BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Foto Udara Format Kecil (FUFK) banyak dipakai oleh instansi pemerintah dalam menyediakan informasi geospasial untuk mendukung program pemerintah dalam menyediakan data geospasial seperti yang tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa seluruh kegiatan pembangunan (nasional, provinsi, kabupaten) haruslah direncanakan berdasarkan data (geospasial dan nonspasial) dan informasi yang akurat serta dapat dipertanggungjawabkan (Ikawati dan Setiawati, 2009). Informasi geospasial terdiri dari 2 jenis yaitu informasi geospasial dasar dan informasi geospasial tematik. Informasi Geospasial Dasar adalah informasi geospasial yang berisi tentang objek yang dapat dilihat secara langsung atau diukur dari kenampakan fisik di muka bumi dan yang tidak berubah dalam waktu yang relatif lama, sedangkan Informasi Geospasial Tematik adalah informasi geospasial yang menggambarkan satu atau lebih tema tertentu yang dibuat mengacu pada Informasi Geospasial Dasar (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2011). Informasi geospasial tematik yang dibuat menggunakan foto udara format kecil, selain banyak dipakai oleh instansi pemerintah juga banyak dimanfaatkan oleh berbagai macam industri dan perusahaan swasta misalnya industri pariwisata yang menggunakan foto udara untuk mengembangkan objek wisata, peningkatan kualitas sarana dan prasarana, serta meningkatkan pelayanan pengunjung agar pendapatan meningkat. Foto udara adalah foto permukaan bumi yang diambil dari udara dengan menggunakan kamera yang dipasang pada pesawat udara (PERMEN Agraria Nomor 2 Tahun 1996) dimana kualitas foto udara tergantung pada wahana dan kamera yang digunakan. Wahana penginderaan jauh yang dapat dipakai untuk menghasilkan foto udara yaitu pesawat tanpa awak, pesawat awak, paramotor, balon udara, dan berbagai wahana yang dapat menerbangkan kamera. Jenis foto 1

2 2 udara yang banyak dipakai untuk melakukan pemetaan yaitu FUFK yang mempunyai ukuran sensor sekitar 24 mm x 36 mm dengan panjang fokus 35 mm. Kelebihan FUFK yaitu kemudahan pengadaan atau sewa peralatan dan biaya yang relatif murah (Harintaka, 2008). Saat ini jenis kamera yang banyak digunakan pada FUFK yaitu kamera DSLR (Digital Single Lens Reflex) dengan sensor CCD (Charge-Coupled Device) maupun CMOS (Complementary Metal Oxide Semiconductor) yang dapat menyimpan hasil pemotretan dalam bentuk digital, sehingga foto udara hasil pemotretan dapat langsung diolah menggunakan komputer. Penggunaan kamera DSLR untuk menghasilkan foto udara dikarenakan adanya beberapa kelebihan yang terdapat pada kamera tersebut, yaitu sensor kamera DSLR lebih besar, sehingga kualitas tangkapannya cenderung lebih bagus dibanding dengan kamera kompak, lensa pada Kamera DSLR bisa diganti dengan mudah sesuai kebutuhan, kecepatan rana (kecepatan menangkap gambar), start up, dan shutter lag (jeda antara waktu menekan tombol bidik hingga gambar tersimpan) kamera DSLR lebih cepat daripada kamera kompak, pada kamera DSLR terdapat viewfinder optis yang dapat digunakan untuk melihat objek yang akan difoto, jumlah dan fleksibilitas pengaturan manual untuk memotret pada kamera DSLR lebih beragam daripada kamera kompak, ruang ketajaman/depth of Field objek foto pada kamera DSLR bisa diatur sesuai dengan keinginan, dan kualitas lensa DSLR lebih bagus daripada kamera saku, serta mempunyai pilihan kualitas yang beragam dan dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan (Haqiqi, 2012). Pada dasarnya semua jenis kamera DSLR mempunyai proses atau cara kerja yang sama yaitu menangkap sinar pantulan objek, kemudian sinar diteruskan menuju viewfinder dan dibelokkan dengan cermin menuju sensor kamera, sehingga hasil yang ada di viewfinder sama dengan hasil yang ada terekam oleh sensor. Sinar pantulan objek yang masuk ke kamera merupakan sinar pantulan yang acak, sehingga menyebabkan berbagai efek pada hasil pemotretan. Sinar pantulan objek tersebut dapat diatur sesuai dengan keinginan pengguna untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dengan cara memasang filter lensa kamera. Filter lensa kamera adalah salah satu aksesoris kamera yang dipasang pada lensa yang berfungsi untuk melindungi lensa dan dapat membuat objek mudah untuk dikenali pada hasil pemotretan. Filter lensa kamera dapat memberikan efek

3 3 tertentu pada foto yang dihasilkan sesuai dengan fungsinya, sehingga bisa melindungi lensa sekaligus menambah kualitas optik (Irwan, 2013). Filter lensa kamera mempunyai beberapa jenis dan fungsi yang berbeda antara lain Filter Clear yang berfungsi untuk untuk melindungi bagian depan lensa, filter UV yang mempunyai kemampuan untuk menyaring sinar UV, dan Filter Gradasi yang dapat membuat hasil pemotretan mempunyai efek gradasi. Berkembangnya teknologi pengolah gambar menimbulkan beberapa filter dapat digantikan dengan software pengolah gambar sehingga beberapa filter banyak yang tidak digunakan misalnya filter koreksi warna. Akan tetapi dari berbagai macam filter tersebut serta kecanggihan software pengolah gambar, terdapat satu filter yang mempunyai efek tidak dapat digantikan oleh software pengolah gambar serta mempunyai efek yang dapat meningkatkan kualitas foto, yaitu filter Circular Polarizer (CPL). Filter CPL merupakan filter kamera yang berfungsi untuk mengurangi kilauan permukaan benda dan sangat berguna untuk pemotretan menembus kaca. Filter CPL juga dapat meningkatkan kontras dan saturasi warna, sekaligus meredam hamburan cahaya, sehingga filter ini tampak paling jelas jika digunakan untuk memotret langit cerah dengan gumpalan awan putih (Silverglimth, 2008). Pernyataan tentang kelebihan Filter CPL juga disampaikan oleh Kusuma (2012) yaitu efek dari polarizer sangat berpengaruh pada foto dan tidak bisa diperoleh melalui proses digital. Berdasarkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh Filter CPL tersebut diharapkan cocok digunakan untuk meningkatkan interpretabilitas foto udara agar objek yang ingin dikaji terlihat jelas pada foto udara. Interpretabilitas foto udara merupakan dapat atau tidaknya objek dikenali pada foto udara yang tergantung pada keterekaman, keterdeteksian, dan keterkenalian yang mempunyai nilai berbeda pada berbagai macam foto udara. Hal tersebut, selain tergantung pada objek juga tergantung pada kemampuan foto dan interpreter terutama pada foto udara yang mempunyai variasi penggunaan lahan kompleks seperti yang ada di sebagian Desa Parangtritis dan Tirtohargo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul. Berdasarkan survei awal yang dilakukan sebelumnya, sebagian Desa Parangtritis dan Tirtohargo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul mempunyai beragam variasi penggunaan lahan yang membentang dari batas utara sampai batas

4 4 selatan yang sebagian besar terdiri dari permukiman, sawah, sungai, badan air, dan sedimen sehingga dalam mengkaji penggunaan lahan di lokasi penelitian dibutuhkan foto udara yang mempunyai tingkat interpretabilitas tinggi. Oleh sebab itu, penggunaan kamera DSLR dan Filter CPL diharapkan dapat meningkatkan interpretabilitas foto udara pada objek penggunaan lahan di daerah penelitian. Berdasarkan latar belakang tersebut, untuk mengkaji efektivitas filter CPL dalam meningkatkan interpretabilitas foto udara pada pembuatan petapenggunaan lahan di sebagian Desa Parangtritis dan Tirtohargo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul maka perlu adanya penelitian tentang Efektivitas Penggunaan Filter Circular Polarizer Pada Lensa Kamera Untuk Meningkatkan Interpretabilitas Foto Udara Kasus Pemetaan Penggunaan Lahan di Sebagian Desa Parangtritis dan Tirtohargo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul Rumusan Masalah FUFK banyak digunakan sebagai sumber informasi dalam kegiatan pemetaan. Akan tetapi dalam penggunaanya sering ditemukan beberapa kelemahan antara lain efek pantulan cahaya, gambar terlihat buram, dan objek susah dibedakan, sehingga peta yang dihasilkan tidak optimal. Oleh karena itu, untuk menghasilkan FUFK dengan tingkat interpretabilitas yang tinggi, maka diperlukan penambahan alat pada saat pemotretan yaitu filter CPL. Filter CPL merupakan filter lensa kamera yang mempunyai berbagai kelebihan yaitu dapat digunakan untuk mengurangi efek kilauan cahaya, mengurangi kekaburan gambar akibat kolom air, serta membuat perbedaan warna lebih jelas. Berdasarkan kelebihan yang dimiliki oleh filter tersebut maka pada penelitian ini Filter CPL akan digunakan untuk mempermudah dalam mengenali fenomena geografis khususnya penggunaan lahan, sehingga dengan memasang filter tersebut pada lensa kamera diharapkan dapat meningkatkan interpretabilitas foto udara pada pembuatan peta penggunaan lahan. Selain interpretabilitas, besarnya tingkat akurasi foto udara hasil pemotretan baik posisi maupun isi harus dikaji agar dapat diketahui apakah foto udara yang dihasilkan dengan menggunakan filter CPL mempunyai tingkat akurasi yang diperbolehkan oleh standar yang ada di Indonesia. Kajian tentang interpretabilitas dan akurasi tersebut sangat diperlukan untuk menyediakan peta penggunaan lahan

5 5 yang berkualitas, sehingga peta yang dihasilkan sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan. Penggunaan lahan yang terdapat di lokasi penelitian sangat beragam yang meliputi objek dengan kenampakan berupa daerah pertanian, perkebunan, tempat pembuangan akhir sampah, tanaman tahunan, lahan terbuka/tanah kosong, lahan terbangun, lahan tidak terbangun, dan perairan. Penggunaan filter CPL diharapkan dapat memberikan perbedaan hasil pemotretan yang lebih baik untuk kepentingan pemetaan jika dibandingkan dengan pemotretan tanpa menggunakan filter CPL. Oleh karena itu, untuk mengetahui efektifitas penggunaan filter tersebut dalam pembuatan peta penggunaan lahan maka perlu dilakukan penelitian tentang Efektivitas Penggunaan Filter CPL Pada Lensa Kamera untuk Meningkatkan Interpretabilitas Foto Udara Pada Pemetaan Penggunaan lahan di daerah penelitian. Oleh sebab itu, pada penelitian ini dirumuskan pertanyaan penelitian berikut ini. 1. Bagaimana tingkat interpretabilitas foto udara untuk pemetaan penggunaan lahan di daerah penelitian dengan menggunakan kamera yang dipasang filter dan tanpa filter CPL? 2. Berapa besar tingkat akurasi foto udara untuk pemetaan penggunaan lahan di daerah penelitian dengan menggunakan kamera yang dipasang filter dan tanpa filter CPL? 3. Bagaimana variasi penggunaan lahan di daerah penelitian? 1.3. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup pada penelitian ini digunakan sebagai batasan agar penelitian dapat fokus serta pokok permasalahan yang menjadi latar belakang penelitian ini akan terjawab sesuai dengan hasil penelitian. Secara umum ruang lingkup pada penelitian ini yaitu adanya efek yang terdapat pada foto udara pada pemotretan penutup lahan yang dapat mengganggu pada saat proses interpretasi penggunaan lahan sehingga dapat menurunkan Interpretabilitas foto udara hasil pemotretan. Untuk mengurangi efek tersebut agar objek mudah dikenali maka akan dilakukan uji coba pemotretan dengan menggunakan filter CPL yang dilakukan untuk memperoleh data penggunaan lahan di daerah penelitian. Ruang lingkup pada penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut.

6 6 1. Filter CPL pada penelitian ini digunakan untuk meningkatkan Interpretabilitas foto udara untuk mengurangi efek-efek yang ditimbulkan pada saat pemotretan. 2. Filter yang digunakan yaitu Hoya Circular Polarizer 52 mm. 3. Kamera yang digunakan pada penelitian ini yaitu kamera DSLR Canon EOS 600D dengan lensa fix 50 mm. 4. Wahanayang digunakan pada penelitian ini yaitu Paramotor. 5. Objek kajian pada penelitian ini adalah penggunaan lahan yang ada di daerah penelitian. 6. Penelitian ini akan dilakukan di Sebagian Desa Parangtritis dan Tirtohargo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut. 1. Mengkaji tingkat interpretabilitas foto udara format kecil untuk pemetaan penggunaan lahan di daerah penelitian dengan menggunakan kamera yang dipasang filter CPL 2. Mengkaji tingkat akurasi posisi dan tingkat akurasi isi foto udara untuk pemetaan penggunaan lahan di daerah penelitian dengan menggunakan kamera yang dipasang filter CPL 3. Memetakan penggunaan lahan di daerah penelitian 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai beberapa manfaat baik bagi ilmu pengetahuan, masyarakat, maupun instansi pemerintah yaitu: 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Menambah pemahaman tentang interpretabilitas foto udara format kecil resolusi tinggi pada objek penggunaan lahan 2. Bagi Masyarakat dan Instansi Pemerintah Menyediakan data spasial foto udara format kecil resolusi tinggi.

7 Keaslian Penelitian Penelitian-penelitian terdahulu yang dapat dijadikan referensi sekaligus sebagai perbandingan untuk menunjukkan keaslian penelitian ini disajikan dalam Tabel 1.1. Tabel 1.1. Penelitian Tentang Foto Udara No Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan Relevansi 1 Grabmaier, K. A, dkk (1996) 2 Castro, E. C (2005) 3 Harintaka, dkk (2009) 4 Hassan, F. M.,dkk (2011) 5 Ramirez, J. R., dkk (2011) 6 Saiful Arif (2014) Interpretability of Scanned Aerial Photographs Aerial Photo Land Cover Classification Of Cerrado Physiognomies: Detailed or Accurate Maps Pemodelan Ketidakstabilan Kamera dan Gerakan Pesawat Pada Saat Pemotretan Foto Udara Format Kecil CropCam UAV for Land Use/Land Cover Mapping over Penang Island, Malaysia Applying Digital Aerial Photos to Land Cover Mapping in Ohio GAP Efektivitas Penggunaan Filter Circular Polarizer Pada Lensa Kamera untuk Meningkatkan Interpretabilitas Foto Udara Format Kecil Kasus Pemetaan Penggunaan lahan di Sebagian Desa Parangtritis dan Tirtohargo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul Mengkaji tentang interpretabilitas Klasifikasi dilakukan dengan digitasi on-screen dan peta yang dibuat sama-sama peta skala detail Teknis penerbangan dan pemotretan Objek kajian penggunaan lahan dengan menggunakan FUFK Objek kajian penutup lahan menggunakan foto udara serta akuisisi dan pemprosesan dilakukan dengan tahap yang hamir sama. Foto udara yang dipakai pada penelitian tersebut merupakan hasi scan foto udara sedangkan pada penelitian ini adalah foto udara asli yang diambil melalui akuisisi data Foto udara yang dipakai pada penelitian tersebut adalah foto udara pankromatik sedangkan pada penelitian ini menggunakan foto udara true colour Cara kalibrasi kamera, objek penelitian, dan hasil yang diharapkan Permasalahan tentang adanya tutupan awan yang mengganggu interpretasi penggunaan lahan sedangkan permasalahan pada penelitian ini yaitu tentang efek yang disebabkan oleh pantulan cahaya Klasifikasi yang dipakai pada penelitian tersebut yaitu klasifikasi digital terbimbing, sedangkan pada penelitian ini menggunakan klasifikasi visual. Objek pada penelitian tersebut kebanyakan hutan atau vegetasi sedangkan pada penelitian ini objek kebanyakan sawah, klasifikasi yang dilakukan pada penelitian tersebut yaitu klasifikasi supervised, dan wahana yang dipakai pada penelitian tersebut yaitu pesawat awak sedangkan pada penelitian ini wahana yang dipakai adalah paramotor Sumber: Grabmaier, K. A, dkk (1996), Castro, E. C (2005), Harintaka, dkk (2009),Hassan, F. M., dkk (2011), dan Ramirez, J. R., dkk (2011). Perhitungan interpretabilitas pada penelitian tersebut akan membantu perhitungan pada penelitian ini Skema klasifikasi yang dibuat dapat dijadikan rujukan pada penelitian ini Hasil penelitian tersebut membantu meningkatkan kualitas hasil pemotretan pada penelitian ini Penelitian tersebut dapat dijadikan bahan reverensi untuk meningkatkan pengambilan data dan pemrosesan hasil pemotretan pada FUFK Penelitian yang dilakukan oleh Ramirez, J. R., dkk dapat meningkatkan akuisisi data pada penelitian ini sehingga diharapkan akan memperoleh hasil yang maksimal.

8 8 Berdasarkan Tabel 1.1. tersebut, dapat diketahui bahwa penelitian tentang FUFK banyak dilakukan baik pada penelitian murni maupun aplikatif. Akan tetapi penelitian ini mempunyai berbagai perbedaan jika dibandingkan dengan penelitianpenelitian sebelumnya, perbedaan penelitian ini yaitu, mengurangi efek-efek yang muncul pada pembuatan foto udara format kecil yang dapat mengganggu interpretasi dengan memasang filter CPL. Beberapa penelitian juga mempunyai persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan baik penelitian murni maupun terapan seperti penelitian yang dilakukan oleh Grabmaier, dkk (1996) yang mengkaji tentang Interpretability of Scanned Aerial Photographs, persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu sama-sama mengkaji tentang interpretabilitas foto udara, sehingga kajian interpretabilitas pada penelitian tersebut dapat digunakan sebagai referensi dalam pemrosesan data pada penelitian ini. Penelitian tersebut juga mempunyai perbedaan dengan penelitian ini yaitu foto udara format kecil yang dipakai pada penelitian tersebut merupakan hasil scan foto udara sedangkan pada penelitian ini adalah foto udara asli yang diambil melalui akuisisi data. Penelitian lain dilakukan oleh Castro (2005) tentang Aerial Photo Land Cover Classification Of Cerrado Physiognomies: Detailed or Accurate Maps. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu sama-sama mengklasifikasikan foto udara dengan digitasi on-screen, sedangkan perbedaannya terletak pada jenis foto udara. Foto udara yang dipakai pada penelitian tersebut menggunakan foto udara pankromatik, sedangkan pada penelitian ini menggunakan foto udara true colour. Penelitian murni untuk memaksimalkan FUFK juga dilakukan oleh Harintaka, dkk (2009) tentang Pemodelan Ketidakstabilan Kamera dan Gerakan Pesawat Pada Saat Pemotretan Foto Udara Format Kecil. Penelitian tersebut mempunyai perbedaan dengan penelitian ini yaitu pada penelitian ini terdapat objek yang menjadi kajian pemotretan yaitu penggunaan lahan sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Harintaka mengkaji tentang teknis pemotretan, sedangkan persamaannya banyak terdapat pada teknis penerbangan dan pemotretan, sehingga penelitian yang dilakukan oleh Harintaka dapat membantu meningkatkan kualitas hasil pemotretan pada penelitian ini. Selain penelitian tersebut, penelitian lain

9 9 dilakukan oleh Hassan, dkk (2011) yang mengkaji tentang CropCam UAV for Land Use/Land Cover Mapping over Penang Island, Malaysia. Penelitian tersebut juga mempunyai persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaan tersebut yaitu sama-sama memetakan objek penggunaan lahan atau tutupan lahan menggunakan FUFK, sedangkan perbedaannya terletak pada permasalahan penelitian yang pada penelitian tersebut lebih menekankan pada tutupan awan yang mengganggu interpretasi penggunaan lahan. Selain itu, pembuatan peta penggunaan lahan pada penelitian tersebut juga berbeda karena dilakukan dengan digital terbimbing, sedangkan pada penelitian ini dilakukan dengan digitasi onscreen. Penelitian tentang foto udara untuk pemetaan juga dilakukan oleh Ramirez, dkk (2011) yang mengkaji tentang Applying Digital Aerial Photos to Land Cover/Land Use Mapping in Ohio GAP. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini terletak pada objek kajian, yaitu penggunaan lahan yang menggunakan foto udara serta akuisisi, serta pemprosesan dilakukan dengan tahap yang hampir sama. Akan tetapi, penelitian tersebut juga mempunyai perbedaan dengan penelitian ini yaitu objek pada penelitian tersebut kebanyakan hutan atau vegetasi sedangkan pada penelitian ini objek kebanyakan sawah. Selain itu, pembuatan peta penggunaan pada penelitian tersebut dilakukan dengan digital terbimbing, sedangkan pada penelitian ini dilakukan dengan digitasi on-screen. Selain itu, perbedaan juga terletak pada wahana yang dipakai, yaitu pada penelitian tersebut menggunakan pesawat awak, sedangkan pada penelitian ini menggunakan paramotor.

Fotografi 1 Dkv215. Bayu Widiantoro Progdi Desain Komunikasi Visual Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Katolik SOEGIJAPRANATA

Fotografi 1 Dkv215. Bayu Widiantoro Progdi Desain Komunikasi Visual Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Katolik SOEGIJAPRANATA Fotografi 1 Dkv215 Bayu Widiantoro Progdi Desain Komunikasi Visual Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Katolik SOEGIJAPRANATA kamera Analog Film kamera Digital Sensor Sangat berpengaruh pada kamera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan berkembangnya permintaan akan pemetaan suatu wilayah dalam berbagai bidang, maka semakin berkembang pula berbagai macam metode pemetaan. Dengan memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Peta adalah sebuah media untuk menampilkan atau merepresentasikan sebuah tempat diatas permukaan bumi ke bidang datar. Peta yang disajikan selama ini masih berupa peta

Lebih terperinci

Konsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI

Konsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI Konsep Dasar Pengolahan Citra Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI Definisi Citra digital: kumpulan piksel-piksel yang disusun dalam larik (array) dua-dimensi yang berisi nilai-nilai real

Lebih terperinci

II.1. Persiapan II.1.1. Lokasi Penelitian II.1.2. Persiapan Peralatan Penelitian II.1.3. Bahan Penelitian II.1.4.

II.1. Persiapan II.1.1. Lokasi Penelitian II.1.2. Persiapan Peralatan Penelitian II.1.3. Bahan Penelitian II.1.4. DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... v PERNYATAAN... vi PERSEMBAHAN... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR ISTILAH... xvi INTISARI...

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan Wahyuningtyas (2011) jenis tanah di Kebun Percobaan Cikabayan merupakan Latosol. Tanah ini memiliki ciri ciri batas horizon yang samar, warna 7.5YR,4/4 (brown), remah

Lebih terperinci

Bab III TEORI PENUNJANG

Bab III TEORI PENUNJANG Bab III TEORI PENUNJANG 3.1. Pengertian Fotografi Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "photos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis

Lebih terperinci

METODE PERANCANGAN. A. Orisinalitas

METODE PERANCANGAN. A. Orisinalitas BAB II. METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Negara Indonesia dikenal sebagai suatu wilayah yang memiliki banyak potensi sumber daya alam khususnya dibidang pariwisata, yang dapat menjadi nilai jual tersendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fotografi merupakan suatu kegiatan yang hampir dilakukukan oleh semua orang. Kegiatan fotografi ini dilakukan baik dengan kamera untuk professional maupun menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan bentang permukaan bumi yang dapat bermanfaat bagi manusia baik yang sudah dikelola maupun belum. Untuk itu peran lahan cukup penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file PENGINDERAAN JAUH copyright@2007 --- anna s file Pengertian Penginderaan Jauh Beberapa ahli berpendapat bahwa inderaja merupakan teknik yang dikembangkan untuk memperoleh data di permukaan bumi, jadi inderaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemodelan tiga dimensi suatu obyek di atas permukaan bumi pada saat ini dapat dilakukan dengan cara teristris maupun non-teristris, menggunakan sensor aktif berupa

Lebih terperinci

II METODE PERANCANGAN

II METODE PERANCANGAN II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Negara Indonesia dikenal sebagai suatu wilayah yang memiliki banyak potensi sumber daya alam khususnya dibidang pariwisata, yang dapat menjadi nilai jual tersendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah persawahan di Indonesia cukup luas dengan hasilnya yang berbagai macam salah satunya padi. Padi merupakan tanaman pangan yang menjadi sumber bahan pokok pangan

Lebih terperinci

PEMBUATAN MODEL ORTOFOTO HASIL PERKAMAN DENGAN WAHANA UAV MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK FOTOGRAMETRI

PEMBUATAN MODEL ORTOFOTO HASIL PERKAMAN DENGAN WAHANA UAV MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK FOTOGRAMETRI PEMBUATAN MODEL ORTOFOTO HASIL PERKAMAN DENGAN WAHANA UAV MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK FOTOGRAMETRI Virgus Ari Sondang 1) 1) Program Studi Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang Jl.

Lebih terperinci

Foto landscape natural lebih menampakkan tempat apa adanya tanpa adanya perubahan maupun imajinasi yang aneh bagi mata manusia.

Foto landscape natural lebih menampakkan tempat apa adanya tanpa adanya perubahan maupun imajinasi yang aneh bagi mata manusia. Landscape(Bahasa Indonesia : Lansekap) adalah salah satu jenis fotografi yang pada umumnya banyak disukai karena mengabadikan keindahan suatu tempat yang dituju. Di dalam fotografi landscape sendiri terbagi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Beberapa definisi tentang tutupan lahan antara lain:

BAB II TEORI DASAR. Beberapa definisi tentang tutupan lahan antara lain: BAB II TEORI DASAR 2.1 Tutupan Lahan Tutupan Lahan atau juga yang biasa disebut dengan Land Cover memiliki berbagai pengertian, bahkan banyak yang memiliki anggapan bahwa tutupan lahan ini sama dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak obyek wisata yang tersebar di berbagai pulau di seluruh Indonesia, baik itu wisata alam, wisata kerajinan, maupun wisata

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016

Tabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tempat tinggal merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan karena merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Tempat tinggal menjadi sarana untuk berkumpul,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN LITERATUR BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Citra yang direkam oleh satelit, memanfaatkan variasi daya, gelombang bunyi atau energi elektromagnetik. Selain itu juga dipengaruhi oleh cuaca dan keadaan atmosfer

Lebih terperinci

Tujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016

Tujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016 Model Data pada SIG Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 1 Materi Sumber data spasial Klasifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, menyebutkan Cagar Budaya merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia

Lebih terperinci

I. BAB I PENDAHULUAN

I. BAB I PENDAHULUAN I. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi, penggunaan action camera untuk pengumpulan data geospasial menjadi sesuatu yang penting dan menjadi populer. Berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB 1 1.1 Latar Belakang Pemetaan merupakan suatu kegiatan pengukuran, penghitungan dan penggambaran permukaan bumi di atas bidang datar dengan menggunakan metode pemetaan tertentu sehingga

Lebih terperinci

11/15/2013 JENIS KAMERA FOTOGRAFI KAMERA TWIN LENS REFLEX ( TLR )

11/15/2013 JENIS KAMERA FOTOGRAFI KAMERA TWIN LENS REFLEX ( TLR ) JENIS KAMERA Kamera sederhana FOTOGRAFI JENIS KAMERA Rangefinder (RF) Camera RANGEFINDER (RF) CAMERA Menggunakan dua buah alat untuk menyatukan gambar yang kita lihat. Gambar dilihat melalui viewfinder

Lebih terperinci

3/17/2011. Sistem Informasi Geografis

3/17/2011. Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis Pendahuluan Data yang mengendalikan SIG adalah data spasial. Setiap fungsionalitasyang g membuat SIG dibedakan dari lingkungan analisis lainnya adalah karena berakar pada keaslian

Lebih terperinci

Pengukuran Kekotaan. Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng. Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering

Pengukuran Kekotaan. Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng. Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Pengukuran Kekotaan Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Contoh peta bidang militer peta topografi peta rute pelayaran peta laut

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

SEKILAS TENTANG PHOTOGRAPHY

SEKILAS TENTANG PHOTOGRAPHY SEKILAS TENTANG PHOTOGRAPHY Kata photography berasal dari kata photo yang berarti cahaya dan graph yang berarti gambar. Jadi photography bisa diartikan menggambar/melukis dengan cahaya. Kamera film, sekarang

Lebih terperinci

a) Kamera film, sekarang juga disebut dengan kamera analog oleh beberapa orang.

a) Kamera film, sekarang juga disebut dengan kamera analog oleh beberapa orang. Kata photography berasal dari kata photo yang berarti cahaya dan graph yang berarti gambar. Jadi photography bisa diartikan menggambar/melukis dengan cahaya. Jenis-jenis kamera a) Kamera film, sekarang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil

TINJAUAN PUSTAKA. lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil 4 TINJAUAN PUSTAKA Makin banyak informasi yang dipergunakan dalam klasifikasi penutup lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil klasifikasinya. Menggunakan informasi multi

Lebih terperinci

PDF Compressor Pro BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PDF Compressor Pro BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Profil adalah kenampakan permukaan alam disebabkan adanya beda tinggi apabila beda tinggi dua tempat tersebut dibandingkan dengan jarak lurus mendatar. Manfaat profil

Lebih terperinci

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang American Society of Photogrammetry (Falkner dan Morgan, 2002) mendefinisikan fotogrametri sebagai seni, ilmu dan teknologi mengenai informasi terpercaya tentang objek fisik

Lebih terperinci

APLIKASI FOTO UDARA UNTUK MEMPREDIKSI POTENSI SAWAH KOTA SOLOK DENGAN MENGGUNAKAN PESAWAT TANPA AWAK ABSTRAK

APLIKASI FOTO UDARA UNTUK MEMPREDIKSI POTENSI SAWAH KOTA SOLOK DENGAN MENGGUNAKAN PESAWAT TANPA AWAK ABSTRAK APLIKASI FOTO UDARA UNTUK MEMPREDIKSI POTENSI SAWAH KOTA SOLOK DENGAN MENGGUNAKAN PESAWAT TANPA AWAK Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat 25163, Indonesia E-mail: fadliirsyad_ua@yahoo.com

Lebih terperinci

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH B. PENGINDERAAN JAUH FOTOGRAFIK

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH B. PENGINDERAAN JAUH FOTOGRAFIK GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 08 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH Penginderaan jauh (inderaja) adalah cara memperoleh data atau informasi tentang objek atau

Lebih terperinci

ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH

ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH 01. Teknologi yang terkait dengan pengamatan permukaan bumi dalam jangkauan yang sangat luas untuk mendapatkan informasi tentang objek dipermukaan bumi tanpa bersentuhan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Identifikasi merupakan langkah strategis dalam menyukseskan suatu pekerjaan. (Supriadi, 2007). Tujuan pemerintah dalam rangka penertiban dan pendayagunaan tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh yaitu berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut berbentuk radiasi elektromagnetik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia terus bertambah setiap tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tidak menunjukkan peningkatan, justru sebaliknya laju pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penginderaan jauh merupakan ilmu yang semakin berkembang pada masa sekarang, cepatnya perkembangan teknologi menghasilkan berbagai macam produk penginderaan jauh yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. misalnya teknologi elektronik dengan keluarnya smartphone ataupun gadget

I. PENDAHULUAN. misalnya teknologi elektronik dengan keluarnya smartphone ataupun gadget I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi, merupakan sebuah era dimana perkembangan taraf hidup manusia mengalami perkembangan yang semakin hari semakin pesat. Hal ini ditandai dengan semakin

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING )

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 1 Konsep Dasar Pengolahan Citra Pengertian Citra Citra atau Image merupakan istilah lain dari gambar, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi saat ini sudah semakin maju, hal ini juga berkaitan erat dengan perkembangan peta yang saat ini berbentuk digital. Peta permukaan bumi

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus : Tujuan Instruksional Umum : 1. Memberikan pemahaman mengenai sejarah teknologi fotografi. 2. Memberikan pemahaman mengenai pengelompokan dekade teknologi fotografi. 3. Memberikan pemahaman mengenai peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tersedianya data spasial, tidak lepas dari keberadaan ilmu Geodesi dan Geomatika. Ilmu Geodesi dan Geomatika memiliki kompetensi dalam penyediaan data spasial dua

Lebih terperinci

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA 3.1 Kebutuhan Peta dan Informasi Tinggi yang Teliti dalam Pekerjaan Eksplorasi Tambang Batubara Seperti yang telah dijelaskan dalam BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan lahan merupakan hasil kegiatan manusia baik yang berlangsung secara siklus atau permanen pada sumberdaya lahan alami maupun buatan guna terpenuhinya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ambang batas (thresholding), berbasis tepi (edge-base) dan berbasis region (regionbased).

BAB 1 PENDAHULUAN. ambang batas (thresholding), berbasis tepi (edge-base) dan berbasis region (regionbased). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Segmentasi obyek pada citra dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu ambang batas (thresholding), berbasis tepi (edge-base) dan berbasis region (regionbased). Metode

Lebih terperinci

TEKNOLOGI RIMS (RAPID IMAGING AND MAPPING SYSTEMS)

TEKNOLOGI RIMS (RAPID IMAGING AND MAPPING SYSTEMS) TEKNOLOGI RIMS (RAPID IMAGING AND MAPPING SYSTEMS) MEMILIKI KEUNGGULAN: 1. LEBIH DETAIL, TAJAM, JELAS 2. PRODUKSI SKALA BESAR (1/1000) 3. BEBAS AWAN 4. MELAYANI LUAS AREA 5Ha 5000Ha 5. PROSES LEBIH CEPAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh didefinisikan sebagai proses perolehan informasi tentang suatu obyek tanpa adanya kontak fisik secara langsung dengan obyek tersebut (Rees, 2001;

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii INTISARI... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era Teknologi merupakan era dimana informasi serta data dapat didapatkan dan ditransfer secara lebih efektif. Perkembangan ilmu dan teknologi menyebabkan kemajuan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DATA DAN INFORMASI TATA RUANG KABUPATEN/KOTA BERBASIS CITRA SATELIT DAN GIS PENGANTAR Pesatnya perkembangan teknologi informasi membawa perubahan yang besar di berbagai bidang termasuk bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tiap-tiap negara mempunyai pertimbangan berbeda mengenai penetapan suatu wilayah yang disebut kota. Pertimbangan itu dipengaruhi oleh beberapa variasi kewilayahan

Lebih terperinci

Artikel. Pemanfaatan Pesawat Nir-Awak untuk Pemetaan Garis Pantai. Kerjasama BIG dan LAPAN

Artikel. Pemanfaatan Pesawat Nir-Awak untuk Pemetaan Garis Pantai. Kerjasama BIG dan LAPAN Artikel tentang Pemanfaatan Pesawat Nir-Awak untuk Pemetaan Garis Pantai Kerjasama BIG dan LAPAN Pemanfaatan Pesawat Nir-awak untuk Pemetaan Garis Pantai Oleh: Nadya Oktaviani (Ndy) - 2015 Tempuran, Jawa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan salah satu sarana transportasi darat yang penting untuk menghubungkan berbagai tempat seperti pusat industri, lahan pertanian, pemukiman, serta sebagai

Lebih terperinci

"We know Exactly What You Need"

We know Exactly What You Need FOTOUDARABUM[dot]COM "We know Exactly What You Need" l FOTO UDARA & AERIAL MAPPING l AERIAL VIDEO l 3D AERIAL MAPPING l INVENTARIS LAHAN About Us Sonvaldy Building Jl. Cempaka Putih Timur Raya No. 5 &

Lebih terperinci

11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I

11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi Ukuran Hubungan antar obyek Informasi spasial dari obyek Pengambilan data fisik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada waktu sekarang dalam perekonomian manapun di permukaan bumi ini tumbuh dan berkembang berbagai macam lembaga keuangan. Semua lembaga keuangan tersebut mempunyai

Lebih terperinci

TAHAPAN STUDI. Gambar 3-1 Kamera Nikon D5000

TAHAPAN STUDI. Gambar 3-1 Kamera Nikon D5000 BAB 3 TAHAPAN STUDI Dalam bab ini akan dibahas rangkaian prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini yang dimulai dari peralatan yang digunakan, proses kalibrasi kamera, uji coba, dan pengambilan data

Lebih terperinci

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan : MAKSUD DAN TUJUAN q Maksud dari kegiatan ini adalah memperoleh informasi yang upto date dari citra satelit untuk mendapatkan peta penggunaan lahan sedetail mungkin sebagai salah satu paramater dalam analisis

Lebih terperinci

POTENSI PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DENGAN WAHANA UDARA NIR-AWAK DI INDUSTRI TAMBANG DAN MIGAS

POTENSI PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DENGAN WAHANA UDARA NIR-AWAK DI INDUSTRI TAMBANG DAN MIGAS POTENSI PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DENGAN WAHANA UDARA NIR-AWAK DI INDUSTRI TAMBANG DAN MIGAS Catur Aries Rokhmana Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika No. 2,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hasil sensus jumlah penduduk di Indonesia, dengan luas wilayah kurang lebih 1.904.569 km 2 menunjukkan adanya peningkatan jumlah penduduk, dari tahun 2010 jumlah penduduknya

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah memerlukan acuan arah dan informasi geospasial. Diperlukan peta dasar pendaftaran dan peta kerja yang dapat dijadikan

Lebih terperinci

Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam

Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam Arif Roziqin 1 dan Oktavianto Gustin 2 Program Studi Teknik Geomatika, Politeknik Negeri Batam, Batam 29461 E-mail : arifroziqin@polibatam.ac.id

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS,

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS, Integrasi GISdan Inderaja Penginderaan jauh (remote sensing) adalah ilmu dan ketrampilan untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penutupan Lahan dan Perubahannya Penutupan lahan menggambarkan konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian Lahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan 2.1.1 Pengertian Lahan Pengertian lahan tidak sama dengan tanah, tanah adalah benda alami yang heterogen dan dinamis, merupakan interaksi hasil kerja

Lebih terperinci

Pertemuan 4. Fotografi ACHMAD BASUKI

Pertemuan 4. Fotografi ACHMAD BASUKI Pertemuan 4 Fotografi ACHMAD BASUKI POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA Assesoris Kamera PERTEMUAN 4 Assesoris Kamera Flash Filter Tripod Lensa Lensa Lensa adalah assesoris utama untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan tubuh alam yang menyelimuti permukaan bumi dan merupakan sumberdaya yang sangat penting bagi makhluk hidup. Tanah mempunyai kemampuan untuk mendukung

Lebih terperinci

Pemetaan Foto Udara Menggunakan Wahana Fix Wing UAV (Studi Kasus: Kampus ITS, Sukolilo)

Pemetaan Foto Udara Menggunakan Wahana Fix Wing UAV (Studi Kasus: Kampus ITS, Sukolilo) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-403 Pemetaan Foto Udara Menggunakan Wahana Fix Wing UAV (Studi Kasus: Kampus ITS, Sukolilo) Ahmad Solihuddin Al Ayyubi, Agung

Lebih terperinci

JENIS-JENIS KAMERA & TEKNIK KAMERA DALAM PENGAMBILAN GAMBAR

JENIS-JENIS KAMERA & TEKNIK KAMERA DALAM PENGAMBILAN GAMBAR JENIS-JENIS KAMERA & TEKNIK KAMERA DALAM PENGAMBILAN GAMBAR PRIAMBODOTOMMY.BLOGSPOT.COM Lisensi dokumen: Copyright @2012 by Priambodotommy.blogspot.com Seluruh dokumen yang ada di Priambodotommy.blogspot.com

Lebih terperinci

Oghy Octori 1, Agung Budi Cahyono 1 1 Jurusan Teknik Geomatika FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Oghy Octori 1, Agung Budi Cahyono 1 1 Jurusan Teknik Geomatika FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember FOTO UDARA MENGGUNAKAN WAHANA UAV JENIS FIX WING AERIAL PHOTOGRAPHY USING FIXED WING UAV Oghy Octori 1, Agung Budi Cahyono 1 1 Jurusan Teknik Geomatika FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember Email: oghyoctori92@gmail.com

Lebih terperinci

Basic Photography. Setting & Composition PART II

Basic Photography. Setting & Composition PART II Basic Photography Setting & Composition PART II Bagaimana Melakukan Setting Pada Kamera Komposisi dan penempatan subyek dalam foto 2 Anatomi Kamera DSLR Anatomi Kamera DSLR Creative Mode CREATIVE MODE

Lebih terperinci

ISTILAH DI NEGARA LAIN

ISTILAH DI NEGARA LAIN Geografi PENGERTIAN Ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Arikunto (1988), metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Data yang dikumpulkan bisa berupa

Lebih terperinci

APA ITU FOTO UDARA? Felix Yanuar Endro Wicaksono

APA ITU FOTO UDARA? Felix Yanuar Endro Wicaksono APA IT FOTO DARA? Felix Yanuar Endro Wicaksono Abstrak Penginderaan jauh adalah suatu ilmu yang digunakan untuk memperoleh informasi suatu daerah atau obyek yang diinginkan dengan analisis data yang diperoleh

Lebih terperinci

Gambar 4.1. Kemampuan sensor LIDAR untuk memisahkan antara permukaan tanah dengan vegetasi di atasanya [Karvak, 2007]

Gambar 4.1. Kemampuan sensor LIDAR untuk memisahkan antara permukaan tanah dengan vegetasi di atasanya [Karvak, 2007] BAB IV ANALISIS 4.1. Analisis Data LIDAR 4.1.1. Analisis Kualitas Data LIDAR Data LIDAR memiliki akurasi yang cukup tinggi (akurasi vertikal = 15-20 cm, akurasi horizontal = 0.3-1 m), dan resolusi yang

Lebih terperinci

PENELITIAN GEOGRAFI I

PENELITIAN GEOGRAFI I KTSP K-13 Kelas X geografi PENELITIAN GEOGRAFI I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian dan sifat penelitian. 2. Memahami

Lebih terperinci

Analisa Kalibrasi Kamera Sony Exmor Pada Nilai Orientasi Parameter Interior untuk Keperluan Pemetaan (FUFK)

Analisa Kalibrasi Kamera Sony Exmor Pada Nilai Orientasi Parameter Interior untuk Keperluan Pemetaan (FUFK) A160 Analisa Kalibrasi Kamera Sony Exmor Pada Nilai Orientasi Parameter Interior untuk Keperluan Pemetaan (FUFK) Mohammad Avicenna, Agung Budi Cahyono, dan Husnul Hidayat Departemen Teknik Geomatika, Fakultas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH. ACARA 2 Mozaik Foto Udara dan Pengamatan Sterioskop. Oleh : Muhamad Nurdinansa [ ]

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH. ACARA 2 Mozaik Foto Udara dan Pengamatan Sterioskop. Oleh : Muhamad Nurdinansa [ ] LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH ACARA 2 Mozaik Foto Udara dan Pengamatan Sterioskop Oleh : Muhamad Nurdinansa [120722420614] FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU GEOGRAFI UNIVERSITAS NEGERI MALANG Februari 2013

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi Indonesia berada di daerah tropis mengakibatkan hampir sepanjang tahun selalu diliputi awan. Kondisi ini mempengaruhi kemampuan citra optik untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Buku fotografi KOTAGEDE Life Between Walls ini penulis jadikan bahan referensi dalam perancangan buku fotografi tentang abdi dalem. Buku ini mempaparkan cerita

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian atau metodologi suatu studi adalah rancang-bangun

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian atau metodologi suatu studi adalah rancang-bangun 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian atau metodologi suatu studi adalah rancang-bangun (design) menyeluruh untuk menyelesaikan masalah penelitian (Sutanto,1999) sedangkan

Lebih terperinci

Analisis Pola Permukiman Menggunakan Data Penginderaan Jauh di Pulau Batam

Analisis Pola Permukiman Menggunakan Data Penginderaan Jauh di Pulau Batam Analisis Pola Permukiman Menggunakan Data Penginderaan Jauh di Pulau Batam Arif Roziqin dan Nur Indah Kusumawati Program Studi Teknik Geomatika, Politeknik Negeri Batam, Batam 29461 E-mail : arifroziqin@polibatam.ac.id

Lebih terperinci

SKEMA DAN MEKANISME PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CAGAR BUDAYA Peta Sebaran Lokasi Cagar Budaya

SKEMA DAN MEKANISME PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CAGAR BUDAYA Peta Sebaran Lokasi Cagar Budaya KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA SKEMA DAN MEKANISME PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CAGAR BUDAYA Peta Sebaran Lokasi Cagar Budaya Disampaikan dalam Workshop Pengelolaan Data Geospasial

Lebih terperinci

bdtbt.esdm.go.id Benefits of Remote Sensing and Land Cover

bdtbt.esdm.go.id Benefits of Remote Sensing and Land Cover Benefits of Remote Sensing and Land Cover Irwan Munandar Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah irwan@esdm.go.id 1. Latar Belakang Teknologi pemanfaatan penginderaan terus berkembang dengan

Lebih terperinci

Pertemuan 3. Fotografi ACHMAD BASUKI

Pertemuan 3. Fotografi ACHMAD BASUKI Pertemuan 3 Fotografi ACHMAD BASUKI POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA Mengenal Kamera PERTEMUAN 3 Macam-macam Kamera DSLR (Digital Single Lens Reflex) Kamera Point & Shoot (kamera pocket) Kamera Mirrorless

Lebih terperinci

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO. a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO. a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 10 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO Citra nonfoto adalah gambaran yang dihasilkan oleh sensor nonfotografik atau sensor elektronik. Sensornya

Lebih terperinci

PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAN LAHAN DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA

PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAN LAHAN DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAN LAHAN DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA Sudaryanto 1), Melania Swetika Rini 2) Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

Oleh : Ari Bowo Sucipto

Oleh : Ari Bowo Sucipto Oleh : Ari Bowo Sucipto PENGENALAN KAMERA A. KAMERA Secara umum pengertian kamera adalah alat untuk merekam obyek, gambar, imaji melalui sebuah lubang pada lensa yang melibatkan pencahayaan disekitar obyek

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN: JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN: 2301-9271 1 Kajian Updating Peta Menggunakan Data Dasar Citra Satelit Worldview-2 dan Kota Surabaya Skala 1:5000 (Studi Kasus: dan Anyar) Cherie Bhekti

Lebih terperinci

FOTOGRAFI. 1. Jenis Jenis Kamera

FOTOGRAFI. 1. Jenis Jenis Kamera FOTOGRAFI Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "photos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan mediacahaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukaan bumi yang tidak rata membuat para pengguna SIG (Sistem Informasi Geografis) ingin memodelkan berbagai macam model permukaan bumi. Pembuat peta memikirkan

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI INTEPRETASI CITRA

RINGKASAN MATERI INTEPRETASI CITRA Lampiran 1 Ringkasan Materi RINGKASAN MATERI INTEPRETASI CITRA 1 Pengertian Intepretasi Citra Inteprtasi Citra adalah kegiatan menafsir, mengkaji, mengidentifikasi, dan mengenali objek pada citra, selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Digital Scoring System adalah sebuah Software scanner periksa nilai ujian dari lembar jawaban komputer (LJK) dengan teknologi computer graphic dan image recognition yang memberikan

Lebih terperinci

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Spektral Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal 30 Juni 2009 seperti yang tampak pada Gambar 11. Untuk dapat

Lebih terperinci

JENIS CITRA

JENIS CITRA JENIS CITRA PJ SENSOR Tenaga yang dipantulkan dari obyek di permukaan bumi akan diterima dan direkam oleh SENSOR. Tiap sensor memiliki kepekaan tersendiri terhadap bagian spektrum elektromagnetik. Kepekaannya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra 67 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra satelit ke dalam peta tematik antara lain sebagai berikut : 1. Bahan a. Data

Lebih terperinci

FOTOGRAFI MIKRO UNTUK ARKEOLOGI (Metode Alternatif Perekaman Data Visual)

FOTOGRAFI MIKRO UNTUK ARKEOLOGI (Metode Alternatif Perekaman Data Visual) FOTOGRAFI MIKRO UNTUK ARKEOLOGI (Metode Alternatif Perekaman Data Visual) Taufiqurrahman Setiawan Balai Arkeologi Medan Abstract Visual data recording is one activity that must be performed on archaeological

Lebih terperinci