PERHITUNGAN WATER SATURATION (S W ) MENGGUNAKAN PERSAMAAN ARCHIE, PERSAMAAN INDONESIA DAN METODE RASIO RESISTIVITAS
|
|
- Surya Dharmawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERHITUNGAN WATER SATURATION (S W ) MENGGUNAKAN PERSAMAAN ARCHIE, PERSAMAAN INDONESIA DAN METODE RASIO RESISTIVITAS Parameter-parameter fisis suatu batuan merupakan aspek penting dalam dunia eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi. Paramter-parameter tersebut menjadi indikator untuk menentukan keberadaan minyak dan gas dalam batuan, parameter tersebut di antaranya : porositas, densitas dan water saturation (S w ). Untuk menghitung parameter fisis tersebut dibutuhkan sebuah metode, salah satunya ialah metode well-log. Metode ini merekam parameter-parameter fisis batuan setiap ke dalaman pada sumur. Dari parameter tersebut, kita dapat mengetahui kondisi suatu sumur hidrokarbon. Water saturation (Sw) merupakan salah satu parameter yang sangat penting dalam mengestimasi keberadaan minyak dan gas yang terdapat dalam batuan. Water saturation (Sw) tidak dapat diukur langsung, tapi nilainya dapat didekati dengan menggunakan persamaan-persamaan matematis yang telah dirumuskan oleh para ahli petrophysics. Persamaan tersebut di antaranya persamaan Archie, persamaan Indonesia, dan persamaan rasio resistivitas. Variabel-varibel yang digunakan dalam perhitungan water saturation (Sw) adalah parameter fisis batuan lainnya yang didapat dari data log dan data core. Pada tugas ini, dilakukan perhitungan water saturation (Sw) pada lapangan Walakpa 1 menggunakan tiga persamaan yaitu: persamaan Archie, persamaan Indonesia, dan persamaan rasio resistivitas. Data log yang digunakan untuk perhitungan water saturation (Sw) berasal dari log porositas, log neutron, log SP dan log resistivitas. Hasil perhitungan dari ketiga persamaan tersebut dibandingkan, untuk mengetahui persamaan/metode yang sesuai untuk water saturation (S W ) di lapangan Walakpa Water Saturation (S w ) dan Perhitungannya Water saturation (Sw) adalah persentasi dari pori-pori batuan yang terisi oleh air. Sisa bagian ruang pori batuan yang terisi oleh minyak atau gas disebut kejenuhan hidrokarbon (S h ). S h = 1 S w...(1) Asumsi umu adalah reservoir mula-mula terisi oleh air dan selang waktu perubahan geologi, hidrokarbon yang terbentuk di tempat lain pindah ke formasi berpori menggantikan air pada ruang pori dalam batuan. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendekati nilai water saturation (S W ) yaitu persamaan Archie, persamaan Indonesia, dan persamaan rasio resistivitas. 1.1 Persamaan Archie
2 Persamaan Archie merupakan persamaan dasar dalam menentukan water saturation dan menjadi dasar dari persamaan-persamaan lainnya....(2) Di mana Sw = Saturasi Air Rw = Resistivitas Air Rt = Resistivitas batuan yang di jenuhi air kurang dari 100% a = Konstanta batuan (pada sandstone = 0.81 dan limestone = 1) φ = Porositas batuan (%). m = Faktor sementasi. n = Faktor saturasi Persamaan Archie memegang peranan penting, hal tersebut dapat dilihat dengan adanya resistivitas air (R w ) yang didapat dari Lithologi Tools, resistivitas batuan yang dijenuhi air kurang dari 100 % (Rt) dari Resistivity Tools dan porositas (Ø) dari Porosity Tools. Persamaan ini digunakan menghitung saturasi air garam, dan dapat digunakan apabila sifat litologi seperti : ukuran butir, penyortiran dan clay-mineral content telahdiketahui. 1.2 Persamaan Indonesia Persamaan Indonesia pada mulanya digunakan untuk memodelkan formasi-formasi di Indonesia yang volume serpihnya besar dan air formasi terdiri dari air tawar. Persamaan Indonesia merupakan persamaan dengan pendekatan porositas efektif. Porositas efektif merupakan porositas total yang telah telah dikoreksi terhadap kandungan serpih dalam formasi. Persamaan ini merupakan persamaan empiris yang diturunkan berdasarakan persamaan Archie untuk formasi bersih....(3) di mana S w = water saturation (%) R t = resistivitas formasi (ohm.m) V sh = volume shale (%) R sh = resistivitas shale (ohm.m)
3 R w = resistivitas air formasi (ohm.m) a = faktor formasi m = faktor sementasi n = eksponen saturasi φ = porositas (%) Volume shale diperoleh dari pembacaan log GR dan resistivitas serpih yang diperoleh dari log resistivitas pada zona sshale pada sumur yang sama. Persamaan Indonesia sangat dipengaruhi oleh volume serpih dan resistivitas serpih. Semakin besarnya volume shale dalam formasi, resistivitas akan semakin mengecil. Sebaliknya, untuk mendapatkan volume shale yang kecil maka harus diperoleh kondisi dengan resistivitas shale yang cukup besar. Akan tetapi shale pada persamaan ini ada pada garis non linier sehingga efektif untuk mereduksi pengaruh kandungan shale yang tinggi dalam formasi. Persamaan Indonesia efektif untuk menentukan saturasi air formasi dengan kandungan shale lebih besar dari 40 %. 1.3 Metode Rasio Resistivitas Metode rasio resistivitas mengasumsikan bahwa formasi dibagi menjadi dua bagian, terinvasi lumpur bor dan tak terinvasi lumpur bor. Kedua zona tersebut memiliki faktor formasi (F) yang sama, tetapi masing-masing mengandung air dengan resistivitas berbeda, R t (true resistivity) untuk zona tak terinvasi dan Rxo (flushed zone resistivity) untuk zona terinvasi. Bila sumur selesai di bor, formasi yang dekat dengan lubang bor akan terkontaminasi pleh filtrasi lumpur. Bila lapisan mengandung minyak, umumnya daerah dekat lubang bor mempunyai resistivitas rendah, sedangkan resistivitas di daerah yang jauh dari lubang bor lebih tinggi. Sehingga perbandingan antara alat resistivitas dangkal dengan alat resistivitas dalam akan memberikan tanda hidrokarbon. Persamaan Archie seperti pada persamaan (2). Sedangkan saturasi air untuk zona terinvasi adalah...(4) Secara empiris, dari pengukuran di lapangan diperoleh S xo = (S w ) 1/5, dan dengan membagi persamaan (2) dan (4) maka diperoleh persamaan (5) sebagai berikut :...(5) Persamaan (5) merupakan persamaan untuk menentukan saturasi air dengan metode rasio resistivitas. Metode ini tidak membutuhkan informasi tentang porosiats dan faktor formasi. 2. Penegolahan Data dan Perhitungan Parameter Fisis Batuan Pada tugas ini dilakukan dengan analisa data log secara kualitatif dan kuantitatif dengan korelasi korelasi data core. Penentuan nilai saturasi air dilakukan dengan menggunakan
4 persamaan Archie, persamaan Indonesia dan metode rasio resisitivitas. Data yang digunakan ilah sumur Walakpa-1, di antaranya data : DEPTH, GR, SP, CALI, NPHI, RHOB, LLD, LLS dan MSFL beserta data core yang didownload dari website USGS. Pengolahan data menggunkan Microsoft Excel 2010 dan Interactive-Petrophysics. Sebelum melakukan proses pengolahan data, sebaiknya data sumur yang digunakan diperiksa kelengkapannya sehingga memudahkan dalam mencari informasi mengenai data sumur tersebut. Setelah dipastiakn data dalam keadaan bagus, selanjutnya dapat melakukan pengolahan data. Tahap pertama dalam melakukan pengolahan data adalah melakukan zonasi reservoir. Data log yang sudah sesuai dengan kedalamannya masing-masing dipilih zona yang merupakan zona reservoir. Untuk menentukannya, dilihat pada litologi batuan dari log GR dan log SP. Kedua log tersebut dapat membedakan lapisan batuan yang permeabel dan impermeabel. Reservoir yang bagus mempunyai porositas dan permeabilitas yang tinggi, hal tersebut ditunjukkan pada defleksi kurva SP dan rendahnya intensitas GR. Menandakan bahwa lapisan tersebut kemungkinan adalah sand. Data log lain yang berguna dalam melakukan zonasi reservoir adalah log resistivitas. Dari log resistivitas dapat diketahui keberadaan hidrokarbon, ditunjukkan dengan nilai resisitivitas yang tinggi dari defleksi ke kanan kurva ILD. Reservoir hidrokarbon dapat juga diidentifikasi dari log densitas dan log porositas NPHI. Zona reservoir ditunjukkan dengan tingginya nilai kedua log tersebut, dengan log densitas defleksi ke kanan dan log NPHI defleksi ke kiri. Berikut adalah contoh zonasi reservoir pada subuah sumur. Setelah dilakukan zonasi maka selanjutnya dapat dilakukan perhitungan parameter fisis batuan untuk mendapatkan nilai saturasi air dari zona reservoir.
5 Gambar.1 Hasil zonasi reservoir yang ditunjukkan dengan angka 2.1 Perhitungan Resistivitas Benar (Rt) Resistivitas benar (Rt) merupakan resistivitas batuan pada zona tak terinvasi oleh lumpur bor yang terisis oleh air dan hidrokarbon. Alat log resistivitas dalam mengukur resistivitas formasi pada zona tak terinvasi lumpur bor, sehingga penentuan nilai Rt menggunakan data log resistivitas dalam. Dalam tugas ini nilai Rt diperoleh dari data log ILD. 2.2 Perhitungan Resistivitas Zona Terinvasi (Rxo) Resistivitas zona tak terinvasi (Rxo) merupakan resistivitas formasi yang terkontaminasi oleh lumpur sehingga fluida asal dalam formasi sudah bercampur dengan filtrat lumpur bor. Data Rxo diperoleh dari pembacaan log LL Perhitungan Porositas (φ) Porositas merupakan nilai perbandingan antara volume ruang kosong (pori) pada batuan dengan volume total batuan. Penentuan porositas menggunakan 2 alat log porositas yaitu
6 porositas densitas dan porositas neutron (NPHI). Porositas formasi dapat diestimasi dengan menggunakan kombinasi kedua nilai log tersebut. Di mana prositas formasi dapat didekati dengan persamaan berikut....(6) Dengan Φ adalah porositas total, Φ N porositas neutron dan Φ D porositas densitas. ρ ma adalah densitas matriks dalam hal ini ialah sandstone yaitu 2.65 gr/cc dan ρ fluid ialah densitas fluida dalam hal ini ialah air yaitu 1 gr/cc. Sedangkan ρ bulk dapat dibaca langsung dari RHOB....(7) Porositas yang diperoleh dari persamaan (6) adalah porositas total. Untuk mendapatkan porositas efektif, porositas total dikoreksi dengan persamaan :...(8) Porositas shale diperoleh dari data log NPHI dan porositas densitas pada formasi yang mengandung shale. Sedangkan, volume shale diperoleh dari log GR. 2.4 Perhitungan Volume Shale Log gamma ray memiliki kemampuan untuk mengukur derajat kandungan shale dalam lapisan batuan. Oleh karena itu dalam industri minyak dan gas bumi log GR sering digunakan untuk memprediksi besaran volume shale atau dikenal dengan Vsh. Langkah pertama yang digunakan untuk menghitung volume shale pada log GR adalah dengan menentukan indeks GR (I GR ) yang dihitung menggunakan persamaan berikut : I GR = ( GR log GR min ) /(GR max GR min )...(9) Di mana : I GR = Indeks gamma ray Grlog = pembacaan GR dari formasi Grmin = skala terkecil GR Grmax = skala terbesar GR Namun sebelum ditentukan Vsh, harus diketahui dahulu respon log GR yang terbaca, respon tersebut dapat membentuk kurva yang linier atau non lionier. Untuk respon log GR yang linier maka Vsh = I GR. Namun jika respon log non linier maka Vsh dapat diestimasi dengan beberapa pendekatan diantaranya sebagai berikut :
7 Larrioonov (1969) untuk batuan tersier : V sh = 0.083(2 3.7 IGR - 1)...(10) Steiber (1970) : Vsh = I GR /(3-2. I GR )...(11) Clavier (1971) : Vsh = 1.7- [3.38 ( I GR -0.7) 2 ] 1/2...(12) Larionov (1969) untuk batuan yang lebih tua : Vsh = 0.33 x (2 2 IGR - 1)...(13) 2.5 Perhitungan Resistivitas Air Formasi (R w ) Air formasi merupakan air dalam formasi tak terkontaminasi oleh lumpur bor yang tersaturasi pada batuan berpori. Nilai Rw berguna untuk menentukan Sw dalam formasi. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukkan nilai Rw, pada tugas ini digunakan metode pickett plot. Pickett plot tidak memberikan informasi tentang temperatur formasi. Pickett plot dimanfaatkan untuk mengetahui faktor sementasi (m) yang berguna untuk menentukan faktor formasi (F). Nilai m dalam pickett plot merupakan nilai kemiringan garis 100% saturasi air. Gambar.2 Metode pickett plot 2.6 Penentuan Rmf Nilai Rmf dapat dihitung setalah diperoleh nilai Rw dari metode pickket plot. Rmf dihitung dengan menggunakan metode perbandingan, sebagai berikut.
8 ...(14) Di mana R t diperoleh dari resistivitas sebenarnya dari data log ILD dan R xo diperoleh dari log LL Kuantitas a, m, dan n Nilai a, m dan berturut-turut adalah faktor tutuosity, faktor sementasi dan eksponen saturasi. Pada tugas ini, kuantitas a= 0.81 untuk sand dan nilai m dan n masing-masing 2. Setelah diperoleh semua nilai parameter fisis zona reservoir maka selanjutnya dapat dilakukan perhitungan Sw dengan menggunkan persamaan Archie, persamaan Indonesia dan metode rasio resistivitas. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Data core Walakpa 1 Berdasarkan data geologi Walakpa 1 yang diperoleh dari USGS, maka stratigrafi walakpa di antaranya adalah sebagai berikut. Tabel.1 Data core Walakpa 1 No. Interval Kedalaman (Feet) Fomasi Batuan Torok Torok Pebble shale Pebble shale Pebble shale Walakpa Sandstone Kingak Kingak Kingak Sag River Sandstone Shubik Argillite Pada tugas ini dilakukan analisa pada sumur walakpa 1 dengan range kedalaman 300 sampai dengan 1700 feet di mana zona tersebut beradapada formasi Torok. Sedimentasi formasi Torok sebagaian besar terdiri atas clay dan claystone dengan sedikit siltstone dan sandstone. Pada kedalaman feet silstone dan sandstone tersusun bersaf-saf secara bergantian. Semua sandstone merupakan karbonat dengan flakes karbonat hitam, shaly, dan silty yang mencolok. Sandstone, shaly dan silty tersusun dengan butiran yang bagus dan porositas yang kecil, konsekuensinya dianggap reservoir yang tidak potensial, keduanya sama-sama
9 berporositas rendah dan lapisannya kurang tebal. Hal ini menunjukkan perubahan karakter dari clay dan sandstone melewati siltstone menuju shaly dan siltstone. Hanya ada ssatu terlihat oil yang kecil pada sampel lapisan yang diobservasi dari formasi Torok, terdapat pada kedalaman 250 feet. Pada kedalaman feet terdapat clay dan claystone dengan sedikit sandstone (yang tebalnya 1-2 feet) yang mana shaly dan silty menunjukkan tidak adanya minyak dan gas. Gambar.3 Data sumur walakpa Zonasi Reservoir Pada tugas ini, akan dianlisis keadaan sumur Walakpa 1 pada interval 300 feet s.d 1700 feet. Data log dibaca menggunakan software Interactive Petrophysics, kemudian dilakukan zona reservoir untuk nantinya kan dihitung nilai saturasi airnya.
10 Gambar.4 Zonasi resevoir pada kedalaman 1575 feet s.d 1587 feet Zona tersebut merupakan zona reservoir ditandai dengan penurunan log GR (intensitas rendah) dan defleksi kurva SP yang menunjukkan adanya sand (sebagai reservoir). Selain itu ditunjukkan dengan defleksi dari NPHI dan RHOB secara berlawanan yang menujukkan ada ruang kosong yang kemungkinan besar ditempati oleh fluida.untuk menentukan jenis fluida yang mendominasi ruang pori tersebut, kita dapat melihat defleksi kurva resistivitas. Nilai resistivitas yang terekam pada data log cukup tinggi sehingga dapat diperkirakan pada zona tersebut didominasi oleh fluida hidrokarbon. Pada zonasi ini didapatkan zona reservoir pada kedalaman 1575 feet s.d 1587 feet yaitu formasi Torok yang akan dihitung parameter fisis batuannya. 3.3 Kandungan Shale Setelah melakukan zonasi pada sumur Walakpa 1 berdasarkan nilai kurva log GR dan gabungan log densitas Neutron, maka didaptkan nilai kandungan shale pada tiap-tiap titik pengukuran. Volume shale pada zona reservoir dapat dihitung dengan menggunakan
11 persamaan (9) berdasarkan data dari log gamma ray. Porositas shale dihitung dengan menggunbakan persamaan (6) untuk mendapatkan porositas total shale. Porositas shale dihitung pada zona yang mengandung shale yaitu pada formasi pebble shale pada kedalaman 1743 feet s.d 2041 feet. Porositas shale pada setiap kedalamn tersebut dirat-rata dan diperoleh porositas shale ialah %. Nilai ini akan digunakan untuk menghitung porositas efektif zona reservoir. Dari perhitungan volume shale dari Gr log rata-rata volume shale pada zona reservoir sekitar %. 3.4 Porositas Efektif Reservoir Porositas efektif reservoir dihitung dengan mengurangkan porositas total dengan hasil perkalian porositas shale dan volume shale tiap kedalaman. Secara definitif, porositas efektif didefinisikan sebagai porsitas yang interconected. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai porositas efektif pada zona reservoir rata-rata sekitar 17.75%. Tabel.2 Kualitas Porositas Berdasarkan tabel.2 di atas nilai porositas efektif zona reservoir masuk dalam kategori reservoir yang baik. Ruang pori dalam reservoir saling terhubung sehingga akan dapat mengalirkan fluida (permeabel). 3.5 Penetuan Nilai Rt, Rxo, Rw dan Rmf Resistivitas benar (Rt) merupakan resistivitas batuan formasi yang terisi oleh fluida baik air maupun minyak. Formasi yang memiliki nilai Rt adalah formasi yang tak terkontaminasi oleh lumpur bor. Sedangkan zona yang terkontaminasi oleh lumpur disebut sebagai resistivitas terinvasi Rxo. Rt diperoleh secara langsung dari ILD dan Rxo diperoleh secara langsung dari LL8. Resistivitas air formasi (Rw) merupakan resistivitas air pengisi ruang pori batuan. Rw formasi sangat penting karena memberikan informasi tentang salinitas formasi. Pada tugas ini nilai Rw diperoleh dengan metode pickett plot yang dilakukan dengan
12 menngunakan bantuan matlab. Dari hasil pickett plot, Rw diperoleh ketika pada reservoir tersaturasi. Gambar.5 Hasil Pickett plot Dari hasil pickett plot diperoleh resistivitas air tawar Rw yaitu Ωm. Fluida yang konduktif ditunjukkan dengan nilai resis yang rendah. Nilai Resistivitas mud filtrat (Rmf) dihitung dengan metode rasio seperti pada persamaan (14). Dari hasil perhitungan diperoleh resistivitas lumpur sekitar Ωm. Lumpur tersebut lebih konduktif dari air tawar, hal tersebut menujukkan dalam reservoir ini terdapat air asin yang bercampur dengan lumpur. Dapat dikatakan bahwa lumpur pemboran mengandung banyak garam. 3.5 Penentuan Saturasi Air Setelah diperoleh parameter-parameter fisis dari zona reservoir, maka selanjutnya menentukan saturasi air. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya saturasi air merupakan ruang pori batuan yang terisi oleh air. Dari nilai saturasi air, dapat ditentukan nilai saturasi hidrokarbon pada formasi tersebut dalam hal ini ialah formasi Torok yang merupakan zona reservoir. Asumsi umum adalah bahwa mula-mula terisi oleh air dan selang masa perubahan reservoir mula-mula terisi oleh air dan selang masa perubahan geologi, minyak atau gas yang terbentuk di tempat lain bermigrasi ke formasi yang berpori menggantikan air pada ruang pori. Saturasi air dipengaruhi oleh ukuran dan distribusi pori batuan, ketinggian di atas free water level dan adanya perbedaan tekanan kapiler. Pori-pori terdiri dari dari perselingan antara pori-pori halus dan pori yang lebih besar. Dalam kondisi seperti ini, air sebagai fase pembasah cenderung menempati pori yang lebih kecil akibat dari gaya tarik menarik antara
13 matrik batuan dan air. Faktor tekanan kapiler berpengaruh pada kemampuan minyak untuk menempati pori-pori. Pada minyak tidak terjadi migrasi kapiler karena tekanan kapiler kurang besar untuk terjadi Perhitungan Saturasi Air dengan Persamaan Archie Persamaan Archie merupakan persamaan dasar dalam penentuan saturasi air pada batuan dan persamaan ini menjadi dasar untuk penurunan persamaan saturasi air lainnya. Dari perhitunagn dengan persamaan Archie diperoleh saturasi air sekitar 40.13% dengan log saturasi air ditunjukkan gambar (5). Dalam persamaan Archie ada beberapa parameter yang baru dan nilainya tidak bisa diukur dan hanya teoritis. Variabel Archie yaitu a, m dan n tidak dapat diukur dengan alat sehingga diperlukan pemahaman mengenaidefinisi. Nilai a adalah faktor turtuositas batuan di mana turtuositas bangunn adalah perbandingan jarak yang ditempuh fluida dalam batuan dengan panjnag kesuluruhan batuan dengan kata lain nilai minimum a adalah 1. Nilai n berhubungan dengan jalur konduktivitas. Ketika pori-pori batuan berisi air formasi artinya semua jalur ion dalam batuan tidak terputus, emakin besar n semakin konduktif batuan tersebut begitupula sebaliknya. Dengan kata lain, nilai n menggambarkanhambatan yang di alamai ion-ion batuan dan nilai n berubah-ubah tergantung pada saturasi air. Parameter m atau eksponen sementasi menunjukkan baik tidaknya sementasi pada batuan. Semakin baik sedimentasi bataun, semakin tinggi nilai m begitupula sebaliknya. Hubungan dari ketiga parameter tersebut adalah sebagai berikut, sementasi batuan yang baik akan membuat jalan pori penuh dengan semen sehingga membuat luas jalan pori mengecil akibat nilai efisiensi aliran di mana hal itu ditunjukkan nilai m yang membesar. Nilai m mengambil peranan penting dalam penentuan besarnya nilai saurasi. Bila penentuan m salah maka akan berdampak secar langsung.
14 Gambar.6 Log saturasi air dengan persamaan Archie Pada persamaan archie terlihat nilai m menentukan besarnya Sw. Jadi, persamaan Archie dapat digunakan pada formasi batuan yang telah diketahui variabel-variabel Archie nya. Pada tugas ini formasi Torok ditentuakan sebagai formasi sand yang memiliki nilai a=0.81, m=2 dan n=2. Dari hasil perhitungan saturasi hidrokarbon sekitar 59.87% dengan kata lain lebih dari setengah ruang pori batuan terisi oleh minyak dan gas Persamaan Indonesia Persamaan Indonesia digunakan dalam evaluasi formasi shaly sand. Input data dari persamaan Indonesia adalah eksponen saturasi(m), resistivitas benar (Rt), volume shale, porositas effektif, faktor turtuosity (a), resistivitas shale ( Rsh), dan resistivitas air formasi. Dalam memnetukan saturasi air dengan persamaan Indonesia, formasi dianggap mengandung shale. Persamaan ini merupakan persamaan non linier yang mengoreksi kandunganshale dalam formas. Besarnya kandungan shale tidak dapat diartikan secara langsung dengan semakin tingginya saturasi. Variabel yang berpengaruh ialah resistivitas shale. Perhitungan saturasi air pada zona resitivitas rendah dengan persamaan Indonesia memberikan nilai
15 saturasi air yang sangat tinggi. Gambar 6 menunjukkan grafik saturasi air terhadap kedalaman. Hasil dari perhitungan saturasi menggunakan persamaan Indonesia ialah sekitar 97.7%, hal ini menunjukkan bahwa kandungan minyak dan gas pada reservoir sangatlah kecil. Gambar.7 Perhitungan saturasi dengan persamaan Indonesia Metode Rasio resistivitas Metode rasio resistivitas merupakan rasio antara resistivitas benar dengan resistivitas zona terkontaminasi filtrat lumpur dan rasio resistivitas formasi dengan filtart lumpur. Input data dari metode ini ialah Rxo, Rw, Rt, dan Rmf. Dengan demikian metode rasio resistivitas tidak memerlukan informasi volume kandungan serpih dan porositas. Dari hasil perhitungan dengan saturasi air metode ini menghasilkan saturasi air yang lebih beragam terlihat dari bentuk kurva log yang tidak smooth bila dibandingkan dengan dua persamaan sebelumnya. Nilai saturasi air yang diperoleh menggunakan persamaan ini memiliki nilai lebih dari 100%, hal tersebut tidak mungkin terjadi. Dengan kata lain metode ini tidak cocok digunakan untuk mrnghitung saturasi air pada formasi Torok Walakpa 1. Karena metode rasio resistivitas cocok untuk reservoir karbonat, sedangkan formasi Torok merukan jenis formasi shaly sand.
16 Gambar.8 Saturasi Air dengan metode rasio resistivitas Dari perhitungan saturasi air menggunakan tiga persamaan tersebut, persamaan Archie meberikan nilai saturasi air yang tidak terlalu tinggi sehingga dapat dikatakan zona tersebut prospek sebagai reservoir hidrokarbon, namun perlu ditinjau lebih jauh lagi. Sedangkan saturasi air yang diperoleh dari persamaan Indonesia sangat tinggi sehingga keterdapatn hidrokarbon dalam resrvoir sedikit. 3.6 Identifikasi Zona Hidrokarbon Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya untuk mengidentifikasi zona hidrokarbon digunakan log GR, SP, log resistivitas log densitas dan log porositas. Zona reservoir diliaht dari litologi dengan melihat log GR dan log SP besrta log porositas dan densitas. Untuk mengidentifikasi keberadaan hidrokarbon dalam batuan dapat dilihat dari log resistivitas. Jika pada sumur tersebur memiliki rsestivitas tinggi maka di formasi tersebut terdapat hidrokarbon
17 Jika pada sumur tersebur memiliki rsestivitas tinggi maka di formasi tersebut terdapat hidrokarbon
Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:
ANALISA DATA LOG UNTUK MENENTUKAN ZONA PRODUKTIF DAN MEMPERKIRAKAN CADANGAN AWAL PADA SUMUR R LAPANGAN Y Riza Antares, Asri Nugrahanti, Suryo Prakoso Jurusan Teknik Perminyakan Universitas Trisakti Abstrak
Lebih terperinciANALISIS PENENTUAN ZONA PRODUKTIF DAN PERHITUNGAN CADANGAN MINYAK AWAL DENGAN MENGGUNAKANDATA LOGGING PADA LAPANGAN APR
ANALISIS PENENTUAN ZONA PRODUKTIF DAN PERHITUNGAN CADANGAN MINYAK AWAL DENGAN MENGGUNAKANDATA LOGGING PADA LAPANGAN APR Anastasya P.R1) 1) Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti Email
Lebih terperinciEVALUASI FORMASI SUMURGJN UNTUK PENENTUAN CADANGAN GAS AWAL (OGIP) PADA LAPANGAN X
EVALUASI FORMASI SUMURGJN UNTUK PENENTUAN CADANGAN GAS AWAL (OGIP) PADA LAPANGAN X Abstrak Muhammad Fahdie, Asri Nugrahanti, Samsol Fakultas teknologi kebumian dan energi universitas trisakti Evaluasi
Lebih terperinciPENENTUAN CEMENTATION EXPONENT (m) TANPA ADANYA CLEAN ZONE DAN WATER BEARING PADA RESERVOAR KARBONAT
PEETUA CEMETATIO EXPOET (m) TAPA ADAYA CLEA ZOE DA WATER BEARIG PADA RESERVOAR KARBOAT Oleh : Widya Utama, Puguh Hiskia, Benny ugroho Ardhiansyah, Septa Erik Prabawa Program Studi Geofisika Jurusan Fisika,
Lebih terperinciMampu menentukan harga kejenuhan air pada reservoir
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud 1.1.1.1 Melakukan analisis kuantitatif data log dengan menggunakan data log Gamma ray, Resistivitas, Neutron, dan Densitas. 1.1.1.2 Mengevaluasi parameter-parameter
Lebih terperinciRani Widiastuti Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut t Teknologi Sepuluh hnopember Surabaya 2010
PEMETAAN BAWAH PERMUKAAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN HIDROKARBON LAPANGAN KYRANI FORMASI CIBULAKAN ATAS CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA DENGAN METODE VOLUMETRIK Rani Widiastuti 1105 100 034 Jurusan Fisika Fakultas
Lebih terperinciSeminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISA DATA LOG UNTUK PERHITUNGAN VOLUME AWAL GAS DI TEMPAT DENGAN METODA VOLUME TRIK
ANALISA DATA LOG UNTUK PERHITUNGAN VOLUME AWAL GAS DI TEMPAT DENGAN METODA VOLUME TRIK Dhita Stella Aulia Nurdin Abstract Perhitungan Initial Gas In Place (IGIP) pada Lapangan KIM menjadi langkah awal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurunnya angka produksi minyak dan gas bumi dewasa ini memberikan konsekuensi yang cukup besar bagi kehidupan masyarakat. Kebutuhan akan sumber daya minyak dan gas
Lebih terperinciEvaluasi Formasi dan Estimasi Permeabilitas Pada Reservoir Karbonat Menggunakan Carman Kozceny, Single Transformasi dan Persamaan Timur
Evaluasi Formasi dan Estimasi Permeabilitas Pada Reservoir Karbonat Menggunakan Carman Kozceny, Single Transformasi dan Persamaan Timur Oleh: Ari Teguh Sugiarto 1109100053 Dosen Pembimbing: Prof. Dr.rer.nat
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... vi RINGKASAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang sangat penting di dalam dunia industri perminyakan, setelah
BAB I PENDAHULUAN Kegiatan ekplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi merupakan kegiatan yang sangat penting di dalam dunia industri perminyakan, setelah kegiatan eksplorasi dilaksanakan dan ditemukan
Lebih terperinciEVALUASI DAN INTERPRETASI LOG DI LAPISAN X PADA LAPANGAN Y UNTUK MENGIDENTIFIKASI KANDUNGAN HIDROKARBON
EVALUASI DAN INTERPRETASI LOG DI LAPISAN X PADA LAPANGAN Y UNTUK MENGIDENTIFIKASI KANDUNGAN HIDROKARBON SKRIPSI Oleh : TRIJANTO GONDOSUSILO 113112002/ TM PRORAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN FAKULTAS TEKNOLOGI
Lebih terperinciPorositas Efektif
Gambar 4.2.3. Histogram frekuensi porositas total seluruh sumur. 4.2.3. Porositas Efektif Porositas efektif adalah porositas total yang tidak terisi oleh shale. Porositas efektif ditentukan berdasarkan
Lebih terperinciBAB III DASAR TEORI. 3.1 Analisa Log. BAB III Dasar Teori
BAB III DASAR TEORI 3.1 Analisa Log Analisa log sumuran merupakan salah satu metoda yang sangat penting dan berguna dalam karakterisasi suatu reservoir. Metoda ini sangat membantu dalam penentuan litologi,
Lebih terperinciBAB IV UNIT RESERVOIR
BAB IV UNIT RESERVOIR 4.1. Batasan Zona Reservoir Dengan Non-Reservoir Batasan yang dipakai untuk menentukan zona reservoir adalah perpotongan (cross over) antara kurva Log Bulk Density (RHOB) dengan Log
Lebih terperinciANALISA FISIKAMINYAK (PETROPHYSICS) DARI DATA LOG KONVENSIONAL UNTUK MENGHITUNG Sw BERBAGAI METODE
ANALISA FISIKAMINYAK (PETROPHYSICS) DARI DATA LOG KONVENSIONAL UNTUK MENGHITUNG Sw BERBAGAI METODE Cahaya Rosyidan, Listiana Satiawati* ), Bayu Satiyawira 1 Teknik Perminyakan-FTKE, Universitas Trisakti
Lebih terperinciBAB V INTERPRETASI DATA. batuan dengan menggunakan hasil perekaman karakteristik dari batuan yang ada
BAB V INTERPRETASI DATA V.1. Penentuan Litologi Langkah awal yang dilakukan pada penelitian ini adalah menentukan litologi batuan dengan menggunakan hasil perekaman karakteristik dari batuan yang ada dibawah
Lebih terperinciBAB III PEMODELAN RESERVOIR
BAB III PEMODELAN RESERVOIR Penelitian yang dilakukan pada Lapangan Rindang dilakukan dalam rangka mendefinisikan reservoir Batupasir A baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Beberapa hal yang dilakukan
Lebih terperinciSeminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PERKIRAAN VOLUME GAS AWAL DI TEMPAT MENGGUNAKAN METODE VOLUMETRIK PADA LAPANGAN POR
PERKIRAAN VOLUME GAS AWAL DI TEMPAT MENGGUNAKAN METODE VOLUMETRIK PADA LAPANGAN POR Edgar G Sebastian Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian Dan Energi Universitas Trisakti E-mail: edgar_bastian23@yahoo.com
Lebih terperinciBerikut ini adalah log porositas yang dihasilkan menunjukkan pola yang sama dengan data nilai porositas pada inti bor (Gambar 3.18).
Gambar 3.17 Grafik silang antara porositas inti bor dan porositas log densitas. Berikut ini adalah log porositas yang dihasilkan menunjukkan pola yang sama dengan data nilai porositas pada inti bor (Gambar
Lebih terperinciKlasifikasi Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-127 Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density Ismail Zaky Alfatih, Dwa Desa Warnana, dan
Lebih terperinciBAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI RESERVOIR FORMASI BANGKO B
BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI RESERVOIR FORMASI BANGKO B Untuk melakukan analisis lingkungan pengendapan suatu reservoir dibutuhkan data batuan inti (core) dan juga melihat
Lebih terperinciJl. Raya Palembang-Prabumulih KM.32 Indralaya Sumatera Selatan, Indonesia Telp/Fax. (0711) ;
STUDI EVALUASI DATA LOGGING DAN SIFAT PETROFISIKA UNTUK MENENTUKAN ZONA HIDROKARBON PADA LAPISAN BATU PASIR FORMASI DURI LAPANGAN BALAM SOUTH, CEKUNGAN SUMATERA TENGAH STUDY EVALUATION OF DATA LOGGING
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Peningkatan kebutuhan energi di dunia akan minyak dan gas bumi sebagai bahan bakar fosil yang utama cenderung meningkat seiring dengan perubahan waktu. Kebutuhan dunia
Lebih terperinciANALISIS PETROFISIKA DAN PERHITUNGAN CADANGAN GAS ALAM LAPANGAN KAPRASIDA FORMASI BATURAJA CEKUNGAN SUMATERA SELATAN
Analisis Petrofisika dan... ANALISIS PETROFISIKA DAN PERHITUNGAN CADANGAN GAS ALAM LAPANGAN KAPRASIDA FORMASI BATURAJA CEKUNGAN SUMATERA SELATAN M. Iqbal Maulana, Widya Utama, Anik Hilyah Jurusan Teknik
Lebih terperinciAcara Well Log Laporan Praktikum Geofisika Eksplorasi II
WELL LOG 1. Maksud dan Tujuan Maksud : agar praktikan mengetahui konsep dasar mengenai rekaman sumur pemboran Tujuan : agar praktikan mampu menginterpretasi geologi bawah permukaaan dengan metode rekaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hidrokarbon merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat meningkatkan kemajuan Bangsa Indonesia khususnya pada eksplorasi minyak dan gas bumi. Kegiatan ekplorasi
Lebih terperinciCut-off Porositas, Volume shale, dan Saturasi Air untuk Perhitungan Netpay Sumur O Lapangan C Cekungan Sumatra Selatan
Cut-off Porositas, Volume shale, dan Saturasi Air untuk Perhitungan Netpay Sumur O Lapangan C Cekungan Sumatra Selatan Bambang Triwibowo Jurusan Teknik Geologi FTM UPN Veteran Yogyakarta Abstract The values
Lebih terperinciWELL LOG INTRODUCTION
WELL LOG INTRODUCTION WELL LOGGING? Logging Rekaman suatu parameter versus jarak ataupun waktu Mud logging Log berdasarkan data pemboran, antara lain : cutting, gas reading, hc show, parameter lumpur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perminyakan adalah salah satu industri strategis yang memegang peranan sangat penting saat ini, karena merupakan penyuplai terbesar bagi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pliosen Awal (Minarwan dkk, 1998). Pada sumur P1 dilakukan pengukuran FMT
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Lapangan R merupakan bagian dari kompleks gas bagian Selatan Natuna yang terbentuk akibat proses inversi yang terjadi pada Miosen Akhir hingga Pliosen Awal
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berjalannya waktu jumlah cadangan migas yang ada tentu akan semakin berkurang, oleh sebab itu metoda eksplorasi yang efisien dan efektif perlu dilakukan guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Kiprah dan perjalanan PT. Chevron Pacific Indonesia yang telah cukup lama ini secara perlahan diikuti oleh penurunan produksi minyak dan semakin kecilnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Gambar 1.1
I.1. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lapangan Reira telah diproduksi sejak 30 tahun yang lalu. Hingga saat ini telah lebih dari 90 sumur diproduksi di Reira. Pada awal masa eksploitasi, sumursumur
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv. SARI...v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv SARI...v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL...xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi
Lebih terperinciSeminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISIS DATA LOG UNTUK PERHITUNGAN CADANGAN MINYAK AWAL FORMASI KAIS PADA LAPANGAN Y
ANALISIS DATA LOG UNTUK PERHITUNGAN CADANGAN MINYAK AWAL FORMASI KAIS PADA LAPANGAN Y Sartika Sah Putri, Asri Nugrahanti, Slamet Soeharto Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Abstrak
Lebih terperinciDAFTAR GAMBAR. Gambar 5. Pengambilan Conventinal Core utuh dalam suatu pemboran... Gambar 6. Pengambilan Side Wall Core dengan menggunakan Gun...
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kontribusi berbagai cabang disiplin ilmu dalam kegiatan eksplorasi (Peadar Mc Kevitt, 2004)... Gambar 2. Peta Lokasi Struktur DNF... Gambar 3. Batas batas Struktur DNF dari
Lebih terperinciBAB IV METODE DAN PENELITIAN
40 BAB IV METODE DAN PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Lapangan T, berada di Sub-Cekungan bagian Selatan, Cekungan Jawa Timur, yang merupakan daerah operasi Kangean
Lebih terperinciANALISA LOG UNTUK MENENTUKAN AWAL ISI GAS DITEMPAT (OGIP) LAPANGAN X SUMUR RM-3
ANALISA LOG UNTUK MENENTUKAN AWAL ISI GAS DITEMPAT (OGIP) LAPANGAN X SUMUR RM-3 Profit Pradana, Sembodo, Suryo Prakoso Program Studi Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Kebumian Dan Energi, Universitas
Lebih terperinciBAB IV PEMODELAN PETROFISIKA RESERVOIR
BAB IV PEMODELAN PETROFISIKA RESERVOIR Pemodelan petrofisika reservoir meliputi pemodelan Vshale dan porositas. Pendekatan geostatistik terutama analisis variogram, simulasi sekuensial berbasis grid (Sequential
Lebih terperinciTUGAS ANALISA DATA WELL LOG 2 ANALISA PETROFISIKA SUMUR BUDI-1
TUGAS ANALISA DATA WELL LOG 2 ANALISA PETROFISIKA SUMUR BUDI-1 Nama: INNANDA RIZQIANI P NRP : 3712100021 Pengolahan data well log pada tugas ini dilakukan menggunakan Software Interactive Petrophysics
Lebih terperinciEvaluasi Formasi Menggunakan Data Log dan Data Core pada Lapangan X Cekungan Jawa Timur Bagian Utara
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (24) 2337-352 (23-928X Print) B-2 Evaluasi Formasi Menggunakan Data Log dan Data Core pada Lapangan X Cekungan Jawa Timur Bagian Utara Arga Nuryanto, Bagus Jaya
Lebih terperinciBAB IV RESERVOIR KUJUNG I
BAB IV RESERVOIR KUJUNG I Studi geologi yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui geometri dan potensi reservoir, meliputi interpretasi lingkungan pengendapan dan perhitungan serta pemodelan tiga dimensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik mengenai geologi terutama mengenai sifat/karakteristik suatu reservoir sangat penting dalam tahapan eksploitasi suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Analisis fasies dan evaluasi formasi reservoar dapat mendeskripsi
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Analisis fasies dan evaluasi formasi reservoar dapat mendeskripsi sifat-sifat litologi dan fisika dari batuan reservoar, sehingga dapat dikarakterisasi dan kemudian
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Data 4.1.1 Data Seismik Penelitian ini menggunakan data seismik Pre Stack Time Migration (PSTM) CDP Gather 3D. Penelitian dibatasi dari inline 870 sampai 1050, crossline
Lebih terperinciEvaluasi Formasi Reservoar Batupasir Menggunakan Analisis Petrofisika Pada Lapangan Teapot Dome
Evaluasi Formasi Reservoar Batupasir Menggunakan Analisis Petrofisika Pada Lapangan Teapot Dome Luhur Prayogo 1, Reza Syahputra 2, Abdul Haris 3 1 Departemen Fisika, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424 2,3
Lebih terperinciAnalisis Petrofisika Batuan Karbonat Pada Lapangan DIF Formasi Parigi Cekungan Jawa Barat Utara
Analisis Petrofisika Batuan Karbonat Pada Lapangan DIF Formasi Parigi Cekungan Jawa Barat Utara Nadifatul Fuadiyah 1, Widya Utama 2,Totok Parafianto 3 Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia
Lebih terperinciBAB IV. Log gamma ray digunakan untuk menentukan zona permeabel dan non-permeabel berdasarkan volume shale yang terkandung dalam suatu lapisan.
BAB IV KARAKTERISASI RESERVOIR A 4.1 Analisa Petrofisika Analisa petrofisika merupakan salah satu proses yang penting dalam usaha untuk mengetahui karakteristik suatu reservoir. Melalui analisa petrofisika
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 1
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii SARI... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang
Lebih terperinciPetrophysical Analysis and Multi-attribute Seismic for Reservoir Characterization in Field Norwegia
ANALISIS PETROFISIKA DAN MULTIATRIBUT SEISMIK UNTUK KARAKTERISASI RESERVOAR PADA LAPANGAN NORWEGIA Randy Abdul Rachman dan Dr.rer.nat Abdul Haris Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciBAB V ANALISA. dapat memisahkan litologi dan atau kandungan fluida pada daerah target.
BAB V ANALISA 5.1 Analisa Data Sumur Analisis sensitifitas sumur dilakukan dengan cara membuat krosplot antara dua buah log dalam sistem kartesian sumbu koordinat x dan y. Dari plot ini kita dapat memisahkan
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH i ii iii iv vi vii viii xi xv xvi BAB I.
Lebih terperinciBAB III GEOMETRI DAN KARAKTERISASI UNIT RESERVOIR
BAB III GEOMETRI DAN KARAKTERISASI UNIT RESERVOIR III.1. Analisis Biostratigrafi Pada penelitian ini, analisis biostratigrafi dilakukan oleh PT Geoservices berdasarkan data yang diambil dari sumur PL-01
Lebih terperinciANALISA PETROFISIKA DALAM KARAKTERISASI RESERVOAR DAN IDENTIFIKASI FLOW UNIT PADA LAPANGAN SPS SKRIPSI. Brahmani Trias Dewantari
ANALISA PETROFISIKA DALAM KARAKTERISASI RESERVOAR DAN IDENTIFIKASI FLOW UNIT PADA LAPANGAN SPS SKRIPSI OLEH: Brahmani Trias Dewantari 115 090 011 PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Batuan Sedimen Batuan Sedimen adalah salah satu kelompok utama dari batuan di muka bumi. Batuan ini sering membentuk reservoir berpori dan permeabel pada cekungan sedimen dengan
Lebih terperinciANALISIS PETROFISIKA DAN PERHITUNGAN CADANGAN MINYAK PADA LAPANGAN BEAR CEKUNGAN SUMATRA TENGAH (Studi kasus PT Chevron Pacific Indonesia)
ANALISIS PETROFISIKA DAN PERHITUNGAN CADANGAN MINYAK PADA LAPANGAN BEAR CEKUNGAN SUMATRA TENGAH (Studi kasus PT Chevron Pacific Indonesia) Eko Vidhotomo 1, A. M. Juwono M.Sc 1, Rinie Mekarsari M.Sc 2,
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS FASIES SEDIMENTASI DAN DISTRIBUSI BATUPASIR C
BAB 4 ANALISIS FASIES SEDIMENTASI DAN DISTRIBUSI BATUPASIR C 4.1. Analisis Litofasies dan Fasies Sedimentasi 4.1.1. Analisis Litofasies berdasarkan Data Batuan inti Litofasies adalah suatu tubuh batuan
Lebih terperinciBAB III TEORI DASAR. Log merupakan suatu grafik kedalaman/waktu dari suatu set data yang
BAB III TEORI DASAR 3.1 Wireline Logging Log merupakan suatu grafik kedalaman/waktu dari suatu set data yang menunjukkan parameter diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah sumur pemboran (Harsono,
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN IGIP/RESERVES GAS
BAB IV PERHITUNGAN IGIP/RESERVES GAS Setelah dilakukannya pemodelan perangkap hidrokarbon yang ada di Lapangan Tango, juga perhitungan properti reservoir dengan melakukan analisis kuantitatif untuk menghasilkan
Lebih terperinciRani Widiastuti 1, Syamsu Yudha 2, Bagus Jaya Santosa 3
PEMETAAN BAWAH PERMUKAAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN HIDROKARBON LAPANGAN KYRANI FORMASI CIBULAKAN ATAS CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA DENGAN METODE VOLUMETRIK Rani Widiastuti 1, Syamsu Yudha 2, Bagus Jaya Santosa
Lebih terperinciUNIVERSITAS DIPONEGORO
UNIVERSITAS DIPONEGORO ANALISIS KARAKTERISTIK RESERVOIR DAN PERHITUNGAN CADANGAN PADA LAPANGAN ALFA, FORMASI BATURAJA, CEKUNGAN SUNDA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PETROFISIK BERDASARKAN DATA SUMUR DAN SEISMIK
Lebih terperinciDeni Irawan dan Widya Utama Laboratorium Geofisika, Juruan Fisika, FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 5, NOMOR 1 JANUARI 2009 Analisis Data Well Log(Porositas, Saturasi Air, dan Permeabilitas) untuk menentukan Zona Hidrokarbon, Studi Kasus: Lapangan ITS Daerah Cekungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu industri yang berkontribusi besar terhadap devisa negara. Hal ini menyebabkan minyak dan gas bumi menjadi salah satu
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM
BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM Tujuan utama analisis variogram yang merupakan salah satu metode geostatistik dalam penentuan hubungan spasial terutama pada pemodelan karakterisasi
Lebih terperinciBAB II PRINSIP DASAR WELL LOGGING
BAB II PRINSIP DASAR WELL LOGGING I. PENDAHULUAN Well Logging adalah kegiatan merekam karakteristik batuan sebagai fungsi kedalaman. Ada dua macam pencatatan yang dibedakan menurut waktu pengambilan data,
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kondisi perminyakan dunia saat ini sangat memperhatinkan khususnya di Indonesia. Dengan keterbatasan lahan eksplorasi baru dan kondisi sumur-sumur tua yang telah melewati
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Shale merupakan jenis batuan yang mendominasi batuan sedimen di dunia, yakni sekitar 50-70 %, sedangkan sisanya berupa sandstone dan sedikit limestone (Jonas and McBride,
Lebih terperinciKARAKTERISASI RESERVOAR MELALUI ANALISIS PETROFISIKA PADA DATA WELL LOG SUMUR C LAPANGAN R. (Skripsi) Oleh RIZAL GATA KUSUMA
KARAKTERISASI RESERVOAR MELALUI ANALISIS PETROFISIKA PADA DATA WELL LOG SUMUR C LAPANGAN R (Skripsi) Oleh RIZAL GATA KUSUMA KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDUDUKAN TINGGI UNIVERSITAS LAMPUNG FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Sribudiyani (2003), menyatakan Cekungan Jawa Timur Utara sudah sejak lama diketahui sebagai salah satu cekungan penghasil hidrokarbon di Kawasan Barat Indonesia.
Lebih terperinciINTERPRETASI DATA PENAMPANG SEISMIK 2D DAN DATA SUMUR PEMBORAN AREA X CEKUNGAN JAWA TIMUR
INTERPRETASI DATA PENAMPANG SEISMIK 2D DAN DATA SUMUR PEMBORAN AREA X CEKUNGAN JAWA TIMUR Nofriadel, Arif Budiman Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163 e-mail:
Lebih terperinciBAB V ANALISA SEKATAN SESAR
BAB V ANALISA SEKATAN SESAR 5.1 Analisa Sesar Pada daerah analisa ini terdapat sebanyak 19 sesar yang diperoleh dari interpretasi seismik. Pada penelitian sebelumnya keterdapatan sesar ini sudah dipetakan,
Lebih terperinciBAB V KARAKTERISASI DAN APLIKASI
BAB V KARAKTERISASI DAN APLIKASI V. Kurva Fractional flow History matching dilakukan terhadap data produksi aktual dibandingkan dengan data produksi hasil perhitungan. History matching ini menggunakan
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang mengambil judul Interpretasi Reservoar Menggunakan. Seismik Multiatribut Linear Regresion
1 IV. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian yang mengambil judul Interpretasi Reservoar Menggunakan Seismik Multiatribut Linear Regresion Pada Lapngan Pams Formasi Talangakar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Data seismik dan log sumur merupakan bagian dari data yang diambil di bawah permukaan dan tentunya membawa informasi cukup banyak mengenai kondisi geologi
Lebih terperinciGambar 3.21 Peta Lintasan Penampang
Gambar 3.21 Peta Lintasan Penampang Korelasi tahap awal dilakukan pada setiap sumur di daerah penelitian yang meliputi interval Formasi Daram-Waripi Bawah. Korelasi pada tahap ini sangat penting untuk
Lebih terperinciANALISIS PETROFISIKA DAN MULTIATRIBUT SEISMIK UNTUK MEMETAKAN POROSITAS, SATURASI AIR, DAN VOLUME CLAY PADA LAPANGAN X, CEKUNGAN SUMATERA SELATAN
ANALISIS PETROFISIKA DAN MULTIATRIBUT SEISMIK UNTUK MEMETAKAN POROSITAS, SATURASI AIR, DAN VOLUME CLAY PADA LAPANGAN X, CEKUNGAN SUMATERA SELATAN Iven Ganesja Program Studi Fisika, Fakultas Matematika
Lebih terperinciBAB V ANALISIS SEKATAN SESAR
BAB V ANALISIS SEKATAN SESAR Dalam pembahasan kali ini, penulis mencoba menganalisis suatu prospek terdapatnya hidrokarbon ditinjau dari kondisi struktur di sekitar daerah tersebut. Struktur yang menjadi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Analisa Data Litologi dan Stratigrafi Pada sumur Terbanggi 001, data litologi (Tabel 4.1) dan stratigrafi (Tabel 4.2) yang digunakan untuk melakukan pemodelan diperoleh
Lebih terperinciLingkungan Pengendapan Area FTM Cekungan Banggai Sula Sulawesi
Lingkungan Pengendapan Area FTM Cekungan Banggai Sula Sulawesi Fatimah Teknik Geologi Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Email: fatim_miharna@yahoo.com Abstract FTM field as the field of oil and gas. On
Lebih terperinciGEOPHYSICAL WELL LOGGING (PENLOGAN SUMUR GEOFISIK )
GEOPHYSICAL WELL LOGGING (PENLOGAN SUMUR GEOFISIK ) Kuncoro bbkuncoro_sda@yahoo.com 08122953788 Jurusan Teknik Geologi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta Apa itu geophysical well
Lebih terperinciBAB III PEMODELAN GEOMETRI RESERVOIR
BAB III PEMODELAN GEOMETRI RESERVOIR III.1 ANALISIS DATA SUMUR DAN SEISMIK Analisis data sumur dilakukan dengan menginterpretasikan log pada sumur sumur di daerah penelitian untuk menentukan marker. Dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu kegiatan pengumpulan data bawah permukaan pada kegiatan pengeboran sumur minyak dan atau gas bumi baik untuk sumur eksplorasi maupun untuk sumur
Lebih terperinciEvaluasi Cadangan Minyak Zona A dan B, Lapangan Ramses, Blok D Melalui Pemodelan Geologi Berdasarkan Data Petrofisika
Evaluasi Cadangan Minyak Zona A dan B, Lapangan Ramses, Blok D Melalui Pemodelan Geologi Berdasarkan Data Petrofisika a Prahara Iqbal, b Undang Mardiana a UPT Loka Uji Teknik Penambangan dan Mitigasi Bencana,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cekungan Tarakan terbagi menjadi empat Sub-Cekungan berdasarkan Pertamina BPPKA (1996), yaitu Sub-Cekungan Muara, Sub-Cekungan Berau, Sub-Cekungan Tarakan, dan Sub-Cekungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM SUMUR
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iv KATA PENGANTAR...v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi RINGKASAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR
Lebih terperinciData dan Analisis Ketidakpastiannya
Bab III Data dan Analisis Ketidakpastiannya Penelitian-penelitian geologi, geofisika dan petrofisika telah dilakukan dilapangan Batang. Beberapa penelitian yang mendukung untuk dilakukannya pemodelan reservoar
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. V.1 Penentuan Zona Reservoar dan Zona Produksi
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN V.1 Penentuan Zona Reservoar dan Zona Produksi Penentuan zona reservoir dilakukan dengan menggunakan cutoff volume serpih (VSH) dan porositas efektif (PHIE) pada zona target.
Lebih terperinciBAB III TEORI DASAR 3.1 Ruang Lingkup Evaluasi Formasi 3.2 Metode Metode Evaluasi Formasi
BAB III TEORI DASAR 3.1 Ruang Lingkup Evaluasi Formasi Evaluasi formasi batuan adalah suatu proses analisis ciri dan sifat batuan di bawah tanah dengan menggunakan hasil pengukuran lubang sumur (Harsono,
Lebih terperinciGambar 4.5. Peta Isopach Net Sand Unit Reservoir Z dengan Interval Kontur 5 Kaki
Gambar 4.5. Peta Isopach Net Sand Unit Reservoir Z dengan Interval Kontur 5 Kaki Fasies Pengendapan Reservoir Z Berdasarkan komposisi dan susunan litofasies, maka unit reservoir Z merupakan fasies tidal
Lebih terperinciBAB IV VALIDASI MODEL SIMULASI DENGAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN
BAB IV VALIDASI MODEL SIMULASI DENGAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN Untuk memperoleh keyakinan terhadap model yang akan digunakan dalam simulasi untuk menggunakan metode metode analisa uji sumur injeksi seperti
Lebih terperinciKARAKTERISASI BATUAN RESERVOUIR PASIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE HYDRAULIC FLOW UNIT PADA SUMUR X
KARAKTERISASI BATUAN RESERVOUIR PASIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE HYDRAULIC FLOW UNIT PADA SUMUR X M. Ghazian Rahman Aziz 1). Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian Dan Energi Trisakti E-mail:
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KEBERADAAN REKAHAN PADA FORMASI KARBONAT MELALUI REKAMAN LOG DAN BATUAN INTI
IDENTIFIKASI KEBERADAAN REKAHAN PADA FORMASI KARBONAT MELALUI REKAMAN LOG DAN BATUAN INTI Gerry Gusti Nugraha, Benyamin, Ratnayu Sitaresmi Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Abstrak
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI 5.1. Analisis Litologi dari Crossplot Formasi Bekasap yang merupakan target dari penelitian ini sebagian besar tersusun oleh litologi sand dan shale, dengan sedikit konglomerat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah penelitian, yaitu Cekungan Sunda merupakan salah satu cekungan dari rangkaian cekungan sedimen busur belakang berumur Tersier yang terletak di Sumatra dan Laut
Lebih terperinciVALIDASI SATURASI AIR MENGGUNAKAN ANALISIS TEKANAN KAPILER BERDASARKAN METODE REGRESI POROSITY DAN PC FUNCTION 2 PADA SUMUR X-5 DAN X-6.
VALIDASI SATURASI AIR MENGGUNAKAN ANALISIS TEKANAN KAPILER BERDASARKAN METODE REGRESI POROSITY DAN PC FUNCTION 2 PADA SUMUR X-5 DAN X-6 (Skripsi) Oleh ANDI VEANETA L.A KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lapangan gas Tangguh merupakan salah satu lapangan penghasil gas yang berada di Teluk Bintuni, bagian barat Provinsi Papua. Lapangan Tangguh ditemukan pada tahun 1990-an
Lebih terperinciCadangan bahan bakar fosil dalam bentuk minyak dan gas bumi biasanya. terakumulasi dalam batuan reservoir di bawah permukaan bumi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cadangan bahan bakar fosil dalam bentuk minyak dan gas bumi biasanya terakumulasi dalam batuan reservoir di bawah permukaan bumi. Batuan reservoir merupakan batuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini di Indonesia semakin banyak ditemukan minyak dan gas yang terdapat pada reservoir karbonat, mulai dari ukuran kecil hingga besar. Penemuan hidrokarbon dalam
Lebih terperinciANALISIS DATA WELL LOG
ANALISIS DATA WELL LOG Dosen Pengampu : Anik Hilyah, S.Si, MT Yana Hendrayana S.Si JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2016 ANGGOTA
Lebih terperinci