PEMODELAN SISTEM. Konfigurasi Model. Data Pengetahuan Model. Perumusan Strategi Bauran Pemasaran MEKANISME INFERENSI SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMODELAN SISTEM. Konfigurasi Model. Data Pengetahuan Model. Perumusan Strategi Bauran Pemasaran MEKANISME INFERENSI SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT"

Transkripsi

1 PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rancang bangun model pengembangan industri kecil jamu dirancang dalam bentuk paket program komputer sistem manajemen ahli yang terdiri dari komponen : sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis pengetahuan dan sistem manajemen basis model yang dihubungkan dengan sistem pengolahan terpusat dan dengan bantuan sistem manajemen dialog akan memudahkan komunikasi antar pengguna yang bersifat interaktif. Konfigurasi model tersebut dapat dilihat pada Gambar 7. Data Pengetahuan Model SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA - Data elemen - Data sub elemen - Data hubungan kontekstual - Data alternatif - Data kriteria - Data pakar - Data linguistic label - Data penilaian Data struktur biaya: - Data biaya investasi - Data biaya produksi SISTEM MANAJEMEN BASIS PENGETAHUAN Perumusan Strategi Bauran Pemasaran MEKANISME INFERENSI SISTEM MANAJEMEN BASIS MODEL Sub Model Srtuktur Pengembangan Sub Model Pengadaan Bahan Baku Sub Model Sumber Permodalan Sub Model Kelembagaan Usaha Sub Model Kelayakan Finansial SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT SISTEM MANAJEMEN DIALOG PENGGUNA Gambar 7 Konfigurasi model pengembangan industri kecil jamu.

2 55 Kerangka Model Sistem Manajemen Basis Data Sistem manajemen basis data pengembangan industri kecil jamu digunakan untuk mengolah data. Data yang dimasukkan, disimpan dalam sistem manajemen basis data dapat dipanggil kembali apabila diperlukan. Sistem manajemen basis data dirancang bersifat interaktif dan fleksibel untuk memudahkan perubahan-perubahan yang diperlukan. Data dalam sistem manajemen basis data ini digunakan dalam sistem manajemen basis model. Data dalam sistem ini meliputi data elemen, data sub elemen, data hubungan kontekstual, data alternatif, data kriteria, data pakar, data linguistik label, data penilaian pengadaan bahan baku dan model pembiayaan, data bauran pemasaran, data struktur biaya. Data struktur pengembangan. Data struktur pengembangan terdiri dari data elemen pengembangan, data sub elemen pengembangan dan data hubungan kontekstual. Data elemen pengembangan menggambarkan elemen-elemen yang terdapat dalam sistem pengembangan industri kecil jamu sedangkan data sub elemen menggambarkan sub elemen yang terdapat pada masing-masing elemen tersebut. Data penilaian hubungan kontekstual berisi tentang hubungan kontekstual antar sub pada masing-masing elemen pengembangan. Data-data tersebut digunakan sebagai basis data dalam sub model struktur pengembangan. Data pengadaan bahan baku. Data pengadaan bahan baku ini terdiri dari data pakar,data alternatif pengadaan bahan baku, data kriteria pengadaan bahan baku, data linguistic label dan data penilaian. Data pakar terdiri dari kumpulan catatan tentang pakar. Data alternatif pengadaan bahan baku menggambarkan alternatif yang dapat dilakukan dalam pengadaan bahan baku industri kecil jamu. Data alternatif ini merupakan kumpulan catatan tentang alternatif yang dapat dipilih dalam pengadaan bahan baku industri kecil jamu. Data kriteria menggambarkan kriteria yang digunakan dalam pemilihan alternatif pengadaan bahan baku industri kecil jamu. Data kriteria ini merupakan kumpulan catatan tentang beberapa kriteria yang digunakan dalam penilaian alternatif pengadaan

3 56 bahan baku industri kecil jamu. Data linguistic label terdiri dari kumpulan catatan tentang linguistic label yang digunakan dalam penilaian alternatif berdasarkan kriteria dalam pengadaan bahan baku industri kecil jamu. Data penilaian berisi penilaian dari setiap alternatif pengadaan bahan baku berdasarkan masing-masing kriteria, penilaian yang diberikan berupa linguistic label dengan skala ordinal. Data-data tersebut digunakan sebagai basis data dalam sub model pengadaan bahan baku. Data sumber permodalan. Data sumber permodalan ini terdiri dari data pakar,data alternatif sumber permodalan, data kriteria sumber permodalan dan data penilaian. Data pakar terdiri dari kumpulan catatan tentang pakar. Data alternatif sumber permodalan menggambarkan alternatif sumber permodalan yang dapat dipilih dalam pengembangan industri kecil jamu. Data alternatif ini merupakan kumpulan catatan tentang alternatif sumber permodalan yang dapat dipilih dalam pengembangan industri kecil jamu. Data kriteria menggambarkan kriteria yang digunakan dalam pemilihan alternatif sumber permodalan dalam pengembangan industri kecil jamu. Data kriteria ini merupakan kumpulan catatan tentang beberapa kriteria yang digunakan dalam penilaian alternatif sumber permodalan industri kecil jamu. Data penilaian berisi penilaian dari setiap alternatif sumber permodalan berdasarkan masing-masing kriteria, penilaian yang diberikan merupakan penilaian perbandingan berpasangan dengan skala ordinal 1-9. Data-data tersebut digunakan sebagai basis data dalam sub model sumber permodalan. Data kelembagaan usaha. Data kelembagaan usaha ini terdiri dari data pakar,data alternatif kelembagaan pengembangan, data kriteria kelembagaan usaha dan data penilaian. Data pakar terdiri dari kumpulan catatan tentang pakar. Data alternatif kelembagaan usaha menggambarkan alternatif pilihan kelembagaan pengembangan industri kecil jamu. Data alternatif ini merupakan kumpulan catatan tentang alternatif kelembagaan yang dapat dipilih dalam pengembangan industri kecil jamu. Data kriteria menggambarkan kriteria yang digunakan dalam pemilihan alternatif kelembagaan usaha industri kecil jamu. Data kriteria ini merupakan kumpulan catatan tentang beberapa kriteria yang digunakan dalam penilaian alternatif kelembagaan usaha industri kecil jamu. Data

4 57 penilaian berisi penilaian dari setiap alternatif kelembagaan pengembangan berdasarkan masing-masing kriteria, penilaian yang diberikan dengan skala ordinal. Data-data tersebut digunakan sebagai basis data dalam sub model kelembagaan usaha. Data finansial. Data finansial industri kecil jamu terdiri dari data struktur biaya industri kecil jamu yang meliputi biaya investasi, biaya tetap, biaya variabel dan data asumsi-asumsi yang digunakan dalam industri kecil jamu. Data tersebut digunakan sebagai basis data dalam sub model kelayakan usaha. Sistem Manajemen Basis Pengetahuan Sistem manajemen basis pengetahuan merupakan sarana yang digunakan untuk menyimpan dari hasil representasi pengetahuan pakar, dengan bantuan mekanisme inferensi basis pengetahuan dapat diterjemahkan menjadi kesimpulan. Sistem manajemen basis pengetahuan dalam model ini dipergunakan untuk membantu menyusun strategi bauran pemasaran produk industri kecil jamu. Pembentukan Basis Pengetahuan. Basis pengetahuan merupakan sumber kecerdasan dari sistem pakar. Semua hasil akuisisi pengetahuan dari pakar dan pustaka disusun menjadi bentuk formal sehingga dapat diolah oleh komputer. Hubungan antara fakta dan informasi direpresentasikan secara logis dengan metode aturan atau representasi logika. Aturan-aturan dalam sistem pakar disusun dalam rangkaian logika IF. THEN. yang terdapat dalam modul yang disediakan oleh bahasa pemrograman tersebut. Aturan sistem pakar secara lengkap disajikan pada Lampiran 1. Pembentukan Mesin Inferensi. Basis pengetahuan merupakan sekumpulan fakta dan informasi yang terkait dan terorganisasi dengan baik. Untuk memanfaatkan basis pengetahuan, maka dibentuk mesin inferensi yang merupakan alat penalaran bagi sistem. Strategi penalaran yang digunakan sistem pakar dalam sistem manajemen ahli ini adalah modus ponens dan strategi pengendalian yang digunakan adalah mata rantai kebelakang (backward chaining), sedangkan strategi pelacakan yang digunakan sistem ini adalah Depthfirt search.

5 58 Penanganan masalah ketidakpastian digunakan metode certainty factor (CF). CF nerupakan nilai numerik yang menunjukan nilai kepercayaan suatu parameter saat pelacakan. Terdapat dua cara untuk memberikan nilai CF untuk suatu parameter, yaitu ditentukan saat membentuk basis pengetahuan dan ditentukan saat konsultasi dengan sistem pakar berlangsung. Untuk cara pertama CF dituliskan pada parameter di dalam kaidah. Untuk cara kedua pengguna harus mencantumkan nilai tersebut saat konsultasi. Saat konsultasi beberapa parameter meminta nilai CF. Nilai ini diisi oleh pengguna sesuai tingkat keyakinan akan kebenaran nilai parameter. Semua CF bernilai positif sehingga pengguna tidak dapat memberikan nilai negatif pada nilai parameter. Selanjutnya nilai CF tersebut akan mengalami proses perhitungan sampai didapat kesimpulan dari permasalahan. Sistem akan menghitung faktor kepastian dari fakta E membuat atecendent dari kaidah berdasarkan pada ketidakpastian fakta e [CF(E,e)], faktor kepastian dalam hipotesis dengan asumsi bahwa fakta diketahui dengan pasti [CF(H,E)] dan faktor kepastian hipotesis berdasarkan pada ketidakpastian fakta e [CF(H,e)]. Untuk menentukan nilai CF(E,e), maka pernyataan IF harus bernilai benar yaitu nilai CF lebih besar sama dengan 0,2. Jika CF kurang 0,2 maka nilai parameter yang akan dicari kosong dan kesimpulan tidak tercapai. Pernyataan IF dari kaidah dapat dikombinasiakan dengan fungsi AND atau OR. Jika dikombinasikan dengan fungsi AND, maka nilai CF(E,e) adalah nilai CF terkecil. Jika dikombinasikan dengan OR maka nilai CF(E,e) adalah nilai CF terbesar (Arhami 2005). Rumus dasar untuk CF dari kaidah IF E THEN H adalah: CF(H,e) = CF(E,e) CF(H,E). Sebagai contoh dari faktor kepastian ini adalah: IF E 1 AND E 2 AND E 3 THEN H dimana faktor kepastian dari hipotesis dengan fakta adalah: CF(H,E) = CF(H, E 1 Ι E 2 Ι E 3 ) = 0,7 dan e adalah observasi fakta yang didorong ke arah konklusi bahwa E i diketahui dengan pasti. Berikut jika diasumsikan : CF(E 1, e) = 0,5 CF(E 2, e) = 0,6

6 59 CF(E 3, e) = 0,3 Maka, CF(E,e) = min [CF(E 1, e), CF(E 2, e), CF(E 3, e)] = min[0,5;0,6;0,3] = 0,3 karena CF dari antecendent CF(E,e) > 0,2 maka antecendent dinyatakan benar dan kaidah diaktifkan. Jadi kesimpulan adalah: CF(H,e) = CF(E,e) CF(H,e) = (0,3) (0,7) = 0,21 Implementasi. Sistem pakar strategi bauran pemasaran ini diimplementasikan dengan menggunakan bahasa pemrograman visual basic. Selanjutnya dibangun basis pengetahuan dan mesin inferensi sesuai dengan fasilitas yang tersedia dalam alat pengembangan. Keluaran dari sistem pakar ini adalah strategi bauran pemasaran industri kecil jamu. Diagram input output sistem pakar strategi bauran pemasaran dapat dilihat pada Gambar 8. INPUT OUTPUT Parameter Strategi Bauran Pemasaran - Penjualan - Tipe pelanggan - Permintaan - Persaiangan - Biaya - Laba SISTEM PAKAR STRATEGI BAURAN PEMASARAN Strategi bauran pemasaran Saran dan pertimbangan Gambar 8 Diagram input output sistem pakar strategi bauran pemasaran. Pengujian Model. Pengujian terhadap model dilakukan dengan mengajukan model yang telah disusun oleh knowled enginer kepada pakar dan menanyakan kebenarannya. Hal ini perlu dilakukan agar sistem dapat mewakili pakar. Pengujian sistem pakar yang telah dirancang dilakukan dengan menjalankan sistem dengan beberapa contoh persoalan. Dalam pengujian ini perlu

7 60 diperhatikan apakah data, kesimpulan yang diperoleh, aturan dalam penalaran dan pengorganisasian pengetahuan sudah sesuai dengan pakar. Diagram alir sistem pakar strategi bauran pemasaran dapat dilihat pada Gambar 9. Mulai Mulai Input/edit parameter dan nilai parameter Strategi Bauran Pemasaran Input/edit alternatif Strategi Bauran Pemasaran Data parameter dan nilai parameter Strategi Bauran Pemasaran - Penjualan - Pelanggan - Permintaan - Persaingan - Biaya - Laba Data alternatif Strategi Bauran Pemasaran - Strategi 1 - Strategi 2 - Strategi Strategi 18 Sesuai? Sesuai? MEKANISME INFERENSI Ringkasan hasil konsultasi Strategi Bauran Pemasaran Saran/pertimbangan Selesai Gambar 9 Diagram alir sistem pakar strategi bauran pemasaran.

8 61 Sistem Manajemen Basis Model Sistem manajemen basis model pengembangan industri kecil jamu merupakan integrasi dari sub-sub model yang digunakan untuk menganalisis data yang terdapat dalam sistem manajemen basis data. Sub model dalam sistem ini terdiri dari: 1 Sub model struktur pengembangan. 2 Sub model pengadaan bahan baku. 3 Sub model sumber permodalan. 4 Sub model kelembagaan usaha. 5 Sub model kelayakan finansial. Sub model struktur pengembangan. Model ini digunakan untuk menyusun struktur pengembangan industri kecil jamu. Pada model ini sistem dibagi kedalam tujuh elemen pengembangan, tujuh elemen tersebut adalah : 1 Elemen kebutuhan pengembangan. 2 Elemen kendala pengembangan. 3 Elemen perubahan yang dimungkinkan. 4 Elemen tujuan pengembangan. 5 Elemen indikator pencapaian tujuan pengembangan. 6 Elemen kegiatan yang dibutuhkan dalam pengembangan. 7 Elemen pelaku pengembangan. Dari ketujuh elemen pengembangan tersebut masing-masing elemen yang dikaji dijabarkan lagi menjadi sejumlah sub elemen pengembangan dengan berdasarkan dari pustaka dan pendapat pakar. Langkah selanjutnya adalah menetapkan hubungan kontekstual antar sub elemen pada setiap elemen pengembangan. Penilaian hubungan kontekstual dinyatakan dalam bentuk huruf V, A, X, O, yaitu : 1 V adalah jika sub elemen ke-i mempunyai hubungan kontekstual dengan sub elemen ke-j, dan sub elemen ke-j tidak mempunyai hubungan kontekstual dengam sub elemen ke-i. 2 A adalah jika sub elemen ke-j mempunyai hubungan kontekstual dengan sub elemen ke-i, dan sub elemen ke-i tidak mempunyai hubungan kontekstual dengam sub elemen ke-j.

9 62 3 X adalah jika sub elemen ke-i mempunyai hubungan kontekstual timbal balik dengan sub elemen ke-j. 4 adalah jika sub elemen ke-i tidak mempunyai hubungan kontekstual timbal balik dengan sub elemen ke-j. Berdasarkan pertimbangan hubungan kontekstual maka disusun Structural Self-Interaction Matrix (SSIM), penyusun SSIM menggunakan simbol V, A, X, O, yaitu : 1 V adalah e ij =1 dan e ji = 0. 2 A adalah e ij =0 dan e ji = 1. 3 X adalah e ij =1 dan e ji = 1. 4 O adalah e ij =0 dan e ji = 0. Pengertiannya adalah simbol 1 berarti terdapat atau ada hubungan kontekstual, sedangkan simbol 0 adalah tidak terdapat atau tidak ada hubungan kontekstual antara sub elemen ke-i dan sub elemen ke-j dan sebaliknya. Setelah SSIM dibentuk kemudian dibuat tabel reachability matrik dengan mengganti V, A, X, O menjadi bilangan 1 dan 0. Langkah selanjutnya dilakukan perhitungan menurut aturan transivity dimana dilakukan koreksi terhadap SSIM sampai terjadi matrik yang tertutup. Diagram alir sub model struktur pengembangan industri kecil jamu dapat dilihat pada Gambar 10.

10 63 Mulai Data elemen dan sub elemen pengembangan Penilaian hubungan kontekstual antar sub elemen pada setiap elemen Matrik Self Structural Interpretative (SSIM) pada setiap elemen Pembentukan Reachability Matrik (RM) pada setiap elemen Pengujian matrik dengan aturan transivity OK? Modifikasi SSIM Pembentukan Reachability Matrik pendapat gabungan ahli Reachability Matrik pendapat gabungan ahli Penetapan nilai dependence - driver power dan rank setiap sub elemen Struktur sistem pengembangan Selesai Gambar 10 Diagram alir sub model struktur pengembangan industri kecil jamu.

11 64 Sub model pengadaan bahan baku. Sub model ini digunakan untuk pemilihan alternatif model pengadaan bahan baku industri kecil jamu yang paling sesuai dengan berdasarkan beberapa kriteria. Metode yang dipergunakan dalam sub model ini adalah metode pengambilan keputusan kelompok secara fuzzy, Multi Expert Multi Criteria Decision Making (ME-MCDM). Alternatif model pengadaan bahan baku ini ditentukan berdasarkan studi pustaka dan pertimbangan dari pakar. Beberapa alternatif model pengadaan bahan baku industri kecil jamu ini adalah sebagai berikut : 1 Pembelian melalui pemasok bahan baku. 2 Melalui koperasi. 3 Kerjasama dengan petani penghasil bahan baku. 4 Melalui kelompok usaha 5 Pembelian langsung di pasar bebas. Dari beberapa alternatif tersebut akan dipilih berdasarkan kriteria pengadaan bahan baku industri kecil jamu. Kriteria pengadaan bahan baku industri kecil jamu ini ditentukan berdasarkan studi pustaka dan pendapat pakar. Beberapa kriteria tersebut adalah sebagai berikut : 1 Keterjaminan kualitas bahan baku. 2 Keterjaminan kuantitas bahan baku. 3 Jangka waktu pembayaran. 4 Ketepatan waktu pasokan bahan baku. 5 Harga bahan baku. 6 Fasilitas pendukung dengan model pengadaan tersebut. 7 Kemudahan yang diperoleh dengan model pengadaan tersebut. Langkah selanjutnya adalah penentuan pakar untuk melakukan penilaian alternatif berdasarkan kriteria-kriteria pengadaan bahan baku industri kecil jamu. Pakar dipilih dengan asumsi mengetahui dan berpengalaman dalam pengembangan industri kecil jamu. Beberapa pakar yang dipilih diharapkan mewakili akademisi, pelaku usaha, birokrat. Penilaian pakar dilakukan melalui penilaian alternatif berdasarkan kriteria secara linguistik label dengan menggunakan skala ordinal. Linguistic label dengan skala ordinal dapat ditentukan berdasarkan daya ingat optimal penilai sehingga akan menjaga konsistensi dalam penilaian.

12 65 Berdasarkan pertimbangan tersebut penilaian ini menggunakan skala berdimensi 5 yaitu ST = sangat tinggi, T = tinggi, S = sedang, R = rendah dan SR = sangat rendah. Penilaian alternatif berdasarkan kriteria dilakukan pakar dengan menggunakan linguistic label. Hasil penilaian masing-masing pakar selanjutnya diagregasi untuk menjadi penilaian kelompok. Diagram alir sub model pengadaan bahan baku secara lengkap disajikan pada Gambar 11. Agregasi kriteria diawali dengan menentukan bobot kriteria dan negasi bobot kriteria. Penentuan bobot kriteria dilakukan dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan yang kemudian nilainya ditransformasikan kedalam linguistic label. Agregasi kriteria dilakukan dengan rumus sebagai berikut : V ij = min [ Neg (W ak ) V ij (a k ) ] V ij W ak = nilai alternatif ke-i oleh pakar ke-j = bobot kriteria ke-k V ij (a k ) = nilai alternatif ke-i oleh pakar ke-j pada kriteria ke-k K = 1, 2, 3 Neg (W k ) = W q-k+1 W k q k = bobot kriteria ke-k = jumlah skala penilaian = 1, 2, 3 Hasil agregasi pakar merupakan hasil akhir dari model ini. Agregasi pakar dilakukan dengan digunakan rumus sebagai berikut : V i = max [Q j b j ] V i Q j b j = nilai total untuk alternatif ke-i = bobot nilai pakar ke-j = pengurutan nilai dari besar ke kecil oleh pakar ke-j

13 66 Mulai Input/edit alternatif pengadaan bahan baku Penentuan bobot kriteria Data alternatif pengadaan bahan baku Bobot kriteria pengadaan bahan baku Sesuai? Penghitungan agregasi kriteria pengadaan bahan baku Input/edit kriteria pengadaan bahan baku Skor alternatif setiap pakar Data kriteria pengadaan bahan baku Penentuan bobot pakar Sesuai? Bobot pakar Input/edit label linguistik terhadap kriteria pengadaan bahan baku Penghitungan agregasi pakar Data label linguistik terhadap kriteria pengadaan bahan baku Prioritas alternatif pengadaan bahan baku Selesai Sesuai? Gambar 11 Diagram alir sub model pengadaan bahan baku industri kecil jamu.

14 67 Sub model sumber permodalan. Sub model sumber permodalan ini dikembangkan untuk menentukan pilihan alternatif sumber permodalan yang paling tepat dalam pengembangan industri kecil jamu. Teknik pengambilan keputusan yang digunakan dalam sub model sumber permodalan ini adalah proses hirarki analitik (AHP). Alternatif sumber permodalan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan sumber dari pustaka dan pakar. Beberapa alternatif sumber permodalan dalam pengembangan industri kecil jamu adalah sebagai berikut : 1 Bank Perkreditan Rakyat. 2 Bank Syariah. 3 Modal Ventura. 4 Koperasi. 5 Pelepas Uang. Dari beberapa alternatif tersebut akan dipilih berdasarkan kriteria sumber permodalan industri kecil jamu. Kriteria sumber permodalan industri kecil jamu ini ditentukan dari hasil analisis regresi logistik yakni diambil faktor yang signifikan sebagai berikut : 1 Kesesuaian dengan skala usaha 2 Prosedur dan persyaratan 3 Kemudahan akses terhadap sumber permodalan 4 Jaminan/agunan yang dipersyaratkan Langkah selanjutnya adalah penentuan pakar untuk melakukan penilaian alternatif berdasarkan kriteria-kriteria sumber permodalan industri kecil jamu. Pakar dipilih dengan asumsi mengetahui dan berpengalaman dalam pengembangan industri kecil jamu. Beberapa pakar yang dipilih diharapkan mewakili akademisi, pelaku usaha, birokrat. Penilaian pakar dilakukan melalui penilaian alternatif berdasarkan kriteria. Penilaian dilakukan menggunakan metode perbandingan berpasangan dengan skala ordinal 1-9. Diagram alir sub model sumber permodalan industri kecil jamu secara lengkap disajikan pada Gambar 12.

15 68 Mulai Input/edit alternatif sumber permodalan Data alternatif sumber permodalan Sesuai? Input/edit kriteria sumber permodalan Data kriteria sumber permodalan Sesuai? Data penilaian tingkat kepentingan kriteria sumber permodalan Penentuan bobot kriteria Penentuan bobot alternatif Prioritas alternatif Selesai Gambar 12 Diagram alir sub model sumber permodalan industri kecil jamu.

16 69 Sub model kelembagaan Usaha. Sub model kelembagaan usaha dikembangkan untuk menentukan pilihan alternatif kelembagaan usaha yang paling tepat dalam pengembangan industri kecil jamu. Teknik pengambilan keputusan yang digunakan dalam sum model kelembagaan usaha ini adalah metode perbandingan eksponensial (MPE). Alternatif kelembagaan usaha dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan sumber dari pustaka dan pakar. Beberapa alternatif kelembagaan usaha dalam pengembangan industri kecil jamu adalah sebagai berikut : 1 Kemitraan. 2 Koperasi. 3 Kelompok Usaha. 4 Sentra Industri Kecil. 5 Usaha Mandiri. Dari beberapa alternatif tersebut akan dipilih berdasarkan kriteria kelembagaan industri kecil jamu. Kriteria kelembagaan industri kecil jamu ini ditentukan berdasarkan studi pustaka dan pendapat pakar. Beberapa kriteria tersebut adalah sebagai berikut : 1 Daya saing kelembagaan tersebut. 2 Pasar yang akan diperoleh dari kelembagaan tersebut. 3 Profit yang diperoleh dengan kelembagaan tersebut. 4 Tingkat kesinambungan dengan kelembagaan tersebut. 5 Akses permodalan dengan kelembagaan tersebut. 6 Efisiensi dengan kelembagaan tersebut. 7 Kemudahan manajemen dengan kelembagaan tersebut. Langkah selanjutnya adalah penentuan pakar untuk melakukan penilaian alternatif berdasarkan kriteria-kriteria kelembagaan pengembangan industri kecil jamu. Pakar dipilih dengan asumsi mengetahui dan berpengalaman dalam pengembangan industri kecil jamu. Beberapa pakar yang dipilih diharapkan mewakili akademisi, pelaku usaha, birokrat. Penilaian pakar dilakukan melalui penilaian alternatif berdasarkan kriteria dengan menggunakan skala ordinal. Diagram alir sub model kelembagaan usaha industri kecil jamu disajikan pada Gambar 13.

17 70 Mulai Input/edit alternatif kelembagaan usaha Data alternatif kelembagaan usaha Sesuai? Input/edit kriteria kelembagaan usaha Data kriteria kelembagaan usaha Sesuai? Penentuan bobot kriteria kelembagaan usaha Penilaian terhadap semua alternatif Penentuan total skor alternatif kelembagaan usaha Penentuan prioritas alternatif kelembagaan usaha Prioritas alternatif kelembagaan usaha Selesai Gambar 13 Diagram alir sub model kelembagaan usaha industri kecil jamu.

18 71 Sub model kelayakan finansial. Sub model kelayakan finansial ini dipergunakan untuk menilai kelayakan finansial industri kecil jamu.input yang dipergunakan dalam model ini berasal dari data struktur biaya industri kecil jamu dan parameter-parameter lain yang menjadi asumsi dalam penilaian. Penilaian kelayakan finansial industri kecil jamu ini menggunakan kriteria kelayakan finansial meliputi : Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit/Cost ratio (B/C ratio), Break Event Point (BEP), Rate of Investment (ROI), Pay Back Period (PBP). Hasil keluaran sub model ini berupa nilai-nilai hasil perhitungan kelayakan finansial proyek investasi yang terdiri dari nilai keuntungan bersih, nilai Net Present Value (NPV), nilai Internal Rate of Return (IRR), nilai Net Benefit/Cost ratio (B/C ratio), nilai Break Event Point (BEP), nilai Rate of Investment (ROI), nilai Pay Back Period (PBP). Kelayakan finansial dihitung berdasarkan parameter yang menyusun biaya industri kecil jamu dengan masa proyek 10 tahun. Diagram alir sub model kelayakan finansial industri kecil jamu disajikan pada Gambar 14.

19 72 Mulai INPUT DATA Produk, asumsi, struktur biaya, proyeksi penerimaan DATA - Kapasitas produksi - Produksi terjual - Harga produk - Struktur biaya Sesuai? PENENTUAN KELAYAKAN FINANSIAL DENGAN MODEL KELAYAKAN PROYEK KELAYAKAN FINANSIAL PROYEK INDUSTRI KECIL JAMU - NPV - IRR - B/C Ratio - BEP - PBP Layak Selesai Gambar 14 Diagram alir sub model kelayakan finansial industri kecil jamu.

20 73 Sistem Pengolahan Terpusat Sistem pengolahan terpusat berfungsi untuk memadukan sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis model dan melalui mekanisme inferensi menerjemahkan basis pengetahuan yang terdapat dalam sistem manajemen basis pengetahuan. Pada sistem pengolahan terpusat ini ketiga sistem manajemen tersebut yakni sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis pengetahuan dan sistem manajemen basis model bersifat saling melengkapi. Sistem Manajemen Dialog Sistem manajemen dialog merupakan penghubung antara pengambil keputusan (pengguna) dengan sistem pengolahan terpusat. Sistem manajemen dialog ini dibuat untuk memudahkan pengguna untuk berdialog dengan model. Sistem manajemen dialog pada model ini dilengkapi fasilitas untuk menambah, mengedit, menghapus ataupun menganalisa data-data yang telah tersedia dengan lengkap untuk setiap sub modelnya. Implementasi Model Sains Jamu merupakan aplikasi sistem manajemen ahli yang dirancang dalam suatu paket komputer yang diberi nama SAINS-Jamu. Paket program ini disusun dalam bentuk sistem manajemen ahli yang merupakan gabungan antara sistem penunjang keputusan dengan sistem pakar. Model SAINS-Jamu dirancang dengan tujuan untuk membantu pengguna, dalam proses pengambilan keputusan pada pengembangan industri kecil jamu. Implementasi model Sains Jamu dapat dijalankan apabila proses instalasi berjalan dengan baik, apabila terjadi kesalahan dalam prosedur instalasi ataupun pada saat eksekusi program laporkan kembali kesalahan tersebut kepada system designer. SAINS-Jamu dijalankan dengan klik tombol [Start] pada taskbar windows kemudian pada menu Programs ditampilkan beberapa aplikasi (program group) yang terinstal dalam windows dan salah satunya adalah Sains Jamu. Arahkan pointer pada grup Sains Jamu kemudian klik shortcut Sains Jamu untuk mengaktifkannya.

21 74 Halaman pertama yang ditampilkan SAINS-Jamu adalah dialog akses aplikasi yang berguna sebagai gerbang otorisasi penggunaan aplikasi. Pada dialog ini ditanyakan mengenai jenis pengguna dan passowrd-nya. Pilihlah jenis pengguna pada pilihan User dan berikan password yang bersesuaian. Klik tombol [Lanjut] atau tekan [Enter] untuk menyetujuinya dan klik [Batal] atau tekan [Esc] untuk membatalkannya. Apabila jenis pengguna beserta passwordnya disetujui, maka anda dapat menggunakan aplikasi ini dengan fitur yang sesuai jenis user-nya. Secara struktural konfigurasi aplikasi model SAINS-Jamu terdiri dari beberapa sub model yang masing-masing dikonstruksi untuk memproses input berupa data untuk menghasilkan output yang berbentuk informasi, alternatif keputusan, strategi atau saran pengembangan. Model SAINS-Jamu tersebut secara umum dikelompokkan ke dalam 6 (enam) komponen utama yaitu sub model struktur pengembangan, sub model pengadaan bahan baku, sub model sumber permodalan, sub model kelembagaan usaha, sub model strategi bauran pemasaran, dan sub model kelayakan finansial. Masing-masing komponen tersebut dapat diakses dengan cara meng-klik komponen yang bersesuaian pada panel Menu Utama yang ditempatkan pada bagian atas aplikasi, sedangkan modul-modul/halaman dikumpulkan pada panel Sub Menu yang terletak di sebelah kiri aplikasi, klik modul-modul/halaman yang diinginkan untuk menampilkan detail modul/halaman tersebut. Sub model struktur pengembangan dirancang untuk membantu pengguna dalam melakukan analisis atau identifikasi elemen-elemen penting yang menentukan keberhasilan elemen-elemen pengembangan program. Keluaran model ini berupa informasi struktur hirarki dan klasifikasi sub elemen berdasarkan daya dorong dan tingkat ketergantungan terhadap sistem. Model ini menggunakan teknik ISM (Interpretative Structural Modelling), suatu teknik pemodelan deskriptif yang cukup teruji. Sub model pengadaan bahan baku ini dikembangkan untuk membantu pengguna dalam menentukan prioritas pengadaan bahan baku yang sesuai untuk digunakan dalam pengembangan industri kecil jamu berdasarkan kriteria-kriteria yang dibangun. Keluaran dari model ini adalah urutan prioritas model pengadaan bahan baku yang dipilih dari beberapa alternatif pengadaan bahan baku.

22 75 Proses penentuan prioritas pengadaan bahan baku dalam paket Sains Jamu dilakukan dengan teknik Multy Expert-Multy Criteria Decision Making (ME- MCDM). Sub model sumber permodalan dirancang untuk membantu pengguna dalam proses pengambilan keputusan mengenai alternatif sumber permodalan. Keluaran model ini berupa bobot alternatif dari beberapa alternatif sumber permodalan. Proses penentuan alternatif sumber permodalan dalam paket SAINS- Jamu dilakukan dengan teknik AHP (Analisis Hirarki Proses). Sub model kelembagaan usaha dirancang untuk membantu pengguna dalam proses pengambilan keputusan mengenai model kelembagaan usaha yang sesuai dengan pengembangan industri kecil jamu. Keluaran model ini berupa urutan prioritas model kelembagaan usaha yang dipilih. Proses penentuan model kelembagaan usaha dalam paket Sains Jamu diolah menggunakan teknik MPE (Metode Perbandingan Eksponensial). Sub model strategi bauran pemasaran dirancang sebagai sistem pakar untuk membantu pengguna dalam menentukan strategi bauran pemasaran dalam pengembangan industri kecil jamu Model kelayakan finansial dirancang untuk membantu pengguna dalam menganalisa kelayakan industri kecil jamu secara finansial. Parameter-parameter kelayakan yang dihasilkan di antaranya NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate Of Return), PBP (Payback Period), B/C ratio (Benefit-Cost Ratio).Untuk mengakhiri aplikasi Sains Jamu, gunakan tombol Close yang diletakkan pada bagian kanan atas aplikasi. Petunjuk teknis penggunaan SAIN-Jamu secara lengkap disajikan pada Lampiran 2.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 61 HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem manajemen ahli model SPK agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit terdiri dari tiga komponen utama yaitu sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis pengetahuan

Lebih terperinci

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren.

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren. 44 V. PEMODELAN SISTEM Dalam analisis sistem perencanaan pengembangan agroindustri aren di Sulawesi Utara menunjukkan bahwa terdapat berbagai pihak yang terlibat dan berperan didalam sistem tersebut. Pihak-pihak

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rekayasa sistem kelembagaan penelusuran pasokan bahan baku agroindustri gelatin untuk menjamin mutu produk melibatkan berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda,

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL

PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL VI. PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis dirancang dan dikembangkan dalam suatu paket perangkat lunak ng diberi nama mangosteen

Lebih terperinci

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01 IV. PEMODELAN SISTEM A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01 Sistem penunjang keputusan pengarah kebijakan strategi pemasaran dirancang dalam suatu perangkat lunak yang dinamakan EssDSS 01 (Sistem Penunjang Keputusan

Lebih terperinci

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 83 BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 5.1. Konfigurasi Model Analisis sistem pada Bab IV memperlihatkan bahwa pengembangan agroindustri sutera melibatkan berbagai komponen dengan kebutuhan yang beragam,

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI Sistem Manajemen Ahli

LANDASAN TEORI Sistem Manajemen Ahli LANDASAN TEORI Sistem Manajemen Ahli Para pengambil keputusan sering dihadapkan pada tantangan baik internal dan eksternal yang semakin komplek. Semakin banyaknya informasi pada satu sisi memberikan keuntungan

Lebih terperinci

III. LANDASAN TEORETIS

III. LANDASAN TEORETIS III. LANDASAN TEORETIS 1. Pemodelan Deskriptif dengan Metode ISM (Interpretative Structural Modeling) Eriyatno (1999) mengemukakan bahwa dalam proses perencanaan strategik seringkali para penyusunnya terjebak

Lebih terperinci

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS Formatted: Swedish (Sweden) Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 menunjukkan bahwa sistem kemitraan setara usaha agroindustri

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi 23 III METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan penelitian yaitu tahap pengumpulan data dan informasi, tahap pengkajian pengembangan produk, tahap pengkajian teknologi, tahap uji coba dan

Lebih terperinci

REKAYASA SISTEM PENUNJANG MANAJEMEN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KARET REMAH. Konfigurasi Model

REKAYASA SISTEM PENUNJANG MANAJEMEN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KARET REMAH. Konfigurasi Model 97 REKAYASA SISTEM PENUNJANG MANAJEMEN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KARET REMAH Konfigurasi Model Model untuk sistem penunjang manajemen produksi bersih agroindustri karet remah dirancang dalam satu paket

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran 62 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran Agroindustri sutera alam merupakan industri pengolahan yang mentransformasikan bahan baku kokon (hasil pemeliharaan ulat sutera) menjadi benang, kain sutera,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah. satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah. satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan. Di dalam bidang kecerdasan buatan, termasuk

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN AHLI

SISTEM MANAJEMEN AHLI 201 SISTEM MANAJEMEN AHLI Konfigurasi model Pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem berbasis pengetahuan dikenal dengan istilah sistem manajemen ahli. (Eriyatno, 2009). Didalam sistem manajemen

Lebih terperinci

3.2 METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL

3.2 METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL III. LANDASAN TEORI 3.1 TEKNIK HEURISTIK Teknik heuristik adalah suatu cara mendekati suatu permasalahan yang kompleks ke dalam komponen-komponen yang lebih sederhana untuk mendapatkan hubungan-hubungan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK

III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK Teknik heuristik adalah suatu cara mendekati permasalahan yang kompleks ke dalam komponen-komponen yang lebih sederhana untuk mendapatkan hubungan-hubungan dalam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Analisis kelayakan pendirian industri bioinsektisda Bta di Bogor merupakan analisis yang dilakukan sebagai bagian dari tahap pra invetasi pada proyek pembangunan industri

Lebih terperinci

III. LANDASAN TEORITIS

III. LANDASAN TEORITIS III. LANDASAN TEORITIS 3.1. Quality Function Deployment (QFD) QFD dikembangkan pertama kali oleh Mitsubishi s Kobe Shipyard sebagai cara menjabarkan harapan konsumen, selanjutnya secara sistematis diterjemahkan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI WIJEN (Sesamum indicum L.) Luluk Sulistiyo Budi

RANCANG BANGUN MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI WIJEN (Sesamum indicum L.) Luluk Sulistiyo Budi RANCANG BANGUN MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI WIJEN (Sesamum indicum L.) Luluk Sulistiyo Budi SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 HALAMAN PERNYATAAN Dengan ini penulis menyatakan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MODEL PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL JAMU KUSNANDAR

RANCANG BANGUN MODEL PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL JAMU KUSNANDAR RANCANG BANGUN MODEL PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL JAMU KUSNANDAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Rugi Laba

Lampiran 1. Rugi Laba LAMPIRAN Lampiran 1. Rugi Laba Uraian Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 PENERIMAAN Kapasitas Pengolahan (kg buah) 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000

Lebih terperinci

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Usaha pengolahan pindang ikan dipengaruhi 2 (dua) faktor penting yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek produksi, manajerial,

Lebih terperinci

X. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Model Pengembangan Usaha Agroindustri Nenas AINI-MS yang dihasilkan

X. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Model Pengembangan Usaha Agroindustri Nenas AINI-MS yang dihasilkan X. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Model Pengembangan Usaha Agroindustri Nenas AINI-MS yang dihasilkan adalah model yang menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic versi 6.0. Model AINI-MS merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan pendekatan ilmiah dengan kerangka berfikir logis. Pemodelan sistem kelembagaan pasokan bahan baku agroindustri

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 67 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Kakao merupakan komoditas ekspor unggulan non-migas yang bernilai ekonomi tinggi dan tercatat sebagai penyumbang devisa bagi perekonomian nasional. Ekspor produk

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

METODA PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian

METODA PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian IV. METODA PENELITIAN 4.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Komoditi sapi potong merupakan sumber daya lokal yang sangat potensial dikembangkan di Sumatera Barat. Pengembangan sapi potong di Sumatera

Lebih terperinci

Nunung Nurhasanah 1 ABSTRACT

Nunung Nurhasanah 1 ABSTRACT PENENTUAN PRIORITAS ALTERNATIF KEBIJAKAN SISTEM PRODUKSI BERDASARKAN PENDEKATAN NON NUMERIC MULTIEXPERTS MULTICRITERIA DECISION MAKING: STUDI KASUS PT X Nunung Nurhasanah 1 ABSTRACT There are so many policy

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat Penelitian 27 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini didahului dengan penelitian awal dan survei lapangan di PPN Kejawanan, Kota Cirebon, Jawa Barat pada awal bulan Maret 2012. Selanjutnya

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian pendirian agroindustri berbasis ikan dilaksanakan di Kabupaten Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan

Lebih terperinci

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN VII. HASIL DAN PEMBAHASAN 7.1 PROGRAM UTAMA mangosteen 1.0 Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis dirancang dalam sebuah paket program bernaman mangosteen 1.0. Model mangosteen

Lebih terperinci

V. IMPLEMENTASI EssDSS 01

V. IMPLEMENTASI EssDSS 01 V. IMPLEMENTASI EssDSS 01 A. Program Utama EssDSS 01 Paket program EssDss 01 merupakan paket dari sistem program yang mengintegrasikan beberapa model yang berkaitan di dalamnya. Model-model ini membantu

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 18 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan September-November 2010 di Pangkalan Pendaratan Ikan Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Pemerintahan Aceh

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. A. Kerangka Pemikiran. B. Pendekatan Studi Kelayakan

III. METODOLOGI. A. Kerangka Pemikiran. B. Pendekatan Studi Kelayakan III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Pengembangan industri tepung dan biskuit dari tepung kepala ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu analisis pasar dan pemasaran,

Lebih terperinci

IV. KONFIGURASI MODEL

IV. KONFIGURASI MODEL IV. KONFIGURASI MODEL A. DIAGRAM ALIRAN DATA (DATA FLOW DIAGRAM/DFD) Metode yang digunakan dalam memodelkan program aplikasi Sidi- Kuu adalah menggunakan diagram aliran data. Diagram aliran data memperlihatkan

Lebih terperinci

IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL

IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL 32 IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL 4.1. Identifikasi Indikator Kelayakan Finansial Pada umumnya ada enam indikator yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian kelayakan finansial dari

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... vi. KATA PENGANTAR... vii. DAFTAR ISI... ix. DAFTAR TABEL... xiii. DAFTAR GAMBAR... xvi. DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... vi. KATA PENGANTAR... vii. DAFTAR ISI... ix. DAFTAR TABEL... xiii. DAFTAR GAMBAR... xvi. DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI ABSTRAK... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR LAMPIRAN... xx BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Perumusan Masalah...

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dalam bidang pertanian, termasuk peternakan. Lebih dari 90% usaha peternakan yang dilakukan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Industri Biodiesel Berbasis Kelapa

Lampiran 1. Industri Biodiesel Berbasis Kelapa 191 Lampiran 1. Industri Biodiesel Berbasis Kelapa PERUSAHAAN 1. Eterindo Group 2. Platinum Industries 3. Indobiofuels Energy. 4. Energi Alternatif Ind. 5.Rekayasa Industri 6. Wilmar Bioenergy 7. Sumiasih

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ikan merupakan hewan yang hidup di air yang menjadi salah satu dari sekian banyak bahan

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ikan merupakan hewan yang hidup di air yang menjadi salah satu dari sekian banyak bahan BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ikan merupakan hewan yang hidup di air yang menjadi salah satu dari sekian banyak bahan makanan yang dibutuhkan manusia. Ikan sangat bermanfaat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (barang/jasa) dibutuhkan peranan supplyer untuk memasok produk yang

BAB I PENDAHULUAN. (barang/jasa) dibutuhkan peranan supplyer untuk memasok produk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan di era globalisasi ini semakin berkembang pesat. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat dunia. Dalam rantai produk (barang/jasa) dibutuhkan peranan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 4.1. Objek Pengambilan Keputusan Dalam bidang manajemen operasi, fleksibilitas manufaktur telah ditetapkan sebagai sebuah prioritas daya saing utama dalam sistem

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN 94 SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN Konfigurasi Model Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa sistem pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri bersifat kompleks, dinamis, dan

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Basis Data

Sistem Manajemen Basis Data 85 KONFIGURASI MODEL Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa sistem pengembangan Agrokakao bersifat kompleks, dinamis, dan probabilistik. Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya pelaku yang terlibat dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN III. 1. KERANGKA PEMIKIRAN Terbatasnya sumber daya minyak dan kemampuan kapasitas produksi minyak mentah di dalam negeri telah menjadikan sekitar 50% pemenuhan bahan bakar nasional

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Pemerintah Daerah Kota Bogor dan lingkungan industri Kota Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Cost-Benefit Analysis (CBA) Kusnawi, S.Kom, M.Eng

Cost-Benefit Analysis (CBA) Kusnawi, S.Kom, M.Eng Cost-Benefit Analysis (CBA) Kusnawi, S.Kom, M.Eng Karakteristik Cost-benefit analysis didasari oleh filsafat utilitarianism. Utilitarianism: memandang bahwa benar tidaknya suatu tindakan/kebijakan ditentukan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI 4.1. Perancangan Sistem Setelah melakukan tahapan pemeriksaan dan tahapan analisa, langkah selanjutnya adalah tahapan perancangan sistem. Tahapan perancangan merupakan

Lebih terperinci

INISIASI PROYEK PERTEMUAN 3

INISIASI PROYEK PERTEMUAN 3 INISIASI PROYEK PERTEMUAN 3 PROSES MANAJEMEN PROYEK Project Initiation (Inisiasi proyek) Project Planning (perencanaan awal proyek) Project Executing (Pelaksanaan proyek) Project Control (Pengendalian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Lidah buaya adalah tanaman yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh maupun perawatan kulit manusia. Tanaman ini juga memiliki kecocokan hidup dan dapat

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. pemrograman yang menerapkan metode fuzzy logic untuk menilai kelayakan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. pemrograman yang menerapkan metode fuzzy logic untuk menilai kelayakan 54 BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Implementasi dan evaluasi pada penelitian tugas akhir ini berupa aplikasi pemrograman yang menerapkan metode fuzzy logic untuk menilai kelayakan pemberian kredit investasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 27 III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan pendekatan ilmiah dengan kerangka berfikir logis. Kajian strategi pengembangan agroindustri bioetanol

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah

Lebih terperinci

Pengambilan Keputusan Berbasis Indeks Kinerja. Analisis Keputusan TIP FTP UB Mas ud Effendi

Pengambilan Keputusan Berbasis Indeks Kinerja. Analisis Keputusan TIP FTP UB Mas ud Effendi Pengambilan Keputusan Berbasis Indeks Kinerja Analisis Keputusan TIP FTP UB Mas ud Effendi Bahasan Pendahuluan Metode Bayes Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) CPI (Comparative Performance Index) Pendahuluan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istlah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISEM III.1 Analisis Sistem Sistem pakar mendeteksi tingkat kematangan buah mangga harum manis ini diimplementasikan dengan menggunakan bahasa pemrograman Microsoft Visual

Lebih terperinci

IV. PEMODELAN SISTEM A. KONFIGURASI SISTEM

IV. PEMODELAN SISTEM A. KONFIGURASI SISTEM IV. PEMODELAN SISTEM A. KONFIGURASI SISTEM Sistem Penunjang Keputusan Rantai Pasok Sutera Alam berbasis Web dirancang sebagai alat bantu yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan rantai

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Industri karet remah di Indonesia sebagian besar merupakan industri yang melibatkan petani karet sebagai penghasil bahan baku berupa bokar dan pabrik karet sebagai

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN KELAYAKAN EKONOMI DAN FINANSIAL BAGI USAHA MIKRO KECIL MENENGAH

PENGEMBANGAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN KELAYAKAN EKONOMI DAN FINANSIAL BAGI USAHA MIKRO KECIL MENENGAH 1 PENGEMBANGAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN KELAYAKAN EKONOMI DAN FINANSIAL BAGI USAHA MIKRO KECIL MENENGAH Natalia Pinesti / Dr. Wahyu Kusuma R., ST., MT Program Magister Manajemen Sistem Informasi, Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan dilakukan selama 6 bulan dari Bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel

III. METODE PENELITIAN Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel 45 III. METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel Penjelasan mengenai definisi operasional dan variabel pengukuran perlu dibuat untuk menghindari kekeliruan dalam pembahasan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Secara garis besar manajemen modern mencakup 4 (empat) tahapan kegiatan, yaitu: (1) perencanaan (planning); (2) pengorganisasian (organizing); (3) pelaksanaan (actuating);

Lebih terperinci

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL Analisis kelayakan finansial adalah alat yang digunakan untuk mengkaji kemungkinan keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman modal. Tujuan dilakukan analisis kelayakan

Lebih terperinci

MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN

MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN 140 MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN Model kelembagaan klaster agroindustri minyak nilam dirancang melalui pendekatan sistem dengan menggunakan metode ISM (Interpretative Structural Modelling). Gambar 47 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 5 RANCANG BANGUN MODEL

BAB 5 RANCANG BANGUN MODEL 71 BAB 5 RANCANG BANGUN MODEL 5.1 Konfigurasi Model Rancang bangun model peningkatan kinerja agroindustri kelapa sawit PBUMN dibangun dalam bentuk perangkat lunak dengan nama Pin-KK dengan tiga komponen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha pengolahan komoditi kelapa, dampaknya terhadap

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

VII. IMPLEMENTASI MODEL

VII. IMPLEMENTASI MODEL VII. IMPLEMENTASI MODEL A. HASIL SIMULASI Simulasi model dilakukan dengan menggunakan data hipotetik berdasarkan hasil survey, pencarian data sekunder, dan wawancara di lapangan. Namun dengan tetap mempertimbangkan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 65 3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Permasalahan utama yang dihadapi industri gula nasional yaitu rendahnya kinerja khususnya produktivitas dan efisiensi pabrik gula. Untuk menyelesaikan permasalahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJICOBA. pakar mendeteksi penyakit pada Kanker Servik ( Kanker Mulut Rahim).

BAB IV HASIL DAN UJICOBA. pakar mendeteksi penyakit pada Kanker Servik ( Kanker Mulut Rahim). BAB IV HASIL DAN UJICOBA IV.1 Tampilan Hasil Berikut adalah tampilan hasil dan pembahasan dari perancangan sistem pakar mendeteksi penyakit pada Kanker Servik ( Kanker Mulut Rahim). IV.1.1 Tampilan Menu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Pada bab ini akan dijelaskan tampilan hasil dari aplikasi yang telah dibuat, yang digunakan untuk memperjelas tentang tampilan-tampilan yang ada pada aplikasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN KONSEPTUAL Gambir merupakan salah satu produk ekspor Indonesia yang prospektif, namun hingga saat ini Indonesia baru mengekspor gambir dalam bentuk gambir asalan.

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan 2013

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan 2013 Analisis Terhadap Kendala Utama Serta Perubahan yang Dimungkinkan dari Pengelolaan Lingkungan di Kawasan Ziarah Umat Katholik Gua Maria Kerep Ambarawa Ari Wibowo 1) *, Boedi Hendrarto 2), Agus Hadiyarto

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA 61 BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Penulis merancang program sistem pakar untuk menentukan klasifikasi kendaraan bermotor menggunakan metode forward chaining dengan menggunakan bahasa pemogram

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRACT...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..... HALAMAN PENGESAHAN...... KATA PENGANTAR..... DAFTAR ISI..... DAFTAR TABEL..... DAFTAR GAMBAR..... ABSTRAK... ABSTRACT... i ii iii v vii x xi xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Sebelum melakukan kegiatan implementasi, sistem Aplikasi perhitungan kelayakan investasi membutuhkan perangkat keras dan perangkat lunak sehingga sistem

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang 53 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang diberikan kepada variabel sebagai petunjuk dalam memperoleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pembangunan daerah merupakan langkah yang ditempuh dalam mewujudkan visi dan misi yang ingin dicapai oleh Kota Depok, pembangunan daerah memiliki

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah Penelitian merupakan suatu rangkaian proses yang saling terkait secara sistematis, setiap tahap merupakan bagian menentukan tahap berikutnya

Lebih terperinci

7 REKAYASA SISTEM. Intelijensi Mesin inferensi Penalaran /Inference. Pengendalian/Control. Supervisor. Penghubung bahasa natural.

7 REKAYASA SISTEM. Intelijensi Mesin inferensi Penalaran /Inference. Pengendalian/Control. Supervisor. Penghubung bahasa natural. 7 REKAYASA SISTEM 7.1 Konfigurasi Sistem Sistem Pendukung Keputusan Intelijen untuk pengembangan agropolitan berbasis agroindustri dirancang dalam bentuk perangkat lunak komputer Visual Basic versi 6.0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penurunan produktivitas hutan alam telah mengakibatkan berkurangnya suplai hasil hutan kayu yang dapat dimanfaatkan dalam bidang industri kehutanan. Hal ini mendorong

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 14 LANDASAN TEORI 2.1 Proses Hierarki Analitik 2.1.1 Pengenalan Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process AHP) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Studi kelayakan pengembangan bisnis merupakan suatu analisis mendalam mengenai aspek-aspek bisnis yang akan atau sedang dijalankan, untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci