± 492.4 912.4 ± 458.7 (58.3 ± 12.5) (58.3 ± 12.7) (57.6 ± 13.1) (58.0 ± 12.8) Total 1483 ± 506 1531 ± 540 1567 ± 573 1528 ± 542 b Laki-laki dan Perempuan Air dari makanan 447.6 ± 183.0 473.8 ± 185.4 495.3 ± 190.8 472.8 ± 187.6 (30.9 ± 10.3) (31.4 ± 10.3) (31.9 ± 10.6) (31.4 ± 10.4) Air metabolik 157.4 ± 63.5 162.1 ± 65.3 165.4 ± 63.6 161.7 ± 64.2 (10.9 ± 3.8) (10.8 ± 3.7) (10.7 ± 3.7) (10.8 ± 3.7) Air dari minuman 896.3 ± 431.3 933.1 ± 474.3 968.9 ± 513.4 933.7 ± 476.2 (58.2 ± 12.6) (57.8 ± 12.7) (57.4 ± 13.2) (57.8 ± 12.8) Total 1501 ± 519 a 1569 ± 562 b 1630 ± 597 c 1568 ± 564 Keterangan : Tanda a, b, c pada tabel hasil menunjukkan hasil uji beda statistik. Tanda yang berbeda antar kolom menunjukkan hasil uji berbeda signifikan menurut kelompok usia, sedangkan tanda yang berbeda antar baris menunjukkan hasil uji beda signifikan menurut jenis kelamin. Berdasarkan hasil penelitian ini, rata-rata total asupan air pada sampel laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan sampel perempuan (p<0.01) (Gambar 4). Menurut AFIC (2000) pria memiliki lebih banyak air dalam tubuhnya dibandingkan wanita karena pria memiliki otot tanpa lemak (lean muscle) lebih besar dari wanita. Otot menahan lebih banyak air dibandingkan jaringan lemak. Hal tersebut juga dikarenakan aktivitas yang dilakukan oleh pria biasanya lebih banyak daripada wanita sehingga dibutuhkan cairan yang lebih banyak untuk menggantikan cairan yang keluar akibat aktivitas tersebut. Ratarata sampel dengan usia yang lebih tua memiliki asupan air yang lebih tinggi dibandingkan dengan sampel yang lebih muda usianya (p<0.01) (Gambar 4). Hasil uji beda dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5.

39 Jumlah air (ml) 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 y = 24,964x + 1475 R² = 0,9342 y = 14,518x + 877,68 R² = 0,9427 y = 8,8436x + 440,12 R² = 0,9059 y = 1,5867x + 157,37 R² = 0,8074 y = 0,6921x + 153,85 R² = 0,8075 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Usia (Tahun) y = 12,988x + 1460,3 R² = 0,9544 y = 7,0903x + 875,25 R² = 0,8638 y = 5,1606x + 431,39 R² = 0,8904 Air metabolik (Lk) Air dari makanan (Lk) Air dari minuman (Lk) Total asupan air (Lk) Air metabolik (Pr) Air dari makanan (Pr) Air dari minuman (Pr) Total asupan air (Pr) Ket : Lk = Laki-laki Pr = Perempuan Gambar 4 Air dari makanan, air dari minuman, dan total asupan air pada remaja menurut usia dan jenis kelamin Persentase kontribusi air dari minuman, makanan dan air metabolik pada seluruh sampel, baik laki-laki dan perempuan dengan tiga kelompok usia, memiliki persentase yang hampir sama. Persentase kontribusi air dari makanan dan air metabolik terhadap total asupan air pada seluruh sampel masingmasing sebesar 31.4±10.4% dan 10.8±3.7%, sedangkan persentase air dari minuman terhadap total asupan air adalah sebesar 57.8±12.8%. Persentase kontribusi air dari makanan, air metabolik dan air dari minuman terhadap total asupan air masing-masing sebesar 31.6±10.4%, 10.8±3.7%, dan 57.6±12.9% pada sampel laki-laki, sedangkan pada sampel perempuan masing-masing sebesar 31.2±10.4%, 10.8±3.7%, dan 58.0±12.8% (Tabel 13). Berdasarkan Institute of Medicine (2004) dalam Santoso et al. (2011), asupan air pada populasi di Amerika Serikat menunjukan total asupan air 28% berasal dari makanan dan 72% dari minuman, yang terdiri dari 28% air putih dan 44% minuman lain-lain. Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Fauji (2011) menyatakan bahwa kontribusi asupan air dari air putih dan minuman lainnya terhadap total asupan air yaitu sebesar 73.5% pada sampel remaja, sedangkan rata-rata asupan air dari makanan dan air metabolik terhadap total asupan air sebesar 26.5%. Menurut Santoso et al. (2011), secara umum dari berbagai penelitian dapat disimpulkan bahwa kontribusi air dari minuman yaitu 65% dan air dari makanan dan air metabolik sebesar 35%.

40 Kontribusi air dari minuman terhadap total asupan air lebih rendah dibandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh food recall 1x24 jam yang dilakukan oleh tim pengumpul data Riskesdas 2010, hanya fokus kepada makanan yang dikonsumsi oleh sampel. Recall terhadap asupan air putih dan air dari minuman lainnya tidak dilakukan wawancara secara detail dan mendalam. Estimasi Total Asupan Air Estimasi total asupan air pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jumlah air dari minuman yang seharusnya dikonsumsi oleh sampel jika data yang diketahui adalah jumlah air dari makanan dan air metabolik. Asupan air sampel berdasarkan data Riskesdas 2010 cenderung underestimate, sehingga untuk mengoreksi kekurangan asupan air tersebut dilakukan estimasi total asupan air. Estimasi total asupan air yang digunakan dalam penelitian ini adalah persentase kontribusi air dari makanan dan metabolik terhadap total asupan air sebesar 30%, sedangkan kontribusi air dari minuman terhadap total asupan air sebesar 70%. Persentase ini diambil berdasarkan penelitian Fauji (2011) dan Institute of Medicine (2005) dalam Santoso et al. (2011). Penelitian Fauji (2011) dilakukan pada 1200 sampel yang tinggal di daerah perkotaan, hanya dilakukan pada enam lokasi penelitian di Indonesia, serta sebagian besar asupan air dari makanan berasal dari nasi dan sayuran berkuah, sehingga air metaboliknya cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan acuan Santoso et al. (2011). Penelitian Fauji tidak mencakup daerah perdesaan dan hanya dilakukan pada sebagian kecil wilayah di Indonesia, sehingga persentase kontribusi asupan airnya tidak dapat diimplikasikan untuk data nasional seperti data Riskesdas 2010. Persentase kontribusi asupan air menurut Institute of Medicine (2005) dalam Santoso et al. (2011) didasarkan pada penelitian yang dilakukan di Amerika dengan pola konsumsi lebih banyak mengonsumsi makanan sumber lemak, sehingga menghasilkan air metabolik yang relatif tinggi. Kontribusi asupan air makanan dan metabolik cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Fauji yang dilakukan di Indonesia. Persentase kontribusi asupan air acuan Santoso et al. (2011) juga tidak dapat digunakan pada penelitian ini, karena tidak sesuai dengan pola konsumsi orang Indonesia.

41 Berdasarkan Tabel 14, total estimasi asupan air pada seluruh sampel adalah sebanyak 2115±779 ml dengan air dari minuman yang seharusnya dikonsumsi sebanyak 1480.6±545.2 ml. Total estimasi asupan air pada sampel laki-laki adalah sebanyak 2173±792 ml dengan air dari minuman sebanyak 1520.9±554.6 ml. Total estimasi asupan air pada sampel perempuan adalah sebanyak 2052±759 ml dengan air dari minuman sebanyak 1436.7±531.3 ml. Rata-rata estimasi asupan air lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata asupan air sampel dari data Riskesdas 2010. Tabel 14 Rata-rata estimasi asupan air pada remaja berdasarkan pendekatan asupan makanan pada data Riskesdas 2010 menurut jenis kelamin dan kelompok usia (ml/kap/hari) Asupan air 10-12 tahun 13-15 tahun 16-19 tahun Total Laki-laki 1. Air dari makanan 613.3 ± 232.0 655.0 ± 232.1 685.2 ± 242.6 651.8 ± 237.7 dan metabolik 2. Estimasi air dari 1431.0 ± 541.3 1528.2 ± 541.7 1598.9 ± 566.2 1520.9 ± 554.6 minuman 3. Estimasi total 2044 ± 773 2183 ± 774 2284 ± 809 2173 ± 792 asupan air 4. Total asupan air 1518 ± 531 1604 ± 580 1688 ± 613 1605 ± 581 Riskesdas 2010 Perempuan 1. Air dari makanan 595.8 ± 217.8 615.2 ± 232.5 634.3 ± 230.7 615.7 ± 227.7 dan metabolik 2. Estimasi air dari 1390.3 ± 508.3 1435.6 ± 542.4 1480.0 ± 538.4 1436.7 ± 531.3 minuman 3. Estimasi total 1986 ± 726 2051 ± 775 2114 ± 769 2052 ± 759 asupan air 4. Total asupan air Riskesdas 2010 1483 ± 506 1531 ± 540 1567 ± 573 1528 ± 542 Laki-laki dan Perempuan 1. Air dari makanan 605.0 ± 225.5 635.9 ± 233.1 660.6± 238.3 634.5 ± 233.7 dan metabolik 2. Estimasi air dari 1411.7 ± 526.2 1483.7 ± 544.0 1541.5 ± 556.1 1480.6 ± 545.2 minuman 3. Estimasi total 2017 ± 752 2120 ± 777 2202 ± 794 2115 ± 779 asupan air 4. Total asupan air Riskesdas 2010 1501 ± 519 1569 ± 562 1630 ± 597 1568 ± 564 Kebutuhan Air dan Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Air Rata-rata kebutuhan air pada seluruh sampel adalah 2745±673 ml, sedangkan pada sampel laki-laki sebanyak 3035±727 ml dan sampel perempuan sebanyak 2430±432 ml. Berdasarkan kelompok usia, rata-rata kebutuhan air pada sampel berusia 10-12 tahun sebanyak 2477±537 ml, usia 13-15 tahun sebanyak 2822±646 ml, dan usia 16-19 tahun sebanyak 2925±729 ml.

42 Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan air pada seluruh sampel adalah sebesar 59.9±24.9%, sedangkan pada sampel laki-laki sebesar 55.6±23.6% dan pada sampel perempuan sebesar 64.7±25.4%. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan air yang berasal dari estimasi asupan air pada seluruh sampel adalah sebesar 80.9±34.8%, sedangkan pada sampel laki-laki sebesar 75.3±32.7% dan pada sampel perempuan sebesar 87.0±36.0% (Tabel 15). Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan air pada seluruh sampel menurut kelompok usia adalah 62.9±24.6% untuk usia 10-12 tahun, 58.1±24.2% untuk usia 13-15 tahun, dan 58.8±25.6% untuk usia 16-19 tahun. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan air dari estimasi asupan air menurut kelompok usia adalah 84.7±35.8% untuk usia 10-12 tahun, 78.6±33.6% untuk usia 13-15 tahun, dan 79.6±34.7% untuk usia 16-19 tahun (Tabel 15). Tabel 15 Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan air pada remaja menurut jenis kelamin dan kelompok usia ml/kap/hari (%) 10-12 tahun 13-15 tahun 16-19 tahun Total Laki-laki Asupan air (Riskesdas) 1518 ± 531 1604 ± 580 1688 ± 613 1605 ± 581 Asupan air (Estimasi) 2044 ± 773 2183 ± 774 2284 ± 809 2173 ± 792 Kebutuhan 2631 ± 604 3100 ± 703 3357 ± 673 3035 ± 727 a Tingkat pemenuhan (60.3 ± 24.5) (54.3 ± 23.7) (52.3 ± 22.1) (55.6 ± 23.6) a kebutuhan air (Riskesdas) Tingkat pemenuhan (81.2 ± 35.4) (73.9 ± 31.5) (71.0 ± 30.1) (75.3 ± 32.7) kebutuhan air (Estimasi) Perempuan Asupan air (Riskesdas) 1483 ± 506 1531 ± 540 1567 ± 573 1528 ± 542 Asupan air (Estimasi) 1986 ± 726 2051 ± 775 2114 ± 769 2052 ± 759 Kebutuhan 2306 ± 384 2521 ± 400 2462 ± 450 2430 ± 432 b Tingkat pemenuhan (65.9 ± 24.5) (62.3 ± 24.0) (65.8 ± 27.2) (64.7 ± 25.4) b kebutuhan air (Riskesdas) Tingkat pemenuhan (88.5 ± 35.8) (83.6 ± 35.1) (88.8 ± 36.8) (87.0 ± 36.0) kebutuhan air (Estimasi) Laki-laki dan Perempuan Asupan air (Riskesdas) 1501 ± 519 1569 ± 562 1630 ± 597 1568 ± 564 Asupan air (Estimasi) 2017 ± 752 2120 ± 777 2202 ± 794 2115 ± 779 Kebutuhan 2477 ± 537 a 2822 ± 646 b 2925 ± 729 c 2745 ± 673 Tingkat pemenuhan (62.9 ± 24.6) a (58.1 ± 24.2) b (58.8 ± 25.6) c (59.9 ± 24.9) kebutuhan air (Riskesdas) Tingkat pemenuhan kebutuhan air (Estimasi) (84.7 ± 35.8) (78.6 ± 33.6) (79.6 ± 34.7) (80.9 ± 34.8) Keterangan : Tanda a, b, c pada tabel hasil menunjukkan hasil uji beda statistik. Tanda yang berbeda antar kolom menunjukkan hasil uji berbeda signifikan menurut kelompok usia, sedangkan tanda yang berbeda antar baris menunjukkan hasil uji beda signifikan menurut jenis kelamin. Berdasarkan studi yang dilakukan Asian Food Information Centre (2000), seorang pria memiliki lebih banyak air dalam tubuhnya dibandingkan wanita karena pria memiliki otot tanpa lemak (lean muscle) lebih besar dari

43 wanita. Otot menahan lebih banyak air dibandingkan jaringan lemak. Hal tersebut juga dikarenakan aktivitas yang dilakukan oleh pria biasanya lebih banyak daripada wanita sehingga dibutuhkan asupan air yang lebih banyak untuk menggantikan air yang keluar akibat aktivitas tersebut. Asian Food Information Centre (1999) menyatakan bahwa ketika berolahraga, cairan yang dibutuhkan meningkat, karena tubuh banyak kehilangan cairan, sehingga diperlukan penggantian cairan secara cepat untuk mencegah dehidrasi. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan oleh tubuh, maka akan semakin banyak air yang dibutuhkan tubuh. Kebutuhan air sampel laki-laki pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan sampel perempuan (p<0.01). Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kebutuhan air antar kelompok usia (p<0.01). Hasil uji beda dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan air lebih tinggi pada sampel perempuan dibandingkan dengan sampel laki-laki. Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat pemenuhan kebutuhan air antar jenis kelamin (p<0.01) dan kelompok usia (p<0.05). Berdasarkan survei yang dilakukan oleh AFIC (1998) menunjukkan bahwa 72% orang Singapura tidak minum karena tidak merasa haus. Alasan utama orang Indonesia tidak minum air dengan cukup adalah kurang mengerti pentingnya asupan air yang cukup bagi kesehatan tubuh, serta sulitnya memperoleh akses air minum (Hardinsyah et al. 2010). Asupan Zat Gizi Makro dan Mineral Asupan zat gizi makro dan mineral diperoleh dari asupan pangan. Tabel 16 menunjukkan bahwa asupan zat gizi makro dan mineral pada sampel laki-laki yaitu untuk energi sebanyak 1306±511 Kal, protein 43.1±20.8 g, lemak 38.3±27.9 g, karbohidrat 195.4±82.4 g, air 1605±581 ml, kalsium 224.6±253.0 mg, fosfor 624.6±287.0 mg, dan besi 6.6±9.1 mg. Asupan zat gizi makro dan mineral pada sampel perempuan yaitu energi sebanyak 1243±493 Kal, protein 41.6±20.6 g, lemak 37.6±27.6 g, karbohidrat 182.9±79.4 g, air 1528±542 ml, kalsium 227.2±273.6 mg, fosfor 602.2±284.0 mg, dan besi 6.7±10.8 mg. Secara keseluruhan, asupan zat gizi makro dan mineral yaitu energi sebanyak 1275±503 Kal, protein 42.3±20.7 g, lemak 38.0±27.7 g, karbohidrat 189.4±81.2 g, air 1568±564 ml, kalsium 225.9±263.1 mg, fosfor 613.9±285.8 mg, dan besi 6.7±9.9 mg (Tabel 16).

44 Tabel 16 Rata-rata asupan zat gizi makro dan mineral per kapita/hari pada remaja menurut jenis kelamin dan kelompok usia Asupan zat gizi 10-12 tahun 13-15 tahun 16-19 tahun Total Laki-laki Energi (Kal) 1257 ± 504 1310 ± 517 1347 ± 508 1306 ± 511 Protein (g) 40.8 ± 19.4 43.4 ± 21.2 44.8 ± 21.6 43.1 ± 20.8 Lemak (g) 37.4 ± 26.9 38.4 ± 28.1 39.0 ± 28.5 38.3 ± 27.9 Karbohidrat (g) 187.6 ± 82.4 196.1 ± 83.7 202.2 ± 80.6 195.4 ± 82.4 Air (ml) 1518 ± 531 1604 ± 580 1688 ± 613 1605 ± 581 Kalsium (mg) 216.3 ± 238.9 224.6 ± 249.5 232.0 ± 268.4 224.6 ± 253.0 Fosfor (mg) 590.8 ± 268.2 625.2 ± 285.9 655.7 ± 301.3 624.6 ± 287.0 Besi (mg) 6.1 ± 8.1 6.7 ± 9.3 7.0 ± 9.8 6.6 ± 9.1 Perempuan Energi (Kal) 1222 ± 485 1245 ± 507 1260 ± 487 1243 ± 493 Protein (g) 40.1 ± 19.2 41.7 ± 21.4 42.8 ± 21.2 41.6 ± 20.6 Lemak (g) 36.6 ± 26.3 37.9 ± 28.3 38.3 ± 28.0 37.6 ± 27.6 Karbohidrat (g) 181.5 ± 80.5 182.5 ± 79.9 184.4 ± 77.9 182.9 ± 79.4 Air (ml) 1483 ± 506 1531 ± 540 1567 ± 573 1528 ± 542 Kalsium (mg) 221.6 ± 255.4 229.0 ± 272.4 230.8 ± 290.1 227.2 ± 273.6 Fosfor (mg) 582.3 ± 261.9 607.1 ± 296.8 616.1 ± 290.6 602.2 ± 284.0 Besi (mg) 6.5 ± 10.6 6.6 ± 9.6 7.0 ± 11.8 6.7 ± 10.8 Laki-laki dan Perempuan Energi (Kal) 1241 ± 495 1279 ± 513 1305 ± 500 1275 ± 503 Protein (g) 40.5 ± 19.3 42.6 ± 21.3 43.9 ± 21.4 42.3 ± 20.7 Lemak (g) 37.0 ± 26.7 38.1 ± 28.2 38.6 ± 28.2 38.0 ± 27.7 Karbohidrat (g) 184.7 ± 81.6 189.6 ± 82.2 193.6 ± 79.8 189.4 ± 81.2 Air (ml) 1501 ± 519 1569 ± 562 1630 ± 597 1568 ± 564 Kalsium (mg) 219.1 ± 246.9 226.7 ± 260.7 231.5 ± 279.1 225.9 ± 263.1 Fosfor (mg) 586.7 ± 265.2 616.5 ± 291.3 636.6 ± 296.9 613.9 ± 285.8 Besi (mg) 6.3 ± 9.4 6.6 ± 9.4 7.0 ± 10.8 6.7 ± 9.9 Secara keseluruhan asupan zat gizi makro dan mineral (Tabel 16) sampel dengan usia yang lebih tua lebih tinggi dibandingkan dengan sampel yang lebih muda usianya. Perubahan komposisi tubuh remaja membutuhkan asupan zat gizi makro dan mineral yang sesuai dengan kebutuhannya, seperti kalsium dan fosfor yang baik untuk pertumbuhan tulang, serta besi yang berfungsi untuk perkembangan otak dan sistem kekebalan tubuh (The Dairy Council 2011). Selain itu, zat gizi makro dan mineral berperan penting dalam pertumbuhan remaja, seperti protein yang berfungsi untuk pembentukan otot pada laki-laki dan lemak yang berperan dalam pembentukan organ pubertas pada perempuan. Masa remaja juga terjadi peningkatan aktifitas fisik. Menurut Weiss et al. (2007) dalam Fauji (2011), peningkatan terbesar dalam tingkat aktivitas fisik terjadi selama masa remaja dan menurun pada dewasa. Peningkatan aktivitas fisik ini membutuhkan asupan zat gizi makro (karbohidrat, lemak, dan protein) yang cukup agar dapat menyumbangkan energi untuk melakukan aktivitas.

45 Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Zat Gizi Makro dan Mineral Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan energi sampel secara keseluruhan adalah 58.0±25.8%, protein 104.2±55.8%, lemak 69.4±53.2%, dan karbohidrat 49.5±24.6%. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan energi pada sampel laki-laki adalah 55.6±25.3%, protein 104.2±55.8%, lemak 73.0±56.1%, dan karbohidrat 46.0±23.1%. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan energi pada sampel perempuan adalah 60.5±26.1%, protein 104.2±55.8%, lemak 65.6±49.6%, dan karbohidrat 53.4±25.6% (Tabel 17). Secara keseluruhan, rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan kalsium, fosfor dan besi secara berturut-turut adalah 23.1±27.0%, 64.8±33.1% dan 39.6±60.6%. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan kalsium pada sampel laki-laki sebesar 22.9±25.9%, fosfor 66.0±33.4%, dan besi 45.8±63.9%. Ratarata tingkat pemenuhan kebutuhan kalsium pada sampel laki-laki sebesar 23.2±28.1%, fosfor 63.6±32.6%, dan besi 32.8±56.0% (Tabel 17). Tabel 17 Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi makro dan mineral per kapita/hari pada remaja menurut jenis kelamin dan kelompok usia (%) Kandungan zat gizi 10-12 tahun 13-15 tahun 16-19 tahun Total Laki-laki Energi 61.3 ± 27.8 54.4 ± 24.5 51.4 ± 22.5 55.6 ± 25.3 Protein 120.1 ± 61.1 102.8 ± 53.0 86.8 ± 43.5 102.9 ± 54.6 Lemak 81.1 ± 60.5 71.1 ± 54.8 66.9 ± 52.0 73.0 ± 56.1 Karbohidrat 50.3 ± 25.7 44.9 ± 22.6 43.0 ± 20.0 46.0 ± 23.1 Air 60.3 ± 24.5 54.3 ± 23.7 52.3 ± 22.1 55.6 ± 23.6 Kalsium 21.7 ± 23.9 22.5 ± 25.0 24.5 ± 28.3 22.9 ± 25.9 Fosfor 59.1 ± 26.8 62.5 ± 28.6 75.5 ± 40.1 66.0 ± 33.4 Besi 47.3 ± 62.0 35.3 ± 49.0 53.8 ± 75.2 45.8 ± 63.9 Perempuan Energi 62.5 ± 26.5 58.2 ± 25.6 60.7 ± 25.9 60.5 ± 26.1 Protein 126.5 ± 63.9 99.5 ± 53.4 91.8 ± 47.6 105.5 ± 57.2 Lemak 67.0 ± 49.3 63.5 ± 48.6 66.2 ± 50.6 65.6 ± 49.6 Karbohidrat 54.5 ± 26.1 51.2 ± 25.0 54.3 ± 25.7 53.4 ± 25.6 Air 65.9 ± 24.5 62.3 ± 24.0 65.8 ± 27.2 64.7 ± 25.4 Kalsium 22.2 ± 25.5 22.9 ± 27.2 24.5 ± 30.9 23.2 ± 28.1 Fosfor 58.2 ± 26.2 60.7 ± 29.7 71.1 ± 38.5 63.6 ± 32.6 Besi 46.6 ± 75.9 25.2 ± 36.9 27.1 ± 45.3 32.8 ± 56.0 Laki-laki dan Perempuan Energi 61.9 ± 27.2 56.2 ± 25.1 55.9 ± 24.7 58.0 ± 25.8 Protein 123.1 ± 62.5 101.2 ± 53.2 89.3 ± 45.6 104.2 ± 55.8 Lemak 74.4 ± 55.9 67.5 ± 52.1 66.6 ± 51.3 69.4 ± 53.2 Karbohidrat 52.3 ± 26.0 48.0 ± 24.0 48.4 ± 23.6 49.5 ± 24.6 Air 62.9 ± 24.6 58.1 ± 24.2 58.8 ± 25.6 59.9 ± 24.9 Kalsium 21.9 ± 24.7 22.7 ± 26.1 24.5 ± 29.6 23.1 ± 27.0 Fosfor 58.7 ± 26.5 61.7 ± 29.1 73.4 ± 39.4 64.8 ± 33.1 Besi 47.0 ± 68.9 30.9 ± 43.9 40.9 ± 64.0 39.6 ± 60.6 Berdasarkan Tabel 17 secara keseluruhan rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan lemak tergolong defisit ringan (70-89% kebutuhan) begitu juga halnya pada sampel laki-laki, sedangkan pada sampel perempuan tergolong

46 defisit berat (<70% kebutuhan). Hal ini disebabkan oleh kurangnya asupan pangan sumber lemak, seperti pangan yang berasal dari daging dan unggas dan telur. Sampel paling banyak mengonsumsi ayam goreng (9.8%) dan telur dadar (11.6%) (Lampiran 8). Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan protein tergolong normal (90-119% kebutuhan) untuk seluruh sampel. Hal ini sesuai dengan data Riskesdas 2010 yang menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan protein adalah 105.8% (Balitbangkes 2010). Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan karbohidrat tergolong defisit berat (<70% kebutuhan) pada semua sampel. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar sampel mengonsumsi pangan sumber karbohidrat yang berasal dari golongan serealia, yaitu nasi putih (95.9%). Sampel paling banyak mengonsumsi pisang goreng (5.6%) sebagai pangan sumber buah-buahan, sedangkan buah segar yang paling banyak dikonsumsi sampel adalah jeruk (1.9%). Tidak terpenuhinya kebutuhan lemak dan karbohidrat, menyebabkan rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan energi tergolong defisit berat (<70% kebutuhan) pada seluruh sampel. Kebutuhan zat gizi makro dan mineral sampel dapat dilihat pada Lampiran 9. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan mineral, yaitu kalsium, fosfor, dan besi, tergolong defisit (<77% kebutuhan). Hal ini diduga karena kurangnya asupan susu (4.7%) sebagai sumber utama kalsium. Selain susu, daging dan unggas juga sebagai pangan sumber kalsium yang juga sedikit dikonsumsi oleh sampel (9.8%). Pangan sumber fosfor adalah daging, ikan, unggas, dan serealia. Sumber fosfor yang berasal dari pangan hewani mudah diserap oleh tubuh dibandingkan dengan pangan nabati (The Dairy Council 2011). Asupan ikan (17%), daging dan unggas (9.8%) sampel lebih rendah dibandingkan dengan asupan yang berasal dari golongan serealia (95.9%). Pangan sumber besi adalah daging, ikan, dan unggas (besi heme), serta kacang-kacangan dan sayur berwarna hijau (besi non-heme). Tingkat pemenuhan kebutuhan besi juga tergolong defisit. Asupan pangan sumber besi non-heme sampel diduga berasal dari ikan (17%), kacang-kacangan (28.8%) dan sayuran (8.2%). Pangan sumber besi non-heme memiliki bioavailabilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan pangan sumber besi heme.

47 Asupan Vitamin Asupan zat gizi mikro selain mineral (kalsium, fosfor dan besi) juga terdapat asupan vitamin, yaitu vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, B6, folat, B12, dan vitamin C. Rata-rata asupan vitamin A sampel secara keseluruhan adalah 427.2±596.6 RE, tiamin 0.4±0.3 mg, riboflavin 0.5±0.4 mg, vitamin B6 0.8±0.5 mg, niasin 7.5±4.9 mg, folat 111.3±108.8 µg, vitamin B12 1.9±1.7 µg, dan vitamin C 22.6±40.1 mg (Tabel 18). Tabel 18 Rata-rata asupan vitamin per kapita/hari pada remaja menurut jenis kelamin dan kelompok usia Asupan zat gizi 10-12 tahun 13-15 tahun 16-19 tahun Total Laki-laki Vitamin A (RE) 412.3 ± 583.3 432.2 ± 600.8 431.8 ± 605.5 425.4 ± 596.8 Tiamin (mg) 0.4 ± 0.2 0.4 ± 0.3 0.4 ± 0.3 0.4 ± 0.3 Riboflavin (mg) 0.5 ± 0.3 0.5 ± 0.4 0.5 ± 0.4 0.5 ± 0.4 Niasin (mg) 7.1 ± 4.6 7.8 ± 5.2 8.3 ± 5.2 7.7 ± 5.0 Vitamin B6 (mg) 0.8 ± 0.4 0.8 ± 0.5 0.9 ± 0.5 0.8 ± 0.5 Folat (µg) 106.5 ± 101.3 112.8 ± 112.2 116.1 ± 110.0 111.9 ± 108.0 Vitamin B12 (µg) 1.8 ± 1.5 1.9 ± 1.8 2.0 ± 1.9 1.9 ± 1.8 Vitamin C (mg) 21.0 ± 33.2 22.3 ± 37.6 22.9 ± 38.7 22.1 ± 36.6 Perempuan Vitamin A (RE) 424.9 ± 594.3 415.4 ± 568.2 444.9 ± 622.1 429.0 ± 596.5 Tiamin (mg) 0.4 ± 0.3 0.4 ± 0.3 0.4 ± 0.3 0.4 ± 0.3 Riboflavin (mg) 0.5 ± 0.4 0.5 ± 0.3 0.5 ± 0.3 0.5 ± 0.3 Niasin (mg) 6.9 ± 4.6 7.3 ± 4.8 7.6 ± 4.8 7.3 ± 4.7 Vitamin B6 (mg) 0.8 ± 0.4 0.8 ± 0.5 0.8 ± 0.5 0.8 ± 0.5 Folat (µg) 108.4 ± 110.8 109.7 ± 107.1 113.9 ± 111.0 110.7 ± 109.7 Vitamin B12 (µg) 1.8 ± 1.6 1.9 ± 1.8 2.0 ± 1.8 1.9 ± 1.7 Vitamin C (mg) 21.7 ± 37.0 22.6 ± 35.4 24.9 ± 54.3 23.1 ± 43.6 Laki-laki dan perempuan Vitamin A (RE) 418.3 ± 588.5 424.1 ± 585.4 438.1 ± 613.6 427.2 ± 596.6 Tiamin (mg) 0.4 ± 0.2 0.4 ± 0.3 0.4 ± 0.3 0.4 ± 0.3 Riboflavin (mg) 0.5 ± 0.4 0.5 ± 0.4 0.5 ± 0.4 0.5 ± 0.4 Niasin (mg) 7.0 ± 4.6 7.6 ± 5.0 8.0 ± 5.0 7.5 ± 4.9 Vitamin B6 (mg) 0.8 ± 0.4 0.8 ± 0.5 0.8 ± 0.5 0.8 ± 0.5 Folat (µg) 107.4 ± 105.9 111.3 ± 109.8 115.0 ± 110.5 111.3 ± 108.8 Vitamin B12 (µg) 1.8 ± 1.5 1.9 ± 1.8 2.0 ± 1.9 1.9 ± 1.7 Vitamin C (mg) 21.3 ± 35.1 22.4 ± 36.6 23.9 ± 46.9 22.6 ± 40.1 Asupan vitamin pada sampel dengan usia yang lebih tua lebih tinggi dibandingkan dengan sampel yang lebih muda usianya (Tabel 18). Asupan vitamin tersebut sangat berguna untuk proses pertumbuhan selama masa remaja, karena sebagian besar vitamin tersebut berfungsi sebagai koenzim yang penting untuk metabolisme tubuh, seperti riboflavin dan niasin. Asupan tiamin yang cukup dapat mengoptimalkan metabolisme energi dari karbohidrat. Selain itu, vitamin C juga berfungsi sebagai antioksidan bagi tubuh dan vitamin B12 berfungsi sebagai pencegah anemia, terutama anemia perniciousa (WNPG 2004).

48 Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Vitamin Asupan zat gizi vitamin juga dibandingkan dengan kebutuhannya untuk mengetahui tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin dari sampel yang diteliti. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin A pada sampel laki-laki adalah 72.0±101.3%, vitamin C 32.2±54.4%, tiamin 34.8±22.5%, dan riboflavin 44.2±31.7%. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin A pada sampel perempuan adalah 72.8±101.7%, vitamin C 37.0±68.0%, tiamin 36.2±22.9%, dan riboflavin 49.7±34.6%. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan niasin pada sampel laki-laki sebesar 55.4±36.2%, vitamin B6 62.5±36.3%, vitamin B12 87.8±80.4%, dan folat 30.9±30.1%. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan niasin pada sampel perempuan sebesar 56.0±36.4%, vitamin B6 64.9±38.7%, vitamin B12 88.0±80.1%, dan folat 30.6±31.0% (Tabel 19). Tabel 19 Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin per kapita/hari pada remaja menurut jenis kelamin dan kelompok usia (%) Kandungan zat gizi 10-12 tahun 13-15 tahun 16-19 tahun Total Laki-laki Vitamin A 68.7 ± 97.2 72.0 ± 100.1 75.1 ± 106.0 72.0 ± 101.3 Tiamin 35.8 ± 21.5 34.9 ± 23.4 33.7 ± 22.7 34.8 ± 22.5 Riboflavin 50.0 ± 34.6 42.6 ± 30.7 40.3 ± 28.8 44.2 ± 31.7 Niasin 59.1 ± 38.3 55.5 ± 37.3 51.8 ± 32.7 55.4 ± 36.2 Vitamin B6 58.4 ± 33.6 63.1 ± 35.9 65.8 ± 38.7 62.5 ± 36.3 Folat 35.5 ± 33.8 28.2 ± 28.1 29.0 ± 27.5 30.9 ± 30.1 Vitamin B12 99.8 ± 85.6 80.9 ± 75.9 82.5 ± 77.9 87.8 ± 80.4 Vitamin C 41.9 ± 66.4 29.7 ± 50.1 25.5 ± 43.0 32.2 ± 54.4 Perempuan Vitamin A 70.8 ± 99.0 69.2 ± 94.7 77.7 ± 109.6 72.8 ± 101.7 Tiamin 35.7 ± 22.9 34.0 ± 21.5 38.7 ± 24.0 36.2 ± 22.9 Riboflavin 50.0 ± 36.4 49.4 ± 34.4 49.6 ± 33.0 49.7 ± 34.6 Niasin 57.6 ± 38.0 56.4 ± 37.1 54.3 ± 34.3 56.0 ± 36.4 Vitamin B6 62.5 ± 37.1 65.6 ± 39.3 66.4 ± 39.5 64.9 ± 38.7 Folat 36.1 ± 36.9 27.4 ± 26.8 28.5 ± 27.7 30.6 ± 31.0 Vitamin B12 101.4 ± 86.1 81.0 ± 75.5 81.9 ± 76.9 88.0 ± 80.1 Vitamin C 43.3 ± 74.1 34.7 ± 54.5 33.2 ± 72.4 37.0 ± 68.0 Laki-laki dan perempuan Vitamin A 69.7 ± 98.1 70.7 ± 97.6 76.4 ± 107.7 72.4 ± 101.5 Tiamin 35.8 ± 22.2 34.4 ± 22.5 36.1 ± 23.4 35.5 ± 22.7 Riboflavin 50.0 ± 35.5 45.9 ± 32.7 44.8 ± 31.2 46.8 ± 33.2 Niasin 58.4 ± 38.2 55.9 ± 37.2 53.0 ± 33.5 55.7 ± 36.3 Vitamin B6 60.3 ± 35.4 64.3 ± 37.6 66.1 ± 39.1 63.6 ± 37.5 Folat 35.8 ± 35.3 27.8 ± 27.4 28.8 ± 27.6 30.8 ± 30.5 Vitamin B12 100.6 ± 85.8 81.0 ± 75.7 82.3 ± 77.4 87.9 ± 80.3 Vitamin C 42.6 ± 70.1 32.1 ± 52.3 29.2 ± 59.2 34.5 ± 61.3 Berdasarkan Tabel 19 rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin B12 tergolong normal ( 77% kebutuhan). Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, dan vitamin C tergolong defisit (<77% kebutuhan). Kebutuhan vitamin dapat dilihat pada Lampiran 10. Pangan sumber vitamin tersebut sebagian besar adalah daging dan unggas yang sedikit