MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI - SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN BETON

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI - SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN BETON"

Transkripsi

1 MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI - SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN BETON MELAKSANAKAN PEKERJAAN PERKERASAN JALAN BETON KODE UNIT KOMPETENSI SPL.KS BUKU INFORMASI 2011 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM B A D A N P E M B I N A A N K O N S T R U K S I PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

2 KATA PENGANTAR Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi untuk jabatan kerja Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton ini dibuat sesuai dengan ketentuan dalam Surat Perjanjian Kerja Konsultansi No. 10/KONTRAK/PPK/Kt/2011, tanggal 14 Juni 2011 yang telah ditanda tangani oleh Pihak Kesatu Pejabat Pembuat Komitmen Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi, Badan Pembinaan Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Pihak Kedua Direktur Utama PT Binatama Wirawredha Konsultan. Dalam penyusunan Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi jabatan kerja Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton ini adalah agar tercapai penyusunan materi latih di bidang perkerasan jalan beton dalam upaya mendukung kelancaran pelatihan berbasis kompetensi. Selain itu penyusunan Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi menuangkan hasil identifikasi silabus, strategi pencapaian tujuan pelatihan dan pembelajaran dalam formal Kurikulum Pelatihan Berbasis Kompetensi yang terdiri dari Buku Kerja, dan Buku Penilaian. Demikian Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi untuk Jabatan Kerja Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton kami susun sesuai dengan ketentuan Permen No. 14/PRT/M/2009 dan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tahapantahapan kegiatan yang telah dilaksanakan. Kepala Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi Dr. Ir. Andreas Suhono, M.Sc. NIP :

3 SPL.KS DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI i BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Pengakuan Kompetensi Terkini (RCC) Pengertian-Pengertian Istilah 3 BAB II STANDAR KOMPETENSI Peta Paket Pelatihan Pengertian Unit Standar Unit Kompetensi yang dipelajari Judul Unit Kode Unit Deskripsi Unit Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja Batasan Variabel Panduan Penilaian Kompetensi Kunci 7 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN Strategi Pelatihan Metode Pelatihan 8 BAB IV 10 PELAKSANAAN PEKERJAAN PERKERASAN JALAN BETON 4.1 Pengertian Umum Pendahuluan Pengertian Umum Jenis-jenis Perkerasan Beton Penyiapan Peralatan pelaksanaan Perkerasan jalan Beton Identifikasi Peralatan Pelaksanaan Pemilihan Peralatan Penetapan Peralatan 26 Judul Modul : Pelaksanaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman : i Ver :

4 SPL.KS Pemasangan Sambungan-Sambungan (Joints) Pemasangan Sambungan Memanjang (Longitudinal Joint) Pemasangan Sambungan Ekspansi Melintang (Expansion Joint) Pemasangan Sambungan Kontraksi Melintang (Transversal Contraction Joint), Pengecoran, penghamparan, Pemadatan dan Penyelesaian Akhir Permukaan Beton Pengangkutan dan Pengecoran Campuran Beton Penghamparan dan Pemadatan Beton Penyelesaian Akhir (Finishing) Permukaan Beton Percobaan Penghamparan Pembuatan Catatan Pelaksanaan Pekerjaan 47 BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI Sumber Daya Manusia Pelatih (Instruktur) Penilai Peserta Pelatihan Teman Kerja/Sesama Peserta Pelatihan Sumber-Sumber Perpustakaan Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan 54 LAMPIRAN 55 Judul Modul : Pelaksanaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman : ii Ver :

5 BAB I PENGANTAR 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelatihan berbasis kompetensi? Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan yang memperhatikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan di tempat kerja agar dapat melakukan pekerjaan dengan kompeten Arti menjadi kompeten di tempat kerja? Jika anda kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka anda memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah disetujui. 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan Desain materi pelatihan Materi Pelatihan didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual/Mandiri : 1. Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaikan oleh seorang pelatih di kelas. 2. Pelatihan Individual/Mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan bela jar sendiri menggunakan modul-modul yang diperlukan dengan bantuan pelatih (siswa aktif) Isi materi pelatihan 1. Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta pelatihan. Materi pelatihan yang ditulis dalam ini telah disusun sesuai dengan cakupan 3 Elemen Kompetensi dan 10 Kriteria Unjuk Kerja untuk unit kompetensi dengan kode unit SPL.KS Elemen-elemen Kompetensi dan Kriteria-kriteria Unjuk Kerja tersebut diuraikan dalam 4 Sub Bab yaitu : 1) Penyiapan Peralatan Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton, 2) Pembuatan Sambungan-sambungan (Joints), serta Pengecoran, Penghamparan, Pemadatan 3) Penyelesaian Akhir Permukaan Beton. Selain itu, sebelum penulisan Bab IV, ini dilengkapi dengan 3 Bab yang mendahuluinya yaitu berturut-turut Kata Pengantar, Standar Kompetensi, dan Strategi dan Metode Pelatihan. Kemudian setelah penulisan Bab IV selesai, diselesaikan dengan Bab V Sumber-sumber Yang Diperlukan Untuk Mencapai Kompetensi, yang menguraikan Sumber Daya Manusia, Sumber-sumber Perpustakaan, dan Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan. Dengan substansi-substansi yang dicakup dalam tersebut diharapkan pelatih maupun peserta pelatihan mendapatkan informasi yang cukup untuk mencapai maksud dan tujuan pelatihan. 2. Buku kerja Halaman: 1 dari 1

6 Buku Kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktek baik dalam pelatihan klasikal maupun pelatihan individual /mandiri. Buku diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi: 1) Kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi. 2) Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memantau pencapaian keterampilan peserta pelatihan. 3) Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktek kerja. 3. Buku penilaian Buku Penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi: 1) Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan. 2) Metode-metode yang disarankan adalah proses penilaian keterampilan peserta pelatihan. 3) Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan. 4) Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja. 5) Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktek. 6) Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan Pelaksanaan materi pelatihan 1. Pada pelatihan klasikal pelatih akan: 1) Menyediakan yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan. 2) Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan. 3) Menggunakan sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan. 4) Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban/tanggapan dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku Kerja. 2. Pada pelatihan individual/mandiri peserta pelatihan akan: 1) Menggunakan sebagai sumber utama pelatihan. 2) Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja. 3) Memberikan jawaban pada Buku Kerja. 4) Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja. 5) Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatih. 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini / Recognition of Current Competency (RCC) Apakah yang dimaksud dengan Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency)? Jika anda telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk seluruh elemen kompetensi dari suatu unit kompetensi tertentu, anda dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini (RCC). Berarti anda tidak akan dipersyaratkan untuk belajar kembali agar dapat diakui telah memiliki kompetensi pada unit kompetensi dimaksud. Halaman: 2 dari 2

7 Anda mungkin telah memiliki pengetahuan dan keterampilan, karena anda telah: Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan dan keterampilan yang sama, Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama, atau Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama. 1.4 Pengertian-Pengertian Istilah Profesi Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta ketrampilan / keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan dan pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan. Standardisasi Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu. Penilaian / Uji Kompetensi Penilaian / Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan. Pelatihan Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuik mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus pada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari. Sertifikat Lulus Pelatihan Sertifikat Lulus Pelatihan adalah pengakuan tertulis kepada Peserta Pelatihan yang telah mengikuti Pelatihan Berbasis Kompetensi, yang dinilai memperoleh nilai hasil pelatihan sama atau melebihi standar batas lulus yang disyaratkan dalam pelatihan dimaksud. Kompetensi Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk menunukkan aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan serta penerapan dari ketiga aspek tersebut di tempat kerja untuk mencapai unjuk kerja yang ditetapkan. Standar Kompetensi Standar Kompetensi adalah standar yang ditampilkan dalam istilah-istilahhasil serta memiliki format standar yang terdiri dari judul unit, deskripsi unit, elemen kompetensi, kriteria unjuk kerja, ruang lingkup serta pedoman bukti. Sertifikat Kompetensi Sertifikat Kompetensi adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten, yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi. Sertifikasi Kompetensi Sertifikasi Kompetensi adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi melalui proses penilaian/uji kompetensi. Halaman: 3 dari 3

8 BAB II STANDAR KOMPETENSI 2.1 Peta Paket Pelatihan Untuk mempelajari materi latihan ini perlu membaca dan memahami ketentuanketentuan atau peraturan perundang-undangan yang antara lain berkaitan dengan: 1. Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Pengaman Pantai untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan. 2. Keselamatan dan Keselamatan Kerja. 2.2 Pengertian Unit Standar Standar Kompetensi? Standar Kompetensi menentukan: Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai kompetensi. Standar yang diperlukan untuik mendemonstrasikan kompetensi. Kondisi dimana kompetensi dicapai. Yang akan anda pelajari dari Unit Kompetensi ini? Anda akan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan dipersyaratkan untuk menerapkan prosedur-prosedur mutu. Lama unit kompetensi ini dapat diselesaikan? Pada sistem pelatihan berdasarkan kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam keterampilan tertentu. Banyak kesempatan yang anda miliki untuk mencapai kompetensi? Jika anda belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Pelatih anda akan mengatur rencana pelatihan dengan anda. Rencana ini akan memberikan anda kesempatan kembali untuk meningkatkan level kompetensi anda sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 kali. 2.3 Unit Kompetensi yang dipelajari Dalam sistem pelatihan, standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan untuk dapat: 1. Mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan oleh peserta pelatihan. 2. Mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan oleh peserta pelatihan. 3. Memeriksa kemajuan peserta pelatihan. 4. Meyakinkan bahwa semua elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian Judul unit Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Kode unit SPL.KS Halaman: 4 dari 4

9 2.3.3 Deskripsi unit Unit Kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan untuk mampu melaksanakan pekerjaan pelaksanaan perkerasan jalan beton Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja ELEMEN KOMPETENSI 1. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk membuat perkerasan jalan beton. KRITERIA UNJUK KERJA 1.1. Peralatan peaksanaan perkerasan jalan beton semen diidentifikasi sesuai kebutuhan dan kapasitas yang diperlukan Peralatan pelaksanaan perkerasan jalan beton semen dipilih sesuai kebutuhan dan kapasitas yang diperlukan Peralatan pelaksanaan perkerasan jalan beton semen ditetapkan sesuai kebutuhan dan kapasitas yang diperlukan. 2. Melaksanakan pemasangan sambungan memanjang, sambungan ekspansi melintang atau sambungan kontraksi melintang untuk pekerjaan perkerasan jalan beton. 3. Melaksanakan pengecoran, penghamparan, pemadatan dan penyelesaian akhir beton 2.1. Pemasangan sambungan memanjang untuk pekerjaan perkerasan jalan beton dilaksanakan Pemasangan sambungan ekspansi melintang untuk pekerjaan perkerasan jalan beton dilaksanakan Pemasangan sambungan kontraksi melintang untuk pekerjaan perkerasan jalan beton dilaksanakan Pengecoran beton untuk perkerasan jalan beton dilaksanakan Penghamparan dan pemadatan beton untuk perkerasan jalan beton dilaksanakan Penyelesaian akhir beton untuk perkerasan jalan beton dilaksanakan Catatan penyelesaian pekerjaan perkerasan jalan beton dibuat sesuai format dan prosedur SOP Batasan variabel 1. Konteks variabel: 1) Kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja secara mandiri. 2) Unit kompetensi ini berlaku untuk pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton. 2. Dalam pelaksanaan pekerjaan yang terkait dengan unit ini perlu tersedianya peralatan dan sarana antara lain: 1) Peralatan pelaksanaan perkerasan jalan beton semen. Halaman: 5 dari 5

10 2) Peralatan penghampar beton semen. 3) Peralatan pemadat beton semen. 3. Tugas-tugas yang harus dilakukan: Kemampuan mengidentifikasi jenis-jenis peralatan. Pekerjaan pengendalian mutu pekerjaan. Kemampuan untuk mengendalikan pelaksanaan sesuai batasan dan toleransi yang diizinkan. 4. Peraturan-peraturan yang diperlukan: 1) UUJK No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. 2) UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan Tol. 3) PP No. 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol. 4) PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan. 5) PP No. 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi. 6) PP No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. 7) Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. 8) Undang-Undang No.3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 9) SNI yang terkait dengan pekerjaan perkerasan beton. 5. Pihak lain yang terkait antara lain: 1) LPJKN / LPJKD; 2) Dinas Teknis terkait; 3) Pemasok material Panduan Penilaian 1. Konteks Penilaian Kondisi pengujian: Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja normal dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar. Penilaian harus mencakup kemampuan memantau dan mengevaluasi secara professional. Penilaian harus didukung oleh serangkaian metode untuk menilai pengetahuan dan keahlian yang ditetapkan dalam Materi Uji Kompetensi (MUK). Metode uji antara lain: 1) Unit ini dapat dinilai di dalam maupun di luar tempat kerja. 2) Penilaian harus mencakup peragaan praktek di tempat kerja. 3) Unit ini harus didukung oleh serangkaian metode untuk menilai pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang ditetapkan dalam materi uji kompetensi (MUK). 2. Kompetensi yang harus dimiliki sebelumnya atau kaitan dengan kompetensi lain: SPL.KS Menerapkan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton. 3. Pengetahuan pendukung yang dibutuhkan: Halaman: 6 dari 6

11 Untuk mendemonstrasikan kompetensi diperlukan pengetahuan di bidang: 1) Kemampuan menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk membuat perkerasan jalan beton. 2) Kemampuan melaksanakan pengecoran, penghamparan, pemadatan dan penyelesaian akhir beton. 4. Keterampilan yang dibutuhkan: 1) Keterampilan berinteraksi di tempat kerja. 2) Keterampilan menerapkan UUJK di tempat kerja. 3) Keterampilan menerapkan etika profesi dalam pelaksanaan pekerjaan. 5. Aspek penting penilaian Aspek yang harus diperhatikan: 1) Kemampuan menerapkan kode etik profesi. 2) Kemampuan dalam memantau dan mengevaluasi penerapan UUJK dan Kode Etik Profesi. 6. Aspek kritis 1) Kemampuan dalam menerapkan peraturan dan perundang-undangan terkait dalam pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton. 2) Mengidentifikasi pasal-pasal terkait dengan kegagalan konstruksi dan kegagalan bangunan. 3) Menerapkan UUJK dan etika profesi secara konsisten Kompetensi kunci No. Kompetensi kunci Tingkat 1. Mengumpulkan, menganalisa dan mengngorganisasikan 3 informasi. 2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan Bekerja sama dengan orang lain dan kelompok Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis Memecahkan masalah Menggunakan teknologi. 3 Halaman: 7 dari 7

12 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN 3.1 Strategi Pelatihan Belajar dalam suatu sistem Berdasarkan Kompetensi berbeda dengan yang sedang diajarkan di kelas oleh pelatih. Pada sistem ini anda akan bertanggung jawab terhadap belajar anda sendiri, artinya bahwa anda perlu merencanakan belajar anda dengan pelatih dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat Persiapan / perencanaan 1. Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar anda. 2. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca. 3. Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah anda miliki. 4. Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan anda Permulaan dari proses pembelajaran 1. Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang terdapat pada tahap belajar. 2. Merevisi dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan anda Pengamatan terhadap tugas praktek 1. Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya. 2. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang konsep sulit yang anda temukan Implementasi 1. Menerapkan pelatihan kerja yang aman. 2. Mengamati indikator kemajuan personal melalui kegiatan praktek. 3. Mempraktekkan keterampilan baru yang telah anda peroleh Penilaian Melaksanakan tugas penilaian untk penyelesaian belajar anda Metode pelatihan Terdapat 3 (tiga) prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan Belajar secara mandiri Belajar secara mandiri membolehkan anda untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, anda disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar Belajar berkelompok Halaman: 8 dari 8

13 Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja Belajar terstruktur Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu. Halaman: 9 dari 9

14 BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN PERKERASAN JALAN BETON 4.1 Pengertian Umum Pendahuluan Materi Pelatihan ini memberikan gambaran mengenai pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton, yang mencakup 3 (tiga) elemen kompetensi yang telah ditentukan dalam SKKNI, yaitu: 1. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk membuat perkerasan jalan beton. 2. Melaksanakan pemasangan sambungan memanjang, sambungan ekspansi melintang atau sambungan kontraksi melintang untuk pekerjaan perkerasan jalan beton. 3. Melaksanakan pengecoran, penghamparan, pemadatan dan penyelesaian akhir beton.. Dalam Sub-sub Bab berikut ini akan diuraikan ringkasan masing-masing elemen kompetensi tersebut di atas yang secara keseluruhan akan merupakan intisari dari Bab IV Pengertian umum 1. Definisi perkerasan kaku Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) didefinisikan sebagai struktur perkerasan yang terdiri dari plat beton semen yang bersambungan (tidak menerus) dengan atau tanpa tulangan, atau plat beton menerus dengan tulangan, yang terletak di atas lapis pondasi bawah, tanpa atau dengan aspal sebagai lapis permukaan. 2. Struktur perkerasan jalan beton semen Struktur perkerasan jalan beton semen atau sering disebut dengan perkerasan kaku (rigid pavement) pada umumnya terdiri dari bagian-bagian seperti terlihat pada Gambar 4.1.(1) di bawah ini. Sedangkan masing-masing bagiannya akan diuraikan dalam butir-butir berikut. Halaman: 10 dari 10

15 Plat beton Sambungan memanjang Sambungan melintang Tekstur permukaan Desain tebal perkerasan Tie Bar Dowel Lapis Pondasi Bawah atau Lapis Pondasi Tanah Dasar Gambar 4.1.(1). Bagian-bagian perkerasan jalan beton semen 1). Lapis Pondasi Lapis pondasi (base course) terdiri atas satu lapis plat (slab) beton semen mutu tinggi yang kira-kira setara dengan beton K-350 sampai K-400. Dalam banyak literatur disebut lapis pondasi (base course), karena di atasnya dimungkinkan ada lapis permukaan (surface course) yang terdiri atas aspal beton (AC). Dalam perkembangan terakhir, plat beton ini dapat juga terdiri atas beton pratekan. Lapis pondasi yang terdiri atas plat beton semen ini merupakan konstruksi utama dari perkerasan kaku, yang apabila kontak langsung dengan roda lalu lintas (berfungsi sebagai lapis permukaan / surface course), maka permukaannya harus rata, tidak mudah aus dan tidak licin.lapis pondasi tidak boleh lekat (unbonded) dengan lapis pondasi bawah (sub base course). 2). Lapis Pondasi Bawah Fungsi utama lapis pondasi bawah (sub base course) adalah sebagai lantai kerja (working platform), untuk meratakan dan memperkuat tanah dasar yang sudah dipersiapkan agar tidak rusak oleh roda kendaraan konstruksi selama pelaksanaan pekerjaan, Selain itu juga berfungsi mencegah pumping (pemompaan), dan menambah kekuatan tanah dasar, meskipun pada umumnya lapis pondasi bawah ini tidak diperhitungkan dalam memikul beban lalu lintas (bersifat non-struktural). Memang beberapa institusi dalam kondisi-kondisi tertentu menyarankan agar lapis pondasi bawah ikut diperhitungkan dalam perencanaan tebal perkerasan beton semen dengan cara mengambil CBR gabungan atau Modulus Reaksi Tanah Dasar (k) gabungan antara tanah dasar dan lapis pondasi bawah. Sebagaimana telah disebut di atas, lapis pondasi bawah digunakan antara lain untuk mencegah pumping. Pumping adalah peristiwa masuknya air hujan dari Halaman: 11 dari 11

16 permukaan plat beton melalui retakan/celah sambungan pada plat beton tersebut dan terus ke tanah dasar, yang kemudian dengan terjadinya lendutan plat beton akibat dari beban lalu lintas berat mengakibatkan air dapat terpompa ke luar lagi dengan membawa butir-butir halus material tanah dasar; akibatnya lambat laun terjadi rongga di bawah plat beton sehingga plat beton kehilangan dukungan sehingga akhirnya retak karena plat beton tidak didesain untuk menahan momen lentur. Tahap awal terjadinya pumping dapat dilihat dari munculnya lumpur tanah merah di permukaan perkerasan di daerah sambungan / retakan plat beton. Untuk mengatasi pumping ini dapat digunakan material berbutir (granular material / agregat) untuk memberikan fasilitas drainase bagi air yang masuk ke bawah perkerasan untuk kemudian disalurkan melalui saluran pembuang di bawah perkerasan (subdrain). Agar berfungsi baik sebagai drainase maupun sebagai saringan agar material halus tanah dasar tidak bisa lewat, maka material berbutir yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan agregat porous (filter material). Gradasi agregat subase harus bebas mengalirkan air dengan target permeabilitas 45 m/hari, tetapi tidak lebih dari 107 m/hari berdasarkan pengujian laboratorium. Agregat subbase harus dipadatkan 95 % berdasarkan kepadatan AASHTO T99. Pada umumnya gradasi agregat subbase memiliki indeks plastisitas (PI) 6 dan terdapat maksimum 15 % dari partikel halus (lolos saringan No.200). Alternatif lainnya, dapat dipergunakan lean concrete (yaitu beton kurus dengan kekuatan kubus 1,0 MPa, atau dikenal juga sebagai beton B-0) sebagai lapis pondasi bawah. Dalam hal ini lean concrete dimaksudkan sebagai material penghambat (blocking) masuknya air ke bawah perkerasan (tanah dasar). Secara teoritis, antara lapis pondasi bawah dengan plat beton di atasnya tidak boleh ada ikatan (bonding) sehingga perlu dipasang bond breaker. 3). Bond Breaker Bond breaker dipasang di atas subbase agar tidak ada kelekatan (bonding) atau gesekan (friction) antara lapis pondasi bawah dengan plat beton. Dalam praktek bond breaker dibuat dari plastik tebal (minimum 125 mikron). Untuk mencegah gesekan, maka permukaan lapis pondasi bawah tidak boleh dikasarkan (grooving atau (brushing). Pada waktu pemasangan plastik harus dihindari terjadinya air-trapped di bawah plastik karena akan menyebabkan irregular joint yang akan menimbulkan gesekan antara lapis pondasi bawah dengan plat beton di atasnya. Bila lapis pondasi bawah terdiri atas granular material, tidak diperlukan adanya bond breaker, kecuali kalau ada kekhawatiran terjadinya dewatering campuran beton. 3. Prinsip Penyebaran Beban Perkerasan beton semen sebagai perkerasan kaku bersifat sebagai single layer system, yang terdiri atas Plat Beton Mutu Tinggi sebagai lapis pondasi, yang berfungsi memikul seluruh beban lalu lintas di atasnya untuk diteruskan ke tanah dasar pada daerah yang relatif jauh lebih luas dibandingkan dengan perkerasan lentur, sehingga tegangan maksimum yang diterima oleh tanah dasar sangat kecil (0,2 0,3 kg/cm 2 ). Lapis pondasi bawah (lean concrete atau batu pecah) disini tidak diperhitungkan memikul beban (berfungsi non-struktural). Halaman: 12 dari 12

17 Gambar 4.1.(2) Distribusi tegangan akibat beban lalu lintas pada permukaan Tanah Dasar (Subgrade) oleh Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) Jenis-jenis perkerasan beton semen Perkerasan kaku dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu: 1. Perkerasan beton semen, yaitu perkerasan kaku dengan beton sebagai lapisan aus; dan 2. Perkerasan komposit, yaitu perkerasan kaku dengan lapisan beton aspal di atasnya sebagai lapis permukaan, dimana kedua bahan tersebut (beton semen dan beton aspal) bekerjasama sebagai konstruksi komposit dalam memikul beban. 1. Perkerasan beton semen Dari kebanyakan literatur yang ada, dikenal 4 (empat) jenis perkerasan beton semen yang banyak digunakan, yaitu: 1) Perkerasan beton semen dengan sambungan tanpa tulangan (Jointed Unreinforced/Plain Concrete Pavement / JPCP); 2) Perkerasan beton semen dengan sambungan dengan tulangan (Jointed Reinforced Concrete Pavement / JRCP); 3) Perkerasan beton semen menerus (tanpa sambungan) dengan tulangan (Continuously Reinforced Concrete Pavement / CRCP); 4) Perkerasan beton semen pratekan (Prestressed Concrete Pavement / PCP). 1). Perkerasan Beton Semen dengan Sambungan tanpa Tulangan (Jointed Unreinforced/Plain Concrete Pavement / JPCP); Perkerasan Beton Semen dengan Sambungan tanpa Tulangan (JPCP) tidak mempunyai tulangan plat, kecuali pada kondisi-kondisi khusus seperti pada oprit jembatan, daerah-daerah dengan bentuk plat yang tidak teratur, dsb. Tie bar dipasang untuk memegang bagian-bagian plat beton pada sambungan memanjang, sedangkan dowel berfungsi sebagai transfer beban. Perlu dipahami benar, bahwa tie bar dan dowel sama sekali tidak berfungsi sebagai tulangan plat beton. Pada umumnya perkerasan beton semen di Indonesia dibuat dari jenis JPCP dengan dowel, meskipun ada beberapa ruas jalan yang dibuat tanpa dowel. Dalam hal ini transfer beban diasumsikan melalui kombinasi antara tanah dasar Halaman: 13 dari 13

18 yang diperkuat (improved subgrade) dengan saling menggigit antar agregat pada bidang retakan sambungan melintang. Namun dari pengalaman dan pengamatan terhadap jalan-jalan yang ada, penggunaan dowel lebih baik dari segi kerataan permukaan dan dapat menghindari terjadinya gerakan vertikal bagian-bagian plat beton pada sambungan (faulting). Pada jenis JPCP sambungan melintang susut dibuat pada jarak yang relatif rapat (± 5 meter) sehingga dapat diharapkan tidak terjadi retak-retak melintang akibat susut (shrinkage) beton. 2). Perkerasan Beton Semen dengan Sambungan dengan Tulangan (Jointed Reinforced Concrete Pavement / JRCP); Yang dimaksudkan dengan tulangan dalam perkerasan jenis JRCP adalah tulangan plat beton yang dipasang pada 1/4 tebal plat dari atas, dan dimaksudkan untuk memperkuat plat beton dalam menahan tegangan tarik akibat dari susut selama proses pengerasan beton, dimana terjadi perubahan temperatur dan perubahan kadar air dalam beton; atau dengan perkataan lain untuk memegang retak yang terjadi agar tidak terbuka. Tulangan ini berbentuk anyaman (mesh) yang luas penampangnya kira-kira 0,1 % luas penampang plat beton. Dengan dipasangnya tulangan ini, maka jarak sambungan susut melintang dapat diperbesar sampai meter. 3). Perkerasan beton semen menerus (tanpa sambungan) dengan tulangan (Continuously Reinforced Concrete Pavement / CRCP); Dalam perkerasan jenis CRCP terdapat tulangan dari besi beton yang menerus dalam arah memanjang sepanjang perkerasan yang dipasang pada 1/3 tebal plat beton dari atas. Di sini sambungan-sambungan melintang sama sekali tidak ada. Pada umumnya, perkerasan jenis ini dibuat sepanjang antara meter. Dengan plat beton sepanjang ini, maka retak susut yang akan terjadi akan cukup lebar (± 0,3 mm) dan terjadi pada jarak tidak beraturan yang cukup rapat. Pada prinsipnya retak-retak tersebut akan ditahan oleh besi tulangan dan gesekan (friction) dari lapis pondasi bawah. Dalam desain, biasanya jarak retakan yang ditoleransi adalah berkisar antara 1 3 m sehingga untuk ini pada umumnya diperlukan luas besi tulangan sebesar 0,5 0,7 % dari luas penampang plat beton. Perlu benar-benar dipahami, meskipun tulangan ini relatif besar, namun fungsinya adalah tetap untuk mengendalikan retak, dan bukan untuk menahan momen lentur dari plat beton. Meskipun demikian, berdasarkan penelitian tulangan memanjang yang relatif besar tersebut akan membantu menambah kekuatan plat beton menahan gaya lintang. Luas tulangan pada CRCP jauh lebih besar dibandingkan dengan luas tulangan pada JRCP. 4). Perkerasan beton semen pratekan (Prestressed Concrete Pavement / PCP). Sepanjang pengetahuan penulis, sampai dengan saat ini perkerasan jenis PCP masih dalam tahapan pengembangan di Amerika dan Jepang guna memecahkan masalah waktu pelaksanaan di lapangan agar tidak terlalu lama menutup lalu lintas. Dalam perkerasan jenis PCP, plat beton perkerasan terdiri atas panel-panel beton yang dibuat di tempat pracetak (precasting yard), kemudian disusun di lapangan dan di-prategang (post-tensioning) dalam arah memanjang jalan. Halaman: 14 dari 14

19 Tegangan pratekan yang diperlukan berkisar antara psi (arah memanjang) dan psi (arah melintang). Setelah post-tensioning, kabel prategang di-grouting dan stressing pocket diisi beton yang cepat mengeras. Sementara itu sealant di-injeksikan ke dalam sambungan antara panel-panel beton. Tie Bars at longitudinal joints Gambar 4.1.(3) Jenis-jenis perkerasan beton semen (tampak atas) 2. Perkerasan komposit Konstruksi beton semen dengan lapis permukaan aspal beton, yang memperhitungkan lapis aspal beton sebagai bagian yang ikut memikul beban, Halaman: 15 dari 15

20 disebut Perkerasan Komposit. Dalam beberapa literatur yang ada, tebal konstruksi perkerasan komposit dihitung sebagai berikut: Ditentukan terlebih dahulu tebal plat beton yang dibutuhkan dengan menganggap perkerasan seluruhnya terdiri atas beton semen. Kemudian tebal plat beton hasil perhitungan di atas dikurangi sebesar 10 mm untuk setiap 25 mm tebal aspal beton. Tebal minimum plat beton ditetapkan 150 mm, dan untuk mencegah retak refleksi (retak di permukaan aspal yang terjadi akibat celah sambungan dan retak pada plat beton) disarankan tebal minimum aspal beton adalah 100 mm (4 inches). Gambar 4.1.(4). Konstruksi Perkerasan jalan beton di Proyek Pelebaran Jalan 4.2 Penyiapan Peralatan Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Identifikasi peralatan pelaksanaan Untuk dapat mengidentifikasi jenis peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan perkerasan beton semen berdasarkan kebutuhan dan kapasitas yang diperlukan, maka diperlukan data-data yang harus dijadikan pertimbangan sebagai berikut: 1. Jenis, volume pekerjaan beton, spesifikasi teknik, lokasi pekerjaan dan kondisi lapangan; 2. Jadwal waktu yang disediakan untuk masing-masing tahapan pelaksanaan pekerjaan beton semen; dan 3. Metode kerja pelaksanaan pekerjaan yang akan digunakan; Pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton memerlukan peralatan utama yang meliputi: 1. Peralatan pencampur dan pengecoran beton (Batching Plant dan Truck Mixer / Dump Truck), 2. Penghamparan dan pemadatan beton (Concrete Paver / Concrete Finisher), serta 3. Peralatan penyelesaian akhir (finishing) permukaan beton (Texturing and Curing Machine). Jenis-jenis peralatan utama tersebut akan diuraikan dalam pasal-pasal berikut. Halaman: 16 dari 16

21 1. Peralatan Pencampur (Batching Plant) dan Pengangkut Beton Pembuatan campuran beton yang bermutu tinggi memerlukan perhatian yang sangat teliti pada setiap tahapan kegiatannya, mulai dari penetapan dan penakaran komposisi bahan pembentuk beton, pencampuran, sampai kepada pengangkutannya ke lokasi pengecoran. Pada umumnya, proses produksi campuran beton meliputi kegiatan kegiatan sebagai berikut: 1) Penakaran bahan-bahan beton; 2) Pencampuran; 3) Pengangkutan ke lokasi pengecoran; 4) Penempatan / pengecoran; 5) Pemadatan (konsolidasi); 6) Perawatan (Curing); 7) Penyelesaian akhir / Perapihan (Finishing). Kegiatan penakaran bahan-bahan pembentuk beton dalam bahasa asing disebut batching. Penakaran dapat dilakukan berdasarkan berat maupun berdasarkan volume bahan tersebut. Tetapi, penakaran berdasarkan berat lebih umum dilakukan karena dipandang lebih praktis. Batcher equipment adalah kontainer yang berfungsi sebagai penampung dan untuk mengukur material beton sebelum dituangkan ke dalam Concrete Mixer. Untuk menentukan batcher yang harus digunakan, kapasitas batcher tersebut minimal 3 (tiga) kali kapasitas alat pencampur (concrete mixer). Peralatan pembuatan campuran beton yang ditempatkan secara terpusat dan biasanya mempunyai kapasitas tinggi, sehingga cocok untuk pekerjaan-pekerjaan beton dengan volume besar, disebut Batching Plant. Gambar 4.2.(1) Peralatan Batching Plant dengan alat pengangkut Dump Truck. Peralatan Batching Plant dan alat pengangkut (Truck Mixer atau Agitator Truck Mixer) harus sesuai dengan ketentuan mengenai peralatan dalam Spesifikasi Beton dari Spesifikasi Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. Kapasitas Batching Plant harus cukup besar untuk dapat memasok kebutuhan alat Slipform Concrete Paver sedemikian rupa sehingga alat penghampar tersebut dapat terus bergerak tanpa berhenti akibat kekurangan atau keterlambatan pemasokan campuran beton. Halaman: 17 dari 17

22 Karena alasan praktis di lapangan, sering terjadi satu proyek menggunakan beberapa Batching Plant, bahkan dari beberapa perusahaan pemasok, untuk memenuhi kebutuhan pasokan campuran betonnya. Apabila hal ini terjadi, maka diperlukan kecermatan yang lebih tinggi dari Pelaksana Lapangan yang bersangkutan untuk dapat mengendalikan mutu maupun jumlah campuran beton yang harus diterimanya agar tetap konsisten dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan. Gambar 4.2.(2) Batching Plant jenis pan mixer dengan Truk Ready Mix. 2. Mesin penghampar jenis acuan bergerak (slipform concrete paver) Mesin penghampar beton jenis ini merupakan satu unit mesin yang mempunyai fungsi menghampar, meratakan, memadatkan dan membentuk perkerasan sekaligus memberi arah dan mengatur elevasi sesuai kebutuhan dalam sekali gerak maju. Mesin jenis acuan bergerak (Slipform Concrete Paver) mempunyai lebar minimum 4.0 m yang bertumpu pada 4 (empat ) roda kelabang (crawler track), dilengkapi sensor arah gerak (steering sensors), sensor elevasi (level control sensors) masing-masing di depan dan di belakang pada kedua sisi, dan sensor kelandaian kemiringan (slope sensor). Semua sensor ini dikendalikan secara otomatis dengan komputer (computerized control). Secara umum alat ini dilengkapi dengan : 1) auger yang dapat menyebarkan adukan beton secara merata ke seluruh bagian lebar perkerasan; 2) screed yang mengatur masukan beton ke dalam mold (cetakan); 3) vibrator dengan jumlah cukup untuk menjamin keseragaman dan konsolidasi seluruh campuran beton dan ditempatkan pada selebar mold dengan frekwensi Hertz yang kedudukannya harus lentur agar tetap berfungsi walaupun harus menyentuh tulangan; 4) mold (slipform pan / finishing pan) pembentuk perkerasan terbuat dari baja berkualitas sangat tinggi,dan bentuknya menjamin campuran beton yang dibentuk tidak terseret dan akan menghasilkan beton yang padat; 5) super smoother / float pan finisher penempa akhir yang meratakan dan menghaluskan permukaan akhir perkerasan dan bergerak secara oskilasi; Halaman: 18 dari 18

23 6) tie bar inserter (penyisip tie bar) secara otomatis pada jarak tertentu menyisipkan tie bar pada sambungan memanjang; 7) dowel bar inserter (penyisip dowel) untuk menyisipkan dowel secara otomatis ke dalam perkerasan beton yang sedang dalam proses penghamparan dan pemadatan pada interval/jarak yang diinginkan dan sejajar dengan arah pergerakan mesin. Perlu diketahui bahwa dowel bar inserter (DBI) ini merupakan perlengkapan optional, yang dipasang apabila memang diperlukan. Pada umumnya concrete paver yang dipergunakan di Indonesia tidak dipasang dowel bar inserter mengingat penggunaan alat ini akan memerlukan power yang lebih besar bagi concrete paver yang bersangkutan. Gambar 4.2.(1) dan Gambar 4.2.(2) memperlihatkan salah satu Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform Concrete Paver) yang banyak terdapat di Indonesia. Gambar 4.2.(3) Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform Concrete Paver) yang banyak dipergunakan di Indonesia. Halaman: 19 dari 19

24 Gambar 4.2.(4) Potongan Melintang Tipikal Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform Concrete Paver) 3. Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap (Fixform Concrete Finisher) Jika lokasi perkerasan sempit atau bentuknya tidak beraturan yang tidak memungkinkan beroperasinya mesin Slipform Concrete Paver, maka dapat digunakan alat berikut ini: 1) Mesin Penghampar dan Penempa (Spreading and Finishing Machines) Jenis mesin penghampar harus sedemikian rupa sehingga dapat memperkecil kemungkinan segregasi campuran beton. Alat penempa (finishing machines) harus dilengkapi dengan tranverse screeds yang dapat bergerak bolak-balik (oscillating type) atau alat lain yang serupa dengan ketentuan Pasal b 2) Vibrator (Penggetar) Vibrator, untuk menggetarkan seluruh lebar perkerasan beton, dapat berupa surface pan type atau internal type dengan tabung celup (immersed tube) atau multiple spuds. Vibrator dapat dipasang pada mesin penghampar atau alat penempa. Vibrator tidak boleh menyentuh sambungan, load transfer devices, subgrade dan acuan (form) samping. Frekuensi vibrator surface pan tidak boleh kurang dari 3500 impuls per menit (58 Hz), dan Frekuensi internal vibrator tidak boleh kurang dari 5000 impuls per menit (83 Hz) untuk vibrator tabung dan tidak kurang dari 7000 impuls per menit (117 Hz) untuk spud vibrator. Spud vibrator, dapat dipasang pada mesin penghampar (spreader) atau alat penempa (finishing), dengan frekwensi tidak boleh kurang dari 3500 impuls per menit (58 Hz). Di lokasi dekat acuan dapat dioperasikan dengan tangan. 3) Acuan Acuan ini digunakan bilamana pekerjaan dengan mesin slipform tidak dimungkinkan. Halaman: 20 dari 20

25 Acuan lurus terbuat dari logam dengan ketebalan tidak kurang dari 5 mm dan disediakan dalam bentuk bagian-bagian dengan panjang tidak kurang dari 3 m. Acuan ini sekurang-kurangnya mempunyai kedalaman sama dengan ketebalan plat beton perkerasan tanpa sambungan horisontal dan lebar dasar acuan tidak kurang dari kedalamannya. Acuan yang mudah disesuaikan atau lengkung dengan radius yang memadai digunakan untuk tikungan dengan radius 30,0 m atau kurang. Acuan dilengkapi dengan sarana yang memadai untuk keperluan pemasangan sehingga bila telah terpasang acuan tersebut dapat menahan, tanpa adanya lentingan atau penurunan, segala benturan dan getaran dari alat penghampar dan penempa. Batang flens (flange braces) harus melebihi keluar dari dasar tidak kurang dari 2/3 tinggi acuan. Acuan yang permukaan atasnya miring, bengkok, terpuntir atau patah harus diperbaiki terlebih dahulu. Permukaan atas acuan tidak boleh berbeda lebih dari 3 mm sepanjang 3 m dari suatu bidang datar sebenarnya dan bidang tegak tidak berbeda melebihi 6 mm. Acuan ini juga harus dilengkapi pengunci pada ujung-ujung bagian yang bersambungan. Gambar 4.2.(3) memperlihatkan salah satu Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap (Fixform Concrete Finisher) yang banyak digunakan di Indonesia. Alat penghampar beton mekanis (dengan fixed form) Gambar 4.2.(5) Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap Secara Mekanis (Fixform Concrete Finisher) Halaman: 21 dari 21

26 Gambar 4.2.(6) Penghamparan Beton Menggunakan Acuan Tetap Secara Manual 4. Peralatan Pembuat Tekstur Permukaan Beton dan Perapihan Tepi Setelah sambungan dan tepi perkerasan selesai, sebelum bahan perawatan (curing) digunakan, permukaan beton harus dikasarkan dengan membuat tekstur permukaan pada arah melintang atau memanjang garis sumbu (centre line) jalan, yang dapat dilakukan dengan cara brushing atau grooving. Pembuatan tekstur permukaan jalan ini dimaksudkan untuk mencegah aquaplaning atau hydroplaning, yaitu fenomena tidak adanya kontak antara ban kendaraan dengan permukaan jalan pada waktu adanya lapisan air di permukaan jalan. Hal ini sangat berbahaya terutama pada lalu lintas dengan kecepatan tinggi, karena kendaraan menjadi tidak bisa dikendalikan. Dengan adanya tekstur permukaan jalan maka akan tersedia fasilitas drainase di bawah ban kendaraan. Cara brushing dilakukan dengan menggunakan sikat kawat selebar tidak kurang dari 450 mm, dan panjang kawat sikat dalam keadaan baru adalah 100 mm dengan masing-masing untaian terdiri dari 32 kawat. Sikat harus terdiri dari 2 baris untaian kawat, yang diatur berselang-seling sehingga jarak masing-masing pusat untaian maksimum 10 mm. Sikat harus diganti bila bulu terpendek panjangnya sampai 90 mm. Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari 1 / 16 (1,5 mm). Cara grooving dilakukan dengan menggunakan alat grooving manual atau mekanis, yang mempunyai batang-batang penggaruk setebal 3 mm dan masing-masing berjarak antara 15 sampai 20 mm. Gambar 4.2.(5) memperlihatkan salah satu peralatan pembuat tekstur permukaan beton dan penyemprot curing compound secara mekanis. Sedangkan Gambar 4.2.(6) dan 4.2.(7) memperlihatkan cara pembuatan tekstur permukaan beton dan penyemprotan curing compound dengan cara manual. Perapihan tepi perkerasan beton di sepanjang acuan dan pada sambungan dilakukan secara manual menggunakan alat khusus manual pada saat beton mulai mengeras, Halaman: 22 dari 22

27 dengan membentuk tepian untuk membentuk permukaan lengkung yang halus dengan radius tertentu. bila tak ditentukan lain pada Gambar Rencana, ialah 12 mm. Perapihan dilakukan supaya ujung-ujung beton yang bersudut tidak mudah gompal. Gambar 4.2.(7) Peralatan Pembuat Tekstur Permukaan Beton Secara Mekanis Gambar 4.2.(8) Peralatan Pembuat Tekstur Permukaan Beton Secara Manual Halaman: 23 dari 23

28 Gambar 4.2.(9) Penemprotan Curing Compound Secara Manual 5. Gergaji beton Bila ditentukan sambungan dibentuk dengan penggergajian (saw joints), maka harus disediakan peralatan gergaji dalam jumlah dan kapasitas yang memadai untuk membentuk sambungan, Gergaji beton terdiri dari gergaji bermata intan dan berpendingin air atau dengan abrasive wheel sesuai ukuran yang ditentukan, dan paling sedikit satu gergaji selalu siap dioperasikan (standby) dengan cadangan pisau gergaji secukupnya, serta fasilitas penerangan untuk pekerjaan malam. (Lihat Gambar 4.2.(8).). Gambar 4.2.(10) Gergaji Beton Halaman: 24 dari 24

29 4.2.2 Pemilihan Peralatan Pemilihan Peralatan dilakukan terutama untuk peralatan utama dalam pelaksanaan pekerjaan perkerasan beton semen. Peralatan Batching Plant dan alat pengangkut (Truck Mixer atau Agitator Truck Mixer) yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan dalam Spesifikasi Beton dari Spesifikasi Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. Batching Plant juga harus mempunyai kapasitas yang dapat memasok kebutuhan alat Slipform Concrete Paver agar dapat terus bergerak tanpa berhenti akibat kekurangan atau keterlambatan pemasokan campuran beton. Di sini jelaslah bahwa yang menentukan adalah kebutuhan volume beton yang akan dipergunakan untuk penghamparan dalam satu satuan waktu. Sebagai contoh, apabila alat penghampar yang dipergunakan adalah jenis Slipform Concrete Paver biasanya diasumsikan kecepatan penghamparan sepanjang 1 2 meter panjang plat beton per menit. Untuk alat penghampar jenis lainnya kecepatannya jauh lebih rendah. Untuk campuran beton dengan slump rendah dapat digunakan Dump Truck sebagai alat pengangkut campuran. Dump truck juga mempunyai kapasitas yang jauh lebih besar dari pada Truck Mixer. Pemilihan jenis alat pengangkut campuran beton didasarkan atas pertimbangan ekonomis dan jumlahnya beton yang diangkut, dan harus dapat menjaga campuran beton tetap homogen, tidak terjadi segregasi, dan tidak menyebabkan perubahan konsistensi (nilai Slump) beton. Apabila beton diangkut dengan peralatan yang tidak bergerak (non-agitating), jangka waktu terhitung mulai semen dimasukkan ke dalam mesin pengaduk (mixer) hingga pengangkutan sampai ke lokasi pengecoran tidak boleh melebihi 45 menit untuk beton normal, dan tidak boleh melebihi 30 menit untuk beton yang mempunyai sifat mengeras lebih cepat atau temperatur beton 30 o C. Apabila digunakan truck mixer atau truck agitator jangka waktu pengangkutan dapat diijinkan hingga 60 menit untuk beton normal, tetapi harus lebih pendek lagi untuk beton yang mempunyai sifat mengeras lebih cepat atau temperatur beton 30 o C. Penuangan campuran beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi segregasi. Tinggi jatuh adukan antara 0,90 1,50 m tergantung dari konsistensi campuran beton. Pemilihan jenis peralatan penghamparan dan pemadatan beton dilakukan berdasarkan volume dan waktu pelaksanaan pekerjaan yang disediakan. Pada umumnya untuk menghasilkan pekerjaan dengan kualitas yang baik dan volume yang besar (misalnya jalan-jalan arteri) diperlukan peralatan yang canggih, karena peralatan-peralatan tersebut dapat menjamin konsistensi kualitas produk yang dihasilkan. Untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang dituntut kualitas yang tinggi dengan volume besar, akan diperlukan jenis Slipform Paver lengkap dengan tie bar inserter dan dowel bar inserter (DBI). Untuk tempat-tempat yang tidak memungkinkan mesin penghampar jenis slipform bekerja atau jalan-jalan yang tidak membutuhkan kualitas yang tidak terlalu tinggi (misalnya jalan-jalan kolektor dan lokal) pada umumnya dapat menggunakan mesin penghampar jenis Fixform Finisher, atau bahkan alat penghampar manual. Untuk dapat memilih peralatan yang akan digunakan dalam pekerjaan perkerasan jalan beton, Pelaksana Lapangan perlu mendapatkan data-data/informasi tentang : 1. Owning Cost dan Operating Cost alat; 2. Uraian Analisa Alat; Halaman: 25 dari 25

30 3. Uraian Analisa Harga Satuan untuk seluruh item pekerjaan yang ada dalam berkas penawaran. Yang dimaksud dengan owning cost adalah biaya kepemilikan alat yang harus diperhitungkan selama alat yang bersangkutan dioperasikan, apabila alat tersebut milik sendiri. Sedangkan untuk menghitung owning cost, harus diperhitungkan: 1. Depresiasi, 2. Suku bunga, 3. Pajak, 4. Asuransi, dan 5. Biaya penyimpanan alat. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya operating cost alat ialah: 1. Biaya bahan bakar, 2. Biaya pelumas, 3. Biaya perawatan, 4. Biaya perbaikan, 5. Biaya operator, dan 6. Biaya pembantu operator; Hasil akhir dari uraian analisa alat-alat berat adalah biaya sewa alat per jam kerja. Untuk keperluan pemilihan alat yang akan digunakan (dalam pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton), dari uraian analisa harga satuan dapat diperoleh data kapasitas produksi alat; Penetapan peralatan Setelah jenis-jenis peralatan yang akan dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai kebutuhan, maka ditetapkanlah jumlah fleet (armada) peralatan beserta personilnya. Satu fleet peralatan yang telah ditetapkan lengkap dengan personilnya mempunyai kapasitas tertentu dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga bersama-sama dengan parameter lainnya seperti jangka waktu pelaksanaan yang disediakan, data curah hujan dan kondisi cuaca di lapangan dapat dipergunakan untuk menghitung perkiraan besarnya biaya konstruksi, dan jadwal pelaksanaan pekerjaan. Setelah dilakukan identifikasi dan pemilihan peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan perkerasan beton semen, proses selanjutnya adalah penetapan peralatan. Proses berikutnya yang harus dilakukan agar penetapan peralatan dapat ditindaklanjuti dengan penggunaan peralatan selama pelaksanaan pekerjaan adalah pengadaan, pengoperasian, pemeliharaan peralatan, penghapusan dan penggantian baru peralatan. Pada dasarnya, dalam pengadaan peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan jalan beton, pilihan-pilihan pengadaan peralatan yang dapat ditetapkan oleh Kontraktor antara lain adalah: sewa (rental), investasi dalam bentuk beli langsung, atau investasi dalam bentuk sewa-beli (leasing). Keuntungan yang diperoleh oleh Kontraktor jika alternatif sewa yang dipilih dalam penyediaan peralatan adalah: 1. Biaya yang dikeluarkan hanya sebatas sewa peralatan yang diperlukan saja. 2. Tidak dibebani biaya mobilisasi. 3. Tidak dibebani biaya demobilisasi. Halaman: 26 dari 26

31 Sedangkan kerugian dari alternatif sewa alat untuk pelaksanaan perkerasan jalan beton antara lain: 1. Belum tentu dapat memastikan bahwa penyewa dapat menguasai teknologi peralatan yang disewanya. 2. Menyebabkan penyewa akan bergantung pada perusahaan sewa selama pengoperasian alat. 3. Jika digunakan untuk jangka panjang akan menjadi mahal. Keuntungan yang diperoleh oleh Kontraktor jika alternatif beli langsung yang dipilih dalam penyediaan peralatan adalah: 1. Teknologi peralatan dapat dikuasai oleh Kontraktor. 2. Untuk proyek jangka panjang biaya alat menjadi murah. 3. Dapat memilih peralatan yang paling sesuai dengan rencana dan metode pelaksanaan yang direncanakan. Penyediaan peralatan dengan cara leasing mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Pengeluaran (modal investasi) tidak dibayarkan sekaligus, namun secara bertahap tergantung pada ketentuan dalam surat perjanjian. 2. Meskipun lokasi pekerjaan/proyek jauh dari lokasi pelaksana pembelian, dengan cara leasing tidak perlu ada tambahan biaya untuk transportasi. 3. Pada akhir masa pembayaran, maka peralatan belum menjadi milik penyewa karena masih harus diperhitungkan terlebih dahulu biaya-biaya pemeliharaan yang dikeluarkan oleh pihak yang menyewakan. 4.3 Pemasangan Sambungan-Sambungan (Joints) Dalam konstruksi perkerasan beton semen sambungan dibuat untuk mengatur dan mengarahkan lokasi terjadinya retak pada beton sebagai akibat dari penyusutan beton pada waktu proses pengerasan beton, perubahan temperatur, dan perubahan kadar air dalam beton. Sambungan dibuat pada arah melintang dan pada arah memanjang plat beton. Secara lebih khusus dapat disebutkan, fungsi sambungan pada arah melintang adalah untuk mengakomodasi gerakan susut dari plat beton; sedangkan fungsi sambungan pada arah memanjang adalah untuk mengakomodasi gerakan lenting dari pelat beton akibat panas-dingin pada siang dan malam hari. Pada umumnya, sambungan memanjang diperlukan apabila lebar plat beton 4,5 meter. Pada konstruksi perkerasan kaku tanpa tulangan plat beton, tegangan-tegangan ini diminimalkan dengan cara membuat jarak-jarak sambungan yang dekat. Pada perkerasan kaku dengan tulangan (JRCP), dan bahkan pada perkerasan kaku dengan tulangan menerus (CRCP) dimana tidak diperlukan sambungan susut, retak-retak susut akan terjadi tetapi lebarnya dibatasi dengan cara dipegang oleh besi tulangan. Pada setiap sambungan pada umumnya diperkuat dengan besi sebagai tulangan sambungan, yang berfungsi sebagai penyambung plat beton yang sudah putus (akibat retak). Tulangan sambungan melintang susut (contraction joint), dan tulangan sambungan melintang pelaksanaan (construction joint) disebut Dowel (Ruji); sedangkan tulangan sambungan memanjang disebut Tie Bar (Batang Pengikat). Semua sambungan didesain untuk dapat berfungsi menyalurkan beban (load transfer), yang dapat diperoleh dari batang dowel, tie bar, sambungan lidah-alur, interlocking (saling mengunci) antar batuan, atau kombinasi dari pada itu semua. Khusus pada sambungan melintang tanpa dowel, penyaluran beban juga dilakukan melalui tanah dasar yang diperkuat (improved subgrade). Pada umumnya, di Indonesia sambungan dibuat dengan saw cut, crack inducer, atau akhir pentahapan pelaksanaan. Di luar negeri banyak juga yang menggunakan plat logam yang dibentuk Halaman: 27 dari 27

32 terlebih dahulu kemudian disisipkan ke dalam beton pada waktu beton masih bersifat cair, namun cara ini tidak praktis karena dapat mengganggu operasi pelaksanaan. Sambungan diupayakan sesuai dengan pola retak alami plat beton, dan pada setiap celah sambungan (bekas penggergajian / saw cut) harus diisi dengan joint sealant. Dalam konstruksi perkerasan beton semen dikenal dua jenis tulangan sesuai dengan fungsinya, yaitu Tulangan Sambungan dan Tulangan Plat Beton. Gambar 4.3.(1). Pola retak alami plat beton Gambar 4.3.(2) Jenis-jenis Sambungan Pemasangan sambungan memanjang (longitudinal joint). Sambungan memanjang dapat berupa sambungan susut (contraction joint) atau bidang perlemahan pada jalan dengan lebih dari satu lajur. Halaman: 28 dari 28

33 Detail konstruksi ambungan memanjang dibuat tergantung pada cara bagaimana cara plat beton yang bersangkutan dicor / dihampar. 1. Untuk plat yang dicor per lajur dibuat dengan cara memasang bekisting memanjang dan tie bars. 2. Untuk plat yang dicor 2 lajur sekaligus dibuat dengan cara saw cutting untuk bagian atas, dan memasang crack inducer (batang kayu berpenampang ) di bagian bawah plat beton. Gambar 4.3.(3). di bawah ini memperlihatkan pemasangan sambungan memanjang apabila dilakukan secara manual. a) Dicor per lajur. b) Dicor 2 lajur sekaligus. Gambar 4.3.(3). Detail Sambungan Memanjang Halaman: 29 dari 29

34 Gambar 4.3.(4) Sambungan memanjang dengan Tie Bar yang dicor per lajur Tulangan sambungan memanjang (tie bar) berfungsi sebagai rotation devices (engsel). Untuk itu perlu dibuat dari besi tulangan berukuran kecil dan berulir (deformed bar), kedua ujungnya lekat dengan beton, dan ditempatkan di tengah-tengah tebal plat tegaklurus sumbu jalan, serta tidak overlap dengan tulangan sambungan melintang (dowel). Selain itu, tie bar juga membantu mencegah faulting (gerakan slab vertikal), gerakan slab mendatar, dan membantu transfer beban Pemasangan sambungan ekspansi melintang (expansion joint). Sambungan Ekspansi Melintang dibuat untuk mengakomodasi muai-susut plat beton pada arah memanjang. Oleh karena itu, salah satu ujung dowel harus dimasukkan ke dalam selongsong baja yang sedikit lebih panjang dari pada dowel-nya agar dowel dapat bergerak bebas maju-mundur akibat muai-susut slab beton. Bahan pengisi (Filler) untuk sambungan ekspansi (Expansion Joint Filler) harus menerus dari acuan ke acuan, dibentuk sampai tanah dasar (subgrade) dan sampai bertemu sambungan memanjang. Bila menggunakan bahan pengisi sambungan pracetak (Freform Joint Filler) harus disediakan dengan panjang yang sama dengan lebar jalan atau sama dengan lebar satu lajur. Bahan pengisi yang rusak atau yang sudah diperbaiki tidak boleh digunakan lagi. Bahan pengisi sambungan ini harus ditempatkan pada posisi vertikal. Alat bantu atau pemegang yang disetujui harus digunakan untuk menjaga agar bahan pengisi tetap pada garis dan alinyemen yang semestinya, selama penghamparan dan finishing beton. Perubahan posisi akhir sambungan tidak boleh lebih dari 5 mm pada alinyemen horisontalnya menurut garis lurus. Bila bahan pengisi dipasang berupa bagian-bagian, maka diantara unit-unit yang berdekatan tidak boleh ada celah. Pada sambungan ekspansi itu tidak boleh ada sumbatan atau gumpalan beton. Halaman: 30 dari 30

35 Gambar4.3.(5) Detail Sambungan Ekspansi Melintang Gambar4.3.(6) Sambungan Ekspansi Melintang dalam pelaksanaan Pemasangan sambungan kontraksi melintang (transversal contraction joint), 1. Sambungan kontraksi melintang Sambungan Kontraksi Melintang atau sering disebut Sambungan Susut (Contraction Joint), dibuat dengan melakukan perlemahan pada penampang plat beton dengan membuat takikan sedalam ¼ tebal plat. Pemasangan sambungan konstraksi melintang diperlihatkan dengan Gambar 4.3.(7). berikut. Halaman: 31 dari 31

36 Gambar Sambungan Kontraksi Melintang Gambar 4.3.(7) Sambungan Kontraksi Melintang Gambar 4.3.(8) Konstruksi Dudukan/Kursi Dowel yang banyak dipakai di Indonesia Gambar 4.3.(8)a Konstruksi Dudukan/Kursi Dowel yang banyak dipakai di Indonesia Halaman: 32 dari 32

37 Gambar 4.3.(9) Dowel pada Sambungan Kontraksi Melintang yang dikerjakan menggunakan Mesin Penghampar dengan Acuan Tetap Pembuatan sambungan dapat dibuat dengan cara sisipan (wet forming) pada waktu beton masih lembek atau dengan cara digergaji (saw cut). Di Indonesia lebih disukai cara saw cut mengingat beberapa keuntungan sebagai berikut: 1) Pengecoran beton dapat dilakukan secara monolit; 2) Kualitas beton di sekitar sambungan sama dengan daerah-daerah lainnya di seluruh plat beton perkerasan; 3) Operasi saw cutting tidak mempengaruhi pelaksanaan pengecoran / penghamparan beton; 4) Peggergajian / saw cut selalu tegaklurus terhadap permukaan plat beton sehingga tidak akan ada perlemahan sudut atau tepi. Penggergajian dilakukan sedalam tidak kurang dari 1/4 tebal plat beton dan tegak lurus pada permukaan plat beton, di tempat-tempat yang telah ditentukan. Untuk beton dengan perkuatan serat baja (steel-fiber reinforcement) kedalaman penggergajian adalah 1/3 tebal plat beton. Penggergajian harus dilakukan antara jam ke-4 sampai jam ke-18 setelah pengecoran plat beton, maksimum sampai jam ke-24. Kecepatan penggergajian tergantung pada kekerasan beton dan kualitas gergaji (saw blade) yang dipergunakan. Biasanya sekitar 1 meter per menit untuk penggergajian sampai dengan 50 mm. Pada waktu penggergajian, perlu diperhatikan: 1) Harus tepat lokasi (diberi tanda sebelumnya pada bekisting); 2) Harus tepat kedalaman (1/4 tebal plat); 3) Harus tepat waktu (antara jam ke-4 sampai jam ke-24). Penggergajian (saw cut) yang terlambat dilakukan akan mengakibatkan retak melintang di sekitar letak dowel. (Lihat Gambar 4.3.(10). dan 4.3.(11).). Halaman: 33 dari 33

38 Gambar 4.3.(10) Sambungan Saw Cut Tepat Waktu. Retak terjadi di tempat yang diinginkan/direncanakan Gambar 4.3.(11) Saw Cut Terlambat. Retak terjadi di tempat sembarang / tidak dikehendaki Tulangan sambungan melintang (dowel) berfungsi sebagai load transfer devices dan sebagai sliding devices. Oleh karena itu, dowel harus terbuat dari baja tulangan berukuran besar dan dari baja polos. Satu ujung lekat dengan beton, satu ujung Halaman: 34 dari 34

39 lainnya bebas, dan ditempatkan di tengah-tengah tebal plat dan sejajar sumbu jalan baik arah vertikal maupun horizontal. Dowel juga berfungsi mengurangi potensi faulting (gerakan vertikal antar slab), pumping dan corner break pada perkerasan beton semen dengan sambungan. Gambar 4.3.(12) Pemasangan dowel menggunakan pinning dowel cages (ACPA) (Pemasangan dowel cara manual) Gambar 4.3.(13) Dowel bar insertion equipment (ACPA) (Pemasangan dowel cara mekanis) Ukuran, panjang dan jarak dowel dan tie bar yang disarankan oleh Federal Highway Administration, USA dapat dilihat pada Tabel (1) berikut ini. Halaman: 35 dari 35

40 Tabel (1) Ukuran, Panjang Dan Jarak Dowel Dan Tie Bar Dowel Tie Bar Diameter yang disarankan 1/8 tebal plat tergantung tebal plat Diameter minimum *) 32 mm (1 ¼ in.) mm, tergantung tebal plat Panjang tipikal disarankan 455 mm (18 in.) tergantung tebal plat Jarak 305 mm (12 in.) tergantung tebal plat *) Penggunaan dowel diameter 25 mm untuk lalu lintas berat dapat mengakibatkan kehancuran beton di sekitar dowel (dowel socketing) 2. Sambungan pelaksanaan (construction joint) Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint) adalah sambungan yang harus dibuat pada akhir pelaksanaan pada suatu hari untuk dilanjutkan dengan pengecoran pada hari berikutnya. Sambungan Pelaksanaan juga harus dibuat bila pengecoran beton berhenti lebih dari 30 menit. Sambungan Pelaksanaan tidak boleh dibuat pada jarak kurang dari 3 m dari sambungan ekspansi, sambungan kontraksi, atau bidang yang diperlemah lainnya. Bila dalam waktu penghentian itu campuran beton tidak cukup untuk membuat perkerasan sepanjang minimum 3 m, maka kelebihan beton pada sambungan sebelumnya harus dipotong dan dibuang Sambungan Pelaksanaan dibuat dengan cara memasang bekisting melintang dan dowel antara plat yang dicor sebelumnya dengan plat yang dicor berikutnya. Pemasanan Sambungan Pelaksanaan diperlihatkan dengan Gambar 4.3.(14). berikut ini. Gambar 4.3.(14) Detail Sambungan Pelaksanaan Halaman: 36 dari 36

41 4.4 Pengecoran, Penghamparan, Pemadatan dan penyelesaian Akhir Permukaan Beton Pengangkutan dan pengecoran campuran beton Pengangkutan campuran beton ke lokasi pengecoran dapat dilakukan antara lain dengan menggunakan dump truck, truck mixer atau truck agitator tergantung dari jumlah campuran beton yang harus diangkut dan pertimbangan ekonomis. Untuk campuran beton dengan slump rendah dapat digunakan dump truck sebagai alat pengangkut campuran. Kapasitas angkut dump truck jauh lebih besar dari pada truck mixer atau truck agitator. Apabila campuran beton diangkut dengan alat angkut yang tidak bergerak (non-agitating), jangka waktu terhitung mulai semen dan air dimasukkan ke dalam mesin pengaduk hingga selesai pengangkutan ke lokasi pengecoran tidak boleh melebihi 45 menit untuk beton normal dan tidak boleh melebihi 30 menit untuk beton yang memiliki sifat mengeras lebih cepat atau temperatur beton 30 o C. Apabila menggunakan truck mixer atau truck agitator maka jangka waktu tersebut dapat diijinkan hingga 60 menit untuk beton normal tetapi harus lebih pendek lagi untuk beton yang mengeras lebih cepat atau temperatur beton 30 o C. Penuangan campuran beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi segregasi. Tinggi jatuh campuran beton harus dijaga antara 0,90 1,50 m tergantung dari konsistensi (nilai slump) campuran beton. Harus selalu diusahakan agar penumpahan/pengecoran beton dari satu campuran ke campuran berikutnya berlangsung secara kontinyu sebelum terjadinya pengikatan akhir (final setting) Penghamparan dan pemadatan beton Pengecoran campuran beton harus dilakukan dengan ketebalan sedemikian rupa sehingga sedapat mungkin tidak diperlukan pekerjaan pemindahan. Campuran beton harus ditumpahkan ke dalam alat penghampar untuk dihamparkan secara mekanis sedemikian rupa untuk mencegah segregasi. Penghamparan harus dilakukan secara menerus di antara sambungan melintang tanpa sekatan sementara. Penghamparan secara manual bila diperlukan harus dilakukan dengan menggunakan sekop, bukan peralatan perata (raker). Pekerja tidak boleh menginjak hamparan campuran beton yang masih baru dengan memakai sepatu yang dilekati tanah atau kotoran lainnya. Campuran beton harus dituangkan sedekat mungkin dengan sambungan ekspansi dan sambungan kontraksi melintang tanpa merusaknya, tetapi tidak dituangkan langsung dari corong curah atau penampung (hopper) ke arah perlengkapan sambungan (rangkaian dowel) kecuali jika penampung (hopper) tersebut telah ditempatkan sedemikian rupa sehingga penumpahan beton tidak akan menggeser posisi sambungan. Untuk menghindari terjadinya retak-retak yang penyebab utamanya adalah penguapan yang berlebihan di permukaan beton, yaitu yang dipengaruhi oleh temperatur udara, temperatur beton, kelembaban udara dan kecepatan angin, maka pengecoran dan penghamparan beton tidak oleh dilakukan bila tingkat penguapan melampaui 1,0 kg/m 2 /jam (Lihat Gambar 4.4.(1).), dan perlu dilakukan usaha-usaha untuk mencegah penguapan yang berlebihan dan akan berakibat terjadinya susut (plastic shrinkage). Beton tidak boleh dicor / dihampar pada waktu hujan. Halaman: 37 dari 37

42 Gambar 4.4.(1) Grafik untuk memperkirakan besarnya penguapan rata-rata. Bilamana beton yang dicor bersambungan dengan lajur perkerasan yang telah selesai terlebih dahulu, dan peralatan mekanis harus dioperasikan di atas lajur tersebut, kekuatan beton pada lajur tersebut harus sudah mencapai sekurang-kurangnya 90 % dari kekuatan yang ditentukan untuk beton 28 hari. Bilamana hanya peralatan penyelesaian yang akan melewati lajur yang ada, penghamparan pada lajur yang bersebelahan dapat dilakukan setelah umur beton tersebut mencapai 3 hari. Pemadatan (konsolidasi) beton harus dilakukan secara merata pada tepi dan sepanjang acuan, sepanjang dan pada kedua sisi setiap sambungan, dengan menggunakan vibrator yang dicelupkan ke dalam beton. Vibrator untuk menggetarkan seluruh lebar perkerasan dapat berupa jenis surface pan atau jenis internal dengan tabung celup atau multiple spuds. Vibrator dapat dipasang pada mesi penghampar atau mesin pembentuk atau dapat juga dipasang pada kendaraan/peralatan khusus. Frekwensi vibrator jenis surface pan tidak boleh kurang dari 3500 impuls per menit (58 Hz), dan frekwensi vibrator internal tidak boleh kurang dari 5000 impuls per menit (83 Hz) untuk vibrator tabung dan tidak kurang dari 7000 impuls per menit (117 Hz) untuk vibrator spud. Halaman: 38 dari 38

43 Vibrator celup yang digunakan secara manual tidak boleh menyentuh langsung perlengkapan sambungan (dowel, tie bar), tulangan plat beton atau sisi acuan. Vibrator tidak boleh digunakan lebih dari 5 detik pada setiap titik. Sedangkan jarak titik-titik penggetaran adalah antara cm. An array of vibrators under a slipform paver(acpa) Gambar 4.4.(2) Vibrator yang terpasang pada Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak a. Pelaksanaan Menggunakan Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform Paver) Pada mesin penghampar jenis acuan bergerak, acuan menyatu dengan alat penghampar yang pada umumnya dilengkapi dengan peralatan pemadat, perata dan penyelesaian akhir, baik menyatu atau pun terpisah dari alat penghampar. 1) String line yang berfungsi sebagai pemandu utama untuk arah dan elevasi harus sudah terpasang sepanjang rencana produksi perkerasan, dan harus dipasang pada kedudukan (elevasi dan posisi) yang sesuai untuk memberikan hasil akhir ketebalan, elevasi dan arah perkerasan. Gambar 4.4.(3) Stringlines pada penghamparan dengan Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak Halaman: 39 dari 39

44 2) Landasan track adalah jalur kerja untuk roda kelabang mesin penghampar (crawler track). Landasan harus disiapkan sepanjang rencana produksi dengan permukaan yang rata, kokoh dan stabil untuk menopang berat mesin penghampar (paver) sehingga tidak boleh ambles. 3) Mesin penghampar harus beroperasi tanpa berhenti selama rencana produksi yang direncanakan. Untuk itu harus dijamin kontinuitas pasokan (suplai) campuran beton yang akan dihampar, dan tidak boleh terjadi keterlambatan suplai campuran beton. Trackline of slipform paving machine (ACPA) Gambar 4.4.(4) Landasan track adalah jalur kerja untuk roda kelabang mesin penghampar (crawler track) Gambar 4.4.(5) Prinsip kerja Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform Paver), dan komponen-komponen tipikalnya. Halaman: 40 dari 40

45 a) Campuran beton di depan msin penghampar (concrete paver) cukup banyaknya sehingga kerataan hasil penghamparan baik. b) Campuran beton di depan mesin penghampar (concrete paver) berlebihan, akibatnya kerataan hasil penghamparan tidak akan baik. Halaman: 41 dari 41

46 c) A belt placer/spreader ensures a consistent amount of concrete in front of the paver. Gambar 4. 4.(6) Penghamparan dan pemadatan secara mekanis dengan Slipform Paver (ACPA) 2. Pelaksanaan menggunakan mesin penghampar jenis acuan tetap (fixform finisher) 1) Acuan dipasang di muka bagian perkerasan yang sedang dilaksanakan agar mempermudah pelaksanaan dan persetujuan pekerjaan yang harus memperhatikan bentuk permukaan yang berdekatan. Acuan harus dipasang di tempatnya dengan menggunakan sekurang-kurangnya 3 paku untuk setiap 3 m panjang bagian acuan agar kokoh dan tidak goyah. Paku ini harus dipasang pada masing-masing sisi setiap sambungan. Toleransi garis acuan yang diijinkan tidak boleh lebih dari 5 mm. Acuan harus tahan terhadap benturan dan getaran dari peralatan pemadat dan penempa, tidak boleh terjadi lentingan atau penurunan. Acuan harus dibuat bersih dan dilapisi pelumas sebelum beton dihamparkan. 2) Penghamparan beton harus dilakukan dengan ketebalan sedemikian rupa sehingga tidak diperlukan pemindahan atau pengerjaan ulang. Beton harus ditumpahkan ke alat penghampar dan dihamparkan tanpa terjadinya segregasi. Penghamparan harus dilakukan secara kontinyu di antara sambungan melintang tanpa sekatan sementara. 3) Baja tulangan harus ditempatkan sesuai dengan bentuk penampang melintang yang tercantum dalam Gambar Rencana. Bila beton dihampar dalam dua lapisan, lapisan bawah harus dihampar lebih dulu sehingga anyaman kawat baja atau bar mat dapat diletakkan di atas beton dengan tepat sebelum lapisan atasnya dituangkan. Lapisan bawah beton yang sudah dituangkan lebih dari 30 menit tanpa diikuti penghamparan lapisan atasnya harus dibongkar dan diganti beton baru. Bila perkerasan beton dibuat langsung dalam satu lapisan, baja tulangan harus diletakkan sebelum beton dihamparkan, atau ditempatkan pada kedalaman sesuai Gambar Rencana pada beton Halaman: 42 dari 42

47 yang masih lembek setelah terhampar dengan menggunakan alat mekanis. Pada sambungan antara anyaman kawat baja, kawat pertama dari anyaman itu harus terletak di atas anyaman yang sebelumnya, dengan bagian yang saling tumpang tindih tidak kurang dari 450 mm. Baja tulangan harus bersih dari kotoran, minyak, cat, lemak, karat dsb., yang akan mengganggu kelekatan baja dengan beton. 4) Finishing dengan mesin dilakukan setelah campuran beton dituangkan, disebarkan, dipadatkan dan diratakan. Mesin finishing harus melintasi setiap bagian permukaan jalan beberapa kali dengan interval semestinya untuk menghasilkan kepadatan yang memadai dan permukaan yang rata. Bagian atas acuan harus tetap bersih dan gerakan mesin di atas acuan jangan sampai bergetar atau goyah sehingga mengganggu kecermatan pekerjaan finishing. Pada lintasan pertama mesin finishing beton di depan screed harus dibuat rata pada keseluruhan lajur yang dikerjakan. 5) Finishing dengan tangan dilakukan bila luas perkerasan beton relatif kecil atau bentuknya tidak beraturan, atau bila tempat kerja sangat terbatas untuk dapat dilaksanakan dengan mesin. Di sini pun beton harus dihampar dan diratakan dengan tangan tanpa segregasi. Beton yang akan dipadatkan dengan balok vibrator harus ditekan sampai level tertentu sehingga setelah kandungan udara dibuang melalui pemadatan, permukaannya akan lebih tinggi dari pada acuan samping. Pemadatan dilakukan dengan balok pemadat dari baja atau kayu keras beralas baja dengan lebar tidak kurang dari 75 mm, dan tinggi tidak kurang dari 225 mm, serta daya penggerakannya tidak kurang dari 250 Watt per meter lebar perkerasan beton. Balok diangkat dan digerakkan maju sedikit demi sedikit dengan jarak tidak lebih dari lebar balok. Dapat juga dipakai pemadat vibrasi berbalok ganda dengan daya yang sama. Bila ketebalan beton lebih dari 200 mm, untuk menyempurnakan pemadatan dapat dilakukan vibrasi internal tambahan pada seluruh lebar perkerasan. Setelah setiap 1,5 m panjang perkerasan beton dipadatkan, balok vibrasi harus mengulang lagi dengan perlahan-lahan pada permukaan yang sudah dipadatkan itu untuk menghaluskan permukaan. Permukaan jalan harus diukur kerataannya dengan paling sedikit 2 kali lintasan mal datar yang digeser-geserkan, dengan panjang tidak kurang dari 1,8 m. Bila permukaan rusak karena mal datar, karena permukaan tidak rata, balok vibrasi harus digunakan lagi, lalu diikuti dengan mal datar lagi. Bila penghamparan perkerasan beton harus dilakukan dengan dua lapisan, lapisan pertama harus dihamparkan dan dipadatkan sampai level tertentu sehingga baja tulangan setelah terpasang mempunyai tebal pelindung yang cukup. Segera setelah itu lapisan atas beton dituangkan dan di-finishing. 6) Setelah campuran beton ditempa dan dipadatkan (dikonsolidasikan), beton harus diperhalus lagi dengan bantuan alat pelepa, dengan salah satu cara berikut ini: (1) Cara manual Untuk ini dapat digunakan alat pelepa longitudinal dengan panjang tidak kurang dari 350 mm dan lebar tidak kurang dari 150 mm, dilengkapi dengan pengaku agar tidak melentur atau melengkung. Pelepa longitudinal dioperasikan dari atas jembatan yang dipasang antara kedua sisi acuan tanpa menyentuh beton, dan digerakkan seperti gerakan menggergaji. Pelepa selalu sejajar dengan sumbu jalan, dan bergerak berangsur-angsur dari satu sisi perkerasan ke sisi yang lain. Gerakan maju sepanjang garis sumbu jalan berangsur-angsur dengan pergeseran tidak lebih dari setengah panjang pelepa, dan kelebihan air harus dibuang. Halaman: 43 dari 43

48 (2) Cara dengan mesin / alat mekanis Pelepa mekanis disesuaikan dengan bentuk permukaan jalan beton yang dikehendaki dan dengan mesin finishing melintang (transverse finishing machine). Juga dapat digunakan mesin yang mempunyai pelepa pemotong dan pelepa penghalus yang dipasang pada dan dikendalikan melalui rangka yang kaku. Rangka ini dijalankan dengan alat beroda 4 (empat) atau lebih yang bertumpu pada acuan samping. Bila perlu, setelah pelepaan dengan salah satu cara di atas, untuk menutup dan menghaluskan lubang-lubang pada permukaan beton dapat digunakan pelepa dengan batang pegangan / tangkai yang panjang, dengan papan panjang tidak kurang dari 1,5 m dan lebar 150 mm. Pelepa ini tidak boleh digunakan pada seluruh permukaan beton sebagai pengganti atau pelengkap salah satu cara pelepaan di atas. Bila penempaan dan pemadatan dikerjakan dengan tangan dan bentuk permukaan jalan beton tidak memungkinkan digunakannya pelepa longitudinal, maka pelepaan permukaan dilakukan secara melintang dengan pelepa bertangkai. Setelah pelepaan, air dan sisa beton yang ada di permukaan harus dibuang dari permukaan jalan dengan maldatar sepanjang 3,0 m atau lebih. Setiap geseran harus dilintasi lagi dengan ukuran setengah panjang mal-datar. Setelah pelepaan selesai dan kelebihan air dibuang, sementara beton masih lembek, bagian-bagian yang melesak harus segera diisi dengan beton baru, ditempa, dipadatkan dan di-finishing lagi. Sambungan harus diperiksa dan dibetulkan sampai tak ada perbedaan tinggi pada permukaan dan perkerasan beton sesuai dengan kelandaian dan penampang melintang yang ditentukan. Perbedaan tinggi permukaan yang diukur dengan pengujian mal-datar tidak boleh melebihi toleransi yang ditentukan dalam Spesifikasi Teknik. Setelah beton ditempa dan dipadatkan, tepi-tepi perkerasan beton sepanjang acuan dan pada sambungan harus segera diselesaikan dengan alat khusus untuk membentuk permukaan lengkung yang halus dengan radius tertentu, yaitu bila tidak ditentukan lain, adalah 12 mm. Gambar 4. 4.(7) Penghamparan dan pemadatan secara manual menggunakan balok bergetar yang ditarik Halaman: 44 dari 44

49 Gambar 4. 4.(8) Penghamparan dan pemadatan secara manual menggunakan balok silinder (roller screed) (ACPA) Penyelesaian akhir (finishing) permukaan beton 1. Pengkasaran permukaan beton Setelah sambungan dan tepian selesai dirapikan, dan sebelum bahan perawatan (curing) digunakan, permukaan beton harus dibuat bertekstur dengan cara dikasarkan. Pengkasaran permukaan beton ini dapat dilakukan dengan salah satu dari dua cara berikut: Cara brushing dilakukan dengan menggunakan sikat kawat selebar tidak kurang dari 450 mm, dan panjang kawat sikat dalam keadaan baru adalah 100 mm dengan masing-masing untaian terdiri dari 32 kawat. Sikat harus terdiri dari 2 baris untaian kawat, yang diatur berselang-seling sehingga jarak masing-masing kawat untaian maksimum 10 mm. Sikat harus diganti bila bulu terpendek panjangnya sampai 90 mm. Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari 1/16 inch (1,5 mm). Cara grooving dilakukan dengan alat grooving manual atau mekanis yang mempunyai batang-batang penggaruk setebal 3 mm dan masing-masing berjarak 15 sampai 20 mm. 2. Pengujian permukaan beton Setelah beton mengeras, permukaan beton harus diuji dengan menggunakan mal datar panjang 3,0 m. Daerah yang menunjukkan ketinggian lebih dari 3 mm tapi tidak lebih dari 12,5 mm sepanjang 3,0 itu harus diberi tanda, dan segera diturunkan permukaannya dengan gerinda, sampai bila diuji lagi ketidakrataannya tidak lebih dari 3 mm. Bila penyimpangan dari penampang melintang yang seharusnya lebih dari 12,5 mm, maka lapisan beton tersebut harus dibongkar dan diganti baru. Bagian yang dibongkar tidak boleh kurang dari 3,0 m ataupun kurang dari lebar lajur yang terkena bongkaran. Bagian yang tersisa dari pembongkaran pada perkerasan beton dekat sambungan yang panjangnya kurang dari 3,0 m harus ikut dibongkar dan diganti. Halaman: 45 dari 45

50 3. Perawatan beton (curing) Perawatan beton adalah usaha-usaha yang dimaksudkan untuk memastikan kadar air dalam beton cukup agar proses pengerasan beton tetap berjalan terus. Kehilangan air juga menyebabkan beton mengalami penyusutan (shrinkage) karena butir-butir air diikat oleh semen sehingga menimbulkan tegangan-tegangan tarik di permukaan yang mengalami pengeringan. Karena tegangan-tegangan tarik ini timbul pada waktu beton belum cukup kuat, maka terjadilah retak-retak. Retakretak ini disebut retak-retak susut. Pelaksanaan perawatan beton dilakukan setelah finishing dengan grooving / brushing, permukaan beton dilapis / disemprot bahan pengawet (curing compound) sebanyak 0,22 0,27 liter/m² (cara mekanis) atau 0,27 0,36 liter/m² (cara manual).dianjurkan menggunakan curing compound yang berwarna putih. Cara lain, ialah dengan menutup seluruh permukaan yang terbuka dengan burlap atau karung goni yang selalu dibasahi sekurang-kurangnya selama 7 hari. Curing compound harus disemprotkan segera selama permukaan beton belum mengering. Gambar 4. 4.(9) Retak-retak plastis akibat dari perawatan yang kurang sempurna Gambar 4. 4.(10) Retak-retak tidak beraturan (crazy cracks) akibat dari penguapan yang berlebihan Halaman: 46 dari 46

51 4. Pembongkaran acuan beton Acuan dari beton yang baru dihamparkan tidak boleh dibongkar sebelum mencapai waktu paling sedikit 12 jam. Acuan harus dibongkar dengan hati-hati agar beton tidak rusak. Setelah dibongkar, bagian sisi plat beton harus dirawat (curing) seperti dalam di atas. Daerah rongga (honey comb) yang kecil harus dibersihkan, dibasahi dan ditambal / didempul dengan adukan semen kental dengan perbandingan 1 semen dan 2 agregat halus. Rongga yang besar dianggap sebagai kerusakan, harus dibongkar dan diganti. Bagian yang dibongkar tidak boleh kurang dari 3,0 m panjangnya atau kurang dari lebar seluruh lajur yang terkena pembongkaran. Bagian yang tersisa dari pembongkaran yang berdekatan dengan sambungan yang panjangnya kurang dari 3,0 m harus ikut dibongkar dan diganti Percobaan penghamparan Percobaan penghamparan harus dilakukan oleh Kontraktor dengan menyediakan peralatan dan menunjukkan metode pelaksanaan pekerjaan yang akan digunakannya, dengan cara menghamparkan lapisan percobaan sepanjang tidak kurang dari 30 m di lokasi yang disediakannya di luar daerah kerja permanen. Setelah percobaan pertama berjalan memuaskan dan disetujui Pemberi Tugas, maka percobaan sepanjang 150 m tetapi tidak lebih dari 300 m harus dilakukan di daerah kerja permanen, yang meliputi seluruh aspek pelaksanaan, dan mencakup semua jenis sambungan yang akan digunakan dalam pekerjaan. Apabila hasil percobaan lanjutan tersebut tidak memuaskan, maka Kontraktor harus menyiapkan lokasi lain untuk percobaan lanjutan berikutnya Pembuatan catatan pelaksanaan pekerjaan Sebelum memulai suatu pekerjaan, Kontraktor harus mengajukan permohnan ijin untuk memulai pekerjaan kepada Direksi Teknik dengan mengajukan informasi rinci mengenai jenis pekerjaan yang akan dikerjakannya, meliputi: 1. Jenis Pekerjaan 2. Nomor Mata Pembayaran 3. Nama Mata Pembayaran 4. Volume / Kuantitas Pekerjaan Lokasi Pekerjaan 5. Gambar Rencana / Gambar kerja yang terkait 6. Jenis dan Jumlah personil yang akan ditugaskan 7. Jenis dan kuantitas peralatan yang akan digunakan 8. Jenis dan kuantitas material yang akan dipakai. Pembuatan catatan pelaksanaan pekerjaan harus dilakukan mengikuti formulir-formulir standar yang disetujui dan ditetapkan Pemberi Tugas, yang biasanya berisi informasi mengenai: 1. Jenis Pekerjaan 2. Nomor Mata Pembayaran 3. Nama Mata Pembayaran 4. Tanggal pelaksanaan pekerjaan 5. Lokasi pekerjaan 6. Jenis Bagian / Komponen Pekerjaan 7. Tanggal dan jam kedatangan material Halaman: 47 dari 47

52 8. Tanggal dan jam penggunaan 9. Rincian hasil pengukuran (panjang, lebar, tinggi dan volume) 10. Keterangan lainnya (besi tulangan, dsb.). 11. Masalah yang timbul dan pemecahannya Halaman: 48 dari 48

53 BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI 5.1 Sumber Daya Manusia Yang dimaksud dengan Sumber Daya Manusia di dalam pelatihan ini adalah Pelatih (Instruktur), Penilai, dan Teman Kerja / Sesama Peserta Pelatihan. Interaksi dari Pelatih, Penilai, Teman Kerja / Sesama Peserta Pelatihan dimaksud diharapkan dapat menjadi pendorong suksesnya penyelenggaraan pelatihan, dalam arti hasil akhir dari pelatihan adalah peserta pelatihan dapat menyerap secara maksimal seluruh materi yang disampaikan oleh Pelatih, yang dibuktikan dengan hasil penilaian (ujian) yang dapat dicapai oleh masing-masing peserta menunjukkan predikat baik atau bahkan amat baik. Bagi peserta pelatihan yang nilai ujiannya mencapai passing grade kelulusan, ia akan mendapatkan Sertifikat Lulus Pelatihan, dan selanjutnya ia mempunyai hak untuk mengikuti ujian kompetensi yang penyelenggaraannya di luar pelatihan ini. Sedangkan bagi peserta pelatihan yang nilai ujiannya di bawah passing grade, ia tidak akan mendapatkan Sertifikat Lulus Pelatihan, akan tetapi ia akan mendapatkan Sertifikat Keikutsertaan Dalam Pelatihan. Konsekwensi dari tidak lulus adalah bahwa ia harus ikut ujian lagi yang waktunya akan ditentukan oleh Penyelenggara Pelatihan, dan sebelum memiliki Sertifikat Lulus Pelatihan ia belum boleh mengikuti Ujian Kompetensi. Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut tentang Sumber Daya Manusia : Pelatih (Instruktur) 1. Kualifikasi pelatih 1) Pelatih (Instruktur) minimal berijazah S1 Teknik Sipil dengan pengalaman kerja di bidang Pelaksanaan Jalan minimum 5 tahun, atau S2 Bidang Jalan Raya dengan pengalaman kerja di bidang Pelaksanaan Jalan minimum 3 tahun. 2) Harus mampu mengajar, dibuktikan dengan sertifikat TOT (Training of Trainer) atau pengalaman mengajar di pelatihan-pelatihan bidang jalan. 3) Menguasai substansi teknis yang diajarkan secara mendalam. 4) Konsisten mengacu pada SKKNI Jabatan Kerja Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton. 5) Pembelajaran materi pelatihan untuk pencapaian unit kompetensi disertai dengan inovasi dan improvisasi yang relevan dengan metodologi yang tepat. 2. Peran pelatih Pelatih (instruktur) dipilih karena dia telah berpengalaman. Peran Pelatih adalah untuk : 1) Membantu peserta untuk merencanakan proses belajar. 2) Membimbing peserta melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap belajar. 3) Membantu peserta untuk memahami konsep dan praktik baru dan untuk menjawab pertanyaan peserta mengenai proses belajar. 4) Membantu peserta untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang diperlukan untuk belajar. 5) Mengorganisir kegiatan belajar kelompok jika diperlukan. 6) Merencanakan seorang ahli dari tempat kerja untuk membantu jika diperlukan. Halaman: 49 dari 49

54 : 3. Kurikulum pelatihan Kode Unit : SPL.KS Judul Unit : Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Deskripsi Unit : Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan untuk mampu melaksanakan pekerjaan perkerasan jalan beton. No. Unit / Elemen Kompetensi Kurikulum / Silabus 1. Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton 1.1 Menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk membuat perkerasan jalan beton. 1.2 Melaksanakan pemasangan sambungan memanjang, ekspansi melintang atau kontraksi melintang untuk pekerjaan perkerasan jalan beton. 1.3 Melaksanakan pengecoran, penghamparan, pemadatan dan penyelesaian akhir beton. Judul Materi Pelatihan: Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton. Jam Pelajaran (JPL) Teori Praktek Jumlah 4,00-4,00 Pengertian Umum 0,88-0,88 Penyiapan Peralatan Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton. Pemasangan Sambungan-sambungan (Joints). Pengecoran, Penghamparan, Pemadatan dan Penyelesaian Akhir Permukaan Beton. 0,77-0,77 1,00-1,00 1, Jumlah Jam Pelajaran 4,00-4,00 4. Proses Pembelajaran Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung 1. Ceramah Pembukaan : Menjelaskan Tujuan Pelatihan sesuai dengan KPBK. Merangsang motivasi peserta dengan memberi kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaanpertanyaan selama proses pembelajaran. Mengikuti penjelasan Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas. HO 1 atau OHT -1 Halaman: 50 dari 50

55 Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung Waktu : 5 menit. 2. Penjelasan : Bab 1 Kata Pengantar, Bab 2 Standar Kompetensi dan Bab 3 Strategi dan Metode Pelatihan Materi Pelatihan ini merepresentasikan unit kompetensi. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan (Buku Informasi, Buku Kerja dan Buku Penilaian) Pengakuan Kompetensi Terkini Pengertian-pengertian istilah Pengertian Unit Standar Unit Kompetensi yang dipelajari Panduan Penilaian Kompetensi Kunci Strategi pelatihan Metode pelatihan Waktu : 5 menit. 3. Penjelasan Sub Bab 4.1. Pengertian Umum mengenai: Cakupan pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton. Definisi perkerasan kaku, struktur perkerasan beton semen, prinsip penyebaran beban. Jenis-jenis perkerasan beton semen. Waktu : 40 menit. 4. Penjelasan Sub Bab 4.2 Penyiapan peralatan pelaksanaan perkerasan jalan beton.... Identifikasi Peralatan Pelaksanaan Pemilihan Peralatan Penetapan Peralatan Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mencatat hal-hal penting. Mengajukan pertanyaan bila perlu. Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mencatat hal-hal penting. Mengajukan pertanyaan bila perlu. Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mencatat hal-hal penting. Mengajukan pertanyaan bila perlu. HO 2 atau OHT - 2 HO 3 atau OHT - 3 HO 4 atau OHT - 4 Halaman: 51 dari 51

56 Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung Waktu : 35 menit. 5. Penjelasan Sub Bab 4.3 Pemasangan Sambungan-sambungan (Joints) Pemasangan Sambungan Memanjang (Longitudinal Joint). Pemasangan Sambungan Ekspansi Melintang (Expansion Joint). Pemasangan Sambungan Kontraksi Melintang (Transversal Contraction Joint). Waktu : 45 menit. 6. Penjelasan Sub Bab 4.4 Pengecoran, Penghamparan, Pemadatan dan Penyelesaian Akhir Permukaan Beton. Pengangkutan dan Pengecoran Campuran Beton. Penghamparan dan Pemadatan Beton. Penyelesaian Akhir (Finishing) Permukaan Beton. Percobaan Penghamparan. Pembuatan Catatan Pelaksanaan Pekerjaan. Waktu : 60 menit. 8. Penjelasan Bab 5 Sumber-sumber Yang Diperlukan Untuk Pencapaian Kompetensi Sumber Daya Manusia Sumber-sumber Perpustakaan Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan Waktu : 5 menit. Jumlah Waktu Pelatihan : 1). Teori = 195 menit (4,33 JPL) 2). Praktek = --- Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mencatat hal-hal penting. Mengajukan pertanyaan bila perlu. Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mencatat hal-hal penting. Mengajukan pertanyaan bila perlu. Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mencatat hal-hal penting. Mengajukan pertanyaan bila perlu. HO 5 atau OHT - 5 HO 6 atau OHT - 6 HO 8 atau OHT - 8 Halaman: 52 dari 52

57 5.1.2 Penilai Penilai melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di tempat kerja. Penilai akan : 1. Melaksanakan penilaian apabila peserta telah siap dan merencanakan proses belajar dan penilaian selanjutnya dengan peserta. 2. Menjelaskan kepada peserta mengenai bagian yang perlu untuk diperbaiki dan merundingkan rencana pelatihan selanjutnya dengan peserta. 3. Mencatat pencapaian/perolehan peserta dalam memahami substansi Buku Informasi Peserta pelatihan Persyaratan untuk dapat diterima sebagai Peserta Pelatihan adalah sebagai berikut : 1. Pendidikan Minimal : D3 Teknik Sipil 2. Pengalaman Kerja : D-3 Teknik Sipil, minimal 3 (tiga) tahun berpengalaman di bidang pelaksanaan pekerjaan konstruksi jalan. 3. Persyaratan Lain Memiliki sertifikat kompetensi kerja di bidang keahlian pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan Teman kerja/sesama peserta pelatihan Teman kerja/sesama peserta pelatihan juga merupakan sumber dukungan dan bantuan. Peserta juga dapat mendiskusikan proses belajar dengan mereka. Pendekatan ini akan menjadi suatu yang berharga dalam membangun semangat tim dalam lingkungan belajar/kerja dan dapat meningkatkan pengalaman belajar peserta. 5.2 Sumber-Sumber Perpustakaan Sumber-sumber bacaan yang dapat dipergunakan adalah Peraturan Perundang-undangan terkait dengan substansi-substansi Unit Kompetensi dan beberapa judul buku yang diharapkan dapat menambah wawasan baik Pelatih maupun Peserta Pelatihan, sebagai berikut : 1. Yoder and Witczak, Principles of Pavement Design, John Wley & Sons, Inc Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota, Petunjuk Pelaksanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen)" N0. 009/T/BNKT/ AASHTO, Guide for Design of Pavement Structures, UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi 5. PP No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagaimana diubah dengan PP No. 4/ Departemen Kimpraswil, Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Semen (Pd T B), U.S. Department of Transportation, Integrated Materials and Construction Practices for Concrete Pavement: A State-of-the-Practice Manual, FHWA Publication No. HIF , December Departemen PU, Ditjen Bina Marga, Konsep Perencanaan Perkerasan Jalan, Desember Badan Pengatur Jalan Tol, Spesifikasi Standar Jalan Tol, Ir. Sukawan M., MSc., Universitas Tarumanagara Program Magister Teknik Sipil, Perkerasan Berbasis Semen, Oktober Direktorat Jenderal Bina Marga, Spesifikasi Umum, Edisi November Halaman: 53 dari 53

58 12. Kementerian PU, Rancangan dan Pedoman Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil: Spesifikasi Khusus Bidang Jalan dan Jembatan Seksi 7.18 Perkerasan Jalan Beton Semen Pracetak dan Prategang, Desember PT. Jasa Marga (Persero), Tata Cara Pelaksanaan Pekerjaan Perkerasan Beton Semen, Standar Nasional Indonesia (SNI), AASHTO dan ASTM yang bersangkutan. 5.3 Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan 1. Untuk menayangkan hand out materi pelatihan agar bisa diikuti oleh Peserta Pelatihan, Pelatih (Instruktur) memerlukan OHP (Overhead Proyektor) dan layar, jika hand out tersebut berupa OHT (overhead transparency). Namun apabila Pelatih menyiapkan bahannya dalam bentuk file komputer yang disimpan di flash disk atau CD/DVD, maka yang diperlukan adalah laptop (yang telah diisi dengan sistem operasi misalnya Windows dan sejumlah software yang dapat digunakan untuk membuka dan menayangkan bahan hand out), proyektor LCD dan layar. Mungkin Pelatih menganggap perlu menayangkan film-film dokumentasi yang berkaitan dengan materi pelatihan, maka laptop tersebut perlu dilengkapi dengan peralatan audio berupa speaker yang bisa dihubungkan ke laptop agar suara tayangan film dokumentasi tersebut dapat didengar oleh peserta pelatihan. Selain itu, ada kemungkinan penayangan hand out perlu dibantu dengan menambahkan white board untuk memudahkan pelatih menggambarkan/menuliskan rincian penjelasan materi pelatihan. Fungsi white board dapat juga digantikan dengan papan tulis atau blackboard sesuai dengan pertimbangan, bahan mana yang mudah didapatkan di lokasi pelatihan. 2. Untuk menyelenggarakan pengujian yang akan dilakukan oleh Asesor, peralatan/bahan yang diperlukan tergantung jenis uji kompetensi yang akan dilakukan. Jika uji kompetensi dilakukan secara tertulis, bahan yang diperlukan adalah materi uji kompetensi yang digandakan sebanyak peserta uji kompetensi dan format penilaian beberapa rangkap sesuai kebutuhan untuk pertanggungjawaban administrasi penyelenggaraan uji kompetensi. Untuk materi pelatihan yang tidak diperlukan ujian praktek, tidak diperlukan peralatan/bahan untuk keperluan ujian praktek. 3. Untuk Peserta Pelatihan, yang diperlukan adalah ruang kelas, meja dan kursi yang layak untuk keperluan pelatihan dilengkapi dengan OHP atau LCD jika Pelatih akan menayangkan materi pelatihan, dan Buku Kerja, bahan-bahan hand out dan lain-lain sesuai dengan kondisi di tempat pelatihan. 4. Kesimpulan Untuk dapat menyelenggarakan pelatihan ini, peralatan dan bahan yang diperlukan adalah : 1) Ruang kelas, pendingin ruangan (AC), saklar listrik, rol kabel listrik, microphone, meja tulis dan kursi sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pelatihan. 2) OHP (Overhead Proyektor) dan layar, jika hand out tersebut berupa OHT (overhead transparency), atau laptop, LCD dan layar sesuai dengan yang dikehendaki oleh Pelatih. 3) White board dilengkapi dengan alat tulis dan penghapus tulisan di white board atau, 4) Black board dilengkapi dengan alat tulis dan penghapus tulisan di black board. 5) Hand out,, Buku Kerja dan Materi Uji Kompetensi. Jumlah dan jadwal penggunaan peralatan dan bahan tersebut di atas disesuaikan dengan kebutuhan penyelenggaraan pelatihan dan uji kompetensi. Halaman: 54 dari 54

59 LAMPIRAN Halaman: 55 dari 55

60 Halaman: 56 dari 56

61 Halaman: 57 dari 57

62 Halaman: 58 dari 58

63 Halaman: 59 dari 59

64 Halaman: 60 dari 60

65 Halaman: 61 dari 61

66 Halaman: 62 dari 62

67 Halaman: 63 dari 63

68 Halaman: 64 dari 64

69 Halaman: 65 dari 65

70 Halaman: 66 dari 66

71 Halaman: 67 dari 67

72 Halaman: 68 dari 68

73 Halaman: 69 dari 69

74 Halaman: 70 dari 70

75 Halaman: 71 dari 71

76 Halaman: 72 dari 72

77 Halaman: 73 dari 73

78 Halaman: 74 dari 74

79 Halaman: 75 dari 75

80 Halaman: 76 dari 76

81 Halaman: 77 dari 77

82 Halaman: 78 dari 78

83 Halaman: 79 dari 79

PELAKSANAAN PEKERJAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

PELAKSANAAN PEKERJAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton PELAKSANAAN PEKERJAAN PERKERASAN JALAN BETON Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton 4.1. PENGERTIAN UMUM 4.1.1. Pendahuluan Tiga elemen kompetensi dalam SKKNI Pelaksana

Lebih terperinci

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton 4.1. PENGERTIAN UMUM 4.1.1. Pendahuluan Empat elemen kompetensi

Lebih terperinci

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Kode Unit Kompetensi : SPL.KS21.222.00 Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan BAB I PENGANTAR 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi 1.1.1 Pelatihan berbasis kompetensi? Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan yang memperhatikan pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga

Lebih terperinci

Gambar Distribusi Pembebanan Pada Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur

Gambar Distribusi Pembebanan Pada Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur RIGID PAVEMENT Rigid pavement atau perkerasan kaku adalah jenis perkerasan jalan yang menggunakan beton sebagai bahan utama perkerasn tersebut, merupakan salah satu jenis perkerasan jalan yang digunakn

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Jalan 2.1.1 Istilah Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut : 1. Jalan adalah prasarana

Lebih terperinci

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) BAB V LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) 5.1. UMUM a. Lapis Pondasi Agregat Semen (Cement Treated Base / CTB) adalah Lapis Pondasi Agregat Kelas A atau Kelas B atau Kelas C yang diberi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hobbs (1995), ukuran dasar yang sering digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hobbs (1995), ukuran dasar yang sering digunakan untuk 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arus Lalu Lintas Menurut Hobbs (1995), ukuran dasar yang sering digunakan untuk mendefinisikan arus lalu lintas adalah konsentrasi aliran dan kecepatan. Aliran dan volume

Lebih terperinci

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN Prof. Dr.Ir.Hary Christady Hardiyatmo, M.Eng.,DEA Workshop Continuing Profesional Development (CPD) Ahli Geoteknik Hotel Ambara - Jakarta 3-4 Oktober 2016

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan konstruksi yang berfungsi untuk melindungi tanah dasar (subgrade) dan lapisan-lapisan pembentuk perkerasan lainnya supaya tidak mengalami

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. dalam perencanaan jalan, perlu dipertimbangkan beberapa faktor yang dapat

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. dalam perencanaan jalan, perlu dipertimbangkan beberapa faktor yang dapat BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Perkerasan Jalan Raya Kelancaran arus lalu lintas sangat tergantung dari kondisi jalan yang ada, semakin baik kondisi jalan maka akan semakin lancar arus lalu lintas. Untuk

Lebih terperinci

A. LAPISAN PERKERASAN LENTUR

A. LAPISAN PERKERASAN LENTUR A. LAPISAN PERKERASAN LENTUR Kontruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dapadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA 0+900 2+375) Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN PEKERJAAN PERKERASAN LAPISAN BAWAH (SUB BASE COURSE) NO. KODE : -K BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan yang menggunakan semen sebagai bahan pengikatnya. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakan roda perekonomian nasional dan daerah, mengingat penting dan strategisnya fungsi jalan untuk mendorong

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN

TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN BAB I DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan 1.1.1. Maksud Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi perkerasan kaku ( Rigid Pavement) banyak digunakan pada kondisi tanah dasar yang mempunyai daya dukung rendah, atau pada kondisi tanah yang mempunyai daya

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PEMBINAAN KOMPETENSI KELOMPOK KERJA NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN PEKERJAAN PERKERASAN LAPISAN ATAS (BASE COURSE) NO. KODE : -K BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural SNI 03-3975-1995 Standar Nasional Indonesia Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural ICS Badan Standardisasi Nasional DAFTAR ISI Daftar Isi... Halaman i BAB I DESKRIPSI... 1 1.1

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalulintas umum,yang berada pada permukaan tanah, diatas

Lebih terperinci

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA PERKERASAN JALAN BY DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA Perkerasan Jalan Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas,sebagai berikut :

Lebih terperinci

Implementation study. Asep Sundara. BSCE, MT.

Implementation study. Asep Sundara. BSCE, MT. Implementation study TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PERKERASAN BADAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) PADA PEMBANGUNAN JALAN CILEUNYI - JATINANGOR Asep Sundara. BSCE, MT. Penjelasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi dan Klasifikasi Jalan Menurut Peraturan Pemerintah (UU No. 22 Tahun 2009) Jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMELIHARAAN HARIAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BETON SEMEN (RIGID PAVEMENT) DI PALU SULAWESI TENGAH Oleh : Ir. Peter L. Barnabas, MT

PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BETON SEMEN (RIGID PAVEMENT) DI PALU SULAWESI TENGAH Oleh : Ir. Peter L. Barnabas, MT PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BETON SEMEN (RIGID PAVEMENT) DI PALU SULAWESI TENGAH Oleh : Ir. Peter L. Barnabas, MT Pendahuluan: Peruntukan prasarana jalan atau jalan raya adalah melayani lalu-lintas kendaraan

Lebih terperinci

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN 1. GAMBAR KONSTRUKSI JALAN a) Perkerasan lentur (flexible pavement), umumnya terdiri dari beberapa lapis perkerasan dan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Gambar 6 Jenis Perkerasan Lentur Tanah

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6 REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS MAKADAM ASBUTON LAWELE (SKh-3.6.6.1) SPESIFIKASI KHUSUS-3 INTERIM SEKSI 6.6.1 LAPIS

Lebih terperinci

JUDUL MODUL II: PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BETON DI LABORATORIUM MODUL II.a MENGUJI KELECAKAN BETON SEGAR (SLUMP) A. STANDAR KOMPETENSI: Membuat Adukan Beton Segar untuk Pengujian Laboratorium B. KOMPETENSI

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI BALOK BETON PRATEGANG DI PROYEK WISMA KARTIKA GROGOL

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI BALOK BETON PRATEGANG DI PROYEK WISMA KARTIKA GROGOL BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI BALOK BETON PRATEGANG DI PROYEK WISMA KARTIKA GROGOL 7.1 Uraian Umum Seperti yang telah diketahui bahwa beton adalah suatu material yang

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK 7.1 Pelaksanaan Pekerjaan Balok Balok adalah batang dengan empat persegi panjang yang dipasang secara horizontal. Hal hal yang perlu diketahui

Lebih terperinci

STANDAR LATIHAN KERJA (S L K)

STANDAR LATIHAN KERJA (S L K) STANDAR LATIHAN (S L K) Bidang Ketrampilan Nama Jabatan Kode SKKNI : Pengawasan Jalan : Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Roads) : INA.5211.322.05 DEPARTEMEN PEAN UMUM BADAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan,

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan, BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG 4.1. Tinjauan Bahan dan Material Bahan dan material bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena dari berbagai macam bahan dan

Lebih terperinci

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT. Oleh : Dwi Sri Wiyanti

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT. Oleh : Dwi Sri Wiyanti KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT Oleh : Dwi Sri Wiyanti Abstract Pavement is a hard structure that is placed on the subgrade and functionate to hold the traffic weight that

Lebih terperinci

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN 4.1.1 UMUM 1) Uraian a) Pekerjaan ini harus mencakup penambahan lebar perkerasan lama sampai lebar jalur lalu lintas yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KONDISI PROYEK ALAT DAN BAHAN BANGUNAN

BAB IV TINJAUAN KONDISI PROYEK ALAT DAN BAHAN BANGUNAN BAB IV TINJAUAN KONDISI PROYEK ALAT DAN BAHAN BANGUNAN 4.1 KONDISI PROYEK 4.1.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan merupakan seluruh rangkaian pekerjaan yang pertama kali harus dilakukan guna memudahkan

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN DAN ESTIMASI (PERKIRAAN) BIAYA PADA LAPIS PERKERASAN JALAN BETON

METODE PELAKSANAAN DAN ESTIMASI (PERKIRAAN) BIAYA PADA LAPIS PERKERASAN JALAN BETON METODE PELAKSANAAN DAN ESTIMASI (PERKIRAAN) BIAYA PADA LAPIS PERKERASAN JALAN BETON Kiki Widya Apriliani NRP : 0221031 Pembimbing : Maksum Tanubrata, Ir., MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Manajemen pelaksanaan dilakukan dalam rangka menjamin kelancaran

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Manajemen pelaksanaan dilakukan dalam rangka menjamin kelancaran BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Uraian Umum Manajemen pelaksanaan dilakukan dalam rangka menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan proyek yang akan berlangsung. Manajemen pelaksanaan bukan

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI MENERAPKAN KETENTUAN UNDANG-UNDANG JASA KONSTRUKSI (UUJK), KESELAMATAN DAN

Lebih terperinci

LAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN

LAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN LAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Tugas Rekayasa Perkerasan Jalan DOSEN PEMBIMBING Donny DJ Leihitu ST. MT. DISUSUN OLEH NAMA : KHAIRUL PUADI NPM : 11.22201.000014 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN BETON. genangan air laut karena pasang dengan ketinggian sekitar 30 cm. Hal ini mungkin

BAB IV ANALISA KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN BETON. genangan air laut karena pasang dengan ketinggian sekitar 30 cm. Hal ini mungkin BAB IV ANALISA KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN BETON 4.1 Menentukan Kuat Dukung Perkerasan Lama Seperti yang telah disebutkan pada bab 1, di Jalan RE Martadinata sering terjadi genangan air laut karena pasang

Lebih terperinci

SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL)

SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL) SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL) SKh-2. 6.6.1 UMUM 1) Uraian a) Yang dimaksud dengan Lapis Penetrasi Macadam Asbuton Lawele adalah lapis perkerasan

Lebih terperinci

PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN SISTEM JALAN PRACETAK SpRigWP. PT. WASKITA BETON PRECAST, Tbk. Tangerang 17 Mei 2017 Didit Oemar Prihadi

PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN SISTEM JALAN PRACETAK SpRigWP. PT. WASKITA BETON PRECAST, Tbk. Tangerang 17 Mei 2017 Didit Oemar Prihadi PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN SISTEM JALAN PRACETAK SpRigWP PT. WASKITA BETON PRECAST, Tbk. Tangerang 17 Mei 2017 Didit Oemar Prihadi SpRigWP SISTEM PERKERASAN KAKU BETON BERTULANG MENERUS PRACETAK

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena kumpulan berbagai macam material itulah yang

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1 Beton Precast Beton precast adalah suatu produk beton yang dicor pada sebuah pabrik atau sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek bangunan

Lebih terperinci

PENYIAPAN TANAH DASAR DAN LAPIS PONDASI BAWAH. Pembentukan Permukaan

PENYIAPAN TANAH DASAR DAN LAPIS PONDASI BAWAH. Pembentukan Permukaan Perkerasan jalan beton semen atau perkerasan kaku, terdiri dari plat beton semen, dengan atau tanpa lapisan pondasi bawah, di atas tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton semen sering

Lebih terperinci

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konstruksi Perkerasan Jalan Konstruksi perkerasan jalan adalah lapisan yang terletak di atas tanah dasar yang berfungsi untuk mendukung beban lalulintas dan meneruskannya sampai

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 04/SE/M/2016 TANGGAL 15 MARET 2016 TENTANG PEDOMAN PERANCANGAN PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN TELFORD KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) SIR 09 = PEKERJAAN PERKERASAN JALAN PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) 2007 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

TATA CARA PENGADUKAN PENGECORAN BETON BAB I DESKRIPSI

TATA CARA PENGADUKAN PENGECORAN BETON BAB I DESKRIPSI TATA CARA PENGADUKAN PENGECORAN BETON SNI 03-3976-1995 BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang Lingkup 1.1.1 Maksud Tata Cara Pengadukan dan Pengecoran Beton ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai acuan dan pegangan

Lebih terperinci

ZULFIKAR JAUHARI NRP

ZULFIKAR JAUHARI NRP TUGAS AKHIR MANAJEMEN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN TOL MOJOKERTO KERTOSONO STA. 5+350 STA. 10+350 DENGAN MENGGUNAKAN PERKERASAN KAKU DI KABUPATEN MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR ZULFIKAR JAUHARI NRP. 3110040601

Lebih terperinci

2.4.5 Tanah Dasar Lapisan Pondasi Bawah Bahu Kekuatan Beton Penentuan Besaran Rencana Umur R

2.4.5 Tanah Dasar Lapisan Pondasi Bawah Bahu Kekuatan Beton Penentuan Besaran Rencana Umur R DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

Perkerasan kaku adalah struktur yang terdin dan pelat (slab) beton semen yang

Perkerasan kaku adalah struktur yang terdin dan pelat (slab) beton semen yang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konstruksi Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang terletak di atas tanah dasar (subgrade) yang telah dipadatkan dan berfungsi untuk memikul beban dan meneruskannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bagian pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang, BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang, terutama di daerah perkotaan terus memacu pertumbuhan aktivitas penduduk. Dengan demikian, ketersediaan

Lebih terperinci

PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI JASA KONSTRUKSI PELAKSANA LAPANGAN PERKERASAN JALAN BETON

PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI JASA KONSTRUKSI PELAKSANA LAPANGAN PERKERASAN JALAN BETON BERBASIS JASA KONSTRUKSI PELAKSANA LAPANGAN PERKERASAN JALAN BETON KODE PROGRAM : F 45 02 22 1 02 2 IV 1 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN DAN PRODUKTIVITAS Jl.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan untuk melayani beban lalulintas. Agregat yang dipakai antara lain adalah batu pecah,

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PENGATURAN PELAKSANAAN PRODUKSI NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN LAPIS PONDASI ATAS (BASE COUSE) PADA RUAS JALAN WAILAN-G. LOKON KOTA TOMOHON

METODE PELAKSANAAN LAPIS PONDASI ATAS (BASE COUSE) PADA RUAS JALAN WAILAN-G. LOKON KOTA TOMOHON LAPORAN AKHIR METODE PELAKSANAAN LAPIS PONDASI ATAS (BASE COUSE) PADA RUAS JALAN WAILAN-G. LOKON KOTA TOMOHON Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur yang menghubungkan satu daerah dengan daerah lain yang sangat penting dalam sistem pelayanan masyarakat (Wirahadikusumah, 2007). Lapisan

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK JALAN TOL MEDAN-KUALANAMU KABUPATEN DELI SERDANG LAPORAN

ANALISIS PERHITUNGAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK JALAN TOL MEDAN-KUALANAMU KABUPATEN DELI SERDANG LAPORAN ANALISIS PERHITUNGAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK JALAN TOL MEDAN-KUALANAMU KABUPATEN DELI SERDANG LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah BAB I. PENDAHULUAN A. Perumusan Masalah Pendekatan empiris dalam desain perkerasan masih memainkan peranan yang penting pada masa sekarang, walaupun desain perkerasan telah berangsur berubah dari seni

Lebih terperinci

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN 4.1 Material Perlu kita ketahui bahwa bahan bangunan atau material bangunan memegang peranan penting dalam suatu konstruksi bangunan ini menentukan kekuatan, keamanan, dan

Lebih terperinci

ARDYCHA PRAYUDHA NRP

ARDYCHA PRAYUDHA NRP TUGAS AKHIR ESTIMASI BIAYA DAN WAKTU PEKERJAAN PERKERASAAN RIGID PAVEMENT TOL SURABAYA- MOJOKERTO STA 37+000 42+000 JAWATIMUR ARDYCHA PRAYUDHA NRP. 3111040612 PROGRAM STUDI DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. alat - alat tertentu sesuai kebutuhan untuk mendukung pembangunan tersebut.

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. alat - alat tertentu sesuai kebutuhan untuk mendukung pembangunan tersebut. BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Peralatan Dalam melaksanakan proyek pembangunan maka pastilah digunakan alat - alat tertentu sesuai kebutuhan untuk mendukung pembangunan tersebut. Alat

Lebih terperinci

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) 1 LAPIISAN DAN MATERIIAL PERKERASAN JALAN (Sonya Sulistyono, ST., MT.) A. Jenis dan Fungsi Lapis Perkerasan 1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Kontruksi perkerasan lentur (flexible Pavement)

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1. Tinjauan Umum Metode pelaksanaan yang dilakukan pada setiap proyek konstruksi memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan proyek lainnya. Metode pelaksanaan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Kaku (Rigid Pavement) Pada Ruas Jalan Tol Solo - Ngawi, yaitu :

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Kaku (Rigid Pavement) Pada Ruas Jalan Tol Solo - Ngawi, yaitu : BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan. Kesimpulan Tugas Akhir ini dengan judul Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) Pada Ruas Jalan Tol Solo - Ngawi, yaitu : 1. Berdasarkan metode yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i BAB I PENGANTAR 1 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi 1 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan 1 1.2.1. Desain Materi Pelatihan 1 1.2.2. Isi Modul 2 1.2.3. Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS 5.1. Uraian Umum Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak-pihak yang berkaitan didalamnya. Karena semakin banyaknya pihak yang berkaitan, maka makin

Lebih terperinci

KODE UNIT KOMPETENSI INA

KODE UNIT KOMPETENSI INA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR AIR MINUM JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN PERPIPAAN MEMBUAT RENCANA JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN KODE UNIT KOMPETENSI INA.52.00.204.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur

BAB I PENDAHULUAN. golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur BAB I PENDAHULUAN I.1. UMUM Secara umum struktur perkerasan dapat dikelompokkan ke dalam 2 golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur perkerasan kaku (Rigid Pavement).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang digunakan berupa batu pecah

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi BAB I PENGANTAR 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi 1.1.1 Pelatihan berbasis kompetensi Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan yang memperhatikan pengetahuan, keterampilan dan sikap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan pada penelitian penulis yang berjudul Perbandingan Tebal Perkerasan Lentur Metode Manual Desain Perkerasan 2013 dengan Metode AASHTO 1993 (Studi Kasus: Jalur JLS Ruas

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Metoda pelaksanaan dalam sebuah proyek konstruksi adalah suatu bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi untuk mencapai hasil dan tujuan yang

Lebih terperinci

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Kode Unit Kompetensi : SPL.KS21.221.00 Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan

Lebih terperinci

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

PEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan

PEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd T-14-2004-B Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi... i Daftar tabel... i Prakata...

Lebih terperinci

BAB VI TINJAUAN KHUSUS PERBANDINGAN SISTEM PLAT LANTAI (SISTEM PLAT DAN BALOK (KONVENSIONAL) DAN SISTEM FLAT SLAB)

BAB VI TINJAUAN KHUSUS PERBANDINGAN SISTEM PLAT LANTAI (SISTEM PLAT DAN BALOK (KONVENSIONAL) DAN SISTEM FLAT SLAB) BAB VI TINJAUAN KHUSUS PERBANDINGAN SISTEM PLAT LANTAI (SISTEM PLAT DAN BALOK (KONVENSIONAL) DAN SISTEM FLAT SLAB) 6.1 Uraian Umum Pelat lantai atau slab merupakan elemen bidang tipis yang memikul beban

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspal Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat. Jika dipanaskan sampai suatu temperatur tertentu

Lebih terperinci

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan BAB III TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran pengerjaannya. Pengadaan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI - SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA AHLI PELAKSANA LAPANGAN PERKERASAN JALAN BETON MELAKSANAKAN PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN HASIL PEKERJAAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik sebagai pembentuknya (seperti abu pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga sebelum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perencanaan dan perancangan secara umum adalah kegiatan awal dari rangkaian fungsi manajemen. Inti dari sebuah perencanaan dan perancangan adalah penyatuan pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan kelas utama di Indonesia. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan kelas utama di Indonesia. Sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan kelas utama di Indonesia. Sebagai pelabuhan terbesar, diperlukan sarana dan fasilitas pelabuhan untuk menunjang bongkar

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PENYIAPAN PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang berada di atas tanah dasar yang sudah dipadatkan, dimana fungsi dari lapisan ini adalah memikul beban lalu lintas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tinjauan Umum Variabel bebas yaitu variasi perbandingan agregat kasar, antara lain : Variasi I (1/1 : 1/2 : 2/3 = 3 : 1 : 2) Variasi II (1/1 : 1/2 : 2/3 = 5 : 1 : 3) Variasi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4.1. HASIL PENGUJIAN MATERIAL Sebelum membuat benda uji dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan berbagai pengujian terhadap material yang akan digunakan. Tujuan pengujian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengaruh dan Kualitas Drainase Jalan Raya Drainase jalan raya adalah pengeringan atau pengendalian air dipermukaan jalan yang bertujuan untuk menghindari kerusakan pada badan

Lebih terperinci

KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK

KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK Pengertian Paving block atau blok beton terkunci menurut SII.0819-88 adalah suatuko mposisi bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis

Lebih terperinci

BAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN.

BAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN. BAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN. 1.1 SEJARAH PERKERASAN JALAN. A. Sebelum Manusia Mengenal Hewan Sebagai Alat Angkut. Setelah manusia diam (menetap) berkelompok disuatu tempat mereka mengenal artinya jarak

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN PEKERJAAN PERKERASAN LAPISAN PERMUKAAN (SURFACE COURSE) NO. KODE : -P BUKU PENILAIAN DAFTAR ISI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di 26 BAB III METODE PENELITIAN Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di Laboratorium Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji dalam penelitian

Lebih terperinci