IV. METODE PENELITIAN

Transkripsi

1 IV. METODE PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Lidah buaya adalah tanaman yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh maupun perawatan kulit manusia. Tanaman ini juga memiliki kecocokan hidup dan dapat beradaptasi di Indonesia. Sehingga lidah buaya memiliki prospek yang besar untuk dijadikan sumber penghasilan masyarakat Indonesia. Peluang usaha berbahan dasar lidah buaya masih sangat besar. Kompetitor yang masih minim dan belum adanya pakar yang benar-benar ahli menguasai keseluruhan dari tanaman lidah buaya beserta produk turunannya menjadikan kesempatan emas ini dapat dimanfaatkan. Selain itu, khasiat dari lidah buaya yang sangat banyak menjadikan tanaman ini berprospek untuk dikembangkan. Pengetahuan masyarakat Indonesia pada umumnya masih kurang terutama terhadap manfaat tanaman ini. Selain itu, kebiasaan mayoritas orang yang masih sering membandingkan harga antar produk tanpa melihat kualitas dan keamanan bagi tubuhnya menjadikan produk turunan seperti minuman lidah buaya mengalami kesulitan dalam pemasaran dan pencapaian ke konsumen. Tanaman lidah buaya merupakan salah satu tanaman obat-obatan yang memiliki prospek untuk dikembangkan. Permintaan lidah buaya maupun produk olahannya yang terus meningkat sementara pasokannya masih kurang, memberikan prospek yang baik bagi pengembangan agribisnis dan agroindustri lidah buaya. Permintaan lidah buaya yang meningkat salah satunya dikarenakan manfaat dari tanaman ini yang memiliki kandungan gizi cukup banyak dan mulai meningkatnya kesadaran masyarakat yang beralih dari obat-obatan sintetik ke jenis yang alami dan aman. Saat ini usaha agroindustri lidah buaya tengah dikembangkan oleh masyarakat dan pihak agroindustri kecil dan menengah terutama di Kabupaten Bogor yang nantinya akan dijadikan sentra usaha tani lidah buaya untuk kawasan Jawa barat. Hal ini tentunya diharapkan dapat membantu meningkatkan pendapatan dan taraf

2 hidup petani, menciptakan lapangan pekerjaan, dan mendorong pengembangan desa. Rencana pendirian dan pengembangan agroindustri lidah buaya merupakan salah satu upaya untuk menjadikan komoditas lidah buaya mempunyai daya saing yang tinggi sehingga akan mendatangkan devisa baik bagi daerah setempat maupun negara. Kajian perencanaan agroindustri lidah buaya ini dilakukan untuk mengembangkan suatu model sistem penunjang keputusan yang akan membantu para pengambil keputusan (decision maker) yang telah atau akan terjun dalam agribisnis dan agroindustri lidah buaya. Sistem ini dirancang untuk membantu pengambilan keputusan pendirian dan pengembangan agroindustri berbasis lidah buaya. Salah satu faktor yang dapat mendukung dalam pengembangan usahatani lidah buaya adalah kondisi lingkungan tanam dan perawatan yang intensif. Lidah buaya merupakan tanaman yang pada dasarnya tahan hidup pada tempat yang beriklim kering dan minim akan intensitas hujan. Akan tetapi, untuk tujuan produksi maka diperlukan perawatan yang baik seperti pemberian air secara teratur dan cahaya matahari yang penuh agar dihasilkan pelepah dengan kualitas maksimal. Akan tetapi, keterbatasan dari pengetahuan para petani menjadikan hal-hal kecil seperti ini kurang diperhatikan. Perencanaan dari mulai usahatani hingga agroindustri lidah buaya perlu dirancang secara matang agar kemungkinan-kemungkinan kendala yang nantinya dihadapi dapat teratasi serta dijadikan suatu pedoman dalam proses perjalanannya. Salah satu perusahaan berskala Usaha Mikro Kecil (UMK) yang bergerak dalam lidah buaya adalah PT Driyama Purwana. Perusahaan ini terletak di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor dan memproduksi produkproduk berbahan dasar lidah buaya seperti gel, teh, sirup dan minuman lidah buaya. PT Driyama Purwana termasuk perusahaan yang masih bertahan menjalankan proses produksi dari mulai usahatani hingga pengolahannya. Sehingga perusahaan ini dapat dijadikan acuan dalam membuat suatu perencanaan pendirian usaha untuk agroindustri lidah buaya di Kabupaten Bogor. 31

3 Permasalahan terkait pendirian agroindustri lidah buaya yakni sulitnya mendapatkan dana sebagai alat penunjang utama di dalam keberlanjutan usaha. Hal lain yang tidak kalah penting dari dana yaitu sulitnya perusahaan mendistribusikan produknya ke pasar-pasar penting seperti supermarket yang pada ujungnya adalah birokrasi yang sulit dari pihak distributor dan persyaratan yang cukup sulit untuk dipenuhi apabila ingin menembus pasar internasional. Sistem penunjang keputusan pendirian agroindustri berbasis lidah buaya diperlukan sebagai sarana mempermudah dalam menganalisis kelayakan berdirinya agroindustri ini. Aspek yang dikaji dalam bentuk modelmodel diantaranya adalah pemilihan lokasi unggulan dalam cakupan Kabupaten Bogor, penentuan prakiraan penjualan terhadap lidah buaya, penetuan terhadap rencana kebutuhan produksi, dan analisis kelayakan finansial baik usahatani maupun agroindustrinya serta membandingkannya dengan menggunakan tambahan teknologi pengolahan size reduction. B. TAHAPAN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu: 1) Tahapan pendahuluan dengan melakukan studi pustaka tentang tanaman lidah buaya, teknologi budidaya, penanganan pasca panen, agroindustri lidah buaya, teknologi dan proses pengolahan minuman lidah buaya, produk lidah buaya, pasar produk lidah buaya, dan faktor-faktor lain yang berpengaruh dalam penyusunan model sistem penunjang keputusan pendirian agroindustri berbasis lidah buaya 2) Analisis situasional dengan melakukan survei lapang pada budidaya dan agroindustri minuman lidah buaya 3) Tahap pengembangan model dengan melakukan pendekatan sistem yang mencakup analisis kebutuhan, perumusan masalah, dan identifikasi sistem 4) Tahap desain model yang terdiri dari 9 sub model, diantaranya: (1) Sub Model Lokasi Usahatani, (2) Sub Model Lokasi Agroindustri, (3) Sub Model Prakiraan Penjualan Usahatani, (4) Sub Model Prakiraan Penjualan Agroindustri, (5) Sub Model Kelayakan Finansial Usahatani, (6) Sub 32

4 Model Kelayakan Finansial Agroindustri, (7) Sub Model Teknologi Pengolahan, (8) Sub Model Rencana Kebutuhan Produksi Usahatani, dan (9) Sub Model Rencana Kebutuhan Produksi Agroindustri Gambar 6. Diagram Alir Tahapan Penelitian 5) Tahap rancang bangun model ini terdiri dari Sistem Pengolahan Terpusat, Sistem Manajemen Basis Data Statis, Sistem Manajemen Basis Data Dinamis, Sistem Manajemen Basis Model, dan Sistem Manajemen Dialog. Sistem Manajemen Basis Data berfungsi untuk memasukkan data dan 33

5 mengorganisasikannya, sehingga pengambilan data dapat dilakukan dengan mudah. Sistem Manajemen Basis Model merupakan sistem yang berfungsi sebagai penunjang keputusan. Seluruh data dari Sistem Manajemen Basis Data ini akan digunakan sebagai masukan untuk Sistem Manajemen Basis Model. Keluaran dari tahap ini adalah paket program penunjang keputusan bernama AloeDist 1.0 6) Verifikasi model yang dikembangkan dalam program komputer dilakukan dengan pengujian menggunakan data aktual yang bertujuan untuk mengetahui apakah model tersebut layak untuk digunakan dan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan 7) Validasi model dilakukan untuk mengetahui apakah hasil verifikasi benar atau tidak, yaitu dengan perhitungan secara manual untuk meyakinkan kebenarannya dan sebagai pembanding C. METODE PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pengumpulan data dilakukan berdasarkan kebutuhan sistem dan dikelompokkan sebagai berikut: 1) Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data dan informasi berkaitan dengan pengetahuan dasar tentang komoditas lidah buaya, agroindustri lidah buaya, dan faktor-faktor atau parameter-parameter lain yang dapat mempengaruhi keberlanjutan agroindustri lidah buaya termasuk didalamnya adalah peluang pasar. Studi pustaka dilakukan di Perpustakaan LSI-IPB, Pusat Informasi dan Teknologi Pertanian- FATETA, Perpustakaan TIN, Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian dan Kehutanan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA) Kabupaten Bogor, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALLITRO), serta melalui internet dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian. 2) Survei Lapang Pengamatan juga dilakukan langsung di lapangan. Survei lapang dilakukan untuk melengkapi data dan informasi yang telah diperoleh dari 34

6 studi pustaka sehingga dapat mengamati secara langsung dan dapat mempelajari permasalahan yang ada. 3) Wawancara Pakar Wawancara pakar dilakukan sebagai bahan untuk melengkapi data dan informasi. Wawancara ini dilakukan dalam bentuk pemberian kuesioner dan diskusi secara intensif. Pemilihan pakar sangat penting dilakukan untuk memperoleh basis pengetahuan yang akurat dan tepat. Pakar yang dipilih adalah pakar usahatani dan agroindustri lidah buaya. Total pakar yang berhasil diwawancarai adalah 5 orang. Metode pengolahan data yang dilakukan dalam Rancang Bangun Sistem Penunjang Keputusan untuk Agroindustri lidah buaya antara lain: 1) Prakiraan penjualan yang menggunakan metode time series dengan 5 jenis metode peramalan sebagai perbandingan yaitu MA, DMA, SES, Metode Brown, dan Metode Holt yang nantinya metode yang dipilih adalah metode peramalan yang menghasilkan nilai MAPE terkecil 2) Penentuan kelayakan finansial dengan menggunakan kriteria investasi yang meliputi Net Present Value (NPV), B/C Ratio, Break Even Point (BEP), dan Pay Back Period (PBP) 3) Penentuan teknologi pengolahan size reduction yang dimasukkan ke dalam perhitungan kelayakan finansial dan dibandingkan nilainya menggunakan kriteria investasi 4) Pemilihan lokasi unggulan dilakukan dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) 5) Penentuan rencana kebutuhan produksi dengan menggunakan model matematika berdasakan hasil survei lapangan yang dilakukan di PT. Driyama Purwana D. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan dari bulan Maret 2009 sampai dengan Mei 2009 di Kabupaten Bogor. Pemilihan Kabupaten Bogor untuk verifikasi model dengan pertimbangan Jawa Barat akan dijadikan sebagai sentra usahatani lidah 35

7 buaya untuk pulau Jawa. Survei lokasi Usahatani Lidah Buaya dilakukan pada budidaya lidah buaya yang terdapat di Kecamatan Pamijahan dan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Survei lapang untuk agroindustri minuman lidah buaya dilakukan di PT Driyama Purwana yang terletak di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor. 36