BAB I PENDAHULUAN. konstruksi untuk mengetahui besarnya dana yang harus disediakan untuk sebuah



dokumen-dokumen yang mirip
Estimasi biaya konstruksi dikerjakan sebelum pelaksanaan fisik dilakukan dan memerlukan analisis detail dan kompilasi dokumen penawaran dan lainnya. E

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.Program Abandontment and Site Restoration (ASR)

BAB I PENDAHULUAN. proyek. Pada tahap awal, estimasi biaya digunakan untuk mengetahui berapa

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. tahun terakhir yaitu tahun 2001 sampai dengan tahun Data yang. diambil adalah data tahun 2001 sampai 2015.

BAB IV PENGUMPULAN DATA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. sembako. Adapun pertanyaan yang termuat dalam kuesioner terdiri dari

BAB IV PENGUJIAN. Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat tingkat kevalidan atau

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KOMPONEN BIAYA YANG MEMPENGARUHI ESTIMASI BIAYA PENINGKATAN JALAN PROVINSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. teori yang menjadi dasar dan data yang diperoleh dari Badan

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN. : Silvina Ramadani NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Prihantoro, SE., MM..

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASILPENELITIAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS CASH FLOW OPTIMAL PADA KONTRAKTOR PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Rasio Profitabilitas, Rasio Solvabilitas Dan Rasio Likuiditas Terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO

BAB IV HASIL PENELITIAN. Dalam penelitian ini data yang dianaisis adalah Fasilitas belajar (X 1 ),

Analisis Pengaruh Inflasi dan Tingkat Suku Bunga Bank Terhadap Harga Obligasi PT. Adhikarya Tbk.

Bab IV Analisis Penelitian. Analisis penelitian dilakukan terhadap data, proses pengolahannya, hasil penelitian dan metode yang dipakai.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. instrumen yang telah valid dan reliabel yaitu instrumen supervisi akademik

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN. Berikut ini diringkas pengiriman dan penerimaan kuesioner : Tabel 4.1. Rincian pengiriman Pengembalian Kuesioner

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN. buah. Dari 105 kuesioner yang dikirimkan kepada seluruh

Skema harga satuan pekerjaan, yang dipengaruhi oleh faktor bahan/material, upah tenaga kerja dan peralatan dapat dirangkum sebagai berikut :

Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Tingkat Harga Terhadap Peningkatan Penjualan Mie Ayam Keriting Permana di Perumahan Harapan Baru 1

BAB IV HASIL PENELITIAN. pola asuh orang tua, motivasi belajar dan prestasi belajar IPS. 1. Pola asuh orang tua

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan data-data

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. antara dan bujur timur dengan luas 44,91 km². Kecamatan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Objek penelitian ini adalah perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pengolahan data yang telah dilakukan. Sebagai alat bantu analisis digunakan software

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Akhir karena pada bab ini akan diperoleh kesimpulan yang merupakan jawaban dari

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. pegawai BPBD Semarang yang berjumlah 56 orang. Untuk mendapatkan

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

Dari tabel di atas, diperoleh nilai dari Durbin-Watson sebesar 2.284, di. mana angka tersebut bernilai lebih besar dari 2, yang berarti terdapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun Pengambilan sampel

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian ini meliputi jumlah sampel (N), nilai minimum, nilai maksimum,

ESTIMASI BIAYA PROYEK ESTIMASI BIAYA PROYEK RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Untuk memperoleh data dalam pengujian ini, penulis telah membagikan

APLIKASI REGRESI SEDERHANA DENGAN SPSS. HENDRY admin teorionline.net Phone : / klik.statistik@gmail.com

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Responden Penelitian. Jumlah responden yang berpartisipasi dalam penelitian survei ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range,

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

PENGARUH PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA LANGSUNG TERHADAP HARGA POKOK PRODUK (Study Kasus Pada Perusahaan Galunggung Raya Blok) Oleh :

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN

Hasil perhitungan Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa ketiga sampel atau variabel tersebut adalah distribusi normal.

Embun Rahmawati. Universitas Bina Nusantara Palem Puri No 2 Rt 005/007, Pondok Aren Tangerang 15229, , 1 Murtedjo, Ak.

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

ABSTRAK ESTIMASI BIAYA KONSTRUKSI VILA DENGAN METODE COST SIGNIFICANT MODEL (STUDI KASUS: PROYEK KONSTRUKSI VILA DI KABUPATEN BADUNG)

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. digunakan dalam penelitian ini serta dapat menunjukkan nilai maksimum, nilai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. tertinggi, standar deviasi, varian, modus, dan sebagainya.

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian sebaiknya dilakukan pengujian terlebih dahulu

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Responden dari penelitian ini adalah seluruh pengusaha konveksi di

: Niken Kurniawati NPM :

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pelaksanaan Pelatihan pada PT. MASWANDI. dipertimbangkan oleh para manajer dengan cermat diantaranya adalah

Hubungan Linier Jumlah Penduduk Yang Bekerja dengan Belanja Langsung

ANALISIS FAKTOR YANG MEMENGARUHI MAHASISWA MEMILIH UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP HARGA, FASILITAS DAN PELAYANAN PADA YAMIEN 88 CIJANTUNG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Financing (NPF) dapat dilihat

ESTIMASI BIAYA KONSTRUKSI. Estimasi dalam arti luas pada hakekatnya adalah upaya untuk menilai atau memperkirakan suatu nilai melalui

BAB IV HASIL PENELITIAN

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PUSAT ADMINISTRASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA. bebas dan variabel terikat, kemudian data tersebut di analisis dengan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penyajian Statistik Deskripsi Hasil Penelitian. kecenderungan jawaban responden dari tiap-tiap variabel, baik mengenai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. saham pada perusahaan food and beverages di BEI periode Pengambilan. Tabel 4.1. Kriteria Sampel Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMABAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Estimasi biaya memegang peranan penting dalam penyelenggaraan proyek konstruksi. Kegiatan estimasi adalah salah satu proses utama dalam proyek konstruksi untuk mengetahui besarnya dana yang harus disediakan untuk sebuah bangunan. Pada umumnya, sebuah proyek konstruksi membutuhkan biaya yang cukup besar. Ketidaktepatan yang terjadi dalam penyediaannya akan berakibat kurang baik pada pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Bagi pemilik proyek (owner), estimasi biaya diperlukan sebagai pegangan dalam menentukan kebijakan yang dipakai untuk menentukan besarnya investasi yang harus dilaksanakan. Dalam pelaksanaan praktik konstruksi dibutuhkan beberapa macam estimasi yang berbeda didasarkan tujuan penggunaan dan peruntukannya. Pada tahap awal perencanaan proyek pemeliharaan berkala jalan, seperti pada saat penyusunan anggaran proyek, jelas estimasi tidak mungkin didasarkan pada perhitungan kuantitas (volume) pekerjaan karena uraian dan spesifikasi pekerjaan belum tersusun. Akan tetapi bagaimanapun, pemilik proyek (owner) memerlukan estimasi biaya dalam rangka menyusun anggaran proyek. Dalam mengestimasi biaya awal proyek pemeliharaan berkala jalan masih menggunakan cara sederhana. Metode yang paling sering digunakan adalah dengan estimasi parameter panjang jalan, yaitu dengan menghitung biaya pemeliharaan berkala 1

2 jalan untuk setiap 1 km panjang jalan berdasarkan data proyek sebelumnya. Sehingga dengan anggaran yang tersedia pemilik proyek (owner) dapat memberikan informasi panjang jalan kabupaten yang akan mendapatkan kegiatan pemeliharaan berkala. Panjang suatu ruas jalan memperlihatkan karakteristik dan ukuran fisik dari suatu proyek pemeliharaan berkala jalan yang dalam kepraktisannya informasi ini bisa tersedia dengan mudah pada tahap awal perencanaan proyek. Seiring dengan kebutuhan akan efisiensi, perlu dikembangkannya teknik pembuatan suatu model estimasi biaya yang sederhana. Hal yang penting dalam model estimasi biaya pada tahap awal perencanaan proyek adalah harus cepat, mudah dalam penggunaannya, akurat dan menghasilkan estimasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Metode Cost Significant Model yang akan dikembangkan dalam penelitian ini diharapkan memberi jawaban terhadap tuntutan akan tersedianya estimasi biaya awal proyek pemeliharaan berkala jalan di Kabupaten Jembrana. Ada pendapat bahwa metode pengukuran sekarang ini tidak perlu rumit dan detail, sehingga timbul tuntutan untuk memperbaiki sistem, misalnya dengan pengembangan Cost Model. Cost Model dapat digunakan untuk penaksiran harga, Poh dan Horner (1995) telah mengidentifikasi sifat-sifat model yang ideal yaitu : sederhana, cukup akurat, dapat memberikan umpan balik yang cepat, terdiri dari elemen-elemen yang mudah untuk diukur dan yang menggambarkan operasi kerja lapangan yang dapat digunakan untuk pengawasan pekerjaan maupun pelaksanaannya. Prinsip cost significance dapat digunakan untuk mengembangkan

3 model yang mendekati ideal dengan lebih teliti. Cost Significant Modelling mengandalkan pada penemuan yang terdokumentasi dengan baik mengenai data dan informasi proyek terdahulu yang sejenis. Data dan informasi bisa didapat dengan mengumpulkan arsip penawaran terdahulu untuk proyek sejenis yang memenangkan tender atau proyek yang telah dilaksanakan. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan pokok permasalahan yaitu: 1. Komponen pekerjaan apakah yang berpengaruh secara signifikan terhadap biaya total pemeliharaan jalan; 2. Bagaimanakah model estimasi biaya pemeliharaan jalan dengan metode Cost Significant Model di Kabupaten Jembrana ; 3. Bagaimanakah akurasi model estimasi biaya pemeliharaan jalan dengan metode Cost Significant Model terhadap realisasi biaya. 4. Bagaimanakah perbandingan akurasi model estimasi biaya pemeliharaan jalan menggunakan metode Cost Significant Model dengan model estimasi yang sudah digunakan pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jembrana.

4 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan suatu model estimasi yang dapat memberikan informasi biaya awal proyek secara cepat, mudah dan dengan hasil yang cukup akurat. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Untuk Pemerintah Kabupaten Jembrana Diharapkan hasil penelitian ini dapat dipergunakan dalam melaksanakan estimasi biaya pada tahap awal penyusunan anggaran kegiatan pemeliharaan berkala jalan kabupaten di Kabupaten Jembrana, dengan hasil estimasi yang cepat dan dapat dipertanggungjawabkan. 2. Untuk Penulis Dari hasil penelitian ini diharapkan penulis dapat secara langsung memahami model estimasi yang memberikan gambaran biaya awal proyek pemeliharaan berkala jalan kabupaten di Kabupaten Jembrana secara cepat dan dapat dipertanggungjawakan.

5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Estimasi Biaya Proyek Menurut Iman Soeharto (1997), estimasi biaya proyek memegang peranan penting dalam penyelenggaraan proyek. Pada tahap awal dipergunakan untuk mengetahui berapa besar biaya yang dibutuhkan untuk membangun suatu proyek. Perkiraan biaya dibedakan dari anggaran dalam hal perkiraan biaya terbatas pada tabulasi biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan tertentu proyek ataupun proyek secara keseluruhan. Sedangkan anggaran merupakan perencanaan terinci perkiraan biaya dari bagian atau keseluruhan kegiatan proyek yang dikaitkan dengan waktu. Definisi perkiraan biaya menurut National Estimating Society USA adalah sebagai berikut : Perkiraan biaya adalah seni memperkirakan ( the art of approximating ) kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan atas informasi yang tersedia pada saat itu. Perkiraan biaya di atas erat hubungannya dengan analisis biaya, yaitu pekerjaan yang menyangkut pengkajian biaya kegiatan-kegiatan terdahulu yang akan dipakai sebagai bahan untuk menyusun perkiraan biaya. Dengan kata lain, menyusun perkiraan biaya berarti melihat masa depan, memperhitungkan, dan mengadakan prakiraan atas hal-hal yang akan dan mungkin terjadi. Sedangkan analisis biaya menitikberatkan pada pengkajian dan pembahasan biaya kegiatan masa lalu yang akan dipakai sebagai masukan. 5

6 Menurut Hajek (1994) bahwa banyak perusahaan dalam suasana ekonomi yang dinamis dewasa ini mengalami persaingan yang sangat ketat. Kelangsungan hidup suatu organisasi tergantung pada keberhasilannya dalam menaksir biaya untuk berprestasi secara memuaskan dalam berbagai kontrak. Pembuatan Rencana Anggaran Biaya mengandung unsur ketidakpastian data masukan, misalnya data penggunaan jam-orang, bahan yang digunakan, alat yang digunakan, dan sebagainya yang sangat tergantung pada pengalaman estimator di lapangan. Dalam taksiran biaya harus diperhitungkan pula biaya cadangan yang cukup guna menutup bidang-bidang resiko itu. Perhitungan yang tidak mempertimbangkan cadangan untuk resiko-resiko yang akan terjadi, mungkin berhasil memenangkan tender karena rendahnya penawaran, tetapi pada umumnya akan mengalami kerugian yang menyangkut kontrak. Jelas, tidak ada perusahaan yang dapat bertahan lama bisa beroperasi jika perusahaannya merugi. Sebaliknya perusahaan yang terlalu banyak mempertimbangkan cadangan untuk resiko-resiko yang akan terjadi dalam perkiraan biayanya tidak akan memenangkan tenderdan tidak akan dapat berkembang. Dalam menaksir biaya yang hendak ditawarkan, estimator harus mempergunakan segenap pengalaman, kelihaian berusaha, serta pengetahuannya untuk mendapatkan taksiran yang tidak hanya memungkinkannya untuk memenangkan tender, juga akan mendapatkan keuntungan yang wajar bagi perusahaannya. Kesulitan mendapatkan taksiran biaya yang tepat berbanding lurus dengan jumlah pekerjaan dalam perencanaan atau pengembangan yang dilaksanakan. Syarat utama adalah estimator harus mengetahui apa yang

7 diperlukan dalam suatu penawaran atau pendekatan rekayasa apa yang akan dipakai untuk memenuhi persyaratan. Untuk mendapatkan perhitungan yang cepat maka harus dikembangkan suatu model perhitungan biaya untuk meningkatkan pemahaman tentang proyek dan untuk mengkomunikasikan konsep yang komplek. Beberapa metode estimasi biaya menurut Soeharto (1997) adalah sebagai berikut : 1. Metode Parameter, ialah metode yang mengaitkan biaya dengan karakteristik fisik tertentu dari obyek, misalnya : luas, panjang, berat, volume dan sebagainya. 2. Memakai daftar indeks harga dan informasi proyek terdahulu, yaitu dengan mencari angka perbandingan antara harga pada suatu waktu (tahun tertentu) terhadap harga pada waktu (tahun) yang digunakan sebagai dasar. Juga pemakaian data dari manual, hand book, katalog, dan penerbitan berkala, amat membantu dalam memperkirakan biaya proyek. 3. Metode menganalisis unsur-unsurnya (Elemental Cost Analysis), yaitu dengan cara menguraikan lingkup proyek menjadi unsur-unsur menurut fungsinya. 4. Metode faktor, yaitu dengan memakai asumsi bahwa terdapat angka korelasi diantara harga peralatan utama dengan komponen-komponen yang terkait.

8 5. Quantity take-off, yaitu dengan membuat perkiraan biaya dengan mengukur kuantitas komponen-komponen proyek dari gambar, spesifikasi, dan perencanaan. 6. Metode harga satuan, yaitu dengan memperkirakan biaya berdasarkan harga satuan, dilakukan bilamana angka yang menunjukkan volume total pekerjaan belum dapat ditentukan dengan pasti, tetapi biaya per unitnya (per meter persegi, per meter kubik) telah dapat dihitung. 7. Memakai data dan informasi proyek yang bersangkutan, yaitu metode yang memakai masukan dari proyek yang sedang ditangani, sehingga angka-angka yang diperoleh mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Seiring dengan laju kemajuan pelaksanaan proyek, tataran kecermatan dan ketelitian estimasi yang diperlukan sudah tentu akan semakin meningkat pula. Sehingga biasanya suatu proyek dimulai dengan kebutuhan macam estimasi yang kurang terperinci dan selanjutnya dapat dikelompokkan dalam urutannya, sebagai berikut : 1. Estimasi pendahuluan, dibuat pada tahap awal proyek dalam rangka upaya pendekatan kelayakan ekonomi di samping tujuan pengendalian pembiayaan. 2. Estimasi terperinci, dibuat dengan dasar hitungan volume pekerjaan, biaya, serta harga satuan pekerjaan. 3. Estimasi definitif, merupakan gambaran pembiayaan dan pertanggungjawaban rampung untuk suatu proyek dengan hanya kemungkinan kecil terjadi kesalahan.

9 PENGEMBANGAN KONSEP TAHAP PERENCANAAN TAHAP PELELANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI Estimasi Pendahuluan Estimasi Kasar Estimasi Terperinci Nilai Kesepakatan Kontrak Estimasi Definitif Selisih Harga Gambar 2.1 Macam Estimasi sesuai dengan tahapan proyek Sumber : Istimawan D, 1996 Pada Gambar 2.1 diberikan skema urutan kebutuhan macam estimasi sesuai dengan tahapan proyek. Pada tahapan kelayakan proyek, prosentase kurang akuratnya perkiraan biaya cukup besar, dan makin mendekati penawaran proyek prosentase kurang akuratnya perkiraan biaya makin kecil. Hal ini disebabkan belum detailnya dokumen proyek yang tersedia diantaranya : gambar, spesifikasi, kontrak, dan ketentuan lainnya. 2.2. Hambatan-hambatan dalam Praktek Estimasi Biaya Dengan pendeknya waktu yang dimiliki oleh para quantity surveyor di dalam melaksanakan estimasi biaya, maka akan mungkin muncul hambatanhambatan di dalam estimasi tersebut. Victor G. Hajek (1994) menyampaikan beberapa hambatan yang mungkin muncul dalam pelaksanaan estimasi, yaitu : 1. Adanya hal-hal yang terlewatkan. Apakah ada unsur biaya penting yang terlupakan, misalnya apakah telah direncanakan adanya pemeriksaan dan

10 apakah taksiran telah memperhitungkan biaya perekayasaan, bahan, dan lain-lain bagi upaya demikian. 2. Rincian pekerjaan yang tak memadai. Apakah struktur rincian pekerjaan yang sedang digunakan telah memperhatikan secara cukup segenap sub sistem serta upaya yang diperlukan bagi proyek tersebut. 3. Salah tafsir tentang fungsi atau data proyek. Tepatkah penafsiran kerumitan disain tersebut, salah tafsir akan mengakibatkan taksiran yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. 4. Penggunaan teknik penaksiran yang salah. Bagi disain yang dipermasalahkan harus diterapkan teknik penaksiran yang benar, misalnya penggunaan statistik biaya yang diperoleh dari jalan produksi suatu sub sistem yang serupa bagi suatu alat prototipe yang memerlukan pekerjaan perekayasaan dan/atau pengembangan pasti akan menghasilkan taksiran yang sangat terlampau rendah. 5. Kegagalan mengidentifikasi dan berkonsentrasi pada unsur-unsur biaya utama. Telah ditetapkan secara statistik bahwa setiap proyek, 20 persen dari sub sistem-subsistem akan menyebabkan 80 persen biaya total, seperti terlukis dalam Gambar 2.2 (halaman 11). Dengan demikian para quantity surveyor seyogyanya memusatkan waktu serta upayanya pada subsistemsubsistem serta golongan-golongan upaya biaya tinggi guna meningkatkan peluang mereka memperoleh taksiran biaya yang tepat.

Persen dari biaya total 11 100 80 60 40 20 0 20 40 60 80 100 Persen dari jumlah total subsistem-subsistem Gambar 2.2 Hukum Pareto Tentang Distribusi Sumber : Victor G. Hajek, 1994 2.3. Prosentase Komponen Biaya Bangunan Dalam pekerjaan proyek konstruksi biaya total proyek merupakan jumlah komponen biaya yang meliputi : biaya atas tenaga kerja, biaya material, biaya peralatan, biaya tak langsung, dan keuntungan yang prosentasenya dapat dilihat pada Gambar 2.3. Labor Material Transportation Depreciation overhead Profit 0 10 20 30 40 50 Gambar 2.3 Total Program Cost Distribution Sumber : Istimawan D, 1996

12 2.3.1 Biaya Tenaga Kerja Estimasi komponen tenaga kerja merupakan aspek paling sulit dari keseluruhan analisis biaya konstruksi. Banyak sekali faktor berpengaruh yang harus diperhitungkan antara lain : kondisi tempat kerja, ketrampilan, lama waktu kerja, kepadatan penduduk, persaingan, produktivitas, dan indeks biaya hidup setempat. Dari sekian banyak faktor, yang paling sulit adalah mengukur dan menetapkan tingkat produktivitas, yaitu prestasi pekerjaan yang dapat dicapai oleh pekerja atau regu kerja setiap satuan waktu yang ditentukan. Tingkat produktivitas selain tergantung pada keahlian, ketrampilan, juga terkait dengan sikap mental pekerja yang sangat dipengaruhi oleh keadaan setempat dan lingkungannya. 2.3.2 Biaya Material Analisis meliputi perhitungan seluruh kebutuhan volume dan biaya material yang digunakan untuk setiap komponen bangunan, baik material pekerjaan pokok maupun penunjang. Biaya material diperoleh dengan menerapkan harga satuan yang berlaku pada saat dibeli. Harga satuan material merupakan harga di tempat pekerjaan yang di dalamnya sudah termasuk memperhitungkan biaya pengangkutan, menaikkan dan menurunkan, pengepakan, asuransi, pengujian, penyusutan, penyimpanan di gudang, dan sebagainya. 2.3.3 Biaya Peralatan Estimasi biaya peralatan termasuk pembelian atau sewa, mobilisasi, demobilisasi, memindahkan, transportasi, memasang, membongkar, dan

13 pengoperasian selama konstruksi berlangsung. Apabila kontraktor tidak mempunyai alat penting yang diperlukan untuk menangani proyek, maka harus memutuskan untuk membeli atau menyewanya. Sedangkan jika kontraktor memiliki alat yang dimaksud biasanya masih harus mempertimbangkan beberapa hal : apakah alat dalam keadaan menganggur dan siap pakai, butuh biayaperbaikan dan persiapan, biaya mobilisasi, dan apakah alatnya layak untuk dioperasikan. Adakalanya, dengan memperhatikan sederetan permasalahan yang dihadapi mungkin masih akan lebih ekonomis jika diputuskan untuk membeli alat baru atau menyewa. 2.3.4 Biaya Tak langsung Biaya tak langsung dibedakan menjadi dua golongan yaitu biaya umum (overhead cost) dan biaya proyek. Yang dikelompokkan menjadi sebagai biaya umum adalah (1) gaji personil tetap kantor pusat dan lapangan; (2) pengeluaran kantor pusat seperti sewa kantor, telepon, dan sebagainya; (3) perjalanan beserta akomodasi; (4) biaya dokumentasi; (5) bunga bank; (6) biaya notaris; dan (7) peralatan kecil dan material habis pakai. Sedangkan yang dapat dikelompokkan sebagai biaya proyek, pengeluarannya dapat dibebankan pada proyek tetapi tidak dimasukkan pada biaya upah tenaga kerja, material, atau peralatan, yaitu : (1) bangunan kantor lapangan beserta perlengkapannya; (2) biaya telepon kantor lapangan; (3) kebutuhan akomodasi lapangan seperti listrik, air bersih, air minum, sanitasi, dan sebagainya; (4) jalan kerja dan parkir, batas perlindungan, dan pagar di lapangan; (5) pengukuran lapangan; (6) tanda-tanda untuk pekerjaan dan

14 kebersihan lapangan pada umumnya; (7) pelayanan keamanan dan keselamatan kerja; (8) pajak pertambahan nilai; (9) biaya asuransi; (10) biaya jaminan penawaran, jaminan pelaksanaan, dan jaminan pemeliharaan; (11) asuransi risiko pembangunan dan asuransi kerugian; (12) surat ijin dan lisensi; (13) inspeksi, pengujian, dan pengetesan; (14) sewa peralatan besar utama; dan (15) premi pekerjaan bila diperlukan. 2.3.5 Keuntungan Nilai keuntungan pada umumnya dinyatakan sebagai persentase dari seluruh jumlah pembiayaan. Secara umum, biasanya untuk proyek kecil ditetapkan persentase keuntungan yang semakin besar, demikian pula untuk keadaan yang sebaliknya. Pada prinsipnya penetapan besarnya keuntungan juga dipengaruhi oleh besarnya risiko atau kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi, yang seringkali tidak tampak nyata. 2.4. Dasar-Dasar Dari Cost Significant Model Menurut Poh dan Horner (1995) dalam jurnal Cost-significant modellingits potential for use in south-east Asia, menyatakan bahwa proses tender di Indonesia kadangkala dipengaruhi budaya setempat. Hubungan berdasarkan kepercayaan antara pelanggan (owner) dengan kontraktor dapat mengurangi perhitungan estimasi proyek secara detail. Kontraktor cukup hanya mengidentifikasi dan menggambarkan secara kasar kebutuhan proyek dan melaksanakan negosiasi harga.

15 Sebagai dasar dari Cost Significant Model adalah dengan mengandalkan pada penemuan yang terdokumentasi dengan baik bahwa 80% dari nilai total biaya proyek termuat di dalamnya 20% item-item pekerjaan yang paling mahal. Untuk proyek yang memiliki ciri-ciri yang sejenis, item-item cost significant secara kasar adalah sama. Cost significant items dapat dikumpulkan dengan menggunakan teknik yang bervariasi ke dalam nomor yang sama dari item-item pekerjaan costsignificant, yang dapat mempresentasikan proporsi yang tepat dari total biaya anggaran yang biasanya mendekati 80%. Nilai total dari proyek biasanya dapat diperhitungkan dengan mengalikan total harga dari paket-paket cost-significant dengan faktor yang tepat, mendekati 1,25. Nilai dari kator ini bervariasi tergantung dari kategori dan analisis data historis. Paket pekerjaan direncanakan dapat mencerminkan pelaksanaan lapangan, dengan demikian umpan balik dan kontrol bisa difasilitasi. Secara kesamaan hanya sekitar 10% dari jumlah item dari anggaran konvensional. Penyederhanaan dari model ini mengurangi waktu untuk mengestimasi biaya dibandingkan dengan anggaran biaya tradisional, yang dapat terdiri dari ribuan item. Cost Significant Models dapat digunakan untuk mengestimasi biaya lebih baik dari 5%, dan perhitungan akhir lebih baik dari 1%. Akurasinya dapat ditingkatkan atau diturunkan dengan memperbaiki model dan tergantung dari data yang tersedia.

16 2.5. Tahapan Cost Significant Model Metode Cost Significant Model pernah diterapkan di Singapura, pada proyek pembangunan gedung asrama mahasiswa Nanyang Technological University (NTU) pada tahun 1993. Data yang digunakan adalah 6 paket pekerjaan yang menggunakan metode tradisional BoQ (Bill of Quantity), untuk memprediksi 2 paket pekerjaan yang akan dilaksanakan. Dari delapan proyek pada dasarnya adalah sama, perbedaan biaya terjadi karena perbedaan luas, pengaruh inflasi dan sebagian dari perubahan spesifikasi yang ditentukan. Menurut Poh and Horner (1995), metode Cost Significant Model yang digunakan dengan mendasarkan pada analisa data proyek yang lalu, mempunyai langkah-langkah sebagai berikut : 1. Tidak mengikutsertakan item pekerjaan yang terkadang jumlahnya cukup besar namun tidak setiap pekerjaan ada. Item-item tersebut sering merupakan variabel biaya tinggi dan tergantung sekali pada karakteristik lapangandan persyaratan pelanggan, sehingga akan menghambat keakuratan pengembangan model. 2. Mengelompokkan item-item pekerjaan dimana penggabungan item pekerjaan bisa dilaksanakan apabila pekerjaan tersebut mempunyai satuan ukuran yang sama, harga satuannya tidak berbeda secara signifikan, atau bisa menggambarkan operasi kerja lapangan. 3. Menghitung pengaruh time value terhadap harga-harga item pekerjaan. Harga pekerjaan pada tahun pelaksanaan disesuaikan dengan harga pada tahun yang diproyeksikan dengan memperhitungkan faktor inflasi.

17 4. Mencari cost-significant items, yang diidentifikasi sebagai item-item terbesar yang jumlah prosentasenya sama atau lebih besar dari 80% total biaya proyek. 5. Membuat model biaya dari cost significant items yang telah ditentukan. 6. Mencari rata-rata Cost Model Faktor (CMF). CMF didapatkan dengan cara membagi nilai proyek yang didapatkan dari model dengan nilai aktual proyek. 7. Menghitung estimasi biaya proyek dari Cost Significant Model, dengan cara membagi nilai proyek yang diprediksi dari model dengan rata-rata CMF. 8. Menghitung akurasi model dalam bentuk prosentase dari selisih antara harga yang diprediksi dengan harga sebenarnya dibagi dengan harga sebenarnya. Kelebihan dari metode Cost Significant Model adalah dapat memprediksi biaya proyek dengan mudah, cepat, dan cukup akurat, walaupun belum tersedianya uraian dan spesifikasi pekerjaan. Metode ini dapat digunakan pada tahap-tahap awal proyek seperti pada saat penyusunan konsep, studi kelayakan, dan perencanaan pendahuluan. Sedangkan kelemahannya adalah proyek yang ditinjau harus sama, dibutuhkan data historis proyek yang terdahulu dan akurasi model sangat dipengaruhi oleh baik tidaknya data yang dikumpulkan. Cost Significant Model adalah salah satu model peramalan biaya total konstruksi berdasarkan data penawaran yang lalu, yang lebih mengandalkan pada harga paling signifikan di dalam mempengaruhi biaya total proyek sebagai dasar

18 peramalan (estimasi), yang diterjemahkan ke dalam perumusan regresi berganda (Pemayun, 2003). 2.6. Pemeliharaan Berkala Jalan Kabupaten Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, jalan adalah suatu perhubungan darat dalam bentuk apapun meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapanya yang diperuntukan bagi lalu lintas. Jalan mempunyai peranan untuk mendorong pembangunan semua satuan wilayah pengembangan, dalam usaha mencapai tingkat perkembangan antar daerah. Jalan merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan yang mengikat dan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah lainnya. Jalan kabupaten yang menurut Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 2006 tentang jalan, merupakan pengelompokan jalan berdasarkan wewenang pembinaan jalan adalah jalan yang pembinaannya di bawah pemerintah kabupaten atau instansi yang ditunjuk. Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk jalan provinsi dan jalan nasional, yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten. Pemeliharaan jalan merupakan kegiatan penanganan jalan yang berkondisi baik/sedang yang harus mendapat prioritas untuk ditangani, agar jalan

19 dapat berfungsi sesuai dengan yang diperhitungkan dan menjaga agar permukaan ruas jalan mendekati kondisi semula. Pemeliharaan yang dilakukan disini dibagi menjadi dua bagian yaitu : pemeliharaan jalan rutin dan pemeliharaan jalan berkala. Pemeliharaan berkala dibedakan dengan pemeliharaan rutin dalam hal ini periode waktu antar kegiatan pemeliharaan yang diberikan. Pemeliharaan berkala dilakukan dalam selang waktu 3 (tiga) tahun. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 42/PRT/M/2007 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur, kegiatan pemeliharaan berkala, meliputi jenis pekerjaan : a. Perbaikan permukaan perkerasan (lubang, retak, amblas, dll). b. Pembentukan/pelapisan ulang permukaan perkerasan (agregat, campuran aspal). c. Perbaikan permukaan bahu jalan (penambahan material dan pemadatan/perataan). d. Pembuatan/perbaikan drainase/saluran tepi jalan dan gorong-gorong. e. Pemotongan rumput, pembersihan ruang milik jalan. f. Penggantian, pembersihan dan pengecatan rambu/perlengkapan jalan. 2.7. Infrastruktur Jalan Kabupaten di Kabupaten Jembrana Kabupaten Jembrana adalah satu dari sembilan Kabupaten dan Kota yang ada di Propinsi Bali, terletak di belahan barat pulau Bali, membentang dari arah barat ke timur pada 8 09'30" - 8 28'02" LS dan 114 25'53" - 114 56'38" BT. Luas

20 wilayah Jembrana 841.800 Km² atau 14,96% dari luas wilayah pulau Bali. Secara administrasi Kabupaten Jembrana terdiri dari 5 Kecamatan yaitu: Melaya dengan luas wilayah : 197,19 Km²; Negara dengan luas wilayah : 126,6 Km²; Jembrana dengan luas wilayah : 93,87 Km²; Mendoyo dengan luas wilayah : 294,49 Km²; dan Pekutatan dengan luas wilayah : 129,65 Km². Menurut statusnya, ada 3 jenis jalan di Kabupaten Jembrana yaitu Jalan Nasional, Jalan Propinsi dan Jalan Kabupaten. Peta jaringan jalan di Kabupaten Jembrana tersaji seperti Gambar 2.4 (halaman 21). Berdasarkan data tahun 2010, panjang masing-masing jalan tersebut sesuai Tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1 Panjang Jalan Berdasarkan Status Status Jalan Kecamatan % Jalan Jalan Jalan Total (Km) Nasional Provinsi Kabupaten Melaya 24,570 1,910 231,129 257,609 25,089 Negara 9,350 13,820 190,114 213,284 20,772 Mendoyo 17,100 0,470 264,850 282,420 27,506 Pekutatan 15,700 12,590 101,035 129,325 12,595 Jembrana 4,600 2,080 137,457 144,137 14,038 Total 71.320 30,870 924,585 1.026,775 100,00 Sumber : Dinas PU Kab. Jembrana

21 Gambar 2.4 Peta Jaringan Jalan di Kabupaten Jembrana Sumber : Dinas PU Kab. Jembrana Keterangan Gambar : Ruas Jalan Nasional Ruas Jalan Propinsi Ruas Jalan Kabupaten Berdasarkan jenis permukaan, jalan di Kabupaten Jembrana terdiri atas jalan aspal, jalan krikil dan jalan tanah. Panjang masing-masing jalan tersebut sampai akhir tahun 2010 adalah : jalan aspal = 770,113 km; jalan krikil = 77,168 km; dan jalan tanah = 77,304 km. Sedangkan menurut kondisinya, dibedakan menjadi jalan dengan kondisi baik = 726,272 km; sedang = 42,549 km; rusak = 155,764 km.

22 2.8. Landasan Teori Bertitik tolak dari tinjauan pustaka di atas, maka landasan teori yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Hasil estimasi memberikan gambaran berapa anggaran yang akan diperlukan untuk mewujudkan proyek konstruksi, dan di dalam proses estimasi harus dipertimbangkan berbagai macam faktor, karena hasil estimasi juga merupakan perkiraan dari masa lalu yang mungkin akan terjadi ketika proyek akan berlangsung, baik di dalamnya yang berkenaan dengan metode konstruksi, fluktuasi nilai uang dan lainnya yang kesemuanya itu akan mempengaruhi hasil estimasi. Untuk mendapatkan hasil estimasi yang cepat dan dapat dipertanggungjawabkan, maka dalam penelitian ini akan mengembangkan metode estimasi yaitu Cost Significant Model. Sebagai dasar dari Cost Significant Model pada penelitian ini adalah mengandalkan pada penemuan yang terdokumentasi dengan baik bahwa 80% dari total nilai proyek yang di dalamnya terdapat 20% dari item-item pekerjaan yang paling mahal. Proyek yang memiliki ciri-ciri yang sejenis, item-item biaya signifikan secara kasar adalah sama. Metode Cost Significant Model adalah salah satu model peramalan biaya total konstruksi berdasarkan data penawaran yang lalu, yang lebih mengandalkan pada harga yang paling signifikan di dalam mempengaruhi biaya total proyek sebagai dasar peramalan yang diterjemahkan ke dalam perumusan regresi berganda.

23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Obyek Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Jembrana, dengan obyek penelitian pada Dinas Pekerjaan Umum, Bidang Bina Marga, untuk kegiatan rehabilitasi/pemeliharaan jalan kabupaten. 3.2. Data Penelitian Data penelitian diambil dengan melaksanakan sensus pada paket-paket pekerjaan pemeliharaan jalan kabupaten yang sejenis yang dananya bersumber dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Kabupaten Jembrana, tahun anggaran 2006 sampai dengan tahun 2009. Data penelitian terdiri dari data proyek yang hampir sama berjumlah 48 paket pekerjaan, dengan perincian sebagai berikut : a. Tahun anggaran 2006 : 6 paket b. Tahun anggaran 2007 : 7 paket c. Tahun anggaran 2008 : 14 paket d. Tahun anggaran 2009 : 21 paket 23

24 3.3. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilaksanakan dengan metode observasi langsung dengan acuan sebagai berikut : a). Mengumpulkan data histori penawaran proyek yang sejenis pada kegiatan pemeliharaan jalan kabupaten di Kabupaten Jembrana. b). Data yang dikumpulkan adalah paket pekerjaan untuk anggaran tahun 2006 sampai dengan tahun 2009, yang jumlahnya 48 paket pekerjaan. c). Data yang dihimpun berupa Rencana Anggaran Biaya (RAB), yang diajukan oleh rekanan/kontraktor yang memenangkan pelelangan/tender untuk masing-masing paket pekerjaan. d). Harga komponen biaya pekerjaan dan biaya total pekerjaan yang dikumpulkan tanpa Pajak Pertambahan Nilai (PPN). 3.4. Variabel Penelitian 3.4.1. Identifikasi Variabel Penelitian ini melibatkan satu variabel terikat dan sepuluh variabel bebas. Sebagai variabel bebas meliputi : biaya pekerjaan persiapan, biaya bahan aspal, biaya bahan agregat pemulihan kondisi jalan, biaya bahan agregat untuk hotmix, biaya upah pemulihan kondisi jalan, biaya upah hotmix, biaya alat pemulihan kondisi jalan, biaya alat hotmix, biaya perbaikan permukaan bahu jalan, dan biaya pembuatan/perbaikan drainase/saluran. Sedangkan variabel terikat dalam penalitian ini adalah jumlah nilai pekerjaan/real cost.

25 Hubungan antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat dapat diilustrasikan dalam model penelitian sebagai berikut : X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 Y X 6 X 7 X 8 X 9 X 10 Gambar 3.1 Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat Keterangan gambar : X 1 = Biaya pekerjaan persiapan X 2 = Biaya bahan aspal X 3 = Biaya bahan agregat pemulihan kondisi jalan X 4 = Biaya bahan agregat hotmix

26 X 5 = Biaya upah pemulihan kondisi jalan X 6 = Biaya upah hotmix X 7 = Biaya alat pemulihan kondisi jalan X 8 = Biaya alat hotmix X 9 = Biaya bahu jalan X 10 = Biaya drainase Y = Jumlah nilai pekerjaan/real cost 3.4.2. Definisi Operasional Data Definisi secara operasional variabel-variabel penelitian tersebut adalah sebagai berikut : Pertama, variabel biaya pekerjaan persiapan adalah menyatakan banyaknya biaya-biaya yang harus dikeluarkan pada pekerjaan tersebut, yaitu pekerjaan pengukuran/uitzet. Kedua, variabel biaya bahan aspal adalah menyatakan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan aspal secara keseluruhan. Ketiga, variabel biaya bahan agregat pemulihan kondisi jalan adalah menyatakan banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk pembelian batu pecah 3-5 cm, batu pecah 2-3 cm, batu pecah 1-2 cm, batu pecah ½-1 cm dan pasir penutup. Keempat, variabel biaya bahan agregat hotmix adalah menyatakan banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk pembelian agregat kasar, agregat halus dan abu batu untuk pekerjaan HRS (Hot Rolled Sheet).

27 Kelima, variabel biaya upah pemulihan kondisi jalan adalah menyatakan banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk upah kerja pekerjaan pemulihan kondisi jalan. Keenam, variabel biaya upah hotmix adalah menyatakan banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk upah kerja pekerjaan penghamparan HRS (Hot Rolled Sheet). Ketujuh, variabel biaya alat pemulihan kondisi jalan adalah menyatakan banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk biaya peralatan kerja pekerjaan pemulihan kondisi jalan. Kedelapan, variabel biaya alat hotmix adalah menyatakan banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk biaya peralatan kerja untuk produksi dan penghamparan HRS (Hot Rolled Sheet). Kesembilan, variabel biaya bahu jalan adalah menyatakan banyaknya biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk perbaikan permukaan bahu jalan, meliputi : pekerjaan timbunan bahu jalan dan pekerjaan pengupasan bahu jalan. Kesepuluh, variabel biaya drainase adalah menyatakan banyaknya biayabiaya yang harus dikeluarkan pada pekerjaan pembuatan/perbaikan drainase/saluran, meliputi : pekerjaan plat dueker, pekerjaan pasangan batu kali, dan pekerjaan galian tanah parit. Kesebelas, variabel jumlah nilai pekerjaan/rel cost adalah menyatakan banyaknya biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk menyelesaikan seluruh komponen pekerjaan pemeliharaan jalan kabupaten.

28 Indikator-indikator tersebut di atas dapat disajikan seperti pada Tabel 3.1 berikut : Tabel 3.1 Indikator biaya pekerjaan No Variabel Biaya Item-item Pekerjaan 1 Variabel Bebas Biaya pekerjaan persiapan 2 Variabel Bebas Biaya bahan aspal 3 Variabel Bebas Biaya agregat pemulihan kondisi jalan 4 Variabel Bebas Biaya agregat hotmix 5 Variabel Bebas Biaya upah pemulihan kondisi jalan 6 Variabel Bebas Biaya upah hotmix 7 Variabel Bebas Biaya alat pemulihan kondisi jalan 8 Variabel Bebas Biaya alat hotmix 9 Variabel Bebas Biaya bahu jalan 10 Variabel Bebas Biaya drainase 11 Variabel Terikat Jumlah nilai pekerjaan/real cost 3.5. Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis inferensial. Analisis statistik deskriptif berguna untuk mendapatkan informasi yang bersifat deskriptif mengenai variabel-variabel penelitian. Statistik deskriptif dimaksudkan untuk menganalisa data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa

29 bermaksud membuat suatu kesimpulan yang berlaku untuk umum. Sehingga jenis analisis ini bersifat mendukung analisis data selanjutnya. Sedangkan analisis statistik inferensial berkaitan dengan pengambilan keputusan dari data yang ada. Analisis statistik inferensial meliputi analisis regresi berganda yang dipergunakan untuk mengetahui model estimasi biaya proyek. Metode regresi berganda ini menggunakan asumsi bahwa biaya konstruksi sebagai variabel terikat dan biaya item-item pekerjaan sebagai variabel bebas. Kedua variabel tersebut mempunyai regresi linier berganda yang dapat dirumuskan sebagai berikut : Dimana : Y = a 0 + a 1 X 1 + a 2 X 2 + a 3 X 3 + a 4 X 4 + a 5 X 5 + a 6 X 6 + a 7 X 7 + a 8 X 8 + a 9 X 9 + a 10 X 10... (3.1) Y X 1 s/d X 10 a 0 s/d a 10 = Variabel terikat = Variabel bebas = Koefisien persamaan Untuk dapat melaksanakan teknik analisis data, pada awalnya data dikelompokkan berdasarkan variabel-variabel seperti yang terlihat pada Tabel. 3.1. Selanjutnya teknik analisis data pada penelitian ini dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut : (1) perhitungan pengaruh time value; (2) menentukan cost-significant items; (3) uji persyaratan untuk analisis; (4) analisis data; dan (5) pengujian model.

30 3.5.1 Perhitungan Pengaruh Time Value Dalam penelitian ini perhitungan pengaruh time value perlu dilaksanakan karena tahun anggaran proyek yang digunakan sebagai data penelitian adalah berbeda-beda. Dengan mempertimbangkan pengaruh time value maka akan mendapatkan nilai proyek yang riil. Pengaruh time value dapat dihitung karena berkurangnya nilai uang akibat faktor inflasi tiap tahunnya. Perhitungan menggunakan Future Value (FV) dengan persamaan 3.2 (Giatman, 2007) : F n P 1 i... 3.2 Keterangan persamaan : F : nilai harga pada proyeksi yang ditentukan P : harga sebelum diproyeksi i : faktor inflasi n : tahun proyeksi 3.5.2 Menentukan Cost-Significant Items Dengan melihat deskripsi hasil penelitian, didapatkan proporsi masingmasing komponen biaya (variabel bebas) terhadap jumlah biaya (variabel terikat). Proporsinya diurut dari yang terbesar sampai terkecil. Cost-significant items diidentifikasi sebagai item-item terbesar yang jumlah prosentasenya sama atau lebih besar dari 80% jumlah biaya. Variabel bebas yang diidentifikasi sebagai cost-significant items inilah yang selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan program SPSS.

31 3.5.3 Uji Persyaratan Analisis Sebelum melaksanakan analisis data, diperlukan pemenuhan atas prasyarat asumsi dasar ditribusi data pada variabel yang digunakan dalam analisis. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah uji normalitas yaitu data sampel hendaknya memenuhi persyaratan distribusi normal. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS (Statistical Product and Service Solution). Normalitas data dapat diketahui dengan statistik uji Kolmogorov Smirnov. Persyaratan data disebut normal jika nilai sig atau probabilitas atau p > 0,05. Sehingga data yang diuji memenuhi persyaratan uji normalitas. 3.5.4 Analisis Data Dalam penelitian ini analisis data menggunakan analisis inferensial yaitu analisis regresi berganda dengan dengan bantuan komputer program SPSS (Statistical Product and Service Solution). Dalam menganalisa kekuatan hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas digunakan analisis koefisien korelasi, yaitu dengan melihat nilai koefisien korelasi (R). Besar nilai R dapat diinterpretasi untuk memperkirakan kekuatan hubungan korelasi yang memiliki nilai antara -1 sampai dengan 1. Nilai R = 0 atau mendekati nol menunjukkan hubungan yang lemah diantara variabel tersebut. Jika R mendekati -1 menunjukkan antara variabel yang ditinjau hubungannya sangat kuat dan dikatakan berkoralasi negatif, yang artinya kenaikan nilai X akan terjadi bersama-sama dengan penurunan nilai Y atau sebaliknya. Dan

32 bila R mendekati 1, hubungan X dengan Y sangat kuat dan dikatakan berkorelasi positif, artinya kenaikan dan penurunan nilai X akan diikuti oleh kenaikan dan penurunan nilai Y. Untuk mengetahui sampai sejauh mana ketepatan atau kecocokan garis regresi yang diperoleh dalam mewakili kelompok data yang diteliti, maka perlu dilihat sampai seberapa jauh model yang terbentuk dapat menerangkan kondisi yang sebenarnya. Dalam analisis regresi dikenal suatu ukuran yang dapat dipergunakan untuk keperluan tersebut yaitu koefisien determinasi (R 2 ). Nilai koefisien determinasi (R 2 ) berkisar diantara 0 dan 1. Jika R 2 = 0, berarti tidak ada hubungan antara X dan Y atau model regresi yang terbentuk tidak sesuai untuk meramalkan Y. Dan bila R 2 = 1, maka model regresi yang terbentuk dapat meramalkan secara sempurna. Nilai koefisien determinasi (R 2 ) merupakan suatu ukuran yang menunjukkan besar sumbangan dari variabel bebas X terhadap variabel terikat Y. Dalam menganalisa apakah model regresi yang diperoleh layak dipergunakan dalam melaksanakan estimasi nilai variabel terikatnya, maka akan diuji dengan uji ANOVA atau F test dan uji t. Uji F dilaksanakan dengan cara membandingkan nilai probabilitas (Sig) dari F hitung dengan nilai tingkat signifikansi (α = 0,05). Jika nilai probabilitas (Sig) dari F hitung memiliki nilai lebih kecil dari tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini (α = 0,05), model regresi yang diperoleh dapat dipakai untuk memprediksi nilai variabel terikatnya. Dan sebaliknya jika nilai nilai probabilitas (Sig) dari F hitung memiliki nilai lebih besar dari tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini (α =

33 0,05), model regresi yang diperoleh tidak dapat dipakai untuk memprediksi nilai variabel terikatnya. Uji t dilaksanakan dengan cara membandingkan nilai probabilitas (sig) dari t hitung dengan nilai tingkat signifikansi (α = 0,05). Persamaan yang memenuhi syarat ditunjukkan dengan nilai probabilitas (sig) dari t hitung < 0,05. 3.5.5 Pengujian Model Model estimasi biaya yang dikembangkan perlu diuji keakuratannya. Menurut Poh dan Horner (1995), bahwa pengujian model bisa dilakukan dengan cara membagi biaya estimasi model dengan Cost Model Factor (CMF). CMF merupakan rata-rata rasio dari biaya estimasi model dengan biaya aktual. Akurasinya dalam bentuk persentase dan dievaluasi secara sederhana sebagai selisih antara harga yang diprediksi dengan yang sebenarnya, sesuai dengan persamaan 3.3 (Poh & Horner, 1995): ( Ev Av) Akurasi x100%... 3.3 Av Keterangan : Ev : Estimated bill value ( harga yang diprediksi ) Av : Actual bill value ( harga yang sebenarnya)

34 3.6 Kerangka Umum Penelitian : MULAI Latar Belakang A Rumusan Masalah Analisis Data Tujuan Penelitian Pengujian Model Manfaat Penelitian Simpulan dan Saran Landasan Teori SELESAI Pengumpulan Data Identifikasi Variabel Perhitungan Time Value Menentukan cost-significant items Uji Persyaratan Untuk Analisis Dengan Uji Normalitas A

35 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Data Proyek Data histori proyek yang sejenis didapatkan dari RAB (Rencana Anggaran Biaya) berkas penawaran pada kontrak kegiatan rehabilitasi/pemeliharaan jalan kabupaten pada bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jembrana. Data yang dihimpun berjumlah 48 paket pekerjaan dari tahun anggaran 2006 sampai 2009. Harga yang dimaksud tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Data yang disajikan meliputi : tahun pelaksanaan, luas jalan, biaya total proyek (Y) dan pengelompokan komponen biaya pekerjaan. Dimana data-data tersebut sudah melalui proses perhitungan pada setiap item, berdasarkan analisa satuan pekerjaan untuk masing-masing paket pekerjaan. Pengelompokan komponen biaya pekerjaan disesuaikan dengan identifikasi variabel bebas yang telah ditentukan diantaranya : pekerjaan persiapan (X1), bahan aspal (X2), bahan pemulihan jalan (X3), bahan agregat hotmik (X4), upah pemulihan jalan (X5), upah hotmix (X6), alat pemulihan jalan (X7), alat hotmix (X8), bahu jalan (X9), dan drainase (X10). Berikut ini ditampilkan data proyek seperti tabel 4.1. (halaman 37 s/d halaman 44). 35

36

37

38

39

40

41

42

43

44 4.2. Pengolahan Data Prinsip yang digunakan untuk mendapatkan rumus model biaya adalah menggunakan regresi linier berganda. Sebelum data dimasukkan ke dalam program statistik, maka diperlukan pengolahan data sekunder yang telah didapat dari histori penawaran. Luas jalan untuk masing-masing paket pekerjaan berbeda sesuai dengan panjang dan lebar untuk masing-masing ruas jalan. Untuk keseragaman data, maka data yang ada disesuaikan menjadi biaya per m 2 luas jalan. Biaya total pekerjaan (Y) dan komponen biaya pekerjaan (X1 s/d X10) dibagi luas jalan untuk masing-masing paket pekerjaan, sehingga Y adalah biaya per m 2 luas jalan dan X1 s/d X10 adalah komponen biaya per m 2 luas jalan. Berikut contoh perhitungannya : Data tahun 2009, Rehabilitasi/pemeliharaan jalan Paket I (APBD), dengan luas jalan 9.600,00 m 2, sehingga biaya per m 2 untuk masing-masing variabel menjadi : 1. Y = Rp. 858.496.453,57 / 9.600,00 m 2 = Rp. 89.426,71 per m 2. 2. X1 = Rp. 750.000,00 / 9.600,00 m 2 = Rp. 78,13 per m 2. 3. X2 = Rp. 531.946.847,27 / 9.600,00 m 2 = Rp. 55.411,13 per m 2. Hasil perhitungan selengkapnya seperti tabulasi data yang disajikan pada Tabel 4.3 (halaman 46 sampai dengan halaman 49) Pelaksanaan proyek ini dikerjakan dari tahun anggaran 2006 sampai 2009, maka untuk keseragaman dengan proyek-proyek lain yang juga diambil sebagai data masukan, masing-masing harga harus dibawa ke harga pada tahun yang ditentukan, dalam hal ini diproyeksikan ke tahun 2009. Akibatnya besar harga harus disesuaikan dengan inflasi yang berlaku pada tahun itu. Data inflasi yang

45 digunakan adalah inflasi umum yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jembrana, seperti Tabel 4.2. Tabel 4.2 Inflasi Umum di Kabupaten Jembrana No Tahun Inflasi Umum (%) 1 2006 4,30 2 2007 5,91 3 2008 9,62 Sumber : BPS Jembrana Berikut contoh perhitungannya : Data pada tahun 2008 diproyeksikan pada tahun 2009 : - Biaya total (Y) = Rp. 82.927,46 ( 1 + 0,0962) 1 = RP. 90.905,09 Data pada tahun 2007 diproyeksikan pada tahun 2009 : - Biaya total (Y) = {Rp. 59.104,55 ( 1 + 0,0591) 1 }(1+0,0962) 1 = RP. 68.619,52 Data pada tahun 2006 diproyeksikan pada tahun 2009 : - Biaya total (Y) = [{Rp. 60.902,81 ( 1 + 0,0430) 1 }(1+0,0591) 1 ] * (1 + 0,0962) 1 = RP. 73.747,69 Hasil perhitungan selanjutnya disajikan pada Tabel 4.4 (halaman 50 sampai dengan halaman 53).

46

47

48

49

50

51

52

53

54 BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Hasil Penelitian Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan data dalam bentuk kuantitatif tanpa menyertakan pengambilan keputusan. Data dipresentasikan dalam bentuk deskriptif tanpa diolah dengan teknik-teknik analisis lainnya. Hasil perhitungan analisis deskriptif untuk masing-masing variabel penelitian dapat disajikan pada Tabel 5.1 (halaman 55). Dari data proyek yang dianalisis yaitu 48 paket pekerjaan dapat diketahui bagaimana rata-rata proporsi komponen biaya per m 2 luas jalan, pekerjaan pemeliharaan berkala jalan kabupaten di Kabupaten Jembrana. Proporsi komponen biaya diuraikan dari yang terbesar yaitu : proporsi bahan aspal (X2) rata-rata sebesar 55,82%, bahan agregat hotmix (X4) sebesar 14,84%, alat hotmix (X8) sebesar 13,76%, drainase (X10) sebesar 4,79%, bahan pemulihan jalan (X3) sebesar 2,64%, upah pemulihan jalan (X5) sebesar 1,35%, bahu jalan (X9) sebesar 1,34%, upah hotmix (X6) sebesar 1,01%, alat pemulihan jalan (X7) sebesar 0,27%, dan pekerjaan persiapan (X1) sebesar 0,21%. Sedangkan rata-ratanya meliputi : Biaya (Y) = Rp. 86.492,66; pekerjaan persiapan (X1) = Rp. 177,49; bahan aspal (X2) = Rp. 48.284,01; bahan pemulihan jalan (X3) = Rp. 2.281,83; bahan agregat hotmix (X4) = Rp. 12.831,46; selengkapnya disajikan dalam bentuk grafik sesuai yang tertera pada gambar 5.1 (halaman 55). 54

55 Tabel 5.1 Deskripsi Hasil Penelitian No. Uraian Simbol Mean Std.Deviasi % (Rp) (Rp) 1 Jumlah Biaya Y 86.492,66 19.277,17 100,00 2 Pek. Persiapan X1 177,49 252,51 0,21 3 Bahan Aspal X2 48.284,01 13.636,85 55,82 4 Bahan Pemulihan Jalan X3 2.281,83 1.602,71 2,64 5 Bahan Agregat Hotmix X4 12.831,46 6.550,42 14,84 6 Upah Pemulihan Jalan X5 1.163,91 925,28 1,35 7 Upah Hotmix X6 870,43 268,20 1,01 8 Alat Pemulihan Jalan X7 236,34 221,72 0,27 9 Alat Hotmix X8 11.899,90 7.666,64 13,76 10 Bahu Jalan X9 1.163,00 2.127,91 1,34 11 Drainase X10 4.145,27 6.327,03 4,79 Sumber : Hasil SPSS Gambar 5.1 Proporsi Komponen Biaya Per M 2 Luas Jalan Sumber : Hasil SPSS