Prinsip-Prinsip Pemeliharaan Integritas Lanskap

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Prinsip-Prinsip Pemeliharaan Integritas Lanskap"

Transkripsi

1 BAB VI PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KOTA BUNGA Penerapan konsep pemeliharaan yang terarah dan terencana akan membuahkan hasil yang maksimal untuk mencapai kualitas lanskap yang baik dan berkelanjutan. Program pemeliharaan yang ada di Kota Bunga meliputi kegiatan pemeliharaan rutin yang dikenal dengan metode 7 P seperti Pemangkasan, Penyiraman, Pemupukan, Pendangiran, Proteksi tanaman, Penggantian tanaman, dan Pembersihan. Dalam pelaksaan di lapang sepenuhnya diserahkan kepada kontraktor sehingga pihak pengelola bertanggung jawab untuk mengawasi (monitoring) kinerja kontraktor dan dilakukan evaluasi setelahnya, yang bertujuan untuk mengevaluasi hasil kerja, mengetahui segala permasalahan yang menjadi kendala dalam pelaksanaan di lapang serta menemukan solusi pemecahannya. Program pemeliharaan lainnya yaitu pemeliharaan terhadap hardscape (pengecetan pot tanaman, pembersihan saluran, kolam, tangga, dan selokan, ataupun pembersihan sekitar rumah); dan pemeliharaan kebersihan lingkungan seperti pengangkutan dan pembuangan sampah setiap hari. Untuk seluruk kegiatan-kegiatan tersebut berada di bawah naungan Landscape Department. Prinsip-Prinsip Pemeliharaan Integritas Lanskap Inti dari pengelolaan lanskap adalah memelihara dan menciptakan suatu tatanan lanskap agar tetap sesuai dengan tujuan dan desain semula sehingga kesatuan dan integritas lanskap di kawasan tersebut dapat dipertahankan. Integritas lanskap terdiri dari elemen mayor dan elemen minor. Elemen mayor meliputi elemen yang keberadaanya tidak dapat diubah atau kecil sekali kemungkinan untuk mengubahnya. Yang dapat dilakukan adalah beradaptasi pada keadaan alamiah tersebut (form, forces, dan fetures), sedangkan elemen minor adalah bentukan alam yang keberadaanya dapat diubah oleh perencana seperti macam-macam perlakuan terhadap bentukan bukit (preservation, destruction, alteration, dan accentuation) (Simond, 1983). Contoh-contoh dari kedua elemen tersebut yang dapat ditemui di Kota Bunga seperti bentukan alami dari gunung

2 50 dan topografi, aliran sungai, kabut di pagi hari, danau buatan, bukit-bukit, hamparan sawah, udara yang sejuk, dan lainnya. Tindakan pemeliharaan yang dilakukan oleh Kota Bunga untuk menjaga integritas lanskap di atas adalah memaksimalkan potensi-potensi keindahan alam tanpa merusak ciri khasnya, yaitu sebagai kawasan yang berada di tengah-tengah pegunungan. Udara yang sejuk semakin diperkuat dengan penanaman vegetasi peredam polusi pada jalur-jalur utama yang sering dilalui kendaraan, good view dari dua gunung utama (Gede-Pangrango) ditonjolkan sebagai sajian pemandangan utama sehingga dapat diakses dari sudut pandang manapun, pengubahan bentuk bukit dengan perlakuan alterasi yaitu membuat gradasi ketinggian (grading), sehingga pengunjung dapat melihat seluruh bangunan tanpa tertutupi oleh bangunan di depannya, contohnya pada kavling vila tipe Condo yang dibangun di atas bukit, sehingga kumpulan vila ini seolah-olah terlihat seperti rumah susun sesuai dengan konsep yang diharapkan. Kondisi kenyataan di lapang saat ini sudah mengalami beberapa perubahan dengan masterplan yang ada. Perubahan terjadi karena adanya pembangunan vila ataupun perluasan kawasan. Orang yang berwewenang untuk mengubah desain secara keseluruhan adalah para direktur dan pemilik perusahaan melalui rapat direksi. Dengan adanya perubahan desain tentu akan berpengaruh pada konsepkonsep pengembangan yang sebelumnya telah dijelaskan pada Bab V, yang terdiri dari konsep dasar, konsep sirkulasi, konsep tata hijau, konsep bangunan, dan konsep utilitas. Contohnya pada perubahan desain di kawasan tahap V blok HH, semula berupa blok-blok vila tersusun secara linear yang kemudian berubah menjadi pola sirkulasi loop, pada persimpangan tiga jalan juga dibuat rotunda yaitu semacam traffic island berbentuk lingkaran sebagai jalur perputaran arah. Untuk mencapai suatu tujuan terhadap tugas yang diberikan kemampuan seorang atasan sangat menentukan. Menurut Niles dalam Herujito (2001) semakin cekatan dan pandai seorang pemimpin semakin banyak orang yang dapat dikendalikan. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan komunikasi yang baik dari seorang atasan kepada bawahannya, instruksi kerja akan dapat ditangkap dengan baik pula oleh bawahan. Begitu pula dengan konsep desain sebagai bentukan awal yang diinginkan oleh pemilik perusahaan akan dapat ditangkap dan kemudian

3 51 dijalankan oleh para perencana sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Seperti yang telah dijelaskan di atas tidak sembarangan orang dapat mengubah konsep desain yang sudah ada. Harus dilakukan rapat terlebih dahulu antara direktur utama dan pemilik perusahaan dengan Bupati setempat. Beberapa kendala yang ditemui terkait dalam upaya mempertahankan konsep desain yang sudah ada yaitu, seperti banjir dan erosi tanah. Banjir yang menerjang hanya terjadi pada selokan-selokan yang memiliki tiga persimpangan, hal ini juga terjadi karena bertemunya aliran-aliran air dalam debit yang cukup besar sehingga limpasan air keluar ke permukaan jalan dan menyebabkan banjir. Water inlet yang berada di sepanjang jalan pun sudah tidak dapat menahan besarnya air yang masuk sehingga menyebabkan terjadinya genangan air. Sedangkan erosi tanah terjadi pada kawasan yang memiliki tingkat kecuraman yang tinggi dan bukan pada daerah perkerasan, seperti pada daerah-daerah yang berbatasan dengan sungai ataupun bukit. Permasalahan ini sangat mengganggu kenyamanan dan keindahan lingkungan. Kendala-kendala tersebut dapat diatasi dengan melakukan upaya-upaya untuk menguranginya sehingga tidak akan terjadi lagi di kemudian hari. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk meminimalisir banjir, yaitu harus lebih memperhatikan lagi mengenai kebersihan kondisi saluran, terutama pada water inlet yang tidak jarang ditemui kondisinya telah dipenuhi oleh sampah, lumpur, ataupun tanaman liar yang dapat menghambat laju air. Dapat menjadi pertimbangan bagi pihak Kota Bunga untuk mensertakan kegiatan pembersihan water inlet ke dalam salah satu kegiatan pemeliharaan, yaitu pada pembersihan lumut. Sedangkan untuk area berm dapat ditanami oleh tanaman-tanaman penutup tanah yang mempunyai daya serap air yang tinggi, seperti tanaman merambat * (Colopogonium mucunoides, Centrosema sp., Puereria sp.), jenis perdu (Crotolaria sp.), dan jenis pohon (lamtoro gung, lamtoro lokal, Gamal, Eslandia grandiflora dan jenis kacang-kacangan) Untuk permasalahan erosi tanah di lereng yang curam dapat diatasi dengan memfungsikan sebagai area konservasi dan daerah penyangga (Arifin et al., 2008), yaitu dengan membuat lereng berjala, sabuk gunung atau dinding hijau *

4 52 (greenwall) dengan teknik, dinding rambat (crib wall), bronjong (gabion), bronjong mini (mesh), atau teknik vertikultur. Teknik-teknik tersebut dibuat sedemikian rupa yang dimaksudkan agar tanaman dapat tumbuh diantara sela-sela perkerasan tersebut, sehingga dapat membantu mengurangi erosi dan meningkatkan kestabilan lereng, disamping itu tidak kalah penting teknik ini tetap mengutamakan nilai estetika, sehingga dapat menambah kesan alami di daerah ini. Secara keseluruhan integritas lanskap dari kawasan ini sudah cukup baik, hal ini terlihat dari upaya-upaya mereka untuk menjaga kawasan agar tetap sesuai dengan desain semula. Upaya untuk mempertahankan axis dapat menjadikan kawasan ini menjadi lebih indah yaitu dengan menonjolkan pemandangan utama berupa pegunungan, dengan keindahannya view axis ini dapat mengarahkan pengunjung untuk melihat dan merasakan keindahan sesuatu, yaitu pegunungan. Sehingga dapat dikatakan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan sudah mempertimbangkan kebutuhan konsumen, salah satunya dengan memberikan suguhan keindahan alam sebagai pemandangan utama. Struktur Organisasi Divisi Lanskap Landscape Department lebih dikenal dengan sebutan Business and Development Department karena di dalamnya meliputi sub departemen Marketing, Landscape, dan Business Development (bisdev) (Gambar 12). Business and Development Department ini dikepalai oleh seorang manager Bisdev. Peran manager Bisdev mencangkup dalam bidang pemeliharaan taman dan kebersihan (landscape), pemasaran (marketing), serta mengatur operasional pengembangan usaha-usaha di luar penjualan vila Kota Bunga (bisdev). Dalam bidang pemeliharaan manager dibantu oleh 3 orang supervisor.

5 53 Gambar 12. Struktur Organisasi Estate Business Development Sistem Pelaksanaan Pemeliharaan Pelaksanaan pemeliharaan lanskap semula dikelola sendiri oleh pihak Kota Bunga (in house), setelah di evaluasi ternyata pengelolaan dengan cara ini dirasa kurang efektif baik dalam hal biaya, peralatan, bahan, maupun pengadaan tenaga kerja (sumber daya). Oleh karena itu memasuki awal tahun 2004 sistem pelaksanaan pemeliharaan akhirnya diubah dengan menggunakan sistem kontrak dimana pelaksanaan pemeliharaan di lapang seluruhnya diserahkan kepada kontraktor. Namun secara keseluruhan pihak Kota Bunga menilai perbedaan dari kedua sistem ini tidak jauh berbeda jika dilihat dari segi kualitas dan hasil, sedangkan dalam hal biaya, alat, bahan, dan pengadaan tenaga kerja ternyata dengan sistem ini pihak Kota Bunga merasa diuntungkan karena tidak perlu lagi memikirkan hal-hal tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh Parker dan Bryan (1989) salah satu keuntungan dari sistem kontrak adalah efisinsi terhadap penyediaan alat, bahan, dan tenaga kerja. Kota Bunga tidak hanya menerapkan sistem outsourcing pada pemeliharaan taman juga meliputi kontraktor kebersihan. Di bagian pemeliharaan mempunyai 3 orang supervisor (2 orang supervisor pemeliharaan dan 1 orang supervisor kebersihan) yang bertanggung jawab untuk mengawasi kegiatan pemeliharaan dan kinerja dari mandor, sedangkan tugas dari mandor adalah menjalankan pekerjaannya seperti yang telah tertera dalam program kerja pemeliharaan, mengawasi dan mengkoordinasikan bawahannya (tenaga kerja harian), serta bertanggung jawab untuk menangani komplain konsumen di lapangan yang diinformasikan oleh customer service melalui telepon. Pengawasan

6 54 terhadap keseluruhan kegiatan pemeliharaan (quality control) terhadap keseluruhan kondisi lapang adalah tugas seorang manager. Pembagian Kawasan Pemeliharaan Sistem pemeliharaan yang diterapkan oleh pihak Kota Bunga secara keseluruhan pelaksanaannya dilakukan oleh 5 kontraktor taman, dimana masingmasing kontraktor memegang wilayah pemeliharaannya masing-masing. Berdasarkan alur pemberi tugas, instruksi kerja yang telah dibuat oleh manager yang selanjutnya diberikan kepada supervisor masing-masing divisi. Setelah tugas diberikan kepada supervisor, kerjasama serta improvisasi antara supervisor dengan mandor lapangan harus terjalin dengan baik agar para pekerja mampu memahami konsep dengan baik sehingga dapat mengerjakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Konsep awal perencanaan Kota Bunga yang tertera dalam gambar teknis, dijadikan acuan atau pedoman dalam bekerja. Namun karena bersifat kontinyu dan dilakukan setiap hari akhirnya acuan ini pun sudah tidak diperlukan lagi. Setiap pekerja dianggap telah mengetahui tugasnya masingmasing. Luasan Kota Bunga yang mencapai ha terbagi menjadi 8 zona tahapan pemeliharaan dengan menggunakan jasa 5 kontraktor taman sebagai pelaksana pemeliharaan lanskap. Setiap kontraktor bertanggung jawab atas wilayah pemeliharaan serta tenaga kerjanya sehingga jumlah tenaga kerja harian (TKH) disesuaikan dengan luasan areal pemeliharaannya. Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 13 digunakan perbedaan warna pada masing-masing kawasan yang didasarkan pada kontraktor sebagai wilayah pemeliharaannya.warna biru untuk wilayah Tahap I dan III A yang dipegang oleh kontraktor A, warna hijau untuk wilayah Tahap II dan VI dengan kontraktor B, warna oranye untuk wilayah Tahap III B dengan kontraktor C, warna merah untuk wilayah Tahap IV A dan V dengan kontraktor D, dan warna merah muda untuk wilayah Tahap IV B dengan kontraktor E.

7 Gambar 13. Pembagian Zonasi Wilayah Pemeliharaan 55

8 56 Terbaginya zona tahapan pemeliharaan menjadi 8 zona ini tentu masingmasing kawasan memiliki penekanan (emphasis) terhadap suatu karakter lanskap baik yang alami maupun buatan, dan hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kegiatan pemeliharaan yang berlangsung di dalamnya. Dapat dilihat pada bentukan topografi kawasan dan kondisi masing-masing tapak yang berbeda. Pada tapak dengan kemiringan lereng yang relatif datar banyak dimanfaatkan untuk sarana rekreasi seperti zona Tahap III dan IV, sehingga akan banyak menggunakan elemen-elemen taman seperti tanaman berwarna cerah ataupun lampu-lampu taman, dimana kegiatan pemeliharaan yang dilakukan akan lebih intensif dibandingkan dengan kawasan berupa ruang terbuka hijau yang bersifat pasif. Penutupan vegetasi pada suatu kawasan juga dapat mempengaruhi kondisi tapak, misalnya pada zona Tahap III memiliki kelembaban yang tinggi dibandingkan dengan zona Tahap VI, sehingga kecepatan pertumbuhan gulma di daerah Tahap III akan jauh lebih cepat dibandingkan pada daerah Tahap VI. Hal ini akan mempengaruhi pada intensitas kegiatan pemeliharaan. Wilayah Tahap I dan II memiliki bentukan kontur landai hingga datar. Wilayah Tahap I dijadikan sebagai welcome area, yaitu sebagai gerbang utama untuk memasuki kawasan Kota Bunga sehingga pada kawasan ini banyak dimanfaatkan untuk fasilitas umum. Wilayah Tahap III dan sebagian di Tahap IV dapat dikatakan sebagai daerah peralihan menuju kawasan dengan tingkat kecuraman cukup tinggi (30-42%) yaitu berada di sebagian daerah Tahap IV dan V. Pada wilayah Tahap III bangunan didominasi oleh gaya dari negara-negara di Asia seperti Jepang, dan Thailand. Untuk bangunan di wilayah Tahap IV mengadopsi bangunan khas Eropa Wilayah Tahap VI merupakan wilayah yang baru dikembangkan sehingga jenis vegetasi yang ditanam umumnya masih muda, sedangkan untuk konsep bangunannya mengadopsi dari sebagian benua Amerika dan benua Eropa. Para penghuni yang berasal dari golongan warga negara asing (WNA) dalam memilih vila cenderung mengutamakan kemegahan bangunan serta keunikan dari desain bangunan tersebut. Letak atau posisi bangunan vila, yakni menurut ajaran Feng Shui ataupun yang dapat mengakses langsung keindahan alam turut menjadi pertimbangan dalam pemilihan vila.

9 57 Pembagian zona berdasarkan tingkat pemeliharaan, kawasan Kota Bunga terbagi menjadi tiga zona yaitu, zona intensif yang memiliki intensitas serta kerumitan desain yang cukup tinggi, zona semi-intensif, dan zona ekstensif. Zona intensif membutuhkan kegitan pemeliharaan yang lebih dibandingkan dengan zona lainnya, karena keberadaan zona ini memiliki intensitas pengunjung yang cukup tinggi dengan aktivitas yang berlangsung di dalamnya. Kawasan-kawasan yang pada zona ini diharapkan dapat menjadi titik perhatian (point of interest) pengunjung sehingga dalam penataannya harus benar-benar diperhatikan. Contoh kawasan pada zona ini seperti taman kavling vila, welcome area, main road, kantor pemasaran, median di jalur utama, taman rotunda, dan area bermain. Zona semi-intensif tingkat pemeliharaannya tidak terlalu intensif namun cukup diperhatikan, seperti pada kawasan taman-taman lingkungan (jogging track), sedangkan untuk zona ekstensif memiliki tingkat pemeliharaan yang minim, karena jarang digunakan dan keberadaannya tidak terlalu diperhitungkan. Contoh dari zona kawasan ini adalah area di sekitar sempadan sungai dan kavling kosong. Pembagian zona berdasarkan penggunaanya terbagi menjadi zona penerimaan (welcome area), zona publik, zona pelayanan, dan zona konservasi. Zona penerimaan berada di area terdepan untuk menyambut pengunjung yang datang, karena memiliki dua buah pintu maka zona penerimaan juga berada di area tersebut. Zona penerimaan ini berupa pos satpam, main road, dan kantor pemasaran. Zona publik sebagai pusat pergerakan pengunjung dimana banyak aktivitas yang dilakukan serta melibatkan interaksi banyak orang, seperti jalur jalan yang biasa dinikmati oleh pengunjung, arena bermain, fasilitas olah raga, dan taman-taman lingkungan. Zona pelayanan berupa fasilitas-fasilitas yang disediakan untuk menunjang kenyamanan pengunjung seperti sarana ibadah, tempat parkir, dan tempat perbelanjaan. Pengawasan lapangan diawasi langsung oleh dua orang supervisor, terbagi berikut: zona Tahap I, II, III, dan VI (kontraktor A, B, dan C) berada di bawah pengawasan Supervisor A, sedangkan zona Tahap IV dan V (kontrakor D dan E) berada di bawah pengawasan Supervisor B. Kelima kontraktor tersebut berdasarkan pembagian wilayah area atau tahapan dapat dilihat pada Tabel 3.

10 58 Tabel 3. Pembagian Tahapan Pemeliharaan Berdasarkan Kontraktor No Kontraktor Tahapan Pemeliharaan Softscape (m 2 ) Luasan Area Hardscape (m 2 ) Jumlah Kavling Tenaga Kerja (Orang) (buah) Wanita Pria 1. Kontraktor Tahap I , , A Tahap III A , , Kontraktor Tahap II , B Tahap VI , , Kontraktor Tahap III B , , C 6. Kontraktor Tahap IV A , , D Tahap V , Kontraktor E Tahap IV B TOTAL Sumber : Surat Perjanjian Kontrak Seluruh Tahapan Kota Bunga Areal hardscape (29,2%) secara umum terdiri dari area aktif, seperti: jalan (jalur utama dan jalur pejalan kaki), fasilitas umum (sarana rekreasi, mini market), kavling bangunan, taman lingkungan, tempat parkir, saluran, kolam air, patung. Areal softscape (70,8%) terdiri dari pohon, semak, perdu dan rumput, pada: taman villa, taman lingkungan, berm dan median, kavling belum terbangun (kosong). Dapat Dilihat dari setiap tahap memiliki luasan softscape maupun hardscape yang berbeda, tentu hal ini akan berpengaruh terhadap kegiatan pemeliharaan nantinya. Dengan jumlah luasan softscape yang lebih besar dibandingkan luasan hardscape maka dampak yang ditimbulkan adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan pemeliharaan yang berlangsung secara intensif yang akan berpengaruh pada jumlah sampah yang di hasilkan setiap harinya (+45m 3 /hari); 2. Jumlah tenaga kerja wanita yang dipekerjakan lebih banyak dari tenaga kerja laki-laki. Karena semakin banyaknya area penghijauan semakin banyak pula jumlah rumput liar, yaitu sebagai permasalahan utama dalam kegiatan pemeliharaan di Kota Bunga.

11 59 Program Pemeliharaan Pemeliharaan didefinisikan sebaga kegiatan yang rutin dilakukan, menjaga kawasan agar tetap sesuai dengan kondisi awal, serta bertujuan menjaga kawasan yang dipelihara agar senantiasa bersih dan terawat. Alat yang dapat membantu terwujudnya kondisi-kondisi tersebut dibutuhkan suatu program atau rencana, dengan adanya program pemeliharaan yang terencana dengan baik, dapat mengatasi dan meminimalkan permasalahan yang akan terjadi. Dalam Sternloff dan Warren (1984) dijelaskan mengenai aspek-aspek yang tercantum dalam sebuah rencana pemeliharaan, yakni: standar pemeliharaan, kegiatan pemeliharaan yang dilakukan, metode pelaksanaan, frekuensi, tenaga kerja yang dibutuhkan, bahan dan alat, serta perhitungan waktu. Rencana pemeliharaan pada Tabel 4 berikut dapat menjadi bahan masukan bagi perusahaan untuk membuat sebuah rencana pemeliharaan Kota Bunga selanjutnya.

12 60 Tabel 4. Usulan Rencana Pemeliharaan di Kota Bunga Nama Elemen Standar Pemeliharaan Kegiatan Metode Pelaksanaan Frekuensi/Tahun Bahan/Tahun Alat Pohon Semak Rimbun, sehat, berwarna hijau, berbunga serempak, tinggi tanaman yang teratur Menunjukkan ciri fisik yang baik bebas hama dan penyakit Sifat fisik baik, berbunga, bebas dari hama penyakit, membentuk tanaman pagar yang kompak (rapat), sesuai dengan desain awal Pemangkasan pemupukan penyiraman pengendalian hama penyakit pemangkasan pemupukan SOFTSCAPE pemangkasan dengan teknik double cut sebelum pemupukan dilakukan penggemburan tanah disekeliling pohon lalu dibuat alur pupuk melingkari pohon memperhatikan musim, menggunakan mobil tangki penyiraman penyemprotan pestisida, memangkas bagian yang terkena hama teknik penjarangan, memangkas pucuk tanaman, memotong bagian tubuh tanaman yang sudah rusak, tua, atau mati membuat alur pupuk di sekitar insidental, jika terdapat percabangan/kondisi yang mengganggu, dan terserang hama 2 kali pupuk NPK 15:15: gram/phn Gergaji tangan dan Golok ember/wadah 365 kali liter air mobil tangki air 5000 liter, dan selang 25 m insidental, jika terserang hama 96 botol pestisida (@ ml) sprayer gendong, masker 16 kali gunting stek, gunting pangkas, babadot 4-6 kali NPK 15:15:15 25 gr/m 2 wadah/ember semak penyiraman menggunakan mobil tangki 365 kali liter air mobil tangki air 5000 liter, dan selang 25 m

13 61 Nama Elemen Standar Pemeliharaan Rumput tinggi rumput max 5 cm, subur, warna hijau yang merata hasil penyiraman yang merata(yang ternaungi dan di areal terbuka), bebas dari hama dan gulma, tanaman tidak menyentuh perbatasan kanstin, mempertahankan tali air (edging), tidak terlalu banyak tanah yang terbuang, dan bebas dari gulma Kegiatan Metode Pelaksanaan Frekuensi/Tahun Bahan/Tahun Alat pengendalian hama penyakit pemangkasan pemupukan penyemprotan pestisida, memangkas bagian yang terkena penyakit menggunakan mesin pangkas gendong, setelah pemupukan dilanjutkan dengan penyapuan menaburkan pupuk di atas rumput (disebar), dilanjutkan dengan penyiraman penyiraman penyiraman yang merata hingga dibagian belakang pengendalian hama penyetikan melakukan renovasi taman dan membuang hama tanah secara manual, menaburkan garam. memotong tanaman atau rumput yang menyentuh perbatasan insidental saat terjadi serangan hama 12 botol pestisida (@ ml) 24 kali 4800 liter bensin dan 240 liter oli 24 kali urea karung (@50 kg) sprayer gendong, gunting pangkas, masker mesin pangkas gendong wadah/ember 365 kali liter air mobil tangki air 5000 liter, dan selang 25 m insidental saat terjadi serangan hama Kebutuhan garam yang disesuaikan dengan keperluan wadah/ember 48 kali gunting stik, kored

14 62 Nama Elemen Standar Pemeliharaan Kegiatan Metode Pelaksanaan Frekuensi/Tahun Bahan/Tahun Alat pendangiran mencabut gulma dari rumput dengan alat bantu atau manual dengan tangan 48 kali kape, gunting stick, sarung tangan Paving Block Saluran air, water inlet, tangga, kolam, stepping stone Rumah/vila celah paving tidak ditumbuhi gulma dan lumut Tidak licin, tidak tersumbat, bebas lumut kondisi rumah yang bersih, tidak berdebu dan berkerak, bebas dari sarang laba-laba Pengendalian gulma pembersihan dari lumut pembersihan sekitar rumah HARDSCAPE dengan cara manual 12 kali pencungkil, sarung tangan dengan menggunakan herbisida 24 kali botol (100 ml) mengangkat lumutdan lumpur dengan menggunakan alat bantu meliputi kegitan menyapu dan mengepel lantai, membersihkan debu dan sarang laba-laba insidental sesuai kebutuhan terutama di musim hujan sprayer gendong, pakaian khusus lengkap kored, sliber, sikat gagang, sikat kawat 48 kali ember, lap pel, sapu ijuk, dan sapu galah

15 63 Jadwal Pemeliharaan dan Waktu Kerja Jadwal pemeliharaan dapat menentukan kapan dan dimana pekerjaan harus dilaksanakan. Pengaturan dan pengalokasian tenaga kerja yang tepat juga dapat membantu tercapainya target pemeliharaan. Jadwal pemeliharaan telah ditetapkan oleh pihak pengelola yang tertera dalam SOP pemeliharaan (Lampiran 9), yang menjelaskan rincian mengenai pekerjaan pemeliharaan, seperti ketentuan dosis pemupukan, jadwal penyiraman, dan lain-lain. Namun dalam pelaksanaan di lapang ketentuan-ketentuan dalam SOP pemeliharaan ini tidak semuanya dapat diterapkan, dikerenakan tidak sesuai dengan kondisi saat itu, seperti perubahan cuaca yang dapat mempengaruhi ketidaktepatan jadwal. Penyusunan jadwal pemeliharaan menurut Arifin dan Arifin (2005) adalah sebuah keputusan mengenai kapan dan apa yang harus dilakukan sehingga kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan taman dapat berjalan baik. Sehingga masing-masing mandor lapang hendaknya membuat jadwal pemeliharaan sendiri yang disesuaikan dengan kondisi dan disetiap minggunya laporan tersebut diberikan kepada masing-masing supervisor. Tidak hanya mengandalkan pada laporan dari kontraktor saja, supervisor juga harus melakukan pengecekan terhadap pekerjaan pemeliharaan tersebut, sehingga dapat mengetahui kesesuaian antara jadwal dengan kondisi saat itu, disamping itu diperlukan pula ketegasan dari para supervisor agar laporan yang diberikan tepat waktu. Pembuatan jadwal ini dirasa penting mengingat dengan adanya jadwal tertulis pekerja dapat bekerja lebih disiplin dan terarah, jadwal pemeliharaan ini juga dapat dilengkapi dengan petunjuk mengenai pengerjaan kegiatan. Dengan adanya jadwal dan petunjuk kerja dapat membantu mengenai pemahaman konsep oleh para pekerja, karena pada dasarnya pekerja akan memahami konsep apabila mandornya dapat mengkomunikasikan serta memberikan petunjuk atau arahan yang baik. Dalam penyusunan jadwal pemeiharaan ini harus didasarkan pada kebijakan dan prioritas yang benar, dan penetapan prioritas pekerjaan di lapang dapat dilakukan dengan baik apabila pemantauan masalah dilakukan cukup intensif (Utami, 2007). Pengawasan lapang memegang peranan penting agar segera mengetahui segala permasalahan yang terjadi di lapang dan penyelesaian dapat dilakukan saat itu juga (seperti kerusakan pada klep mobil tangki air hingga

16 64 permasalahan kecil seperti patahnya alat pencungkil gulma). Hal penting yang harus diperhatikan mengenai terlambatnya jadwal pekerjaan pemeliharaan dengan alasan menyesuaikan kondisi lapang. Disinilah pentingnya pengawasan supervisor untuk mengawasi, mengarahkan dan melakukan improvisasi bersama-sama dengan inspektor setempat agar jadwal pemeliharaan dapat terlaksana dengan baik. Berdasarkan jadwal yang telah tercantum dalam SPK maupun berdasarkan kondisi di lapang. Jadwal kegiatan pemeliharaan (Tabel 5) terdiri dari kegiatan harian seperti penyapuan, penyiraman, dan pengangkutan sampah. Kegiatan mingguan pada pembersihan sekitar rumah, serta kegiatan bulanan seperti pendangiran dan penyetikan, pemangkasan, pemupukan, pembersihan, dan pengendalian gulma pada perkerasan. Jadwal pemeliharaan yang bersifat insidentil seperti pembersihan lumut (kondisi hujan tinggi), penyulaman, proteksi hama penyakit dan pengecetan pot tanaman. Untuk pelaksanaan pemeliharaan khusus hari jum at adalah pembersihan di sekitar rumah (pembersihan sarang laba-laba, pengepelan lantai, pembersihan jendela dari debu) dan pada sabtuminggu seluruh TKH dialihkan pada pembersihan luar kavling (taman-taman lingkungan).

17 65 Tabel 5. Jadwal Kegiatan Pemeliharaan Kota Bunga No Kegiatan Pemeliharaan Harian Mingguan 2 Mingguan 3 Mingguan Bulanan 3 Bulanan Insidental 1. Penyapuan v 2. Penyiraman v 3. Pengangkutan sampah v 4. Pembersihan sekitar rumah v 5. Pendangiran dan penyetikan v 6. Pemangkasan rumput v 7. Pemangkasan semak perdu v 8. Pembersihan saluran/selokan v 9. Pengendalian gulma pada perkerasan v 10. Pemupukan & penggemburan v tanah 11. Pembersihan lumut v 12. penyulaman v 13. Pemangkasan pohon v 14. Proteksi hama & penyakit v 15. Pengecatan pot taman v 16. Renovasi taman v Sumber : Pengamatan Lapang.

18 66 Waktu Kerja bagi tenaga kerja harian (TKH) dari masing-masing kontraktor umumnya berlaku mulai pukul WIB istirahat pukul WIB dilanjutkan kembali pada pukul WIB, dan setengah hari kerja dari pukul WIB. Hari kerja yang berlaku untuk TKH ditentukan berdasarkan kebijakan masing-masing mandor lapangan yang diatur dengan sistem shift atau pergantian waktu (untuk mengantisipasi komplain konsumen yang mungkin terjadi sewaktu-waktu serta kejadian insidental seperti banjir ataupun longsor). Hari kerja tenaga wanita berkisar antara 4-5 hari dan tenaga kerja laki-laki antara 5-7 hari. Absensi TKH dilakukan secara manual oleh masing-masing kontraktor dengan sistem pencatatan di lapang sambil mengawasi pekerjaan (lampiran 10). Jam kerja bagi mandor adalah datang sebelum TKH bekerja dan pulang setelah semua TKH selesai bekerja. Pembanding yang digunakan, yaitu pada Perumahan Graha Raya, Serpong Tangerang, TKH bekerja selama 7 jam/hari kecuali di hari minggu yaitu 5 jam/hari. Untuk hari senin sampai sabtu di bagi menjadi 2 sesi yaitu dari jam dan dilanjutkan ke sesi yang kedua dari jam WIB, untuk hari minggu dari jam WIB. Berdasarkan perbandingan di atas, hari kerja TKH Kota Bunga, yaitu berkisar antara 4-7 hari kerja maka perhitungannya menjadi jam/minggu, dan pembanding bekerja dengan 47 jam/minggu. Dapat dilihat perbedaan hari kerja yang didapat, bahwa pihak Kota Bunga dengan kontraktor yang menggunakan hari kerja yang kurang, yaitu 4-5 hari kerja agar lebih diperhatikan lagi karena hal ini akan berdampak terhadap efektivitas yang akan dicapai. Hari libur bagi mandor diatur dan disesuaikan oleh mandor itu sendiri, jika mandor tersebut sedang dalam masa off (libur), maka untuk pengawasan di lapang biasanya digandakan oleh pengawas dari zona tahap lain yang masih dalam satu kontraktor, karena di Kota Bunga ini masing-masing kontraktor memegang dua zona pemeliharaan, kecuali pada zona Tahap III B dan zona Tahap IV B yang hanya memiliki satu kawasan pemeliharaan, dan untuk mengatasinya mereka mempunyai dua orang pengawas yang bekerja bergantian atau pemiliknya turun langsung menggantikan pengawasan di lapang.

19 67 Waktu kerja bagi supervisor adalah 5 ½ hari, dengan pergantian hari libur pada hari rabu dan minggu. Pergantian ini berlaku untuk kedua supervisor pemeliharan maupun supervisor kebersihan, dan hari libur ini digilir sehingga pada hari libur minimal harus ada dua orang supervisor yang harus masuk. Dalam pengamatan di lapang apabila supervisor dari tahap yang bersangkutan mendapat komplain dari konsumen, maka keberadaannya dapat langsung diambil alih oleh supervisor lain yang sedang bertugas, disinilah dibutuhkan tanggung jawab dan kerjasama antar supervisor. Kota Bunga juga memiliki satu unit kontraktor kebersihan, dimana kontraktor ini juga merangkap sebagai kontraktor taman tahap III B (kontraktor C). TKH kebersihan berjumlah 11 orang dengan 6 hari kerja, dimana setiap harinya waktu libur digilir dengan 2 orang setiap harinya. Waktu kerja yang berlaku bagi petugas kebersihan ini adalah dan dilanjutkan pukul Berdasarkan pengamatan untuk kondisi normal (bukan hari libur) jumlah tenaga kerja kebersihan dirasa mencukupi atau sesuai dengan luasan, karena kontraktor kebersihan ini memiliki 2 buah truk angkle bermuatan 9 m 3 dan 1 buah mobil pick-up bermuatan 6 m 3. Untuk hari libur dengan intensitas pengunjung yang tinggi, tidak jarang tenaga kerja kebersihan ini harus bekerja lembur hingga malam hari untuk mencapai target pekerjaannya. Alat dan Bahan Setelah beralih menggunakan sistem kontrak, seluruh pelaksanaan kegiatan pemeliharaan di lapang termasuk dalam penyediaan alat dan bahan diserahkan kepada kontraktor. Gudang berfungsi untuk menyimpan seluruh alatalat pemeliharaan (Tabel 6) seperti golok, mesin pangkas rumput, babadot, garpu tanah, sprayer gendong, gunting pangkas dan bahan-bahan seperti pupuk, pestisida, dan herbisida. Pada awalnya terdapat gudang utama untuk menyimpan peralatan pemeliharaan, namun karena sudah dialihkan kepada kontraktor maka alat dan bahan pemeliharaan disimpan pada masing-masing gudang kecil yang berada dibawah tanggung jawab mandor masing-masing wilayah tahapan. Alatalat seperti kape dan pencungkil biasanya setelah digunakan langsung dibawa pulang oleh TKH dan hal ini atas persetujuan mandor terlebih dahulu.

20 68 Tabel 6. Jumlah Alat-alat Pemeliharaan Seluruh Kontraktor No. Alat Pemeliharaan Zona Pemeliharaan I II III A III B IV A IV B V VI Total 1 Sprayer Gendong Mesin Pangkas Rumput 3. Gunting stek Mobil Tangki Penyiraman 5. Gunting Pangkas Gunting Stick Selang 25m 25m 25m 25m 25m 15m 25m 25m 190m 8. Slaber K aret Sapu Lidi Pengki Plastik Cangkul Garpu tanah Pencungkil Kape Golok Ger gaji Parang Arit Tangga Sapu Galah Sumber : Wawancara

21 69 Di gudang ini juga disediakan kamar mandi serta tempat untuk mencuci peralatan. Seperti pada Gambar 14 di bawah ini adalah proses pencucian sprayer gendong setelah selesai digunakan. Agar lebih bersih dan tidak terkontaminasi dengan bahan lain (bahan yang sebelumnya digunakan) baik itu pestisida maupun herbisida maka harus menggunakan sabun. Mengalirkan air Menambahkan detergen Memompa cairan keluar Gambar 14. Proses Pencucian Alat (Sprayer) Setelah Pemakaian Berdasarkan pengamatan setelah alat-alat tersebut digunakan dilakukan pembersihan setelahnya. Sesuai dengan pernyataan Arifin dan Arifin (2005) Setelah pemakaian alat-alat pemeliharaan hendaknya dicuci, dibersihkan, dan dilap atau dikeringkan, kemudian disimpan rapi dalam gudang peralatan. Pembersihan alat-alat setelah digunakan juga dapat mempengaruhi terhadap keaweten atau umur pemakaian dari peralatan tersebut terutama mesin pangkas yang mempunyai peran vital dalam pemeliharaan, sehingga apabila terdapat kerusakan pada mesin dapat cepat terditeksi. Hal ini semakin dipermudah dengan adanya tenaga teknisi mesin dari kontraktor D yang masih berperan sebagai mandor, sehingga dari kontraktor yang lain apabila terdapat kerusakan mesin langsung segera diperbaiki oleh teknisi tersebut. Penyediaan bahan-bahan pemeliharaan seperti pupuk, oli, bensin, solar, pestisida, dan herbisida pengadaanya hanya dilakukan ketika dibutuhkan, hal ini sedikit banyak akan mempengaruhi pekerjaan pemeliharaan karena tidak jarang

22 70 ditemui, waktu pekerjaan yang terhambat akibat ketidaktersediaan dan keterlambatan bahan. Karena bahan-bahan ini bersifat sekali pakai dalam arti pembelian pupuk, herbisida maupun pestisida akan dan harus habis saat itu juga. Penting bagi mandor untuk menyediakan berbagai alat keperluan sebelum pekerjaan pemeliharaan di mulai. Hal ini juga harus menjadi perhatian bagi supervisor untuk mengontrol kinerja mandor di bagian wilayah pemeliharaannya masing-masing. Sumber Dana dan Anggaran Biaya Pemeliharaan Dalam pengelolaan suatu kawasan wisata pada khususnya sumber dana yang diperoleh memegang peranan penting untuk membiayai sarana dan prasarana serta agar dapat memberikan suatu pelayanan yang memuaskan. Sumber-sumber dana pemasukan bagi Kota Bunga antara lain berasal dari penjualan dan penyewaan vila, pembayaran PPL (Penggantian Pemeliharaan Lingkungan), fasilitas-fasilitas rekreasi, dan penyewaan tempat (stand, bazaar, life music, foto hunting, dan shooting). Berdasarkan seluruh pemasukan di Kota Bunga, pembayaran PPL memiliki bobot persentase terbesar, dapat dilihat dalam Tabel 7 di bawah ini. Tabel 7. Persentase Sumber Dana Kota Bunga No Sumber Dana Bobot Persentase (%) 1 Penjualan dan penyewaan vila 25 2 Pembayaran PPL 50 3 Fasilitas-fasilitas rekreasi 10 4 Penyewaan tempat 10 5 Rombongan 5 Sumber: Wawancara a. Penggantian Pengelolaan Lingkungan (PPL) Besarnya bobot persentase pembayaran PPL dikarenakan pembiayaan ini dilakukan setiap bulan yang dibebankan kepada pemilik vila, besarnya biaya PPL

23 71 disesuaikan dengan luasan lahan vila per meter persegi (m 2 ). Kategori biaya PPL berdasarkan luas tanah disajikan dalam Tabel 8. Tabel 8. Kategori Biaya PPL per Bulan Berdasarkan Luas Tanah Kelas Luas Tanah (m 2 ) Tarif Tahun 2009 (Rp) Vila Biasa A 65 s/d B 126 s/d C 201 s/d D 251 s/d E 310 s/d F 351 s/d G 401 s/d H 451 s/d I 501 s/d 1300, up Vila Danau A... s/d B 1001 s/d Kavling A Kelas Luas Bangunan (m 2 ) Tarif Tahun 2009 (Rp) Atlantis A 50 s/d B 101 s/d C 151 s/d Sumber : Customer Service, Kota Bunga b. Penjualan dan Penyewaan Vila Penjualan vila Kota Bunga sampai bulan September 2009 masih terdapat vila yang belum terjual, sedangkan untuk penyewaan vila besarnya tergantung pada banyaknya kamar dalam satu vila dan fasilitas yang disediakan. Penentuan

24 72 harga sewa vila dilakukan oleh pemilik dan perusahaan hanya berfungsi sebagai perantara saja. Kisaran nominal penyewaan vila periode tahun 2009 untuk week day dan week end adalah Rp , sedangkan pada hari libur atau event-event tertentu (lebaran dan tahun baru) adalah Rp dan berlaku untuk pemakaian minimal 2 hari. c. Fasilitas Rekreasi Kota Bunga memiliki sarana-sarana rekreasi yang dapat dijadikan sumber dana pemasukan bagi perusahaan, sarana rekreasi tersebut antara lain 1. Swimming pool area (SPA) merupakan sarana berolahraga (kolam renang dan lapangan tenis) dilengkapi dengan restoran (cafe Flaminggo) 2. Pasadena yang dilengkapi dengan kolam pancing dan petting zoo 3. Culture village berupa area rekreasi yang menyediakan informasi mengenai kebudayaan setempat dilengkapi dengan jajanan tradisional dan mini market 4. Factory outlet adalah sarana pembelanjaan pakaian jadi. Fasilitas permainan anak-anak seperti danau Little Venice dan Arena Fantasi serta Pasadena (kolam pancing dan petting zoo) pengelolaannya dilakukan secara outsourcing kepada pihak Funworld yang pelaksanaan pembayarannya dilakukan setiap tahun (sewa per tahun), dan untuk pengelolaan maintenance dilakukan oleh pihak kontraktor Kota Bunga di tahap tersebut. Beberapa area permainan tersebut luasannya mencapai + 10% dari luas total Kota Bunga. d. Penyewaan Tempat Di bagian depan kantor pemasaran terdapat beberapa kios stand yang disewakan, penyewaannya dilakukan per 3 bulan, sedangkan untuk penyewaan tempat yang sifatnya insidental seperti bazaar buku atau makanan, life music, foto hunting, dan shooting penyewaannya dihitung per session (+ 8 jam). Dari seluruh sumber dana pemasukan (income) bagi Kota Bunga besarnya anggaran biaya untuk kegiatan pemeliharaan dari 5 kontraktor taman untuk periode satu tahun mencapai + Rp Contoh besarnya biaya anggaran pemeliharaan pada zona Tahap VI (Lampiran 11) yang dinilai

25 73 berdasarkan harga softscape dan harga hardscape dan disesuaikan dengan luasan zona pemeliharaannya. Dengan biaya seperti dirasa sudah cukup memadai, namun sebaiknya perencanaan mengenai anggaran biaya harus benar-benar diperhitungkan, disamping itu harus diimbangi pula dengan penyesuaian terhadap penggunaannya untuk menunjang keberlangsungan dari kawasan ini. Proses Pemilihan Kontraktor (Tender) Sistem pelaksanaan pemeliharaan yang sepenuhnya telah diserahkan kepada kontraktor dilakukan melalui proses tender. Kegiatan awal dalam tahapan proses ini meliputi perencanaan berupa gambar rancangan dan penentuan acuan harga standar oleh estimator. Sebelum membuat undangan tender untuk para kontraktor, pihak developer membuat suatu klarifikasi penawaran yang harus direncanakan secara matang karena hasil dari klarifikasi penawaran ini akan menentukan terhadap kegiatan selanjutnya (kegiatan konversi akan dilakukan apabila pelaksanaan persiapannya kurang matang). Publikasi penawaran tersebut dilakukan melalui media elektronik (telepon dan internet) atau pun dari perkenalan (hubungan relasi). Para kontraktor yang mendaftar mengajukan surat penawaran harga yang dilengkapi dengan spesifikasi teknis pekerjaan. Berdasarkan proses negosiasi yang dilakukan oleh tim purchasing dan estimator pemenang tender dapat ditentukan, yaitu bagi kontraktor yang mengajukan harga terendah namun memiliki kualitas spesifikasi yang baik, lalu dibuatlah SP3 (Surat Permohonan Persetujuan Pekerjaan) (Lampiran 12). Besarnya nominal yang tercantum dalam SP3 mempengaruhi terhadap orang yang berhak menyetujui pekerjaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.

26 74 Tabel 9. Persetujuan Penandatangan Berdasarkan Nominal Pengajuan Harga No Nominal Pengajuan Persetujuan Harga (Rp) Penandatanganan 1. < Manager 2. < dibuat SPK < General Manager Director Senior Director 5. > Owner Kontraktor pemenang dapat segera memulai pekerjaan di lapang berdasarkan Instruksi Kerja (IK) sambil menunggu penerbitan Surat Perintah Kerja (SPK) + 1 minggu setelah penandatanganan persetujuan. Pembayaran terhadap kontraktor dilakukan dengan dua tahap yaitu pada tahap pertama pihak owner (perusahaan) akan membayar 90% dari keseluruhan biaya apabila pekerjaan pemeliharaan sudah dilakukan dengan baik dan dilakukan opname hasil kerja setelahnya. Pembayaran tahap dua akan diberikan setelah masa perawatan (retensi) selama 3 bulan sebesar 10%. Lamanya waktu pembayaran bulan setelah pekerjaan selesai dan diberikan dalam bentuk giro. Seluruh kontraktor taman yang ada di Kota Bunga bisa dikatakan sudah cukup berpengalaman, dapat dilihat dari hasil pekerjaan dan lamanya kontraktor bekerja rata-rata sudah mencapai + 7 tahun. Oleh karena itu proses pemilihan untuk kontraktor baru tidak pernah dilakukan lagi, umumnya proses yang terjadi hanya perpanjangan masa kontrak kerja. Dalam perpanjangan masa kontrak kerja dikenal beberapa kegiatan seperti pengadaan tanaman, pekerjaan tambah kurang (Lampiran 13).

27 75 Pengelolaan Tenaga Kerja Pemeliharaan Perekrutan Tenaga Kerja Pemeliharaan Untuk perekrutan karyawan Kota Bunga dilakukan oleh HRD kantor pusat PT. Duta Pertiwi yang berlokasi di Mangga Dua Raya, Jakarta, yaitu untuk level Manager, Supevisor, dan Staff kantor, sedangkan untuk pemilihan kontraktor ditentukan oleh manajer lanskap berdasarkan pemenang tender dan penawaran. Untuk level mandor direkrut oleh masing-masing manajer kontraktor dan tenaga kerja harian umumnya diambil dari masyarakat yang tinggal disekitar Kota Bunga. Selain karena pertimbangan jarak yang dekat dengan tempat kerja serta merupakan salah satu cara untuk memberi pekerjaan pada masyarakat sekitar, sehingga dapat mengurangi kesenjangan (gap) dan kecemburuan sosial. Perekrutan tenaga kerja staf (lampiran kenaikan pangkat) untuk level staf kantor atau karyawan apabila ingin naik jabatan, tidak hanya harus menunjukan kenaikan prestasi tetapi juga harus mengikuti seleksi tes khusus kenaikan jabatan yang penyelenggaraannya dilakukan di kantor pusat yang berlokasi di Jakarta. Setelah memenuhi seluruh kriteria yang diharapkan, maka orang tersebut dikatakan lulus seleksi dan jabatannya pun akan naik. Sedangkan untuk menyeleksi mandor adalah wewenang penuh dari pihak kontraktor. Berdasarkan wawancara tidak ada kriteria ataupun persyaratan khusus, akan tetapi orang tersebut setidaknya dianggap mengerti mengenai pekerjaan dan mampu untuk mengkoordinir para pekerja. Tingkat pendidikan terakhir para mandor bergam yaitu untuk tamatan tingkat SD 10%, tingkat SMP 50%, dan tingkat SMA atau SPMA 40% dari total jumlah mandor, namun ada juga mandor yang hanya mengenyam sampai tingkatan SD dan pada kenyataan di lapang pengalamanlah yang membuatnya terlatih. Pembagian tenaga kerja didasarkan pada pembagian zona tahapan yang masing-masing zona tahapan tersebut dipegang oleh kontraktor yang berbeda. Kontraktor membawahi tenaga kerja harian. Dari seluruh zona tahapan berada dibawah 2 orang pengawas dimana masing-masing pengawas tersebut (supervisor) diharapkan dapat menjalin kerja sama yang baik dengan mandor lapangan dalam menghadapi segala permasalahan.

28 76 Untuk membedakan antara pekerja di masing-masing zona tahapan, para kontraktor berinisiatif untuk membuat stelan seragam kaos lengan panjang dan celana panjang dengan warna yang berbeda-beda. Untuk Tahap I berwarna oranye, Tahap II dan VI berwarna hijau, Tahap IIIA berwarna biru, Tahap IIIB berwarna kuning, Tahap IVA dan V berwarna merah. Karena setiap orang hanya mendapat 1 stel seragam, maka tidak setiap hari TKH mengenakan seragam sedangkan untuk inspektor tidak mengenakan pakaian pengenal sehingga sedikit sulit untuk dikenali. Jenis alat komunikasi yang digunakan adalah telepon seluler, penyediaan telepon seluler untuk setiap mandor dilakukan sendiri oleh masingmasing kontraktor. Hal ini tentu akan memudahkan untuk untuk memudahkan komunikasi dan koordinasi di lapang baik antar mandor maupun antara mandor dengan supervisor. Bahkan dalam memberi instruksi mendadak (ketika terjadi komplain) mandor lapang dapat mengkoordinasikan TKH-nya melalui telepon seluler. Disamping alat komunikasi pihak Kota Bunga menyediakan kendaraan bermotor untuk memudahkan mobilisasi karyawan dalam mengontrol kondisi lapangan, kendaraan ini disediakan untuk masing-masing divisi yang jumlahnya disesuaikan dengan kegiatan di lapang, seperti divisi Landscape (3 buah motor dengan kode LS), General Affair (12 buah motor dengan kode PATROLI), After Sales Service (3 buah motor dengan kode Teknik), Finance and Accounting (1 buah motor dengan kode FA), Bussiness and Development (1 buah motor dengan kode RESTO). Disamping kendaraan bermotor disediakan pula mobil pick-up yang secara teknis milik lanskap namun penggunaannya di lapang berbagi dengan divisi teknik. Kegiatan Pemeliharaan Pemeliharaan Ideal Merupakan pemeliharaan yang mengacu pada tujuan dan desain semula serta terdapat evaluasi. Pemeliharaan ideal yang dilakukan oleh pihak Kota Bunga adalah dengan mempertahankan konsep desain Kota Sejuta Aroma yang diikuti dengan menjaga seluruh elemen lanskap yang terdapat di dalam kawasan dengan melakukan pemeliharaan fisik agar kebersihan, kerapihan, dan keamanan tetap terjaga sehingga dapat menjamin kenyamanan dan kepuasan bagi pemilik maupun

29 77 penyewa villa. Pemeliharaan ideal merupakan salah satu tujuan pengelolaan lanskap untuk memelihara suatu karakter dari integritas lanskap yang ada yang meliputi form, forces, dan features (Simond, 1983). Pemeliharaan ideal juga dilakukan untuk mempertahankan keindahan utama (good view) yang dimiliki oleh kawasan ini berupa pemandangan gunung Gede-Pangrango. Nuansa alam pegunungan dengan kualitas udara yang masih jernih, suasana pedesaan serta ditunjang dengan topografi yang berbukit-bukit. Jenis tanah di kawasan ini tergolong baik sehingga berbagai jenis vegetasi masih dapat tumbuh dengan baik disini, kecuali pada areal-areal yang telah mengalami pengurugan dan penimbunan (cut and fill). Mengingat kawasan ini dimanfaatkan sebagai kawasan wisata di akhir pekan, maka penataan lanskapnya disesuaikan dengan kondisi tersebut, yakni pemilihan tanaman berwarna dan berbunga cerah, sehingga diharapkan dapat menimbulkan kesan ceria dan semarak layaknya suatu wahana wisata. Merujuk kembali pada konsep utama Kota Bunga sebagai Kota Sejuta Aroma, maka penggunaan tanaman beraroma dirasa sangat penting untuk digunakan sebagai identitas dari kawasan ini. Pada pengamatan di lapang masih ditemui tanaman beraroma namun karena jumlahnya yang terbatas sehingga harum semerbak dari bunga tersebut kurang terasa, dan jenis tanaman ini hanya dapat ditemui pada taman vila dimana tidak setiap orang dapat merasakannya. Merujuk pada hal-hal di atas, kegiatan pemeliharaan ideal yang dilakukan oleh Kota Bunga seperti penyeragaman ketinggian maksimum suatu bangunan, terutama bangunan vila. Hal ini dilakukan agar tidak merusak pemandangan serta diupayakan agar tidak mendirikan bangunan yang dapat menghalangi pemandangan dari pegunungan sebagai good view utama. Memberikan tanaman perendam kebisingan dan polusi di jalur utama kendaraan, karena meskipun laju kendaraan rata-rata sedang, kendaraan tersebut tetap menghasilkan gas polutan. Jenis vegetasi yang dapat menyaring polutan memiliki ciri-ciri: percabangan yang mudah bergerak dan bergetar untuk dapat menyerap dan menyelubungi udara, daun-daun yang berbulu dapat menjebak dan menahan butir-butir debu. Contoh tanaman tersebut seperti pohon beringin (Ficus benjamina), mahoni (Swietenia mahogani), kenari (Canarium commune), salam (Syzygnium polyanthum), dan anting-anting (Elaeocarpus grandiforus). Sementara itu, jenis tanaman perdu yang

30 78 baik untuk mengurangi polusi udara adalah puring (Codiaeum variegiatum), Acalypha wilkesiana, nusa indah (Mussaenda sp.), soka (Ixora javanica), dan kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis). Pihak Kota Bunga juga melaksanakan pemeliharaan ideal dengan pemberlakuan beberapa aturan bagi penghuni kawasan yang akan merenovasi vila harus mengikuti style arsitektural bangunan terhadap tema tersebut. Dalam aspek lanskapnya juga diatur mengenai penempatan jenis-jenis tanaman pada berm dan median yang tidak boleh dirubah oleh pengguna kawasan sebelum meminta ijin kepada pihak kantor. Hal tersebut mengindikasikan bahwa implementasi konsep Kota Bunga secara umum dilakukan pada fasilitas yang menunjang konsep awal perencanaan kawasan Kota Bunga. Dengan ikut menjaga kelestarian serta berperan aktif dalam menciptakan suatu lanskap yang utuh termasuk salah satu cara untuk menjaga integritas standar suatu lanskap. Pemeliharaan Fisik Pemeliharaan fisik berhubungan dengan kualitas elemen taman dengan berpedoman pada pemeliharaan ideal. Pemeliharaan fisik diterapkan pada elemen keras maupun elemen lunak (tanaman). Kegiatan pemeliharaan fisik pada elemen keras, misalnya Pembersihan dari lumut, pembersihan sekitar rumah, pengendalian gulma pada perkerasan, serta pengangkutan dan pembuangan sampah. Pemeliharaan fisik pada tanaman meliputi pemupukan dan penggemburan, penyiraman, pemangkasan, pendangiran dan penyetikan, pengendalian hama penyakit, dan penggantian tanaman Tabel 10. Kegiatan Pemeliharaan Fisik No. Jenis Pemeliharaan Kegiatan Pemeliharaan 1. Pemeliharaan Sofscape Pemupukan dan penggemburan Penyiraman Pemangkasan Pendangiran dan penyetikan Pengendalian hama penyakit Penggantian tanaman 2. Pemeliharaan Hardscape Penyapuan Pembersihan dari lumut Pembersihan sekitar rumah Pengendalian gulma pada perkerasan 3. Pemeliharaan Kebersihan Pengangkutan dan pembuangan sampah

31 79 Pemeliharaan Softscape Tanaman memiliki fungsi sebagai unsur pelunak, yaitu dapat memberikan kesan lunak apabila berdekatan dengan unsur taman yang sifatnya keras (hardscape) seperti elemen taman dan bangunan. Misalnya kesan kaku tiang pergola diperlunak dengan tanaman perambat atau tanaman-tanaman yang berada disepanjang jalur bagikan karpet alami. Kesan lunak yang dimunculkan oleh tanaman dapat berasal dari bentuk dan tekstur yang menarik, warna daun dan bunga, batang, ataupun buah. Kesan lunak inilah yang menjadikan tanaman sebagai unsur penting dalam suatu taman. Berbagai bentuk tajuk yang dimiliki oleh tanaman berbagai pula fungsi yang dihasilkan. Seperti tajuk yang melebar (kanopi) berfungsi sebagai peneduh, pada tajuk piramidal dapat digunakan sebagai pengarah, atau bentuk kolumnar yeng memberikan kesan alami dan organik. Agar tanaman dapat tumbuh sesuai dengan harapan, maka harus diperhatikan syarat hidup dan kesesuaian dengan lingkungannya, maka diperlukan serangkaian kegiatan pemeliharaan tanaman. Pemupukan Pemupukan adalah salah satu kegiatan pemeliharaan rutin yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hara demi pertumbuhan dan kelangsungan hidup tanaman agar tumbuh secara optimal. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi maka akan mengganggu terhadap kualitas visual dari tanaman, tanaman yang kurang akan unsur hara akan menunjukkan gejala-gejala buruk seperti kekeringan, layu, daun menguning, atau bahkan mati. Oleh karena itu kebutuhan akan pupuk ini harus benar-benar diperhitungkan karena akan turut berpengaruh terhadap nilai estetika yang akan muncul, dengan penampilan tanaman yang sehat dan subur, kualitas visual yang dihasilkan juga akan menarik sehingga dapat menambah kesan hidup di kawasan tersebut. Kota Bunga menggunakan dua jenis pupuk yaitu pupuk kandang dan pupuk kimia (anorganik). Penggunaan pupuk kandang (organik) hanya diaplikasikan pada saat-saat tertentu saja, seperti saat kondisi tanah sudah terlihat mengeras atau sebelum penanaman (renovasi taman) terutama pada rumput.

32 80 Pemberian pupuk kandang ini hanya dilakukan diawal yaitu saat pengolahan tanah. Jenis pupuk yang biasa digunakan oleh seluruh kontraktor Kota Bunga adalah jenis pupuk yang berasal dari bahan mineral atau senyawa kimia yang telah diubah melalui proses produksi, sehingga berbentuk senyawa kimia yang dapat diserap tanaman yang dikenal juga dengan pupuk kimia (anorganik). Pupuk kimia yang dipakai berbentuk butiran sehingga perlakuannya dengan cara ditebar (Gambar 15). Dalam perlakuannya untuk rumput cukup langsung ditebar di atas permukaannya sedangkan pada semak, perdu, dan pohon diberikan dengan cara melingkar di sekitar batangnya, jika jarak penanamannya sangat rapat maka setelah ditebar bagian daun semak digoyang-goyangkan agar pupuk yang diberikan tidak terperangkap diantara daun-daun yang nantinya akan menyebabkan terbakarnya permukaan daun. Sebelum pemupukan terlebih dahulu dilakukan penggemburan tanah disekeliling tanaman atau pohon yang dimaksudkan untuk memberi sirkulasi udara tanah dan mempertahankan kadar air pada daerah perakaran yang menjadi padat akibat pemupukan dan penyiraman secara terus menerus. Anonim (2007) pemberian pupuk berbentuk butiran akan lebih efektif jika dilakukan dengan cara tugal dibandingkan dengan cara tebar, karena sifat pupuk kimia mudah hilang baik menguap maupun tercuci oleh air hujan. Namun cara ini dirasa kurang tepat bila diterapkan pada Kota Bunga terutama dari segi efisiensi waktu, karena luasan yang ada tidak sebanding dengan jumlah tenaga kerja serta membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pengerjaannya.

33 81 Pupuk Urea Disebar Penyiraman setelah Pemupukan Gambar 15. Cara Pemupukan Rumput dengan Urea Pemberian pupuk pada tanaman terlebih dahulu harus mengetahui fase tanaman tersebut, seperti pada fase vegetatif, yaitu tanaman berada pada kondisi pertumbuhan yang membutuhkan unsur N (nitrogen) untuk membentuk bagianbagian tubuhnya seperti cabang, batang, dan daun. Salah satu contoh pupuk yang memiliki unsur N dengan kadar tinggi adalah pupuk urea. Pada Tabel 10 dijelaskan mengenai kebutuhan tanaman terhadap kedua pupuk ini. Berdasarkan pengamatan di lapang kegiatan pemupukan yang dilakukan oleh kontraktor Kota Bunga adalah dua bulan sekali atau secara insidentil (kondisi tanaman yang terlihat layu atau menguning). Sedangkan yang tercantum dalam SOP Pemeliharaan Taman untuk kegiatan pemupukan dilakukan sebulan sekali (untuk jenis urea dan NPK 15:15:15) dengan dosis minimum 0,5 g/m 2 untuk urea dan 10,25 g/m 2 untuk NPK. Menurut Sulityantara (2006) frekuensi pemupukan yang baik adalah tiga bulan sekali untuk rumput, semak, dan pohon. Pembanding lainnya, menurut Anwar (2001) pemupukan untuk semak dan perdu dilakukan sebulan dua kali, yaitu pada minggu kedua dan minggu keempat, sedangkan untuk pohon dilakukan 6 bulan sekali. Dalam Oktaviarni (2008) pemupukan dilakukan secara selektif dengan mengutamakan tanaman yang baru disulam serta tanaman dengan ciri-ciri kurang pemupukan (daun menguning, layu, dan tidak berbunga). Untuk mengetahui jadwal pemupukan yang ideal dapat diketahui dengan jumlah pupuk yang diberikan dengan kebutuhan pupuk terhadap tanaman itu sendiri.

34 82 Tabel 11. Kebutuhan Pupuk Urea dan NPK per Tahun. No. Wilayah Pemeliharaan Luas Sofscape (m 2 ) Kebutuhan Urea/Tahun (Karung) Kebutuhan NPK/Tahun (Karung) Dosis Urea (Kg/Ha) Dosis NPK (Kg/Ha) 1. Tahap I , Tahap II Tahap III A , Tahap III B , Tahap IV A , Tahap IV B Tahap V Tahap VI , Sumber : Wawancara dan Pengamatan Lapang

35 83 Dalam rangka pemenuhan unsur hara yang tidak tersedia dalam tanah maka penambahan unsur hara tersebut penting dilakukan sesuai dengan dosis yang tepat. Berikut adalah contoh penggunaan dosis pupuk urea yang dilakukan oleh kontraktor di Kota Bunga disajikan dalam Tabel 12 berikut. Tabel 12. Perbandingan Penggunaan Dosis Pupuk Urea/NPK Lokasi Tahap IIIB Kavling vila Tahap IV A T. Lingkungan Sumber: * Sulistyantara (2006) Pengamatan Lapang Luasan Perbandingan Dosis Pupuk (g/m 2 ) (m 2 ) Dosis Yang Digunakan Dosis Standar* , ,63 10 Contoh Perhitungan Tahap III B : 1. Dosis standar pemupukan : 10 g/m 2 urea/npk 2. Jumlah pupuk yang digunakan : 50 kg 3. Luasan yang didapat : m 2 4. Maka dosis pupuk/m 2 : g = 9,088 g/m m 2 Acuan penggunaan pupuk juga dapat dihitung berdasarkan hasil luasan yang didapat, luasan yang didapat selama pemupukan berlangsung dapat dilihat dalam Tabel 13. Tabel 13. Kapasitas Kerja Kebutuhan Pupuk Berdasarkan Luasan Lokasi Waktu Tenaga Kerja Tahap IIIB Kavling vila Tahap IV A T. Lingkungan Sumber: * Arifin dan Arifin (2005) Pengamatan Lapang Luasan ( m 2 ) Kapasitas Kerja (m 2 /jam/org) (orang) Pengamatan Pustaka*

36 84 Contoh Perhitungan Tahap IVA: 1. Luasan yang didapat : m 2 2. Waktu yang diperlukan : 4,9 jam 3. Jumlah tenaga kerja : 3 orang 4. Maka kapasitas kerja (m 2 / jam/org) : m 2 = 1.061,22 m 2 / jam 4,9 jam 3org = 354 m 2 /jam/org Dari kedua perhitungan pupuk di atas yaitu kebutuhan pupuk berdasarkan dosis dan luasan menunjukan hasil yang berbeda, dimana jika dilihat dari penggunaan dosis, kontraktor Kota Bunga berada di bawah standar yang ditetapkan, sedangkan jika dilihat dari hasil luasan yang didapat kontraktor Kota Bunga justru berada di atas rata-rata. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan kontraktor untuk meminimalkan pengeluaran berdampak pada jadwal pemupukan yang dilakukan berbeda dengan jadwal yang telah ditentukan, serta tidak memperhitungkan dosis yang digunakan. Hal ini akan berdampak pada luasan yang didapat (melebihi standar) namun asupan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman berkurang (dibawah standar dosis), sehingga apabila terakumulasi lebih lanjut tanaman tersebut kekeringan dan akhirnya mati. Perlu adanya pengontrolan dan ketegasan dari supervisor terhadap jadwal pemupukan yang dilakukan kontraktor, misalnya saat membuat laporan pemupukan, harus disertai dengan pengecekan di lapang. Penyiraman Air merupakan elemen yang sangat dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup, tidak terkecuali oleh tanaman unsur ini memegang peranan penting dalam keberlangsungan hidupnya. Tanaman-tanaman yang kekurangan air langsung menunjukkan kondisi buruk seperti kekeringan atau daun menguning. Hal ini tentu akan sangat mengganggu dari kualitas visual yang diharapkan. Untuk menghasilkan warna tanaman yang tumbuh hijau dan segar layaknya karpet alami, tentu kegiatan penyiraman harus benar-benar diperhatikan sehingga daya tarik dari tanaman itu sendiri akan menjadikannya sebagai pusat perhatian (point of interest)

37 85 Kegiatan penyiraman yang dilakukan oleh pihak Kota Bunga adalah penyiraman terhadap softmaterial atau tanaman saja. Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang memiliki bobot persentase terbesar dibandingkan kegiatan pemeliharaan lainnya seperti yang tertera dalam Surat Penawaran Harga. Disamping karena kegiatan ini dilakukan setiap hari, penyiraman juga membutuhkan biaya yang cukup besar dalam pengadaan kendaraan penyiraman (mobil tanki) dan bahan bakarnya (solar). Berdasarkan ketentuan dalam SPK, progress penyiraman ditentukan dari berita acara yang dibuat oleh kontraktor. Misalnya saja saat penyiraman, terjadi hujan deras yang mengakibatkan kegiatan penyiraman benar-benar terhenti, sehinga kontraktor wajib membuat berita acara cuaca yang diketahui oleh pihak owner (Kota Bunga). Kegiatan penyiraman rutin dilakukan setiap hari oleh kontraktor taman baik dalam kondisi normal maupun hujan. Berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam SPK, penyiraman dalam kondisi normal dilakukan 2 kali sehari untuk setiap rumah, sedangkan di waktu hujan penyiraman tetap dilakukan namun hanya pada bagian-bagian yang ternaungi (overstek) sehingga volume penyiraman berkurang, konsekuensi dari kekurangan tersebut maka pada kondisi panas terik dimana penguapan tanaman sangat tinggi volume penyiraman lebih ditingkatkan lagi dengan sistem penambahan alat penyiraman (seperti alcon) dan waktu penyiraman (over time). Berdasarkan wawancara di lapang untuk mengejar target penyiraman saat musim kemarau, dimana pada siang hari ( ) kegiatan penyiraman dihentikan hingga menunggu cuaca kembali normal, sehingga tidak jarang mereka harus kerja lembur hingga malam hari. Karena menurut Arifin dan Arifin (2005) penyiraman pada siang hari dapat menyebabkan daun menjadi luka bakar (gosong). Waktu penyiraman yang tepat adalah pagi hari pukul dan sore hari pukul Jadwal penyiraman yang diterapkan oleh masing-masing kontraktor taman umumnya mengikuti jam kerja tenaga harian yaitu pada pagi hari pukul dan dilanjutkan siang hari pukul Selama periode magang yaitu bulan Maret-Juni masih berlangsung musim hujan dengan intensitas hujan sedang hingga cukup tinggi. Sehingga jadwal penyiraman pun disesuaikan dengan kondisi cuaca saat itu. Dalam pengamatan kegiatan penyiraman yang dilakukan oleh kontraktor Kota Bunga sudah benar.

38 86 Sumber air yang digunakan berasal dari aliran sungai Cimacan, sungai Cikundul, dan sungai Cinengah yang melintas masuk ke dalam kawasan Kota Bunga (zona Tahap I, II, IIIA, VIB), dari danau buatan Little Venice (zona Tahap IVA & V), serta saluran-saluran air yang ada (untuk area yang jauh dari sumbersumber air, seperti Tahap IIIB). Kondisi dari air sungai ini masih terlihat baik dan jernih, namun belum tentu terbebas dari bahan pencemar yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, seperti mengandung bahan-bahan kima atau bahan-bahan organik yang membawa benih gulma. Mobil tangki melakukan pengisian air di tempat yang berbeda-beda. Umumnya setiap kawasan hampir memiliki sumber air sendiri, jarak rata-rata sumber air dengan lokasi penyiraman berkisar meter. Setiap kontraktor mempertimbangkan jarak antara tempat pengisian dengan lokasi penyiraman, karena hal ini akan berpengaruh pada kebutuhan solar yang digunakan serta waktu pengisian dan penyedotan oleh mobil tangki tersebut. Berdasarkan pengamatan waktu yang dibutuhkan untuk pengisian tangki (ditambah dengan waktu perjalanan), dan penyiraman adalah + 50 menit, sehingga dapat diketahui rata-rata kegiatan penyiraman setiap harinya 500 m/jam. Penyiraman dilakukan oleh pihak kontraktor menggunakan mobil tangki air yang dikendalikan oleh 2 orang (1 orang supir dan 1 orang kenek). Masingmasing kontraktor hanya memiliki 1 mobil tangki air berkapasitas 5000 liter dengan ritase rata-rata 6 8 rit/hari. Perbedaan jumlah ritase tersebut disesuaikan dengan luasan serta banyaknya areal yang harus disiram. Berdasarkan perhitungan 5000 liter setara dengan m 2 /ritase. Dalam 1 hari masing-masing tahapan secara umum penyiraman dapat menjangkau 3750 m 2 /hari. Tanaman membutuhkan air untuk memudahkan perakarannya dalam menyerap larutan hara dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Namun harus diketahui terlebih dahulu seberapa banyak jumlah air yang dibutuhkan oleh setiap jenis tanaman. Beradasarkan Arifin dan Arifin (2005) diasumsikan kebutuhan air penyiraman untuk rumput dan semak adalah 5 liter/m 2 dan untuk pohon 10 liter/pohon. Sehingga dapat dihitung kebutuhan air yang diperlukan untuk penyiraman di masing-masing zona tahapan (Tabel 13). Sedangkan untuk perhitungan kebutuhan air penyiraman terhadap masing-masing jenis tanaman (semak dan pohon) dapat dilihat pada Tabel 14.

39 87 Tabel 14. Kapasitas Kerja Penyiraman Berdasarkan Luasan Lokasi Waktu TenagaKerja Luasan Kapasitas Kerja (m 2 /jam) (orang) (m 2 ) Pengamatan Pustaka* Tahap IV A Median Jalur Tahap I Kavling Vila Sumber: * Arifin dan Arifin (2005) Pengamatan Lapang Contoh Perhitungan Tahap IVA 1. Luasan yang didapat : 2000 m 2 2. Waktu yang diperlukan : 2,1 jam 3. Maka kapasitas kerja (m 2 / jam) : 2000 m 2 = 952 m 2 /jam 2,1 jam Waktu penyiraman diatas meliputi waktu penyedotan, waktu perjalanan dari sumber air ke lokasi penyiraman, dan lamanya penyiraman. Dari hasil perhitungan diatas berdasarkan luasan yang didapat maka nilai yang diperoleh berada di atas standar. Selama mahasiswa magang, yaitu Maret-Juni, masih berlangsung musim penghujan dengan curah hujan sedang hingga cukup tinggi, hal ini sangat berpengaruh pada efektifitas penyiraman. Disaat musim hujan kondisi tanah yang masih lembab dan basah (kapasitas infiltrasinya sudah jenuh) dan kegiatan penyiraman tetap dilakukan maka dapat menyebabkan terjadinya aliran permukaan (run-off). Apabila hal ini ditunjang dengan jenis tanah yang memiliki pori halus (liat) kemungkinan untuk terjadinya run off akan semakin besar pula. Bila hujan turun deras dalam waktu yang lama akan menyebabkan erosi terutama pada lahan miring (Gambar 16).

40 88 Lahan Miring yang Terkena Erosi Tanah Penanaman Rumput Gajah Gambar 16. Penanaman Rumput Gajah Pada Tanah yang Tererosi Contoh lahan yang terkena erosi di atas terjadi pada Blok CC1-4. Jenis tanah pada lahan miring di atas tergolong liat dan berada pada kemiringan yang sangat curam, saat terjadinya run off aliran ini membawa partikel tanah hingga menyebabkab erosi. Untuk menanggulanginya dapat dilakukan perbaikan struktur tanah agar membentuk agregat tanah yang masif (tekstur lebih kasar), sehingga perlu dilakukan: penambah bahan organik, membuat bangunan konservasi atau greenwall. Tanaman sereh (Andropogon nardus) yang masih termasuk famili Graminae adalah jenis tanaman penutup tanah yang akarnya memiliki daya ikat yang kuat terhadap tanah. Hal ini juga dapat dilakukan sebagai pilihan alternatif untuk menanggulangi erosi pada lahan miring. Posisi berdiri dari tenaga harian saat melakukan penyiraman akan berpengaruh terhadap semprotan air yang dihasilkan sehingga air yang jatuh tidak terlalu keras dan tidak merusak tanaman yang baru disulam. Pada Gambar 17 adalah posisi yang tepat saat melakukan penyiraman. Pada kondisi lahan berbukit, sebaiknya posisi penyiram berada di bagian bukit (atas) agar tanaman mendapatkan siraman yang merata serta untuk mengurangi air yang berlebihan yang mengalir ke permukaan paling bawah (agar tidak menggenang). Pada penyiraman vila yang mempunyai area taman yang luas di bagian belakang dapat dijangkau dengan mengatur lubang selang penyiraman dengan cara menekan ujung selang dengan tangan atau menggunakan alat bantu dan di arahkan ke atas sehingga dapat meminimalkan jangkauan area yang tidak tersiram tanpa menggunakan selang tambahan.

41 89 Posisi Penyiraman di Lahan Berbukit Penyiraman pada Vila Mengatur Lubang Selang Penyiraman Gambar 17. Kegiatan Penyiraman Pemangkasan Suatu lanskap dengan pepohonan yang tinggi, dan rimbun lebat akan terlihat lebih indah jika disuguhkan dengan bentuk yang menarik. Salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut dengan pemangkasan. Dari kegiatan pemangkasan yang dilakukan, banyak manfaat yang dapat dirasakan seperti menghindari tumbangnya pohon akibat terpangan angin kencang, menciptakan kesan yang diinginkan seperti membentuk tajuk pohon peneduh, pengarah, atau screen. Dari kegiatan pemangkasan dapat menghasilkan suatu kualitas visual lanskap yang indah dan menarik untuk dilihat. Pemangkasan berdasarkan jadwal di Kota Bunga terbagi menjadi dua, yaitu pemangkasan rutin dan pemangkasan insidentil (pada tanaman air). Pemangkasan rutin yang diterapkan oleh pihak Kota Bunga adalah setiap minggu (untuk rumput), tiga minggu sekali (untuk semak dan perdu), dan setiap bulan (untuk pohon dilihat kondisi lapangan). Namun pada pelaksanaannya di lapang umumnya kontraktor lebih mementingkan standar penampilan (kondisi lapang) daripada

42 90 spesifikasi pekerjaan. Pemangkasan insidental yang sifatnya tidak dapat diprediksi dilakukan untuk meningkatkan nilai estetika terhadap suatu bentukan tanaman. Terutama pada tanaman di dalam pot dan tanaman air yang berada di jalur-jalur utama harus menampilkan bentukan yang impresif sehingga dapat menunjang daya tarik suatu kawasan. Pemangkasan insidentil ini dilakukan pada bagian tanaman yang sudah tua, mati, ataupun bersifat merusak (mengganggu pemandangan) yaitu dengan cara memotongnya. Alat yang digunakan seperti golok, gergaji tangan, parit, dan gunting stik. Contoh tanaman yang dipangkas meliputi: melati air, papyrus, eceng gondok dan lainnya. Pemangkasan berdasarkan zona terbagi menjadi pemangkasan intensif dan pemangkasan ekstensif. Pemangkasan intensif dilakukan karena zona atau wilayah tersebut penggunaannya bersifat intensif (intensitas pengunjung tinggi) sehingga pemangkasan akan sering dilakukan dibandingkan wilayah yang kurang intensif, contoh wilayah dengan pemangkasan intensif, yaitu pemangkasan rumput pada kavling vila, pemangkasan semak pada taman lingkaran rotunda, pemangkasan semak dan penutup tanah pada berm dan median jalur utama; sedangkan untuk pemangkasan kurang intensif contoh pemangkasan yang dilakukan yaitu pada rumput dan pohon di taman lingkungan, kavling kosong, dan daerah perbatasan sungai. Pemangkasan tanaman secara umum dilakukan sebagai pengontrol terhadap pertumbuhan tanaman dengan tujuan keindahan, keamanan, serta kesehatan dari tanamana itu sendiri. Dalam Arifin dan Arifin (2005) secara khusus dijelaskan fungsi-fungsi dari pemangkasan, yaitu untuk nilai estetika atau keindahan, untuk kesehatan, dan untuk keamanan. Pemangkasan untuk nilai estetis dilakukan untuk merapikan dan mempertahankan bentuk semula sehingga dapat memberikan penampilan tanaman yang menarik di samping sebagai stimulasi pembungaan. Contohnya pada standar pemangkasan tanaman semak (Gambar 18) yang berfungsi meningkatkan penampilan. Dalam pengamatan di lapang contoh dari pemangkasan ini, seperti pada tanaman bentukan (topiary): bugenvil, bambu, pinus, pada tanaman pembatas (hedge) yaitu: teh-tehan, kembang sepatu, tanaman pengarah jalan dan tanaman display yaitu: cemara tretes, kelapa sawit, semak semusim dan lain-lain.

43 91 Tanaman Semak Border Tanaman Semak Bentukan Gambar 18. Standar Pemangkasan Tanaman Semak Pemangkasan untuk kesehatan, dilakukan terhadap tanaman yang mengalami kerusakan akibat hama penyakit sehingga diharapkan dengan kegiatan pemangkasan tidak akan menularkan pada bagian tanaman serta tanaman lain disekitarnya. Pemangkasan ini juga dilakukan pada tanaman yang sudah tua sehingga dapat ber-regenerasi (peremajaan kembali). Hal lain yang ingin dihindari dengan pemangkasan ini adalah tumbangnya pohon terhadap angin, terutama pada musim-musim angin. Contoh dari pemangkasan ini seperti: pemangkasan pohon kayu manis dan kembang sepatu yang terkena serangan hama, pemangkasan sawit karena dahannya yang patah. Pemangkasan untuk keamanan, pemangkasan ini tidak hanya berguna untuk keamanan dari pengguna saja tetapi juga bagi tanaman itu sendiri. Biasanya kegiatan pemangkasan ini dilakukan terhadap tanaman yang tumbuhnya miring dan umurnya sudah tua yang dikhawatirkan dapat mengganggu keselamatan orang-orang di sekitarnya. Pemangkasan juga akan dilakukan apabila tinggi dari pohon sudah mengganggu jaringan listrik di udara, namun untuk hal ini tidak ditemui di lapang karena semua sistem jaringan baik listrik maupun telepon menggunakan sistem bawah tanah. Dengan beragamnya bentuk dan jenis tanaman maka berbeda pula cara pemangkasannya. Berdasarkan jenisnya, pemangkasan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: pemangkasan rumput, pemangkasan semak dan perdu bentukan

44 92 (topiary), serta pemangkasan pohon. Secara umum pemangkasan dilakukan pada kavling vila, jalur jalan, dan taman lingkungan. Pemangkasan Rumput Suatu hamparan rumput yang hijau dan menarik sehingga indah untuk dilihat dapat tercipta dengan pemangkasan rumput yang teratur. Kecepatan pertumbuhan rumput harus dapat diketahui sehingga kualitas visual taman yang indah akan terus tercipta salah satunya melalui kegiatan pemangkasan rumput yang teratur. Jenis rumput yang dipelihara di Kota Bunga adalah rumput gajah (Axonopus compressus) dan rumput peking (Aglotis stolonifer). Berdasarkan kecepatan pertumbuhannya dalam jangka waktu sebulan pertumbuhan rumput gajah dua kali lebih cepat dibandingkan dengan rumput peking, sehingga jadwal pemangkasan terhadap dua jenis rumput ini tentu akan berbeda. Oleh karena itu hampir seluruh taman kavling vila menggunakan rumput peking sedangkan rumput gajah digunakan untuk area-area yang tidak terlalu intensif penggunaannya (taman lingkungan, arena bermain, dan kavling kosong). Pemangkasan rumput menggunakan mesin pangkas gendong yang membutuhkan bensin dan oli dengan perbandingan 20:1. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk mengoperasikan mesin pengkas gendong ini berbeda-beda pada masingmasing kontraktor. Namun umumnya tenaga pemangkas ini berjumlah 2-4 orang.berikut adalah contoh perhitungan dari pengamatan kegiatan pemangkasan dapat dilihat pada Tabel 15 berikut.

45 93 Tabel 15. Kapasitas Kerja Kegiatan Pemangkasan Rumput Lokasi Tahap IIIB T.Lingkungan Tahap I Jogging Track Tahap IVA Kavling vila Tahap I Kavling vila T.Lingkungan Luasan (m 2 ) Sumber : * Arifin dan Arifin (2005) Pengamatan Langsung Tenaga Kerja (orang) Waktu Rumput Gajah (Axonopus compressus) Kapasitas Kerja (m 2 /jam/org) Pengamatan Pustaka* Rumput Peking ( Aglotis stolonifer) Perbedaan kapasitas kerja yang didapat dari hasil perhitungan di atas, dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut, seperti 1. Kemampuan dan pengetahuan operator yang berbeda-beda Masing-masing operator memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Hal ini tentu akan mempengaruhi terhadap hasil dan kapasitas kerja yang diperoleh. 2. Umur Mesin Masa efektif dari mesin pangkas gendong + 3 tahun, setelah lewat dari masa aktifnya mesin ini masih dapat digunakan, tetapi perlu dirawat secara intensif (misalnya: penggantian onderdil). Di samping itu, bila mesin yang digunakan sudah melewati masa efektifnya, akan berdampak pada pemborosan bensin serta gas sampingan yang dikeluarkan. Hal ini akan mengganggu orang disekitar terlebih lagi bagi operator yang menjalankannya karena dapat mengganggu pernafasan dan sistem saraf. Apabila umur mesin sudah di atas 5 tahun, sebaiknya diganti karena selain dapat mengganggu pernafasan dan pemborosan bensin, mesin ini juga sering mengalami kerusakan 3. Mata pisau yang digunakan Bila panjang mata pisau yang digunakan pendek maka luasan yang didapatkan pun sedikit

46 94 4. Kondisi cuaca Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi tercapainya target pekerjaan 5. Ketahanan tubuh operator Umur serta kondisi fisik dari pekerja akan mempengaruhi terhadap luasan yang didapat. Berdasarkan survey dan wawancara di lapang umumnya dalam satu hari, 1 buah mesin dapat menghabiskan 3-5 liter bensin dan dari hasil tersebut mesin dapat bekerja selama 5-6 jam. Luasan rata-rata yang dicapai berkisar antara m 2. Setelah digunakan sebaiknya mesin dibersihkan serta dilakukan perawatan rutin untuk mengecek kondisi serta merupakan salah satu cara untuk mendeteksi kerusakan secara dini. Pemangkasan Semak dan Perdu Pemangkasan ini bertujuan untuk mempertahankan bentuk dan penampilan dari tanaman. Tanaman semak perdu termasuk dalam tanaman yang dapat dibentuk tajuknya sesuai dengan keinginan, misalnya menyerupai hewan atau hanya berupa pagar-pagar alami. Dengan kondisi tanaman semak dan perdu yang terawat kualitas visual yang dihasilkan juga akan menarik, sehingga indah untuk dinikmati dan menciptakan kesan dari masing-masing karakter taman yang diharapkan. Berdasarkan jadwal yang tercantum dalam spesifikasi pekerjaan, pemangkasan ini dilakukan tiga minggu sekali. Menurut Utami (2007) frekuensi pemangkasan untuk semak dan penutup tanah minimal seminggu sekali dan maksimal tiga minggu sekali. Pembanding lain yang dapat diambil yaitu pemangkasan yang dilakukan pada Pemakaman San Diego Hills, Karawang yang dilaksanakan dua minggu sekali (Ayuningtyas, 2008). Dengan perbandingan tersebut kegiatan pemangkasan yang diterapkan oleh Kota Bunga sudah tepat namun dalam pelaksanaannya harus lebih diawasi oleh pihak pengelola karena tidak jarang ditemukan kondisi tanaman (baik semak maupun perdu) yang benarbenar membutuhkan pemangkasan. Alat yang digunakan untuk memangkas semak adalah gunting pangkas dan babadot, dan alat untuk memangkas perdu adalah gunting pangkas dan gunting stik (Gambar 19). Gunting pangkas berfungsi untuk

47 95 memangkas bagian atas permukaan (pucuk) tanaman dan bagian pinggirnya sehingga hasil pangkasan dapat disesuaikan dengan bentuk yang diinginkan. Umumnya taman-taman yang paling banyak menggunakan bantuk tanaman ini adalah taman vila tipe Jepang. Gunting stek bentuknya menyerupai tang, tetapi posisi mata pisaunya sedikit membelok dan meruncing, dalam penggunaannya gunting ini tidak membutuhkan dua tangan seperti pada gunting pangkas karena hanya berfungsi untuk memotong dahan, ranting, ataupun daun yang sudah tua dan mati. Gambar 19. Gunting Pangkas (kiri) dan Gunting Stek (kanan) Jenis tanaman semak dan perdu yang dipangkas meliputi tanaman penutup tanah,tanaman border, tanaman berbungan semusim dan tahunan. Seperti (Gambar 20) pangkas kuning (Duranta repens), bugenvil (Bougenvillea sp), tanaman teh-tehan (Acalypha macrophylla), kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis), dan sebagainya. Pemangkasan Semak Border Acalypha macrophylla Pemangkasan Perdu Bentukan Bougenvillea sp. Gambar 20. Pemangkasan Semak dan Perdu

48 96 Untuk mengetahui besarnya kapasitas kerja yang dicapai oleh tenaga kerja harian dalam kegiatan pemangkasan semak dapat dilihat pada Tabel 16 dan pemangkasan perdu bentukan (topiary) pada Tabel 17. Tabel 16. Kapasitas Kerja Kegiatan Pemangkasan Semak Lokasi Tahap II Kavling vila Tahap IVB Kavling vila Luasan (m 2 ) Sumber : * Arifin dan Arifin (2005) Pengamatan Langsung Tenaga Kerja (Orang) Waktu Kapasitas Kerja (m 2 /jam/org) Pengamatan Pustaka * Tabel 17. Kapasitas Kerja Pemangkasan Perdu Bentukan (topiary) Lokasi Tahap II Kavling vila Tahap IIIA Kavling vila Jumlah Pohon Sumber : *Arifin dan Arifin (2005) Pengamatan Lapang Tenaga Kerja (Orang) Waktu Kapasitas Kerja (phn/jam/org) Pengamatan Pustaka * Kesimpulan Dari tabel di atas rata-rata kapasitas kerja tenaga harian berada di atas standar yang ditetapkan. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan tersebut adalah: 1. Kemampuan dari tenaga kerja yang berbeda-beda dimana hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor umur, lingkungan, cuaca, dan kondisi sekitar 2. Jenis semak yang dipangkas umumnya rendah serta pemangkasan hanya mengikuti bentukan awal yang telah dibuat, hal ini akan memudahkan tenaga harian dalam pengerjaannya sehingga dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan

49 97 3. Hasil pangkasan yang tidak sesuai dengan bentukan yang diharapkan. Alasan untuk mengejar target pekerjaan membuat pekerja harian memangkas secara asal-asalan (tidak memperhatikan bentukan awal tanaman), hal ini ditunjang pula dengan lepasnya pengawasan dari mandor setempat. Tanaman yang dipangkas secara asal-asalan dapat mengurangi performa dari bentukan tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan pengarahan dari para mandor sebelum mereka memberikan perintah, pengawasan, serta penyediaan alat yang dibutuhkan. Pemangkasan Pohon Setiap vegetasi memiliki bentuk tajuk, struktur batang, dan daun serta warna bunga yang berbeda satu sama lain. Agar keindahan dari masing-masing bentuk tanaman dapat terus dinikmati maka disinilah pentingnya kegiatan pemangkasan. Untuk memperoleh bentukan-bentukan yang sesuai dengan desain awalnya dapat dilakukan dengan pemangkasan yang teratur, sehingga konsep awal dari suatu kawasan dapat senantiasa tercipta dan dapat terus dirasakan. Pemangkasan pohon pelaksanaannya bersifat insidental (sesuai dengan kondisi lapang). Pemangkasan pohon umumnya ditujukan untuk keamanan. Pohon yang terlalu rimbun dengan daun dan dahan, dikhawatirkan tumbang ketika hujan dan angin kencang. Waktu pemangkasan yang baik adalah pada waktu musim hujan agar pertumbuhan tanaman setelah pemangkasan lebih cepat. Dengan demikian dalam waktu dekat tanaman sudah rimbun dengan ditumbuhi dahan, ranting, dan daun (Arifin dan Arifin, 2005). Pemangkasan pohon di Kota Bunga dibedakan menjadi dua, yaitu a. Pangkas Berat Pangkas berat adalah pemangkasan bagian pohon meliputi cabang, dahan, dan daunnya. Tidak semua pohon dapat dipangkas dengan cara ini, hanya beberapa tanaman di antaranya: bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), dadap merah (Erythrina cristagali), bintaro (Cerbera manghas), solanum (Solanum macranthum), dan trembesi (Samanea saman). Pangkas berat penting dilakukan pada kondisi berikut 1. Tumbangnya pohon karena terpaan hujan badai atau angin kencang.

50 98 Pada musim-musim angin keadaan pohon dengan tajuk yang lebar dan batang yang kecil (tidak seimbang) dikhawatirkan akan tumbang. Apabila pemangkasan tidak dilakukan akan membutuhkan biaya tambahan untuk membeli dolken baru serta membutuhkan waktu yang tidak sebentar dalam pertumbuhannya 2. Pangkas berat ini dilakukan untuk peremajaan kembali bagi pohon yang daunnya sudah tua dan terlihat tidak menarik 3. Mengejar target event tertentu, seperti perayaan akhir tahun, acara keagamaan besar-besaran (Lebaran dan Natal), ataupun perayaan HUT RI. Untuk mendapatkan hasil pangkasan yang serempak, pemangkasan harus dilakukan + 3 bulan sebelumnya, sehingga diharapkan daun muda yang tumbuh diimbangi dengan bermekarannya bunga. Kegiatan pemangkasan dadap merah yang diamati (Gambar 21) selama 3 bulan, dilakukan karena akan mengejar event liburan sekolah sehingga pihak Kota Bunga memberi instruksi untuk mempersiapkan acara tersebut, diharapkan pada saatnya telah muncul bungabunga yang serempak di sepanjang jalur jalan. 1 Bulan setelah Pemangkasan 2 Bulan setelah Pemangkasan 3 Bulan setelah Pemangkasan Gambar 21. Perubahan Bentuk Pangkasan Dadap Merah

51 99 Keterangan a) 1 bulan setelah pemangkasan (tunas daun mulai tumbuh) b) 2 bulan setelah pemangkasan (tunas bunga mulai tumbuh) c) 3 bulan setelah pemangkasan (daun dan bunga tumbuh serempak) Kapasitas kerja kegiatan pemangkasan pohon yang dilakukan oleh kontraktor Kota Bunga berdasarkan pengamatan lapang, disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Kapasitas Kerja Pemangkasan Pohon Lokasi Waktu Tenaga Kerja (orang) Tahap IV B Berm Kavling Vila Jenis&Jumlah Kapasitas Kerja(phn/jam) (pohon) Pengamatan Pustaka* 1 trembesi,bintaro Tahap I T.Lingkungan Sumber : * Oktaviarni, 2008 Pengamatan Lapang 2 bunga kupukupu, dadap merah Jenis pembanding yang digunakan adalah pada kawasan pemukiman Sentul City. Perbedaan kapasitas kerja yang didapat, dapat dipengaruhi oleh jenis alat yang digunakan untuk memangkas. Pada pustaka dijelaskan kegiatan pemangkasan menggunakan gergaji galah, sehingga untuk memangkasnya tidak perlu memanjat dan hal ini sangat berpengaruh terhadap jumlah pohon yang dipangkas. Faktor lain yang turut mempengaruhi adalah jenis pohon dan ketinggian yang berbeda-beda. Kapasitas kerja dari kedua contoh pemangkasan di atas disebabkan karena pada jenis pohon yang ada di sepanjang berm kavling vila tinggi maksimum hanya berkisar 4 meter, sedangkan untuk jenis pohon yang berada pada taman lingkungan umumnya bertajuk lebar dan tinggi minimumnya 5 meter. Hal ini akan mempengaruhi terhadap tingkat kesulitan atau daya jangkaunya, karena jenis alat yang digunakan masih menggunakan cara manual yaitu dengan cara dipanjat dan menggunakan golok atau gergaji tangan. Sedikit

52 100 menjadi perhatian dalam melakukan kegiatan ini tenaga kerja umumnya bekerja tanpa alat bantu keselamatan, hal ini perlu diperhatikan oleh pihak kontraktor dalam menjaga keselamatan tenaga kerja b. Pangkas Pucuk Pangkas pucuk adalah pemangkasan bagian pohon yang dilakukan pada bagian dahan dan daunnya saja. Fungsi utama dari pemangkasan ini adalah untuk perapihan bentuk pohon (trimming). Seluruh pohon dapat dilakukan jenis pangkasan ini. Contoh pangkas pucuk yang ditemukan di lapang seperti: perapihan cemara angin, cemara norfolk, kelapa sawit (Gambar 21) dan lainnya. Pemangkasan Kelapa Sawit Pemangkasan Cemara Angin Gambar 22. Kegiatan Pangkas Pucuk di Berm Pendangiran atau Pengendalian Gulma pada Rumput dan Penyetikan Pengendalian gulma adalah tindakan untuk mengendalikan pertumbuhan gulma yang ada pada rumput, kegiatan ini biasa dilakukan bersamaan dengan penyetikan. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara manual dengan tangan maupun menggunakan alat bantu seperti kape, garpu, gunting, dan kored. Penggunaan dengan tangan langsung biasanya dilakukan pada semak dan penutup tanah yang ditanam secara berkelompok serta pada tanaman yang tumbuh memanjang, sedangkan untuk gulma yang tumbuh dirumput dilakukan dengan menggunakan alat bantu. Pembagian tenaga kerja untuk pekerjaan ini dijadikan

53 101 satu dan jumlahnya disesuaikan berdasarkan kebutuhan di lapang dan intensitas areanya. Definisi dari gulma adalah tanaman yang pertumbuhannya tidak dikehendaki, tumbuh tidak pada tempatnya, tidak ditanam dan tumbuh sendiri serta mempunyai daya resisten yang cukup tinggi terhadap pengendalian, bersifat liar, merusak (karena dapat bersaing dengan tanaman utama dalam mengambil unsur hara dan tempat tumbuh), kompetitif dan agresif. Oleh karena itu, untuk menyatakan bahwa tanaman sebagai gulma tidak terbatas pada tanaman liar yang merusak melainkan juga termasuk di dalamnya berupa tanaman budi daya yang pertumbuhannya tidak dikehendaki, misalnya tanaman seruni rambat (Widelia bifflora) pada penutup tanah kacang hias (Arachis pintoii). Beberapa jenis gulma yang ditemui pada tanaman semak dan penutup tanah (alang-alang, rumput liar, bayam-bayaman), pada tanaman yang tumbuh memanjang/pohon (tali putri dan sirih gading), serta gulma dominan yang menyerang hampir diseluruh hamparan rumput Kota Bunga yaitu antanan (Gambar 23). Gambar 23. Jenis-Jenis Gulma yang Menyerang Tanaman di Kota Bunga

54 102 Keberadaan tanaman pengganggu ini (gulma) sangat mengganggu pemandangan karena apabila tidak ditangani secara serius maka pertumbuhan gulma ini akan jauh lebih cepat dan menyebar secara merata, hingga mengalahkan tanaman utamanya. Disamping itu beberapa gulma bersifat merusak bahkan mematikan tanaman yang lain karena menghisap zat-zat yang dibutuhkan. Kegiatan ini termasuk jenis pekerjaan pemeliharaan yang progressnya berlangsung sangat lambat, karena dibutuhkan ketelitian dan kehati-hatian agar tidak merusak tanaman utama sehingga membutuhkan waktu yang tidak sebentar dalam pengerjaannya. Pada kawasan Kota Bunga kegiatan ini dilakukan oleh ibuibu yang pelaksanaannya dilakukan setiap hari, dimana dalam mencapai targetnya yaitu 1-2 rumah/hari/orang, kontraktor harus pandai-pandai mengatur program kerja yang diterapkan sehingga pekerjaan ini dapat di-handle dengan baik. Berdasarkan pengamatan selama magang berlangsung kontraktor sering kali keteteran mengenai masalah gulma sebagai permasalahan paling dominan di Kota Bunga. Kegiatan pengendalian gulma yang dilakukan pada rumput di samping dapat mengendalikan pertumbuhan gulma ternyata juga membawa permasalahan baru yaitu kondisi rumput menjadi petal-petal (tercabik-cabik) akibat pengambilan secara paksa dengan alat yang dipakai (kape) (Gambar 24), padahal dengan menggunakan kape belum tentu gulma dapat terangkat seluruhnya sampai ke akar. Pengendalian gulma di rumput sebaiknya dilakukan dengan menggunakan tangan, selain lebih ampuh dalam pengendalian gulma, cara ini juga tidak merusak permukaan rumput. Karena membutuhkan waktu + 1 bulan agar rumput tersebut dapat menutup lagi secara sempurna. Kegiatan pengendalian gulma oleh pekerja Kondisi rumput yang tercabik-cabik Gambar 24. Dampak Kegiatan Pengendalian Gulma Terhadap Rumput

55 103 Kegiatan penyetikan adalah memotong bagian tanaman yang menyentuh atau melewati perbatasan kanstin, atau lebih dikenal dengan pembuatan tali air (edging). Pembuatan tali air ini dilakukan secara manual dengan menggunakan alat bantu seperti kored, kape, gunting stik maupun dengan menggunakan bantuan mesin pangkas (Tahap IVA dan VI) (Gambar 25). Dalam menggunakan mesin pangkas harus dilakukan oleh tenaga harian yang benar-benar ahli dan sudah terlatih untuk menjalankan pekerjaan ini, karena resiko dari pekerjaan ini cukup berat maka tidak semua kontraktor mampu menerapkan konsep ini. Penyetikan Secara Manual (Kored) Penyetikan Menggunakan Alat (Mesin) Gambar 25. Perbandingan Cara Penyetikan Dari dua perlakuan diatas terhadap kegiatan penyetikan, kapasitas kerja yang didapat akan dijabarkan dalam Tabel 19 di bawah ini. Tabel 19. Perbandingan Kapasita Kerja Penyetikan dengan Alat (Mesin Pangkas) dan Manual (kored) Lokasi Tahap I Median Jalur Luasan (m 2 ) Waktu Alat 0, Kape dan kored Kapasitas Kerja (m 2 /jam) Pengamatan Pustaka* 0, Tahap IVA Mesin Berm&Median pangkas Sumber : Pengamatan Lapang 9, Kesimpulan Hasil yang didapatkan dengan menggunakan mesin terbukti 15 kali lebih cepat, sehingga efektifitas pekerjaan terhadap waktu dapat tercapai dan pekerja harian

56 104 tersebut dapat dialokasikan ke pekerjaan lain. Disamping sebagai cara untuk memanfaatkan kembali mata pisau yang sudah pendek dan tidak layak digunakan untuk pemangkasan ( cm) (Gambar 26). Panjang mata pisau tidak layak pakai untuk pemangkasan Panjang mata pisau optimal untuk pemangkasan Gambar 26. Perbandingan Panjang Mata Pisau yang Layak Pakai Keterangan Panjang mata pisau untuk penyetikan ( cm) sedangkan panjang mata pisau ideal untuk pemangkasan rumput (30,5 cm x 9 cm). Hal lain yang menjadi perhatian adalah mengenai hasil dari pekerjaan ini, ternyata perbedaaan antara keduanya terletak pada besarnya jarak tali air (Gambar 27). Lebar Hasil Penyetikan Menggunakan Mesin + 5 cm (a) Tampak Atas (b) Pengukuran Jarak

57 105 Lebar Hasil Penyetikan Menggunakan Cara Manual + 8 cm (a) Tampak Atas (b) Pengukuran Jarak Gambar 27. Perbandingan Lebar Hasil Penyetikan dengan Dua Cara Hasil kedua penyetikan tersebut dianggap kurang efisien, karena besarnya tali air tidak boleh terlalu lebar, sekitar 2 jari (+ 3cm). Karena sebenarnya fungsi dari tali air ini hanya sebagai pembatas (edging) antara rumput dengan kanstin, dan bukan sebagai saluran. Kesalahan ini terjadi hampir diseluruh tahapan, sehingga apabila terus-menerus dibiarkan seperti ini akan membuat penampilan tidak menarik dan membuat genangan air ketika hujan turun dalam waktu yang lama. Diperlukan pengawasan dan pengarahan dari mandor mengenai detail pekerjaan, fungsi, serta dampak yang akan ditimbulkan bila menggunakan cara yang salah. Pada Tabel 20 perhitungan untuk mengetahui kapasitas kerja kegiatan pendangiran disajikan dalam Tabel 20. Tabel 20. Kapasitas Kerja Pendangiran Lokasi Luasan Waktu Kapasitas Kerja (m 2 /jam/org) (m 2 ) Pengamatan Pustaka* Tahap IIIA Kavling Vila Tahap VI Kavling Vila RATA-RATA EFEKTIIVAS : 58 m 2 /jam 145% Sumber : *Arifin dan Arifin (2005) Pengamatan Lapang

58 106 Contoh Perhitungan 1. Luasan: 202 m 2 2. Waktu: 3,5 jam 3. Kapasitas Kerja: 202 m 2 = 57,7 = 58 m 2 /jam 3,5 jam Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pendangiran 1. Target 1 orang: rumah 2. Dengan asumsi: rata-rata luasan villa Tahap VI = 112 m 2 3. Luasan yang harus dikerjakan dalam rumah: m 2 4. Kemampuan kerja: 202 m 2 /hari Maka ibu-ibu tersebut dapat menyelesaikan tugasnya dalam Untuk 10 rumah = 1120 m 2 = 5 hari Untuk 12 rumah= 1344 m 2 = 7 hari 202 m 2 /hari 202 m 2 /hari Untuk mencapai terget pekerjaannya dibutuhkan waktu 5-7 hari. Pengendalian Hama dan Penyakit Kegiatan pengendalian hama penyakit yang dilakukan oleh pihak Kota Bunga bersifat pencegahan dan pengobatan. Untuk membasmi seluruh hama penyakit pada tanaman para kontraktor Kota Bunga menggunakan cara kimiawi yaitu menggunahan pestisida dengan merek dagang Curracron dan Calicron. Pada beberapa tahapan (Tahap II dan VI) menggunakan cairan tambahan yang berfungsi untuk merekatkan pestisida terutama di musim hujan (NAP EL stick), sehingga apabila setelah penyemprotan turun hujan pestisida ini tetap melekat pada daun. Dosis penggunaan pestisida untuk setiap kontraktor secara umum sama, yaitu dengan melarutkan ml pestisida dengan liter air. Jumlah kebutuhan pesisida untuk masing-masing kontraktor rata rata botol/bulan (@ 100 ml). Kegiatan pemeliharaan ini menggunakan alat berupa sprayer gendong dan dalam melaksanakan tugasnya tenaga harian harus memakai peralatan lengkap (masker, kaca mata, baju tangan panjang, sarung tangan, dan sepatu boot) sebelum menyemprotkan pestisida ini, karena bahan aktif yang terkandung di dalamnya dapat mengganggu kesehatan bila terhirup, tercium, ataupun tersentuh dengan kulit. Namun masih saja ditemui pekerja masih belum menggunakan pakaiannya

59 107 secara lengkap, dengan alasan sudah terbiasa. Hal ini harus diperhatikan oleh pihak kontraktor demi keselamatan tenaga kerja. Hal lain yang menjadi perhatian adalah hembusan arah angin yang kurang diperhatikan oleh tenaga harian dalam menyemprot pestisida. Menurut Arifin dan Arifin (2005) penyemprotan pestisida yang benar adalah sesuai dengan arah angin sehingga semprotan yang dihasilkan tidak ikut terhirup oleh pekerja. Pengendalian hama yang bersifat pencegahan dilakukan secara rutin setiap sebulan sekali dan bersifat insidentil saat musim-musim hama. Kegiatan pencegahan ini dimaksudkan untuk mengendalikan pertumbuhan hama dan penyakit sebelum terserang (terinfeksi) lebih banyak. Pemberian dosis yang bersifat pencegahan ini disesuaikan dengan ketentuan yang tertera pada label pestisida (100 ml/ha). Contoh pengendalian pencegahan yang dilakukan pada tanaman taiwan beauty terhadap serangan hama kumbang (Beetles) dan ulat grayak (spodoptera), dan serangan hama kutu putih (Mealybugs) pada tanaman kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis). Hama lain yang terdapat di Kota Bunga, yaitu tungau (mites), ulat bulu (Caterpillars), ngengat (Oak moths), trips (Thrips), siput (Snails), belalang (Grasshopers), dan lainnya. Pengendalian hama yang bersifat pengobatan adalah penanganan yang dilakukan setelah tanaman benar-benar terinfeksi oleh serangan hama (Gambar 28) dan penyakit (Gambar 29) dimana penyebarannya sudah merata diseluruh bagian tanaman. Contoh dari pengendalian hama yang bersifat pengobatan adalah pemberian furadan atau garam dapur pada tanah yang terkena serangan hama kuuk (Agrotis epsilon), penyemprotan pestisida pada kembang sepatu yang kondisinya sudah terserang parah oleh hama kutu putih. Pemberian dosis untuk perlakuan ini adalah pada tahap pertama setelah penyemprotan ( + 1minggu) dilihat apakah hama yang ada pada tanaman sudah hilang atau mati, jika masih terinfeksi dilakukan penyemprotan tahap dua, dan begitu seterusnya sampai hama tersebut sudah dapat dipastikan mati atau pergi. Perlu diperhatikan meskipun tanaman sudah terserang parah tidak diperbolehkan menambah dosis yang telah ditentukan, hanya dilakukan penyemprotan secara berulang-ulang dengan masa tenggang selama 1 minggu. Hal ini dimaksudkan agar hama tidak mempunyai daya resistensi sendiri terhadap jenis pestisida tertentu. Cara ini sangat tidak

60 108 efektif dalam pengendalian hama disamping akan meningkatkan resistansi hama juga berakibat pada pemborosan biaya yang harus dikeluarkan. Alternatif lain yang diambil oleh pihak Kota Bunga untuk menangani masalah ini dengan melakukan pemangkasan pada bagian-bagian yang sudah terserang parah, sehingga diharapkan dapat memutus siklus penyebaran baik hama maupun penyakit. Terbukti pengendalian yang bersifat pengobatan jauh lebih mudah dan hemat dibandingkan dengan pengendalian yang bersifat pengobatan, oleh karena itu penting untuk dilakukan penyemprotan sedini mungkin pada tanaman-tanaman yang sudah mulai menunjukkan gejala serangan. Gambar 28. Serangan Hama pada Tanaman di Kota Bunga Gambar 29. Penyakit Pada Tanaman di Kota Bunga

61 109 Terdapat beberapa jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman di Kota Bunga, namun setelah diamati hama kutu putih-lah yang mendominasi di semua tahapan. Berikut adalah pengamatan terhadap fase penyebarannya hama kutu putih (Gambar 30) yang meyerang tanaman kembang sepatu di bagian ketiak daun dan masih berada dalam satu pohon. Fase I Fase II Fase III Gambar 30. Tahapan Penyebaran Hama Kutu Putih (Mealybugs) Keterangan 1. Fase I. Hama kutu putih membuat lintasan putih sebagai tempat bersarang, fase ini dilakukan sebagai langkah awal dalam penyebarannya 2. Fase II. Dalam lintasan yang telah dibuat sudah terdapat beberapa hama yang menetap dan bertelur (telur berwarna kuning) 3. Fase III. Lintasan sudah tidak terlihat jelas karena telah penuh dengan hama kutu putih yang telah berbulu. Fase ini dapat dikatakan parah bila seluruh daun sudah terinfeksi, penyebarannya sangat cepat dan membutuhkan penyemprotan yang lebih intensif. Hama kutu putih merupakan hama dominan yang ada di Kota Bunga hal ini disebabkan oleh suhu dan kelembaban lokasi tapak yang tergolong cukup dingin,

62 110 sehingga hal ini akan mempercepat penyebaran dari hama kutu putih. Alasan kutu putih banyak terdapat di ketiak daun adalah karena pada permukaan ini tergolong lembab dan tidak terkena sinar matahari. Oleh karena itu, apabila tidak cepat ditangani maka harus membutuhkan penanganan lebih intensif. Tabel 21. Kapasitas Kerja Kegiatan Penyemprotan Hama Lokasi Kavling Vila Median Jalur Sarana Fasilitas Sumber: * Sulistyantara (2006) Pengamatan Lapang Luasan Waktu Noosel Kapasitas Kerja (m2/jam) (m 2 ) (lubang) Pengamatan Pustaka* Contoh perhitungan 1. Waktu : 5,25 jam 2. Luasan : m 2 3. Kapasitas Kerja/jam : m 2 = 238 m 2 /jam 5,25 jam Berdasarkan perhitungan di atas, kapasitas kerja yang dicapai oleh tenaga harian Kota Bunga berada di bawah standar, hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut 1. Jenis noosel yang digunakan Hasil semprotan yang dibutuhkan dalam penyemprotan hama adalah cairan yang tersebar merata, bukan cairan yang mengarah pada satu titik (noosel 1 lubang), sehingga jangkauan yang didapat lebih besar, hal ini akan berdampak pada luasan yang didapat serta pemborosan biaya. Penting bagi mandor setempat untuk mengawasai serta menyiapkan material apa saja yang dibutuhkan sebelum pekerjaan dimulai. 2. Loyalitas kerja yang rendah terhadap pekerjaan Dalam pengamatan mahasiswa, umumnya pekerjaan yang dilakukan tanpa adanya pengawasan dari mandor, lebih banyak waktu istirahat daripada waktu kerja, sehingga banyak waktu yang terbuang.

63 111 Pengawasan dan pengecekkan kondisi lapangan sebaiknya rutin dilakukan baik oleh mandor maupun pengawas lapangan (supervisor), hal ini dilakukan untuk meminimalkan kesalahan-kesalahan di lapang. Penggantian Tanaman a. Penyulaman Berdasarkan spesifikasi pemeliharan kegiatan penyulaman yang disebabkan karena tanaman sudah terlalu tua, kondisi alam (patah karena angin), serta tanaman yang mati karena kesalahan akibat pekerjaan pemeliharaan maka pihak Kota Bunga akan menyediakan tanaman pengganti yang pelaksanaan penanamannya dilakukan oleh kontraktor taman. Tanaman untuk menyulam diperoleh dari sisa-sisa penjarangan tanaman dari area lain (dengan kondisi yang lebih baik) atau membeli dari luar. Hal ini dikarenakan Kota Bunga tidak memiliki nursery yang memiliki persediaan atau stok tanaman pengganti. Tujuan dari penyulaman yakni memperindah kawasan lanskap dengan cara menanam kembali (re-planting) dengan tanaman-tanaman yang baru atau mengganti tanaman yang rusak.terserang hama agar terlihat lebih menarik dan menghindari kesan monoton pada suatu kawasan. Penyulaman ini juga dilakukan untuk menyambut perayaan tertentu dan biasanya tanaman pengganti adalah tanaman berbunga berwarna cerah. Adapun penyulaman ini diutamakan pada lokasi-lokasi dengan intensitas pengguna dan memiliki nilai visual yang tinggi, misalnya pada area rotunda, kavling vila, main road kantor pemasaran, median dan berm pada jalur utama, serta beberapa fasilitas rekreasi (kolam renang, arena fantasi, danau Little venice). Kegiatan penyulaman yang telah dilakukan diantaranya seperti penyulaman tanaman seruni rambat di Median Blok D, tanaman love grass pada area main gate, tanaman pahvir, dan lainnya. Penyulaman tanaman dapat pula dilakukan pada rumput yaitu berupa lempengan yang dibagi menjadi beberapa bagian kecil (plugging). Pada penanaman rumput lempengan sebaiknya diinjak agar akar yang akan tumbuh dapat merekat kuat pada tanah sehingga mempercepat dalam pertumbuhannya. Dalam penggantian tanaman hal yang harus diperhatikan adalah kondisi tanaman pengganti yang lebih baik dari tanaman

64 112 sebelumnya seperti bebas dari gulma, baik kondisi fisiknya serta mempunyai daya tahan (resistensi) yang tinggi terhadap penyakit. Perhitungan terhadap kapasitas kerja yang dicapai oleh kontraktor Kota Bunga untuk kegiatan penanaman rumput lempeng, dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Kapasitas Kerja Penanaman Rumput Lempeng Lokasi Kavling Kosong Rumput Gajah Kavling Vila Rumput Peking Luasan Waktu (m 2 ) 70, Sumber : * Arifin dan Arifin (2005) Pengamatan Langsung di Lapang Kapasitas Kerja (m 2 /jam) Pengamatan Pustaka* 15, Contoh Perhitungan Kavling Vila 1. Luasan yang didapat : 63 m 2 2. Waktu yang diperlukan : 5,25 jam 3. Maka kapasitas kerja (m 2 / jam) : 63 m 2 = 12 m 2 /jam 5,25 jam Dapat dilihat pada penanaman rumput lempengan terdapat perbedaan mengenai kapasitas kerja, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor 1. Perbedaan lokasi turut menentukan terhadap hasil yang diperoleh. Penanaman pada kavling kosong yang penggunaanya tidak intensif (ekstensif) lebih besar daripada kapasitas kerja pada penanaman di kavling vila yang membutuhkan perawatan 2. Tanggung jawab yang tinggi yang dimiliki oleh pekerja terhadap pekerjaan yang diberikan. Dalam pengamatan sewaktu menyelesaikan pekerjaan ini, tenaga harian bekerja lepas dari pengawasan mandor. Terbukti bahwa pengawasan tidak terlalu berpengaruh pada pekerja yang memiliki loyalitas yang tinggi terhadap pekerjaan yang diberikan. 3. Kondisi sekitar. Pekerja yang dialokasikan sendirian dapat berpengaruh terhadap hasil serta kualitas pekerjaan. Jika pekerja dialokasikan secara berkelompok, akan

65 113 terjadi interaksi dan akhirnya ngobrol sehingga target pekerjaan tidak tercapai. Pengalokasian tempat serta orang yang tepat dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas pekerjaan, sehingga perlu bagi mandor lapangan untuk memperhatikan hal tersebut serta tidak segansegan untuk memberi teguran jika sudah melewati batas. b. Renovasi taman Berbeda dengan kegiatan penyulaman, renovasi taman dilakukan secara menyeluruh pada suatu area. Berdasarkan pengamatan di lapang, renovasi taman dilakukan dengan cara merubah tanah datar menjadi pola yang berkontur serta ditunjang dengan perubahan jenis semak, perdu, dan rumput, seperti tanaman taiwan beauty, lili paris, rumput peking dan sebagainya. Tujuan dari renovasi ini adalah mengarah pada upaya-upaya untuk memelihara suatu kondisi agar senantiasa indah, asri, dan menarik. Renovasi juga bertujuan untuk mempertahankan suatu tema di kawasan tersebut. Kegiatan renovasi juga meliputi pekerjaan pembuatan taman vila yang akan serah terima (Gambar 30). Pembuatan taman dimulai dengan penyediaan tanah merah yang dilanjutkan dengan pembentukan kontur, lalu pengolahan tanah yang dicampur dengan pupuk kandang (untuk areal yang akan ditanami), setelah tanah siap untuk ditanam dilakukan pengadaan tanaman dan kemudian dilakukan penanaman tanaman yang diinginkan. Renovasi taman yang dilakukan di kavling vila sesuai dengan permintaan konsumen yang ingin mengganti desain taman rumahnya, ataupun renovasi taman ini dilakukan pada areal yang tanahnya sudah keras akibat pemberian pupuk kimia dan penyiraman secara terus-menerus. Saat pengolahan tanah kembali, tanah diberi Furadan 3G dan pupuk kandang. Kegiatan penyulaman maupun renovasi taman tidak dilakukan secara bebas, melainkan harus sesuai dengan prosedur yang telah disepakati antara pihak kontraktor (yang berada di tahapan tersebut) dengan pihak pengelola (kantor). Pembuatan berita acara dan permohonan penggantian tanaman harus selalu terlampir pada setiap rencana penggantian tanaman. Contohnya renovasi yang

66 114 telah dilakukan yaitu pada kavling vila berdasarkan permintaan konsumen (Tahap I Blok A2-14 dan Tahap IV A Blok CC4-14). (a) Penyediaan Tanah Merah (b) Pembentukan Kontur (c) Pengadaan Tanaman (d) Penanaman Gambar 31. Proses Pembuatan Taman Vila Pemeliharaan Hardscape Merupakan elemen keras yang melengkapi keindahan penampilan taman. Elemen-elemen tersebut seperi gerbang (main gate), gazebo, jalan setapak, perkerasan (paving block), kolam, dan lainnya. Bentuk serta material yang digunakan akan berpengaruh terhadap kesan yang mungkin ditimbulkan, seperti penggunaan perkerasan berwarna cerah pada tempat-tempat rekreasi yang akan memberikan kesan lega dan melapangkan dan menjadi pusat perhatian. Bahan dengan tekstur yang kasar sangat sesuai untuk penggunaan di daerah yang sering hujan. Gerbang utama yang berfungsi sebagai area penerimaan (welcome area) menggunakan kombinasi warna kuning gading (ivory), broken white dan peach yang melambangkan kesan anggun dan mewah serta bangunan gerbang tidak dibuat tinggi menjulang, namun dibuat agar lebih bersahabat dengan tampilan sebuah pintu gerbang kerajaan. Seolah-olah pengunjung yang datang disambut layaknya memasuki sebuah istana Kota Bunga.

67 115 Karena kelembaban di daerah ini tergolong tinggi maka lapisan cat pada permukaan dinding lebih cepat pudar bahkan terdapat jamur atau lumut. Oleh karena itu, agar desain yang dibuat dapat terus dinikmati diperlukan suatu kegiatan pemeliharaan pemeliharaan terhadap hardscape (elemen keras). Penyapuan Kegiatan penyapuan yang tertera dalam spesifikasi pemeliharaan adalah penyapuan pada perkerasan (paving block dan teras rumah). Untuk penyapuan pada jalur kavling, jalur utama dan taman lingkungan dilakukan secara rutin di pagi hari, setelah selesai + pukul tenaga harian ini dialokasikan ke pekerjaan lain. Kegitan penyapuan teras rumah hanya dilakukan pada hari jum atsabtu. Sampah hasil penyapuan didominasi oleh sampah organik berupa daun yang gugur dan hasil pemangkasan sedangkan untuk sampah plastik jumlahnya hanya sedikit kecuali di hari libur (banyak pengunjung). Hasil sampah ini dimasukkan ke dalam tong sampah karena jumlahnya terbatas yaitu 1 tong sampah untuk 3 unit rumah, sehingga tidak jarang ditemui kondisi tong sampah yang sudah penuh sehingga banyak sampah yang tercecer disekitar tong sampah tersebut. Sampah hasil penyapuan biasanya diletakkan dipinggir jalan atau digundukkan yang nanti akan diangkut oleh petugas kebersihan. Namun hal ini dirasa kurang efektif karena apabila terkena angin maka tumpukan sampah daun tersebut akan meyebar kemana-kemana. Hal ini dirasa perlu menjadi perhatian bagi pihak Kota Bunga untuk mengontrol kesesuaian jadwal pengangkutan sampah oleh kontraktor kebersihan. Pembersihan dari Lumut Kegiatan ini dilakukan terhadap tempat tempat yang berpotensi ditumbuhi oleh lumut yang menempel dikarenakan cuaca yang lembab. Pertumbuhan lumut sangat cepat terutama di musim hujan, sehingga apabila pekerjaan ini diabaikan tentu akan berdampak terhadap keselamatan siapapun dikarenakan kondisinya yang licin. Kegiatan ini bersifat insidental sehingga pelaksanaannya hanya dilakukan pada saat-saat tertentu saja, namun selama praktikan magang kegiatan ini secara keseluruhan rutin dilakukan oleh para kontraktor. Contoh kegiatan

68 116 berdasarkan pengamatan seperti (Gambar 32) pembersihan tangga, perkerasan (stepping stone), kolam ikan, saluran air, marketing road, dan pengecetan pot tanaman. Alat yang digunakan beragam tergantung objek yang akan dibersihkan, seperti pada pembersihan perkerasan menggunakan sikat kawat, pembersihan tangga menggunakan kape dan sikat kawat, pembersihan saluran air dan marketing road menggunakan kored, serta pembersihan kolam menggunakan sikat gagang panjang dan sliber. Jumlah tenaga kerja yang dialokasikan untuk kegiatankegiatan ini juga beragam tergantung luasan dan kondisi saat itu. Kegiatan lain yang masih relevan dengan pembersihan lumut adalah pengecatan pada pot-pot bunga terutama pada jalur utama dan marketing road, kegiatan ini juga dilakukan secara insidental (yaitu apabila kondisi cat pada pot tanaman sudah mulai pudar dan ditumbuhi lumut) atau untuk mempersiapkan event tertentu. Warna cat yang biasa dipakai adalah warna pastel yang lembut, seperti kuning gading (ivory) atau broken white yang dapat menonjolkan kesan mewah dan berkelas (elegant).

69 117 Pembersihan Marketing Road Pembersihan Saluran Air Pembersihan Kolam Ikan Pembersihan Tangga Pengecatan Pot Tanaman Pembersihan Stepping Stone Gambar 32. Kegiatan Pembersihan Perkerasan dari Lumut Pembersihan Sekitar Rumah Pembersihan meliputi pengepelan lantai, pembersihan dari debu dan sarang laba-laba pada kaca, pintu, dan jendela. Kegiatan pembersihan ini hanya dilakukan pada hari jum at-sabtu. Pembersihan sekitar rumah (Gambar 33 ) biasa dilakukan oleh satu orang untuk dua rumah dan alat yang digunakan seperti: lap pel, ember, sapu ijuk, serta galah bambu ijuk untuk menjangkau sarang laba-laba pada plafon rumah.

70 118 Pembersihan Sarang Laba-laba Pembersihan Lantai Keramik Gambar 33. Kegiatan Pembersihan Sekitar Rumah Pengendalian Gulma Pada Perkerasan Gulma sebagai permasalahan utama tidak hanya menyerang tanaman, tetapi juga tanaman liar ini tumbuh pada sela-sela perkerasan (paving dan conblok). Kegiatan pengendalian gulma pada perkerasan ini dilakukan dengan dua cara (Gambar 34), yaitu secara manual yaitu dengan menggunakan alat seperti pencungkil atau dengan menggunakan alat bantu berupa sprayer gendong yang menggunakan bahan aktif herbisida dengan merek dagang Gramoxone. Kegiatan pengendalian gulma yang menggunakan herbisida dilarutkan dengan air dengan dosis yang biasa digunakan yaitu ml herbisida dicampur dengan liter air. Untuk melakukan pekerjaan ini pekerja harus menggunakan pakaian lengkap terutama masker, sarung tangan, dan sepatu boot karena bahan aktif yang terkandung di dalamnya dapat menyebabkan iritasi terhadap kulit dan gangguan tubuh, seperti pusing dan mual apabila terhirup. Oleh karena itu, penggunaan dari pakaian ini harus benar-benar diperhatikan. Jadwal pemeliharaan kegiatan pengendalian gulma pada perkerasan dengan cara manual biasa dilakukan setiap hari oleh para pekerja wanita, karena lebih teliti dan ulet. Kegiatan pengendalian gulma dengan cara sprayer gendong dilakukan setiap sebulan sekali, karena hasil yang diberikan jauh lebih cepat dan efektif bila dibandingkan dengan cara manual. Lokasi Kota Bunga berada di kawasan yang memiliki curah hujan yang sedang hingga cukup tinggi maka saat hujan turun pekerjaan ini tidak dapat dilakukan karena dalam pengerjaannya

71 119 sangat tergantung pada intensitas matahari. Oleh karena itu, untuk kegiatan pengendalian gulma pada perkerasan di Kota Bunga menggunakan kedua cara ini. Dengan Cara Manual Menggunakan Sprayer Gendong Gambar 34. Kegiatan Pengendalian Gulma Pada Perkerasan Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan Pengelolaan Sampah Sampah merupakan hasil akhir dari setiap pemanfaatan sumberdaya dimana pada akhirnya akan menjadi permasalahan utama pada lingkungan bila tidak ditangani dengan baik. Bila ditinjau dari arti katanya, sampah dapat didefinisikan sebagai suatu barang sisa/tidak terpakai, barang yang tidak mempunyai nilai, bersifat merusak, mencemari/polusi, serta dapat membahayakan bagi manusia. Menurut perspektif lanskap, keberadaan sampah dapat menjadi suatu pengganggu kualitas visual, menjadikan kawasan yang dijadikan sebagai tempat pembuangan akhir menjadi kawasan kumuh (slum area) yang rentan akan penyakit. Penumpukan sampah ini biasanya terjadi pada suatu lahan kosong yang tidak terpakai dalam jumlah yang cukup luas. Suatu pemborosan yang dapat dihindari jika masing-masing aspek memiliki kesadaran lingkungan serta berupaya untuk melakukan pengolahan agar dapat dimanfaatkan kembali, minimal melakukan pemisahan pembuangan antara sampah organik dan anorganik. Dari definisi tersebut sudah tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan sampah perlu untuk segera mendapatkan perhatian yang cukup serius agar keberadaannya tidak lagi merusak dan membahayakan akan tetapi menjadi suatu

72 120 barang yang bernilai guna, bermanfaat, serta dapat dijadikan salah satu mata pencaharian untuk menghasilkan uang. Kota Bunga sebagai kawasan pemukiman kelas menengah ke atas tidak mentup kemungkinan mempunyai masalah yang berkaitan dengan sampah, sehingga diperlukan penanganan dan pengelolaan sampah yang tepat. Berdasarkan wawancara dan survei lapang, dengan luasan ha dalam sehari rata-rata pengeluaran sampah Kota Bunga (baik organik maupun anorganik) mencapai 45 m 3. Komposisi sampah yang ada terdiri dari 10% adalah sampah plastik (anorganik), 20% untuk sampah konsumen, dan 70% sampah organik dan setiap harinya. Sampah organik memegang peringkat tertinggi dalam komposisi sampah di Kota Bunga, hal ini terjadi karena 70% dari luasan seluruh areal Kota Bunga berupa softscape dimana setiap harinya dari keenam tahapan ini tentu melakukan kegiatan pemeliharaan rutin seperti pemangkasan, pendangiran, penyetikan dan kegiatan lain yang menghasilkan limbah organik. Sampah merupakan hasil akhir dari setiap pemanfaatan sumberdaya dimana pada akhirnya akan menjadi permasalahan utama pada lingkungan bila tidak ditangani dengan baik. Atas dasar pengamatan yang dilakukan selama 1 minggu di hari kerja/week day (senin- maka data hasil analisis pengeluaran sampah berdasarkan jadwalnya dapat jumat), dilihat pada Tabel 23 berikut. Tabel 23. Jumlah Pengeluaran Sampah Berdasarkan Jadwal dan Sumbernya Sumber Sampah Jadwal (Event) Sampah Sampah Sampah Konsumen Pendangiran dan Pemangkasan penyetikan Hari Kerja (senin-jumat) 20% (9 m 3 ) 5% (2,25 m 3 ) 75% (33,75 m 3 ) - Hari libur nasional 50% (22,5 m 3 ) 15% (6,75 m 3 ) 35% (15,75 m 3 ) - Hari besar - Week end - Liburan sekolah - Perayaan akhir tahun Sumber : Pengamatan Lapang 80% (31,5 m 3 ) 5% (6,75 m 3 ) 5% (6,75 m 3 ) Dapat dilihat persentase pengeluaran sampah yang berbeda-beda dipengaruhi oleh kegiatan yang berlangsung disekitarnya. Penjelasan mengenai

73 121 banyaknya jumlah sampah yang dikeluarkan oleh masing-masing tahapan dapat dilihat dalam Tabel 24. Sesuai dengan Perda Cianjur yang akan mencanangkan larangan untuk membuang sampah ke luar lokasi, maka mahasiswa diberi kesempatan untuk membuat percobaan mengenai pengelolaan sampah organik hasil pangkasan tanaman dengan cara pengomposan. Kualitas visual yang ada pada suatu kawasan akan tercemar begitu saja jika sampah dibiarkan menumpuk dan membusuk. Pengelolaan sampah ini juga dapat mencerminkan perilaku kesadaran terhadap perbaikan kualitas lingkungan untuk menunjang pengembangan kawasan yang berkelanjutan. Tabel 24. Pengeluaran Sampah pada Masing Masing Wilayah Pemeliharaan Wilayah Pemeliharaan Persentase Luasan (%) Pengeluaran Sampah (m ) Tahap I 14 6,3 Tahap II 11 4,9 Tahap IIIA 12 5,4 Tahap IIIB 10 4,5 Tahap IV A 20 9 Tahap IV B 11 4,9 Tahap V 10 4,5 Tahap VI 12 5,4 TOTAL Sumber : Analisis Luasan Masing-Masing Tahap dan Pengeluaran Sampah Klasifikasi Sampah dan Sistem Pengelolaan Sampah Berdasarkan jenisnya dapat dibedakan menjadi sampah organik dan anorganik. Seperti yang telah diketahui bersama sampah organik adalah sampah yang dapat didekomposisikan oleh bakteri sehingga dapat terurai kembali, maka dibutuhkan cara yaitu penimbunan atau lebih dikenal dengan nama kompos. Sedangkan untuk sampah anorganik adalah jenis sampah dimana bahannya sulit sekali mengalami penguraian bahkan membutuhkan ribuan tahun dalam penguraiannya, sehingga dalam pengelolaanya membutuhkan sistem yang dikenal dengan 3R yaitu Reuse, Reduce, dan Recycle. Dari hasil pengolahan ini sampah-

74 122 sampah tersebut akan bisa didaur-ulang sehingga berubah menjadi barang yang mempunyai nilai dan bermanfaat kembali. Untuk sampah-sampah plastik yang sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi, maka dalam penanggulanganya adalah dengan cara dibakar. Dalam menjaga kebersihan lingkungannya Kota Bunga menggunakan jasa kontraktor khusus kebersihan. Kontraktor ini sekaligus merangkap sebagai kontraktor pemeliharaan zona tahap III B, yaitu kontraktor C. Dalam pelaksanaan teknis di lapang, kontraktor kebersihan bertugas untuk menjaga kebersihan seluruh areal tahapan. Secara umum, sistem kerja yang digunakan oleh kontraktor kebersihan adalah mengangkut seluruh sampah baik (sampah konsumen maupun sampah hasil perawatan taman) yang berada di dalam tong dan sampah organik yang sudah digundukkan. Jenis sampah berupa puing-puing bangunan diangkut khusus oleh pekerja bangunan Untuk menunjang kebersihan lingkungan Kota Bunga memiliki 1003 unit tong sampah yang dikelola oleh kontraktor kebersihan. Tong sampah tersebut berbentuk tabung dengan ukuran luas penampang bagian bawah cm 2, luas penampang penutup 1.962,5 cm 2, dan tinggi 70 cm. Berdasarkan perhitungan yang didapat, dalam satu wadah tong sampah mampu menampung sampah sebanyak 0,11 m 3. Contoh perhitungan Luas tong sampah yang berbentuk tabung Luas penampang penutup berdiameter 50 cm = (3,14 x 25 x25) cm = 1.962,5 cm 2 2 Luas penampang dasar berdiameter 40 cm = (3,14 x 20 x 20) cm = cm Tinggi tong sampah = 70 cm Volume tabung = [ 1.962, ] x 70 cm = ,5 cm 3 = 0,11 m 3. 2 Dengan kemampuan satu tong sampah yang dapat menampung sebanyak 0,11 m 3, maka sampah sebanyak 45 m 3 hanya memerlukan tong sampah sebanyak 410 unit. Jumlah tong sampah yang ada di Kota Bunga, yaitu unit. Dengan jumlah sebanyak ini dirasa sudah melebihi jumlah minimum dari tong sampah, hal ini sebaiknya lebih diperhatikan oleh kontraktor kebersihan agar tidak terjadi pemborosan yang berakibat pada peningkatan biaya operasional.

75 123 Kondisi ini disebabkan oleh pemakaian yang tidak sesuai aturan yang mengakibatkan berkurangnya umur dari tong sampah tersebut. Disamping itu tidak jarang ditemukan keberadaan tong sampah yang tidak pada tempatnya, seperti pada kasus pembantu rumah tangga yang sering kali memasukkan tong sampah ke dalam vilanya. Hal ini dapat terjadi karena lemahnya pengawasan, untuk menghindarinya pengawasan harus dijaga seketat mungkin, serta adanya larangan dan sanksi terhadap tindakan tersebut. Kontraktor kebersihan memiliki 11 orang tenaga kerja dan 2 orang mandor, jadwal yang digunakan adalah sistem shift dimana masing masing tenaga kerja memiliki waktu libur satu hari dalam satu minggu sehingga setiap harinya terdapat 2 orang libur dan 9 orang bekerja. Berdasarkan pengamatan konraktor kebersihan memiliki 2 buah mobil truk angkle bermuatan 6 m 3 dan satu buah mobil pick-up bermuatan 3 m 3 dengan jumlah ritase sebanyak 3 rit setiap harinya. Untuk masing - masing kendaraan dikendalikan oleh 3 orang (1 orang supir, 1 orang untuk mengangkat tong sampah dari bawah, dan 1 orang untuk menarik tong sampah dari atas). Permasalahan Seputar Sampah 1. Kota Bunga tidak mempunyai unit pengelolaan sampah sehingga kontraktor kebersihan membuang sampah tersebut ke luar area, yaitu di daerah Aquilla. Bila hal ini terus terjadi ada kemungkinan tempat tersebut juga akan menolak untuk dijadikan sebagai tempat pembuangan akhir (TPA), karena volume sampah yang dibuang ke tempat tersebut sudah melebihi daya tampungnya 2. Tidak adanya pemilahan antara sampah organik (hasil perawatan taman) dengan sampah anorganik (sampah konsumen dan plastik). Semua sampah dijadikan satu dalam tong sampah baik yang berasal dari konsumen maupun hasil maintenance, sehingga hal ini akan memicu timbulnya komplain konsumen karena melihat tempat sampahnya sudah penuh dengan sampah taman 3. Pengangkutan sampah yang tidak sesuai dengan jadwal

76 Masih banyak tong sampah yang belum terangkut saat pengangkutan sampah, yang akhirnya membuat sampah menumpuk dan menimbulkan bau busuk. Progress kerja kontraktor sampah dinilai dari hasil checklist banyaknya tong sampah yang tidak terangkut. Semakin sedikit persentase tong sampah yang tidak terangkut semakin baik progress kerjanya. Berdasarkan laporan harian pengangkutan sampah periode 21 November Mei 2009, tong sampah yang tidak terangkut sebanyak 13,06% Keberadaan tong sampah yang tidak sesuai tempatnya Dalam standar pemeliharaan jumlah tong sampah dialokasikan sesuai dengan jumlah villa, yaitu 1 tong untuk 3 vila. Namun dalam pengamatan, sering dijumpai letak tong sampah yang tidak pada tempatnya, hal ini mungkin dilakukan oleh perawat vila dan pekerja taman yang setelah digunakan tidak dikembalikan ke tempat asalnya Berkurangnya masa efektif penggunaan tong sampah Ketidakhati-hatian pekerja saat pengangkutan tong sampah ke mobil truk yang menyebabkan rusaknya bagian pinggir tong sampah. Hal lain yang turut berpengaruh adalah saat kegiatan penyapuan, terutama hasil pangkasan rumput yang jumlahnya sangat banyak apabila kontraktor tidak menyediakan karung untuk pengangkutannya maka para pekerja akan menarik tong sampah yang ada ke tempat mereka menyapu, hal ini dapat mengakibatkan rusaknya bagian permukaan bawah tong sampah akibat tergerus oleh aspal, apabila dilakukan secara terus-menerus, masa efektif dari tong sampah tersebut akan berkurang dan ini akan berdampak pada besarnya biaya opersional yang harus dikeluarkan. Usulan Pemecahan Masalah 1. Untuk membedakan hasil pembuangan sampah organik dan anorganik. Sampah konsumen dimasukkan pada tong sampah seperti biasa dan untuk sampah organik hasil maintenance dimasukkan ke dalam karung, hal ini dilakukan untuk menekan biaya tambahan serta memudahkan pekerja kebersihan dalam pengangkutannya

77 Memisahkan pengangkutan berdasarkan jenis sampah. Untuk pengangangkutan sampah konsumen menggunakan mobil pick-up yang bermuatan 3 m 3, sedangkan untuk sampah maintenance yang jumlahnya lebih banyak diangkut dengan dua truk angkle bermuatan 6 m 3 3. Waktu yang tepat untuk mengangkut sampah yaitu dimulai pada pagi hari sebelum pekerja taman bekerja, yaitu pukul untuk mengangkut sampah konsumen saja, dan dilanjutkan sore hari pukul dimana pekerja harian taman sudah selesai mengerjakan pekerjaannya. Sehingga dapat meminimalisir tidak terangkutnya tong sampah 4. Melakukan pemilahan dari hasil-hasil pangkasan. Hasil pangkasan pohon, semak, dan perdu daunnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan kompos sedangkan untuk batang dan dahannya dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Dalam pemanfaatan ini pihak Kota Bunga dapat bekerja sama dengan warga sekitar, tentu saja tetap berada di bawah pengawasan mandor lapangan sehingga kegiatan pemangkasan tetap berjalan sesuai dengan aturan. Hasil pangkasan rumput dalam pengumpulan sebaiknya dipisahkan dengan sampah hijauan lainnya. Karena sampah rumput ini dalam proses dekomposisi strukturnya sulit untuk terurai, karena selama penumpukan partikel-partikel dari daun ini sangat rapat sehingga akan menghambat aerasi dan proses penguraian. Pembuatan Kompos sebagai Alternatif Penanganan Sampah Organik Latar Belakang Kompos adalah salah satu cara mengembalikan limbah buangan aktivitas ke dalam tanah kembali melalui proses penimbunan yang dibantu oleh jasad renik (organisme tanah) untuk mendekomposisikan bahan organik. Secara ilmiah kompos juga dapat diartikan sebagai partikel tanah yang bermuatan negatif sehingga dapat dikoagulasikan oleh kation dan partikel tanah untuk membentuk granula tanah (Djuarnani dkk, 2008). Kompos merupakan cara lama yang telah dikenal berguna untuk menangani limbah organik. Dari proses pengomposan ini banyak keuntungan yang didapatkan, seperti

78 Mengurangi pencemaran lingkungan Untuk menghindari penumpukan sampah yang terjadi secara teruspihak Kota Bunga harus mempunyai menerus di TPA Aquilla, maka sistem pengelolaan sampah dengan cara menjalin kerja sama dengan kontraktor sampah dan warga sekitar sehingga tidak turut berkontribusi terhadap pencemaran lingkungan 2. Memperbaiki produktivitas tanah Untuk menghindari penumpukan sampah yang terjadi secara terus- Kota Bunga harus mempunyai menerus di TPA Aquilla, maka pihak sistem pengelolaan sampah dengan cara menjalin kerja sama dengan kontraktor sampah dan warga sekitar sehingga tidak turut berkontribusi terhadap pencemaran lingkungan 3. Meningkatkan kesuburan tanah Komponen kompos yang yang paling berpengaruh terhadap sifat kimia tanah adalah kandungan humusnya. Humus dapat mengikat senyawa fosfat (PO -2 4 ) yang merupakan sumber fosfor (P) bagi tanaman. Dalam pembuatan kompos bahan-bahan penyusunnya akan berpengaruh terhadap unsur yang terkandung di dalamnya 4. Mengatasi kelangkaan pupuk anorganik yang mahal Ber dasarkan hasil wawancara dengan mandor lapangan dan survei langsung di Toko Pertanian. Harga pupuk anorganik, dengan merek dagang Pupuk Kujang jenis urea prill (46% N) = + Rp /50 kg Pupuk Pusri jenis ure a (46% N) = + Rp /50 kg Pupuk NPK (15:15:15) = + Rp /50 kg Percobaan Pembuatan Kompos Percobaan kompos diberikan terhadap 2 sample sampah organik yaitu hasil pangkasan rumput dan pangkasan campuran (daun dan cabang dari semak, perdu, dan pohon), dimana dalam penguraiannya dibutuhkan waktu yang berbeda

79 127 (struktur dan kandungan serat yang berbeda). Percobaan kompos ini juga menggunakan 2 jenis bioaktivator, yaitu 1. Mol Inti yang dibuat dari sampah dapur dicampur dengan cucian air beras dan gula merah secukupnya, difermentasikan selama 14 hari (Gambar 35). 2. Bioktivator kedua berbentuk serbuk yang dikenal dengan nama dagang Katalek (Gambar 36). Bibit kompos Katalek mengandung 13 macam mikroba unggul yang berperan dalam penguraian atau dekomposisi limbah organik sampai berubah menjadi kompos yang baik. Masing-masing mikroba mempunyai fungsi spesifik yang mampu memperbaiki dan mempercepat proses pengomposan yang dilakukan. Mikroba tersebut antara lain: mikroba lignolitik, mikroba selulolit ik, mikroba proteolitik, mi kroba lipol itik, mikroba amilolit ik, dan mikroba fiksasi nitrogen non simbiotik. Tabel 25. Perlakuan Pembuatan Kompos Terhadap 2 Bioaktivator Bioaktivator Bentuk Kebutuhan dalam 2 sample Perlakuan Mol inti Cair 2 1,5 liter Ditimbun dalam lubang tanah Diberi tambahan pupuk kandang (kotoran ayam 100 kg) Penyiraman (kadar air 40-60%) Katalek Serbuk 2 1 kg Dengan alas dan penutup dari plastik Diberi tambahan pupuk kandang (kotoran ayam 150 kg) Penyiraman (kadar air 40-60%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) Gambar 35. Proses Pembuatan Kompos dengan Mol Inti

80 128 Keterangan 1. Pembuatan bioaktivator mol inti dengan mencampurkan gula merah pada cucian air beras 2. Masukkan sampah dapur hasil rumah tangga, sebelumnya dihancurkan terlebih dahulu dan fermentasikan selama 14 hari dan beri sirkulasi udara dengan bantuan selang 3. Buat lubang ukuran 1x1x1 m dan masukkan sampah hijauan ke dalamnya 4. siram dengan mol inti secukupnya 5. lapisi dengan pupuk kandang, dan begitu seterusnya 6. Tambahkan sedikit air dan tutup rapat dengan plastik warna hitam (1) (2) (3) (4) (5) (6) Gambar 36. Proses Pembuatan Kompos dengan Katalek Keterangan 1. Katalek tersedia dalam bentuk serbuk siap pakai 2. Menyiapkan sampah hijauan yang diletakkan di atas plastik putih ukuran 2 m x 2 m x 1,5 m 3. Taburkan pupuk kandang secukupnya 4. Lapisi dengan taburan katalek tutup kembali dengan sampah hijauan dan begitu seterusnya 5. Beri sedikit air untuk menjaga kelembaban 6. Tutup dengan plastik hitam

81 129 Persiapan pembuatan kompos ini dimulai dari tanggal April 2009, yang terdiri dari pembuatan lubang, pengumpulan sampah, hingga penimbunan sampah. 1. Ukuran awal kompos dengan bioaktivator Katalek = (2x2x1,5) m = 6 m 3 2. Ukuran awal kompos dengan bioaktivator Mol Inti= (1x1x1,3) m = 1,3 m 3 3. Proses Pembuatan kompos berlangsung selama 45 hari dengan melakukan 8 kali pembalikan (1 minggu 2 kali). Perubahan selama percobaan pembuatan kompos dapat dilihat dalam Tabel 26 dan dapat diilustrasikan dalam bentuk diagram batang pada Gambar 37. Tabel 26. Perubahan Volume Kompos Selama 45 Hari ( m 3 ) Bioaktivator 25 Apr 30 Apr 5 Mei 10 Mei 14 Mei 18 Mei 23 Mei 28 Mei Mol Inti Rumput Mol Inti Campuran Katalek Rumput Katalek Campuran Apr Apr Mei Mei Mei Mei mei 28 Mei Mol Inti Rumput Mol Inti Campuran Katalek Rumput Katalek Campuran Titik Axis X : Tanggal Pembalikan Titik Axis Y : Perubahan Volume Sampah (m 3 ) Gambar 37. Dalam Diagram Batang (Bar Chart)

82 130 Dari penjelasan tabel dan diagram diatas dapat diambil kesimpulan Bioaktivator Katalek 1. Pada 15 hari pertama (2 minggu awal) terjadi penurunan volume sampah. 2. Pada minggu ke-3 terjadi peningkatan volume sampah 3. Pada minggu-minggu terakhir, sampah rumput dan campuran mengalami sedikit penurunan dan peningkatan sehingga dihasilkan bentuk kurva S. 4. Besarnya penyusutan dari awal hingga akhir, yaitu Sampah rumput : 6 m 3 3,52 m 3 = 2,48 m 3 Sampah campuran : 6 m 3 1,3 m 3 = 4,7 m 3 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perubahan volume sampah, yaitu 1. Human Error dalam pengukuran volume kompos katalek Perlakuan pada kompos ini ditutup rapat dengan alas dan penutup dari plastik sehingga perubahan volume tidak menentu 2. Kecerobohan tenaga kerja dalam proses pembalikan kompos. Ketika pembalikan terdapat sampah yang tercecer, sehingga dapat mengurangi besarnya volume sampah 3. Pada 2 minggu pertama proses dekomposisi/penguraian kompos sedang berlangsung cepat, dimana di dalamnya terdapat bakteri-bakteri pengurai (suhu kompos meningkat/panas). Pada minggu selanjutnya proses pembusukan ini berlangsung lambat. Selama pembuatan kompos ini berlangsung dalam ruang hampa udara dan kedap air, maka bakteri yang bekerja adalah bakteri anaerob 4. Kompos rumput yang hanya mengalami sedikit penyusutan volume, dapat disebabkan karena strukturnya yang tipis dan pori-porinya sangat rapat, bila ditimbun dalam jumlah banyak akan terjadi pemadatan, dari pemadatan tersebut sirkulasi udara tidak berjalan dan akhirnya sampah akan sulit membusuk 5. Kompos campuran mempunyai struktur dan pori yang lebih besar karena terdiri dari berbagai jenis tanaman. Oleh karena itu, selama penimbunan kompos campuran ini mengalami penyusutan volume yang lebih besar 6. Untuk mempercepat pembusukan sebaiknya semua bahan dicacah terlebih dahulu.

83 131 Bioaktivator Mol Inti 1. Rata-rata penyusutan volume pada sampah rumput sebesar: + 0,06 m 3 sampah campuran sebesar: + 0,08 m 3 Besarnya penyusutan tidak terlalu signifikan dan relatif konstan. 2. Besarnya penyusutan sampah dari awal hingga akhir, yaitu sampah Rumput & Campuran : 1,3 m 3 0,83 m 3 = 0,47 m 3. Hal-hal di atas dapat dipengaruhi oleh media yang digunakan serta jenis bakteri yang bekerja. Media tanah dapat menyerap panas serta dapat menghasilkan oksigen, sehingga bakteri yang bekerja adalah jenis bakteri aerob. Dengan media dan jenis bakteri yang bekerja akan mempengaruhi kualitas kompos yang dihasilkan. Hasil Pengomposan Hasil akhir dari keempat percobaan kompos ini menunjukkan : 1. Tekstur: kasar, masih terdapat dahan dan ranting yang belum hancur 2. Warna: coklat tua kehitam-hitaman 3. Bau: sudah tidak berbau 4. Kelembaban: kandunga n air % 5. Struktur: masih berbentuk gumpalan. Pengeringan dan Pengayakan Setelah mengalami 8 kali pembalikan dan pengeringan selama 10 hari (13 Juni - 23 juni) maka proses pengayakan dapat dilakukan. Pengayakan ini menggunakan alat penyaring dengan ukuran lubang sebesar 6 mm (Gambar 38), setelah pengayakan selesai maka selesai juga proses pembuatan kompos ini.

84 132 Kompos yang Sudah Matang Pelepasan Gumpalan Pengayakan Kompos Siap Pakai Gambar 38. Proses Perlakuan Kompos Tahap Akhir Efektivitas Kegiatan Pemeliharaan Efektivitas kerja para operator taman menentukan efisiensi biaya pemeliharaan taman. Apabila mereka bekerja dengan efektif sesuai dengan kemampuan tenaga dan keterampilannya maka baiaya pemeliharaan yang dianggarkan dapat dimanfaatkan secara optimal mungkin (Arifin dan Arifin, 2005). Efektivitas kerja pemeliharaan taman sangat ditentukan oleh: 1. Motivasi kerja dan tingkat keterampilan yang dimiliki para operator pemeliharaan taman 2. Sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan taman 3. Ketersediaan alata dan bahan yang disesuaikan dengan kebutuhan 4. Tingkat pengawasan pekerjaan di lapang 5. Kelancaran komunikasi antar pimpinan dengan para mandor serta antara mandor dengan TKH. Jadwal pemeliharaan yang disusun oleh masing-masing mandor sangat beragam. Hal ini terjadi karena tidak adanya ketentuan dalam penyusunan jadwal, yang terpenting adalah hasil pemeliharaan secara umum baik. Pertimbangan umum yang mendasari beragamnya jadwal pemeliharaan adalah kondisi lahan, keterbatasan jumlah tenaga kerja di masing-masing area, serta luasnya daerah

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN VILA KOTA BUNGA PUNCAK, CIPANAS, JAWA BARAT. Oleh: RIZKA FITRIYANI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN VILA KOTA BUNGA PUNCAK, CIPANAS, JAWA BARAT. Oleh: RIZKA FITRIYANI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN VILA KOTA BUNGA PUNCAK, CIPANAS, JAWA BARAT Oleh: RIZKA FITRIYANI A44051893 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan dan Pemeliharaan Lanskap Pengelolaan atau pengorganisasian suatu kegiatan pemeliharaan bergantung pada berbagai faktor yang terdapat pada lokasi seperti pengunjung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

Pemeliharaan Lanskap (Landscape maintenance and management)

Pemeliharaan Lanskap (Landscape maintenance and management) Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) Pemeliharaan Lanskap (Landscape maintenance and management) Siti Nurul Rofiqo Irwan, SP. MAgr, PhD. Tujuan Memahami dasar pemeliharaan dan pengelolaan lanskap Mengaplikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran manusia makin meningkat dalam mencapai suatu prestasi yang tinggi, maka negara-negara yang

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

MG XIV PRINSIP PENGELOLAAN LANSKAP BERKELANJUTAN

MG XIV PRINSIP PENGELOLAAN LANSKAP BERKELANJUTAN MG XIV PRINSIP PENGELOLAAN LANSKAP BERKELANJUTAN Dr KASWANTO M.K. PENGELOLAAN LANSKAP BERKELANJUTAN (ARL 521) DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN - INSTITUT PERTANIAN BOGOR Senin, 23 Mei 2016

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini menjelaskan beberapa hal mengenai perusahaan yang menjadi tempat penelitian, yaitu PT. XYZ. Beberapa hal tersebut adalah sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A 34202006 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula. PEMELIHARAAN Dalam proses pembuatan taman pemeliharaan merupakan tahapan yang terakhir, namun tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Keberhasilan pemeliharaan bahkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

pagar dengan hand shears Pemangkasan tanaman

pagar dengan hand shears Pemangkasan tanaman BAB VI RENCANA PENGELOLAAN 6.1. Efektifitas Kerja Menurut Sternloff dan Warren (1984), peralatan, anggaran, dan fasilitas akan bermakna kecil seandainya kecakapan manusia dan tenaga kerjanya tidak memadai.

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PT. KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA

KONDISI UMUM PT. KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA KONDISI UMUM PT. KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA Sejarah PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya (Kusuma Agrowisata) didirikan oleh Ir. Edy Antoro pada lahan seluas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap merupakan suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taman merupakan fasilitas publik yang disediakan oleh Pemerintah Kota, yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial dan memperindah

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata dan Rekreasi Undang- Undang No.9 Tahun 1990 mendefinisikan wisata sebagai perjalanan atau sebagian dari kegiatan yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara

Lebih terperinci

NOMOR: PL /020.8/521111/2011 TANGGAL : 28 Januari 2011

NOMOR: PL /020.8/521111/2011 TANGGAL : 28 Januari 2011 KEMENTERIAN KESEHATAN RI RUMAH SAKIT PARU Dr. H.A ROTINSULU PANITIA PENGADAAN BARANG-JASA BELANJA RUPIAH MURNI JL. BUKIT JARIAN NO.40 BANDUNG 40141 TELP. 2034446,2031427 FAX.2031427 BERITA ACARA PENJELASAN

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1. Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1. Latar Belakang Perusahaan PT Sekar Hati Jaya Maju didirikan pada tahun 1984. Pada mulanya PT Sekar Hati Jaya Maju merupakan perusahaan

Lebih terperinci

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara Kuisioner Responden yang terhormat, Agrowisata Salatiga merupakan salah satu agrowisata yang banyak diminati oleh pengunjung. Welcome area yang ada di agrowisata

Lebih terperinci

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB VI R E K O M E N D A S I BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Dasar Pendekatan Metode pendekatan ditujukan sebagai acuan dalam penyusunan landasan perencanaan dan perancangan arsitektur. Dengan metode pendekatan diharapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permukiman Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1992 merumuskan pengertian dasar terhadap perumahan dan permukiman. Perumahan merupakan tempat untuk menyelenggarakan

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk ditunjukkan pada pengunjung sekaligus sebagai pusat produksi

Lebih terperinci

BAB III ANALISA. Lokasi masjid

BAB III ANALISA. Lokasi masjid BAB III ANALISA 3.1. Analisa Tapak 3.1.1. Lokasi Lokasi : Berada dalam kawasan sivitas akademika Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang KDB : 20% KLB : 0.8 GSB : 10 m Tinggi Bangunan : 3 lantai

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pemeliharaan Lanskap Stoner dan Freeman (1984) menyatakan bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian anggota organisasi

Lebih terperinci

Pemeliharaan merupakan pekerjaan yang terakhir. Keberhasilan pembuatan taman menunjukkan keberhasilan pemeliharaan taman dan sebaliknya.

Pemeliharaan merupakan pekerjaan yang terakhir. Keberhasilan pembuatan taman menunjukkan keberhasilan pemeliharaan taman dan sebaliknya. Pemeliharaan merupakan pekerjaan yang terakhir. Keberhasilan pembuatan taman menunjukkan keberhasilan pemeliharaan taman dan sebaliknya. Pemeliharaan direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan disain

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1) ; (2) (3)

Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1)  ; (2)  (3) 48 PERENCANAAN LANSKAP Konsep dan Pengembangannya Konsep dasar pada perencanaan lanskap bantaran KBT ini adalah menjadikan bantaran yang memiliki fungsi untuk : (1) upaya perlindungan fungsi kanal dan

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di

I. PENDAHULUAN. Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di Provinsi Lampung. Padang Golf Sukarame didirikan oleh Perkumpulan Golf Lampung (PGL).

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

Judul Skripsi: Manajemen Lanskap Permukiman Telaga Golf Sawangan, Depok Oleh : Mutiah Nurjannah (A )

Judul Skripsi: Manajemen Lanskap Permukiman Telaga Golf Sawangan, Depok Oleh : Mutiah Nurjannah (A ) 92 Lampiran 1 Kuisioner Kuisioner Pengelola Telaga Golf Sawangan Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Judul Skripsi: Manajemen Lanskap Permukiman Telaga Golf Sawangan,

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang 62 BAB VII PERENCANAAN 7.1 KONSEP PERENCANAAN 7.1.1 Konsep Dasar Perencanaan Penelitian mengenai perencanaan lanskap pasca bencana Situ Gintung ini didasarkan pada tujuan mengembalikan fungsi situ mendekati

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi)

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi) LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi) 101 KUESIONER PENELITIAN IDENTIFIKASI RISIKO DALAM ASPEK PRASARANA LINGKUNGAN PERUMAHAN YANG BERPENGARUH TERHADAP KINERJA BIAYA DEVELOPER

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem Pemeliharaan Jalan Jenderal Sudirman Pekanbaru Sistem pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman menggunakan sistem swakelola. Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Lebih terperinci

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 46 VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 7.1. Perencanaan Alokasi Ruang Konsep ruang diterjemahkan ke tapak dalam ruang-ruang yang lebih sempit (Tabel 3). Kemudian, ruang-ruang tersebut dialokasikan ke dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (a)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (a) 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian mengenai ini dilakukan di tiga lokasi lapangan bola yang dipakai dalam Kompetisi Liga Super (Gambar 10) yaitu Stadion Singaperbangsa yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

Bab 3. Gambaran umum perusahaan

Bab 3. Gambaran umum perusahaan Bab 3 Gambaran umum perusahaan 3.1 Profil perusahaan PT. Cibodas Golf Park merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa penyewaan lapangan golf untuk individu yang hanya hobi bermain maupun untuk

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Oleh : RIDHO DWIANTO A34204013 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peraturan Pendakian

Lampiran 1. Peraturan Pendakian 93 Lampiran 1. Peraturan Pendakian 1. Semua pengunjung wajib membayar tiket masuk taman dan asuransi. Para wisatawan dapat membelinya di ke empat pintu masuk. Ijin khusus diberlakukan bagi pendaki gunung

Lebih terperinci

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

V. KONSEP PENGEMBANGAN

V. KONSEP PENGEMBANGAN 84 V. KONSEP PENGEMBANGAN 5.1. Pengembangan Wisata Sebagaimana telah tercantum dalam Perda Provinsi DI Yogyakarta No 11 tahun 2005 tentang pengelolaan Kawasan Cagar Budaya (KCB) dan Benda Cagar Budaya

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM Tirta Ujung merupakan mata air alami di Desa Ujung yang dibendung menjadi kolam, yang kemudian digunakan warga setempat untuk melakukan ritual

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA PENGELOLAAN LANSKAP

BAB VII RENCANA PENGELOLAAN LANSKAP BAB VII RENCANA PENGELOLAAN LANSKAP 6.1. Rencana Pengelolaan Lanskap Kebun Raya Toledo Rencana Pengelolaan dan Pemeliharaan Lanskap merupakan produk akhir dari kegiatan Pengelolaan Lanskap (Landscape Management).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. ROHEDA SEJATI

BAB II TINJAUAN UMUM PT. ROHEDA SEJATI BAB II TINJAUAN UMUM PT. ROHEDA SEJATI 2.1 Profil Perusahaan PT. Roheda Sejati adalah Perusahaan yang bergerak dibidang Properti dan General Contractor. Mengkhususkan diri dalam penyewaan perumahan di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalan bebas hambatan Tol Jagorawi dengan mengambil beberapa segmen jalan yang mewakili karakteristik lanskap jalan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Teknik Budidaya Tanaman Durian Teknik Budidaya Tanaman Durian Pengantar Tanaman durian merupakan tanaman yang buahnya sangat diminatai terutama orang indonesia. Tanaman ini awalnya merupakan tanaman liar yang hidup di Malaysia, Sumatera

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dalam aspek ini memiliki nilai mean yang berada diantara angka 3,25-4. pembuangan air kotor yang dibuang ke septic tank.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dalam aspek ini memiliki nilai mean yang berada diantara angka 3,25-4. pembuangan air kotor yang dibuang ke septic tank. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan secara keseluruhan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengelolaan limbah padat dan cair. Dalam aspek

Lebih terperinci

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004) VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi

Lebih terperinci

BAB II HUNIAN YANG DISEBUT APARTEMEN

BAB II HUNIAN YANG DISEBUT APARTEMEN BAB II HUNIAN YANG DISEBUT APARTEMEN 2.1 Apartemen Dan Rumah Susun Apa itu hunian? Defenisi hunian atau rumah adalah tempat tinggal atau kediaman, yang berarti bahwa hunian itu merupakan tempat berlindung,

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMANFAATAN LAHAN UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dinamika perkembangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai upaya green construction pada proyek konstruksi di Jawa Tengah,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai upaya green construction pada proyek konstruksi di Jawa Tengah, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarakan hasil analisis data dan pembahasan secara keseluruhan mengenai upaya green construction pada proyek konstruksi di Jawa Tengah, dapat diambil kesimpulan

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 02 UPR.02.6 PEMELIHARAAN RUTIN TAMAN JALAN AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA UPR

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai.

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai. BAB IV ANALISA IV.1. ANALISA ASPEK LINGKUNGAN IV.1.1. Analisis Pemilihan Tapak Penentuan tapak dilakukan melalui perbandingan 2 tapak yang dipilih sebagai alternatif dalam memperoleh tapak dengan kriteria-kriteria

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN VILA KOTA BUNGA PUNCAK, CIPANAS, JAWA BARAT. Oleh: RIZKA FITRIYANI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN VILA KOTA BUNGA PUNCAK, CIPANAS, JAWA BARAT. Oleh: RIZKA FITRIYANI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN VILA KOTA BUNGA PUNCAK, CIPANAS, JAWA BARAT Oleh: RIZKA FITRIYANI A44051893 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat

Lebih terperinci

BAB V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Restoran Restoran Ikan Bakar dalam Bambu Karimata terletak di Depan Pintu Tol Sentul Selatan 2 Grand Sentul City, baru didirikan pada tahun 2009

Lebih terperinci

BAB VI IMPLEMENTASI LANSKAP ANCOL ECOPARK

BAB VI IMPLEMENTASI LANSKAP ANCOL ECOPARK 35 BAB VI IMPLEMENTASI LANSKAP ANCOL ECOPARK 6.1 Alur Kerja Pembangunan Ancol Ecopark Ancol Ecopark merupakan salah satu kawasan yang potensial untuk rekreasi alam berbasis ekologi yang ada di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB V K O N S E P P E R A N C A N G A N

BAB V K O N S E P P E R A N C A N G A N BAB V K O N S E P P E R A N C A N G A N V.1 Perancangan Siteplan Siteplan massa bangunan berorientasi kepada pantai Selat Sunda dan Gunung Krakatau. Pada siteplan ini jalan utama untuk memasuki kawasan

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI. Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A

PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI. Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A Skripsi PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A34203012 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Restoran Ayam Goreng Fatmawati Restoran Ayam Goreng Fatmawati pertama kali didirikan pada tahun 1986 di Jl. Sawojajar, Bogor oleh ibu Hj. Fatmawati.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan menguraikan kesimpulan studi yang merupakan ringkasan hasil studi yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan sasaran dalam melakukan studi, serta saran-saran

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA 6.1. Konsep Hutan Kota Perencanaan hutan kota ini didasarkan pada konsep hutan kota yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota Banjarmasin terhadap ruang publik. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1 Gambaran Umum Proyek Judul Proyek Tema Lokasi Sifat Luas Tapak : Pusat Kebugaran dan Spa : Arsitektur Tropis : Jl. Gandul Raya, Krukut, Depok : Fiktif : ± 15.000 m² (1,5

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar tradisional di Kabupaten Jember menggunakan konsep extending tradisional. Pada bab-bab sebelumnya telah dijelaskan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Secara spesifik lansekap adalah suatu areal lahan atau daratan yang memiliki kualitas

TINJAUAN PUSTAKA. Secara spesifik lansekap adalah suatu areal lahan atau daratan yang memiliki kualitas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lansekap Secara spesifik lansekap adalah suatu areal lahan atau daratan yang memiliki kualitas visual bentukan lahan, formasi batuan, elemen air, dan pola tanaman yang berbeda

Lebih terperinci

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng Abstrak Sektor pertanian di Indonesia masih mempunyai peran yang penting, khususnya untuk mendukung program ketahanan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Wilayah studi dalam penelitian ini adalah Area Taman Ayodia, Jalan Barito, Jakarta Selatan. Gambaran umum terhadap wilayah studi pada awalnya akan dipaparkan gambaran

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Administratif Kawasan permukiman skala besar Bumi Serpong Damai (BSD City) secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Serpong

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

1. Untuk membantu menjaga kebersihan dan kenyamanan setiap ruangan dalam gedung klien kami

1. Untuk membantu menjaga kebersihan dan kenyamanan setiap ruangan dalam gedung klien kami CLEANING AND CARRYING SERVICE I. LATAR BELAKANG Di era globalisasi dan modern ini, kebanyakan orang atau perusahaan dan instansi menyukai hal yang instan, cepat, hemat, dan efisien. Termasuk dalam hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Masterplan Universitas Riau Universitas Riau terletak di 0 o 28 35,37 N 101 o 22 52,39 E. Misi yang diusung Universitas Riau (UNRI) adalah Towards A Research

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Perancangan Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di Kabupaten Tuban ini memakai konsep Sequence (pergerakan dari satu tempat ketempat lain sepanjang

Lebih terperinci

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt 68 PERENCANAAN Perencanaan ruang terbuka hijau di kawasan industri mencakup perencanaan tata hijau, rencana sirkulasi, dan rencana fasilitas. Perencanaan tata hijau mencakup tata hijau penyangga (green

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL Rencana Lanskap Berdasarkan hasil analisis data spasial mengenai karakteristik lanskap pemukiman Kampung Kuin, yang meliputi pola permukiman, arsitektur bangunan

Lebih terperinci