BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Sentra Sablon Suci

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Sentra Sablon Suci"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Sentra Sablon Suci Sentra Sablon Suci merupakan tempat pelaku usaha berjualan khususnya yang bergerak di industri pakaian. Sentra Sablon Suci terletak di Jalan Surapati dan Jalan PHH. Mustofa, kecamatan Cibeunying Kidul, Bandung. Fokus sentra ini adalah memproduksi berbagai macam jenis sablon kaos. Terdapat kurang lebih 409 pengrajin sablon kaos. Kapasitas produksi per tahunnya sebanyak Lusin dengan nilai investasi Rp. 115,403 Milyar dan menyerap tenaga pekerja sebanyak Orang. (Dinas Koperasi dan UMKM pemerintahan kota Bandung, 2012) Sentra Sablon ini telah muncul sejak 30 tahun lalu, Kehadiran pengusaha baru mengembangkan sentra ini hingga menjadi pusat sablon terkemuka tidak hanya di Jawa Barat melainkan di Indonesia. Bahkan pemesanan kaos sablon sampai ada yang ke negeri tetangga yaitu Malaysia. Banyak pengusaha kaos sablon yang semulanya berada di daerah Bandung berpindah ke sentra sablon suci karena melihat peluang dari brandname sentra sablon suci yang telah terkenal, walaupun mereka mengambil resiko karena persaingan sempurna antara sesama usaha kaos sablon. (Nugroho, 2011) Suci adalah singkatan dari Jalan Surapati dan Cicaheum. Sejak dulu Jalan Surapati yang menuju ke Cicaheum lebih dikenal dengan sebutan Jalan Suci. Sentra kaos suci mulai tumbuh ketika krisis ekonomi melanda Indonesia pada Orang-orang yang menjadi korban putus hubungan kerja (PHK) mencoba mencari celah untuk bertahan hidup. Mereka pun mendirikan toko kaos di sekitar Suci. Perajin di kawasan Suci omsetnya mengalami peningkatan ketika ada acara besar seperti pemilihan presiden, pemilihan kepala daerah, atau pemilihan anggota legislatif. Pesanan juga berdatangan dari pengusaha distro dan factory outlet (FO) di Kota 1

2 Bandung yang memesan pembuatan kaos oblong. Di Sentra Kaos Suci merupakan kumpulan home industri yang memiliki bidang masingmasing dalam bidang konveksi, seperti sablon, jahit, potong kain, spanduk, hingga setting gambar. Para perajin tak hanya buka di tepi Jalan Surapati, tapi juga merambah ke gang-gang yang ada di kawasan tersebut. Hasil perajin di Suci tidak hanya memasok untuk kebutuhan di Bandung dan sekitarnya saja, tapi juga menyebar ke seluruh Indonesia. Produk yang dihasilkan berupa kaos, jaket, sweater, training, spanduk, plakat, dan barang cetakan lainnya. (Serba Bandung, 2015) Konsumen dari sentra sablon suci ini 75% berasal dari luar Bandung, karena persepsi dari konsumen yang menganggap bahwa sentra sablon suci ini bagus. Karena kesan bagus dari konsumen luar kota Bandung itu, pemerintah kota Bandung mencanangkan sentra sablon suci ini sebagai salah satu tujuan wisata. (Arifah, Ema., 2008) Gambar 1.1 Toko-Toko di Sentra Sablon Suci sumber: Serba Bandung, Data yang telah diolah. 2

3 1.1.2 Produk Sentra Sablon Suci Beberapa produk yang ditawarkan oleh pengrajin di sentra sablon suci diantaranya adalah jasa desain, jaket, topi, spanduk, billboard dan merchandise. Proses pengerjaan yang dilakukan sesuai dengan pesanan yang diterima. Konsumen dari sentra sablon suci biasanya dari pemerintah, partai politik, sekolah, komunitas, kampus, dan distro FO. Pesanan bisa meningkat pesat ketika ada event yang diadakan seperti Pemilihan Umum (Pemilu), acara HUT kemerdekaan, dan awal pelajaran baru di sekolah. (Amiruddin, 2014). 1.2 Latar Belakang Penelitian Pada tahun 2003 para pemimpin ASEAN sepakat untuk membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang dicetuskan dalam Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-9 di Bali. Hasil dari konferensi itu adalah menyepakati Bali Concord II yang memuat tiga pilar untuk mencapai visi ASEAN 2020 yaitu ekonomi, sosial-budaya, dan politik-keamanan. Dalam bidang ekonomi, Upaya pencapaian visi ASEAN diwujudkan dalam bentuk MEA. Pada tahun 2007, pemimpin ASEAN menyepakati percepatan waktu implementasi MEA dari 2020 menjadi (Taw, Nay., 2014) MEA dapat memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di Asia Tenggara sehingga persaingan akan semakin ketat. Staf khusus Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dita Indah Sari (2014), menjelaskan bahwa MEA mensyaratkan adanya penghapusan aturan-aturan yang sebelumnya menghalangi perusahaan asing untuk masuk ke pasar dalam negeri dan perekrutan tenaga kerja asing. (Getty, AFP., 2014) 3

4 Penerapan MEA ini berdampak pada semua industri yang ada di Indonesia, berikut ini adalah industri yang terkena dampak dari MEA: Tabel 1.1 Industri yang Terkena Dampak MEA No Nama Industri Dampak MEA Response 1. Pertanian Persaingan akan semakin ketat karena lawannya adalah Thailan, pasokan hasil tani dalam negeri kualitasnya belum merata dari berbagai tempat di Indonesia. 2. Manufaktur Manufaktur Indonesia masih kalah kualitasnya dengan negara-negara lain khususnya dalam sektor plastik 3. Infrastruktur Indonesia akan menjadi tujuan perdagangan dari negara di ASEAN, untuk itu infrastruktur seperti jalan dan bangunan harus memadai. 4. Farmasi Mendapat pasar baru yang lebih luas dan bisa Membuat suatu standar nasional (SNI) untuk semua jenis hasil pertanian, bahkan untuk berapa jenis tani seperti rempah-rempah harus sudah berstandar Internasional. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah membuat lembaga pembuatan sertifikasi nasional untuk produk plastik dalam negeri agar lebih berdaya saing. Infrastruktur yang ada dan yang akan dibangun harus mempunyai nilai tambah, bukan lagi green building tetapi harus smart building. Selalu melakukan penelitian ilmiah agar 4

5 No Nama Industri Dampak MEA Response berekspansi ke tempat tetap bisa berinovasi yang baru dengan menciptakan produk baru market yang baru pula, yang dapat diterima oleh karena Indonesia market place baru. mempunyai kekuatan pada industri farmasi ini. 5. Perikanan Kompetisi di industri Diperlukan penyuluhan ini menjadikan yang kompeten tentang Indonesia diunggulkan untuk memimpin, tetapi perikanan kepada nelayan di seluruh Indonesia agar para pesaing seperti kualitas tangkapan ikan Thailan terus bisa lebih bagus dan lebih berinovasi dalam sektor perikanan. banyak mendapatkan hasil dari tangkapan ikan. 6. Pangan Akan terdapat banyak Menetapkan standar makanan yang masuk Nasional dan ASEAN ke Indonesia dari untuk masalah keamanan negara-negara ASEAN, makanan bekerjasama oleh karena itu dengan badan POM. keamanan dan kebersihan dari makanan tersebut perlu menjadi perhatian khusus agar tidak merugikan masyarakat. 7. Agribisnis Sektor Agribisnis Memunculkan ciri khas seperti perikanan, dari produk Indonesia peternakan, dan 5

6 No Nama Industri Dampak MEA Response pertanian Indonesia agar konsumen menjadi mendapat pasar yang loyal terhadap produk. bagus, karena permintaan dari negaranegara ASEAN yang cukup banyak untuk sektor ini. 8. Jasa Perusahaan tidak mau Memperbaiki Framework go international, banyak perusahaan jasa yang ingin localized karena pasarnya dekat dengan tempat jasanya. 9. Kosmetika Industri Kosmetika mengalami Beberapa masalah di antaranya adalah peningkatan daya saing produk dari berbagai aspek, seperti keselamatan, keamanan, diversifikasi dan inovasi bagi pasar Asean. 10. Fashion Bisa merambak pasar ASEAN dengan mudah karena industri fashion Indonesia sedang naik, terbukti bahwa banyak karya dari desainer Agreement on Services (AFAS) agar menarik minar perusahaan lokal untuk berani berekspansi ke luar. Memaksimalkan bahan baku yang melimpah agar di konfersikan menjadi produk yang berkualitas, karena Indonesia mempunyai bahan baku yang melimpah, itu menjadi peluang bagi industri kosmetika. Memanfaatkan market dengan sebaik mungkin karena bisa menjadi peluang yang sangat besar dalam memperbaiki 6

7 No Nama Industri Dampak MEA Response Indonesia dipakai untuk ekonomi makro dalam artis mancanegara. negeri. Sumber : Industri Bisnis Kota Bandung, data yang telah diolah Selain dari industri yang terkena dampak dari MEA, UMKM juga tidak luput dari dampak MEA tersebut. Persaingan akan sangat ketat dalam berbagai sektor. Di Indonesia jumlah pelaku UMKM sekitar 57 juta yang memainkan peran penting dalam memberikan konstribusi di sektor ekonomi seperti penyediaan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, dan memicu pertumbuhan ekonomi. Data statistik dari kementrian ukm dan koperasi menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2009 masih kuat 4,6%, tahun 2011 mencapai 6,5%. Pada 2013 PDB masih mencapai 5,8%. Pencapaian ini secara signifikan disumbangkan oleh UKM dan koperasi terhadap PDB 56%. (Reza, 2014) MEA bisa menjadi peluang bagi UMKM, karena pasar yang ditawarkan ASEAN begitu luas, UMKM bisa memanfaatkan hal tersebut untuk berekspansi keluar mencari market place baru. (Dipta, 2015) Untuk bisa bersaing di MEA 2016, UMKM harus bisa menciptakan sebuah produk yang berkualitas yang dapat memberikan nilai lebih kepada konsumen, nilai lebih tersebut bisa berupa cost leadership, product differentiation, atau product focus (Porter, 2006). Selain itu, UMKM harus mempunyai konsumen yang jelas dan juga loyal terhadap perusahaan agar penjualan produk bisa stabil dan tidak kalah dengan produk lain. Agar mendapat pasar yang jelas, UMKM dianjurkan untuk membuat sebuah sentra indusri agar konsumen bisa dengan mudah menemukan barang yang mereka cari. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 16/PERMEN/M/2006 menjelaskan tentang sentra industri kecil yang merupakan sekumpulan kegiatan industri kecil sejenis yang lokasinya mengelompok pada jarak yang tidak terlalu jauh. Sentra industri ini dapat membantu para UMKM dalam bersaing menghadapi MEA, karena dengan sentra industri ini masyarakat 7

8 atau konsumen dapat dengan pasti menuju tempat sentra industri untuk mencari barang yang dibutuhkan. UMKM dapat secara mudah mendapatkan pasar karena konsumen yang datang sendiri ke tempat meraka, tinggal bagaimana mereka menghasilkan produk yang berkualitas agar konsumen menjadi loyal. Karena pentingnya peran dari sebuah sentra industri untuk kemajuan UMKM, maka pemerintah terus melakukan perkembangan terhadap sentra industri, salah satunya di kota Bandung. Pemerintah kota Bandung telah menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan industri dan perdagangan dengan mengembangkan tujuh kawasan sentra industri perdagangan yang ada di Bandung antara lain Sentra Industri dan Perdagangan Rajutan Binongjati, Sentra Perdagangan Kain Cigondewah, Sentra Perdagangan Jeans Cihampelas, Sentra Industri Kaus Suci, Sentra Industri Sepatu Cibaduyut, Sentra Industri Tahu dan Tempe Cibuntu, dan terakhir Sentra Industri Boneka Sukamulya Sukajadi Kota Bandung. (Dinas Koperasi dan UMKM permerintahan kota Bandung, 2012) Dinas Koperasi dan UMKM pemerintah kota Bandung menyebutkan bahwa nama sentra industri sablon suci adalah sentra industri kaus suci, namun karena masyarakat telah terbiasa menyebutkan sentra industri sablon suci maka nama ini telah menjadi mind-set sendiri dengan sebutan sentra industri sablon suci, selain itu pelaku usaha di sentra sablon suci bukan hanya membuat kaus tetapi banyak produk yang dihasilkan seperti mug, bendera, spanduk, dan lain-lain itu dengan menggunakan proses pensablonan. Oleh karena itu sentra industri kaus suci dikenal dengan sebutan lain yaitu sentra industri sablon suci. Dari ke tujuh sentra industri yang menjadi fokus pemerintahan di Kota Bandung, sentra sablon suci merupakan sentra industri yang paling berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi Kota Bandung. Salah satu alasannya adalah sentra sablon suci memiliki nilai investasi yang paling besar dibandingkan dengan sentra industri yang lain. Berikut adalah tabel perbandingan nilai investasi dari tujuh sentra indusri yang menjadi fokus pemerintah Kota Bandung. 8

9 Tabel 1.2 Perbandingan Nilai Investasi dari Sentra Industri Bandung No Sentra Industri Nilai Investasi (Dalam Miliar Rupiah) 1. Sentra Industri Sablon Suci 115, Sentra Perdagangan Jeans 83,055 Cihampelas 3. Sentra Industri dan Perdagangan 31,366 Rajutan Binongjati 4. Sentra Industri Sepatu Cibaduyut Sentra Industri Tahu Cibuntu 13, Sentra Industri Boneka 2,691 Sukamulya 7. Sentra Perdagangan Kain 1,53 Cigondewah sumber : Kementerian Koperasi dan UKM Kota Bandung, data telah diolah Berdasarkan tabel 1.2 dapat diketahui bahwa nilai investasi terbesar adalah sentra sablon suci dengan nominal 115,403 miliar rupiah. Ini menunjukan bahwa sentra sablon suci paling berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung. Hal ini yang menjadi perhatian lebih dari pemerintah dalam memajukan sentra industri yang ada di Kota Bandung, terutama sentra sablon suci. Nilai investasi pada Sentra Sablon Suci yang paling besar didominasi dari dalam negeri di mana Sentra Sablon Suci banyak mendapatkan keuntungan dari penjualan keberbagai daerah didalam negeri. Selain itu, investasi juga datang dari pemerintah kota Bandung yang saat ini menjadikan Sentra Sablon Suci Bandung sebagai binaan pemerintah kota Bandung untuk dijadikan sebagai salah satu tujuan wisata belanja di Kota Bandung. 9

10 Setelah MEA awal 2016 mendatang berlangsung, pesaing sentra sablon suci bukan hanya wilayah lokal di Indonesia saja, tetapi harus bersaing dengan negara-negara ASEAN. Sentra sablon suci harus meningkatkan kualitas produk dan meminimalisir cost apabila ingin mengambil peluang dari MEA. Karena, untuk meningkatkan daya saing perusahaan harus meningkatkan kualitas produk dan meminimalisir cost (Pujawan, 2005). Selain itu, Upaya UMKM untuk bersaing pada MEA 2015 adalah menggunakan fasilitas internet sebagai media untuk berjualan. Menurut Gasim (2013), Pelaku UKM harus memanfaatkan terbukanya peluang meningkatkan kapasitas usahanya dengan memanfaatkan TI. Pelaku UKM mendapatkan berbagai informasi tentang upaya meningkatkan kualitas produk agar mampu berdaya saing, termasuk informasi pengelolaan manajemen keuangan untuk peningkatan kapasitas usaha yang dimilikinya. Artinya, dengan mengadopsi TI yang semakin hari semakin berkembang pelaku UMKM dapat meningkatkan dan mengembangkan usahanya untuk semakin maju dan tidak tertinggal dari pelaku UKM lain baik dari dalam maupun dari luar negeri. Internet dapat membantu pelaku UMKM dalam menjual produk, mencari suplier, berhubungan dengan konsumen, mencari bahan baku, mencari inovasi produk baru, dan masih banyak lagi keunggulan dari internet yang dapat membantu UMKM dalam meningkatkan kualitas dari produk agar dapat berdaya saing yang bagus. Berikut adalah tabel penggunaan internet untuk UMKM: Tabel 1.3 Penggunaan Internet oleh UMKM No. Deskripsi Penggunaan Persentase (%) 1. Mencari informasi pasar 92,16 2. Mencari informasi desain 80,39 3. Memasarkan produk 60,8 10

11 No. Deskripsi Penggunaan Persentase (%) 4. Komunikasi dengan mintra usaha 58,8 5. Komunikasi dengan konsumen 45,1 6. Memfasilitasi pemesanan online 37,3 7. Komunikasi dengan pemasok 37,3 8. Transaksi online 29,4 (sumber : Dismanto, data telah diolah) Dari tabel 1.3 dapat diketahui bahwa UMKM paling banyak menggunakan internet untuk mencari informasi pasar yaitu 92,6%. Untuk meningkatkan daya saing yang tinngi, UMKM perlu menggunakan internet ini dalam hal produksi agar pengerjaan produksi dapat berjalan dengan cepat dan efisien. Hal yang berkaitan dengan proses produksi adalah komunikasi dengan konsumen dan komunikasi dengan pemasok yang harus ditingkatkan. Persentase pengguna internet untuk komunikasi dengan konsumen sebesar 45,1% dan komunikasi dengan pemasok sebesar 37,3%, jika keduanya digabungkan maka akan menjadi 82,4%. Angka tersebut bisa dikatakan besar, berarti UMKM sudah mulai berfikir bahwa proses produksi juga bisa dilakukan dengan internet agar bisa lebih menghemat waktu dan efisien. Untuk meningkatkan daya saing pada MEA, UMKM harus membuat proses produksi menjadi lebih efektif untuk membuat produk yang berkualitas, salah satunya dengan memperbaiki sistem Supply Chain Management (SCM) dari perusahaan. SCM adalah suatu sistem produksi perusahaan yang saling berkaitan dari mulai pemasok sampai kepada konsumen akhir. Pada saat ini, Sentra sablon suci telah menerapkan sistem supply chain management dalam proses bisnisnya, namun mereka tidak menyadari bahwa proses bisnis yang mereka lakukan adalah supply chain management karena mereka tidak mengerti pengertian dari SCM itu. Menurut Tricahyono et. al (2015) menjelaskan bahwa sentra sablon suci melakukan rencana proses produksi dengan berdiskusi terlebih dahulu dengan calon konsumen untuk menentukan rencana pemesanan, setelah proses pemesanan, pelaku usaha lalu 11

12 menyiapkan bahan baku produksi dengan mendatangi suplier langganan mereka untuk membeli bahan baku, setelah itu mereka melakukan produksi dengan mengubah bahan baku menjadi barang jadi yang dipesan oleh konsumen, lalu pelaku usaha berhubungan kembali dengan konsumen setelah barang pesanan selesai dikerjakan, lalu pelaku usaha melakukan distribusi barang pesanan kepada konsumen. Dari proses tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaku usaha di sentra sablon suci telah melakukan sistem supply chain management. Berikut adalah sistem supply chain di sentra sablon suci dapat dilihat pada gambar 1.2. Gambar 1.2 Rantai Supply Sentra Sablon Suci Jika proses SCM ini sudah berjalan dengan baik, maka dapat dipastikan perusahaan akan menghasilkan produk yang berkualitas. Penggunaan internet dapat membantu sistem SCM ini berjalan dengan baik karena dapat mengkordinasikan setiap unsur yang ada di SCM ini dengan cepat dan akurat, sistem SCM menggunakan internet ini disebut E-SCM. Dengan menggunakan e-scm ini pelaku usaha bisa berkordinasi secara cepat dengan konsumen, hal ini bisa mengurangi salah paham antara keinginan pesanan konsumen dan proses pembuatan oleh pelaku usaha. Dengan menggunakan e-scm juga dapat berkordinasi secara cepat dengan para suplier dan bisa memilih suplier dengan 12

13 harga yang murah dan bahan baku yang berkualitas sesuai dengan pesanan, karena semuanya terhubung dengan internet. Agar penggunaan E-SCM ini dapat berguna bagi UMKM, diperlukan sebuah analisis tentang kesiapan UMKM untuk menggunakan aplikasi E-SCM ini sebagai media untuk proses produksi. Salah satu model yang dapat dijadikan sebagai model untuk memprediksi penggunaan sebuah teknologi adalah Technology Acceptance Model (TAM). Dalam memprediksi penggunaan teknologi terdapat empat variabel yang digunakan antara lain ease of use (EOU) yaitu tingkat di mana seseorang percaya bahwa menggunakan teknologi akan lebih mudah digunakan, variabel perceived usefulness yaitu tingkat di mana seseorang percaya bahwa menggunakan teknologi akan meningkatkan kinerjanya, variabel attitude toward using yaitu evaluasi sikap dari pengguna tentang ketertarikannya dalam menggunakan teknologi, dan variabel behavioral intention to use yaitu minat seseorang untuk menggunakan teknologi tertentu. (Hendayani & Amiruddin, 2014) Penelitian ini berdasarkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hendayani dan Amiruddin, mereka meneliti tentang kesiapan sentra sablon suci dalam mengadopsi e-procurement menggunakan model TAM. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kesiapan UMKM di sentra sablon suci dalam mengadopsi e-procurement berada dalam kategori baik yaitu 73,27%. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui lebih mendalam mengenai kesiapan UMKM dalam mengadopsi e-scm. Karena e-scm lebih kompleks cangkupannya dibandingkan dengan e-procurement. Berdasarkan hasil uraian diatas tentang fenomena pelaksanaan MEA dan kesiapan UMKM menggunakan E-SCM agar dapat bersaing dalam menghadapi MEA tersebut, maka penulis tertarik untuk membuat penelitian dengan judul Analisis Kesiapan UMKM dalam mengadopsi E-SCM menggunakan Technology Acceptance Model (TAM) (Studi Kasus Pada Sentra Sablon Suci Jalan Surapati Bandung) 13

14 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang diatas, dapat kita ketahui bahwa MEA akan dilaksanakan pada awal tahun 2016, hal ini dapat menjadi peluang atau ancaman bagi UMKM, untuk menambah daya saing UMKM dalam menghadapi MEA, dibuat sebuah sistem untuk membantu UMKM dalam menambah kualitas produk melalui Supply Chain Management yang berbasis internet yaitu E-SCM. Namun tidak semua UMKM dapat menerima aplikasi yang berbasis internet ini. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mengetahui kesiapan dari UMKM tersebut dalam mengadopsi E-SCM ini. Untuk mengetahui kesiapan dari UMKM ini akan dilakukan dengan menggunakan Technology Acceptence Model (TAM). Ada beberapa variabel dari TAM ini yang akan diteliti diantaranya ease of use untuk mengetahui kemudahan aplikasi ini saat digunakan, perceived of usefulness untuk mengetahui persepsi dari pengguna dalam kegunaan aplikasi ini, attitude toward using untuk mengetahui sikap dari pengguna dalam menggunakan aplikasi, dan intention to use untuk mengetahui seberapa sering pengguna menggunakan aplikasi ini. 1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan dari perumusan masalah, maka pertanyaan penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana kesiapan UMKM di sentra sablon suci dalam mengadopsi E-SCM? 2. Apakah ease of use (EOU) mempunyai efek positif terhadap perceived of usefulness dari e-scm? 3. Apakah ease of use (EOU) mempunyai efek positif terhadap attitude toward using e-scm? 4. Apakah perceived of usefulness mempunyai efek positif terhadap attitude toward using e-scm? 5. Apakah perceived of usefulness mempunyai efek positif terhadap intention to use e-scm? 14

15 6. Apakah attitude toward using mempunyai efek positif terhadap intention to use e-scm? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini berdasarkan dari perumusan masalah adalaha sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kesiapan UMKM di sentra sablon suci dalam mengadopsi E-SCM. 2. Untuk mengetahui apakah ease of use (EOU) mempunyai efek positif terhadap perceived of usefulness dari e-scm. 3. Untuk mengetahui apakah ease of use (EOU) mempunyai efek positif terhadap attitude toward using e-scm. 4. Untuk mengetahui apakah perceived of usefulness mempunyai efek positif terhadap attitude toward using e-scm. 5. Untuk mengetahui apakah perceived of usefulness mempunyai efek positif terhadap intention to use e-scm. 6. Untuk mengetahui apakah attitude toward using mempunyai efek positif terhadap intention to use e-scm. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat berguna untuk mengetahui kesiapan UMKM sentra sablon suci dalam mengadopsi E-SCM. Adapun secara khusus yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Aspek Teoritis 1. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat bagi pihak akademis (baik mahasiswa maupun dosen) yang membaca penelitian ini sehingga dapat menjadi referensi dan mengembangkan ilmu pengetahuan. 15

16 2. Penelitian ini diharapkan menjadi refrensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin mendalami mengenai Technology Acceptance Model (TAM). b. Aspek Praktis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data empris tentang kesiapan UMKM sentra sablon suci dalam mengadopsi E-SCM, sehingga hasil kajian dari penelitian ini dapat dijadikan masukan kepada pemerintah apabila akan memberikan aplikasi E-SCM kepada UMKM sentra sablon suci. 2. Hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi masukan kepada para developer aplikasi untuk membuat sebuah sistem E-SCM untuk para UMKM. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi khazanah keilmuan di bidang supply chain dengan proses e-scm yang masih jarang untuk diterapkan dalam kegiatan UMKM. Selain itu juga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya dan bermanfaat bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan informasi yang berhubungan dengan hasil penelitian ini. 1.7 Ruang Lingkup Penelitian Objek Penelitian Objek penelitian dalam pemenelitian ini adalah UMKM Sentra Sablon Suci Bandung untuk menganalisis kesiapan dalam mengadopsi teknologi e- SCM Batasan Responden Penelitian ini mempunyai target responden yaitu para pelaku UMKM sentra sablon suci Bandung yang belum menggunakan aplikasi e-scm dalam melakukan proses bisnis atau operasional perusahaannya. 16

17 1.7.3 Periode Penelitian Periode penelitian ini terdapat dua tahap yaitu pengumpulan data dan analisis. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebar kuesioner kepada responden. Lalu setelah data terkumpul akan dilakukan analisis data. Berikut adalah rencana penyelesaian penelitian: Tabel 1.4 Waktu Penelitian No Kegiatan Ags Sep Okt Nov Des 1 Studi Pustaka 2 Studi Pendahuluan 3 Penelitian Lapangan 4 Pengolahan Data 5 Penyusunan Laporan 1.8 Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini disusun dalam 5 (lima) bab dengan sistematika sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab Pendahuluan berisi gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Bab Tinjauan Pustaka dan Lingkup penelitian berisi tinjauan pustaka penelitian, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, dan ruang lingkup penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Bab Metode Penelitian berisi jenis penelitian, variabel operasional, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, dan teknik analisis data. 17

18 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan hasil penelitian yang diperoleh, dijabarkan dan data yang didapatkan ditabulasi. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini dipaparkan garis besar bab 1 sampai dengan bab 4 yang berupa kesimpulan dari hasil penulisan skripsi serta saran yang sesuai dengan hasil penelitian. 18

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Potensi UMKM Kota Bandung Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di kota Bandung yang semakin berkembang ternyata membuat jumlah unit usaha tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang seperti di Indonesia, tetapi juga di negara-negara yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang seperti di Indonesia, tetapi juga di negara-negara yang sudah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha saat ini sangat pesat, dari perspektif dunia, bisa disebutkan bahwa usaha kecil, dan menengah memiliki peranan yang sangat besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini perkembangan dunia usaha sedang meningkat pesat, terlihat bahwa usaha kecil dan menengah (UKM) memiliki peranan yang sangat besar untuk pembangunan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Unit Usaha di Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Unit Usaha di Kota Bandung Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki peran yang sangat penting terhadap perekonomian di daerah maupun nasional, baik dari segi unit usaha, maupun tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sentra Industri yaitu kelompok industri yang dari segi satuan usaha mempunyai skala kecil tetapi membentuk suatu pengelompokan atau kawasan produksi

Lebih terperinci

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Industri Sablon di Daerah Bali

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Industri Sablon di Daerah Bali BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Industri Sablon di Daerah Bali Bali merupakan salah satu pulau yang terkenal di seluruh dunia, dengan ke indahannya Bali mempunyai pesona

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun Sektor / Kegiatan UKM Usaha Kecil

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun Sektor / Kegiatan UKM Usaha Kecil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Perkembangan UMKM kota Bandung Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di kota Bandung memiliki peran yang penting dalam perekonomian nasional dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kawasan Cigondewah merupakan salah satu kawasan pemukiman, sekaligus dikenal sebagai kawasan industri tekstil sejak tahun 1990-an, yang tumbuh seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan industri kreatif di Kota Bandung menunjukkan peningkatan yang cukup memuaskan. Kota Bandung memiliki kawasan produksi yang strategis diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Sentra Kaos Yogya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Sentra Kaos Yogya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Sentra Kaos Yogya Gambar 1.1 Sentra Kaos Yogya Sumber : Dokumen pribadi Daerah istimewa yogyakarta merupakan kota pelajar dan kota pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sentra industri yaitu pusat kegiatan dari kelompok industri pada suatu lokasi/tempat tertentu yang dimana terdiri dari berbagai usaha yang sejenis.

Lebih terperinci

1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi

1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi 1.1.1 Gambaran Umum Sentra Rajut Binong Jati Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian, Perdagangan Kota Bandung menyatakan Binong Jati sebagai kawasan industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Sentra Industri Boneka Sukamulya adalah salah satu sentra yang sangat berpotensi terletak di Jl. Sukamulya Indah No.18 RT 01/02 Bandung. Mayoritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor industri tetapi banyak berkembangnya sektor industri kecil

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor industri tetapi banyak berkembangnya sektor industri kecil BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Sektor industri merupakan sektor yang banyak dikembangkan oleh pemerintah karena sektor industri banyak membantu pertumbuhan ekonomi negara. Pada saat ini, bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu penyumbang terbesar perekonomian Indonesia. UMKM di negara berkembang seperti di Indonesia, sering dikaitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Perusahaan Profil Perusahaan Gambar 1.1 Ruang Produksi Pioncini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Perusahaan Profil Perusahaan Gambar 1.1 Ruang Produksi Pioncini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Perusahaan 1.1.1 Profil Perusahaan Pioncini merupakan salah satu dari sekian pengrajin Industri Kecil Menengah sepatu yang berada di daerah Cibaduyut Bandung.

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM) BONEKA KAIN DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG

2015 PERKEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM) BONEKA KAIN DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki luas wilayah dan penduduk yang besar serta dianugerahi sumberdaya alam melimpah. Seiring perkembangannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Sentra industri merupakan suatu wilayah dimana didalamnya terdapat pengelompokan industri-industri yang sejenis atau memiliki kaitan erat diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan UMKM Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan UMKM Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Perkembangan UMKM Jawa Barat Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Jawa Barat terus mengalami perkembangan pada periode 2011-2012. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti tahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan peningkatan ekspor non-migas. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa industri

BAB I PENDAHULUAN. dan peningkatan ekspor non-migas. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia senantiasa melakukan pembangunan disegala bidang, termasuk pembangunan di bidang ekonomi. Salah satu sektor dalam bidang ekonomi yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh bangsa Indonesia, pemerintah terus melakukan upaya percepatan pembangunan untuk mengejar ketertinggalan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Salah 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Salah satu problematika yang di hadapi negara berkembang adalah pertumbuhan penduduk di kota-kota besar,

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA

2015 PENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah meningkatkan pendapatan per kapita penduduk negara tersebut secara merata. Karena dengan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Perkembangan UMKM Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Perkembangan UMKM Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 UMKM Kota Bandung Bandung adalah kota dengan penduduk yang sangat aktif, berkembang semakin cepat. Dampak positif yang dapat terlihat adalah ikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai PDRB (dalam Triliun) Sumber :Data nilai PDRB Pusdalisbang (2012)

BAB I PENDAHULUAN. Nilai PDRB (dalam Triliun) Sumber :Data nilai PDRB Pusdalisbang (2012) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Saat ini peran Koperasi dan Usaha Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam pembentukan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat sangat besar, Jawa Bara sendiri memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM merupakan sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak

Lebih terperinci

Potret Kluster Industri Boneka di Kelurahan Cijerah Kota Bandung

Potret Kluster Industri Boneka di Kelurahan Cijerah Kota Bandung Prosiding Ilmu Ekonomi ISSN: 2460-6553 Potret Kluster Industri Boneka di Kelurahan Cijerah Kota Bandung 1 Siti Laila Aprilia, 2 Ria Haryatiningsih, 3 Noviani 1,2,3 ProdiIlmu Ekonomi, Fakultas IlmuEkonomidanBisnis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari perekonomian negara yang sedang berkembang, meskipun UKM sering

BAB I PENDAHULUAN. dari perekonomian negara yang sedang berkembang, meskipun UKM sering BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian negara yang sedang berkembang, meskipun UKM sering dianggap berkonotasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bandung menjadi kota yang memiliki daya saing paling kompetitif dibanding kota-kota lainnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bandung menjadi kota yang memiliki daya saing paling kompetitif dibanding kota-kota lainnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bandung menjadi kota yang memiliki daya saing paling kompetitif dibanding kota-kota lainnya dengan berhasil memamfaatkan secara optimal dan sinergis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis daring (online) semakin pesat seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis daring (online) semakin pesat seiring dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis daring (online) semakin pesat seiring dengan bertambahnya pengguna internet. Survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. regional dan nasional pada hakekatnya merupakan suatu proses yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. regional dan nasional pada hakekatnya merupakan suatu proses yang bersifat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan Kota Bandung sebagai bagian integral dari pembangunan regional dan nasional pada hakekatnya merupakan suatu proses yang bersifat integratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah hal yang sangat penting dalam suatu negara, terutama dalam meningkatkan pendapatan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan pasar yang semakin ketat secara tidak langsung akan mempengaruhi usaha suatu perusahaan dalam mempertahankan pangsa pasar. Setiap perusahaan dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Data UMKM Indonesia Periode

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Data UMKM Indonesia Periode BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia terus mengalami perkembangan. Perkembangan UMKM di Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. omzet, namun karena jumlahnya cukup besar, maka peranan UMKM cukup

BAB I PENDAHULUAN. omzet, namun karena jumlahnya cukup besar, maka peranan UMKM cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah.peran penting tersebut telah mendorong banyak

Lebih terperinci

memiliki potensi yang sekaligus menjadi identitas kota, salah satunya yang dirintis oleh beberapa warga setempat. Produk Cibaduyut tak

memiliki potensi yang sekaligus menjadi identitas kota, salah satunya yang dirintis oleh beberapa warga setempat. Produk Cibaduyut tak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang memiliki perkembangan seperti kota Jakarta. Kelebihan kota Bandung dibandingkan dengan kota-kota lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia memproduksi banyak ragam alas kaki. Tingkat produksi domestik diperkirakan mencapai lebih dari 135 juta pasang dengan jumlah pekerja manufaktur alas

Lebih terperinci

Sumber: Data Biro Perencanaan Stratistik UMKM tahun 2011 (data diolah)

Sumber: Data Biro Perencanaan Stratistik UMKM tahun 2011 (data diolah) 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Salah satu langkah strategis dalam rangka mengatasi ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan Usaha Mikro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergerak dalam industri yang sama, dengan meningkatnya tingkat persaingan maka

BAB I PENDAHULUAN. bergerak dalam industri yang sama, dengan meningkatnya tingkat persaingan maka 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan pasar yang semakin ketat secara tidak langsung akan mempengaruhi usaha suatu perusahaan dalam mempertahankan pangsa pasar. Setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat. Teknologi informasi sudah menjadi suatu kebutuhan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat. Teknologi informasi sudah menjadi suatu kebutuhan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi dan teknologi di Indonesia pada saat sekarang ini sangat berkembang pesat. Teknologi informasi sudah menjadi suatu kebutuhan yang sangat penting,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan UMKM dan Usaha Besar terhadap PDRB Non Migas Jawa Barat tahun tergambar dalam tabel 1.1 berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Peranan UMKM dan Usaha Besar terhadap PDRB Non Migas Jawa Barat tahun tergambar dalam tabel 1.1 berikut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Provinsi Jawa Barat memiliki kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional serta berperan sebagai pusat kegiatan industri manufaktur dan strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling

BAB I PENDAHULUAN. yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini di Indonesia, Pelaku usaha semakin banyak jumlahnya dan produk yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling berlomba

Lebih terperinci

2015 PENGARUH WORD OF MOUTH TERHADAP MINAT BELI ATTIS JEANS

2015 PENGARUH WORD OF MOUTH TERHADAP MINAT BELI ATTIS JEANS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Beberapa tahun terakhir, sektor ekonomi kreatif di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Hal tersebut terungkap dari kontribusi yang diberikan

Lebih terperinci

99,37 % Kecil dan Menengah Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung

99,37 % Kecil dan Menengah Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UMKM memiliki peranan penting dalam laju perekonomian masyarakat yaitu membantu pemerintah dalam hal penciptaan lapangan pekerjaan. Dari UMKM banyak tercipta lapangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern ini, penggunaan internet menjadi salah satu aktivitas penting dalam mendukung kehidupan manusia di seluruh dunia. Berdasarkan data dari internetworldstats.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan industri merupakan bagian dari pembangunan ekonomi jangka panjang untuk mencapai struktur ekonomi yang seimbang. Tetapi adanya perbedaan potensi sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Bandung merupakan kota kreatif dengan potensi sumber daya manusia kreatif terbesar. Sejak dulu Bandung telah dikenal sebagai pusat tekstil, mode, seni,

Lebih terperinci

BAB III EVALUASI BISNIS

BAB III EVALUASI BISNIS BAB III EVALUASI BISNIS 3.1. Evaluasi Pencapaian Bisnis Konveksi Pakaian KVKU Pola gaya hidup konsumtif masyarakat Indonesia sangat berpengaruh terhadap performa penjualan KVKU dari tahun ke tahunnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. E-commerce adalah media yang relatif baru dalam dunia bisnis. Namun, keberadaannya

BAB I PENDAHULUAN. E-commerce adalah media yang relatif baru dalam dunia bisnis. Namun, keberadaannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah E-commerce adalah media yang relatif baru dalam dunia bisnis. Namun, keberadaannya telah mengubah cara pelanggan untuk membeli produk atau jasa. Pelanggan mulai

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 yang memberikan dampak sangat

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 yang memberikan dampak sangat 15 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia mengalami kegoncangan sejak adanya krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 yang memberikan dampak sangat luas dan mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. keunggulan bersaing. Salah satu industri yang sangat berkembang dewasa ini adalah aplikasi

BAB V PENUTUP. keunggulan bersaing. Salah satu industri yang sangat berkembang dewasa ini adalah aplikasi BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Persaingan bisnis dewasa ini menuntut perusahaan untuk mengadopsi perkembangan teknologi dalam menghadapi persaingan bisnis yang sangat ketat. Perusahaan yang mempu memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan

BAB I PENDAHULUAN. ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia bisnis yang tumbuh dengan pesat menjadi tantangan maupun ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan mempertahankan kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. aktivitas yang dilakukan manusia. Mulai dari aktivitas untuk kepentingan pekerjaan,

BAB I. Pendahuluan. aktivitas yang dilakukan manusia. Mulai dari aktivitas untuk kepentingan pekerjaan, BAB I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Perkembangan teknologi internet yang semakin pesat saat ini sangat memudahkan aktivitas yang dilakukan manusia. Mulai dari aktivitas untuk kepentingan pekerjaan, pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lagi. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Hasan dalam Republika

BAB I PENDAHULUAN. lagi. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Hasan dalam Republika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional sangatlah besar. Hal itu sudah tidak dapat diragukan lagi. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri didefinisikan sebagai sekumpulan orang, metode, mesin, material

BAB I PENDAHULUAN. Industri didefinisikan sebagai sekumpulan orang, metode, mesin, material 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Industri didefinisikan sebagai sekumpulan orang, metode, mesin, material yang melakukan proses didalamnya untuk menghasilkan produk tertentu. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Menurut Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Menurut Keputusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan sektor usaha yang memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Menurut Keputusan Presiden RI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keindahan di dalamnya sangat terkenal sebagai tempat tujuan pariwisata oleh

BAB I PENDAHULUAN. keindahan di dalamnya sangat terkenal sebagai tempat tujuan pariwisata oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bali yang dikenal sebagai pulau Dewata dan pulau dengan sejuta keindahan di dalamnya sangat terkenal sebagai tempat tujuan pariwisata oleh masyarakat baik lokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: BPS Jawa Barat (2013)

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: BPS Jawa Barat (2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Perkembangan UMKM Kota Bandung dan Jawa Barat Dalam perkembangan perekonomian di Indonesia saat ini, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ,83 % , ,10 13,15 % Sumber :

BAB I PENDAHULUAN ,83 % , ,10 13,15 % Sumber : BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan yang sangat penting bagi pertumbuhan perekonomian. Dalam perkembangannya UMKM banyak memberikan kontribusi bagi

Lebih terperinci

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 wbab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang terus berupaya untuk mencapai pembangunan ekonomi ke arah yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian global tetap rapuh, pertumbuhan di Negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian global tetap rapuh, pertumbuhan di Negara-negara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Krisis global sudah empat tahun terakhir berjalan namun kondisi perekonomian global tetap rapuh, pertumbuhan di Negara-negara yang berpendapatan tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional baik di bidang ekonomi maupun sosial, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional baik di bidang ekonomi maupun sosial, termasuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Hamel dan Prahalad dalam bukunya Competing for the Future,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Hamel dan Prahalad dalam bukunya Competing for the Future, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Hamel dan Prahalad dalam bukunya Competing for the Future, persaingan yang akan datang merupakan persaingan untuk menciptakan dan mendominasi peluang-peluang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia bisnis yang tumbuh dengan pesat menjadi tantangan maupun ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan mempertahankan kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dunia bisnis dan industri saat sekarang ini semakin ketat dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin meningkat serta sangat cerdas dalam memilih produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketika akan memutuskan untuk memiliki suatu produk. Keputusan itu akan

BAB I PENDAHULUAN. ketika akan memutuskan untuk memiliki suatu produk. Keputusan itu akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi seorang konsumen niat beli terhadap suatu produk muncul dari sebuah keinginan yang disebabkan oleh dampak dari suatu proses pengamatan dan pembelajaran, apabila

Lebih terperinci

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara dengan sumberdaya yang begitu melimpah ternyata belum mampu dikelola untuk menghasilkan kemakmuran yang adil dan merata bagi rakyat.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya kemajuan teknologi informasi memberi pengaruh pada perkembangan dibidang pendidikan. Teknologi informasi telah menawarkan paradigma baru di Perguruan Tinggi yang

Lebih terperinci

BISNIS PLAN JILBAB SHOP

BISNIS PLAN JILBAB SHOP BISNIS PLAN JILBAB SHOP Oleh : Citra Mulia 1110011211190 Dosen : Yuhelmi, S.E, M.M Mata Kuliah : Kewirausahaan 1 I. LATAR BELAKANG Bukittinggi merupakan sebuah kota yang berada di Sumatera Barat yang dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari peranan pemerintah, lembaga lembaga di sektor keuangan, dan para pelaku usaha. Percepatan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memiliki kontribusi yang cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan dimasa krisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor yang berperan penting sebagai penggerak dalam pembangunan ekonomi nasional (Hartati, 2006). Tabel 1 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini sektor industri merupakan salah satu penggerak utama dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Meningkatnya kemampuan sektor industri merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 dan telah berkembang menjadi krisis ekonomi dan multidimensi, pertumbuhan ekonomi nasional relatif masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini, banyak masyarakat yang mencari peruntungannya dengan menggeluti usaha dibidang industri kreatif. Industri kreatif sedang marak dijalani oleh sebagian

Lebih terperinci

2016 MODEL KEMITRAAN BISNIS DONAT MADU CIHANJUANG

2016 MODEL KEMITRAAN BISNIS DONAT MADU CIHANJUANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi suatu negara tidak terlepas dari keikutsertaan masyarakatnya dalam melakukan sebuah usaha demi tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri mendorong perusahaan untuk dapat menghasilkan kinerja terbaik. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. industri mendorong perusahaan untuk dapat menghasilkan kinerja terbaik. Dalam BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini, bisnis kian berfluktuasi dan persaingan bisnis semakin ketat. Fluktuasi bisnis ini disebabkan oleh ketidakpastian lingkungan bisnis dan stabilitas perekonomian.

Lebih terperinci

2015 PENGARUH STORE ATTRIBUTE TERHADAP LOYALITAS WISATAWAN DIKONTROL OLEH MOTIVASI BERBELANJA

2015 PENGARUH STORE ATTRIBUTE TERHADAP LOYALITAS WISATAWAN DIKONTROL OLEH MOTIVASI BERBELANJA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Wisata belanja merupakan salah satu sektor industri pariwisata yang mengalami pertumbuhan yang signifikan di dunia. Berbelanja sudah menjadi suatu hal yang

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Logo Konveksi Fazry Sumber: data perusahaan Konveksi Fazry

Gambar 1.1 Logo Konveksi Fazry Sumber: data perusahaan Konveksi Fazry BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sejarah singkat Konveksi Fazry Perusahaan Konveksi Fazry ini merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang konveksi dan bentuk usaha ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri kecil merupakan salah satu penggerak utama dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Industri kecil merupakan salah satu penggerak utama dalam perekonomian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri kecil merupakan salah satu penggerak utama dalam perekonomian Indonesia dan mempunyai daya saing yang cukup tinggi. Sehingga sektor ini diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan lingkungan yang serba cepat dan dinamis. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan lingkungan yang serba cepat dan dinamis. Organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi, para pelaku bisnis di dunia dihadapkan pada perubahan lingkungan yang serba cepat dan dinamis. Organisasi membutuhkan teknologi informasi agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Globalisasi dunia menuntut suatu perusahaan untuk dapat mengelola suatu data dan informasi menjadi lebih baik agar kebutuhan pihak terkait dapat terpenuhi dengan cepat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ini didukung dengan berkembangnya jaringan internet di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ini didukung dengan berkembangnya jaringan internet di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pada media teknologi berkembang dengan sangat pesat. Kemajuan ini didukung dengan berkembangnya jaringan internet di Indonesia dari kota besar hingga

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap pembentukan klaster industri kecil tekstil dan produk tekstil pada Bab IV. Pada bagian ini akan dilakukan analisis terhadap model

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Logo UNKL347

Gambar 1.1 Logo UNKL347 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 UNKL347 UNKL347 adalah sebuah bisnis ritel pakaian yang berdiri sekitar tahun 1996. UNKL347 didirikan oleh empat orang pemuda yang memiliki latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan lingkungan bisnis akan terjadi setiap saat, umumnya berupa gerak perubahan dari salah satu atau gabungan faktor-faktor lingkungan luar perusahaan, baik pada skala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo BPPT Kota Bandung Sumber: BPPT Kota Bandung (2014)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo BPPT Kota Bandung Sumber: BPPT Kota Bandung (2014) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Bandung Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Bandung merupakan lembaga yang memegang peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pengetahuan adalah aset yang sangat berharga bagi perusahaan. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan, akan membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan informasi saat ini semakin pesat, mendorong banyak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan informasi saat ini semakin pesat, mendorong banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan informasi saat ini semakin pesat, mendorong banyak pengusaha untuk semakin memperluas usahanya untuk meraih pangsa pasar, baik itu dalam skala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Strategi a. Konsep Strategi Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan perusahaan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Strategi dalam

Lebih terperinci

Judul : Peran E-commerce Terhadap Penjualan Usaha pada Industri Pakain Jadi di Provinsi Bali Nama : I Gusti Ngurah Adi Setyawan Nim :

Judul : Peran E-commerce Terhadap Penjualan Usaha pada Industri Pakain Jadi di Provinsi Bali Nama : I Gusti Ngurah Adi Setyawan Nim : Judul : Peran E-commerce Terhadap Penjualan Usaha pada Industri Pakain Jadi di Provinsi Bali Nama : I Gusti Ngurah Adi Setyawan Nim : 1306105140 ABSTRAK Industri Pakaian Jadi di Provinsi Bali dikatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Internet sebagai sebuah media informasi telah berkembang dengan sangat pesat. Dahulu internet hanya bisa digunakan untuk mencari informasi, sekarang internet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.

BAB I PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang dikelola oleh kelompok masyarakat maupun keluarga. UKM mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiga tahapan utama dalam manajemen operasi adalah pengaturan input, proses dan output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia bisnis yang tumbuh dengan pesat menjadi tantangan maupun ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan mempertahankan kelangsungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga

Lebih terperinci