BAB III TINJAUAN KASUS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III TINJAUAN KASUS"

Transkripsi

1 BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 Juni 2005 di ruang VIII Graha Irawan. 1. Identitas a. Identitas Klien Nama : Tn. A; Umur : 21 th; jenis kelamin : laki laki; Agama : Katolik; Pendidikan : SD; Suku / Bangsa : Cina / Indonesia; Alamat : Gajah Timur Dalam IV/2 Semarang; Tanggal Masuk : 20 Juni 2005; No. CM , Pekerjaan : -; Dx Medik : Skizofrenia Paranoid. b. Identitas Penanggung Jawab Nama : Ny. I; Umur : 55 th; Agama : Katolik; Alamat : Gajah Timur Dalam IV/2 Semarang; Pekerjaan : Swasta; Hubungan dengan klien : Ibu Kandung. 2. Alasan Masuk Klien marah marah dan mau memukul kepala mamanya dengan batu. 3. Faktor Predisposisi Klien sebelumnya sudah masuk / pernah dirawat di RSJ dan sudah 3 tahun berturut turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga klien ada yang mengalami sakit seperti ini yaitu ayahnya. Dan kurang lebih 3 bulan sejak keluar dari RSJ, penderita sering marah marah tanpa sebab, sering melamun, sulit tidur, sering keluyuran.

2 4. Faktor Presipitasi Klien minum obat tak teratur. 5. Pemeriksaan Fisik a. Tanda-tanda Vital TD : 120/80 mmhg RR : 20 x / menit N : 80 x / menit S : 36,5 C b. Tinggi badan : 165 cm, berat badan : 48 kg c. Keadaan Fisik 1) Kepala : mesocephal, rambut hitam bersih 2) Mata : konjungtiva tak anemis 3) Hidung : bersih tak ada polip 4) Telinga : bersih tak ada serumen 5) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid 6) Dada : bentuk dada, tidak ada luka 7) Extremitas : tangan : ada luka lecet, otot tegang dan kaku Kaki : bersisik 6. Psikososial a. Genogram 58 th 55 th 21 th

3 Keterangan : Klien adalah anak ke 5 dari 5 bersaudara, kakak pertama sampai keempat sudah menikah. Di dalam keluarga ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa seperti klien yaitu ayahnya. Di dalam keluarga Ibu klien yang berperan besar dalam pengambilan keputusan b. Konsep Diri 1) Gambaran Diri Klien mengatakan Saya senang terhadap anggota tubuh saya karena semua adalah karunia Tuhan. 2) Identitas Diri Klien mengatakan Saya adalah anak terakhir dari 5 bersaudara. 3) Peran Klien berperan dalam keluarga membantu pekerjaan rumah mamanya. 4) Ideal Diri Klien tidak dianggap remeh dan tidak di musuhi oleh kakaknya yang nomor 1.

4 5) Harga Diri Klien merasa kecewa dengan kakaknya yang nomor 2, 3 dan 4 karena telah meremehkannya dan sering memarahinya. c. Hubungan Sosial Orang yang terdekat dengan klien adalah bapaknya. Dan semenjak bapaknya dibawa ke RSJ, klien merasa tidak ada yang memperhatikannya lagi. Klien marah marah di rumah karena mamanya banyak omong (cerewet). d. Spiritual Klien mengatakan Saya beragama Katolik dan Saya pergi ke gereja setiap hari Minggu. 7. Status Mental a. Penampilan Rambut klien tersisir rapi, berpakaian juga rapi tidak awut awutan. b. Pembicaraan Klien mau menjawab semua pertanyaan sesuai dengan pertanyaan. Bicara klien keras dan agak kurang jelas / pelat. c. Aktivitas Motorik Klien sering mondar mandir, jalannya dengan menyeret sandal. d. Alam Perasaan

5 Klien merasa resah dan tidak kerasan di rumah sakit jiwa karena tidak seperti di rumah, ingin apa apa langsung dikasih. e. Afek Afek klien sesuai dengan keadaan klien terbukti dengan saat menceritakan kebencian kepada kakanya klien memandang tajam dan bersuara keras. f. Interaksi Selama Wawancara Klien menatap tajam, namun klien menunjukkan sikap kooperatif terbukti dengan saat ditanya, klien menjawab sesuai pertanyaan. g. Persepsi Jenis halusinasi dengar klien saat sendiri mendengar suara setan cowok menyuruhnya untuk marah marah. h. Proses Pikir Saat ditanya klien menjawan sesuai pertanyaan tapi kadang melamun seperti memikirkan sesuatu. i. Isi Pikir Klien mempunyai anggapan bahwa orang yang disekitarnya adalah temannya. j. Tingkat Kesadaran Klien merasa bingung dan kacau dengan dirinya dan lingkungannya. k. Memori

6 Berdasarkan wawancara saat ditanya, klien menjawab sesuai kenyataan. Ini terbukti dengan anak ke berapa? klien menjawab anak terakhir dari lima bersaudara. l. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung Saat ditanya kapan berada di Rumah Sakit Jiwa Pusat Semarang? Kemarin siang hari Senin. m. Kemampuan Penilaian Klien dapat mengambil keputusan terbukti dengan pertanyaan cuci tangan dulu atau makan, cuci tangan dulu jawab klien. n. Daya Tilik Diri Klien sadar kalau dirawat di rumah sakit jiwa terbukti dengan pernyataan klien Karena Saya Stress. 8. Kebutuhan Persiapan Pulang a. Makan Klien makan 3 x sehari dan memakan makanan dengan sendok, minum 5 6 gelas sehari. b. BAB / BAK Klien dapat BAB / BAK sendiri pada tempatnya dan dapat merapikan kembali. c. Mandi Klien mandi 2 x sehari dan bila merasa panas langsung mandi. d. Berpakaian

7 Klien selalu minta untuk ganti pakaiannya tiap hari dan mengenakannya dengan benar. e. Istirahat dan Tidur Klien tidur pada tempat tidur dan mulai tidur jam sampai WIB, malam jam sampai WIB. f. Penggunaan Obat Klien selalu minum obat yang diberikan setelah makan. g. Pemeliharaan Kesehatan Klien ingin pulang dan tinggal d rumah untuk istirahat dan dirawat oleh mamanya. h. Aktivitas di dalam rumah Saya membantu mama mencuci piring sendiri di rumah i. Aktivitas di luar rumah Saya tidak bekerja dan saya sering main di tetangga. 9. Mekanisme Koping Apabila klien mempunyai masalah, klien lebih suka cerita dengan bapaknya atau kakanya yang nomor satu. Klien tidak pernah memendam masalahnya sendiri. Dan klien mengatakan Saya paling tidak suka diremehkan dan dimarahi oleh orang lain. 10. Masalah Psikososial dan Lingkungan

8 Hubungan klien dengan kakanya nomor 2, 3 dan 4 tidak baik karena klien sering dimarahi dan dianggap tidak bisa apa apa. 11. Pengetahuan Klien merasa selama ini dia cukup sabar dalam menghadapi masalah tetapi kalau dimarahi terus menerus, klien paling tak tahan. 12. Aspek Medis a. Diagnosa Medis : Schyzophrenia Paranoid b. Terapi Medis : CPZ 1 x 100 mg, THP 1 x 2 mg 13. Data Fokus a. Klien marah marah sama temannya karena temannya lihat dia sedang makan b. Klien bicara sendiri c. Klien mondar mandir d. Klien tersenyum sendiri e. Wajah klien tegang, kaku dan pandangan matanya tajam 14. Pengelompokan Data DS : - DO : - Klien marah marah sama temannya karena temannya lihat dia sedang makan - Klien bicara sendiri - Klien mondar mandir - Klien tersenyum sendiri - Wajah klien tegang, kaku dan pandangan matanya tajam

9 15. Analisa Data Pengkajian tanggal 23 Juni 2005 jam WIB 1. S : O : - Klien marah marah sama temannya karena temannya lihat dia sedang makan - Klien mondar mandir - Wajah klien tegang, kaku dan pandangan matanya tajam P : Marah agresif 2. S : O : - Klien bicara sendiri - Klien tersenyum sendiri P : Perubahan persepsi sensori : halusinasi dengar Pengkajian tanggal 23 Juni 2005 jam WIB 1. S : Klien mengatakan Saya mendengar suara setan cowok yang menyuruh saya memukul ibu saya O : - Wajah klien tegang - Pandangan matanya tajam P : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan 16. Masalah Keperawatan 1) Marah agresif 2) Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan 3) Perubahan persesi sensori : halusinasi dengar

10 17. Pohon Masalah Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Marah Agresif Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi B. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan marah agresif 2. Gangguan ekspresi marah : agresif berhubungan dengan halusinasi

11 C. Fokus Intervensi Tanggal No. Dx 23 Juni 05 1 Resiko Mencederai Diagnosa Perencanaan Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan marah agresif TUM : Klien tidak mencederai diri sendiri dan orang lain dengan melakukan marah agresif. TUK 1 : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x pertemuan 1. Klien mengungkapkan perasaannya 2. Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal (dari diri sendiri, lingkungan atau orang lain) Intervensi 1.1. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkap kan perasaannya Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel / kesal TTD

12 TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x pertemuan TUK 3 : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan 2.1. Klien dapat mengungkapkan perasaannya saat marah / jengkel Klien dapat menyimpulkan tanda tanda jengkel / kesal yang dialami 3.1. Klien dapat mengungkap kan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan setelah dilakukan 3.2. Klien dapat Anjurkan klien mengungkapkan perasaannya pada saat jengkel / kesal Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami klien Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien Bantu klien bermain peran sesuai dengan

13 tindakan keperawatan selama 1 x pertemuan TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x pertemuan bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan 3.3. Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah / tidak 4.1. Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan Bicarakan dengan klien, apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai Bicarakan akibat / kerugian dari cara yang dilakukan klien Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien Tanyakan kepada klien apakah ia ingin

14 TUK 5 : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x pertemuan 5.1. Klien dapat melakukan cara berespon terhadap marah secara konstruktif mempelajari cara yang sehat Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat : a. Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal atau memukul bantal / kasur, olah raga atau melakukan pekerjaan yang memerlukan tenaga b. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang kesal / tersinggung / jengkel (saya kesal anda berkata

15 seperti itu, saya marah karena mama tidak memenuhi keinginan saya) c. Secara sosial : lakukan dalam kelompok caracara marah yang sehat, latihan asertif, latihan managemen perilaku kekerasan d. Secara spiritual : anjurkan klien sembahyang, berdoa / ibadah lain ; meminta pada Tuhan untuk diberi kesabaran, mengadu kepada Tuhan tentang kekesalan / kejengkelan TUK 6 : 6.1. Klien dapat Bantu klien memilih cara Klien mendemonstrasi dapat kan mendemonstras i kan cara mengontrol yang tepat untuk klien Bantu klien

16 cara mengontrol perilaku kekerasan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x pertemuan TUK 7 : Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan setelah dilakukan perilaku kekerasan : - Fisik : tarik nafas dalam, olah raga, pukul kasur dan bantal - Verbal : mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti - Spiritual : sembahyang, berdoa atau beribadah lain Keluarga klien dapat : - Menyebutkan cara merawat klien dengan perilaku mengidentifikasi cara tersebut Bantu klien menstimulasi cara tersebut (role play) Beri reinforcement positif atas ke berhasilan klien menstimulasi cara tersebut Anjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel / marah Susun jadwal melakukan cara yang telah dipelajari Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat kien dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini Jelaskan peran serta

17 tindakan keperawatan selama 1 x pertemuan kekerasan - Mengungkapka n rasa puas dalam merawat klien keluarga dalam merawat klien Jelaskan cara-cara merawat klien : - Terkait dengan cara merawat klien secara konstruktif - Sikap tenang, bicara tenang dan jelas - Membantu klien mengenal penyebab marah Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi

18 TUK 8 : Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program pengobatan) setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x pertemuan 8.1. Klien dapat menyebutkan obat obat yang diminum dan kegunaannya (jenis, waktu, dosis dan efek) 8.2. Klien dapat minum obat sesuai program pengobatan Jelaskan jenis jenis obat yang diminum klien Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seijin dokter Jelaskan prinsip benar obat (baca nama yang tertera pada botol obat, dosis obat, waktu dan cara minum) Jelaskan manfaat mnum obat dan efek obat yang perlu diperhatikan Anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu Anjurkan klien melaporkan pada perawat

19 / dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan Beri pujian jika klien minum obat dengan benar. 23 Juni 05 2 Gangguan Ekspresi, TUM : marah, agresif Klien tidak marah berhubungan dengan agresif halusinasi TUK 1 : 1.1. Klien dapat Adakan kontak sering dan Klien dapat mengenali menyebutkan singkat secara bertahap halusinasi waktu, isi, Observasi tingkah laku frekuensi klien terkait dengan timbulnya halusinasinya : bicara dan halusinasi tertawa tanpa stimulus, 1.2. Klien dapat memandang ke kiri / ke mengungkapka kanan / ke depan seolah n perasaan olah ada teman bicara

20 terhadap halusinasinya Bantu klien mengenal halusinasinya a. Jika menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan apakah ada suara yang didengar b. Jika klien menjawab ada, lanjutkan : apa yang dikatakan c. Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan nada bersahabat tanpa menuduh/ menghakimi) d. Katakan bahwa klien lain juga ada seperti klien e. Katakan bahwa perawat

21 akan membantu klien Diskusikan dengan klien : a. Situasi yang menimbulkan halusinasi b. Waktu & frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore dan malam hari atau jika sendiri, jengkel / sedih) Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah / takut, senang, sedih) beri kesempatan mengungkapkan perasaannya. TUK 2 : 2.1. Klien dapat Identifikasi bersama

22 Klien dapat menyebutkan klien cara tindakan yang mengontrol tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasinya biasanya halusinasi (tidur, marah, dilakukan untuk menyibukkan diri dan mengendalikan lain - lain) halusinasinya Diskusikan manfaat cara 2.2. Klien dapat yang dilakukan klien, menyebutkan jika bermanfaat beri cara baru pujian 2.3. Klien dapat Diskusikan cara baru memilih cara untuk memutus / mengatasi mengontrol timbulnya halusinasi seperti halusinasi : yang telah a. Katakan Saya tidak didiskusikan mau dengar kamu dengan klien (pada saat halusinasi terjadi) b. Menemui orang lain (perawat / teman /

23 anggota keluarga) untuk bercakap cakap atau mengatakan halusinasi yang terdengar. c. Membuat jadwal kegiatan sehari hari agar halusinasi tidak sampai muncul d. Meminta keluarga/teman/pera wat menyapa jika tampak bicara sendiri Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap Beri kesempatan untuk

24 TUK 3 : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya 3.1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat 3.2. Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk melakukan cara yang telah dilatih. Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil Anjurkan klien mengikuti terapi aktifitas kelompok orientasi relaita, stimulasi persepsi Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi Diskusikan dengan keluarga (pada saat keluarga berkunjung / pada saat kunjungan rumah) : a. Gejala halusinasi

25 mengendalikan halusinasi yang dialami klien. b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi c. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah, beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama d. Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan : halusinasi tidak terkontrol dan resiko mencederai

26 TUK 4 : Klien memanfaatkan obat dengan baik 4.1. Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping obat Klien dapat mendemonstrasi kan penggunaan obat dengan benar 4.3. Klien dapat informasi tentang efek dan efek samping obat 4.4. Klien dapat memahami orang lain Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat yang dirasakan Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi Bantu klien menggunakan obat

27 akibat berhentinya obat tanpa konsultasi 4.5. Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat. dengan prinsip benar.

28 D. Implementasi dan Evaluasi No. Tgl / Jam 1 23 Juni WIB Dx TUK Implementasi Evaluasi TTD I 1, 2, 3 1. Memperkenalkan diri S : pada pasien 2. Membantu klien untuk mengungkapkan penyebab marah 3. Mendiskusikan bersama klien tanda gejala marah 4. Menganjurkan klien untuk mengungkapkan marah 5. Memberikan reinforcement positif pada klien Klien mengatakan Penyebab saya marah karena kepala saya pusing dan mama cerewet sehingga saya mau memukul kepala mama dengan batu. Biasanya kalau saya marah tangan saya mengepal dan mata melotot O : Klien mau memukul kepala mamanya dengan batu Klien saat marah tangannya mengepal dan mata melotot

29 2 24 Juni WIB I 3, 4 1. Menanyakan tentang tugas/pr kembali mengingat penyebab, tanda gejala marah. 2. Mendiskusikan tentang cara marah pada klien yang biasa dilakukan 3. Mendiskusikan akibat perilaku kekerasan yang biasa klien lakukan 4. Memberikan reinforcement positif atas jawaban klien A : TUK 1, 2 tercapai, klien dapat mengungkapkan penyebab marah dan tanda gejala marah. P : K : memberi kan tugas / PR untuk mengingat penyebab marah dan tanda gejala marah P : P : Lanjutkan TUK 3 dan 4 S : Klien mengatakan Saya kalau marah ingin memukul mama dan akibatnya mama kesakitan. O : Mata melotot klien dan pandangan mata tajam, klien mau menjawab pertanyaan

30 3 25 Juni WIB I 5, 6 1. Menanyakan tugas mengingat cara marah dan akibat marah 2. Mendiskusikan salah satu cara konstruktif dalam merespon marah tarik nafas dalam, tahan dan lepaskan lewat mulut pelan pelan. A : TUK 3, 4 tercapai, klien dapat mengungkapkan cara marah yang biasa klien lakukan dan akibat dari marah P : K : memberi tugas / PR untuk mengingat cara marah yang biasa klien lakukan dan akibatnya P : lanjutkan TUK 5, 6 S : Klien mengatakan Saya akan mencobanya mbak Yayut O : Klien men demonstrasikan cara tarik nafas dalam secara benar, ekspresi wajah senang.

31 3. Mendorong / memotivasi untuk mendemonstrasikan cara konstruktif tersebut. 4. Memberi reinforcement positif klien A : TUK 5, 6 tercapai, klien dapat melakukan cara marah yang konstruktif dan memperagakan di depan perawat. P : K : memberi kan tugas pada klien untuk mencoba cara konstruktif tersebut dan belajar menerapkannya

32 4 27 Juni WIB I 8 1. Menanyakan tugas kemarin yaitu melaksanakan latihan nafas 2. Mendiskusikan tentang jenis obat, efek samping dan akibat jika berhenti obat tanpa ijin dokter P : lanjutkan TUK 8 yaitu klien dapat menggunakan obat dengan benar sesuai program pengobatan S : Klien mengatakan tidak mau minum atau mendengarkan tentang obat dengan alasan tubuhnya menjadi panas dan mulut kering O : Kontak mata kurang, bicara agak keras. A : TUK 8 yaitu klien dapat minum obat sesuai program pengobatan belum teratasi

33 5 27 Juni WIB II I 1. Klien dapat menyebutkan waktu timbulnya halusinasi 2. Klien dapat mengungkaopkan perasaan terhadap halusinasinya P : K : memberi tugas pada klien untuk menemui perawat bertanya tentang obat yang diberikan oleh klien P : ulangi TUK 8 atau lanjutkan Dx II S : Klien mengatakan Saya mendengar suara setan cowok yang menyuruh saya memukul mama dan suara itu timbul pada waktu saya sendirian O : Wajah klien tegang dan kebingungan A : TUK I tercapai

34 P : K : memberi tugas pada klien untuk mengingat lagi tentang halusinasinya P : mendelegasikan kepada perawat ruangan tentang intervensi yang belum dilaksanakan dan implementasi yang sudah dilakukan, baik yang sudah teratasi maupun yang belum teratasi

35 BAB IV PEMBAHASAN Pada bab pembahasan ini akan diuraikan mengenai pembahasan masalah yang terjadi di dalam kasus dan penyelesaiannya beserta perbandingan teori dengan kenyataan yang terjadi di lapangan saat pemberian asuhan keperawatan klien dengan gangguan ekspresi marah pada Tn. A di ruang VIII Graha Irawan RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Dari kasus yang dikelola penulis pada Tn. A dapat dimunculkan beberapa diagnosa keperawatan yaitu : resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan marah agresif dan gangguan ekspresi marah, agresif berhubungan dengan halusinasi. Adapun uraian pembahasan dari masing masing diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut : A. Resiko mencederai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan berhubungan dengan marah Agresif Pada pengkajian didapatkan data klien mengatakan Saya marah dan mau memukul kepala mama dengan batu, klien mondar mandir, wajah klien tegang, kaku dan pandangan matanya tajam. Kelliat (1996) marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. Adapun kemarahan dapat menimbulkan perilaku kekerasan yang dimanifestasikan dengan marah (dendam), jengkel, muka merah, pandangan tajam, bawel, berdebat, tidak bermoral dan kekerasan yang merusak lingkungan.

36 Tidak terdapat perbedaan / kesenjangan pada data yang terdapat pada konsep teori dan data yang ada pada klien, karena data yang ada pada klien sudah sesuai dengan data yang ada pada teori. Pada diagnosa keperawatan, resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan marah agresif. Intervensi yang tidak dapat dilaksanakan adalah TUK 7 yaitu klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol marah agresif. Hal ini terjadi karena selama dilakukan asuhan keperawatan pada tanggal Juni 2005, keluarga tidak menjenguk klien di rumah sakit. Kelliat (1996) keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberi perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat sakit) klien. Oleh karena itu, asuhan keperawatan yang berfokus pada keluarga bukan hanya memulihkan keadaan klien, tetapi bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan dalam keluarga tersebut. Mengingat begitu pentingnya keterlibatan keluarga dalam perawatan klien di rumah sakit, maka upaya penulis adalah menginformasikan kepada perawat ruangan tentang pentingnya peran serta keluarga. Disamping itu penulis juga memberi support mental kepada klien agar dapat melanjutkan hubungan peran sesuai dengan tanggung jawabnya dan klien menerimanya yang dibuktikan dengan klien mau melakukan cara konstruktif dalam berespon terhadap marah yang telah didiskusikan bersama penulis agar tidak melakukan marah agresif. Selanjutnya intervensi yang kurang dapat dilaksanakan adaah TUK 8, yaitu klien tidak dapat menggunakan obat dengan benar sesuai dengan

37 program pengobatan. Hal ini terjadi karena klien tidak mau dan bersikap menolak ketika mendiskusikan tentang obat. Klien mengatakan malas minum obat dengan alasan setelah minum obat, tubuhnya menjadi panas dan mulut kering. Depkes (1983) terapi dengan obat adalah terapi dengan menggunakan obat yang tujuannya untuk mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa itu sendiri. Obat yang untuk mengobati pasien gangguan jiwa termasuk dalam golongan obat psikofarmako yang berpengaruh pada jiwa / tingkah laku. Merujuk dari sangat pentingnya pasien dapat menggunakan obat dengan benar sesuai program pengobatan, upaya yang telah dilakukan penulis untuk mengatasi TUK 8 ini adalah menginformasikan dengan perawat ruangan bahwa pada kenyataannya klien tidak mau minum obat, dan tanpa sepengetahuan perawat, obat yang diberikan pada klien tidak mau diminum atau dibuang. Pada diagnosa keperawatan resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan marah agresif, evaluasi akhir yang didapat pada klien adalah klien dapat, menyebutkan penyebab marah (yaitu kepala klien pusing dan mama cerewet sehingga saya mau memukul mama), klien dapat menyebutkan tanda / gejala marah (tangan saya mengepal, mata melotot), cara yang biasa dilakukan saat marah (ingin memukul mama), mengetahui akibat dari cara marah yang biasa klien lakukan (mama kesakitan), klien mau mempelajari tentang cara marah yang konstruktif (nafas dalam) dan klien mau mendemonstrasikan cara marah yang konstruktif (latihan nafas dalam secara benar).

38 Sedangkan, kriteria evaluasi pada konsep teori adalah klien dapat mengidentifikasi penyebab marah, klien dapat mengidentifikasi tanda / gejala saat marah, klien dapat mengidentifikasi cara marah yang biasa dilakukan, klien dapat mengidentifikasi akibat dari cara marah yang biasa dilakukan, klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan, klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol marah agresif dan klien dapat menggunakan obat dengan benar sesuai program pengobatan. Dari evaluasi yang didapat pada klien dan kriteria evaluasi pada konsep teori, hal yang belum dapat dicapai adalah tidak adanya dukungan dari pihak keluarga, karena selama dilakukan asuhan keperawatan, keluarga tidak menjenguk klien. Dan hal yang kurang dapat dicapai dalam pelaksanaannya adalah klien dapat menggunakan obat dengan benar, karena klien tidak mau dan bersikap menolak saat mendiskusikan tentang program pengobatan klien. B. Gangguan Ekspresi Marah : Agresif berhubungan dengan halusinasi Pada pengkajian di dapatkan data klien mengatakan Saya mendengar suara setan cowok yang menyuruh saya memukul mama. Ditambah data objektif, klien bicara sendiri, klien tersenyum sendiri. Depkes (1983) halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh / baik. Maramis (1990) halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar. Tidak terdapat kesenjangan antara data pada konsep teori dengan data yang ada pada klien, karena data yang ada pada klien sesuai dengan data yang ada pada konsep teori.

39 Pada diagnosa keperawatan gangguan ekspresi marah berhubungan dengan halusinasi, intervensi yang disusun dalam pelaksanaannya tidak semua dilaksanakan, dan baru dilaksanakan untuk tujuan khusus yang pertama, yaitu : Klien dapat mengenali halusinasinya. Dan upaya yang telah dilaksanakan pada masalah keperawatan kedua ini adalah mendelegasikan pada perawat ruangan tentang intervensi yang belum dilaksanakan dan implementasi yang sudah dilakukan. Sedangkan kriteria evaluasi pada konsep teori adalah klien dapat mengenali halusinasinya, klien dapat mengontrol halusinasinya, klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya, klien memanfaatkan obat dengan baik. Dari evaluasi yang didapat pada klien dan kriteria evaluasi pada konsep teori, hal yang belum dicapai adalah klien dapat mengontrol halusinasinya, klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya, klien dapat memanfaatkan obat dengan baik. Hal ini dikarenakan penulis mempunyai keterbatasan waktu dalam menyelesaikan asuhan keperawatan.

40 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Perawat dapat mengantisipasi terjadinya kemarahan dengan tindakan yang agresif dan tidak terkontrol yang dapat membahayakan klien dan lingkungan dengan cara menyatakan pada klien akan cara marah yang sehat dengan menyalurkan energi seperti aspek fisik dengan tarik nafas dalam jika sedang kesal atau memukul bantal / kasur dan jalan jalan. 2. Perawat dapat membantu klien dalam mengungkapkan kemarahannya dengan cara mengidentifikasi penyebab marah dan mencari pemecahannya. B. Saran 1. Dalam mengantisipasi terjadinya kemarahan dengan tindakan agresif diterapkan perawat dapat menyatakan pada klien akan cara marah yang sehat dengan menyalurkan energi marah secara fisik, verbal, sosial, spiritual. 2. Dalam membantu klien mengungkapkan kemarahannya diharapkan perawat mampu mencari penyebab marah yang dialami oleh klien dan pemecahan masalahnya.

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Nama Umur Pendidikan Alamat Agama : Tn.G : 30 th : tamat SMA : Blora : Islam Tanggal masuk : 06/12/2009 Tgl pengkajian : 06/12/2009 No.cm : 06 80

Lebih terperinci

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG A. Identitas Pasien 1. Inisial : Sdr. W 2. Umur : 26 tahun 3. No.CM : 064601

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 5 Januari 2008 diruang II Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan Skizofrenia berkelanjutan.

Lebih terperinci

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI Nama Klien : Diagnosa Medis : No MR : Ruangan : Tgl No Dx Diagnosa Keperawatan Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Keperawatan Jiwa 1. Biodata Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 27 Desember 2010 di ruang Gatotkoco RSJD Dr. amino Gondohutomo Semarang a. Identitas klien Nama :

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien 1. Nama : Ny. S 2. Umur : 34 tahun 3. Jenis kelamin : Perempuan 4. Alamat : Singorojo Kendal 5. Agama : Islam 6. Pendidikan : SLTA 7. Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 19 Januari 2009, jam 10.00 WIB, di Ruang VIII Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondhohutomo Semarang. 1. Biodata a. Identitas klien

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas 1. Pasien Nama : Tn. S Umur : 30 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pendidikan : SMP Pekerjaan : Tani Alamat : Grobogan Suku Bangsa : Jawa, Indonesia No.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 Desember 2008 diruang III Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan Skizofrenia paranoid.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. dr. Aminogondhohutomo, data diperoleh dari hasil wawancara dengan klien

BAB III TINJAUAN KASUS. dr. Aminogondhohutomo, data diperoleh dari hasil wawancara dengan klien BAB III TINJAUAN KASUS I. PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 Januari 2008 di ruang XII RSJD dr. Aminogondhohutomo, data diperoleh dari hasil wawancara dengan klien dan data dari catatan medik

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register 14 BAB III RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2004 1. Identitas a. Identitas pasien Nama klien Ny. K, umur 30 tahun, agama Kristen, pendidikan SD, suku/bangsa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal di Ruang ketergantungan

BAB III TINJAUAN KASUS. 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal di Ruang ketergantungan BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 18-12-2008 di Ruang ketergantungan obat Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondho Hutomo Semarang, dengan diagnosa medis skizofrenia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun oleh : CAHYO FIRMAN TRISNO. S J 200 090

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998). BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal Desenber Nama Sdr. S, umur 15 tahun, agama islam, pendidikan SLTP, No CM ,

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal Desenber Nama Sdr. S, umur 15 tahun, agama islam, pendidikan SLTP, No CM , BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 29 Desenber 2004. I. Identitas a. Identitas Nama Sdr. S, umur 15 tahun, agama islam, pendidikan SLTP, No CM 038164, Alamat Tayu

Lebih terperinci

perawatmasadepanku@blogspot.com Join With Us : Email : hendritriyulianto@gmail.com Facebook : Hendri Ty Kunjungi dan D a p a t k a n!!! K u m p u l a n A s k e p L e n g k a p H a n y a D i : perawatmasadepanku@blogspot.com

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 desember 2010, pukul 09.00 WIB di ruang Gatot Koco Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondhohutomo Semarang, dengan diagnosa

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 Desember 2009 jam 10.00 wib A. Pengkajian Tanggal masuk Rumah Sakit : 05-11-2009 Bangsal di rawat : Gatotkoco/ruang VI No Rekam Medis : 067714

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Diruang : VIII (Graha Irawan) Tanggal : 16 januari 2008 1. Identitas a. Identitas klien Nama : Sdr.P, Umur :31 tahun, Jenis kelamin : Laki-laki, Suku : Jawa, Agama

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Inisial klien : Tn W Umur : 38 Th Jenis Kelamin : Laki-Laki Suku : Jawa Alamat : Desa terban RT 008 / 001 penawangan, Grobogan Tanggal pengkajian

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal di ruang VII (Hudowo) RSJ

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal di ruang VII (Hudowo) RSJ BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 9-01-2008 di ruang VII (Hudowo) RSJ Amino Gondohutomo Semarang, dengan diagnosa medik : skizofrenia tak terinci. Pasien bernama

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORI

BAB III TINJAUAN TEORI BAB III TINJAUAN TEORI Tanggal Pengkajian : 12 Januari 2009 A. Identitas Pasien Nama Umur Jenis Kelamin Agama Suku / Bangsa Pendidikan Pekerjaan Status Alamat : Sdr. A : 25 Tahun : Laki-laki : Islam :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.

Lebih terperinci

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. D DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG KRESNA ( X ) RSJD dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. D DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG KRESNA ( X ) RSJD dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. D DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG KRESNA ( X ) RSJD dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Desember 20010 pukul 10.00

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN A. Pembahasan Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan yang penulis dapatkan antara konsep dasar teori dan kasus nyata Sdr. D diruang Dewa Ruci RSJD Amino Gondohutomo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perilaku kekerasan merupakan salah satu yang diekspresikan dengan melakukan ancaman, menciderai orang lain ataupun merusak lingkungan (Keliat dkk, 2011). Kemarahan

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014 Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Umur Status perkawinan Agama Pendidikan Pekerjaan : Tn. M : Laki-laki : 34 thn : Sudah Menikah : Islam

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas 1. Pasien Nama Umur Jenis kelamin Agama Pendidikan : Nn. K : 17 tahun : Perempuan : Islam : SMA Pekerjaan : - Alamat Suku bangsa : Karangawen, Demak : Jawa, Indonesia

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. laki - laki, pendidikan pasien STM, dan tidak bekerja, pasien tinggal di

BAB III TINJAUAN KASUS. laki - laki, pendidikan pasien STM, dan tidak bekerja, pasien tinggal di 37 BAB III TINJAUAN KASUS B. Pengkajian I. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 Desember 2008 diruang VI Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan Skizofrenia paranoid.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi

Lebih terperinci

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE)

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE) 1 PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE) A. Identitas Klien Inisial Klien Usia Agama Pendidikan : Ny. F : 42 Tahun : Islam : SMA Nomor Register : 02. 14. 77 Masuk RSJSH : 27/03/2012 Nama Keluarga Alamat

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN Masalah Utama: Resiko Perilaku Kekerasan Proses Terjadinya Masalah Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang

Lebih terperinci

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA Disusun Oleh: DESI SUCI ANGRAENI SRI WAHYUNINGSIH PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny.

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny. PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny. V DI TANGGERANG DI SUSUN OLEH MARIA FRANSISKA 1410721043 PROGRAM STUDI PROVESI NERS FAKULTAS

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. 1. Masalah Utama Perilaku Kekerasan

LAPORAN PENDAHULUAN. 1. Masalah Utama Perilaku Kekerasan LAPORAN PENDAHULUAN 1. Masalah Utama Perilaku Kekerasan 2. Proses Terjadinya Masalah A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. paranoid. Klien bernama Tn.ES, umur 33 th, laki-laki, pendidikan terakrih

BAB III TINJAUAN KASUS. paranoid. Klien bernama Tn.ES, umur 33 th, laki-laki, pendidikan terakrih BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian di lakukan pada tanggal 27 Desember 2010 diruang 5 Rumah Sakit Jiwa Daerah Semarang Dr.Amino Gondhohutomo Semarang, dengan skizofrenia paranoid. Klien bernama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA RUANGAN RAWAT : TANGGAL DIRAWAT : I. IDENTITAS KLIEN Inisial : ( L

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN SP DENGAN HALUSINASI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN SP DENGAN HALUSINASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN SP DENGAN HALUSINASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN SP DENGAN HALUSINASI DI RUANG PERKASA RSJD DR.RM.SOEDARMADJI KLATEN Di susun dan di ajukan untuk memenuhi tugas keperawatan jiwa

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Data Fokus Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 Juni 2011 jam 16.00 WIB pada keluarga Tn.L (60th). Tn.L merupakan kepala keluarga dari Ny. N (51th) dan kedua anaknya

Lebih terperinci

Koping individu tidak efektif

Koping individu tidak efektif LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI I. PROSES TERJADINYA MASALAH Isolasi social merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA Ruang rawat :... Tanggal dirawat:... A. IDENTITAS KLIEN Nama :... L/P) Umur :... tahun No. CM :... Tanggal masuk :... B. ALASAN MASUK/FAKTOR PRESIPITASI......

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 26 Desember 2007 di ruang III (Graha Citro Anggono) Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondho Utomo Semarang, dengan diagnosa

Lebih terperinci

KMSJ Kartu Menuju Sehat Jiwa

KMSJ Kartu Menuju Sehat Jiwa KMSJ Kartu Menuju Sehat Jiwa JAWA TIMUR SEHAT JIWA NAMA : TTL : ALAMAT : POSYANDU : TGL PENDAFTARAN : BAWALAH KMSJ SETIAP KALI KE POSYANDU KESEHATAN JIWA Created by: Ns. Heni Dwi Windarwati.,M.Kep.,Sp.Kep.J

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA A. IDENTITAS KLIEN Nama :... L/P) Umur :... tahun No. CM :... Tanggal masuk :... B. ALASAN MASUK/FAKTOR PRESIPITASI...... C. FAKTOR PREDISPOSISI 1. Pernah mengalami

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG CITRO ANGGODO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG CITRO ANGGODO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG CITRO ANGGODO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh Y. Susilowati 1), D.W.Ningsih 2) 1) Dosen Akademi Keperawatan Krida Husada,

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL A. Pengertian Isolasi social adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan

Lebih terperinci

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A.

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A. Asuhan Keperawatan kasus I. PENGKAJIAN Nama/Inisial : Tn. S Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 28 tahun Status perkawinan : Belum menikah Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : - Alamat :Jl. Dusun I

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan,

BAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGGODANI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGGODANI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGGODANI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA DI SUSUN OLEH: DEVI CHRISTINA PANCANINGTYAS NIM. P.10086 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Klien masuk RSJD Dr. Aminogondoutomo pada tanggal 14 Januari 2009.

BAB III TINJAUAN KASUS. Klien masuk RSJD Dr. Aminogondoutomo pada tanggal 14 Januari 2009. BAB III TINJAUAN KASUS A PENGKAJIAN Klien masuk RSJD Dr. Aminogondoutomo pada tanggal 14 Januari 2009. Klien di rawat di ruang XI Larasati dengan nomor RM 063245. Perawat melakukan pengkajian pada tanggal

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon

BAB II KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon BAB II KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN A. PENGERTIAN Perilaku kekerasan adalah suatu kondisi maladaptif seseorang berespon terhadap marah (Townsend, M.C. 1998). Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu melakukan atau. (1998); Carpenito, (2000); Kaplan dan Sadock, (1998)).

BAB II KONSEP DASAR. perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu melakukan atau. (1998); Carpenito, (2000); Kaplan dan Sadock, (1998)). BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap

BAB II TINJAUAN TEORI. Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. (Stuart and sundeen, 1991). Pengungkapan kemarahan dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN TEORI BAB II. A. Pengertian. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

TINJAUAN TEORI BAB II. A. Pengertian. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) BAB II TUNJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) Menarik diri merupakan suatu keadaan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. Z DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA DisusunOleh : HILYATUN NISA J 200 090

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal di ruang VI (Gatot Kaca) RSJ Amino

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal di ruang VI (Gatot Kaca) RSJ Amino BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasien Tanggal masuk RSJ : 27-12-2007 Pengkajian dilakukan pada tanggal 30-12-2007 di ruang VI (Gatot Kaca) RSJ Amino Gondohutomo Semarang, dengan diagnosa medik : Skizofrenia

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat Mendapatkkan gelar ahli madya keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. : Jawa, Indonesia. : 10 Januari 2011 pukul WIB. Semarang

BAB III TINJAUAN KASUS. : Jawa, Indonesia. : 10 Januari 2011 pukul WIB. Semarang BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Nama Umur Jenis Kelamin Alamat Suku Agama Status Perkawinan Pendidikan : Tn.S : 33 tahun : Laki-laki : Ungaran : Jawa, Indonesia : Islam : Kawin : SD Nomor Register

Lebih terperinci

NURSING CARE PLAN (NCP)

NURSING CARE PLAN (NCP) NURSING CARE PLAN (NCP) 1. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN Nama Klien : DiagnosaMedis : No CM : Ruangan : Tgl No. Dx Diagnosa Keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggl 6 Januari 2008, di ruang IV

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggl 6 Januari 2008, di ruang IV BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pengkajian dilakukan pada tanggl 6 Januari 2008, di ruang IV (Dewaruci) Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Aminogondho Hutomo Semarang, dengan diagnosa medis Skizophrenia Katatonik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit. Sebagai pemberian pelayanan kesehatan yang komplek, mutu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007) BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, baubauan, pengecapan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Isolasi sosial sering terlihat pada klien skizofrenia. Hal ini sebagian akibat tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan kehilangan batasan

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHANKEPERAWATAN PADA Nn. M DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RSJD SURAKARTA

STUDI KASUS ASUHANKEPERAWATAN PADA Nn. M DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RSJD SURAKARTA STUDI KASUS ASUHANKEPERAWATAN PADA Nn. M DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RSJD SURAKARTA DISUSUN OLEH : DEVI ANGGRAINI NIM. P.10013 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

Lebih terperinci

MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE

MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE Lampiran 8 MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE 2009.33.032 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh R.Purwasih 1), Y. Susilowati 2), 1) Alumni Akademi Keperawatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN. Jl. Piere Tendean No. 24 Telp , fax Semarang, 50131

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN. Jl. Piere Tendean No. 24 Telp , fax Semarang, 50131 NOMOR :.. SET : Jiwa 1 ( K.1 ) FORMAT PEAN : HALUSINASI ( MEMBANTU PASIEN MENGENAL HALUSINASI PENDENGARAN) NO ASPEK YANG DI BOBOT A. FASE ORIENTASI ( 25% ) 1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman.

BAB II TINJAUAN TEORI. kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. (Kelliat,1996) Perasaan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien BAB II KONSEP DASAR A. Pengetian Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun, kurang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB II TINJAUAN KONSEP BAB II TINJAUAN KONSEP A. Pengertian Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya maupun lingkungan luarnya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Amarah merupakan suatu emosi yang menentang dari sifat mudah tersinggung

BAB II TINJAUAN TEORI. Amarah merupakan suatu emosi yang menentang dari sifat mudah tersinggung BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Amarah merupakan suatu emosi yang menentang dari sifat mudah tersinggung hingga marah yang hebat yang dialami oleh setiap orang. (Kaplan, 1995). Perilaku kekerasan adalah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri ( Stuart, 2006 ). Gangguan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Disusun Oleh : ANISSYA NURUL H J 200 090 023 PROGRAM STUDI DIPLOMA

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh Afandi 1), Y.Susilowati 2) 1) Alumni Akademi Keperawatan Krida Husada,

Lebih terperinci

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO TINGGI KEKERASAN

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO TINGGI KEKERASAN SP 1 Resiko Perilaku Kekerasan STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO TINGGI KEKERASAN Pertemuan... Hari, TGL :... A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien : a. Data Subjektif

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA TN

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA TN STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA TN. D DENGAN HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA DI SUSUN OLEH: CATUR WULANDARI NIM. P.09010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 Januari 2008 di Ruang 2 di RSJD Amino Gondo

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 Januari 2008 di Ruang 2 di RSJD Amino Gondo BAB III TINJAUAN KASUS Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 Januari 2008 di Ruang 2 di RSJD Amino Gondo Hutomo, Semarang dengan diagnosa medik halusinasi dengar. Klien bernama Nn. S Umur 22 Tahun,Perempuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 Juni 2005 di Ruang VII Rumah Sakit Jiwa

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 Juni 2005 di Ruang VII Rumah Sakit Jiwa BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 Juni 2005 di Ruang VII Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondhohutomo Semarang. 1. Biodata. a. Identitas Klien. Nama Tn. St, umur:

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam 14.30 1. Identitas klien Nama Umur Jenis kelamin Alamat Agama : An. R : 10 th : Perempuan : Jl. Menoreh I Sampangan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 20 Juni 2011 di Ruang Lukman Rumah Sakit Roemani Semarang. Jam 08.00 WIB 1. Biodata a. Identitas pasien Nama : An. S Umur : 9

Lebih terperinci

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Pengaruh Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi Terhadap Kemampuan Kognitif dan Psikmotor Pasien Dalam Mengontrol Halusinasi Di Ruangan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 Januari 2008 jam 10.00 WIB diruang III Citro Anggodo RSJD Dr. Amino Gondohutomo, Semarang. 1. Biodata a. Idenditas Klien Nama :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 januari 2010, pukul WIB di

BAB III TINJAUAN KASUS. 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 januari 2010, pukul WIB di BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 januari 2010, pukul 10.00 WIB di ruang Larasati Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondho Hutomo Semarang, dengan diagnosa medis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang seperti Indonesia bertambahnya atau semakin tinggi. Menurut Dr. Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO ( World Health

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang seperti Indonesia bertambahnya atau semakin tinggi. Menurut Dr. Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO ( World Health 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan masalah yang serius, penting dan berbahaya. Karena dapat menyangkut keselamatan dan kerugian bagi diri sendiri maupun orang lain, bahkan hingga

Lebih terperinci

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI A. Latar belakang Pada pasien gangguan jiwa dengan dengan kasus skizofrenia selalu diikuti dengan gangguan persepsi sensori, halusinasi. Terjadinya

Lebih terperinci

BAB III RESUME KASUS KEPERAWATAN. Pengkajian awal dilakukan pada hari senin, tanggal

BAB III RESUME KASUS KEPERAWATAN. Pengkajian awal dilakukan pada hari senin, tanggal BAB III RESUME KASUS KEPERAWATAN Pengkajian awal dilakukan pada hari senin, tanggal 19-01-2009 A. Data identitas Data yang diperoleh dari pasien adalah : Nama kepala keluarga Tn. G, pendidikan SD dan beliau

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh : AGUNG NUGROHO 462008041 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jika individu sering mengalami kegagalan maka gangguan jiwa yang sering muncul adalah gangguan konsep diri harga diri rendah, yang mana harga diri rendah digambarkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Implementasi dan Evaluasi keperawatan Hari/ tanggal 18 Juni 2013

LAMPIRAN. Implementasi dan Evaluasi keperawatan Hari/ tanggal 18 Juni 2013 LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN Tabel 4. Catatan perkembangan asuhan keperawatan pada Tn. O dengan prioritas masalah kebutuhan dasar tidur di RS Jiwa Provinsi Sumatera Utara Medan Implementasi dan Evaluasi

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Asuhan Keperawatn Keluarga dilakukan pada tanggal 01 Januari 2008

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Asuhan Keperawatn Keluarga dilakukan pada tanggal 01 Januari 2008 BAB III RESUME KEPERAWATAN Asuhan Keperawatn Keluarga dilakukan pada tanggal 01 Januari 2008 sampai dengan 06 Januari 2008 pada Tn. S (45 tahun), dengan alamat Parang Barong VIII, kelurahan Tlogosari kulon,

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN No.Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) I Hari pertama Senin/17 Juni 09.00-10.30 1. Mengkaji kemampuan secara fungsional

Lebih terperinci