SENI TATA RUANG CHANIWA DAN CHASHITSU DALAM CHANOYU MAKALAH NON SEMINAR. Reni Perwitasari
|
|
- Doddy Sudirman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 UNIVERSITAS INDONESIA SENI TATA RUANG CHANIWA DAN CHASHITSU DALAM CHANOYU MAKALAH NON SEMINAR Oleh: Reni Perwitasari FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI JEPANG DEPOK JANUARI
2 2
3 3
4 Seni Tata Ruang Chaniwa dan Chashitsu dalam Chanoyu Reni Perwitasari, Etty N Anwar Program Studi Jepang, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Depok, reni.perwita@gmail.com Abstrak Jepang merupakan negara yang berhasil mempertahankan kebudayaan tradisionalnya di era modern. Budaya tradisional tersebut adalah upacara minum teh yang penuh makna baik secara spiritual dan material. Chanoyu telah tertanam dalam budaya Jepang dan setiap aspek dalam upacara ini memiliki makna. Chaniwa dan chashitsu adalah elemen penting dalam chanoyu yang memiliki kekhasan pada seni tata ruangnya. Penataan taman, design ruangan dan ornamen yang sederhana mampu mencerminkan kebudayaan tradisional Jepang. Ruangan dengan segala perwujudan bentuk, fungsi dan maknanya senantiasa diatur sedemikian rupa sehingga dapat menciptakan kesan sederhana, alami serta mengedepankan muatan spiritual dan estetika. Penelitian ini berusaha untuk mengetahui bagaimana penataan pola tata ruang pada chaniwa dan chashitsu. Kata Kunci: chaniwa; chanoyu; chashitsu; seni The Art of the Spatial Design of Chaniwa and Chashitsu in Chanoyu Abstract Japan is a country that has successfully maintained its traditional culture amidst the current modernization. Its cultural tradition is the Japanese tea ceremony, which is both spiritually and materially significant. Chanoyu is embedded deep within the Japanese culture, and every aspect of this ceremony is meaningful. Chaniwa and chashitsu are important elements in chanoyu, where the designs of both elements have a specific uniqueness. The garden design, room design, and simple ornaments in chanoyu reflect the Japanese traditional culture. Its rooms, with all its forms, functions, and meanings are arranged in such a way to create a simple and natural ambience that highlights spiritual and aesthetical qualities. This research attempts to study the pattern of the interior and spatial designs of chaniwa and chashitsu. Keywords: chaniwa; chanoyu; chashitsu; art 4
5 Pendahuluan Kebudayaan adalah kristalisasi nilai dan pola hidup yang dianut suatu masyarakat. Kebudayaan setiap masyarakat tumbuh dan berkembang secara unik karena perbedaan pola hidup masyarakat itu sendiri. Ienaga Saburo (1990:1) membedakan pengertian bunka (kebudayaan) dalam arti luas dan dalam arti sempit. Dalam arti luas, kebudayaan adalah seluruh cara hidup manusia ( 人間の生活の営み方 / ningen no seikatsu no itonami kata). Dia menjelaskan lebih lanjut bahwa kebudayaan adalah keseluruhan hal yang bukan alamiah. Sedangkan pengertian kebudayaan dalam arti sempit, menurut Ienaga terdiri dari ilmu pengetahuan, sistem kepercayaan dan seni. Jepang yang mendapat julukan Negara Matahari Terbit atau Negeri Sakura merupakan salah satu negara yang memiliki keunggulan dalam bidang perkembangan pendidikan, teknologi dan industri. Sudah tidak diragukan lagi, kelebihan dan keunggulan Jepang tersebut membuat Jepang menjadi negara yang berhasil mensejajarkan dirinya dengan negara-negara maju di dunia internasional. Seiring dengan berkembangnya zaman, Jepang merupakan negara maju namun di sisi lain Jepang masih menyimpan kebudayaan tradisional yang sampai saat ini masih kental dalam kehidupan masyarakat Jepang. Hal ini tidak lepas dari perjalanan historis bangsa Jepang yang oleh para ahli dipandang sebagai prototipe keberhasilan suatu bangsa di dalam memadukan dua unsur yang dichotomous, tradisi dan modernisasi. Jepang memilki berbagai macam keunikan dalam kebudayaannya. Kabuki, sakura, kimono, samurai, geisha dan lain sebagainya merupakan ikon yang menjadi daya tarik dari Jepang. Beberapa kebudayaan Jepang dalam bentuk matsuri antara lain Nebuta Matsuri, Sanja Matsuri, Takayama Matsuri, dll. Sedangkan dalam bentuk perayaan ada Ganjitsu (Tahun Baru), Setsubun (upacara mengusir iblis), O-misoka (malam tahun baru), dll. Selain itu, dalam bentuk kesenian beberapa di antaranya adalah ikebana, origami, chanoyu, dan lain sebagainya. Di Jepang, adat istiadat seperti bon Odori, o-hanami, o-tsukimi dan hal-hal yang unik lainnya memiliki makna yang dilandasi oleh suatu kepercayaan. Dari berbagai macam tradisi yang ada di Jepang, salah satu tradisi yang sampai saai ini masih dilestarikan adalah chanoyu atau biasa dikenal dengan upacara minum teh di Jepang. Dalam upacara minum teh, salah satu hal menarik adalah seni tata ruang yang dapat dilihat dalam penataan Chaniwa (taman teh) dan Chashitsu (ruang minum teh) yang digunakan untuk menyelenggarakan upacara minum teh di Jepang. Seni merupakan istilah yang identik dengan keindahan. Dalam KBBI, Seni adalah kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi (luar biasa). Selain itu, 5
6 menurut Aristoteles, seni merupakan peniruan terhadap alam namun sifatnya harus ideal. Sedangkan tata ruang secara harafiah memiliki makna cara mengatur ruang. Jadi dapat disimpulkan bahwa seni tata ruang adalah cara mengatur ruang untuk menciptakan suasana ruang yang ideal, tenang, hening dan sederhana. Y.B. Mangunwijaya dalam bukunya Wastu Citra: Pengantar ke Ilmu Budaya Bentuk Arsitektur Sendi-Sendi Filsafatnya Beserta Contoh-Contoh Praktis mengemukakan bahwa orang Jepang membangun bangunan dengan bahan-bahan yang sangat ringan, dengan kayu, bambu, jerami, kertas,dan sutera. Orang Jepang juga lebih suka pada transparan yang sangat hemat dengan bahan-bahan, seolah-olah rohani tanpa membutuhkan materi. Tata ruangan di Jepang memang menarik, memiliki konsep yang unik dan natural, selain itu kesan hangat dan nyaman sangat terasa. Bangunan Jepang pada umumnya terbuat dari kayu dan biasanya memiliki beberapa tiang penyangga. langit-langitnya tidak terlalu tinggi dan warna bangunan nampak lebih netral. Interior rumah Jepang juga minimalis, tidak terlalu banyak detail dan ornamen. Desain rumah di Jepang pada umumnya memiliki halaman atau taman. Taman tersebut tidak sekedar untuk penghias rumah. Terdapat nilai filosofi, yaitu untuk menghayati alam dan kehidupannya. Penelitian ini akan mencoba memaparkan seni tata ruang Chaniwa dan Chashitsu pada Chanoyu. Menurut Alen (1969:195) hubungan yang kuat antara struktur-struktur bangunan dengan keselarasan alam yang merupakan karakteristik orang Jepang sejak dahulu terdapat pada kuil Budha juga didasarkan atas kedekatannya dengan alam ataupun merupakan bagian dari alam. Selain itu, menurut Karou Mende yang merupakan seorang lighting designer dalam bukunya yang berjudul Designing with Light and Shadow, cahaya merupakan salah satu material dalam bangunan yang kedudukannya sejajar dengan material kayu, kaca, baja, batu bata maupun keramik. Cahaya dapat meningkatkan nilai atau bahkan justru merusak estetika dari suatu material. Oleh karena itu, dalam mendesain suatu ruangan, konsep penataan cahaya harus dimasukkan dalam perhitungan awal. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan membaca dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan topik permasalahan, baik dari buku-buku, skripsi, majalah, dan artikel-artikel yang terdapat di media elektronik. Sejarah Singkat Chanoyu (Upacara Minum Teh) Chanoyu adalah ritual tradisional Jepang dalam menyajikan teh untuk tamu. Secara harafiah, Cha no Yu memiliki arti air panas teh. Namun kemudian berkembang lebih luas menjadi upacara minum teh dalam tradisi Jepang. Chanoyu sendiri dianggap sebagai bagian dari 6
7 meditasi untuk mendapatkan keseimbangan jiwa dan ketenangan diri. Produksi teh dan tradisi minum teh dimulai sejak zaman Heian setelah teh dibawa masuk ke Jepang oleh duta kaisar yang dikirim ke dinasti Tang, Tiongkok. Teh pertama kali dikenal di Jepang sejak awal abad ke-9 pada masa Kaisar Saga ( ). Literatur klasik Nihon Kōki menulis tentang Kaisar Saga yang sangat terkesan dengan teh yang disuguhkan pendeta bernama Eichu sewaktu mengunjungi Provinsi Ōmi di tahun 815. Catatan dalam Nihon Kōki merupakan sejarah tertulis pertama tentang tradisi minum teh di Jepang. Di negri asal Eichu, China, tradisi minum teh konon telah ada sejak sebelum peradaban Masehi dimulai. Di China, teh sangat disenangi dan dihargai karena dapat digunakan sebagai obat dan mempunyai kekuatan menghilangkan rasa letih, menyenangkan dan menenangkan hati, meningkatkan stamina, dan menambah kekuatan mata. Kaum Taois memandang teh sebagai suatu bahan yang mutlak untuk meramu obat pencegah kematian. Orang Buddhis banyak memakai teh untuk menghilangkan rasa mengantuk pada waktu mereka melakukan semedhi untuk beberapa jam lamanya. (Nio Joe Lan, 1962 : 165). Sama seperti di China, kebiasaan minum teh di Jepang awalnya adalah untuk tujuan medis, namun kemudian seiring dengan berjalannya waktu, kebiasaan minum teh berkembang menjadi kegemaran lalu menjadi tradisi yang unik dalam masyarakat Jepang. Pada abad ke-14, tradisi minum teh menyebar dari kuil ke kalangan samurai kemudian menyebar ke seluruh golongan masyarakat Jepang. Awalnya, upacara minum teh diselenggarakan di sebuah ruangan kecil di dalam rumah dimana para samurai berkumpul untuk minum teh. Namun kemudian, ketika Jepang sedang mengalami masa-masa sulit akibat perang dan invasi, orang Jepang membuat ruangan terpisah untuk minum teh di kebun. Hal tersebut yang menyebabkan sampai sekarang chashitsu dibangun terpisah dengan rumah. Figur yang paling dikenal dalam dunia chanoyu pada masa berkembangnya tradisi minum teh adalah Sen no Rikyu, yang mengajarkan konsep ichi go ichi e ( 一期一会, one time, one meeting), sebuah keyakinan bahwa setiap pertemuan harus dianggap berharga, karena hal itu belum tentu dapat terulang kembali. Ajaran Sen no Rikyu tersebut menyebabkan perkembangan bentuk-bentuk baru dalam tata ruang upacara minum teh, perkebunan dan seni dalam upacara minum teh ini. Prinsip yang dianut oleh Sen no Rikyu adalah: harmoni, penghormatan (saling menghormati), kemurnian, dan ketenangan, kedamaian an keheningan menjadi prinsip dasar chanoyu. 7
8 Gambar 1. Kegiatan Upacara Minum Teh Chanoyu (Upacara Minum Teh) Upacara minum teh di Jepang banyak mengandung makna kehidupan. Setiap prosesi dalam Chanoyu mengandung makna. Prosesi saling memberi hormat antara tamu dan penerima tamu yang bermakna saling menghormati dan setiap orang harus menghormati tamu. Prosesi pemberian kue manis atau okashi yang mana harus dihabiskan oleh tamu merupakan bentuk penghargaan dari tuan rumah untuk menyambut tamu dan tamu yang mendapat okashi harus menghabiskannya sebagai rasa syukur akan jamuan dan bentuk penghormatan terhadap tuan rumah. Pada saat chajin membuat teh, setiap gerakan yang dilakukan harus hati-hati, penuh kesabaran dan tidak boleh tergesa gesa. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang harus melakukan sesuatu secara hati hati dan penuh rasa sabar. Selain itu, upacara minum teh juga dilaksanakan dengan menekankan pentingnya nilai spiritual. Komponen yang tidak kalah pentingnya dalam penyelenggaraan Chanoyu adalah Chadougu (peralatan untuk melaksanakan Chanoyu). Gaya dan motif yang digunakan dalam Chadougu biasanya disesuaikan dengan musim pada saat diselenggarakannya Chanoyu. Berikut ini adalah komponen penting Chadougu yang digunakan pada saat menggelar acara minum teh: 1. Chakin, kain putih kecil persegi panjang yang digunakan untuk mengelap mangkuk teh. 2. Chawan, mangkuk teh. Terdapat 2 jenis chawan, yaitu chawan tebal yang biasanya digunakan pada musim panas dan chawan tipis yang biasanya digunakan pada saat musim dingin. 3. Natsume (kotak teh) yang digunakan untuk menyimpan teh. 4. Chasaku (sendok teh) yang umumnya terbuat dari sepotong bambu. 5. Chasen (pengocok teh) yang digunakan untuk mencampur teh dengan air panas. 8
9 6. Furo, sejenis perapian portable yang biasa digunakan dalam chanoyu. 7. Ro, sejenis perapian yang ada di lantai yang pada musim dingin dapat pula digunakan sebagai penghangat ruangan. 8. Kama, sejenis teko untuk pemanas air. 9. Mizusashi, guci yang digunakan sebagai tempat menyimpan air putih. Upacara minum teh di Jepang terkenal dengan teknik dan tata caranya yang rumit. Perlu waktu yang cukup lama untuk mempelajarinya. Sebelum chanoyu dimulai, para tamu dipersilakan untuk menunggu di machiai (tempat menunggu) sampai tuan rumah siap untuk menyambut mereka. Setelah tuan rumah siap, para tamu akan berjalan melewati chaniwa. Sebelum memasuki chashitsu, tamu diharapkan untuk mencuci tangan dan mulut mereka dengan air yang ada dalam tsukubai (wadah batu yang digunakan untuk menampung air). Setelah mencuci tangan dan mulut, tamu melewati nijiri guchi untuk masuk ke dalam chashitsu dan memulai chanoyu. Jika seseorang sudah masuk ke dalam ruangan minum teh, dianjurkan agar tidak mengeluarkan suara untuk menjaga suasana tetap tenang. Setelah semua tamu masuk ke ruang teh, tuan rumah yang juga merupakan chajin memberikan hormat kepada semua tamu dengan sedikit membungkukkan badan. Setelah memberi hormat, maka tuan rumah akan memberikan kue kepada tamu. Perlu diperhatikan bahwa kue yang telah disajikan tidak boleh langsung dimakan. Kue baru boleh dimakan setelah minum teh. Prosesi dimulai dengan pembersihan peralatan teh yang berupa mangkuk teh, sendok teh dan lain sebagainya oleh chajin. Selanjutnya, chajin menuangkan 3 sendok teh bubuk ke dalam masing-masing mangkuk dan memasukkan air panas dari dalam ketel. Setelah air dimasukkan, chajin akan mengaduk teh dengan chasen hingga teh berbui. Tamu utama mendapatkan kesempatan pertama kali untuk minum. Apenerima teh dan chajin saling membungkukkan badan sebagai tanda penghormatan. Tamu akan mengucapkan otemae chodai itashimasu kepada chajin saat menerima teh. Sebelum meminumnnya yang pertama mendapat kesempatan menerima teh meminta ijin kepada tamu yang lain dengan membungkukkan badan dan mengucapkan osakini. Ketika kita menerima chawan teh yang diberikan oleh chajin, teh tidak boleh langsung diminum, namun harus diputar terlebih dahulu sebanyak dua kali. Begitu pula ketika mengembalikan chawan setelah teh diminum, chawan harus diputar 2 kali dengan gerakan berhenti. Hal tersebut bermaksud memperlihatkan, mengomentari, dan menghargai desain chawan. Setelah teh diminum, pinggiran chawan di lap dengan semacam tisu yang diambil dari Kimono. Setelah selesai, tamu dan chajin sama-sama membungkukkan badan sebagai tanda bahwa teh yang disajikan enak sambil mengucapkan kekkou na otemae deshita. Selain itu, cara 9
10 menyatakan enak dalam chanoyu adalah dengan menyeruput minuman di tetesan terakhir dengan kencang. Setelah teh disajikan kepada tamu dan dinikmati, chajin akan membersihkan peralatan yang digunakan selama upacara berlangsung. Tata ruang Chaniwa dan Chashitsu Dalam upacara minum teh, terdapat dua elemen yang yang cukup penting yaitu Chaniwa/ Roji dan Chashitsu. Dalam Chaniwa/Roji dan Chashitsu rancangan suatu konstruksi bangunan sangatlah diperhatikan karena Chaniwa/Roji dan Chashitsu merupakan satu kesatuan dalam Chanoyu. Tata ruang Chaniwa/Roji dan Chashitsu sendiri dipengaruhi oleh ajaran Budhha yang mempercayai bahwa kegiatan manusia merupakan sebuah kegiatan seni yang di dalamnya terdapat muatan spiritual dan memiliki nilai estetika 1. Chaniwa/Roji Berdasarkan sejarah, masyarakat Jepang sangat menyukai keindahan alam yang kemudian banyak mereka manifestasikan dengan pembuatan banyak taman. Taman di Jepang merupakan bagian dari seni yang bernilai tinggi. Orang-orang Buddha Zen sering membuat taman-taman yang indah sebagai alat bantu untuk melakukan meditasi. Taman di Jepang dibuat dengan sederhana yang bahan-bahannya diambil dari alam. Chaniwa/Roji yang biasa disebut dengan taman teh merupakan taman yang berada di sekeliling ruang teh. Chaniwa mulai dikenal pada abad ke-14 bersamaan dengan pengenalan upacara minum teh di Jepang. Taman ini merupakan chatei yang biasa dilewati untuk memasuki tempat dimana upacara minum teh akan dilangsungkan. Chaniwa dikenal zaman Azuchi- Momoyama. Suasana tenang dan hening sangat kuat dalam Chaniwa. Tujuannya adalah untuk menyiapkan mental pengunjung yang akan melaksanakan upacara minum teh. Chaniwa dibagi menjadi tiga bagian utama. Pertama adalah gerbang paling luar atau biasa disebut soto mon yang berfungsi sebagai pemisah antara chaniwa dari dunia luar. Bentuk dan desain gerbang ini sangat sederhana. Bahan bangunan diambil dari alam, seperti: kayu, bambu, jerami dan pada umumnya tidak menggunakan waran cat yang mencolok sehingga menimbulkan kesan sederhana. 10
11 Gambar 2. Soto mon Setelah tamu melewati soto mon, mereka akan memasuki bagian yang disebut dengan soto roji dimana tempat ini mengarah pada taman yang lebih luas dan merupakan bagian luar dari taman teh. Setelah semua pengunjung melewati soto mon, gerbang lalu ditutup sebagai tanda bahwa tamu telah meninggalkan dunia luar. Pada soto roji terdapat sebuah tempat duduk yang digunakan tamu untuk menunggu kedatangan tuan rumah, yang disebut koshikake machiai. Tidak jauh berbeda dengan soto mon, bahan untuk mendirikan koshikake machiai juga diambil dari alam dengan menggunakan kayu serta koshikake machiai didesain sederhana dengan tidak menambahkan ornamen atau warna yang mencolok. Hal ini sesuai dengan sifat dan karakteristik arsitektur Jepang. Keindahan taman di sekeliling soto roji dapat dinikmati oleh tamu sehingga dapat menimbulkan perasaan tenang. Pengaturan yang sederhana dan kealamian dari soto roji ini mengedepankan estetika dan muatan spiritual. Gambar 3. koshikake machiai pada soto roji 11
12 Setelah sang tuan rumah muncul, satu persatu tamu berjalan melewati jalan setapak, menuju ke gerbang tengah yang disebut chu mon. Chu mon merupakan gerbang yang memisahkan antara soto roji dan uchi roji. Setelah melewati gerbang tengah, pengunjung memasuki uchi roji atau biasa disebut sebagai roji bagian dalam. Di sini pengunjung mencuci tangan dan mulut mereka dengan air yang ada pada tsukubai sebagai simbol pensucian diri. Selanjutnya, pengunjung harus melewati pintu masuk yang disebut nijiri guchi. Nijiri guchi dibuat sedikit rendah sehingga setiap pengunjung harus membungkuk untuk dapat melewatinya. Ini adalah salah satu hal penting sebelum memasuki chashitsu. Setiap orang yang akan memasuki ruang minum teh harus membungkuk atau memberi hormat terlebih dahulu, yang melambangkan bahwa setiap orang yang memasuki ruangan minum teh kedudukannya sama, tidak peduli apa status sosialnya. Gambar 4. h on Gambar 5. Nijiri guchi Bagian taman lain yang menjadi ciri khas pada roji adalah adanya jalan setapak yang dilengkapi dengan batu-batu pijakan atau yang biasa disebut dengan Tobi Ishi. Tobi Ishi merupakan komponen utama dalam Chaniwa/roji. Susunan batu pijakan dimaksudkan untuk mengatur kecepatan langkah orang yang menuju chashitsu. Batu pijakan ini juga dapat disebut nori no ishi yang berarti sebagai penunjuk jalan ke tempat tujuan tamu. Penempatan tanaman dan batu ditentukan oleh masing-masing aliran upacara minum teh. Tobi ishi dalam gaya Rikyu pada umumnya memiliki ketebalan 2 inchi dari permukaan tanah. Berbeda lagi dengan gaya Oribe dan 12
13 gaya Enshuu. Pada gaya Oribe, ketebalan batu 1,5 inchi dari permukaan tanah, dan pada gaya Enshuu ketebalan batu 1 inchi dari permukaan tanah. Pada persimpangan jalur terdapat batu yang disebut dengan fumiwake ishi. Dalam fumiwake ishi, batu yang digunakan biasanya lebih lebar dan lebih tinggi dari batu lainnya. Gambar 6. Tobi Ishi Taman dalam chanoyu dilengkapi dengan tsukubai (wadah batu berisi air) dan lentera batu atau biasa disebut dengan tourou. Tsukubai merupakan kolam kecil yang biasanya terdapat di kuil-kuil Buddha. Selain di kuil Buddha, tsukubai juga merupakan komponen penting dalam Chaniwa. Fungsi dari tsukubai dalam upacara minum teh di Jepang adalah untuk mensucikan diri dengan membasuh tangan dan berkumur. Tsukubai biasanya terbuat dari batu dan dilengkapi dengan gayung kecil untuk menciduk air. Air dialirkan melalui sebuah pipa bambu yang disebut kakei. Selain tsukubai, dalam chaniwa juga terdapat tourou atau lentera batu. Lentera batu ini berasal dari tradisi China yang berfungsi untuk penerangan di malam hari. Selain sebagai penerang, tourou juga digunakan sebagai hiasan dalam chaniwa. Saat ini lentera batu mulai dijadikan dekorasi standar di taman teh. 2. Chashitsu Chashitsu atau ruang teh khusus didisain untuk upacara minum teh. Chashitsu ini tidaklah seperti ruangan pada umumnya. Tata ruangnya memiliki sejarah yang mengajarkan tentang ajaran Buddha dan dapat membuat orang merasa menjadi bagian dari alam. Upacara minum teh adalah bagian penting dari kebudayaan Jepang dan dianggap sebagai bentuk meditasi. Segala 13
14 peralatan yang digunakan, persiapan dalam menyiapkan teh, serta gerak tubuh dan dekorasi merupakan bagian dari ritual. Cara pembuatan Chashitsu dapat mempengaruhi kelangsungan upacara minum teh. Pada zaman dahulu seorang biarawan Zen beranggapan bahwa jika chashitsu tidak dibangun dengan benar, upacara minum teh tidak akan berhasil. Oleh sebab itu, pada masa lalu chashitsu hanya boleh dibangun oleh orang yang dapat mengidentifikasi apakah chashitsu tersebut selaras dengan alam dan sebagaimana semestinya. Ruang teh yang ideal adalah rumah teh yang alami, menyatu dengan lanskap yang mengelilinginya dan seolah-olah ruang teh telah dibangun oleh alam itu sendiri. Warna pada chashitsu haruslah netral dan jendela harus memungkinkan cahaya untuk masuk. Dekorasi sederhana dengan beberapa gambar di dinding, tatami dan tidak ada furnitur. Ruang kosong merupakan konsep penting dari estetika Jepang karena menggambarkan kekosongan pikiran yang merupakan persyaratan untuk mencapai konsentrasi selama upacara minum teh berlangsung. Oleh karena itu, para tamu tidak boleh terganggu oleh dekorasi atau perabot. Hal ini dianggap dapat merusak spirit dari ritual minum teh. Langit-langit pada chashitsu dibuat rendah dan tamu harus membungkuk untuk melewati nijiri guchi yang melambangkan bahwa setiap orang yang memasuki ruangan minum teh kedudukannya sama, tidak peduli apa status sosialnya. Dalam chanoyu terdapat dua jenis chashitsu. Pertama adalah sukiya yang merupakan bangunan tersendiri yang dibangun khusus untuk chanoyu. Sedangkan yang kedua adalah chaseki atau ruangan yang berada dalam sebuah bangunan yang dikhususkan untuk melakukan chanoyu. Berdasarkan luasnya, sukiya dibagi menjadi tiga jenis. Ukuran yang biasa digunakan pada chashitsu jenis sukiya adalah ruangan yang seluas 41/2 tatami atau biasa disebut dengan yojouhan. Kedua disebut dengan koma jika ruangan yang digunakan luasnya kurang dari 41/2 tatami. Terakhir adalah hiroma yang luasnya lebih dari 41/2 tatami. Dalam chashitsu tidak ada tata letak yang tetap, namun terdapat beberapa komponen penting yang harus ada dalam chashitsu. Pertama, sodouguchi atau yang biasa disebut pintu masuk untuk tuan rumah dan digunakan untuk membawa chadougu keluar dan masuk ke dalam chashitsu. Sodouguchi pada umumnya berupa pintu geser atau fusuma. Selain itu, tokonoma yaitu sebuah sudut di chashitsu yang pada umumnya digunakan sebagai tempat untuk meletakkan kakejiku (lukisan dinding) dan chabana (bunga) 14
15 Gambar 7. Chashitsu Kakejiku adalah ornamen berupa gulungan lukisan dinding atau kaligrafi yang digantung dalam chashitsu. Kekuatan kaligrafi bukan hanya dari bentuk huruf yang indah. Kaligrafi pada kakejiku memiliki kandungan makna dari kata-kata berupa petuah yang bijak. Kaligrafi yang ditulis dalam kakejiku biasanya berupa waka, puisi dan frase Zen yang ditulis oleh biarawan. Selain kaligrafi, kakejiku juga bisa berupa lukisan pemandangan alam, bunga, burung, dan lain sebagainya. Terdapat nilai filosofi dalam kakejiku tersebut, yaitu untuk menghayati alam dan kehidupannya. Di Jepang, terdapat dua jenis kakejiku yaitu tatejiku (gulungan yang digantung secara vertikal) dan yokojiku (gulungan yang digantung secara horizontal). Namun dalam upacara minum teh pada umumnya pemilik rumah menggunakan tatejiku karena yokojiku dianggap kurang sesuai untuk upacara minum teh. Terdapat beberapa jenis tatejiku berbentuk kaligrafi yang terdapat dalam upacara minum teh. Pertama Bokuseki, yaitu kaligrafi yang merupakan tulisan dari para pendeta Zen. Kedua adalah Kohitsu, yaitu kaligrafi yang ditulis oleh kaisar atau bangsawan. Ketiga adalah Gasan yaitu kaligrafi yang berbentuk puisi yang ditulis oleh Tea Master dan berisi tentang pandangan mengenai upacara minum teh. Selain itu, ada juga tatejiku dalam bentuk lukisan, yaitu Kara-e dan Suiboku. Kara-e merupakan lukisan yang melukiskan tentang alam. Lalu Suiboku yaitu lukisan yang dibuat dengan arang sehingga warna dalam lukisan tersebut hitam putih yang menggambarkan kesederhanaan. Selain Kakejiku, dalam Chashitsu terdapat Chabana. Chabana merupakan hiasan rangkaian bunga yang terdapat dalam chashitsu. Chabana diambil dari kata cha yang berarti teh dan hana yang berarti bunga. Chabana merupakan rangkaian bunga sederhana yang dirangkai dengan sedikit bunga dan biasanya ditempatkan dalam sebuah wadah yang terbuat dari bahan alami seperti bambu atau keramik. Chabana bersifat informal, dirangkai secara bebas dan 15
16 tidak ada aturan khusus dalam merangkainya. Bunga pada chabana biasanya menggunakan bunga musiman atau bunga-bunga liar yang memperlihatkan keindahan alam dengan kesederhanaan. Keseimbangan merupakan unsur penting dalam keindahan chabana, yaitu bentuk chabana yang seimbang dengan unsur-unsur yang ada di alam. Selain itu, chabana yang tampil apa adanya menampilkan suatu bentuk keindahan. Menyatu dengan alam merupakan hal yang menimbulkan segi-segi keindahan bagi orang Jepang. Penutup Dari berbagai macam kebudayaan yang ada di Jepang, salah satu tradisi yang hingga kini masih dilestarikan adalah chanoyu atau biasa dikenal dengan upacara minum teh. Chanoyu adalah ritual tradisional Jepang dalam menyajikan teh untuk tamu. Kebiasaan minum teh di Jepang awalnya adalah untuk tujuan medis, namun kemudian seiring dengan berjalannya waktu, kebiasaan minum teh berkembang menjadi kegemaran lalu menjadi tradisi yang unik dalam masyarakat Jepang. Figur yang paling dikenal dalam dunia chanoyu saat itu adalah Sen no Rikyu, yang mengajarkan konsep ichi go ichi e ( 一期一会, one time, one meeting), sebuah keyakinan bahwa setiap pertemuan harus dianggap berharga, karena hal itu belum tentu dapat terulang kembali. Komponen yang tidak kalah pentingnya dalam penyelenggaraan Chanoyu adalah Chadougu, chaniwa dan chashitsu yang setiap hal di dalamnya memiliki nilai estetika dan muatan spiritual. Chaniwa dibagi menjadi beberapa bagian utama. yaitu soto mon yang merupakan gerbang paling luar, chu mon yang merupakan pemisah antara soto roji dan uchi roji. Lalu ada nijiri guchi yang merupakan pemisah antara uchi roji dan chashitsu. Dalam chaniwa terdapat beberapa komponen yang harus ada seperti machiai yang digunakan para tamu untuk menunggu tuan rumah sebelum diselenggarakannya chanoyu. Tobi ishi yang berfungsi sebagai pengatur kecepatan langkah menuju chashitsu. Tsukubai sebagai tempat air untuk membasuh tangan dan berkumur serta ada tourou atau lentera batu yang berfungsi sebagai penerangan di malam hari. Selain chaniwa, komponen lain yang tidak kalah penting adalah chashitsu atau ruang teh tempat diselenggarakannya upacara minum teh. Ruang teh yang ideal adalah ruangan yang alami, memiliki dekorasi yang sederhana dengan beberapa gambar di dinding, tatami dan tidak ada perabot. Hal tersebut bertujuan agar tamu yang berada di dalam chashitsu dapat menghayati setiap prosesi upacara dan tidak terganggu oleh dekorasi dan perabot. Dalam chashitsu tidak ada tata letak yang tetap namun terdapat beberapa komponen yang harus ada dalam chashitsu yaitu sodouguchi, tokonoma serta di dalam tokonoma terdapat kakejiku dan chabana. 16
17 Daftar Pustaka A.L. Sadler, M.A. (1962). Cha no Yu The Japanese Tea Ceremony. Tokyo: Charles E. Tuttle Co Gunawan, Indra. (2005). Kisah-Kisah Kebijaksanaan Zen Melaui Cerita Mencari Pencerahan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Hadiwijono, Harun. (2008). Agama Hindu dan Buddha. Jakarta: Gunung Mulia Keane, Marc P. (1999). Japanese Garden Design. Singapore: Tuttle Publishing Co.Inc Keene, Michael. (2006). World Religion. England: Lion Publishing plc Mangunwijaya, Y.B. (2009). Wastu Citra: Pengantar ke Ilmu Budaya Bentuk Arsitektur Sendi- Sendi Filsafatnya Beserta Contoh-Contoh Praktis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Mende, Kaoru. (2000). Designing With Light and Shadow. Australia: The Images Publishing Group Pty Ltd Nishi, Kazuo dan Hozumi, Kazuo. (1983). What is Japanese Architecture? A Survey of Traditional Japanese Architecture. Tokyo: Shoukokusha Publishing Co.,Ltd Situmorang, Hamzon. (2009). Ilmu Kejepangan 1. Medan: USU Press Suzuki, Daiset Z. (1959). Zen and Japanese Culture. New York: Bollingen Foundation Inc Varley, H Paul dan Isao, Kamakura. (1994). Tea in Japan : Essays on the History of Chanoyu. USA: University of Hawai'i Press Watloly, Aholiab. (2001). Tanggung Jawab Pengetahuan: Mempertimbangkan Epistemologi Secara Kultural. Yogyakarta:Yayasan Adikarya IKAPI
18 LAMPIRAN Chakin Chasaku Chasen Chawan 18
19 Furo Kama Mizusashi Natsume 19
20 Ro Tourou tsukubai 20
Abstraksi. Kata kunci : chanoyu,chashitsu dan Zen.
Abstraksi Negara Jepang memiliki berbagai macam kebudayaan salah satunya yang sangat terkenal dan menjadi tradisi adalah upacara minum teh atau chanoyu. Chanoyu adalah ritual tradisional Jepang dalam menyajikan
Lebih terperinciBab 3. Analisis Data. Dalam melaksanakan chanoyu dibutuhkan sebuah persipan-persiapan kecil baik dari
Bab 3 Analisis Data 3.1 Tahap Persiapan Sebelum Melaksanakan Chanoyu Dalam melaksanakan chanoyu dibutuhkan sebuah persipan-persiapan kecil baik dari tuan rumah itu sendiri maupun tamu yang akan mengikuti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam masyarakat Jepang. Sadō yang disebut juga Cha no yu adalah etika
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Sadō merupakan salah satu kesenian yang masih menjadi tradisi dalam masyarakat Jepang. Sadō yang disebut juga Cha no yu adalah etika tradisional dalam menyajikan
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. (ikebana, origami, ukiyo-e), kerajinan tangan (pahatan, tembikar), persembahan (boneka
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang memiliki berbagai macam budaya yang orisinil dan unik seperti dalam seni (ikebana, origami, ukiyo-e), kerajinan tangan (pahatan, tembikar), persembahan (boneka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Meskipun peradaban Jepang kuno sebagian dibangun diatas budayabudaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang mempunyai bermacam-macam kebudayaan. Meskipun peradaban Jepang kuno sebagian dibangun diatas budayabudaya yang diperkenalkan
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. kepulauan di Asia Timur dengan ibukota Tokyo. Jepang merupakan salah satu negara
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Jepang atau disebut juga dengan 日本 (Nippon/Nihon) adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur dengan ibukota Tokyo. Jepang merupakan salah satu negara
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. menyajikan teh untuk tamu. Chanoyu dilihat dari karakter huruf kanjinya terdiri dari
Bab 5 Ringkasan Upacara minum teh atau chanoyu ( 茶の湯 ) adalah ritual tradisional Jepang dalam menyajikan teh untuk tamu. Chanoyu dilihat dari karakter huruf kanjinya terdiri dari huruf-huruf sebagai berikut
Lebih terperinciBab 3. Analisis Data. Dalam bab ini penulis akan menganalisis unsur Zen pada arsitektur Chashitsu
Bab 3 Analisis Data Dalam bab ini penulis akan menganalisis unsur Zen pada arsitektur Chashitsu bergaya souan yang berluas yojouhan, dengan menggunakan tujuh karakteristik Zen. Penulis akan menganalisisnya
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Jepang memiliki berbagai keunikan dalam kehidupan mereka,
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bangsa Jepang memiliki berbagai keunikan dalam kehidupan mereka, khususnya dalam kebudayaan. Festival, makanan, tarian, drama dan upacara adatnya memiliki makna dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mana tanaman dan bunga-bunga tersebut dapat tumbuh dan hidup. Jepang juga disebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah Negara kepulauan yang indah, didukung dengan empat musim yang bergantian secara teratur dan berkala menjadikan alam Jepang ditumbuhi dengan tanaman dan
Lebih terperinciAbstraksi. Kata kunci : roji, chaniwa, chanoyu, dan Zen.
Abstraksi Roji memiliki peranan penting dalam pelaksanaan upacara minum teh atau chanoyu. Roji merupakan istilah untuk taman teh atau chaniwa. Dikatakan memiliki peranan penting dalam chanoyu, karena roji
Lebih terperinciIV. ANALISIS KARYA. di kota Surakarta. Penulis tertarik memvisualisasikan tradisi upacara minum teh
IV. ANALISIS KARYA Pada Bab ini, penulis menampilkan hasil karya beserta deskripsi dari masing-masing judul karya. Karya-karya ini terinspirasi dari upacara minum teh Jepang yang sering dijumpai pada festival
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Negara Jepang yang terletak di daerah curah hujan yang tinggi, memiliki empat
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang yang terletak di daerah curah hujan yang tinggi, memiliki empat musim, yaitu: musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin. Yang dalam jangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaankebudayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Jepang merupakan negara yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaankebudayaan tersebut sampai sekarang masih berlaku dalam masyarakat Jepang. Dalam kebudayaan Jepang
Lebih terperinciPENERAPAN PRINSIP BUDDHA ZEN DALAM UPACARA CHANOYU ALIRAN URASENKE ABSTRAK ABSTRACT
PENERAPAN PRINSIP BUDDHA ZEN DALAM UPACARA CHANOYU ALIRAN URASENKE The Application of Zen Buddhism Principles in Urasenke Style Tea Ceremony Widya Magdalena dan Budi Santoso Program Studi Sasta Jepang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makan adalah kebutuhan dasar manusia agar dapat tetap hidup. Di seluruh dunia, ada banyak tempat dengan jenis makanan, cara makan, dan suasana. Selain dari segi makanan,
Lebih terperinciREVIEW PROGRAM. Student Workshop and Short Course Culture
REVIEW PROGRAM Student Workshop and Short Course Culture (SWSC JAPAN 2015) 17-20 September 2015 Student Workshop and Short Course Culture Program kursus budaya yang diselenggarakan oleh Gotravindo bekerja
Lebih terperinciKESEDERHANAAN WABICHA DALAM UPACARA MINUM TEH JEPANG
KESEDERHANAAN WABICHA DALAM UPACARA MINUM TEH JEPANG Fajria Noviana Program Studi Bahasa dan Sastra Jepang FIB Universitas Diponegoro Email: fajria_noviana@yahoo.com ABSTRACT The Japanese tea ceremony
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jepang merupakan salah satu negara yang mempunyai kebudayaan dan tradisi yang cukup dikenal oleh negara lain. Kebudayaan Jepang berhasil disebarkan ke berbagai negara
Lebih terperinciKESEDERHANAAN WABICHA DALAM UPACARA MINUM TEH JEPANG
KESEDERHANAAN WABICHA DALAM UPACARA MINUM TEH JEPANG KESEDERHANAAN WABICHA DALAM UPACARA MINUM TEH JEPANG Fajria Noviana Program Studi Bahasa dan Sastra Jepang FIB Universitas Diponegoro Email: fajria_noviana@yahoo.com
Lebih terperinciELEMEN PEMBENTUK RUANG INTERIOR
ELEMEN PEMBENTUK RUANG INTERIOR Ruangan interior dibentuk oleh beberapa bidang dua dimensi, yaitu lantai, dinding, plafon serta bukaan pintu dan jendela. Menurut Wicaksono dan Tisnawati (2014), apabila
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang memiliki kekayaan teknologi yang berkembang pesat dikarenakan adanya sumber daya manusia
Lebih terperinciII. KAJIAN PUSTAKA. apakah perbedaan penyebutan sadō dan chanoyu. Arti kata chanoyu. secara harafiah yaitu air panas untuk teh. Chanoyu mempunyai nama
II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan Istilah sadō atau chanoyu mengundang banyak pertanyaan seperti apakah perbedaan penyebutan sadō dan chanoyu. Arti kata chanoyu secara harafiah yaitu air
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau mengandung maksud tertentu, tanda pengenal yang tetap (menyatakan sifat dan keadaan).
Lebih terperinciIII. METODE PENCIPTAAN. a. Sejarah Minuman Teh di Jepang
III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik a. Sejarah Minuman Teh di Jepang Sepanjang sejarah, Jepang telah banyak menyerap gagasangagasan dari berbagai negara lain, seperti teknologi,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tradisi dan sopan serta memiliki berbagai kelebihan. Hal ini menimbulkan kesan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Citra Jepang di mata dunia Internasional adalah baik, dalam arti memiliki kesan bahwa orang Jepang yang penuh dengan tradisi yang kental, menghargai tradisi dan sopan
Lebih terperinciKLINIK ULTRAMODERN Penulis : Imelda Anwar Fotografer : M. Ifran Nurdin
01 02 KLINIK ULTRAMODERN Penulis : Imelda Anwar Fotografer : M. Ifran Nurdin Good design is good business. Inilah yang terwujud pada desain klinik yang berhasil mengakomodasi kegiatan konsultasi dokter
Lebih terperinciESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR
ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR Jolanda Srisusana Atmadjaja Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian karya arsitektur dapat dilakukan melalui
Lebih terperinciKeywords: restaurant, facilities, process, origami
ABSTRACT At present, Japanese food is in the lead and thus there are a great number of Japanese Restaurants in Indonesia, particularly in Bandung. As such, the Japanese restaurants exist without any added
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Latar Belakang Wallpaper adalah sejenis bahan yang digunakan untuk melapisi dan menghias dinding untuk kebutuhan interior rumah, kantor, atau fungsi bangunan
Lebih terperinciSEJARAH ARSITEKTUR JEPANG
SEJARAH ARSITEKTUR JEPANG RUMAH TRADISIONAL JEPANG Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur GEOGRAFIS NEGARA JEPANG Jepang terletak di zona gunung berapi yang di atas Lilitan Gunung Berapi Pasifik (Pasifik
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan
305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Project Pada zaman sekarang ini, manusia selalu memperoleh tekanan untuk bertahan hidup. Tekanan untuk bertahan hidup ini mendorong manusia
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Masjid merupakan tempat peribadatan umat muslim yang dapat kita temukan di mana-mana di seluruh dunia. Masjid selain sebgai tempat peribadatan juga telah menjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adalah km.negara Jepang terdiri dari 4 pulau yaitu: Honshu, Shikoku, Kyushu,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara kepulauan yang terletak disebelah timur benua Asia, dengan pulau yang memanjang lebih dari 45 LU dan 20 LS. Luas wilayah Jepang adalah 378.000
Lebih terperinciMAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan
MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang EKONOMI SOSIAL POLITIK INDUSTRI PARIWISATA BUDAYA mengalami perkembangan mengikuti kemajuan zaman meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Kebudayaan Jepang dipengaruhi oleh karakteristik geografis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Jepang adalah sebuah bangsa yang menyimpan keunikan pada hal kebudayaan. Kebudayaan Jepang dipengaruhi oleh karakteristik geografis negaranya serta adanya pengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Gereja merupakan bangunan ibadat umat kristiani yang mewadahi kegiatan spiritual bagi jemaatnya. Berbagai bentuk desain gereja telah tercipta sejak berabad-abad silam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM SEJARAH TEH DAN UPACARA MINUM TEH DI JEPANG. yang tidak berubah. Salah satunya adalah minum teh. Tradisi ini agak sulit
BAB II TINJAUAN UMUM SEJARAH TEH DAN UPACARA MINUM TEH DI JEPANG 2.1. Tinjauan Umum Minum Teh Di tengah gaya hidup modern, ternyata masih ada tradisi dari masa lalu yang tidak berubah. Salah satunya adalah
Lebih terperinciJawa Timur secara umum
Jawa Timur secara umum Rumah Joglo secara umum mempunyai denah berbentuk bujur sangkar, mempunyai empat buah tiang pokok ditengah peruangannya yang biasa disebut sebagai saka guru. Saka guru berfungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Kagoshima pada tahun 1549, menjadikan banyak warga Jepang memeluk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedatangan seorang misionaris asal Portugis bernama Fransiskus Xaverius di Kagoshima pada tahun 1549, menjadikan banyak warga Jepang memeluk agama Kristen dan jumlahnya
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KERAMIK JEPANG
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KERAMIK JEPANG 2.1. Klasifikasi Keramik Sifat yang paling umum dan mudah dilihat secara fisik pada keramik adalah rapuh (britle) seperti barang pecah belah, gelas, kendi, gerabah,
Lebih terperinciTEoRI DAN DeSAIN TERPILIH
TEoRI DAN DeSAIN TERPILIH ARFIEL ZAQTA SURYA 13-57 Teori dan konsep interior desain merupakan sebuah gagasan atau dasar pemikiran desainer di dalam memecahkan permasalahn atau problem desain. Konsep desain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Alasan Pemilihan Judul. Jepang adalah sebuah bangsa yang menyimpan keunikan pada hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul Jepang adalah sebuah bangsa yang menyimpan keunikan pada hal kebudayaan. Kebudayaan Jepang dipengaruhi oleh karakteristik geografis negaranya serta adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu
Lebih terperinciUCAPAN TERIMA KASIH. nikmat dan karunianya, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
ABSTRAKSI Seni merangkai bunga Ikebana dan seni upacara minum teh Chanoyu adalah merupakan seni estetik Jepang yang saling berhubungan. Di dalam kedua seni ini menggambarkan kecintaan bangsa Jepang akan
Lebih terperinciBayanaka Canggu. tentang sebuah rumah peristirahatan di Bali, 2007 oleh: Fransiska Prihadi 1
Bayanaka Canggu tentang sebuah rumah peristirahatan di Bali, 2007 oleh: Fransiska Prihadi 1 Sebuah harmoni dalam karya arsitektur tercipta ketika seluruh unsur dalam bangunan termasuk konsep arsitektur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menurut Amos Rapoport arsitektur dibentuk dari latar belakang kebudayaan dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi dua bagian
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Ide Perancangan Desain Setiap keluarga memiliki kebiasaan yang berbeda, kebiasaan-kebiasaan ini secara tidak langsung menjadi acuan dalam memilih furnitur yang ada di dalam
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. masyarakat Jepang yang pada perayaan shougatsu terdapat berbagai macam jenis
Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Oshougatsu atau lebih dikenal dengan shougatsu adalah perayaan tahun baru masyarakat Jepang yang pada perayaan shougatsu terdapat berbagai macam jenis dekorasi-dekorasi
Lebih terperinciBAB III KONSEP PERANCANGAN
BAB III KONSEP PERANCANGAN Dalam perancangan pusat Informasi dan kegiatan Muslim Tionghoa Lau Tze ini, banyak hal hal yang telah di jelaskan pada bab bab sebelumnya yang akan diterapkan pada perancangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Jepang terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah olahraga. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu olahraga.
Lebih terperinciNatural Friendly Neoclassical Style. Architecture
Architecture Natural Friendly Neoclassical Style Teks: Widya Prawira Foto: BambangPurwanto Desain rumah yang everlasting dengan mengoptimalkan potensi lingkungan, menjadikan rumah ini bersahabat dengan
Lebih terperinciEksotisme & GALLERY. Vol. 13 No. 05 Mei 2012
Eksotisme KONSEP RESTO & GALLERY Penulis Qisthi Jihan Fotografer Ahkamul Hakim Berwisata kuliner di Bali, tidak sekadar mencari makanan yang nikmat, tetapi kebanyakan dari pengunjung juga mencari sebuah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kimono merupakan pakaian tradisional sekaligus pakaian nasional Jepang.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimono merupakan pakaian tradisional sekaligus pakaian nasional Jepang. Perkembangan Jepang yang begitu pesat dalam berbagai bidang, salah satunya bidang fashion,
Lebih terperinciTaman tradisional Jepang Artbanu Wishnu Aji
Taman Cahya Pustaka tradisional Jepang Artbanu Wishnu Aji Artbanu Wishnu Aji I 2016 Artbanu Wishnu Aji ISBN 978-602-73640-1-1 Foto Sampul : Komposisi batu segitiga di Taman Daisen-in oleh : Artbanu Wishnu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,
Lebih terperinciMereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka. 1 Dalam membuat suatu M
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Asmat adalah suku terbesar di Irian Jaya yang terkenal dengan seni pahatan kayunya. Uniknya, ketika mereka membuat ukiran tersebut, mereka tidak membuat sketsa
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN KHUSUS
BAB IV TINJAUAN KHUSUS 4.1. Perencanaan Bahan 4.1.1. Perencanaan Lantai Lantai dasar difungsikan untuk area parkir mobil, area service, pantry, ruang tamu, ruang makan, ruang keluarga, kamar mandi tamu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap
Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap kehidupan bangsanya. Hal ini dapat dilihat pada sejarah, tabiat dan watak bangsa tersebut.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu yang paling populer ialah seni minum teh.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seni sebagai suatu bentuk ekspresi seniman. Ada berbagai jenis kesenian yang dapat dijumpai seperti seni musik, seni tari, seni lukis, dan sebaginya. Salah satu yang
Lebih terperinciMeiji Jinggu.
Meiji Jinggu Meiji Jinggu (Meiji Shrine) adalah kuil bersejarah yang lokasinya di belakang stasiun Harajuku dan berlawanan arah dengan Takeshita Dori. Jika berjalan kaki dari stasiun ini maka diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah Negara dengan latar belakang budaya yang majemuk. mulai dari kehidupan masyarakat, sampai pada kehidupan budayanya. Terutama pada budaya keseniannya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1-1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat dikenal sebagai Kota Parahyangan/Tatar Sunda, yang berarti tempat para Rahyang/Hyang bersemayam. Menurut cerita cerita masyarakat kuno, Tatar Parahyangan
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN. Bagan 4.1 Kerangka Berpikir Konsep
BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Kerangka Berpikir Konsep Bagan 4.1 Kerangka Berpikir Konsep 105 106 Dari kerangka berpikir diatas dapat penulis memilih konsep Batik Pekalongan : The Diversity of Culture
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
Lebih terperinciAPARTEMEN. LU 74 m 2
LU 74 m 2 Area makan dengan meja yang menyatu dengan kabinet dapur. Di area ini, setiap jengkalnya dimanfaatkan optimal sebagai tempat penyimpanan. Saat tidak digunakan, meja makan dapat dilipat ke atas
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep/Citra Ruang Citra atau image yang digunakan dalam mendukung karakter desain adalah modern natural with batavian etnic, dengan menggunakan bentuk bentuk yang geometris
Lebih terperinciKONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center
KONSEP RANCANGAN Latar Belakang Surabaya semakin banyak berdiri gedung gedung pencakar langit dengan style bangunan bergaya modern minimalis. Dengan semakin banyaknya bangunan dengan style modern minimalis
Lebih terperinciTUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA
TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA Nama : Muhammad Bagus Zulmi Kelas : X 4 MIA No : 23 SENI RUPA Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan
Lebih terperinciAspek Konsep Utama Theravada : Bagan 5.2. Kerangka Pikir Konsep dari Aspek Theravada Konsep ini muncul dari tiga elemen penting dalam interior yaitu e
BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR V.1. Konsep Perencanaan Interior Aspek Manusia : Bagan 5.1. Kerangka Pikir Konsep dari Aspek Manusia 54 Aspek Konsep Utama Theravada : Bagan 5.2. Kerangka Pikir Konsep
Lebih terperinciBAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT SENI RUPA DI YOGYAKARTA DENGAN ANALOGI BENTUK
BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT SENI RUPA DI YOGYAKARTA DENGAN ANALOGI BENTUK V.1 Konsep dasar VI.1 Konsep Ruang pada Pusat Seni Rupa di Yogyakarta dengan Analogi Bentuk Tata Ruang adalah
Lebih terperinciJenis Etalase Toko Menurut Sistem Penataan
Jenis Etalase Toko Menurut Sistem Penataan Oleh Suciati, S.Pd., M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UPI a. Etalase Sistem Terbuka Etalase sistem terbuka merupakan etalase yang sifatnya terbuka
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan
533 BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan sebagai landasan relasi manusia-tuhan-alam semesta.
Lebih terperinciPENERAPAN UKIRAN MADURA PADA INTERIOR GALERI BATIK DI BANGKALAN PLAZA MADURA
PENERAPAN UKIRAN MADURA PADA INTERIOR GALERI BATIK DI BANGKALAN PLAZA MADURA Karina Yunita Sari, Chairil B. Amiuza, Noviani Suryasari Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167,
Lebih terperinciGambar 5. 1 Citra ruang 1 Gambar 5. 2 Citra ruang 2 2. Lounge Lounge merupakan salah satu area dimana pengunjung dapat bersantai dan bersosialisasi de
BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR 5.1 Konsep Citra Ruang Konsep citra ruang yang ingin dicapai adalah ruangan yang memberikan suasana kondusif kepada pengguna perpustakaan. citra ruang dimana pengguna
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan Skripsi. yang pesat dalam dunia industri, serta eksistensi agama Buddha menjadi salah satu
Bab 5 Ringkasan Skripsi Jepang adalah salah satu negara maju di dunia dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dalam dunia industri, serta eksistensi agama Buddha menjadi salah satu faktor penting yang menyertai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tokyo merupakan ibu kota Jepang dan memiliki jumlah penduduk yang terbanyak di dunia. Pada tahun 2014, tercatat bahwa wilayah Tokyo memiliki populasi penduduk sekitar
Lebih terperinciEKSTERIOR SIANG HARI
1. RUSTIC. Konsep rustic adalah konsep yang berbasis pada kesadaran lingkungan, dan dideskripsikan sebagai gaya yang menekankan pada unsur alam serta elemen yang belum terfabrikasi. Desain interior rustic
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan merupakan salah satu jenis makhluk hidup yang ada di alam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tumbuhan merupakan salah satu jenis makhluk hidup yang ada di alam semesta. Dari beberapa sumber jurnal yang didapat oleh penulis dari internet, defenisi tumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kata songket. Tanjung Pura Langkat merupakan pusat Pemerintahan Kesultanan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata songket memiliki banyak definisi dari beberapa beberapa para ahli yang telah mengadakan penelitian dan pengamatan terhadap kain songket. Menurut para ahli
Lebih terperinciBAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI
BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Konsep adalah suatu abstraksi untuk menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Lebih terperinciSeminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya
PENERAPAN DESAIN DALAM RANGKAIAN BUNGA SEBAGAI PELENGKAP DEKORASI RUANG Arita Puspitorini PKK Abstrak, Bunga sejak dulu hingga kini memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, karena bunga dirangkai
Lebih terperinciRumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar
Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar Oleh : Naya Maria Manoi nayamanoi@gmail.com Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK Arsitektur tradisional Bali merupakan budaya
Lebih terperinciGriya Asri The Arsana Estate Edition 2008
Griya Asri The Arsana Estate Edition 2008 Paduan Villa dan Alam yang Menakjubkan Penulis: Yosi Wyoso Fotografer: Sjahrial Iqbal, Yosi Wyoso dan Istimewa Bayangkan suasana sebuah sebuah vila yang memiliki
Lebih terperinciBab 3. Analisis Data. Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat
Bab 3 Analisis Data Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat dalam Jidai matsuri, berdasarkan empat unsur penting dalam matsuri yang sesuai dengan konsep Shinto. Empat
Lebih terperinciBAB IV KONSEP 4.1 IDE AWAL
BAB IV KONSEP 4.1 IDE AWAL Gedung Auditorium Musik Bandung ini merupakan fasilitas yang diperuntukkan kepada kaum remaja di Bandung. Kaum remaja yang senang berekspresi menjadi pertimbangan dalam pencarian
Lebih terperinciPerancangan Interior Perpustakaan Umum di Surabaya
JURNAL INTRA Vol. 1, No. 2, (2013) 1-5 1 Perancangan Interior Perpustakaan Umum di Surabaya Yustin Anggraeni Gunawan Program Studi Desain Interior, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya
Lebih terperinciPERAN MEBEL SEBAGAI KOMPONEN INTERIOR
638 PERAN MEBEL SEBAGAI KOMPONEN INTERIOR PERAN MEBEL SEBAGAI KOMPONEN INTERIOR Heru Pradana Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain InterStudi Jl. Kapten Tendean No. 2 Kebayoran Baru Jakarta
Lebih terperincidisamping didasarkan pada aspek kebudayaan juga dipertimbangkan dari sifat bahan dan
Gambar 40. Perletakan tiang, dinding, dan lantai Masjid Agung kasepuhan. (sumber, data survey lapangan). Perletakkan, pemilihan bahan, dan penerapan konstruksi untuk komponen bangunan masjid, disamping
Lebih terperinciLEMBAGA INDONESIA - JEPANG DI YOGYAKARTA
LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN LEMBAGA INDONESIA - JEPANG DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA-1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA TEKNIK
Lebih terperinciBAB III KONSEP PERANCANGAN A.
BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang beraneka ragam, salah satu hasil budaya tersebut adalah batik. Batik merupakan warisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Setiap suku memiliki kebudayaan, tradisi
Lebih terperinciKonsep Tata Masa. Parkir. Green area. Green area
Konsep Tata Masa 1. Bagian Barat langgar 2. Bagian Utara Rumah induk 3. Bagian Selatan Rumah 4. Bagian Timur kandang & Dapur Parkir Green area Konsep tata masa dalam perancangan taman wisata budaya mengutip
Lebih terperinciBAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya
BAB V KAJIAN TEORI 5. V 5.1. Kajian Teori Penekanan /Tema Desain Tema desain yang digunakan pada bangunan Pusat Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam penggunaan tema arsitektur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jepang adalah Negara yang kaya dengan keaneka ragaman kebudayaannya. Di era globalisasi sekarang ini negara Jepang termasuk dalam urutan-urutan Negara dengan modernisasi
Lebih terperinci