VI HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

IV METODE PENELITIAN

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

Pematangan Gonad di kolam tanah

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN

VI. ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI BENIH IKAN HIAS AIR TAWAR PADA TAUFAN S FISH FARM

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

I PENDAHULUAN Latar Belakang

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

V. GAMBARAN UMUM 5.1 Sejarah Perusahaan 5.2 Lokasi

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

VII PENGUKURAN DAN STRATEGI PENANGANAN RISIKO

Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele. Periode 1 Periode 2 Periode 3. Periode 4.

GAMBARAN UMUM USAHA. Tabel 4. Penggunaan Lahan Pada Kecamatan Bekasi Utara Pada Tahun 2010

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

METODOLOGI PENELITIAN

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial

III KERANGKA PEMIKIRAN

Bab 3. Budidaya pembenihan ikan konsumsi

V. DESKRIPSI TAUFAN S FISH FARM

Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA

BAB III BAHAN DAN METODE

USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan)

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

PEMIJAHAN LELE SEMI INTENSIF

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Lingkungan Bisnis

KARYA ILMIAH MERAIH SUKSES DENGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

PENDAHULUAN Ikan Nila (Oreochromis sp.) merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang mendapat perhatian besar bagi usaha perikanan terutama

VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar

VI. ANALISIS ASPEK ASPEK NON FINANSIAL

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

MANAJEMEN RISIKO PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR STUDI KASUS PADA BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

BAB III BAHAN DAN METODE

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN AGRIBISNIS PRODUKSI SUMBERDAYA PERAIRAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

V. GAMBARAN UMUM Gambaran Lokasi Penelitian

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Persiapan Wadah Persiapan dan Pemeliharaan Induk Peracikan dan Pemberian Pakan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM TERPAL

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

III KERANGKA PEMIKIRAN

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN TEKNOLOGI PEMIJAHAN IKAN DENGAN CARA BUATAN (INDUCE BREEDING)

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Balai Benih Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Harga tiap varietas dan ukuran Ikan Maskoki berbeda-beda. Namun yang paling menentukan

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS LOBSTER

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi Umum Kandang Local Duck Breeding and Production Station

Sebagai acuan / pedoman pelaku percontohan budidaya lele dengan menggunakan pakan (pellet) jenis tenggelam.

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Hias Air Tawar di Indonesia 1. Angelfish ( Pterophyllum Scalare 2. Blackghost ( Apteronotus Albifrons

BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO PELUANG BISNIS YANG MENJANJIKAN

Transkripsi:

VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Identifikasi sumber-sumber risiko pada pembenihan larva ikan bawal air tawar merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam manajemen risiko. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai penyebab risiko dan kejadian-kejadian yang dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Identifikasi sumber-sumber risiko ini berdasarkan hasil pengamata dan wawancara dengan pihak Ben s Fish Farm dari bulan April sampai Juli 2010. Pada kegiatan usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar di Ben s Fish Farm terdapat beberapa sumber risiko yang secara signifikan mempengaruhi kegiatan usaha. Sumbersumber risiko tersebut diklasifikasikan ke dalam risiko produksi dan risiko pasar. Besarnya peluang risiko dihitung berdasarkan jumlah kejadian yang menyebabkan kerugian rata-rata tiap bulannya. Perhitungan dampak yang ditimbulkan berdasarkan besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh sumber risiko rata-rata tiap bulannya, nilai kerugian ini berdasarkan pengalaman perusahaan yang biasa terjadi di lapangan dan nilainya ditentukan oleh pemilik Ben s Fish Farm. 6.1.1. Risiko Produksi Risiko produksi yang teridentifikasi pada usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar di Ben s Fish Farm terdapat pada beberapa kegiatan utama pembenihan. Faktor penyebab risiko produksi tersebut terdiri atas penyakit yang menyerang induk dan larva ikan bawal air tawar, faktor cuaca, dan faktor manusia serta kerusakan peralatan teknis. 1. Penyakit stres yang menyerang indukan Penyakit pada ikan bawal dapat menyerang induk maupun larva. Penyakit yang paling berisiko menyerang induk bawal air tawar adalah stres, penyakit stres disebabkan kurangnya pasokan oksigen, air kolam dan waktu pemijahan yang kurang tepat. Stres pada ikan bawal berkaitan dengan timbulnya penyakit pada ikan tersebut akibat naiknya batas keseimbangan psikologi dalam diri ikan terhadap lingkungannya. Penyakit ini biasanya muncul pada pertengahan musim kemarau dan pasokan air yang mengalir dari sungai Cisaladak ke kolam indukan 54

berkurang. Hal lain yang menjadi penyebab stres pada induk bawal di Ben s Fish Farm adalah kepadatan ikan, indukan dipelihara dengan kepadatan yang tinggi yakni melebihi 7 ekor indukan per meter persegi, padahal kepadatan yang ideal yaitu 4 ekor per meter persegi. Dalam empat bulan terakhir yaitu dari bulan April sampai Juli 2010 telah 20 ekor induk betina yang mati akibat stres dengan total kerugian sekitar Rp 8.000.000,- atau rata-rata kerugian tiap bulannya Rp 2.000.000,- karena setiap indukan harganya sekitar Rp 400.000,-. Jika dihitung besarnya probabilitas penyakit stres yang timbul di Ben s Fish Farm sekitar 5 persen karena tiap bulannya rata-rata Ben s Fish Farm memijahkan 100 ekor induk betina. Walaupun tingkat kematian akibat stres tergolong kecil, namum sangat berpengaruh terhadap produksi larva karena satu ekor induk betina bisa menghasilkan 200.000 hingga 300.000 butir telur. 2. Penyakit white spot yang menyerang larva Penyakit yang sering menyerang larva adalah white spot (bintik putih). Penyakit bintik putih merupakan penyakit yang disebabkan oleh kondisi lingkungan hidup larva yang tidak baik, seperti air yang jarang diganti, akuarium yang jarang dicuci sehingga jamur penyebab penyakit dengan mudah berkembang biak. Penyakit ini juga disebabkan oleh faktor cuaca, karena cuaca yang dingin dan pasokan air dari sungai Cisaladak yang kotor menyebabkan larva dengan cepat terserang penyakit. Larva yang terserang penyakit bintik putih ditandai dengan berkurangnya nafsu makan sehingga pertumbuhan larva menjadi lamban, larva menjadi kurus dan kepala membesar. Penyakit ini juga timbul akibat suhu air yang tidak stabil, hal ini terjadi jika kompor gas di ruang akuarium pemeliharaan tidak berfungsi. Ben s Fish Farm mempunyai dua unit kompor gas yang difungsikan sebagai pemanas ruangan agar suhu air tetap stabil. Menurut pemilik Ben s Fish Farm risiko yang timbul akibat penyakit bintik putih ini paling sering muncul di musim hujan. Pada bulan April hingga Juli 2010, tercatat 10 kali penyakit bintik putih menyerang larva di Ben s Fish Farm. Jika dihitung probabilitas timbulnya serangan penyakit ini sekitar 35 persen tiap bulannya, karena tiap bulan Ben s Fish Farm menghasilkan 7-8 kali siklus produksi. Dampak yang ditimbulkan dari penyakit ini menurut kepala bagian produksi Ben s Fish Farm tidak besar, karena tiap kali serangan penyakit bintik putih 55

jumlah larva yang mati sekitar 5 persen dari total larva, atau kerugian sekitar Rp 15 juta tiap bulannya jika diasumsikan harga jual larva dalam keadaan normal Rp 9,- per ekor. 3. Faktor cuaca Pembenihan larva ikan bawal air tawar merupakan usaha yang sangat tergantung pada kondisi alam dan kualitas indukan. Pembenihan larva membutuhkan telur yang sudah dibuahi sebagai input untuk menghasilkan benih larva, namun untuk mendapatkan telur yang sudah dibuahi secara kontinyu sangat sulit karena induk bawal tidak bisa setiap saat menghasilkan telur atau sperma. Produksi telur dan sperma induk bawal sangat dipengaruhi oleh cuaca. Pada saat musim hujan induk bawal dapat menghasilkan telur dan sperma serta dapat memijah secara maksimal. Pada saat musim kemarau kemampuan ikan untuk memijah hanya 50 persen dari keadaan normal, ini berarti pada saat musim kemarau benih larva yang dihasilkan oleh Ben s Fish Farm turun secara drastis. Menurut pemilik Bens Fish Farm pada saat musim kemarau produksi benih larva perusahaan turun hingga 50 persen. Penyebab turunnya produksi pada musim kemarau bukan hanya dari sifat biologis ikan yang sulit untuk memijah, juga disebabkan kualitas air di sungai Cisaladak menurun karena kemarau yang menyebabkan larva lebih mudah terserang penyakit. Besarnya kemungkinan munculnya risiko yang disebabkan oleh faktor cuaca adalah 50 persen, karena di Bogor cuma ada musim hujan dan musim kemarau. Menurut pemilik perusahaan, kerugian yang ditimbulkan akibat faktor cuaca sekitar Rp 55 juta, walaupun produksi larva turun hingga 50 persen, namun penerimaan perusahaan tidak turun drastis karena pada saat musim kemarau harga jual larva mengalami peningkatan. 4. Faktor manusia Struktur organisasi di Ben s Fish Farm tidak ditentukan secara baku dan masih bersifat kekeluargaan. Hal ini membuat timbulnya risiko yang disebabkan oleh tenaga kerja. Risiko ini muncul ketika tenaga kerja tidak bekerja sesuai dengan bidangnya, padahal pembenihan larva ikan bawal air tawar terdiri dari beberapa tahap yang setiap tahapnya membutuhkan ketelitian dan keahlian tinggi. Tenaga kerja bagian produksi larva di Ben s Fish Farm merupakan tenaga kerja yang terlatih dan berpengalaman, namun terkadang ada juga pekerja melakukan 56

kesalahan di proses pemijahan dan perawatan larva. Faktor lain yang menyebabkan indukan stres adanya tenaga kerja bagian pengangkutan dan bagian pemeliharaan yang ikut membantu bagian pemijahan sehingga sering terjadi kesalahan, hal ini terjadi karena penerapan sistem kekeluargaan di Ben s Fish Farm. Sistem kekeluargaan ini menyebabkan job description yang diberikan pemilik perusahaan secara tidak tertulis tidak dijalankan sepenuhnya oleh tenaga kerja, tenaga kerja cenderung saling bantu dalam menyelesaikan pekerjaannya. Jenis kesalahan lain yang biasa terjadi seperti waktu dan cara pemijahan yang kurang tepat, akuarium yang kurang bersih, kesalahan pada saat perhitungan dan pengemasan, dan lain-lain. Menurut pihak Ben s Fish Farm kesalahan yang disebabkan oleh faktor manusia rata-rata tiga kali tiap bulannya, namun kesalahan tersebut tidak berdampak besar bagi perusahaan. Jika dihitung probabilitas risiko yang disebabkan oleh faktor manusia yaitu sekitar 40 persen tiap bulannya karena tiap bulan Ben s Fish Farm menghasilkan 7-8 kali siklus produksi. Kerugian secara langsung yang disebabkan oleh risiko ini menurut pemilik Ben s Fish Farm tidak lebih dari Rp 5 juta,- tiap bulannya. 5. Kerusakan pada peralatan teknis Peralatan teknis pada pembenihan larva ikan bawal air tawar di Ben s Fish Farm seperti akuarium, pompa air dan peralatan lainnya terkadang mengalami kerusakan kecil maupun besar. Keusakan yang paling berisiko adalah kerusakan blower, jika tidak ditangani dengan cepat kerusakan ini bisa membunuh semua larva yang ada di aquariaum, namun risiko yang ditimbulkan dari kerusakan teknis ini tidak terlalu fatal karena selalu cepat diatasi dan peluang kerusakan pun jarang terjadi. Risiko kerusakan peratan teknis ini berpeluang terjadi sekitar 20 persen tiap tahun atau 1,667 persen tiap bulannya. Dampak dari kerusakan peralatan menurut pemilik Ben s Fish Farm sekitar Rp 25 juta,- tiap tahun atau Rp 2.083.333,- tiap bulannya. 6.1.2. Risiko Pasar Risiko pasar merupakan risiko yang terjadi di luar kendali manajemen Ben s Fish Farm dan merupakan risiko yang tidak bisa dihilangkan karena timbul dari mekanisme pasar. Risiko pasar yang timbul karena pergerakan harga jual 57

larva di pasaran, sehingga berdampak negatif bagi Ben s Fish Farm. Risiko pasar yang teridentifikasi pada pembenihan larva ikan bawal air tawar di Ben s Fish Farm disebabkan oleh fluktuasi harga pasar beberapa komponen produksi seperti pakan dan larva. 1. Fluktuasi harga pakan Fluktuasi harga pakan dalam usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar terjadi pada harga pakan pelet untuk indukan dan pakan Artemia sp untuk larva, dua komponen pakan tersebut rentan berfluktuasi karena tergantung mekanisme pasar (suplay dan demand). Menurut pemilik Ben s Fish Farm peluang kenaikan harga pakan pelet dan Artemia sp bisa dua sampai tiga kali per tahun, harga pakan Artemia sp saat ini berkisar Rp 290.000,- per kaleng dan besarnya tingkat kenaikan harga sekitar 5-10 persen, namun dampak yang ditimbulkan dari kenaikan pakan tersebut tidak besar walau mengurangi keuntungan perusahaan. Harga pakan alami atau pakan tambahan untuk indukan cenderung stabil karena berupa keong mas dan oncom dan Ben s Fish Farm bisa mendapatkannya dari petani sekitar. Jika dihitung besarnya kemungkinan terjadinya kenaikan harga pakan yang dialami Ben s Fish Farm sekitar 0,5 persen tiap bulannya karena menurut Ben s Fish Farm kemungkinan kenaikan harga pakan tiap tahunnya dua sampai tiga kali. Dampak yang ditimbulkan dari kenaikan harga pakan Artemia sp sekitar Rp 7.250,- per kaleng tiap bulannya. Untuk memenuhi kebutuhan pakan benih larva, Ben s Fish Farm membutuhkan 25 kaleng Artemia sp tiap bulan. Dampak kerugian yang dialami Ben s Fish Farm akibat kenaikan harga pakan sebesar Rp 181.250,- tiap bulannya. 2. Fluktuasi harga jual larva Konsumen benih larva ikan bawal air tawar di Ben s Fish Farm sebagian besar berasal dari daerah Bogor. Walaupun Ben s Fish Farm merupakan perusahaan penghasil benih larva ikan bawal air tawar terbesar di Kabupaten Bogor, tetap saja mempunyai risiko jika terjadi penurunan harga jual larva. Hal ini disebabkan harga jual larva di pasaran ditentukan berdasarkan mekanisme pasar dan faktor musimam, harga naik mencapai level tinggi jika permintaan banyak pada musim kemarau, karena pada saat musim kemarau larva ikan bawal air tawar sulit diproduksi. Harga jual larva ikan bawal air tawar di Ben s Fish Farm relatif 58

berfluktuatif yang berkisar antara Rp 7,- sampai Rp 13,- per ekor. Harga larva dalam keadaan normal Rp 9 per ekor. Harga jual tertinggi berada pada saat bulan Mei sampai bulan Juli 2010 yaitu mencapai Rp 13,- per ekor, sedangkan harga jual larva terendah pada bulan April 2010 yaitu Rp 7,- per ekor. Ben s Fish Farm mengalami kerugian saat musim hujan pada bulan April, yang mana pada musim tersebut perusahaan banyak menghasilkan larva. Jika dihitung kemungkinan terjadinya penurunan harga dari bulan April sampai bulan Juli 2010 sebesar 25 persen, hal ini dikarenakan penurunan harga yang melebihan dari harga normal Rp 9,- per larva hanya terjadi pada bulan April. Besarnya kerugian yang disebabkan oleh risiko ini secara tidak langsung sebesar Rp 72 juta,- karena pada bulan April tersebut produksi larva Ben s Fish Farm sebesar 36 juta larva. 6.2. Pemetaan Risiko Hasil identifikasi sumber-sumber risiko produksi dan risiko pasar dapat dipetakan ke dalam peta risiko berdasarkan tingkat kemungkinan terjadinya dan besarnya dampak yang diakibatkan oleh risiko tersebut. Besar atau kecilnya penggolongan tingkat risiko ke dalam probabilitas dan dampak risiko dilakukan berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan Ben s Fish Farm. Penentuan besar kecilnya probabilitas berdasarkan pada tingkat persentase terjadinya sumber risiko pada perusahaan. Penempatan risiko pada peta risiko didasarkan atas perkiraan posisinya berada dimana dari hasil perhitungan probabilitas dan dampak risiko. Peta risiko dapat diklasifikasikan ke dalam dua sumbu yaitu horizontal berupa dampak risiko dan sumbu vertikal berupa probabilitas risiko. Kedua sumbu tersebut dibatasi oleh nilai yang menjadi batasan besar atau kecilnya dampak dan probabilitas risiko. Nilai probabilitas dibatasi oleh nilai 20 persen dan nilai dampak dibatasi oleh nilai Rp 50 juta,-. Nilai batasan ini ditentukan olah perusahaan dan diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik Ben s Fish Farm. Alasan penetapan nilai probabilitas sebesar 20 persen dan dampak Rp 50 juta,- berdasarkan pengalaman perusahaan, jika melebihi angka tersebut perusahaan bisa merugi karena banyak biaya operasional yang harus ditutupi. Perusahaan Ben s Fish Farm menganggap jika kemungkinan risiko melebihi nilai 20 persen maka risiko tersebut digolongkan ke dalam kuadran 59

dengan probabilitas besar, sedangkan jika kemungkinan terjadinya risiko kurang dari 20 persen maka risiko tersebut digolongkan ke dalam probabilitas kecil. Hal yang sama terjadi pada batasan dampak risiko. Apabila dampak yang ditimbulkan melebihi Rp 50 juta,- tiap bulannya maka dampak ini dianggap perusahaan sangat besar, akan tetapi jika dampak dari suatu risiko masih di bawah Rp 50 juta,- tiap bulannya maka dianggap kecil. Sebelum pemetaan risiko, terlebih dahulu menentukan status dari masing-masing risiko. Status risiko di Ben s Fish Farm dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Status Risiko Produksi dan Pasar di Ben s Fish Farm Tahun 2010 No Sumber Risiko Probabilitas Dampak % kategori Rp (juta) kategori Status Risiko Produksi 1 Penyakit yang menyerang 5 Kecil 2 Kecil 0,1 indukan 2 Penyakit white spot yang 5 Kecil 15 Kecil 0,75 menyerang larva 3 Faktor cuaca 50 Besar 55 Besar 27,5 4 Faktor manusia 20 kecil 2,083 Kecil 0,4166 5 Kerusakan peralatan teknis 1,66 Kecil 2,083 Kecil 0,035 Risiko Pasar 6 Kenaikan harga pakan 0,5 kecil 0,181 Kecil 0,0009 7 Fluktuasi harga jual larva 25 Besar 72 Besar 18 Dari status risiko di atas, akan diketahui mana risiko yang paling besar dan seterusnya sampai yang paling kecil. Status risiko hanya menggambarkan urutan risiko dari yang paling berisiko sampai dengan yang tidak paling berisiko. Sumber risiko produksi yang mempunyai status risiko paling besar di Ben s Fish Farm adalah faktor cuaca yaitu mempunyai nilai 27,5 sedangkan sumber risiko pasar yang tergolong besar yaitu fluktuasi harga jual larva dengan nilai 18. Berdasarkan status risiko, sumber risiko yang mempunyai probabilitas lebih besar dari 20 persen adalah faktor cuaca dan fluktuasi harga jual larva. Sumber risiko yang mempunyai dampak lebih besar dari Rp 50 juta,- juga dari faktor cuaca dan fluktuasi harga jual larva. Hasil pemetaan sumber-sumber risiko yang ada di 60

Ben s Fish Farm dalam kegiatan pembenihan larva ikan bawal air tawar dapat dilihat pada Gambar 15 Probabilitas Besar (%) Besar Kuadran 1 Kuadran 2 1. Faktor Cuaca 2. Fluktuasi Harga Jual larva 20 % Kecil Kuadran 3 1. Penyakit yang menyerang indukan 2. Penyakit white spot yang menyerang larva 3. Kerusakan peralatan teknis 4. Fluktuasi harga pakan 5. Faktor manusia Kuadran 4 1. Kenaikan Harga pakan Kecil Rp 50 Juta,- Besar Dampak (Rp) Gambar 15. Peta Hasil Identifikasi Sumber Risiko di Ben s Fish Farm Tahun 2010 Sumber risiko yang berada di kuadran 2 atau risiko yang dianggap oleh Ben s Fish Farm memiliki kemungkinan terjadinya besar dan dampak yang ditimbulkan jika risiko tersebut terjadi juga besar adalah risiko dari faktor cuaca dan fluktuasi harga jual larva ikan bawal air tawar. Risiko dari faktor cuaca saat ini tidak bisa lagi diramalkan dan peluang terjadinya bisa lebih dari dua kali tiap tahunnya, begitu juga dengan fluktuasi harga jual larva yang cenderung mengikuti faktor cuaca. Sumber risiko yang ada pada kuadran 1 merupakan risiko yang kemungkinan terjadinya besar akan tetapi dampak yang ditimbulkan oleh risiko ini kecil, dalam hal ini tidak teridentifikasi sumber risiko tersebut di Ben s Fish Farm. Sumber risiko yang berada di kuadran 3 merupakan risiko yang kemungkinan terjadinya kecil dan dampak yang ditimbulkan dari risiko ini juga 61

kecil. Menurut hasil identifikasi risiko di Ben s Fish Farm, sumber risiko yang berada di kuadran 3 adalah penyakit yang menyerang indukan, penyakit white spot yang menyerang larva, kerusakan peralatan teknis, fluktuasi harga pakan, dan faktor manusia. Risiko yang berada di kuadran 4 merupakan risiko yang kemungkinan terjadinya kecil dan dampak yang ditimbulkan dari risiko ini besar, dalam identifikasi sumber risiko di Ben s Fish Farm tidak ditemukan sumber risiko di kuadran 4. 6.3. Analisis Probabilitas Risiko Usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar di Ben s Fish Farm sering kali dihadapkan pada kendala yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko. Kemungkinan terjadinya risiko di Ben s Fish Farm dapat dihitung melalui data aktivitas perusahaan selama empat bulan terakhir yaitu data dari bulan April sampai Juli 2010. Perhitungan kemungkinan terjadinya risiko di Ben s Fish Farm merupakan akumulasi dari semua sumber risiko yang teridentifikasi, yang diambil berdasarkan data aktivitas perusahaan selama empat bulan terakhir. Data tersebut dianggap sudah mewakili karena Ben s Fish Farm setiap hari melakukan produksi larva dan siklus produksi pada pembenihan larva ikan bawal air tawar sangat singkat yaitu 5 sampai 10 hari, dan rata-rata setiap bulannya menghasilkan empat siklus produksi. Hasil analisis probabilitas risiko produksi dalam pembenihan larva ikan bawal air tawar di Ben s Fish Farm dapat dilihat pada Tabel 6. 62

Tabel 6. Hasil Analisis Probabilitas Risiko Produksi di Ben s Fish Farm Bulan April-Juli Tahun 2010 Bulan Prduktivas Telur/Ekor Indukan (butir) Larva yang Dihasilkan per Ekor Indukan (ekor) Jumlah Induk Betina yang Dipijah (ekor) Total Produksi Larva (ekor) April 400.000 300.000 120 36.000.000 Mei 350.000 250.000 112 28.000.000 Juni 300.000 170.000 98 16.660.000 Juli 300.000 170.000 104 17.680.000 Total 98.340.000 Rata-rata 24.485.000 Rata-rata/siklus 6.121.250 Standar Deviasi 7944323,445 Coefisien variasi 0,28372584 X 28.000.000 Z 0,429 Nilai pada Tabel Z 0,3336 Probabilitas Risiko 33,36 % Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa rata-rata produksi larva setiap bulannya 24.485.000 ekor dan produksi tiap siklusnya 6.121.250 ekor, jumlah tersebut didapat dari hasil pemijahan 3-4 ekor induk betina tiap siklusnya. Tingkat probabilitas dipengaruhi produksi larva normal yang ditentukan oleh pemilik Ben s Fish Farm yaitu sebesar 28.000.000 ekor larva tiap bulan, atau sekitar 250.000 ekor larva setiap induk betina yang dipijahkan. Berdasarkan nilai X yang telah ditentukan maka kemungkinan terjadi penyimpangan hasil pada tiap kali produksinya sebesar 33,36 persen. Hasil perhitungan nilai z menggunakan metode nilai standar adalah sebesar 0,429 dengan tanda positif menunjukkan bahwa penurunan produksi larva berada di sebelah kanan rata-rata distribusi normalnya. Nilai z sebesar 0,429 pada distribusi normal z menunjukkan angka 0,3336 yang berarti probabilitas produksi larva kurang dari 28.000.000 ekor larva per bulan sebesar 33,36 persen, sedangkan hasil analisis probabilitas risiko pasar dapat dilihat pada Tabel 7. 63

Tabel 7. Hasil Analisis Probabilitas Risiko Pasar dan Penerimaan di Ben s Fish Farm Bulan April-Juli Tahun 2010 Bulan Produksi Larva (ekor) Harga Jual Larva/ekor (Rp) Penerimaan (Rp) April 36.000.000 7 252.000.000 Mei 28.000.000 9 252.000.000 Juni 16.660.000 12 199.920.000 Juli 17.680.000 13 229.840.000 Total 98.340.000 933.760.000 Rata-rata 24.485.000 10,25 233.440.000 Rata-rata/siklus 6.121.250 58.360.000 Standar Deviasi 2,384848 21362921,15 Coefisien Variasi 0,26497 0,8477 X 9 252.000.000 Z -0,52414 0,868 Nilai pada Tabel Z 0,302 0,1922 Probabilitas Risiko 30,20% 19,22% Harga jual larva dari bulan April hingga Juli terlihat sangat berfluktuatif, harga terendah terjadi pada bulan April yang mana pada bulan tersebut larva banyak diproduksi. Namun, memasuki bulan Mei hingga Juli harga larva meningkat dan mencapai harga tertinggi pada bulan Juli yakni Rp 13,- per larva karena indukan sudah memasuki masa istirahat untuk ikan menghasilkan telur dan sperma sehingga larva sedikit diproduksi. Harga larva dalam kondisi normal menurut pemilik perusahaan yaitu Rp 9,- per larva, maka besarnya nilai X yang dipakai yaitu harga pada saat kondisi normal. Hasil analisis probabilitas risiko pasar menunjukkan risiko harga sebesar 30,20 persen, dari perhitungan nilai z diperoleh -0,2414 yang berarti nilai risiko berada di sebelah kiri dari rata-rata distribusi normal, ada kemungkinan sebesar 30,20 persen harga jual larva kurang dari Rp 9,- per ekor. Namun, berdasarkan nilai coefisien variasi, nilai risiko produksi sebesar 28,37 persen, nilai risiko harga sebesar 26,50 persen dan nilai risiko penerimaan sebesar 8,45 persen. Besarnya probabilitas risiko dan nilai risiko pada proses produksi larva ikan bawal air tawar di Ben s Fish Farm disebabkan data produksi yang diambil 64

sebagian besar sudah berada pada musim kemarau yang mana pada musim tersebut induk bawal berada pada fase istirahat berproduksi telur dan sperma. Penyebab lain tingginya nilai probabilitas risiko diakibatkan oleh sumber-sumber risiko yang telah teridentifikasi di Ben s Fish Farm. Dari hasil analisis yang dilakukan, ternyata probabilitas risiko produksi lebih besar dari probabilitas risiko penurunan pendapatan yang dihadapi Ben s Fish Farm. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, penerimaan rata-rata yang diperoleh Ben s Fish Farm tiap bulannya sebesar Rp 233.440.000,- Penerimaan tersebut masih di bawah penerimaan normal yang ditetapkan. Besarnya nilai penerimaan normal dihitung berdasarkan harga dan produksi normal. Harga normal penjualan larva yakni sebesar Rp 9,- per ekor, hasil nilai z yang diperoleh sebesar 0,868 pada tabel distribusi normal menunjukkan angka 0,1922 yang berarti kemungkinan risiko penerimaan Ben s Fish Farm di bawah target Rp 252.000.000,- sebesar 19,22 persen. Besarnya probabilitas risiko pada penerimaan dipengaruhi oleh total produksi larva yang dihasilkan serta fluktuasi harga yang terjadi di pasaran. 6.4. Analisis Dampak Risiko Analisis dampak risiko dari penurunan produksi larva ikan bawal air tawar menunjukkan bahwa Ben s Fish Farm mengalami kerugian apabila berproduksi kurang dari produksi normal yang telah ditetapkan. Target atau produksi normal yang telah ditetapkan Ben s Fish Farm adalah sebesar 28.000.000 ekor larva tiap bulannya. Data produksi bulan April sampai bulan Juli 2010 menunjukkan adanya dua bulan perusahaan berproduksi di bawah target. Adanya data penurunan produktivitas tersebut, maka dapat dihitung besarnya dampak kerugian yang dialami oleh Ben s Fish Farm dengan menggunakan VaR (Value at Risk). Hasil analisis dampak risiko produksi dan penerimaan di Ben s Fish Farm dapat dilihat pada Tabel 8. 65

Tabel 8. Hasil Analisis Dampak Risiko Produksi di Ben s Fish Farm Bulan April-Juli Tahun 2010 Bulan Total Produksi Larva (ekor) Kekurangan Produksi (ekor) Harga Jual Larva (Rp/ekor) Kerugian (Rp) April 36.000.000-7 - Mei 28.000.000-9 - Juni 16.660.000 11.340.000 12 136.080.000 Juli 17.680.000 10.320.000 13 134.160.000 Total 270.240.000 Rata-rata 135.120.000 St.deviasi 960000,00 Z 1,645 VaR 136.236.663 Kekurangan produksi pada bulan Juni dan Juli menyebabkan kerugian Ben s Fish Farm sebesar Rp 270.120.000,-. Kerugian sebesar itu terjadi karena pada bulan Juni dan Juli harga larva ikan bawal air tawar naik di pasaran yaitu berada pada kisaran Rp 12,- dan Rp 13,- per ekor. Kekurangan produksi ini terjadi pada musim kemarau atau pada saat induk bawal berada pada fase istirahat berproduksi. Penggunaan selang kepercayaan 95 persen atau nilai distribusi tabel z pada tingkat 5 persen menunjukkan kerugian Value at Risk yang terjadi pada Ben s Fish Farm sebesar Rp 136.236.663,- Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat kerugian yang ditimbulkan adalah 95 persen kemungkinan tidak akan melebihi Rp 136.236.663,- setiab bulannya. Apabila ada kerugian di atas nilai tersebut maka dinyatakan ada sumber risiko yang lebih besar yang belum teridentifikasi sehingga mempengaruhi terhadap penerimaan perusahaan. Selain menganalisis dampak risiko produksi dan penerimaan, dampak risiko harga juga perlu diperhatikan. Harga jual larva di bawah harga normal yaitu hanya terjadi pada bulan April. Dampak risiko harga dapat dilihat pada Tabel 9. 66

Tabel 9. Analisis Dampak Risiko Pasar Pembenihan Larva Ikan Bawal Air Tawar di Ben s Fish 2010 Bulan Total Produksi Larva (ekor) Harga Jual Larva (Rp/ekor) Kekurang Harga (Rp) Kerugian (Rp) April 36.000.000 7 2 72000000 Mei 28.000.000 9 0 0 Juni 16.660.000 12 - - Juli 17.680.000 13 - - Total 72.000.000 Rata-rata 72.000.000 St.deviasi 0 Z 1,645 VaR 72.000.000 Harga jual larva pada bulan April merupakan harga terendah selama empat bulan terakhir yaitu Rp 7,- per ekor. Terdapat Rp 2,- per ekor selisih dari target harga yang telah ditetapkan sehingga menyebabkan kerugian sebesar Rp 72.000.000,-. Nilai VaR yang didapat juga Rp 72.000.000,- karena peluang harga kurang dari target hanya terdapat pada bulan April. Dampak risiko produksi dan pasar akan berpengaruh terhadap penerimaan total Ben s Fish Farm. Berikut analisis dampak dari risiko penerimaan pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil Analisis Dampak Risiko Penerimaan di Ben s Fish Farm Bulan April-Juli Tahun 2010 Bulan Penerimaan (Rp) Kerugian (Rp) Juni 199.920.000 52.080.000 Juli 229.840.000 22.160.000 Total 74.240.000 Rata-rata 37.120.000 Standar Deviasi 21156634,89 X 252.000.000 Z 1,645 VaR 61.729.200 67

Dari hasil analisis Value at Risk yang dilakukan, ternyata dampak dari risiko penerimaan sebesar Rp 61.729.200,-. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pada selang kepercayaan 95 persen dampak yang ditimbulkan akibat risiko penerimaan tidak melebihi Rp 61.729.200,- setiap bulannya, apabila ada kerugian di atas nilai tersebut maka masih ada sumber risiko lain yang belum teridentifikasi. 6.5. Pemetaan Risiko Produksi, Risiko Pasar dan Risiko Penerimaan Hasil pengukuran probabilitas dan dampak risiko produksi, risiko pasar dan penerimaan akan menunjukkan status risiko pada usaha pembenihan larva bawal air tawar di Ben s Fish Farm. Penentuan nilai status risiko diperoleh dari perkalian antara probabilitas risiko dan dampak dari risiko yang terjadi pada usaha pembenihan larva bawal air tawar. Hasil perhitungan status risiko dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Status Risiko Produksi, Pasar, dan Penerimaan di Ben s Fish Farm Bulan April-Juli 2010 Jenis Risiko Probabilitas (%) Dampak (Rp) Status Risiko Produksi 33,36 136.236.663 45.448.550,78 Pasar 30,20 72.000.000 21.744.000,00 Penerimaan 19,22 61.729.200 11.864.352,24 Penempatan risiko berdasarkan atas perhitungan dari probabilitas dan dampak dari risiko, nilai probabilitas dan dampak risiko akan menjadi faktor penentu posisi dari masing-masing risiko dalam pemetaan. Nilai probabilitas dibatasi oleh nilai 20 persen dan nilai dampak dibatasi oleh nilai Rp 50 juta,-. Nilai batasan ini ditentukan olah perusahaan dan diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik Ben s Fish Farm. Alasan penetapan nilai probabilitas sebesar 20 persen dan dampak Rp 50 juta,- berdasarkan pengalaman perusahaan dalam melakukan usaha pembenihan larva bawal air tawar. Hasil pemetaan risiko dapat dilihat pada Gambar 16. 68

Probabilitas (%) Besar kecil 20 % Kuadran 1 Kuadran 3 Kuadran 2 Risiko Produksi Risiko Pasar Kuadran 4 Penerimaan kecil Rp 50 juta,- Besar Dampak (Rp) Gambar 16. Peta Risiko Produksi, Pasar, dan Penerimaan di Ben s Fish Farm Tahun 2010 Hasil pemetaan ini menunjukkan bahwa risiko yang mempunyai probabilitas di atas 20 persen dan dampak di atas 50 juta,- adalah risiko produksi dan risiko harga, posisi risiko ini berada pada kuadran 2. Risiko penerimaan berada pada kuadran 4 karena probabilitas risiko ini kurang dari 20 persen, namun dampak yang ditimbulkannya di atas 50 juta,-. 6.6. Strategi Penanganan Risiko Besaran nilai probabilitas dan dampak risiko dari analisis yang telah dilakukan pada risiko produksi dan risiko pasar menunjukkan besarnya risiko yang dialami oleh Ben s Fish Farm dalam usaha pembenihan larva bawal air tawar. Dari hasil analisis risiko produksi dan risiko pasar yang telah dilakukan, ternyata besarnya nilai dari masing-masing risiko tersebut mempengaruhi penerimaan perusahaan yang cenderung mengalami kerugian. Menghadapi kerugian dari berbagai sumber risiko pada pembenihan larva ikan bawal air tawar, Ben s Fish Farm dapat mengatasinya dengan berbagai cara, antara lain strategi penghindaran risiko (preventif) dan strategi mengurangi dampak risiko (mitigasi). 6.6.1. Penghindaran Risiko (Preventif) Penghindaran risiko dilakukan apabila untuk menghadapi kejadiankejadian merugikan, sehingga peluang yang disebabkan karena kesalahan selama proses produksi dan pemasaran larva bawal air tawar dapat terhindari. Penerapan 69

strategi penghindaran risiko yang bisa dilakukan oleh Ben s Fish Farm dalam pembenihan larva ikan bawal air tawar diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Pemilihan Indukan yang Berkualitas Induk bawal yang berkualitas adalah induk yang memiliki kelebihan dari induk-induk yang lainnya, salah satunya adalah mampu menghasilkan telur dan sperma dalam jumlah yang banyak serta berkualitas baik. Menurut kepala bagian produksi Ben s Fish Farm indikator telur dan sperma yang dihasilkan dari indukan yang berkualitas adalah memiliki daya tetas di atas 80 persen. Ben s Fish Farm membeli indukan dari berbagai produsen yang ada di pulau Jawa. Induk-induk tersebut jika tidak diseleksi dan dirawat secara intensif akan berpotensi menghasilkan telur dan sperma yang kurang berkualitas. Pemilihan indukan yang berkualitas dapat dilakukan secara manual dengan memeriksa bentuk fisik (tidak ada cacat fisik), bobot serta kesehatan ikan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih induk yaitu : a. Induk betina yang matang gonad terlihat bagian perut yang membesar b. Bentuk tubuh harus normal, c. Induk jantan dan induk betina bukan satu keturunan, d. Induk tersebut harus sudah mencapai umur dewasa, yaitu 4 tahun untuk induk betina dan 3 tahun untuk induk jantan. Dipilihnya induk yang berkualitas baik, diharapkan akan diperoleh benihbenih yang berkualitas baik pula. Selain itu. induk yang berkualitas baik akan menghasilkan telur-telur yang banyak jumlahnya. Bobot indukan yang ideal menurut Ben s Fish Farm adalah 5 kilogram per ekor induk. Hasil seleksi indukan tersebut dipisah berdasarkan kualitasnya, induk yang dianggap berkualitas langsung dipelihara di kolam, sedangkan indukan yang sakit serta tidak memenuhi kriteria langsung dijual atau dikonsumsi. Hal ini merupakan langkah awal dalam memperkecil kemungkinan risiko yang ditimbulkan dalam memproduksi telur dan sperma. 2. Membuat SOP (Standar Operational Procedure) Pemeliharaan larva merupakan kegiatan yang paling penting untuk menghindari risiko gagal produksi di perusahaan Ben s Fish Farm. Kegiatan 70

pemeliharaan larva harus dimulai sejak penetasan telur, sampai larva siap jual. Termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan pengelolaan pakan, pengamatan pertumbuhan larva, pengelolaan kualitas air, pengendalian penyakit dan pemanenan. Semua kegiatan tersebut membutuhkan SOP secara tertulis dari perusahaan agar meminimalisir kesalahan. Setiap kegiatan dibuat SOP yang baku, misalnya SOP untuk pengelolaan pakan yaitu jenis pakan dan jadwal pemberian pakan pada indukan diberikan berdasarkan standar baku yang ditetapkan Ben s Fish Farm, begitu juga untuk SOP produksi larva yaitu jadwal yang ditetapkan untuk penyuntikan yaitu harus pada jam 09:00 pagi, jenis hormon yang digunakan harus ovaprim dengan dosis 1 ml per kilogram berat induk, dan lain sebagainya. Selama ini pemeliharaan larva di Ben s Fish Farm belum mengikuti standar yang baku, masih sering melakukan penyuntikan hormon di atas jam 09:00 dan pemberian pakan induk tidak pada waktu yang dianjurkan yakni tidak pada pagi dan sore hari, selama ini pemberian pakan sering dilakukan tiga kali sehari pada waktu pagi, siang dan sore hari. Membuat SOP (standard operational procedure) yang baku untuk menghindari risiko kematian larva. Adanya SOP yang baku maka risiko penyimpangan terhadap pemeliharaan larva dapat terhindarkan. Penerapan SOP merupakan cara yang paling tepat untuk menangani masalah yang sering timbul pada proses produksi larva, dengan adanya SOP maka setiap kegiatan dalam proses produksi dan pemasaran berdasarkan standar yang telah ditetapkan Ben s Fish Farm. Penerapan SOP akan menghindari penyimpangan-penyimpangan dalam kegiatan produksi dan pemasaran larva ikan bawal air tawar di Ben s Fish Farm. 3. Melengkapi Sarana dan Prasarana Produksi Untuk memproduksi larva ikan bawal air tawar diperlukan beberapa prasarana pokok yang memenuhi persyaratan sesuai dengan sifat-sifat biologis ikan tersebut. Prasarana ini meliputi hatchery, kolam pemeliharaan induk, kolam pendederan, dan kolam pembesaran. Hatchery merupakan suatu bangunan yang biasa digunakan untuk melakukan kegiatan pembenihan, terutama mulai dari pemijahan sampai menghasilkan larva. Fasilitas yang harus dibuat untuk hatchery ikan bawal yaitu: (1) bak penampungan air bersih; (2) bak pemberokan; (3) bak 71

pemijahan; (4) tempat penetasan telur; (5) akuarium pemeliharaan benih; (6) tempat blower (aerator); (7) gudang; (8) kantor; dan (9) listrik. Fasilitas Hatchery yang harus dilengkapi Ben s Fish Farm adalah akuarium pemeliharaan benih larva. Saat ini akuarium yang tersedia di Ben s Fish Farm hanya berjumlah 200 buah, padahal untuk seekor induk yang beratnya 4 kg membutuhkan akuarium sebanyak 30 buah ukuran 60 x 40 x 40 cm atau 20 buah ukuran 80 x 60 x 60 cm. Berdasarkan kapasitas produksi saat ini, maka Ben s Fish Farm seharusnya menambah sebanyak 100 buah akuarium ukuran 80 x 60 x 60 cm untuk pemeliharaan larva. Dalam pembenihan ikan bawal, selain prasarana harus memadai, sarana produksinya pun harus tersedia agar kegiatan produksi dapat berjalan lancar dan target produksi pun dapat tercapai. Sarana produksi pembenihan larva ikan bawal yang harus disediakan meliputi induk jantan dan induk betina, pakan tambahan, pupuk, kapur, hormon perangsang, dan obatobatan. Sarana produksi seperti induk jantan dan betina harus berkualitas baik dan jumlah perbandingan yang sesuai yaitu 1:4, yaitu satu ekor induk betina membutuhkan empat ekor induk jantan. Sarana produksi yang harus dilengkapi oleh Ben s Fish Farm adalah pemberian pakan tambahan. Pakan tambahan ini diberikan pada induk bawal. Pakan akan digunakan oleh ikan untuk sumber energi, memperbaiki sel-sel yang rusak, pertumbuhan, dan perkembangbiakan (reproduksi). Pada tahap pertama pakan akan digunakan untuk energi, terutama pergerakan tubuh. Bila energi sudah cukup, zat makanan akan digunakan untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak. Bila hal ini sudah terpenuhi maka zat makanan akan digunakan untuk membangun tubuh atau pertumbuhan. Kemudian, zat makanan yang masih tersisa baru akan digunakan untuk reproduksi. Jadi, bila menginginkan produksi ikan yang tinggi maka Ben s Fish Farm harus memberikan pakan tambahan yang tersedia setiap saat. Pakan tambahan yang bisa digunakan adalah oncom dan keong, oncom bisa didapat di pasaran dan di pabrik tempe, sedangkan pakan tambahan jenis keong bisa didapat di sawah-sawah sekitar Ben s Fish Farm. 72

4. Mengoptimalkan Manajemen Sumberdaya Manusia dengan Cara Membuat Job Description Sumberdaya manusia merupakan masalah utama yang perlu ditangani secara serius oleh Ben s Fish Farm, karena proses produksi pembenihan larva ikan bawal air tawar sangat rumit dan rentan risiko. Selama ini sering terjadi risiko yang disebabkan oleh kesalahan dalam penyuntikan maupun pemeliharaan larva, walaupun tingkat risiko yang disebabkan sumberdaya manusia tidak terlalu signifikan namun jika tidak ditangani dengan tepat akan dapat mengurangi penerimaan perusahaan. Menghadapi permasalahan yang disebabkan oleh sumberdaya manusia ini, Ben s Fish Farm bisa menerapkan dengan cara membuat job description di setiap tahapan kegiatan untuk menghindari angka kerugian yaitu membuat rincian dan uraian di setiap tahapan kegiatan produksi dan pemasaran sehingga masingmasing tenaga kerja bekerja sesuai bidangnya. Selama ini belum ada job description yang baku pada setiap karyawan di Ben s Fish Farm, karyawan bagian transportasi sering ikut membantu karyawan di bagian produksi, padahal jumlah karyawan bagian produksi tidak mengalami kekurangan. Hal ini terjadi karena setiap karyawan beranggapan lebih baik ikut membantu temannya bekerja daripada beristirahat jika pekerjaan pada bagiannya sudah selesai. Di sisi lain, ini merupakan kelemahan dari sistem kekeluargaan yang diterapkan perusahaan sehingga menyebabkan human eror. Adanya job description maka akan menghindari timbulnya risiko karena masing-masing tenaga kerja bekerja sesuai bidang keahliannya dan bertanggung jawab pada bagiannya yang telah ditetapkan oleh perusahaan. 5. Sistem Kontrak dengan Pemasok Salah satu sumber risiko yang harus ditangani oleh Ben s Fish Farm adalah ketersediaan bahan input. Bahan input seperi pelet, oksigen dan artemia sewaktu-waktu dapat mengalami kelangkaan serta kenaikan harga yang signifikan di pasaran serta akan menghambat proses produksi larva. Melakukan sistem kontrak dengan pemasok bahan baku akan dapat mengurangi risiko ketersediaan bahan baku, dengan kata lain jika Ben s Fish Farm melakukan kontrak setahun ke 73

depan dengan pemasok, maka ketersediaan bahan baku setahun ke depan sudah aman. 6. Kontrak Penjualan larva dengan Pelanggan Sebagai produsen pembenihan larva bawal air tawar di Jawa Barat, sangat memungkinkan bagi Ben s Fish Farm melakukan kontrak penjualan larva dengan para pelanggan. Sistem kontrak dengan pelanggan berisikan perjanjian yang saling mengikat tentang harga, kualitas dan kuantitas, cara pembayaran, pendistribusian, ongkos kirim, dan jangka waktu perjanjian. Sistem kontrak ini akan menguntungkan bagi Ben s Fish Farm maupun konsumennya, karena dengan sistem kontrak ketersediaan benih larva dan risiko kenaikan harga bagi konsumen akan tetap aman, dan bagi Ben s Fish Farm menguragi dampak dari risiko harga maupun risiko produksi. Larva akan habis terjual sebelum umur 10 hari, begitu juga dengan harga jual larva akan tetap stabil selama jangka waktu kontrak. Bentuk-bentuk sistem kontrak yang bisa dilakukan adalah kontrak harga dan larva, konsumen bisa memesan larva untuk beberapa bulan ke depan berdasarkan harga sekarang. Strategi mitigasi dengan melakukan sistem kontrak dengan pelanggan akan mengurangi dampak risiko harga pada saat terjadi penurunan harga secara drastis di pasaran. 7. Pengendalian Penyakit Dalam usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar, adanya serangan penyakit merupakan salah satu kendala yang sering dihadapi oleh Bens s Fish Farm. Kendala inilah yang paling ditakuti karena harapan untuk memperoleh keuntungan yang besar bisa pudar. Pengendalian penyakit yang dimulai sejak dini akan memperkecil dampak kerugian akibat serangan penyakit. Ada dua cara pengendalian penyakit yang bisa dilakukan oleh Ben s Fish Farm, yaitu pencegahan dan pengobatan. Pencegahan merupakan upaya untuk menjaga agar tidak terjadi serangan, sedangkan pengobatan merupakan upaya untuk mengobati ikan-ikan yang sakit agar sembuh. Dari kedua cara tersebut, pencegahan merupakan cara yang paling efektif dibanding pengobatan karena biayanya lebih murah dan tidak ada efek sampingan terhadap ikan. Adapun cara mencegah serangan penyakit yaitu: 74

1. Mengeringkan kolam dan akuarium untuk memotong siklus hidup penyakit Kolam pemeliharaan induk perlu dilakukan pengeringan untuk memotong siklus hidup penyakit, sebaiknya pengeringan kolam dilakukan sebanyak tiga kali setahun. Kolam yang sudah dikeringkan harus dibiarkan kosong selama minimal dua minggu dan pada dasar kolam diberi kapur yang bertujuan untuk menetralkan ph di dasar kolam. Hal ini dilakukan karena selama ini Ben s Fish Farm hanya melakukan pengeringan kolam sebanyak dua kali setahun (Prahasta, 2009). Akuarium sebagai media pemeliharaan larva setiap hari harus selalu dilakukan pencucian dan pengurasan, namun di Ben s Fish Farm akuarium yang selesai di bersihkan langsung digunakan lagi. Hal ini tidak akan memutus secara maksimal sisa-sisa penyakit yang ada pada akuarium tersebut. Harusnya akurium dicuci dan dikeringkan di bawah sinar matahari agar semua bibit jamur dan penyakit mati. 2. Menjaga kondisi lingkungan Kondisi kolam pemeliharaan induk di Ben s Fish Farm berada pada lokasi yang terbuka sehingga pada saat musim kemarau suhu air di dalam kolam berubah menjadi tidak normal, hal ini akan membuat indukan menjadi gampang stres dan lebih berpotensi terserang penyakit. Untuk menjaga lingkungan agar selalu pada kondisi normal, Ben s Fish Farm bisa melakukan penanaman pohon di sekitar kolam supaya pada saat cuaca panas tidak mempengaruhi suhu air dalam kolam. 3. Mengurangi tingkat kepadatan induk di kolam pemeliharaan. Kepadatan indukan dalam kolam harus benar-benar diperhatikan untuk mencegah kontak langsung antar ikan karena akan mempengaruhi tingkat kematangan gonad dan penurunan kadar oksigen dalam air. Saat ini Ben s Fish Farm harus mengurangi tingkat kepadatan induk yang berada pada kolam pemeliharaan yang telah melebihi 200 induk per kolam, seharusnya kepadatan induk dalam kolam pemeliharaan yaitu 4 ekor induk per meter persegi. Kolam yang berukuran 6,5 x 5,5 x 1,5 yang dimiliki Ben s Fish Farm seharusnya hanya menampung sekitar 200 indukan. 75

Berdasarkan hasil penjabaran strategi penanganan risiko dengan cara preventif (menghindari) di atas, maka dapat dipetakan strategi penanganan risiko yang dapat diterapkan oleh Ben s Fish Farm dalam menghindari risiko yang ada. Strategi preventif yang bisa dilakukan oleh Ben s Fish Farm dapat dilihat pada Gambar 17. Probabilitas (%) Kuadran 1 Kuadran 2 1. Pemilihan induk yang berkualitas 2. Membuat SOP (Standar Operational Procedure) 3. Melengkapi Sarana dan prasarana produksi 4. Mengoptimalkan manajemen sumberdaya manusia dengan cara membuat job description 5. Sistem kontrak dengan Pemasok 6. Kontrak penjualan larva dengan pelanggan 7. Pengendalian penyakit Kuadran 3 Kuadran 4 Kecil Besar Dampak (Rp) Gambar 17. Strategi Preventif yang Bisa Dilakukan oleh Ben s Fish Farm Strategi preventif yang bisa dilakukan oleh Ben s Fish Farm untuk menangani kemungkinan terjadinya risiko dirumuskan berdasarkan sumber dan peta risiko yang ada, kuadran yang dapat ditangani secara preventif adalah risiko yang ada di kuadran 1 dan 2, namun strategi preventif pada kuadran 1 tidak dilakukan karena pada kuadran ini tidak ditemukan sumber-sumber risiko. Penghindaran terhadap risiko yang ada pada kuadran 2 adalah penanganan pada 76

kejadian-kejadian dengan probabilitas besar. Penanganan preventif yang bisa dilakukan berupa membuat SOP (Standar Operational Procedure) dan melengkapi sarana dan prasarana produksi, mengoptimalkan sumberdaya manusia dengan cara membuat job description dan sistem kontrak dengan pemasok. Strategi preventif lain yang bisa dilakukan Ben s Fish Farm pada kuadran 2 yaitu pemilihan indukan yang berkualitas, kontrak penjualan larva denga pelanggan, dan pengendalian penyakit yang mana pada kuadran ini merupakan sumber risiko yang mempunyai dampak besar dan probabilitas juga besar. Strategi yang dilakukan secara preventif diharapkan akan menggeser posisi kelompok risiko dari kuadran 1 menuju kuadran 3, dan kelompok risiko yang berada di kuadran 2 menuju kuadran 4 yang mana sumber risiko yang ada menjadi kecil kemungkinan terjadinya. 6.6.2. Mitigasi Risiko Mitigasi risiko adalah strategi penanganan risiko apabila dampak risiko sangat besar, dengan kata lain mitigasi risiko merupakan strategi penanganan risiko yang bisa dilakukan oleh Ben s Fish Farm untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari terjadinya risiko. Satu-satunya cara yang sangat mungkin dilakukan Ben s Fish Farm untuk memperkecil dampak dari risiko faktor cuaca dan fluktuasi harga jual larva yaitu membuat unit bisnis pendederan. Pendederan merupakan usaha lanjutan dari pembenihan larva, pendederan ini dilakukan untuk menghasilkan benih bawal siap tebar pada usaha pembesaran. Input utama dari kegiatan pendederan ini adalah benih larva umur 10-14 hari. Saat ini kapasitas produksi benih larva yang ditangani oleh Bens s Fish Farm tergolong besar yakni rata-rata 28 juta larva tiap bulannya, jika usaha ini mengalami kerugian maka akan berdampak besar terhadap pendapatan perusahaan secara keseluruhan. Ben s Fish Farm bisa mengurangi dampak kerugian dari usaha pembenihan larva jika terjadi penurunan harga jual larva di pasaran yaitu dengan cara membuat unit usaha pendederan bawal air tawar. Harga jual larva rendah yang mencapai Rp 7,- per larva akan membuat Ben s Fish Farm mengalami dampak kerugian yang besar, namun dampak tersebut bisa dikurangi dengan cara sebagian benih larva yang diproduksi di Ben s Fish Farm dijadikan benih siap tebar melalui unit usaha pendederan. Kegiatan 77

pendederan ini juga akan meningkatkan penerimaan perusahaan karena akan mendapatkan nilai tambah dari penjualan benih siap tebar. Untuk mendapatkan benih siap tebar dibutuhkan waktu enam minggu untuk mencapai benih berukuran 2 inci, harga jual benih siap tebar ini Rp 150,- per ekor. Strategi penanganan risiko menggunakan strategi mitigasi yang akan dilakukan oleh Ben s Fish Farm bertujuan untuk mengendalikan risiko-risiko dengan dampak yang besar. Risiko yang mempunyai dampak yang besar dan probabilitas besar berdasarkan status dan pemetaan risiko adalah risiko dari faktor cuaca dan fluktuasi harga jual larva yang terdapat di kuadran 2. Strategi mitigasi yang bisa dilakukan Ben s Fish Farm dapat dilihat pada Gambar 18. Probabilitas (%) Kuadran 1 Kuadran 2 Membuat unit bisnis pendederan Kuadran 3 Kuadran 4 kecil Besar Dampak (Rp) Gambar 18. Strategi Mitigasi Risiko yang Bisa Dilakukan oleh Ben s Fish Farm Strategi mitigasi pada kuadran 2 yang mana sumber risiko berupa faktor cuaca dan fluktuasi harga jual larva yang memiliki dampak dan probabilitas yang besar. Ben s Fish Farm dapat mengendalikan risiko ini dengan cara membuat unit usaha pendederan. Penanganan secara mitigasi ini akan menggeser posisi risiko yang ada di kuadran 2 ke kuadran 1 yang mana dampak yang ditimbulkan dari risiko ini menjadi kecil, Strategi mitigasi pada kuadran 4 tidak dilakukan karena tidak ada sumber risiko yang teridentifikasi yang posisinya berada pada kuadran tersebut. 78