BAB II ANALISA PETROFISIK MULTIMIN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II ANALISA PETROFISIK MULTIMIN"

Transkripsi

1 BAB II ANALISA PETROFISIK MULTIMIN 2.1. Pengenalan Multimin Dalam analisis evaluasi formasi dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara. Yang pertama adalah metoda analisis petrofisika tahap demi tahap (deterministic) yang biasa disebut dengan determin. Sedangkan yang kedua adalah multimin (multi mineral) yang diperkenalkan oleh Claude Meyer dan Alan Sibbit dari Schlumberger pada tahun Metode ini merupakan analisis petrofisika dengan pendekatan pada peluang (probabilistic). Pada multimin penentuan parameter petrofisika dari data log dilakukan secara bersamaan dengan menghitung respon tiap pengukuran log dari model volume prediksi pada setiap kedalaman (Gambar II-1). Data yang dapat digunakan dalam multimin diantaranya adalah : log wireline, analisis ini, XRD, Infra Red Spectroscopy, dan Petrografi. Untuk pemilihan interval sampel dalam analisis multimin akan mempengaruhi hasil analisis, sehingga untuk set log yang memiliki interval sampel yang berbeda dapat dilakukan kontrol pada interval sampelnya. II-1

2 Gambar II-1. Konsep Metode Multimin Analisa petrofisika dengan metode multi mineral dapat dilakukan dengan beberapa tahapan (Gambar II-2). Gambar II-2. Bagan Alir Pengerjaan Multimin secara Umum II-2

3 Pengumpulan dan Persiapan Data Dalam melakukan interpretasi petrofisika, ketersediaan data merupakan hal yang penting baik data digital maupun data bukan digital. Sehingga diperlukan tahap pengumpulan dan persiapan data. Tahapan ini tujuannya agar mempermudah pengerjaan suatu interpretasi sumur. Biasanya data fisik yang ada dimasukkan ke dalam spreadsheet yang nantinya akan digunakan untuk komputasi pada tahap selanjutnya menggunakan perangkat lunak tertentu Kelengkapan Data Sumuran Tahapan awal dalam melakukan interpretasi petrofisika adalah pengumpulan data yang tersedia pada setiap sumur yang nantinya akan membantu dalam tahapan interpretasi. Data-data tersebut diantaranya adalah : a. Nama Sumur b. Laporan akhir pemboran c. Data Las yang tersedia d. Deskripsi batuan inti d. Analisa batuan inti (RCAL/SCAL) dan jenis batuan inti (Conventional/SWC) e. Pengujian lapisan f. Mud Log g. XRD h. Borehole Image II-3

4 Tabel II-1. Contoh Inventarisasi Data Sumur (Sumber: PHE-PPEJ) Kepala Log (Log Header) Merupakan sumber data yang memuat berbagai informasi tentang sumur. Informasi yang ada seperti harga Resistivitas (Rm, Rmf) sangat berguna dalam interpretasi log dan perhitungannya (George Asquith dan Charles Gibson). Berikut data yang dapat diambil dari kepala log antara lain: 1. Well Name 9. Depth Driller 2. Field Name 10. Depth Logger 3. Rig Name and Location 11. Bottom Logged Interval Latitude 12. Top Logged Interval Longitude 13. Casing Driller / Depth Elevation 14. Casing Logger 4. Datum 15. Bit Size 5. Log Measured from 16. Fluid Type / Fluid Level 6. Drilling Measured from 17. Density / Viscosity 7. Logging Date 18. ph / Fluid Loss 8. Run Number 19. Source of Sample II-4

5 Measured Temperature Measured Temperature Measured Temperature 23. Borehole Temperature 24. Source Rmf dan Rmc 25. Time since Circulation 26. Max Recordable Temperature (BHT) II-5

6 Tabel II-2. Contoh Inventarisasi Data Kepala Sumur (Sumber: PHE-PPEJ) XRD Data XRD digunakan untuk kalibrasi hasil perhitungan pada volume mineral yang dihasilkan dari multimin. Data XRD awal yang didapat masih menggunakan satuan % berat sehingga perlu dirubah ke dalam satuan % volume. %V % berat ρ (2.1) II-6

7 Tabel II-3. Contoh Inventarisasi Data XRD (Sumber: PHE-PPEJ) Data Pengujian Kandungan Lapisan Data pengujian kandungan lapisan digunakan untuk memastikan isi kandungan fluida yang ada di reservoir dan untuk menentukan batas hidrokarbon dan air di reservoir tersebut. Tabel II- 4. Contoh Inventarisasi Data DST (Sumber: PHE-PPEJ) II-7

8 RCAL RCAL (Routine Core Anlysis) adalah data yang berisikan informasi mengenai permeabilitas dan porositas batuan inti, factor foramasi resistivitas, eksponen porositas, eksponen saturasi, dll. Data ini digunakan untuk membantu dalam penentuan nilai a, m, dan n ketika menentukan nilai resistivitas air formasi pada temperature 77 F. Selain itu juga dapat membantu sebagai validasi data ketika perhitungan petrofisika seperti perhitungan porositas dan saturasi air. Tabel II- 5. Contoh Inventarisasi Data RCAL (Sumber: PHE-PPEJ) II-8

9 Batuan Inti Convensional core digunakan untuk mengetahui litologi batuan pada kedalaman tertentu. Data tersebut didapatkan dari hasil pengeboran yaitu ketika mata bor menembus formasi batuan dan menghasilkan data batuan inti. Data batuan inti akan dibawa oleh lumpur pemboran naik ke permukaan, untuk kemudian dilakukan interpretasi sehingga dapat diperkirakan kedalaman dari litologi yang ditembus oleh mata bor. Tabel II-6. Contoh Inventarisasi Data Core (Sumber: PHE-PPEJ) II-9

10 II-10

11 Mud log Mud log adalah data yang berisi tentang informasi awal dari suatu sumur yang diperoleh ketika proses pemboran. Data ini digunakan sebagai panduan awal dan validasi data. Tabel II-7. Contoh Inventarisasi Data Mud Log (Sumber: PHE-PPEJ) II-11

12 Borehole Image Borehole image adalah image dari lubang bor, salah satu jenisnya adalah FMI (Fullbore Micro Imaginer). FMI merekam atau memphoto hampir seluruh dinding lubang bor (hampir 360o) untuk lebih jelasnya dibahas dalam pembahasan dual porosity carbonate. Gambar II-3. Contoh Borehole Image (Sumber: PHE-PPEJ) II-12

13 2.2. Prekalkulasi dan koreksi lingkungan Prekalkulasi Prekalkulasi (PRECALC) ini digunakan untuk perhitungan : Temperatur formasi dan tekanan formasi Properti dari lumpur (Rmf, Rm, dan Rmc) dari pengukuran sampel Salinitas lumpur, filtrat lumpur, dari pengukuran sampel Ketebalan mudcake dari alat resistivitas dan porositas Photo-electric absorption cross-section: U Konduktivitas pada zona terusir dan tidak terusir CT, CXO) dari resistivitas yang terukur. Prekalkulasi ini perlu dilakukan mengingat gradien temperatur dan tekanan yang selalu berubah terhadap fungsi kedalaman. Temperatur formasi didapatkan dengan persamaan linier regresi yaitu : Tf gg.d To dimana : D = kedalaman gg = kemiringan (gradien geothermal) Tf = temperature To = konstanta (temperatur permukaan) (2.2) Untuk menentukan nilai suhu pada titik yang belum diketahui dapat digunakan dengan metode gradien temperatur dengan cara trend line dari perangkat lunak spreadsheet (Gambar II-4). II-13

14 Gambar II-4. Grafik Linear dari Gradien Temperatur Data yang dibutuhkan pada tahap prekalkulasi ini umumnya didapat dari header log yang telah dieksport dalam set ENVI. Data tersebut antara lain seperti TLI (top log interval), BLI (bottom log interval), TLT (top log interval), BLT (bottom log interval), DFD (drilling fluid density), RMS (Resistivity mud sample), MST (mud sample temperature), RMFS (Resistivity mud filtrate sample), MFST (mud filtrate sample temperature), RMCS (resistivity mud cake sample), MCST (mud cake sample temperature), dan BS (bit size). Sedangkan untuk interval yang digunakan sesuai dengan RUN_NO (Run Number). Interval ini dipisahkan berdasarkan pergantian bit size pada kedalaman tertentu dari suatu sumur. Untuk melakukan prekalkulasi, terdapat beberapa tahapan diantaranya : II-14

15 1. Pilih sumur dan interval yang akan dilakukan prekalkulasi. 2. Klik Petrophysics > Precalc, input yang diminta akan terisi secara langsung sesuai dengan set ENVI, seperti tampilan gambar II Pengisian nilai BLT dapat digunakan regressi terbaik antara kedalaman dan BLT, seperti tampilan gambar II Tentukan input dan output yang digunakan. II-15

16 Gambar II-5. Tahap Prekalkulasi II-16

17 Kontrol Kualitas Terdapat dua macam kontrol kualitas (Quality Control), yaitu kualitas rekaman dan kualitas penyelidikan. Kualitas rekaman dapat dilakukan dengan melihat kewajaran dari rekaman digital kemudian dikoreksi dengan menghapus atau mengosongkan atau mengambil harga rata-rata di sekitarnya. Sedangakan untuk kualitas penyelidikan dapat dilakukan dengan koreksi lingkungan. Walaupun sonde penyidik sudah dirancang sedemikian rupa agar tidak sensitif terhadap keadaan yang berjarak dekat terhadap sonde, karena yang diharapkan justru data mengenai keadaan alamiah bagian yang berada lebih jauh masuk ke dalam formasi, tetapi sinyal parasit itu senantiasa ada. Dengan mengenal kondisi sekitar yang dekat dengan sonde (besarnya lubang bor, densitas lumpur, suhu, dan sebagainya.) dapat dilakukan koreksi yang dimaksud. Pengalaman menunjukkan justru pada kondisi lubang bor yang kurang bagus biasanya dijumpai reservoir yang bagus karena buruknya hasil pemboran bisa jadi disebabkan oleh porositas dan permeabilitas yang bagus, sehingga untuk mengapresiasi data pada kondisi lubang bor yang buruk diperlukan kejelian yang ekstra Koreksi Lingkungan Koreksi lingkungan dilakukan karena perusahan jasa logging yang digunakan tidak sama untuk setiap sumur. Parameter-parameter yang dimiliki oleh masingmasing perusahan pasti tidak sama dan terdapat beberapa perbedaan. Hal inilah yang mendasari perlu dilakukan koreksi lingkungan. Disamping itu ukuran lubang bor karena penggerewonggan maupun lainnya dan densitas lumpur yang digunakan berbeda. Koreksi ini diperlukan agar bacaan yang akan digunakan memang terlihat sesuai dengan kondisi bawah permukaan yang sesungguhnya bukan karena pengaruh dari lubang bor. Beberapa log yang harus dilakukan koreksi lingkungan seperti log gamma ray, log neutron, log resistivitas, dan log densitas. II-17

18 Gamma Ray Log gamma ray perlu dilakukan koreksi karena pembacaannya berpengaruh terhadap kondisi kerusakan pada dinding sumur (wash out). Hal tersebut disebabkan pada kondisi lubang gerowong terisi oleh lumpur pemboran sehingga unsur radioaktif yang terbaca akan membaca lebih rendah karena sinar gamma akan terserap di lumpur terlebih dahulu sebelum sampai ke detektor. Koreksi yang dilakukan berdasarkan ukuran lubang bor dan densitas lumpur. Apabila ukuran lubang bor lebih besar dari bit size (terjadi penggerowongan) dan dengan menggunakan mud weight densitas tinggi maka pembacaan gamma ray akan lebih besar karena yang terbaca sesungguhnya pada log gamma ray yaitu lumpur bukan formasi. Begitu sebaliknya dengan kondisi lubang bor yang mengalami penyempitan. Pembacaan log gamma ray akan menjadi kecil. Untuk tahapan koreksi lingkungan gamma ray dilakukan dengan : 1. Klik Petrophysics > Environmental > Schlumberger Charts (sesuaikan dengan perusahaan jasa logging yang digunakan) > Gamma Ray (Por7), seperti tampilan gambar II Tentukan input dan output yang akan digunakan. Gambar II-6. Tahap Koreksi Lingkungan Gamma Ray Neutron II-18

19 Secara teoritis koreksi neutron memang tidak memberikan perbedaan yang mencolok sebelum dan sesudah koreksi. Walaupun begitu koreksi ini tetap dilakukan. Dalam koreksi log neutron yang perlu diperhatikan yaitu konversi nilai litologi dari limestone ke sandstone. Namun beberapa perusahaan jasa logging biasanya telah melakukan koreksi neutron sehingga tidak perlu dilakukan koreksi lagi. Untuk tahapan koreksi lingkungan neutron dilakukan dengan : 1. Klik Petrophysics > Environmental > Schlumberger Charts >NPHI (Por13b, 14b), seperti tampilan gambar II Tentukan input dan output yang akan digunakan. Gambar II- 7. Tahap Koreksi Lingkungan Neutron Density II-19

20 Secara teoritis koreksi densitas perlu dilakukan. Hal ini berkaitan dengan perbedaan densitas pada kondisi lubang bor. Untuk tahapan koreksi lingkungan density dilakukan dengan : 1. Klik Petrophysics > Environmental > Schlumberger Charts >LDT (Por15a), seperti tampilan gambar II-8 2. Tentukan input dan output yang akan digunakan Gambar II-8. Tahap Koreksi Lingkungan Density 2.3. Pembuatan Zona Respon dari pembacaan log pada litologi akan memberikan efek yang berbeda tiap kedalaman karena faktor kompaksi, peningkatan temperatur, dan lain-lain. Hal tersebut menjadi dasar untuk membagi sumur ke dalam beberapa interval atau zona. Pembagian interval didasarkan pada dugaan terjadinya low resistivity pada interval sumur tertentu untuk litologi shaly sand. Dasar yang menjadi pegangan adalah harga resistivitas yang rendah dari rekaman logging. Walaupun belum tentu resistivitas yang rendah berarti zona low resistivity sehingga perlunya data lain sebagai pertimbangan dalam membagi interval sumur, seperti log gamma ray, log caliper, dan log porositas. Sedangkan untuk litologi karbonat didasarkan pada kandungan fluidanya. Pertimbangan lain dapat dilihat dari data produksi yang menunjukkan kontak antara gas dan oil. Secara umum pembagian zona dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi geologi pada tiap lapangan. Dalam hal ini II-20

21 dibagi berdasarkan pengetahuan geologi di samping melihat bentukan log resistivitas, porositas neutron dan densitas. Untuk tahapan pembuatan zona dilakukan dengan : 1. Klik Well > View > Text, seperti tampilan gambar II Klik Insert > Set > Create new set, dengan nama set ZONE (interpolasi: Tops ). 3. Klik Insert > Log, dengan nama set ZONE (jenis : Alpha ). 4. Masukkan depth (ZONE.depth) dan nama (ZONE.ZONE) masing-masing zona untuk setiap kedalaman. Gambar II-9. Tahap Pembuatan Zona 2.4. Parameter Picking Penentuan parameter ini bertujuan untuk mengetahui nilai yang perlu dimasukkan dalam analisis. Berikut adalah contoh dari penentuan parameter untuk pickett _nphi_rt; xplot ND, GR-D, GR-NPHI, DT-NPHI Pickett NPHI-RT Resistivitas air formasi merupakan salah satu parameter penting yang diperlukan untuk menentukan saturasi hidrokarbon. Arus lstrik dapat mengalir di dalam II-21

22 formasi batuan dikarenakan konduktivitas dari air yang dikandungnya. Batuan kering dan hidrokarbon adalah insulator yang baik kecuali beberapa mineral seperti graphit dan sulfida besi. Resistivitas air formasi dapat ditentukan dengan menggunakan pickett_nphi_rt pada zona air. Nilai resistivitas yang didapat merupakan nilai resistivitas air formasi pada temperatur di kedalaman interval zona air. Untuk mengubah resistivitas tersebut menjadi berada pada temperatur permukaan maka digunakan chart yang dikeluarkan oleh Schlumberger. Untuk tahapan pickett NPHI-RT dilakukan dengan : 1. Klik Well > View > Xplot > Pickett nphi_rt.xplot. 2. Klik dua kali pada xplot > sumbu X = RAW_DATA_CORR.Rt dan sumbu Y = RAW_DATA_CORR.Nphi, seperti tampilan gambar II Pilih color > expression GR_COR Klik Insert > Set > Create new set, untuk color bar rainbow. II-22

23 Gambar II-10. Pickett Plot NPHI dan RT untuk menentukan nilai dari R2 dapat dilakukan dengn konversi menggunakan persamaan: T T R2 R1 0 F T C T R2 R1 R1 adalah Resistivitas awal, R2 adalah Resistivitas akhir, T1 adalah Suhu awal, II-23

24 dant1 adalah Suhu akhir Xplot Neutron_Density Karena log neutron dan density hanya mampu membaca pada zona flushed, maka titik air yang digunakan adalah nilai dari mud filtrate atau perpaduan antara mud filtrate dengan fluida formasi yang tersisa pada daerah invaded. Plot ini hanya digunakan untuk menentukan nilai koordinat dari matriks, shale, dry shale, dan fluida dari kumpulan data yang ada. Untuk tahapan Xplot Neutron-Density dilakukan dengan : 1. Klik Well > View > Xplot 00.ND.xplot. 2. Klik dua kalipada xplot > sumbu X= RAW_DATA_CORR.Nphi dan sumbu Y = RAW_DATA_CORR.RHOB, untuk skala warnanya digunakan VSH_GR seperti tampilan Gambar II-11. II-24

25 Gambar II-11. GR_COR dan RH a. Titik Fluida (FL) Nilai dari koordinat titik fluida bergantung dari jenis fluida yang digunakan dalam pemboran. Penentuan titik fluida harus disesuaikan dengan nilai density dan neutron fluida tersebut. Pada fresh water digunakan nilai RHO 1 dan salt water digunakan nilai RHO 1 sedangkan untuk NPHI digunakan nilai 1. b. Titik matriks MA Titik matrik ditentukan dengan memasukan nilai RHOB (density) dari matriks yang digunakan. Jika letaknya tidak tepat bisa dilakukan penggeseran titik dengan syarat nilai density nya tetap. c. Titik shale ( SH) II-25

26 Titik shale sebagai titik kanan bawah dari kumpulan data, ditentukan dengan memplot titik pada titik yang memiliki tingkat shale yang tinggi ( berwarna merah, dalam skala warna dari log GR). Untuk mengetahui nilai neutron dan density dapat diketahui dengan cara double klik pada titik tersebut. d. Titik dry shale (DSH) Titik dry shale ditentukan dari nilai mineral lempung (dominan dalam XRD) tentukan nilai density-nya (RHOB), untuk nilai neutron diatur dan sesuaikan dengan data yang lain, sehingga letak koordinat titik DRH (dryshale ) tegak lurus titik koordinat shale terhadap titik koordinat fluida. Dari x-plot ini digunakan untuk menentukan nilai dari porositas total shale (dibutuhkan dalam penentuan porositas sonic), dimana formula untuk penentuan poritas total shale adalah sebagai berikut : Xplot Neutron_Gamma Ray Nilai gamma ray dari matriks dan shale akan bergantung pada sumur, alat logging, kontaktor logging. Cara yang dilakukan pada cross plot ini sama dengan penggunaan crossplot neutron density, akan ditentukan nilai titik-titik koordinat, fluida, shale, dry shale dan matriks. Pada x-plot ini nilai-nilai yang dijadikan tetap (konstan) yang digunakan sebagai patokan adalah nilai neutron hasil dari x-plot ND. II-26

27 Gambar II-12. Tampilan X-plot GR_RHOB Penggunaan x-plot neutron_gr ini dapat digunakan untuk mengetahui nilai gamma ray dari matriks, shale dan wet shale. Atau juga bisa digunakan sebagai panduan dalam menentukan nilai dari GR maksimum dan GR minimum (disesuaikan dengan data log yang ada) X-Plot Neutron-Sonic Pada sumbu Y merupakan kumpulan nilai dari log Neutron, sumbu Y merupakan kumpulan nilai dari log sonic, dengan pilihan log warnanya adalah log gamma ray. Dengan cara ploting yang hampir sama dengan pembuatan dua cross plot yang diatas, maka yang menjadi patokan nilai (nilai konstan) adalah nilai dari II-27

28 neutron-nya. Sedangkan nilai dari sonic dapat diubah, disesuaikan dengan aturan sebelumnya. Gambar II-13. Tampilan X-plot GR_RHOB II-28

29 Gambar II-14. Tampilan X-plot GR_RHOB X-Plot Neutron-Sonic Pada sumbu X merupakan kumpulan nilai dari log neutorn, sumbu Y merupakan kumpulan nilai dari log sonic, dengan pilihan log warnanya adalah log gamma ray dengan cara ploting. II-29

30 Gambar II-15. Tampilan X-plot GR_RHOB 2.5. Normalisasi Log Log normalisasi dibuat bertujuan untuk menyamakan interval pada semua sumur. sehingga data yang dipakai memiliki patokan yang sama pada satu sumur referensi. Cara menormalisasi suatu log tertentu dapat dilakukan sebagai berikut. Klik Well > View > New > frequency. Kemudian lakukan tahap tersebut dua kali. Geser histogram sesuai dengan bayangan dari histogram yang menjadi standar dengan mengklik ikon. II-30

31 Gambar 16. Tampilan Frekuensi Histogram Gambar 17. Tampilan Ghost Histogram II-31

32 2.6. Pembuatan log Sintetik Log sintetik dibuat bertujuan untuk membuat log atau memperbaiki log dikarenakan kondisi lubang bor yang kurang baik. Langkahnya sebagai berikut. Klik New > View > Xplot. Tentukan log yang dianggap tidak terpengaruh oleh kondisi badhole. Misal : log sonic. Plot log yang dianggap tidak terpengaruh badhole pada sumbu X (log sonic) sedangkan yang akan dibuat log sintetiknya berada pada sumbu Y (log neutron correction), dengan skala warna menggunakan log gamma ray correction. Klik OK Gambar 18. Tampilan X-plot DT vs NPHI_COR II-32

33 Selanjutnya membuat regresi dari xplot di atas. Nantinya regeresi tersbut akan digunakan untuk membuat log sintetik yang dibutuhkan. Langkahnya sebagai berikut. Klik General > Evaluate. Isikan parameter yang dibutuhkan seperti tuliskan ekspresinya dengan format kondisional IFC ( badhole > 0, (nama macro), log yang akan diubah menjadi log sintetik) Simpan dengan output NPHI_SYN. Klik Start. Kemudian dengan cara yang sama ulangi langkah di atas tetapi dengan menggunakan log density. Gambar 19. Tampilan Evaluate Badhole Synthetic Untuk melihat hasil analisis multimin dari model yang sudah dibuat, dapat dilihat dalam layout yang sudah disediakan oleh Geolog, yaitu dengan cara klik well > view > layout > composite layout. II-33

34 Gambar 20. Tampilan Layout Log Sebelum dan Sesudah Dilakukan Sintetik Log 2.7. Model Mintenance Log Uncertainties Uncertainty (ketidakpastian) sangat penting perannya dalam analisis multimin. Jika ketidakpastian dari pengukuran relatif kecil, menunjukkan perhitungan dengan nilai yang bagus, proses optimlisasi multimin akan meningkatkan dampak relative dari pengukuran tersebut. Sedangkan jika nilai ketidakpastianya besar mencerminkan pengukuran dengan nilai data yang tidak bagus, proses optimalisasi multimin akan menurunkan dampak relative dari seluruh pengukuran Uncertainty adalah nilai yang merefleksikan dari presisi pengukuran. Uncertainty bergantung pada sifat fisik alat, kalibrasi alat, kondisi lubang bor, dan faktor lainnya. Variable uncertainty adalah hasil perhitungan menggunakan loglan dari koreksi lingkungan Schlumberger, walaupun loglan ini didasakran pada koreksi lingkungan, namun tidak menghasilkan log yang dikoreksi secara lingkungan. II-34

35 Klik Multimin > Log Uncertainties (gambar II-16). Untuk melakukan penentuan batas ketidakpastian. Gambar II-21. Tampilan Jendela Multimin Model Maintenance Model maintenance adalah suatu tahapan untuk membuat properti dari model yang akan digunakan dalam analisis multimin. Klik Petrophysics > Multimin > Model Maintenance untuk menampilkan layar kosong mm_model_edit Model Untuk penggunaan pertama, 35bisa dilakukan dengan mengklik Model > New (Herron Default) maka akan muncul tampilan seperti pada gambar II-17. Sedangkan untuk memilih model yang sudah dibuat klik Model > Open dan pilih model yang akan digunakan. II-35

36 Gambar II-22. Tampilan Model Standar Herron Mattesson Terdapat dua model standar bawaan dari Geolog yaitu: a. New (Herron Defaults) Model standar dengan nilai-nilai (respon) yang didasarkan pada penelitian dari Herron dan Mattesona1, dapat digunakan sebagai dasar dalam b. pembuatan model lanjut sesuai dengan kebutuhan. New (old Defaults) Model standar dengan nilai-nilai (respon) yang digunakan sebelum bergabungnya Herron dan Mattesona, dapat digunakan sebagai dasar dalam pembuatan model khusus sesuai dengan kebutuhan Unknowns+ 1 Herron, M., and Matteson, A.: Elemental Composition and Nuclear Parameters of Some Common Sedimentary Minerals, Nuclear Geophysics, Vol 7, No.3, pp , II-36

37 Pilh Unknowns+ untuk menampilkan submenu-submenu lainnya (gambar II-18) yaitu: a. Response : nilai-nilai (respon) dari tiap-tiap data yang dipilih b. Properties (volume) : input sifat-sifat fisik seperti densitas butir dan CEC c. d. Constraints Bounds (cation exchange capacity) : definisi dari pembatasan volume : batasan dari volume Gambar II-23. Unknows Responses Unknowns berisi kolom-kolom (gambar II-20) pemilihan mineral dan fluida yang digunakan dalam pembuatan model. Unknowns berisi data-data atau informasi yang akan digunakan untuk perhitungan Multimin. Umumnya digunakan lima input log (gamma ray, netron, CT, CXO) yang diperbolehkan untuk menyelesaikan lima unknown. Namun jumlah tersebut tergantung dari jumlah equation yang digunakan (lihat pembahasan equation) Gambar II-24. Tampilan dari Unknowns II-37

38 Terdapat tiga jenis kolom Unknowns, yaitu kolom Minerals, Flushed Zone Fluids (Xzone) dan Unflushed Zone Fluids (Uzone). Minerals: pada bagian minerals memungkinkan untuk memilih (mencentang) komponen mineral apa saja yang terdapat dalam model yang akan digunakan. Jika terdapat mineral yang tidak tercantum dalam daftar tersebut, dapat dilakukan penambahan secara manual dengan cara memilih special minerlas (Spec Min1 atau Spec Min2) dan ubah responnya menyesuaikan dengan nilai dari mineral tersebut. Nilai ketetapan untuk Spec Min1 untuk batubara dan untuk Spec Min 2 untuk rijang. Flushed Zone Fluids (X Zone) : Pilih fluida yang terdapat pada zona flushed (X zone). Pada flushed zone, minyak dan gas dapat dipilih secara bersamaan. Multimin mengasumsikan bahwa semua log dapat membaca hanya sampai pada batas flushed Zone, kecuali Rt yang dapat membaca sampai kedalaman Unflashed Zone. Log neutron dan density digunakan dalam pembagian hidrokarbon antara minyak dan gas, keduanya dapat dibatasi bersama sebagai unknows hanya pada flushed Zone. Oleh sebab itu diperbolehkan untuk memilih salah satu atau keduanya, namun pemilihan tersebut tidak akan mempengaruhi hasil perhitungan. Unflushed Zone Fluids (Uzone) :tidak diperkenankan untuk memilih oil dan gas secara bersama pada Unflushed Zone Fluids (Uzone) terkecuali sebelumnya sudah dilakukan pengaturan atau pembatasan pada constraint atau respon equation untuk mendeskripsikan sifat dan batasan dari oil dan gas tersebut Properties Klik Unknowns+ > Properties. Maka akan muncul isian 38able properties. Untuk model Archie linier maupun non-linear hanya akan muncul satu kolom able yaitu grain density (gambar II-21), yang harus diisi dengan nilai (respon) dari mineral-mineral yang digunakan dalam pembuaan model. Tampilan kolomkolom tersebut akan muncul berbeda-beda tergantung dari pemilihan model yang digunakan (lihat bagian equation) II-38

39 Gambar II- 25. Tampilan Properties Constraints Klik Unknowns+> Constraints. Akan muncul kolom isian constrainst. Constraint memiliki fungsi untuk memberikan batasan atau perumusan khusus. Nilai matriks dianggap sebagai koefisien yang akan digunakan pada volume unknowns. Constraint Type pada kolom ketiga menunjukkan metode dari perumusan/ perhitungan. Terdapat empat jenis constraint type yaitu tool, <=, >=, dan ==. Sedangkan kolom terakhir memberikan penjelasan atau hasil dari perumusan terdapat pada kolom sebelumnya (bagian kanan). Sebagai contoh pada program constraint lajur pertama (PROG_UNITY) dapat diartikan bahwa pada model yang dibuat memiliki komposisi volume : Ada beberapa ketentuan dalam constraint, diantaranya adalah jumlah semua fraksi volume (solid dan fluid) di unflashed Zone bernilai satu (PROG UNITY). Jumlah volume fraksi fluida pada flushed Zone sama dengan jumlah volume fluida pada unflashed Zone, sebab keduanya adalah jumlah dari total porositas (PROG POROSITY). Dan pada Volume air di flushed Zone memiliki nilai kurang dari (atau sama dengan) volume air pada unflashed Zone (PROG OIL MUD). Pada kolom constraints type terdapat beberapa pilihan diantanya yaitu: == Tanda bahwa nilainya setara tool Kesetaraan antara ruang solusi dengan pengukuran atau tool yang telah ditentukan nilainya pada kolom value. Tool digunakan untuk II-39

40 menambahkan derajat kebebasan dari suatu model, sehingga pengguna dapat menghitung penambahan mineral atau fluida. >= Ketidak seimbangan, nilai pada bagian kiri lebih besar dari pada nilai pada bagian sebelah kanan <= Ketidak seimbangan, nilai pada bagian kiri lebih kecil dari pada nilai pada bagian sebelah kanan Terdapat dua jenis contraints, yaitu program constraints dan user constrains. Program Constraint seperti yang dipaparkan diatas. Sedangkanu untuk user constraint merupakancontrainst yang dibuat oleh pengguna untuk memberikan batasan-batasan tertentu dari informasi yang diperoleh, sehingga pada kolom ini nilai-nilai (respon) dari volume dapat diubah oleh pengguna. Cara mengaktifkan User constrains adalah dengan memilih Yes pada kolom selected. User Constrains yang aktif biasanya ditandai dengan latar belakang berwarna hijau. Gambar II-26. Tampilan Constrainst Bounds Klik Unknowns+> Bounds. Pada kolom Bounds (gambar II-23) memungkinkan untuk memasukan batasan dari volume padat atau fluida yang telah dipilih pada unknowns. Ini bertujuan untuk pembatasan volume maksimal dari masing-masing fraksi fluida maupun padat. Untuk perkiraan awal, batas atas / batas maksimum dari volume fraksi padat dianggap kurang dari 1, sedangkan batas maksimum dari volume fluida kurang dari Nilai-nilai tersebut tidak menjadi patokan pasti, II-40

41 namun dapat berubah nilai atau kisaranya sesuai dengan banyaknya dan keakuratan data yang dimiliki terkait volume tersebut (dari analisis reservoir dls). Gambar II- 27. Tampilan Bounds Equations Pada menu equations terdapat empat sub menu yaitu Wireline, Core, XRD_IR dan petrography. Klik Equations > Wireline. Pada equations wireline dimungkinkan untuk memilih log-log dari wireline yang akan digunakan sebagai input pada pembuatan model multimin, dapat ditentukan dengan cara memilih kolom selected kemudian pilih Yes. Kolom-kolom log yang terpilih akan akan memiliki latar belakang berwarna hijau seperti pada gambar II-24. Kemudian tentukan metode perhitungan pada kolom method. Nama nama log yang dijadikan input (dari set WIRE) secara otomatis muncul pada kolom ketiga (kolom log), pastikan nama tersebut sama dengan nama log tersebut pada set, karena nama yang otomatis muncul adalah penamaan standar. Kolom Uncertainty method (Unc Method) adalah kolom untuk menentukan motode ketidakpastian yang akan digunakan, apakah dalam bentuk value atau nilai yang ditentukan atau dalam bentuk log input, yang diperoleh dari proses program (running) log uncertainty (klik petrophysics>multimin>log uncertainty), dan dalam bentuk interval jika menginginkan dalam range tertentu. Jumlah kolom yang dipilih disesuaikan dari data yang dimiliki, semakin banyak data yang digunakan/ pilih maka semakin banyak jumlah mineral yang dapat dilibatkan dalam pembuatan model ini. II-41

42 Gambar II-28. Tampilan Wireline Equations Pada wireline equation ada bebrapa peraturan diantaranya adalah: a. Sonic transit time tidak bisa diganti/ dipilih dengan Compressional b. velocity. Hanya terdapat tiga jenis gamma ray yang bisa dipilih yaitu diantaranya Total gamma, Spectral thorium, Spectral potassium, Spectral uranium, Core total gamma, Core thorium, Core potassium dan c. Core uranium. Total gamma tidak dapat dipilih dengan/ bersamaan dengan Core total d. e. gamma. Spectral thorium tidak dapat dipilih dengan/ bersamaan Core thorium. Spectral potassium tidak dapat dipilih dengan/ bersamaan Core f. potassium. Spectral uranium tidak dapat dipilih dengan/ bersamaan Core uranium Metoda Pada menu equation terdapat kolom konduktifitas Unflushed zone (CT) dan unflushed zone (CXO), terdapat beberapa pilihan model yang bisa digunakan diantaranya yaitu: Archie (pendekatan Linear atau pendekatan Non-Linear, Dual Water (pendekatan Linear atau pendekatan Non-Linear), Non-Linear WaxmanSmits, Non-Linear Juhasz dan Non-Linear Indonesia. Perbedaan model saturasi ini berfungsi dalam penentuan porositas efektif maupun porositas total dan juga dalam konsep dry clay /wet clay. Oleh karena itu pada tiap model memiliki II-42

43 beberapa perbedaan kolom volume, dimana satu model akan berbeda dengan model lainnya tergantung dari model yang digunakan. Model-model tersebut dipilih berdasarkan pendekatan geologinya Saturation Parameter Klik Method > Parameter untuk menampilkan jendela pengaturan parameter saturasi yang m dan n yang akan digunakan (gambar II-25). Untuk 43factor formasi konstanta tortuosity a, secara otomatis akan bernilai 1 dan tidak 43dapat diubah. Sedangkan untuk nilai eksponen sementasi m dan eksponen saturasi n dapat diubah sesuai dengan data hasil analisis dari lapangan/ sumur bor. Parameter w (factor saturasi) digunakan hanya untuk model Archie non-linear, memiliki nilai yang akan sama dengan nilai m dan n jika pada zona tersebut memiliki nilai m dan n yang sama pula. Untuk zona dengan nilai m dan n yang berbeda maka berlaku perumusan w 0.75 m 0.25 n Gambar II-29. Tampilan dari Parameter Saturasi Air dari Archie Verify Klik verify > Edit Parameter untuk menampilkan jendela Verification Parameter (gambar II- 26) yang berfungsi untuk melakukan pengecekan terhadap nilai-nilai tambahan yang akan digunakan dalam pemodelan multimin. Data-data yang disikian bisa berasal dari final well report, DST, maupun log header. II-43

44 Gambar II-30. Tampilan Verification Parameter Klik verify > Verify Model untuk mengecek nilai update dari tiap perubahan nilai yang diinput. Verify model juga memiliki fungsi untuk menyatakan bahwa model yang dibuat tersebut dapat diterima (successfully) atau tidak (failed), hal ini terkait dari jumlah antara jumlah respons (fraksi fluida dan solid) dengan jumlah data equation yang digunakan. Sedangkan untuk melihat hasil perhitungan Verify > Display Statistics akan muncul jendela seperti pada gambar II-27. Display statistic berguna untuk melihat kesimpulan atau tingkat kepercayaan. Merupakan suatu nilai tunggal yang memperkirakan kualitas model secara matematis. Semakin kecil angkanya maka semakin bagus, hal ini menandakan semakin sedikitnya campur tangan/ keikutsertaan mesin dalam pengolahan data. Begitupun dengan sebaliknya. Namun nilai ini tidak menjadi landasan dalam analisis multimin. Karena nilai sebenarnya akan muncul setelah dilakukan run analysis multimin. II-44

45 Gambar II-31. Tampilan Display Statistics Jika semua tahapan model sudah dibuat, maka tahap selanjutnya adalah menyimpan model yang sudah dibuat dengan mengklik kanan pada menu model dan pilih save as kemudian beri nama dalam format model, misalnya oil_zone_up.model Pemilihan parameter Pemilihan parameter dilakukan berdasarkan dua pertimbangan yaitu faktor secara geologi dan secara data hasil pengukuran laboratorium. Untuk faktor geologi didasarkan dari kondisi atau data geologi regional maupun formasi, dapat juga diperoleh dari mud log yang merupakan hasil pengamatan pada saat pemboran. Sedangkan dari data analisis laboratorium seperti data analisis air, XRD, dan data batuan inti. Sedangkan untuk jenis mineral apa saja yang akan digunakan, harus memadukan antara dua faktor tersebut Run analisis II-45

46 Multimin dapat dijalankan berdasarkan interval ataupun range dari kedalaman. Klik Petrophysics > Multimin > Run Analysis untuk menampilkan jendela isian parameter (gambar II-28) yang akan digunakan dalam model Multimin. Run analysis berfungsi untuk pengaplikasian model volume pada tiap zona dari model yang telah dibuat sebelumnya (model maintenance). Tentukan model (yang sudah disimpan sebelumnya) yang akan digunakan pada kolom primary model, dengan menggunakan model yang dianggap sesuai. Gambar II-32. Tampilan Run Analysis II-46

47 Klik start untuk memulai proses run analysis. Untuk melihat hasil analisis multimin dari model yang sudah dibuat, dapat dilihat dalam layout yang sudah disediakan oleh Geolog, yaitu dengan cara klik well > view> layout > multimin_recon.layout Validasi dan Kontrol kualitas Validasyang dapat digunakan untuk multimin ini tidak jauh berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya. Seperti untuk memvalidasi porositas dan permeabilitas dapat digunakan data dari RCAL (Routine Core Analysis), untuk memvalidasi penentuan mineral lempung dapat digunakan data dari XRD (X Ray Difraction), dan untuk memvalidasi saturasi air irreducible dapat digunakan data dari MICP (Mercury Injection Capilary Pressure). II-47

Acara Well Log Laporan Praktikum Geofisika Eksplorasi II

Acara Well Log Laporan Praktikum Geofisika Eksplorasi II WELL LOG 1. Maksud dan Tujuan Maksud : agar praktikan mengetahui konsep dasar mengenai rekaman sumur pemboran Tujuan : agar praktikan mampu menginterpretasi geologi bawah permukaaan dengan metode rekaman

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISA DATA LOG UNTUK MENENTUKAN ZONA PRODUKTIF DAN MEMPERKIRAKAN CADANGAN AWAL PADA SUMUR R LAPANGAN Y Riza Antares, Asri Nugrahanti, Suryo Prakoso Jurusan Teknik Perminyakan Universitas Trisakti Abstrak

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN RESERVOIR

BAB III PEMODELAN RESERVOIR BAB III PEMODELAN RESERVOIR Penelitian yang dilakukan pada Lapangan Rindang dilakukan dalam rangka mendefinisikan reservoir Batupasir A baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Beberapa hal yang dilakukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... vi RINGKASAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR

Lebih terperinci

Klasifikasi Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density

Klasifikasi Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-127 Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density Ismail Zaky Alfatih, Dwa Desa Warnana, dan

Lebih terperinci

Evaluasi Formasi dan Estimasi Permeabilitas Pada Reservoir Karbonat Menggunakan Carman Kozceny, Single Transformasi dan Persamaan Timur

Evaluasi Formasi dan Estimasi Permeabilitas Pada Reservoir Karbonat Menggunakan Carman Kozceny, Single Transformasi dan Persamaan Timur Evaluasi Formasi dan Estimasi Permeabilitas Pada Reservoir Karbonat Menggunakan Carman Kozceny, Single Transformasi dan Persamaan Timur Oleh: Ari Teguh Sugiarto 1109100053 Dosen Pembimbing: Prof. Dr.rer.nat

Lebih terperinci

Mampu menentukan harga kejenuhan air pada reservoir

Mampu menentukan harga kejenuhan air pada reservoir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud 1.1.1.1 Melakukan analisis kuantitatif data log dengan menggunakan data log Gamma ray, Resistivitas, Neutron, dan Densitas. 1.1.1.2 Mengevaluasi parameter-parameter

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Data 4.1.1 Data Seismik Penelitian ini menggunakan data seismik Pre Stack Time Migration (PSTM) CDP Gather 3D. Penelitian dibatasi dari inline 870 sampai 1050, crossline

Lebih terperinci

WELL LOG INTRODUCTION

WELL LOG INTRODUCTION WELL LOG INTRODUCTION WELL LOGGING? Logging Rekaman suatu parameter versus jarak ataupun waktu Mud logging Log berdasarkan data pemboran, antara lain : cutting, gas reading, hc show, parameter lumpur,

Lebih terperinci

PENENTUAN CEMENTATION EXPONENT (m) TANPA ADANYA CLEAN ZONE DAN WATER BEARING PADA RESERVOAR KARBONAT

PENENTUAN CEMENTATION EXPONENT (m) TANPA ADANYA CLEAN ZONE DAN WATER BEARING PADA RESERVOAR KARBONAT PEETUA CEMETATIO EXPOET (m) TAPA ADAYA CLEA ZOE DA WATER BEARIG PADA RESERVOAR KARBOAT Oleh : Widya Utama, Puguh Hiskia, Benny ugroho Ardhiansyah, Septa Erik Prabawa Program Studi Geofisika Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

ANALISA FISIKAMINYAK (PETROPHYSICS) DARI DATA LOG KONVENSIONAL UNTUK MENGHITUNG Sw BERBAGAI METODE

ANALISA FISIKAMINYAK (PETROPHYSICS) DARI DATA LOG KONVENSIONAL UNTUK MENGHITUNG Sw BERBAGAI METODE ANALISA FISIKAMINYAK (PETROPHYSICS) DARI DATA LOG KONVENSIONAL UNTUK MENGHITUNG Sw BERBAGAI METODE Cahaya Rosyidan, Listiana Satiawati* ), Bayu Satiyawira 1 Teknik Perminyakan-FTKE, Universitas Trisakti

Lebih terperinci

EVALUASI FORMASI SUMURGJN UNTUK PENENTUAN CADANGAN GAS AWAL (OGIP) PADA LAPANGAN X

EVALUASI FORMASI SUMURGJN UNTUK PENENTUAN CADANGAN GAS AWAL (OGIP) PADA LAPANGAN X EVALUASI FORMASI SUMURGJN UNTUK PENENTUAN CADANGAN GAS AWAL (OGIP) PADA LAPANGAN X Abstrak Muhammad Fahdie, Asri Nugrahanti, Samsol Fakultas teknologi kebumian dan energi universitas trisakti Evaluasi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. dapat memisahkan litologi dan atau kandungan fluida pada daerah target.

BAB V ANALISA. dapat memisahkan litologi dan atau kandungan fluida pada daerah target. BAB V ANALISA 5.1 Analisa Data Sumur Analisis sensitifitas sumur dilakukan dengan cara membuat krosplot antara dua buah log dalam sistem kartesian sumbu koordinat x dan y. Dari plot ini kita dapat memisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang sangat penting di dalam dunia industri perminyakan, setelah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang sangat penting di dalam dunia industri perminyakan, setelah BAB I PENDAHULUAN Kegiatan ekplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi merupakan kegiatan yang sangat penting di dalam dunia industri perminyakan, setelah kegiatan eksplorasi dilaksanakan dan ditemukan

Lebih terperinci

Jl. Raya Palembang-Prabumulih KM.32 Indralaya Sumatera Selatan, Indonesia Telp/Fax. (0711) ;

Jl. Raya Palembang-Prabumulih KM.32 Indralaya Sumatera Selatan, Indonesia Telp/Fax. (0711) ; STUDI EVALUASI DATA LOGGING DAN SIFAT PETROFISIKA UNTUK MENENTUKAN ZONA HIDROKARBON PADA LAPISAN BATU PASIR FORMASI DURI LAPANGAN BALAM SOUTH, CEKUNGAN SUMATERA TENGAH STUDY EVALUATION OF DATA LOGGING

Lebih terperinci

BAB IV METODE DAN PENELITIAN

BAB IV METODE DAN PENELITIAN 40 BAB IV METODE DAN PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Lapangan T, berada di Sub-Cekungan bagian Selatan, Cekungan Jawa Timur, yang merupakan daerah operasi Kangean

Lebih terperinci

PERHITUNGAN WATER SATURATION (S W ) MENGGUNAKAN PERSAMAAN ARCHIE, PERSAMAAN INDONESIA DAN METODE RASIO RESISTIVITAS

PERHITUNGAN WATER SATURATION (S W ) MENGGUNAKAN PERSAMAAN ARCHIE, PERSAMAAN INDONESIA DAN METODE RASIO RESISTIVITAS PERHITUNGAN WATER SATURATION (S W ) MENGGUNAKAN PERSAMAAN ARCHIE, PERSAMAAN INDONESIA DAN METODE RASIO RESISTIVITAS Parameter-parameter fisis suatu batuan merupakan aspek penting dalam dunia eksplorasi

Lebih terperinci

Rani Widiastuti Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut t Teknologi Sepuluh hnopember Surabaya 2010

Rani Widiastuti Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut t Teknologi Sepuluh hnopember Surabaya 2010 PEMETAAN BAWAH PERMUKAAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN HIDROKARBON LAPANGAN KYRANI FORMASI CIBULAKAN ATAS CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA DENGAN METODE VOLUMETRIK Rani Widiastuti 1105 100 034 Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN ZONA PRODUKTIF DAN PERHITUNGAN CADANGAN MINYAK AWAL DENGAN MENGGUNAKANDATA LOGGING PADA LAPANGAN APR

ANALISIS PENENTUAN ZONA PRODUKTIF DAN PERHITUNGAN CADANGAN MINYAK AWAL DENGAN MENGGUNAKANDATA LOGGING PADA LAPANGAN APR ANALISIS PENENTUAN ZONA PRODUKTIF DAN PERHITUNGAN CADANGAN MINYAK AWAL DENGAN MENGGUNAKANDATA LOGGING PADA LAPANGAN APR Anastasya P.R1) 1) Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti Email

Lebih terperinci

TUGAS ANALISA DATA WELL LOG 2 ANALISA PETROFISIKA SUMUR BUDI-1

TUGAS ANALISA DATA WELL LOG 2 ANALISA PETROFISIKA SUMUR BUDI-1 TUGAS ANALISA DATA WELL LOG 2 ANALISA PETROFISIKA SUMUR BUDI-1 Nama: INNANDA RIZQIANI P NRP : 3712100021 Pengolahan data well log pada tugas ini dilakukan menggunakan Software Interactive Petrophysics

Lebih terperinci

BAB V INTERPRETASI DATA. batuan dengan menggunakan hasil perekaman karakteristik dari batuan yang ada

BAB V INTERPRETASI DATA. batuan dengan menggunakan hasil perekaman karakteristik dari batuan yang ada BAB V INTERPRETASI DATA V.1. Penentuan Litologi Langkah awal yang dilakukan pada penelitian ini adalah menentukan litologi batuan dengan menggunakan hasil perekaman karakteristik dari batuan yang ada dibawah

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISA DATA LOG UNTUK PERHITUNGAN VOLUME AWAL GAS DI TEMPAT DENGAN METODA VOLUME TRIK

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISA DATA LOG UNTUK PERHITUNGAN VOLUME AWAL GAS DI TEMPAT DENGAN METODA VOLUME TRIK ANALISA DATA LOG UNTUK PERHITUNGAN VOLUME AWAL GAS DI TEMPAT DENGAN METODA VOLUME TRIK Dhita Stella Aulia Nurdin Abstract Perhitungan Initial Gas In Place (IGIP) pada Lapangan KIM menjadi langkah awal

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH i ii iii iv vi vii viii xi xv xvi BAB I.

Lebih terperinci

Porositas Efektif

Porositas Efektif Gambar 4.2.3. Histogram frekuensi porositas total seluruh sumur. 4.2.3. Porositas Efektif Porositas efektif adalah porositas total yang tidak terisi oleh shale. Porositas efektif ditentukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurunnya angka produksi minyak dan gas bumi dewasa ini memberikan konsekuensi yang cukup besar bagi kehidupan masyarakat. Kebutuhan akan sumber daya minyak dan gas

Lebih terperinci

EVALUASI DAN INTERPRETASI LOG DI LAPISAN X PADA LAPANGAN Y UNTUK MENGIDENTIFIKASI KANDUNGAN HIDROKARBON

EVALUASI DAN INTERPRETASI LOG DI LAPISAN X PADA LAPANGAN Y UNTUK MENGIDENTIFIKASI KANDUNGAN HIDROKARBON EVALUASI DAN INTERPRETASI LOG DI LAPISAN X PADA LAPANGAN Y UNTUK MENGIDENTIFIKASI KANDUNGAN HIDROKARBON SKRIPSI Oleh : TRIJANTO GONDOSUSILO 113112002/ TM PRORAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Gambar 1.1

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Gambar 1.1 I.1. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lapangan Reira telah diproduksi sejak 30 tahun yang lalu. Hingga saat ini telah lebih dari 90 sumur diproduksi di Reira. Pada awal masa eksploitasi, sumursumur

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI. 3.1 Analisa Log. BAB III Dasar Teori

BAB III DASAR TEORI. 3.1 Analisa Log. BAB III Dasar Teori BAB III DASAR TEORI 3.1 Analisa Log Analisa log sumuran merupakan salah satu metoda yang sangat penting dan berguna dalam karakterisasi suatu reservoir. Metoda ini sangat membantu dalam penentuan litologi,

Lebih terperinci

BAB IV UNIT RESERVOIR

BAB IV UNIT RESERVOIR BAB IV UNIT RESERVOIR 4.1. Batasan Zona Reservoir Dengan Non-Reservoir Batasan yang dipakai untuk menentukan zona reservoir adalah perpotongan (cross over) antara kurva Log Bulk Density (RHOB) dengan Log

Lebih terperinci

BAB IV RESERVOIR KUJUNG I

BAB IV RESERVOIR KUJUNG I BAB IV RESERVOIR KUJUNG I Studi geologi yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui geometri dan potensi reservoir, meliputi interpretasi lingkungan pengendapan dan perhitungan serta pemodelan tiga dimensi

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Gambar 5. Pengambilan Conventinal Core utuh dalam suatu pemboran... Gambar 6. Pengambilan Side Wall Core dengan menggunakan Gun...

DAFTAR GAMBAR. Gambar 5. Pengambilan Conventinal Core utuh dalam suatu pemboran... Gambar 6. Pengambilan Side Wall Core dengan menggunakan Gun... DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kontribusi berbagai cabang disiplin ilmu dalam kegiatan eksplorasi (Peadar Mc Kevitt, 2004)... Gambar 2. Peta Lokasi Struktur DNF... Gambar 3. Batas batas Struktur DNF dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hidrokarbon merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat meningkatkan kemajuan Bangsa Indonesia khususnya pada eksplorasi minyak dan gas bumi. Kegiatan ekplorasi

Lebih terperinci

GEOPHYSICAL WELL LOGGING (PENLOGAN SUMUR GEOFISIK )

GEOPHYSICAL WELL LOGGING (PENLOGAN SUMUR GEOFISIK ) GEOPHYSICAL WELL LOGGING (PENLOGAN SUMUR GEOFISIK ) Kuncoro bbkuncoro_sda@yahoo.com 08122953788 Jurusan Teknik Geologi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta Apa itu geophysical well

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Kiprah dan perjalanan PT. Chevron Pacific Indonesia yang telah cukup lama ini secara perlahan diikuti oleh penurunan produksi minyak dan semakin kecilnya

Lebih terperinci

Analisis Petrofisika Batuan Karbonat Pada Lapangan DIF Formasi Parigi Cekungan Jawa Barat Utara

Analisis Petrofisika Batuan Karbonat Pada Lapangan DIF Formasi Parigi Cekungan Jawa Barat Utara Analisis Petrofisika Batuan Karbonat Pada Lapangan DIF Formasi Parigi Cekungan Jawa Barat Utara Nadifatul Fuadiyah 1, Widya Utama 2,Totok Parafianto 3 Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pliosen Awal (Minarwan dkk, 1998). Pada sumur P1 dilakukan pengukuran FMT

BAB I PENDAHULUAN. Pliosen Awal (Minarwan dkk, 1998). Pada sumur P1 dilakukan pengukuran FMT BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Lapangan R merupakan bagian dari kompleks gas bagian Selatan Natuna yang terbentuk akibat proses inversi yang terjadi pada Miosen Akhir hingga Pliosen Awal

Lebih terperinci

ANALISIS PETROFISIKA DAN PERHITUNGAN CADANGAN MINYAK PADA LAPANGAN BEAR CEKUNGAN SUMATRA TENGAH (Studi kasus PT Chevron Pacific Indonesia)

ANALISIS PETROFISIKA DAN PERHITUNGAN CADANGAN MINYAK PADA LAPANGAN BEAR CEKUNGAN SUMATRA TENGAH (Studi kasus PT Chevron Pacific Indonesia) ANALISIS PETROFISIKA DAN PERHITUNGAN CADANGAN MINYAK PADA LAPANGAN BEAR CEKUNGAN SUMATRA TENGAH (Studi kasus PT Chevron Pacific Indonesia) Eko Vidhotomo 1, A. M. Juwono M.Sc 1, Rinie Mekarsari M.Sc 2,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu kegiatan pengumpulan data bawah permukaan pada kegiatan pengeboran sumur minyak dan atau gas bumi baik untuk sumur eksplorasi maupun untuk sumur

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii SARI... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Peningkatan kebutuhan energi di dunia akan minyak dan gas bumi sebagai bahan bakar fosil yang utama cenderung meningkat seiring dengan perubahan waktu. Kebutuhan dunia

Lebih terperinci

ANALISIS PETROFISIKA DAN PERHITUNGAN CADANGAN GAS ALAM LAPANGAN KAPRASIDA FORMASI BATURAJA CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

ANALISIS PETROFISIKA DAN PERHITUNGAN CADANGAN GAS ALAM LAPANGAN KAPRASIDA FORMASI BATURAJA CEKUNGAN SUMATERA SELATAN Analisis Petrofisika dan... ANALISIS PETROFISIKA DAN PERHITUNGAN CADANGAN GAS ALAM LAPANGAN KAPRASIDA FORMASI BATURAJA CEKUNGAN SUMATERA SELATAN M. Iqbal Maulana, Widya Utama, Anik Hilyah Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI 5.1. Analisis Litologi dari Crossplot Formasi Bekasap yang merupakan target dari penelitian ini sebagian besar tersusun oleh litologi sand dan shale, dengan sedikit konglomerat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data seismik 3D PSTM Non

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data seismik 3D PSTM Non 39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data seismik 3D PSTM Non Preserve. Data sumur acuan yang digunakan untuk inversi adalah sumur

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PERKIRAAN VOLUME GAS AWAL DI TEMPAT MENGGUNAKAN METODE VOLUMETRIK PADA LAPANGAN POR

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PERKIRAAN VOLUME GAS AWAL DI TEMPAT MENGGUNAKAN METODE VOLUMETRIK PADA LAPANGAN POR PERKIRAAN VOLUME GAS AWAL DI TEMPAT MENGGUNAKAN METODE VOLUMETRIK PADA LAPANGAN POR Edgar G Sebastian Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian Dan Energi Universitas Trisakti E-mail: edgar_bastian23@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS 5.1 Penampang Hasil Curve Matching

BAB V ANALISIS 5.1 Penampang Hasil Curve Matching BAB V ANALISIS 5.1 Penampang Hasil Curve Matching Penampang hasil pengolahan dengan perangkat lunak Ipi2win pada line 08 memperlihatkan adanya struktur antiklin. Struktur ini memiliki besar tahanan jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah pemboran (drilling hazards) seperti lost circulation

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah pemboran (drilling hazards) seperti lost circulation BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah-masalah pemboran (drilling hazards) seperti lost circulation dan kick sering terjadi saat pemboran dilakukan oleh PT. Pertamina EP Asset 3 di Lapangan MRFP

Lebih terperinci

Evaluasi Formasi Menggunakan Data Log dan Data Core pada Lapangan X Cekungan Jawa Timur Bagian Utara

Evaluasi Formasi Menggunakan Data Log dan Data Core pada Lapangan X Cekungan Jawa Timur Bagian Utara JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (24) 2337-352 (23-928X Print) B-2 Evaluasi Formasi Menggunakan Data Log dan Data Core pada Lapangan X Cekungan Jawa Timur Bagian Utara Arga Nuryanto, Bagus Jaya

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP DASAR WELL LOGGING

BAB II PRINSIP DASAR WELL LOGGING BAB II PRINSIP DASAR WELL LOGGING I. PENDAHULUAN Well Logging adalah kegiatan merekam karakteristik batuan sebagai fungsi kedalaman. Ada dua macam pencatatan yang dibedakan menurut waktu pengambilan data,

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang mengambil judul Interpretasi Reservoar Menggunakan. Seismik Multiatribut Linear Regresion

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang mengambil judul Interpretasi Reservoar Menggunakan. Seismik Multiatribut Linear Regresion 1 IV. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian yang mengambil judul Interpretasi Reservoar Menggunakan Seismik Multiatribut Linear Regresion Pada Lapngan Pams Formasi Talangakar

Lebih terperinci

Berikut ini adalah log porositas yang dihasilkan menunjukkan pola yang sama dengan data nilai porositas pada inti bor (Gambar 3.18).

Berikut ini adalah log porositas yang dihasilkan menunjukkan pola yang sama dengan data nilai porositas pada inti bor (Gambar 3.18). Gambar 3.17 Grafik silang antara porositas inti bor dan porositas log densitas. Berikut ini adalah log porositas yang dihasilkan menunjukkan pola yang sama dengan data nilai porositas pada inti bor (Gambar

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN. dapat teresolusi dengan baik oleh wavelet secara perhitungan teoritis, dimana pada

V. PEMBAHASAN. dapat teresolusi dengan baik oleh wavelet secara perhitungan teoritis, dimana pada V. PEMBAHASAN 5.1 Tuning Thickness Analysis Analisis tuning thickness dilakukan untuk mengetahui ketebalan reservoar yang dapat teresolusi dengan baik oleh wavelet secara perhitungan teoritis, dimana pada

Lebih terperinci

*Korespondensi:

*Korespondensi: PETROFISIKA BATUGAMPING FORMASI BATURAJA PADA LAPANGAN CCC, CEKUNGAN SUMATERA SELATAN Clarissa Crysta Chandra 1 *, Undang Mardiana 2,Febriwan Mohammad 3,Tavip Setiawan 4 1, 2, 3 Fakultas Teknik Geologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reservoar, batuan tudung, trap dan migrasi. Reservoar pada daerah penelitian

BAB I PENDAHULUAN. reservoar, batuan tudung, trap dan migrasi. Reservoar pada daerah penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Syarat terdapatnya hidrokarbon pada suatu daerah eksplorasi adalah adanya petroleum system yang terdiri dari 5 komponen yaitu: batuan induk, batuan reservoar,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI RESERVOIR FORMASI BANGKO B

BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI RESERVOIR FORMASI BANGKO B BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI RESERVOIR FORMASI BANGKO B Untuk melakukan analisis lingkungan pengendapan suatu reservoir dibutuhkan data batuan inti (core) dan juga melihat

Lebih terperinci

BAB IV PEMODELAN PETROFISIKA RESERVOIR

BAB IV PEMODELAN PETROFISIKA RESERVOIR BAB IV PEMODELAN PETROFISIKA RESERVOIR Pemodelan petrofisika reservoir meliputi pemodelan Vshale dan porositas. Pendekatan geostatistik terutama analisis variogram, simulasi sekuensial berbasis grid (Sequential

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. Metode seismik refleksi merupakan suatu metode yang banyak digunakan dalam

BAB III TEORI DASAR. Metode seismik refleksi merupakan suatu metode yang banyak digunakan dalam BAB III TEORI DASAR 3.1 Seismik Refleksi Metode seismik refleksi merupakan suatu metode yang banyak digunakan dalam eksplorasi hidrokarbon. Telah diketahui bahwa dalam eksplorasi geofisika, metode seismik

Lebih terperinci

PEMODELAN RESERVOIR BATUPASIR A, FORMASI MENGGALA DAN PENGARUH HETEROGENITAS TERHADAP OOIP, LAPANGAN RINDANG, CEKUNGAN SUMATRA TENGAH

PEMODELAN RESERVOIR BATUPASIR A, FORMASI MENGGALA DAN PENGARUH HETEROGENITAS TERHADAP OOIP, LAPANGAN RINDANG, CEKUNGAN SUMATRA TENGAH PEMODELAN RESERVOIR BATUPASIR A, FORMASI MENGGALA DAN PENGARUH HETEROGENITAS TERHADAP OOIP, LAPANGAN RINDANG, CEKUNGAN SUMATRA TENGAH TUGAS AKHIR B Diajukan Sebagai Syarat dalam Mencapai Kelulusan Strata

Lebih terperinci

FAKTOR KOREKSI TERHADAP PERHITUNGAN d EKSPONEN AKIBAT ADANYA PERUBAHAN TIPE BIT DAN UKURAN BIT

FAKTOR KOREKSI TERHADAP PERHITUNGAN d EKSPONEN AKIBAT ADANYA PERUBAHAN TIPE BIT DAN UKURAN BIT PROCEEDING SIMPOSIUM NASIONAL IATMI 2001 Yogyakarta, 3-5 Oktober 2001 FAKTOR KOREKSI TERHADAP PERHITUNGAN d EKSPONEN AKIBAT ADANYA PERUBAHAN TIPE BIT DAN UKURAN BIT Rudi Rubiandini R.S., Tumpal Ebenhaezar

Lebih terperinci

Cut-off Porositas, Volume shale, dan Saturasi Air untuk Perhitungan Netpay Sumur O Lapangan C Cekungan Sumatra Selatan

Cut-off Porositas, Volume shale, dan Saturasi Air untuk Perhitungan Netpay Sumur O Lapangan C Cekungan Sumatra Selatan Cut-off Porositas, Volume shale, dan Saturasi Air untuk Perhitungan Netpay Sumur O Lapangan C Cekungan Sumatra Selatan Bambang Triwibowo Jurusan Teknik Geologi FTM UPN Veteran Yogyakarta Abstract The values

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Eksplorasi hidrokarbon memerlukan analisis geomekanika untuk. menghindari berbagai masalah yang dapat mempengaruhi kestabilan sumur

BAB I PENDAHULUAN. Eksplorasi hidrokarbon memerlukan analisis geomekanika untuk. menghindari berbagai masalah yang dapat mempengaruhi kestabilan sumur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Eksplorasi hidrokarbon memerlukan analisis geomekanika untuk menghindari berbagai masalah yang dapat mempengaruhi kestabilan sumur pemboran. Analisis geomekanika

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS FASIES SEDIMENTASI DAN DISTRIBUSI BATUPASIR C

BAB 4 ANALISIS FASIES SEDIMENTASI DAN DISTRIBUSI BATUPASIR C BAB 4 ANALISIS FASIES SEDIMENTASI DAN DISTRIBUSI BATUPASIR C 4.1. Analisis Litofasies dan Fasies Sedimentasi 4.1.1. Analisis Litofasies berdasarkan Data Batuan inti Litofasies adalah suatu tubuh batuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah lapangan gas telah berhasil ditemukan di bagian darat Sub-

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah lapangan gas telah berhasil ditemukan di bagian darat Sub- BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebuah lapangan gas telah berhasil ditemukan di bagian darat Sub- Cekungan Tarakan, Kalimantan Utara pada tahun 2007. Lapangan gas ini disebut dengan Lapangan BYN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan... Abstrak... Abstract... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel...

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan... Abstrak... Abstract... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... DAFTAR ISI Lembar Pengesahan... Abstrak... Abstract...... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... i iii iv v viii xi xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Penelitian...

Lebih terperinci

ANALISA INVERSI ACOUSTIC IMPEDANCE (AI) UNTUK KARAKTERISASI RESERVOIR KARBONAT PADA LAPANGAN X FORMASI PARIGI CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA

ANALISA INVERSI ACOUSTIC IMPEDANCE (AI) UNTUK KARAKTERISASI RESERVOIR KARBONAT PADA LAPANGAN X FORMASI PARIGI CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA ANALISA INVERSI ACOUSTIC IMPEDANCE (AI) UNTUK KARAKTERISASI RESERVOIR KARBONAT PADA LAPANGAN X FORMASI PARIGI CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA Luxy Rizal Fathoni, Udi Harmoko dan Hernowo Danusaputro Lab. Geofisika,

Lebih terperinci

(Gambar III.6). Peta tuning ini secara kualitatif digunakan sebagai data pendukung untuk membantu interpretasi sebaran fasies secara lateral.

(Gambar III.6). Peta tuning ini secara kualitatif digunakan sebagai data pendukung untuk membantu interpretasi sebaran fasies secara lateral. Selanjutnya hasil animasi terhadap peta tuning dengan penganturan frekuensi. Dalam hal ini, animasi dilakukan pada rentang frekuensi 0 60 hertz, karena diatas rentang tersebut peta tuning akan menunjukkan

Lebih terperinci

ANALISA LOG UNTUK MENENTUKAN AWAL ISI GAS DITEMPAT (OGIP) LAPANGAN X SUMUR RM-3

ANALISA LOG UNTUK MENENTUKAN AWAL ISI GAS DITEMPAT (OGIP) LAPANGAN X SUMUR RM-3 ANALISA LOG UNTUK MENENTUKAN AWAL ISI GAS DITEMPAT (OGIP) LAPANGAN X SUMUR RM-3 Profit Pradana, Sembodo, Suryo Prakoso Program Studi Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Kebumian Dan Energi, Universitas

Lebih terperinci

BAB III ANALISA GEOMEKANIKA DAN REKAHAN

BAB III ANALISA GEOMEKANIKA DAN REKAHAN BAB III ANALISA GEOMEKANIKA DAN REKAHAN III.1 Data dan Metode Analisis Penentuan hubungan antara tegasan in-situ dengan suatu rekahan tidak terlepas dari pembuatan model geomekanika. Beberapa parameter

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM SUMUR

BAB II TINJAUAN UMUM SUMUR DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iv KATA PENGANTAR...v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi RINGKASAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik mengenai geologi terutama mengenai sifat/karakteristik suatu reservoir sangat penting dalam tahapan eksploitasi suatu

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA Secara umum, metode penelitian dibagi atas tiga kegiatan utama yaitu: 1. Pengumpulan data, baik data kerja maupun data pendukung 2. Pengolahan data 3. Analisis atau Interpretasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini di Indonesia semakin banyak ditemukan minyak dan gas yang terdapat pada reservoir karbonat, mulai dari ukuran kecil hingga besar. Penemuan hidrokarbon dalam

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berjalannya waktu jumlah cadangan migas yang ada tentu akan semakin berkurang, oleh sebab itu metoda eksplorasi yang efisien dan efektif perlu dilakukan guna

Lebih terperinci

RANGGA MASDAR FAHRIZAL FISIKA FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011

RANGGA MASDAR FAHRIZAL FISIKA FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011 ANALISA SIFAT FISIS RESERVOIR BATUGAMPING ZONA TARGET BRF MENGGUNAKAN METODE SEISMIK INVERSI IMPEDANSI AKUSTIK DAN MULTI ATRIBUT (STUDI KASUS LAPANGAN M#) RANGGA MASDAR FAHRIZAL 1106 100 001 FISIKA FMIPA

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... vi RINGKASAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

INTERPRETASI DATA PENAMPANG SEISMIK 2D DAN DATA SUMUR PEMBORAN AREA X CEKUNGAN JAWA TIMUR

INTERPRETASI DATA PENAMPANG SEISMIK 2D DAN DATA SUMUR PEMBORAN AREA X CEKUNGAN JAWA TIMUR INTERPRETASI DATA PENAMPANG SEISMIK 2D DAN DATA SUMUR PEMBORAN AREA X CEKUNGAN JAWA TIMUR Nofriadel, Arif Budiman Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163 e-mail:

Lebih terperinci

BAB III METODE OPTIMASI MATLAB

BAB III METODE OPTIMASI MATLAB BAB III METODE OPTIMASI MATLAB 3.1 Langkah Optimasi Dalam membuat desain optimasi digunakan program MATLAB, suatu bahasa pemrograman perhitungan yang melibatkan operasi matematika elemen, matrik, optimasi,

Lebih terperinci

Data dan Analisis Ketidakpastiannya

Data dan Analisis Ketidakpastiannya Bab III Data dan Analisis Ketidakpastiannya Penelitian-penelitian geologi, geofisika dan petrofisika telah dilakukan dilapangan Batang. Beberapa penelitian yang mendukung untuk dilakukannya pemodelan reservoar

Lebih terperinci

BAB IV Perhitungan Cadangan

BAB IV Perhitungan Cadangan BAB IV Perhitungan Cadangan Perhitungan cadangan minyak yang ada di dalam Reservoir X akan menggunakan parameter-parameter yang ada dalam model Reservoir X, misalnya porositas dan Sw. Dalam perhitungan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISIS DATA LOG UNTUK PERHITUNGAN CADANGAN MINYAK AWAL FORMASI KAIS PADA LAPANGAN Y

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISIS DATA LOG UNTUK PERHITUNGAN CADANGAN MINYAK AWAL FORMASI KAIS PADA LAPANGAN Y ANALISIS DATA LOG UNTUK PERHITUNGAN CADANGAN MINYAK AWAL FORMASI KAIS PADA LAPANGAN Y Sartika Sah Putri, Asri Nugrahanti, Slamet Soeharto Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cekungan di Indonesia yang telah di eksplorasi lebih dari 100 tahun dengan reservoir utama pada batuan karbonat yakni cekungan Jawa Timur Utara. Cekungan

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kondisi perminyakan dunia saat ini sangat memperhatinkan khususnya di Indonesia. Dengan keterbatasan lahan eksplorasi baru dan kondisi sumur-sumur tua yang telah melewati

Lebih terperinci

Lingkungan Pengendapan Area FTM Cekungan Banggai Sula Sulawesi

Lingkungan Pengendapan Area FTM Cekungan Banggai Sula Sulawesi Lingkungan Pengendapan Area FTM Cekungan Banggai Sula Sulawesi Fatimah Teknik Geologi Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Email: fatim_miharna@yahoo.com Abstract FTM field as the field of oil and gas. On

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Analisa Data Litologi dan Stratigrafi Pada sumur Terbanggi 001, data litologi (Tabel 4.1) dan stratigrafi (Tabel 4.2) yang digunakan untuk melakukan pemodelan diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan X merupakan salah satu lapangan eksplorasi PT Saka Energy

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan X merupakan salah satu lapangan eksplorasi PT Saka Energy BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lapangan X merupakan salah satu lapangan eksplorasi PT Saka Energy Indonesia yang secara umum terletak di wilayah South Mahakam, sebelah tenggara dan selatan dari Kota

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA

PENUNTUN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA PENUNTUN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA DISUSUN OLEH Heron Surbakti dan Tim Asisten Praktikum Oseanografi Fisika LABORATORIUM OSEANOGRAFI PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Tugas Akhir ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan pada 13 April 10 Juli 2015

BAB IV METODE PENELITIAN. Tugas Akhir ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan pada 13 April 10 Juli 2015 53 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan pada 13 April 10 Juli 2015 di PT. Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore, TB. Simatupang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Sribudiyani (2003), menyatakan Cekungan Jawa Timur Utara sudah sejak lama diketahui sebagai salah satu cekungan penghasil hidrokarbon di Kawasan Barat Indonesia.

Lebih terperinci

Estimasi Porositas pada Reservoir KarbonatMenggunakan Multi Atribut Seismik

Estimasi Porositas pada Reservoir KarbonatMenggunakan Multi Atribut Seismik Estimasi Porositas pada Reservoir KarbonatMenggunakan Multi Atribut Seismik Bambang Hari Mei 1), Eka Husni Hayati 1) 1) Program Studi Geofisika, Jurusan Fisika FMIPA Unhas bambang_harimei2004@yahoo.com

Lebih terperinci

Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor. Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan

Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor. Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan Monitoring dan Eksplorasi Hidrokarbon Oleh : Andika Perbawa 1), Indah Hermansyah

Lebih terperinci

Cadangan bahan bakar fosil dalam bentuk minyak dan gas bumi biasanya. terakumulasi dalam batuan reservoir di bawah permukaan bumi.

Cadangan bahan bakar fosil dalam bentuk minyak dan gas bumi biasanya. terakumulasi dalam batuan reservoir di bawah permukaan bumi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cadangan bahan bakar fosil dalam bentuk minyak dan gas bumi biasanya terakumulasi dalam batuan reservoir di bawah permukaan bumi. Batuan reservoir merupakan batuan

Lebih terperinci

ANALISA PETROFISIKA DALAM KARAKTERISASI RESERVOAR DAN IDENTIFIKASI FLOW UNIT PADA LAPANGAN SPS SKRIPSI. Brahmani Trias Dewantari

ANALISA PETROFISIKA DALAM KARAKTERISASI RESERVOAR DAN IDENTIFIKASI FLOW UNIT PADA LAPANGAN SPS SKRIPSI. Brahmani Trias Dewantari ANALISA PETROFISIKA DALAM KARAKTERISASI RESERVOAR DAN IDENTIFIKASI FLOW UNIT PADA LAPANGAN SPS SKRIPSI OLEH: Brahmani Trias Dewantari 115 090 011 PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang mengambil judul Analisis Reservoar Pada Lapangan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang mengambil judul Analisis Reservoar Pada Lapangan BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian yang mengambil judul Analisis Reservoar Pada Lapangan FRL Formasi Talangakar, Cekungan Sumatera Selatan dengan Menggunakan Seismik

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN GEOMETRI RESERVOIR

BAB III PEMODELAN GEOMETRI RESERVOIR BAB III PEMODELAN GEOMETRI RESERVOIR III.1 ANALISIS DATA SUMUR DAN SEISMIK Analisis data sumur dilakukan dengan menginterpretasikan log pada sumur sumur di daerah penelitian untuk menentukan marker. Dari

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB IV METODE PENELITIAN IV.1. Pengumpulan Data viii

DAFTAR ISI. BAB IV METODE PENELITIAN IV.1. Pengumpulan Data viii DAFTAR ISI Halaman Judul HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii HALAMAN PERNYATAAN... v SARI... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN I.1.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM

BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM Tujuan utama analisis variogram yang merupakan salah satu metode geostatistik dalam penentuan hubungan spasial terutama pada pemodelan karakterisasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...iv. KATA PENGANTAR...v. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...iv. KATA PENGANTAR...v. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...iv KATA PENGANTAR...v HALAMAN PERSEMBAHAN...vii RINGKASAN...viii DAFTAR ISI...ix DAFTAR GAMBAR...xiii DAFTAR TABEL...xv

Lebih terperinci

ESTIMASI PERMEABILITAS RESERVOIR DARI DATA LOG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA FORMASI MENGGALA PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA

ESTIMASI PERMEABILITAS RESERVOIR DARI DATA LOG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA FORMASI MENGGALA PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA ESTIMASI PERMEABILITAS RESERVOIR DARI DATA LOG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA FORMASI MENGGALA PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA Liana Zamri *, Juandi M, Muhammad Edisar Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 32 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian yang mengambil judul Karakterisasi Reservoar Batupasir Formasi Ngrayong Lapangan ANUGERAH dengan Menggunakan Analisis AVO dan LMR

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penerapan Cadzow Filtering Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan meningkatkan strength tras seismik yang dapat dilakukan setelah koreksi NMO

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA RESPON SEISMIK SINTETIK PP DAN PS BERDASARKAN PEMODELAN SUBSTITUSI FLUIDA PADA SUMUR

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA RESPON SEISMIK SINTETIK PP DAN PS BERDASARKAN PEMODELAN SUBSTITUSI FLUIDA PADA SUMUR Analisis Perbandingan antara... ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA RESPON SEISMIK SINTETIK PP DAN PS BERDASARKAN PEMODELAN SUBSTITUSI FLUIDA PADA SUMUR Nova Linzai, Firman Syaifuddin, Amin Widodo Jurusan Teknik

Lebih terperinci