Analisis sifat fisikokimia minyak dan hasil pemurnian. R C OH + NaOH R C ONa + H 2 O Asam Lemak Bebas Kaustik Soda Sabun Air

dokumen-dokumen yang mirip
Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel. 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI )

Lampiran 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

III. METODE PENELITIAN

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

a. Kadar Air (SNI) ), Metode Oven b. Kadar Abu (SNI ), Abu Total

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisiko kimia tanah pemucat bekas. 1. Kadar Air (SNI )

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN A. Prosedur pembuatan larutan dalam penelitian pemanfaatan minyak goreng bekas. labu takar 250 ml x 0,056 = 14 gram maka

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

LAMPIRAN. o C dan dinginkan lalu ditimbang. Labu lemak yang akan digunakan

III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

tak dengan oksigen dalam udara. Semakin tinggi kecepatan dan lama sentrifugasi terhadap minyak kelapa murni maka akan lebih mudah teroksidasi.

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

Lampiran 1. Prosedur Analisis Proksimat Biji Jarak Pagar 100%

BABffl METODOLOGIPENELITIAN

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

LAMPIRANA DIAGRAM ALIR METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN. 1. Analisis Mutu Minyak Sawit Kasar. 2. Pengukuran Densitas Minyak Sawit Kasar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Yijk=^ + ai + )3j + (ap)ij + Iijk. Dimana:

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Teknologi Hasil

Desikator Neraca analitik 4 desimal

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

Penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step)

P FORTIFIKASI KEJU COTTAGE

A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP)

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

III. BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu :

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di

METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli September 2013 bertempat di

Lampiran 1. Prosedur Analisis Biji Jarak Pagar

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah :

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN 1 PROSEDUR ANALISIS

III. METODE PENELITIAN

Penentuan Sifat Minyak dan Lemak. Angka penyabunan Angka Iod Angka Reichert-Meissl Angka ester Angka Polenske Titik cair BJ Indeks bias

IV. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1 Formulir organoleptik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Lampiran 1 Prosedur Analisis Metil Ester Stearin

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

Standard of Operation Procedure (SOP) Kegiatan : Good Development Practice Sub Kegiatan : Metoda Pengujian Kualitas Minyak Nilam

4 Pembahasan Degumming

III. METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958)

Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) selama 1 menit dan didiamkan selama 30 menit. diuapkan dengan evaporator menjadi 1 L.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

III. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur analisa proksimat serbuk daun dan ranting jarak pagar kering. diulangi hingga diperoleh bobot tetap.

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

Lapiran 1. Proses despicing minyak goreng bekas. Minyak Goreng Bekas. ( air : minyak =1:1) Pencampuran. Pemanasan Sampai air tinggal setengah

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

Transkripsi:

LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis sifat fisikokimia minyak dan hasil pemurnian 1. Kadar Asam Lemak Bebas dan Bilangan Asam (SNI 01-3555-1998) Prinsip : Kadar asam lemak bebas merupakan%tase jumlah asam lemak bebas yang terdapat didalam minyak, dihitung berdasarkan berat molekul asam lemak dominan yang terdapat didalam minyak atau lemak dengan menyabunkan asam lemak bebas dengan alkali yang ditambahkan. Reaksi : O O R C OH + NaOH R C ONa + H 2 O Asam Lemak Bebas Kaustik Soda Sabun Air Prosedur : Sampel ditimbang sebanyak 2-5 gram kedalam erlenmeyer 250 ml. Ditambahkan 50 ml etanol 95% netral. Larutan ini kemudian ditambahkan 3-5 tetes indikator PP dan dititrasi dengan larutan standar NaOH 0,1 N hingga warna merah muda tetap (tidak berubah selama 15 detik). Perhitungan : Kadar Asam Lemak Bebas = Bilangan Asam = ml NaOH x N NaOH x 282 10 x gr sampel ml NaOH x N NaOH x 40 gr sampel x 100% Keterangan : 40 = bobot molekul NaOH 282 = bobot molekul asam lemak dominan (asam oleat) 2. Bilangan Penyabunan (SNI 01-3555-1998) Prinsip : Asam lemak terikat (trigliserida) dan asam lemak bebas (FFA) bereaksi dengan basa (NaOH/KOH) membentuk sabun, gliserol, dan air. H 2 C OH O H C OH + R C OK + H 2 O + KOH sisa H 2 C OH Trigliserida Alkali Gliserol Sabun Air O O R C OH + KOH R C OK + H 2 O Asam Lemak Bebas Alkali Sabun Air KOH sisa + HCl NaCl + H 2 O

Prosedur : Sampel minyak ditimbang sebanyak 2 gram dengan ketelitian 0,0001 gram dan dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml. Ditambahkan 25 ml larutan KOH 0,5 N dalam etanol 95% yang dibuat dari 40 gram KOH dalam 1 liter alkohol dengan menggunakan pipet. Erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin tegak dan dididihkan diatas penangas air atau pemanas listrik selama satu jam. Larutan ini kemudian ditambahkan 3-5 tetes indikator PP dan dititrasi dengan larutan standar HCl 0,5 N sehingga warna indikator berubah menjadi tidak berwarna. Dengan cara yang sama dilakukan pula penetapan blanko. Perhitungan : (V 0 V 1 ) x N HCl x 56,1 Bilangan Penyabunan = gr sampel Keterangan : V 0 = volume HCl 0,5 N yang diperlukan pada titrasi blanko (dalam ml) V 1 = volume HCl 0,5 N yang diperlukan pada titrasi contoh (dalam ml) 56,1 = bobot molekul KOH 3. Bilangan Tak Tersabunkan Prinsip : Senyawa senyawa yang larut dalam minyak yang tidak dapat disabunkan dengan soda alkali. Prosedur : Sampel minyak yang telah diaduk ditimbang sebanyak 5 gram didalam erlenmeyer 250 ml. Ditambahkan 30 ml alkohol 95% dan larutan KOH 50%. Erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin tegak dan dididihkan diatas penangas air atau pemanas listrik selama satu jam sampai tersabunkan secara sempurna. Sabun yang terbentuk dipindahkan kedalam labu ekstraksi, kemudian dibilas dengan alkohol sampai batas 40 ml, lalu dibilas dengan air panas dan air dingin sampai volume seluruhnya 80 ml. Botol bekas penyabunan dicuci dengan sedikit petroleum eter dan dikembalikan kedalam labu ekstraksi. Labu dengan isinya didinginkan sampai suhu kamar (20 25 C), lalu ditambahkan 50 ml petroleum eter. Labu ditutup kemudian dikocok selama 1 menit, sambil mengeluarkan gas yang terbentuk selama pengocokan. Selanjutnya labu tersebut didiamkan sampai terbentuk 2 lapis cairan. Lapisan petroleum eter dialirkan dan ditampung dalam corong pemisah 500 ml. Ekstraksi diulangi dengan 50 ml petroleum eter sampai sedikitnya 6 kali sambil dikocok pada setiap kali ekstraksi. Gabungan ekstrak ini dicuci 3 kali didalam corong pemisah masing masing dengan 25 ml alkohol 10% sambil dikocok. Setelah pencucian, lapisan alkohol ini dibuang dengan hati hati sehingga lapisan petroleum eter tidak ada yang ikut terbuang. Ekstrak eter dipindahkan kedalam gelas piala, dan diuapkan sampai kering diatas penangas air. Pengeringan sebaiknya dilakukan di oven hampa udara pada suhu 75 80 C. Kemudian didinginkan didalam desikator dan ditimbang. Kemudian, ampas (residu) ini dilarutkan dalam 50 ml alkohol 95% yang hangat (50 C) dan mengandung indikator PP. Selanjutnya dititrasi dengan larutan NaOH 0,02 N sampai terbentuk warna merah jambu. Bobot asam lemak didalam ekstrak (gram) = jumlah mililiter NaOH 0,02 N x 0,056. Perhitungan : (Br Ba) x 100% Bahan tak tersabunkan = B

Keterangan : Br = Bobot residu (gram) Ba = Bobot asam lemak (gram) B = Bobot contoh (gram) 0,056 = BM NaOH 1000 4. Viskositas (Brookfield Viscosimeter) Prinsip : Nilai viskositas suatu bahan berbanding terbalik dengan kecepatan perputaran (rotasi) dan dapat diukur dengan menggunakan alat Brookfield Viscosimeter. Prosedur : Sampel yang akan diuji didinginkan sampai mencapai suhu ruang (suhunya tetap selama ± 15 menit). Sampel minyak yang akan diukur viskositasnya ditempatkan dalam wadah atau gelas piala. Kemudian spindel dicelupkan kedalam larutan hingga batas yang telah ditentukan dan alat dihidupkan selama 5 menit dengan rpm tertentu. Viskositas dari sampel dapat dibaca dari angka yang ditunjukkan oleh jarum skala pada alat. Pembacaan pada alat diusahakan berkisar 10-100 dengan cara mengatur spindel dan kecepatan yang digunakan pada alat. Nilai viskositas diperoleh dari perkalian antara nilai pembacaan pada alat dengan bilangan tertentu (faktor) tergantung dari nomor spindel dan rpm yang dipergunakan. Spindel yang digunakan adalah spindel nomor 1 dan rpm 30, maka faktor perkalian = 2. Nilai viskositas dalam satuan cp. 5. Berat jenis Metode Piknometer (AOAC, 1995) Prinsip : Menentukan massa contoh tanpa udara pada suhu dan volume tertentu dimbandingkan dengan massa aquades pada suhu dan volume yang sama. Prosedur : Piknometer dicuci dengan air kemudian dengan etanol dan dietil eter kemudian dikeringkan dengan oven. Piknometer ditimbang (m) kemudian diisi dengan aqudes yang telah dididihkan dan bersuhu tepat 20 C dihindari adanya gelembung gelembung udara dan permukaan air diatus sampai penuh atau tanda tera. Piknometer dimasukkan kedalam penangas air pada suhu 20 C selama 30 menit. Suhu penangas air diperiksa dengan termometer. Apabila terdapat air dibagian luar dikeringkan sampai betul betul kering. Piknometer yang berisi aquades ditimbang (m 1 ). Piknometer dikosongkan dan dicuci dengan etanol dan dietil eter kemudian dikeringkan. Piknometer diisi dengan bahan yang akan diukur bobot jenisnya dan dihindari terjadinya gelembung udara. Permukaan bahan diatur sampai tanda tera kemudian ditimbang (m 2 ). Perhitungan : (m 2 m) Berat jenis = (gr/ml) (m 1 m) Keterangan : m = Bobot piknometer (gram) m 1 = Bobot piknometer berisi aquades (gram) m 2 = Bobot piknometer berisi minyak (gram)

6. Kadar Air dan Sedimen (ASTM D 1160) Prinsip : Perbedaan berat jenis antara air, minyak, dan kotoran, sehingga akan terpisah dengan putaran tinggi. Prosedur : Suhu dijaga pada kisaran 21-32. tabung sentrifugasi diisi sampai 100 ml dan ditandai dengan sampel yang tercampur dengan baik langsung dari wadah sampel stopper dan ditempatkan dalam trunnion cup berlawanan dengan tabung bersisi lainnya agar kondisinya seimbang. Sampel disentrifugasi selama 10 menit (antara 500 sampai 800 ref). Sedimen dan air didasar tabung diukur. Perhitungan : Berat air dan sedimen % air dan sedimen = x 100% Berat total 7. Kadar Abu (AOAC, 1995) Prinsip : Abu merupakan komponen non volatil pada proses pengabuan yang dapat menunjukkan jumlah mineral yang terkandung si dalam sampel. Prosedur : Sampel ditimbang sebanyak 5-10 gram di dalam cawan perselin yang sebelumnya telah dikeringkan dan ditimbang berat kosongnya. Cawan dipanaskan diatas penangas listrik (200 C) dan diabukan didalam tanur (550 C) selama 1 jam. Hasil pengabuan didinginkan didalam desikator, kemudian cawan beserta abu ditimbang beratnya sampai bobot konstan. Perhitungan : Berat akhir Berat cawan kosong Kadar Abu (%) = x 100% Berat awal Berat cawan kosong 8. Bilangan Iod Prinsip : Banyaknya jumlah Iodium (mg) yang diserap oleh 100 g sampel. Bilangan iod ini menunjukkan banyaknya asam-asam lemak tak jenuh baik dalam bentuk bebas maupun dalam bentuk terikat disebabkan sifat asam lemak tak jenuh yang sangat mudah menyerap iodium. I I 2exces I 2sisa I 2sisa Prosedur : Timbang contoh minyak dengan teliti sebanyak 0,25 g, dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer bertutup. Larutkan dengan 15 ml karbon tetra klorida. Tambahkan 25 ml larutan wijs dan simpan selama 30 menit dalam tempat atau kamar gelap. Tambahkan 10 ml larutan KI 30% dan 100 ml air, segera labu ditutup. Kemudian titrasi dengan larutan baku tiosulfat dan sebagai

indikator pergunakan larutan kanji. Ulangi cara kerja di atas tanpa menggunakan contoh minyak (penetapan blangko). Perhitungan : V V 1 x N x 12,69 Bilangan Iod = W di mana : V 1 = ml larutan baku natrium tiosulfat untuk penitaran contoh V = ml larutan baku natrium tiosulfat untuk penitaran blangko W = bobot contoh minyak N = normalitas larutan baku Na 2 S 2 O 7 9. Bilangan Peroksida (SNI 01-3555-1998) Prinsip : Bilangan peroksida ditentukan berdasarkan pengukuran sejumlah iod yang dibebaskan dari KI melalui reaksi oksidasi oleh peroksida pada suhu ruang didalam medium asam asetat khloroform. Prosedur: Timbang 0,3-5 g contoh minyak dengan teliti dalam sebuah labu Erlenmeyer 300 ml. Tambahkan 10 ml kloroform dan larutkan contohdengan cara menggoyangkan erlenmeyer dengan kuat. Larutan ditambahkan 15 ml asam asetat glasial dan 1 ml larutan KI jenuh. Erlenmeyer segera ditutup dan dikocok kira kira 5 menit di tempat gelap pada suhu 15 25 o C. Larutan ditambahkan 75 ml air suling dan dikocok dengan kuat kemudian dititrasi dengan 0,02 N larutan natrium tiosulfat dengan larutan kanji sebagai indikator. Ulangi cara kerja di atas untuk penetapan blangko. Perhitungan : V V 1 x N x 1000 Bilangan Peroksida (mg/kg) = W dimana : V 1 = ml larutan baku natrium tiosulfat untuk penitaran blangko V = ml larutan baku natrium tiosulfat untuk penitaran contoh N = normalitas larutan baku Na 2 S 2 O 3, W = bobot contoh minyak.

Lampiran 2. Diagram alir degumming dan netralisasi Minyak Kasar Pemanasan (70 C) H 2 PO 4 20% Pengadukan (25 menit) Air 60 C Pencucian hingga netral Fosfolipid / Gum Pemanasan Air Minyak Degumming Pemanasan (70 C) NaOH Pengadukan (15 menit) Air 60 C Pencucian hingga netral Gum, ALB, pigmen Pemanasan Air Minyak Hasil Pemurnian

Lampiran 3. Neraca masa proses pemurnian minyak nyamplung Minyak Nyamplung Kasar : 1000 g Air : 1500 g H 3 PO 4 : 0,5 g NaOH : 40 g Proses Pemurnian Gum Sabun Air : 30,5 g : 510 g : 1400 g Minyak Nyamplung Murni : 600 g

Lampiran 4. Contoh perhitungan penentuan kebutuhan NaOH dalam netralisasi Jumlah contoh = 880 gram Jumlah asam lemak bebas (contoh FFA sebesar 20%) = 20/100 x 880 = 176 gram Jumlah NaOH untuk menetralkan 1 kg asam lemak bebas (sebagai asam oleat) : = 0,142 kg NaOH = 142 gram NaOH Jumlah NaOH untuk menetralkan 176 gram (sebagai asam oleat) : Asam lemak bebas : = 176 / 1000 x 142 = 24,992 gram Ekses NaOH 0,15% = 0,15/100 x 880 = 1,32 gram Total NaOH = 24,992 gram + 1,32 gram = 26,312 gram NaOH 14 Be = 10,4 gram NaOH / 100 ml aquades Larutan NaOH Be yang diperlukan untuk menetralkan 26,312 gram asam lemak bebas (sebagai asam oleat) : = 26,312 / 10,4 x 100 = 253 ml NaOH 16 Be = 12,3 gram NaOH / 100 ml aquades Larutan NaOH Be yang diperlukan untuk menetralkan 26,312 gram asam lemak bebas (sebagai asam oleat) : = 26,312 / 12,3 x 100 = 213,92 ml NaOH 18 Be = 14,4 gram NaOH / 100 ml aquades Larutan NaOH Be yang diperlukan untuk menetralkan 26,312 gram asam lemak bebas (sebagai asam oleat) : = 26,312 / 14,4 x 100 = 182,72 ml

Lampiran 5. Tabel densitas dan konsentrasi kaustik soda dalam Be Be Twaddell sp gr Berat 1 gal (lb) Kaustic Soda (NaOH) (% wt) (g/100 ml) (lb/gal) 1 1,4 1,007 8,40 0,60 0,60 0,05 2 2,8 1,014 8,45 1,22 1,23 0,10 3 4,2 1,021 8,51 1,86 1,90 0,16 4 5,6 1,028 8,57 2,50 2,57 0,21 5 7,2 1,036 8,64 3,15 3,26 0,27 6 8,6 1,043 8,70 3,81 3,97 0,32 7 10,2 1,051 8,76 4,50 4,73 0,39 8 11,6 1,058 8,82 5,18 5,60 0,46 9 13,2 1,066 8,89 5,88 6,26 0,52 10 14,8 1,074 8,95 6,60 7,02 0,59 11 16,4 1,082 9,02 7,31 7,90 0,66 12 18,0 1,090 9,09 8,05 8,70 0,73 13 19,6 1,099 9,15 8,79 9,64 0,80 14 21,4 1,107 9,23 9,54 10,40 0,88 15 23,0 1,115 9,30 10,30 11,40 0,96 16 24,8 1,124 9,37 11,09 12,30 1,04 17 26,6 1,133 9,45 11,88 13,40 1,12 18 28,4 1,142 9,52 12,69 14,40 1,21 19 30,2 1,151 9,60 13,51 15,49 1,30 20 32,0 1,160 9,67 14,33 16,70 1,39 21 33,8 1,169 9,75 15,17 17,66 1,48 22 35,8 1,179 9,83 16,02 18,50 1,57 23 37,8 1,189 9,91 16,89 20,00 1,69 24 39,7 1,198 9,99 17,78 21,10 1,78 25 41,7 1,208 10,07 18,68 22,50 1,88 (Andersen, 1962) Bé = 145 (145/sp gr) Berat jenis (sp gr) = 145/(145 - Bé) weight of 1 gal (lb) = sp gr x a % wt = = (sp gr - b ) x BM ( x 100) x sp gr 56 g NaOH/100 ml air = % wt x sp gr N NaOH = g NaOH/100 ml air x 10 BM Keterangan : Berdasarkan air di a = 8,329 / gal Berdasarkan air di b = 0,998 (g / cm 3 )

Lampiran 6. Hasil uji rangking perlakuan Perlakuan Parameter Nilai Kepentingan Bobot D1N1 D2N1 D1N2 D2N2 D1N3 D2N3 N B N B N B N B N B N B Rendemen 5 0,167 6 1,000 5 0,833 4 0,667 3 0,500 2 0,333 1 0,167 Bilangan Asam 5 0,167 1 0,167 2 0,333 3 0,500 4 0,667 5 0,833 5 0,833 Bilangan Penyabunan 3 0,100 4 0,400 4 0,400 4 0,400 4 0,400 3 0,300 3 0,300 Bilangan Iod 2 0,067 4 0,267 4 0,267 4 0,267 4 0,267 5 0,333 5 0,333 Bilangan Peroksida 2 0,067 1 0,067 2 0,133 3 0,200 4 0,267 5 0,333 6 0,400 Berat jenis 4 0,133 3 0,400 3 0,400 4 0,533 3 0,400 4 0,533 3 0,400 Kadar Abu 4 0,133 1 0,133 2 0,267 3 0,400 4 0,533 5 0,667 6 0,800 Viskositas 5 0,167 1 0,167 2 0,333 3 0,500 4 0,667 5 0,833 5 0,833 Jumlah 30 1 2,600 2,967 3,467 3,700 4,167 4,067

Lampiran 7. Jenis tanaman yang menghasilkan bahan bakar nabati

Keterangan: DM = dapat dimakan; TDM = tidak dapat dimakan. Sumber: Sugiyono (2006)

Lampiran 8. Data rata rata rendemen, hasil analisis keragaman, dan uji lanjut Duncan dengan α = 0,05 A. Data Rata Rata Rendemen Kelompok Dosis / Konsentrasi NaOH 14 Be NaOH 16 Be NaOH 18 Be Blok 1 asam fosfat 0,2% 65 65,85 63,2 asam fosfat 0,3% 65,89 63,4 62,8 Blok 2 asam fosfat 0,2% 38 35,12 33,2 asam fosfat 0,3% 37,5 34,97 33,06 B. Analisa Sidik Ragam Source DF SS MS F Value Pr > F F Table Keputusan Model 6 0,4812 0,0802 244,29 <,0001 5,14325 Sangat nyata Error 5 0,0016 0,0003 Total 11 0,4829 Source DF Type I SS MS F Value Pr > F Keputusan degumming 1 0,000075 0,000075 0,23 0,6529 Tidak nyata netralisasi 2 0,005017 0,002508 7,64 0,0302 Sangat nyata degumm*netralis 2 0,000150 0,000075 0,23 0,8037 Tidak nyata Blok 1 0,476008 0,476008 1449,77 <,0001 Sangat nyata C. Hasil Uji Lanjut Duncan Duncan Grouping Mean Netralisasi A 2,66000 N1 B A 2,63250 N2 B 2,61000 N3 Duncan Grouping Mean Blok A 2,83333 1 B 2,43500 2

Lampiran 9. Data rata rata bilangan asam, hasil analisis keragaman, dan uji lanjut Duncan dengan α = 0,05 A. Data Rata Rata Bilangan Asam Kelompok Dosis / Konsentrasi NaOH 14 Be NaOH 16 Be NaOH 18 Be Blok 1 asam fosfat 0,2% 0,45 0,36 0,23 asam fosfat 0,3% 0,45 0,36 0,14 Blok 2 asam fosfat 0,2% 1,79 1,25 0,54 asam fosfat 0,3% 1,79 1,25 0,45 B. Analisa Sidik Ragam Source DF SS MS F Value Pr > F F Table Keputusan Model 6 0,101250 0,0169 47,54 0,0003 5,14325 Sangat nyata Error 5 0,001775 0,0003 Total 11 0,103025 Source DF Type I SS MS F Value Pr > F Keputusan degumming 1 0,000408 0,0004083 1,15 0,3325 Tidak nyata netralisasi 2 0,036950 0,0184750 52,04 0,0004 Sangat nyata degumm*netralis 2 0,000817 0,0004083 1,15 0,3882 Tidak nyata Blok 1 0,063075 0,0630750 177,68 <,0001 Sangat nyata C. Hasil Uji Lanjut Duncan Duncan Grouping Mean Netralisasi A 0,99500 N1 B 0,95500 N2 C 0,86250 N3 Duncan Grouping Mean Blok A 1,01000 2 B 0,86500 1

Lampiran 10. Data rata rata kadar asam lemak bebas, hasil analisis keragaman, dan uji lanjut Duncan dengan α = 0,05 A. Data Rata Rata Kadar Asam Lemak Bebas Kelompok Dosis / Konsentrasi NaOH 14 Be NaOH 16 Be NaOH 18 Be Blok 1 asam fosfat 0,2% 0,32 0,25 0,16 asam fosfat 0,3% 0,32 0,25 0,10 Blok 2 asam fosfat 0,2% 1,26 0,88 0,38 asam fosfat 0,3% 1,26 0,88 0,32 B. Analisa Sidik Ragam Source DF SS MS F Value Pr > F F Table Keputusan Model 6 0,089533 0,0149 54,59 0,0002 5,143249 Sangat nyata Error 5 0,001367 0,0003 Total 11 0,090900 Source DF Type I SS MS F Value Pr > F Keputusan degumming 1 0,000300 0,000300 1,10 0,3428 Tidak nyata netralisasi 2 0,032600 0,016300 59,63 0,0003 Sangat nyata degumm*netralis 2 0,000600 0,000300 1,10 0,4026 Tidak nyata Blok 1 0,056033 0,056033 205,00 <,0001 Sangat nyata C. Hasil Uji Lanjut Duncan Duncan Grouping Mean Netralisasi A 0,95000 N1 B 0,91000 N2 C 0,82500 N3 Duncan Grouping Mean Blok A 0,963333 2 B 0,826667 1

Lampiran 11. Data rata rata bilangan penyabunan, hasil analisis keragaman, dan uji lanjut Duncan dengan α = 0,05 A. Data Rata Rata Bilangan Penyabunan Kelompok Dosis / Konsentrasi NaOH 14 Be NaOH 16 Be NaOH 18 Be Blok 1 asam fosfat 0,2% 177,08 173,77 174,93 asam fosfat 0,3% 178,73 177,08 172,94 Blok 2 asam fosfat 0,2% 170,46 172,11 164,67 asam fosfat 0,3% 173,36 172,11 162,20 B. Analisa Sidik Ragam Source DF SS MS F Value Pr > F F Table Keputusan Model 6 0,007150 0,0012 6,33 0,0306 5,14325 Sangat nyata Error 5 0,000942 0,0002 Total 11 0,008092 Source DF Type I SS MS F Value Pr > F Keputusan degumming 1 0,000075 0,000075 0,40 0,5557 Tidak nyata netralisasi 2 0,002317 0,001158 6,15 0,0449 Sangat nyata Degumm*netralis 2 0,000350 0,000175 0,93 0,4538 Tidak nyata Blok 1 0,000075 0,000075 0,40 0,5557 Sangat nyata C. Hasil Uji Lanjut Duncan Duncan Grouping Mean Netralisasi A 3,637500 N1 A 3,630000 N2 B 3,605000 N3 Duncan Grouping Mean Blok A 3,643333 1 B 3,605000 2

Lampiran 12. Data rata rata bilangan iod minyak nyamplung dan hasil analisis keragaman dengan α = 0,05 A. Data Rata Rata Bilangan Iod Kelompok Dosis / Konsentrasi NaOH 14 Be NaOH 16 Be NaOH 18 Be Blok 1 asam fosfat 0,2% 88,83 85,53 89,97 asam fosfat 0,3% 88,83 83,75 88,83 Blok 2 asam fosfat 0,2% 81,47 88,58 90,35 asam fosfat 0,3% 79,69 90,10 90,86 B. Analisa Sidik Ragam Source DF SS MS F Value Pr > F F Table Keputusan Model 6 0,000483 0,0001 0,54 0,7608 5,14325 Tidak nyata Error 5 0,000742 0,0002 Total 11 0,001225 Source DF Type I SS MS F Value Pr > F Keputusan degumming 1 0,000008 0,000008 0,06 0,8220 Tidak nyata netralisasi 2 0,000450 0,000225 1,52 0,3056 Tidak nyata degumm*netralis 2 0,000017 0,000008 0,06 0,9460 Tidak nyata Blok 1 0,000008 0,000008 0,06 0,8220 Tidak nyata

Lampiran 13. Data rata rata bilangan peroksida, hasil analisis keragaman, dan uji lanjut Duncan dengan α = 0,05 A. Data Rata Rata Bilangan Peroksida Kelompok Dosis / Konsentrasi NaOH 14 Be NaOH 16 Be NaOH 18 Be Blok 1 asam fosfat 0,2% 13,00 11,00 7,00 asam fosfat 0,3% 12,00 11,00 7,00 Blok 2 asam fosfat 0,2% 22,50 14,50 10,00 asam fosfat 0,3% 21,00 13,00 7,75 B. Analisa Sidik Ragam Source DF SS MS F Value Pr > F F Table Keputusan Model 6 4,517850 0,7530 8,48 0,0165 5,14325 Sangat nyata Error 5 0,443842 0,0888 Total 11 4,961692 Source DF Type I SS MS F Value Pr > F Keputusan degumming 1 0,000075 0,000075 0,40 0,5557 Tidak nyata Netralisasi 2 0,002317 0,001158 6,15 0,0449 Sangat nyata degumm*netralis 2 0,000350 0,000175 0,93 0,4538 Tidak nyata Blok 1 0,004408 0,004408 23,41 0,0047 Sangat nyata C. Hasil Uji Lanjut Duncan Duncan Grouping Mean Netralisasi A 4,0975 N1 B 3,5150 N2 C 2,8100 N3 Duncan Grouping Mean Blok A 3,7800 2 B 3,1683 1

Lampiran 14. Data rata rata berat jenis, hasil analisis keragaman, dan uji lanjut Duncan dengan α = 0,05 A. Data Rata Rata Bilangan Berat jenis Kelompok Dosis / Konsentrasi NaOH 14 Be NaOH 16 Be NaOH 18 Be Blok 1 asam fosfat 0,2% 0,93 0,92 0,93 asam fosfat 0,3% 0,93 0,94 0,92 Blok 2 asam fosfat 0,2% 0,90 0,90 0,91 asam fosfat 0,3% 0,915 0,90 0,90 B. Analisa Sidik Ragam Source DF SS MS F Value Pr > F F Table Keputusan Model 6 0,002117 0,0003 10,08 0,0113 5,14325 Sangat nyata Error 5 0,000175 0,0004 Total 11 0,002292 Source DF Type I SS MS F Value Pr > F Keputusan degumming 1 0,000008 0,000008 0,24 0,6462 Tidak nyata netralisasi 2 0,000017 0,000008 0,24 0,7966 Tidak nyata degumm*netralis 2 0,000217 0,000108 3,10 0,1334 Tidak nyata Blok 1 0,001875 0,001875 53,57 0,0007 Sangat nyata C. Hasil Uji Lanjut Duncan Duncan Grouping Mean Blok A 0,928333 1 B 0,923333 2

Lampiran 15. Data rata rata kadar abu, hasil analisis keragaman, dan uji lanjut Duncan dengan α = 0,05 A. Data Rata Rata Kadar Abu Kelompok Dosis / Konsentrasi NaOH 14 Be NaOH 16 Be NaOH 18 Be Blok 1 asam fosfat 0,2% 0,015 0,010 0,003 asam fosfat 0,3% 0,014 0,008 0,002 Blok 2 asam fosfat 0,2% 0,042 0,023 0,014 asam fosfat 0,3% 0,031 0,020 0,008 B. Analisa Sidik Ragam Source DF SS MS F Value Pr > F F Table Keputusan Model 6 0,044150 0,0074 39,07 0,0005 5,14325 Sangat nyata Error 5 0,000942 0,0002 Total 11 0,045092 Source DF Type I SS MS F Value Pr > F Keputusan degumming 1 0,001408 0,001408 7,48 0,0411 Sangat nyata netralisasi 2 0,022467 0,011233 59,65 0,0003 Sangat nyata degumm*netralis 2 0,000267 0,000133 0,71 0,5361 Tidak nyata Blok 1 0,020008 0,020008 106,24 0,0001 Sangat nyata C. Hasil Uji Lanjut Duncan Duncan Grouping Mean Degumming A 0,5850 D1 B 0,5633 D2 Duncan Grouping Mean Blok A 0,6150 2 B 0,5333 1 Duncan Grouping Mean Netralisasi A 0,622500 N1 B 0,582500 N2 C 0,517500 N3

Lampiran 16. Data rata rata viskositas, hasil analisis keragaman, dan uji lanjut Duncan dengan α = 0,05 A. Data Rata Rata Viskositas pada Suhu 30 C Kelompok Dosis / Konsentrasi NaOH 14 Be NaOH 16 Be NaOH 18 Be Blok 1 asam fosfat 0,2% 43,5 35 32,5 asam fosfat 0,3% 37 35 29 Blok 2 asam fosfat 0,2% 39 34,5 30 asam fosfat 0,3% 37 33,5 29 B. Analisa Sidik Ragam Source DF SS MS F Value Pr > F F Table Keputusan Model 6 192,1667 32,028 20,66 0,0022 5,14325 Sangat nyata Error 5 7,750000 1,5500 Total 11 199,9167 Source DF Type I SS MS F Value Pr > F Keputusan degumming 1 16,33333 16,33333 10,54 0,0228 Sangat nyata netralisasi 2 162,0417 81,02083 52,27 0,0004 Sangat nyata degumm*netralis 2 7,041667 3,520833 2,27 0,1987 Tidak nyata Blok 1 6,750000 6,750000 4,35 0,0913 Tidak nyata C. Hasil Uji Lanjut Duncan Duncan Grouping Mean Netralisasi A 39,1250 N1 B 34,5000 N2 C 30,1250 N3 Duncan Grouping Mean Degumming A 35,7500 D1 B 33,4167 D2

Lampiran 17. Hasil uji minyak nyamplung di LEMIGAS Parameter Uji Minyak Kasar Degumming Netralisasi M. Nyamplung Murni Abu Tersulfatkan (% berat) - - - 0 Air dan Sedimen (% vol) - - - 0 Flash Point ( C) 82 70 >110 234 Kalor Jenis (cal/g C) 1505,2 1519,2 1513,7 1488,68 Korosi Lempeng Tembaga - - - 1b Nilai Kalor (cal/g) 9088,08 9121,84 9386,49 9391,505 Phosphor (mg/kg) - - - 0 Ramsbotton Residu (% berat) 1,5 1,2 0,42 0,986 Sulfur Content (% berat) - - - 0,0291 Titik Kabut ( C) - - - 13 Viskositas (cst) pada 40 C - - - 47,09