PENGEMBANGAN LKS FISIKA MATERI PEMANTULAN DAN PEMBIASAN CAHAYA TERINTEGRASI KARAKTER DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN LKS FISIKA MATERI PEMANTULAN DAN PEMBIASAN CAHAYA TERINTEGRASI KARAKTER DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN LKS FISIKA MATERI PEMANTULAN DAN PEMBIASAN CAHAYA TERINTEGRASI KARAKTER DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika oleh Dwi Ristiyani JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014

2 ii

3 iii

4 iv

5 MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan (QS. Al-Insyirah: 6) Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (QS. Al- Baqarah: 153) Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas (QS. Az-Zumar: 10) Sabar itu ada batasnya, ikhlas itu tak terbatas PERSEMBAHAN Segala puji kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-nya, karya ini saya persembahkan untuk: Bapak Supargo dan Ibu Ngarsini tercinta, terima kasih atas segala kasih sayang, do a dan pengorbanan yang tiada henti. Kak Sutee dan Mas Josi, terimakasih untuk do a, motivasi, dan bantuannya. Teman seperjuanganku (Bagus, Erindra, Ayu, Arista, Sartiyah, Firdha, Badrul, dan Anggi) terimakasih atas semangat dan bantuannya. Teman-teman Sejuk Kos. Teman-teman Pendidikan Fisika Almamaterku UNNES tercinta. v

6 PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan LKS Fisika Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya Terintegrasi Karakter dengan Pendekatan Saintifik. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih disampaikan kepada: 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. 3. Dr. Khumaedi, M.Si., ketua Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. 4. Dr. Sarwi, dosen wali yang telah memberikan arahan selama menempuh studi. 5. Dra. Dwi Yulianti, M.Si., dosen pembimbing yang telah memberikan ide, bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi. 6. Seluruh dosen Jurusan Fisika yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis selama menempuh studi. 7. Drs. Setiya Purwoko, M.Pd., kepala SMA Negeri 1 Rembang yang telah memberikan ijin pelaksanaan penelitian. 8. Dwi Ratih Yuliawati, S.Pd., guru Fisika kelas X MIA SMA Negeri 1 Rembang yang telah membantu dan membimbing penulis selama melakukan penelitian. vi

7 9. Seluruh guru pengampu mata pelajaran fisika SMA Negeri 1 Rembang yang telah membantu proses penelitian. 10. Siswa kelas XI IPA 5, X MIA 5, dan X MIA 6 SMA Negeri 1 Rembang tahun ajaran 2013/2014 yang kooperatif selama penelitian berlangsung. 11. Bapak, Ibu, dan Kakakku yang telah memberikan dukungan dan motivasi serta doa restu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 12. Keluarga besar Pendidikan Fisika 2010, terimakasih atas bantuan dan kebersamaannya. 13. Keluarga Hima Fisika 2011 dan 2012, KMJF 2013, dan ESC terimakasih atas kebersamaan, kekeluargaan dan pengalamanya. 14. Teman-teman PPL SPEGA Semarang dan KKN Laskar Konservasi. Saya menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan penulisan selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi saya dan pembaca pada umumnya. Semarang, Agustus 2014 Penulis vii

8 ABSTRAK Ristiyani, Dwi Pengembangan LKS Fisika Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya Terintegrasi Karakter dengan Pendekatan Saintifik. Skripsi, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing: Dra. Dwi Yulianti, M.Si. Kata Kunci: Pengembangan, LKS, karakter, pendekatan saintifik. Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk jenjang SMA dilaksanakan menggunakan pendekatan saintifik. Tahapan-tahapan pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Menurut Permendikbud No. 64 Tahun 2013 tentang standar isi pendidikan dasar dan menengah, salah satu tujuan mata pelajaran fisika pada jenjang SMA adalah peserta didik diharapkan dapat mengembangkan sikap rasa ingin tahu, jujur, tanggung jawab, logis, kritis, analitis, dan kreatif. Agar tujuan tercapai, maka dipilih panduan pembelajaran berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). Salah satu materi yang diberikan pada siswa kelas X SMA adalah pemantulan dan pembiasan cahaya. Kementerian Pendidikan Nasional telah melakukan program pencanangan pendidikan karakter secara nasional pada tanggal 2 Mei Proses pengembangan nilai karakter dilakukan melalui semua mata pelajaran, tak terkecuali fisika. Penelitian ini menghasilkan produk berupa LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter berpendekatan saintifik. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan LKS, mengetahui tingkat kelayakan dan keterbacaannya, mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif, serta mengetahui perkembangan karakter siswa. Karakter yang dikembangkan adalah jujur, disiplin, rasa ingin tahu, dan komunikatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah R & D (Research and Development). Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Experimental Design berbentuk nonequivalent control group design. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Rembang. Populasi penelitian adalah siswa kelas X MIA. Sampel penelitian adalah siswa kelas X MIA 5 sebagai kelas kontrol dan X MIA 6 sebagai kelas eksperimen. Prosedur penelitian meliputi: (1) pendahuluan, (2) rancangan, dan (3) pengembangan. LKS diuji kelayakan dan keterbacaan dengan menggunakan angket kelayakan serta tes rumpang. Data pemahaman konsep siswa fisika siswa diperoleh dari hasil pre-test dan post-test. Data perkembangan karakter siswa diperoleh melalui angket dan observasi. Hasil uji kelayakan menunjukkan bahwa LKS sangat layak digunakan sebagai panduan pembelajaran fisika. Hasil uji keterbacaan menunjukkan bahwa LKS mudah dipahami. LKS dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Siswa yang mendapatkan pembelajaran berpanduan LKS mengalami peningkatan pemahaman konsep yang lebih tinggi daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran tanpa LKS. LKS juga dapat mengembangkan karakter siswa, khususnya karakter jujur, disiplin, rasa ingin tahu, dan komunikatif. viii

9 DAFTAR ISI Halaman PRAKATA... vi ABSTRAK... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Penegasan Istilah Sistematika Skripsi... 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembar Kerja Siswa (LKS) Pendidikan Karakter Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) Tinjauan Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya Kerangka Berpikir BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi Penelitian Subjek Penelitian Desain Penelitian Prosedur Penelitian Tahap Define atau Studi Pendahuluan Tahap Design atau Rancangan Tahap Develop atau Pengembangan ix

10 3.4 Metode Pengumpulan Data Metode Tes Metode Angket Metode Dokumentasi Metode Observasi Metode Analisis Data Analisis Uji Coba Tes Pilihan Ganda Analisis Kelayakan LKS Analisis Keterbacaan LKS Analisis Perkembangan Karakter Analisis Peningkatan Hasil Belajar BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Susunan LKS Kelayakan LKS Aspek Isi Aspek Penyajian Aspek Kebahasaan Aspek Kegrafikan Keterbacaan LKS Hasil Belajar Kognitif Perkembangan Nilai Karakter Hasil Analisis Karakter Pembahasan Pengembangan Nilai Karakter Siswa BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1 Indikator Karakter yang Diintegrasikan Analisis Aspek Kelayakan LKS Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Siswa Rata-rata Perkembangan Karakter Siswa Melalui Angket Perkembangan Karakter Siswa Melalui Observasi xi

12 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Bagian-bagian Cermin Cekung Cermin Cembung Hukum Pemantulan pada Cermin Cembung Skema Alur Penelitian Hasil Analisis Unsur Kelayakan Isi Hasil Analisis Unsur Kelayakan Penyajian Hasil Analisis Unsur Kelayakan Kebahasaan Hasil Analisis Unsur Kelayakan Kegrafikan Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Siswa Grafik Hasil Belajar Kognitif Perbandingan Karakter Siswa Sebelum dan Setelah Pembelajaran xii

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1 Instrumen Validasi Rubrik Instrumen Validasi Daftar Reviewer Kelayakan LKS (Guru Fisika SMA) Daftar Responden Uji Coba Skala Kecil Daftar Responden Uji Coba Skala Besar Kisi-kisi Soal Uji Coba Soal Uji Coba Kunci Jawaban Soal Uji Coba Analisis Soal Uji Coba Contoh Perhitungan Validitas Butir Soal Contoh Perhitungan Reliabilitas Instrumen Contoh Perhitungan Taraf Kesukaran Butir Soal Contoh Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal Angket Uji Kelayakan Rubrik Instrumen Uji Kelayakan Analisis Angket Uji Kelayakan Soal Uji Keterbacaan Kunci Jawaban Soal Uji Keterbacaan Analisis Uji Keterbacaan Soal Pre-test dan Post-test Kunci Jawaban Soal Pre-test dan Post-test Daftar Nilai Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen Daftar Nilai Pre-test dan Post-test Kelas Kontrol Uji Normalitas Nilai Pre-test Kelas Eksperimen Uji Normalitas Nilai Pre-test Kelas Kontrol Uji Normalitas Nilai Post-test Kelas Eksperimen Uji Normalitas Nilai Post-test Kelas Kontrol Uji N-gain Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar Kognitif xiii

14 29 Uji-t Perbedaan Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Lembar Observasi Karakter Siswa Rubrik Penilaian Lembar Observasi Karakter Siswa Hasil Observasi Karakter Siswa Kisi-kisi Lembar Angket Karakter Siswa Lembar Angket Perkembangan Karakter Siswa Analisis Angket Karakter Awal Analisis Angket Karakter Akhir Silabus Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Dokumentasi Penelitian Surat Penetapan Dosen Pembimbing Surat Ijin Penelitian Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian xiv

15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, kurikulum yang diterapkan di Indonesia adalah kurikulum Menurut Permendikbud No. 69 Tahun 2013, kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Pada proses pembelajaran fisika di sekolah, guru dituntut harus lebih inovatif. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan, pelaksanaan serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. Menurut Permendikbud No. 64 tahun 2013 tentang standar isi pendidikan dasar dan menengah, salah satu tujuan mata pelajaran fisika pada jenjang SMA 1

16 2 adalah peserta didik diharapkan dapat mengembangkan sikap rasa ingin tahu, jujur, tanggung jawab, logis, kritis, analitis, dan kreatif. Salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah dengan melakukan kegiatan eksperimen, diskusi kelompok, diskusi kelas, dan presentasi. Melalui kegiatan tersebut diharapkan siswa dapat aktif dalam menemukan konsep fisika. Agar tujuan tercapai, maka dipilih panduan berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). Menurut hasil penelitian Fitriyati et al. (2013) tentang pengembangan LKS fisika SMA kelas X semester 2 dapat digunakan sebagai alternatif sumber belajar dan mampu meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari fisika secara mandiri. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Asyhari et al. (2013) menunjukkan bahwa penggunaan LKS dalam pembelajaran memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Selain itu, Suyanti (2012) menegaskan bahwa penggunaan media pembelajaran LKS mempengaruhi naiknya prestasi belajar siswa. Kementerian pendidikan dan kebudayaan telah mencanangkan program pendidikan karakter secara nasional pada tanggal 2 Mei Salah satu program utamanya dalam rangka meningkatkan mutu proses dan output pendidikan adalah penerapan pendidikan karakter diseluruh jenjang pendidikan, mulai dari jenjang pra sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, baik pada jalur pendidikan formal maupun nonformal sampai perguruan tinggi. Salah satu upaya ke arah tersebut adalah perbaikan sistem pendidikan dengan mengintegrasikan pendidikan karakter ke setiap mata pelajaran, tidak terkecuali mata pelajaran fisika SMA. Pencanangan tersebut diperkuat dengan Permendikbud No.69 tahun 2013 tentang kurikulum SMA-MA, salah satu karakteristik pelaksanaan kurikulum 2013 adalah

17 3 mengembangkan keseimbangan antara pengetahuan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan intelektual serta psikomotorik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Musyarofah et al. (2013) menunjukkan bahwa pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan prestasi belajar serta menumbuhkan kebiasaan bersikap ilmiah pada siswa. Fisika merupakan salah satu mata pelajaran cabang dari IPA yang mempelajari tentang fenomena alam. Menurut Permendikbud No.69 tahun 2013, salah satu materi yang diberikan pada kelas X SMA adalah pemantulan dan pembiasan cahaya. Pemantulan dan pembiasan cahaya merupakan salah satu materi yang penerapannya banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mempermudah siswa memahami materi tersebut, digunakan proses belajar mengajar yang melibatkan siswa untuk memahami dan mempraktikan secara langsung, yaitu melalui diskusi dan eksperimen. Untuk mewujudkan hal tersebut diterapkan sebuah pendekatan pada pelaksanaan pembelajaran yang sesuai, yaitu pendekatan saintifik. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach) meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran termasuk mata pelajaran fisika pada jenjang SMA (Permendikbud, 2013). Tahapan dalam pendekatan saintifik tersebut berdampak positif terhadap kemampuan soft skill

18 4 peseta didik (Fauziah et al., 2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran membawa iklim berpikir rasional yakni mendasarkan kesimpulan pada kecerdasan, logika, dan bukti empirik (Sujarwanta, 2012). Salah satu sekolah yang sudah mengimplementasikan kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran adalah SMA Negeri 1 Rembang. Hasil observasi di SMA Negeri 1 Rembang menunjukkan bahwa sebagian besar pembelajaran fisika menggunakan metode ceramah dan siswa kurang aktif dalam menemukan konsep fisika. Untuk melibatkan siswa menemukan konsep fisika secara aktif, dibutuhkan panduan berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). Dari uraian yang dipaparkan dalam latar belakang ini, penelitian tentang Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya Terintegrasi Karakter dengan Pendekatan Saintifik perlu dilakukan. 1.2 Rumusan Masalah Dalam penelitian ini dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu: 1. Bagaimana wujud Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik? 2. Bagaimana tingkat kelayakan Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik yang dikembangkan?

19 5 3. Bagaimana tingkat keterbacaan Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik yang dikembangkan? 4. Seberapa besar peningkatan hasil belajar kognitif siswa setelah menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik yang dikembangkan? 5. Seberapa besar pengembangan karakter siswa setelah menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik yang dikembangkan? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mendapatkan Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik. 2. Mengetahui tingkat kelayakan Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik yang dikembangkan. 3. Mengetahui tingkat keterbacaan Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik yang dikembangkan. 4. Mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar kognitif siswa setelah menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik yang dikembangkan.

20 6 5. Mengetahui seberapa besar perkembangan karakter siswa setelah menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik yang dikembangkan. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Dapat membantu memberikan kontribusi dalam implementasi kurikulum 2013 di lapangan. 2. Mampu menjadi pedoman oleh guru dalam mengembangkan panduan belajar pada pembelajaran fisika sehingga menjadikan pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan bagi peserta didik. 3. Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik yang dikembangkan dapat dimanfaatkan sebagai panduan belajar fisika di SMA. 4. Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik yang dikembangkan dapat meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik. 1.5 Penegasan Istilah 1. Lembar Kerja Siswa (LKS) Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa teori

21 7 atau praktek (Prastowo, 2012: 204). Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah LKS pendamping materi fisika yang disusun secara sistematis untuk membantu kegiatan belajar mengajar. 2. Pendidikan Karakter Kementerian Pendidikan Nasional (2011) menjelaskan bahwa pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor). Pendidikan karakter yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengembangan karakter jujur, disiplin, rasa ingin tahu, dan komunikatif pada aspek moral knowing (pengetahuan yang baik) dan aspek moral feeling (merasakan dengan baik), serta pada aspek moral action (perilaku yang baik). 3. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran mencakup komponen mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta (Kemendikbud, 2013).

22 8 1.6 Sistematika Skripsi Penulisan skripsi ini terdiri dari tiga bagian yang dapat dirinci sebagai berikut: (1) Bagian Awal Bagian ini berisi halaman judul, persetujuan pembimbing, pernyataan keaslian tulisan, pengesahan, motto dan persembahan, prakata, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran. (2) Bagian Isi Bagian isi terdiri dari: BAB 1 Pendahuluan Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi. BAB 2 Tinjauan Pustaka Berisi tentang kajian teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini, meliputi konsep tentang penulisan LKS, pendidikan karakter, pendekatan saintifik, serta tinjauan materi pemantulan dan pembiasan cahaya. Dalam bab ini dituliskan pula kerangka berpikir. BAB 3 Metode Penelitian Berisi tentang penentuan lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, prosedur penelitian, metode pengumpulan data, serta metode analisis data. BAB 4 Hasil dan Pembahasan Memaparkan hasil penelitian meliputi tersedianya LKS fisika dengan pendekatan saintifik yang telah diuji kelayakan dan keterbacaan, besarnya tingkat

23 9 keterbacaan, kelayakan, dan perkembangan karakter, serta peningkatan hasil belajar kognitif siswa kelas X SMA Negeri 1 Rembang setelah diberi LKS fisika dengan pendekatan saintifik. Selanjutnya dilakukan pembahasan berupa penafsiran hasil penelitian dan mengintegrasikan hasil penelitian ke dalam teori yang telah ada. BAB 5 Penutup Berisi simpulan dari hasil penelitian dan saran bagi peneliti selanjutnya. (3) Bagian Akhir Berisi daftar pustaka dan lampiran.

24 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembar Kerja Siswa (LKS) Salah satu panduan belajar yang digunakan siswa dalam pembelajaran adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik (Depdiknas, 2008: 13). Penelitian yang dilakukan oleh Celikler (2010), menyatakan bahwa penggunaan LKS pada kelas eksperimen terbukti meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar yang signifikan jika dibandingkan dengan kelas kontrol dengan pembelajaran tradisonal. Pada penelitian eksperimen Yildirim et al. (2011) terhadap 44 siswa kelas XI SMA menunjukkan bahwa kelas eksperimen berbantuan LKS berbasis inkuiri memiliki hasil belajar yang signifikan antara pre-test dan post-test jika dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Jadi dapat disimpulkan bahwa LKS berbasis inkuiri efektif meningkatkan hasil belajar siswa sekaligus membantu siswa memperoleh keterampilan proses ilmiah. LKS dapat digunakan untuk membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Menurut hasil penelitian Taslidere (2013) menunjukkan bahwa penggunaan LKS bermanfaat bagi pemahaman konseptual tugas awal optika geometris siswa yang diberikan oleh guru. Selain itu, LKS bisa meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa dalam mempelajari fisika, interaktif, dan mengembangkan nilai karakternya, serta dapat dijadikan sebagai salah satu bahan 10

25 11 ajar oleh guru dan sumber belajar oleh siswa (Amelia et al., 2013). Sedangkan menurut Prastowo (2012), fungsi LKS antara lain: 1) sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan peserta didik; 2) sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang diberikan; 3) sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih; serta 4) memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arafah et al. (2012) menunjukkan bahwa produk LKS berbasis berpikir kritis dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa. Sedangkan hasil penelitian Isnaini et al. (2012) menunjukkan bahwa LKS fisika model inferensi logika dapat meningkatkan aktivitas dan motivasi belajar siswa. Lembar Kerja Siswa (LKS) tidak hanya berisi tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Menurut Depdiknas (2008: 23-24), Lembar Kerja Siswa (LKS) akan memuat paling tidak: (1) judul, (2) KD yang akan dicapai, (3) waktu penyelesaian, (4) peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, (5) informasi singkat, (6) langkah kerja, (7) tugas yang harus dilakukan, dan (8) laporan yang harus dikerjakan. Terdapat beberapa jenis LKS yang biasa digunakan siswa pada proses pembelajaran. Berdasarkan jenisnya, Sunyono (2008) membagi LKS menjadi dua macam, yaitu (1) LKS eksperimen, merupakan lembar kerja yang melibatkan kegiatan eksperimen untuk menemukan dan mengembangkan konsep serta

26 12 mencakup semua aspek keterampilan proses, (2) LKS non eksperimen, merupakan lembar kerja berisi pedoman untuk menemukan dan mengembangkan konsep tanpa melibatkan kegiatan eksperimen, melainkan kegiatan diskusi, tanya jawab, dan hanya mencakup keterampilan proses tertentu. LKS yang digunakan di satuan pendidikan sangat beragam. Jenis LKS yang banyak digunakan pada pembelajaran sains adalah LKS eksperimen. Menurut Johnstone & Shuaili (2001), LKS eksperimen dapat dibagi menjadi empat macam, yakni: 1) LKS ekspositori, yang mempunyai karakteristik: a) hasil pengamatan sudah ditetapkan dan diketahui guru maupun siswa, b) pendekatan bersifat deduktif, dan c) prosedur percobaan dirancang oleh guru; 2) LKS berbasis inkuri, yang mempunyai karakteristik: a) hasil pengamatan belum ditetapkan, b) pendekatan bersifat induktif, dan c) prosedur percobaan dirancang oleh siswa; 3) LKS discovery, yang mempunyai karakteristik: a) hasil pengamatan sudah ditetapkan dan hanya diketahui oleh guru, b) pendekatannya bersifat induktif, dan c) prosedur telah dirancang oleh guru; serta 4) LKS berbasis masalah, yang mempunyai karakteristik: a) hasil pengamatan sudah ditetapkan dan hanya diketahui oleh guru, b) pendekatan bersifat deduktif, dan

27 13 c) prosedur percobaan dirancang dan dikembangkan oleh siswa. LKS dibuat agar dapat memberikan kemudahan bagi guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar sehingga kompetensi yang diinginkan dalam pembelajaran mudah dicapai oleh siswa. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu menyiapkan dan membuat LKS sendiri. Menurut Depdiknas (2008) langkah-langkah penyusunan LKS adalah sebagai berikut. 1. Analisis kurikulum Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. 2. Menyusun peta kebutuhan LKS Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan guna mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis dan sekuensi atau urutannya juga dapat dilihat. Sekuensi LKS ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan. 3. Menentukan judul-judul LKS Judul LKS ditentukan berdasarkan kompetensi dasar, materi pokok atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat dijadikan sebagai judul LKS apabila kompetensi tersebut tidak terlalu besar. 4. Penulisan LKS Penulisan LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a) merumuskan kompetensi dasar; (b) menentukan alat penilaian; (c) menyusun materi; dan

28 14 (d) memperhatikan struktur LKS. 2.2 Pendidikan Karakter Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 1995: 231). Sedangkan pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baikburuk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati (Kemendiknas, 2010: 1). Selaras dengan hal tersebut, Samani & Hariyanto (2012: 45) menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Menurut Lickona, sebagaimana dikutip oleh Khusniati (2012), karakter yang baik atau good character terdiri atas proses psikologis knowing the good, desiring the good, and doing the good habit of the main, habit of the heart, and habit of the action. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 berbunyi pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

29 15 demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Karakter bangsa adalah modal dasar membangun peradaban tingkat tinggi, masyarakat yang memiliki sifat jujur, mandiri, bekerja sama, patuh pada peraturan, bisa dipercaya, tangguh, dan memiliki etos kerja tinggi akan menghasilkan sistem kehidupan sosial yang teratur dan baik. Berdasarkan Kemendiknas (2011: 1) pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral action). Upaya penanaman karakter di sekolah yaitu dengan mengintegrasikan pendidikan karakter pada proses pembelajaran. Menurut penelitian Halstead & Taylor sebagaimana dikutip oleh Enggayanti (2013) terhadap sekolah-sekolah di Inggris menunjukkan bahwa nilai karakter disajikan dalam berbagai mata pelajaran. Hal ini berarti bahwa pendidikan karakter diselenggarakan sebagai program lintas kurikuler (integrated subject), yakni pendidikan karakter bukan merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri, namun merupakan materi yang diintegrasikan secara berkelanjutan pada semua mata pelajaran. Sewell & College (2003) juga menyatakan bahwa pendidikan karakter diintegrasikan pada proses pembelajaran hingga menjadi kultur dan budaya di sekolah.

30 16 Pengembangan karakter di sekolah diperlukan agar peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar serta memiliki tujuan hidup. Beberapa prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa di sekolah antara lain prinsip berkelanjutan, artinya proses pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dimulai dari awal sampai akhir peserta didik berada di satuan pendidikan. Pengembangan pendidikan karakter melalui semua mata pelajaran, artinya proses pengembangan nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan di setiap mata pelajaran, serta dalam setiap kegiatan kurikuler dan ekstrakulikuler. Pada pelaksanaannya, nilai-nilai pendidikan karakter tidak diajarkan tapi dikembangkan, artinya bahwa materi nilai budaya dan karakter bangsa tidak dijadikan sebagai pokok bahasan, tetapi diintegrasikan ke dalam materi yang diajarkan. Integrasi pendidikan karakter pada proses pembelajaran berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian Benninga et al. (2003) terhadap 681 Sekolah Dasar di California menunjukkan bahwa sekolah dengan tingkat penerapan pendidikan karakter yang tinggi cenderung memiliki prestasi akademik lebih baik dibandingkan sekolah lain yang kurang atau tidak menerapkan pendidikan karakter. Kemendiknas mengidentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai

31 17 prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) tanggung jawab. Nilai-nilai karakter yang diintegrasikan dalam LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya ini adalah jujur, disiplin, rasa ingin tahu, dan komunikatif. Untuk mengetahui tingkat perkembangan karakter siswa, maka dibutuhkan indikator dari masing-masing nilai karakter tersebut, seperti yang disajikan dalam Tabel 2.1. Tabel 2.1 Indikator Karakter yang Diintegrasikan Nilai Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar. Komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain. Indikator - Tidak mencontek. - Melaporkan hasil eksperimen secara benar (jujur) baik tulisan maupun lisan. - Merapikan dan mengembalikan alat ke tempat semula. - Datang tepat waktu. - Bertanya atau membaca sumber di luar buku teks tentang materi yang terkait dengan pelajaran. - Mengamati fenomena yang berkaitan dengan materi pelajaran. - Memberi dan mendengarkan pendapat dalam kerja kelompok di kelas. - Memberi dan mendengarkan pendapat dalam diskusi di kelas. (Kemendiknas, 2010: 37-41).

32 Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diterapkan dengan pendekatan saintifik (scientific approach). Sujarwanta (2012) menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung baik menggunakan observasi, eksperimen, maupun cara yang lainnya, sehingga realitas yang akan berbicara sebagai informasi atau data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan. Pendekatan saintifik mengkaji cara-cara untuk mendapatkan pengetahuan baru yang dipelajari dengan menggunakan proses yang sistematis. Kemendikbud dalam diklat guru tentang implementasi kurikulum 2013 menyebutkan bahwa tahapan pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran adalah sebagai berikut. 1. Mengamati Kegiatan mengamati sangat bermanfaat untuk memenuhi rasa ingin tahu siswa. Melalui kegiatan mengamati, siswa akan mencari informasi atau gambaran tentang objek yang diamati. Melalui kegiatan mengamati, siswa juga dapat menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang diamati dengan materi pembelajaran yang diberikan oleh guru. 2. Menanya Siswa diharapkan dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan objek yang diamati. Guru harus mampu menginspirasi siswa untuk mau dan mampu menanya. Kegiatan menanya dapat membangkitkan rasa ingin

33 19 tahu siswa terhadap materi pembelajaran. Kegiatan menanya juga dapat menginspirasi siswa untuk aktif belajar. 3. Mencoba Kegiatan mencoba bertujuan agar siswa memperoleh hasil belajar yang nyata. Kegiatan mencoba merupakan keterampilan proses untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan metode ilmiah. Kegiatan mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan pada siswa. 4. Mengolah, Menyajikan, dan Menyimpulkan Berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan mencoba, siswa diharapkan mampu mengolah data tersebut. Data yang diperoleh dari kegiatan mencoba dapat disajikan secara tertulis ataupun lisan. Pada kegiatan akhir, siswa diharapkan memperoleh kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan. Kegiatan menyimpulkan dapat dilakukan secara berkelompok, atau bisa juga secara individu. Guru memberikan informasi agar siswa mengetahui dengan tepat bahwa kesimpulan yang didapatkan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki. 5. Mencipta Siswa yang telah mempelajari dan memahami konsep dari materi pembelajaran diharapkan mampu menciptakan produk. Kegiatan mencipta bertujuan untuk mengembangkan keterampilan pada siswa. Tahapan-tahapan dalam pendekatan ilmiah lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradisional (Kemendikbud, 2013). Hal ini sejalan dengan penelitian Fauziah et al. (2013) yang menunjukkan bahwa tahapan

34 20 dalam pendekatan saintifik berdampak positif terhadap kemampuan soft skill peseta didik. Selain itu, hasil penelitian Sujarwanta (2012) menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran membawa iklim berpikir rasional yakni mendasarkan kesimpulan pada kecerdasan, logika, dan bukti empirik. Tujuan pembelajaran dalam pendekatan saintifik menurut Permendikbud (2013) adalah: 1) untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa; 2) untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik; 3) terciptanya kondisi pembelajaran yang membuat siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan; 4) diperolehnya hasil belajar yang tinggi; 5) untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah; dan 6) untuk mengembangkan karakter siswa. Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah 15 menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar

35 21 lebih dari 90 persen setelah 2 hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar persen (Wieman, 2007: 15). 2.4 Tinjauan Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya Pemantulan Cahaya Proses Terjadinya Pemantulan Ketika cahaya menimpa permukaan benda, sebagian cahaya dipantulkan, sisanya diserap oleh benda dan diubah menjadi energi panas. Jika benda tersebut transparan seperti kaca atau air, sebagian diteruskan. Untuk benda-benda yang sangat mengkilat seperti cermin berlapis perak, lebih dari 95 persen cahaya bisa dipantulkan. Hukum pemantulan menurut Giancoli (2001: 244) dinyatakan bahwa sudut datang sama dengan sudut pantul. Hukum pemantulan berbunyi: 1) sinar datang, sinar pantul, dan garis normal berpotongan pada satu titik dan terletak pada satu bidang datar, 2) sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (r). Ada dua jenis pemantulan, yaitu pemantulan teratur dan pemantulan baur. Pemantulan teratur jika berkas-berkas sinar sejajar yang mengenai permukaan halus dipantulkan juga sebagai sinar sejajar. Sedangkan pemantulan baur jika berkas-berkas sinar sejajar yang mengenai permukaan kasar dipantulkan ke segala arah (berkas-berkas tidak sejajar satu sama lain). Pemantulan pada Cermin Datar Sifat-sifat Bayangan pada Cermin Datar 1. Maya.

36 22 2. Sama besar dengan bendanya (perbesaran = 1). 3. Tegak dan menghadap berlawanan arah terhadap bendanya. 4. Jarak benda ke cermin sama dengan jarak bayangan dari cermin. Pembentukan Bayangan oleh Cermin Sferis Cermin lengkung yang umum berbentuk sferis, yang berarti cermin tersebut akan membentuk sebagian dari bola. Cermin sferis disebut cembung jika pantulan terjadi pada permukaan luar bentuk sferis sehingga pusat permukaan cermin menggembung ke luar menuju orang yang melihat. Cermin dikatakan cekung jika permukaan pemantulnya ada pada permukaan dalam bola sehingga pusat cermin melengkung menjauhi orang yang melihat. Bagian-bagian dari sebuah cermin cekung ditunjukkan pada Gambar 2.1. Titik O yaitu titik pusat bidang cermin. Titik P yaitu titik pusat kelengkungan cermin. R, yaitu jari-jari kelengkungan cermin. Sumbu utama yaitu garis yang melalui titik pusat kelengkungan dan titik pusat bidang cermin. Titik F yaitu titik fokus atau titik api cermin yang terletak di tengah antara titik P dan titik O. f, yaitu jarak fokus cermin dari titik F ke titik O. Gambar 2.1 Bagian-bagian cermin cekung

37 23 Besar jarak fokus (f) adalah setengah dari jari-jari kelengkungan cermin (R). Dengan demikian, menurut Tipler (1998: 485) berlaku persamaan: (2-1) Bayangan benda yang dibentuk oleh cermin cekung dapat lebih besar atau lebih kecil daripada ukuran bendanya. Jika ukuran bayangan lebih besar daripada ukuran benda, dikatakan bayangan diperbesar. Jika ukuran bayangan lebih kecil daripada ukuran benda, dikatakan bayangan diperkecil. Perbesaran linear didefinisikan sebagai perbandingan antara tinggi bayangan dan tinggi benda (Tipler, 1998: 488). (2-2) Keterangan: M = perbesaran linear h = tinggi bayangan h = tinggi benda Hubungan antara jarak benda (s), jarak bayangan (s ), dan jarak fokus (f) untuk cermin lengkung (cekung ataupun cembung) adalah: (2-3) Pada cermin cembung, bagian depan cermin (bagian yang mengkilap) adalah permukaan luar irisan bola (Gambar 2.2).Pada cermin cembung titik pusat kelengkungan P dan titik fokus cermin F terletak di bagian belakang cermin. Oleh karena itu, jari-jari kelengkungan R dan jarak fokus cermin f bertanda negatif (misal R = -10 cm dan f = -5 cm).

38 24 Hukum pemantulan pada cermin cembung ditunjukkan pada Gambar 2.3. Gambar 2.2 Cermin cembung adalah bagian dari irisan sebuah bola dengan garis PO sebagai sumbu utama Gambar 2.3 Hukum pemantulan pada cermin cembung (sudut pantul = sudut datang) Pembiasan Cahaya Proses Terjadinya Pembiasan Ketika cahaya mengenai bidang batas antara dua medium, cahaya akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan cahaya ketika cahaya mengenai bidang batas antara dua medium inilah yang disebut pembiasan cahaya. Hukum Snell menurut Giancoli (2001: 258) dituliskan: (2-4) Hukum I Snellius berbunyi: sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak pada satu bidang datar.

39 25 Hukum II Snellius berbunyi: jika sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat, sinar dibelokkan mendekati garis normal. Jika kebalikannya, sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat, sinar dibelokkan menjauhi garis normal Indeks Bias Perbandingan laju cahaya di udara hampa dengan laju v pada materi tertentu disebut indeks bias (Giancoli, 2001: 257). (2-5) Keterangan: c = cepat rambat cahaya dalam udara (3 x 10 8 m/s) v = cepat rambat cahaya dalam medium Ketika cahaya lewat dari satu medium ke medium lainnya, cahaya akan dibiaskan karena cepat rambat cahaya berbeda dalam kedua medium. Secara matematis dapat ditulis atau (2-6) Ketika cahaya lewat dari satu medium ke medium lainnya, frekuensi cahaya tidak berubah, sehingga f 1 = f 2 = f. Karena hubungan v = f berlaku untuk kedua medium, maka dan (2-7) Hubungan antara panjang gelombang dan indeks bias dapat ditulis (2-8)

40 26 Pantulan Internal Sempurna Serat Optik Apabila cahaya melintas dari suatu materi ke yang lainnya di mana indeks biasnya lebih kecil (katakanlah, dari air ke udara), cahaya dibelokkan menjauhi normal. Pada sudut datang tertentu, sudut bias akan 90 dan dalam hal ini berkas bias akan berhimpitan dengan permukaan. Sudut datang di mana hal ini terjadi disebut sudut kritis. Menurut Giancoli (2001: 260), persamaan sudut kritis dapat ditulis sebagai berikut. maka (2-9) Dua syarat terjadinya pemantulan sempurna pada bidang batas antara dua medium adalah: (1) sinar harus datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat; dan (2) sudut datang lebih besar daripada sudut kritis. 2.5 Kerangka Berpikir Dunia pendidikan di Indonesia saat ini masih mendapat sorotan tajam, mengingat rendahnya mutu atau kualitas pendidikan khususnya dibidang sains. Hal ini dapat dilihat pada data yang diperoleh TIMSS (Trend International Mathematics and Sciences Study) tahun 2011 yang menunjukkan bahwa skor prestasi sains siswa di Indonesia masih berada di bawah skor rata-rata internasional. Berdasarkan hal tersebut, salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar adalah dengan memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai. Pendekatan pembelajaran yang digunakan pada kurikulum 2013 adalah pendekatan saintifik. Pelaksanaan pendekatan saintifk menuntut siswa untuk aktif

41 27 dalam menemukan konsep. Salah satu panduan yang dapat menuntun siswa untuk aktif dalam menemukan konsep adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS yang digunakan sebagai panduan belajar dalam penelitian ini merupakan LKS yang sudah dilakukan uji kelayakan meliputi aspek isi, penyajian, kebahasaan, dan kegrafikan. Uji kelayakannya dilakukan oleh guru fisika SMA sehingga didapatkan informasi tentang kelayakan LKS tersebut. Selain itu dilakukan pula uji keterbacaan LKS pada siswa sehingga didapatkan informasi tingkat keterbacaan LKS fisika. Pembelajaran berpanduan LKS menjadikan siswa terlibat langsung untuk memahami dan mempraktikkan konsep fisika, sehingga siswa akan benar-benar memahami materi yang diajarkan. Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia. Berdasarkan dari tujuan pendidikan nasional tersebut, menunjukkan bahwa pentingnya pengembangan potensi akademik siswa dan pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa pada siswa. Sehubungan dengan hal tersebut, pada 2 Mei 2010 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menegaskan bahwa salah satu program utama dalam rangka meningkatkan mutu proses dan output pendidikan adalah penerapan pendidikan karakter di semua mata pelajaran, tidak terkecuali mata pelajaran fisika SMA.

42 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Rembang berlokasi di Jalan Gajah Mada 5 Rembang Subjek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MIA SMA Negeri 1 Rembang tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 218 siswa. Sampel penelitian adalah siswa kelas X MIA 5 yang berjumlah 29 siswa sebagai kelas kontrol dan siswa kelas X MIA 6 yang berjumlah 32 siswa sebagai kelas eksperimen. 3.2 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Research and Development. Uji coba kelompok besar menggunakan Quasi Experimental Design berbentuk Nonequivalent Control Group Design. Desain penelitian ini menggunakan kelas eksperimen dan kelas kontrol yang tidak dipilih secara random. Menurut Sugiyono (2010: 116), pola desain tersebut adalah sebagai berikut: O 1 X O 2 O 3 O 4 Keterangan: O 1 = nilai pre-test kelas eksperimen 28

43 29 O 2 = nilai post-test kelas ekperimen O 3 = nilai pre-test kelas kontrol O 4 = nilai post-test kelas kontrol X = pembelajaran menggunakan LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik. 3.3 Prosedur Penelitian Penelitian ini mencakup tiga tahap, yaitu define atau studi pendahuluan, design atau rancangan, dan develop atau pengembangan. Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini dapat dirinci seperti berikut Tahap Define atau Studi Pendahuluan Studi pendahuluan merupakan tahap persiapan sebelum penelitian. Tahap ini terdiri dari: (1) studi lapangan berupa observasi untuk mengetahui kondisi siswa, proses pembelajaran, dan panduan belajar yang digunakan; (2) studi literatur yang meliputi analisis kurikulum 2013 mata pelajaran fisika untuk kelas X MIA, telaah materi fisika, pendekatan saintifik, pembuatan LKS, dan karakter Tahap Design atau Rancangan Tahap rancangan dalam penelitian ini dimulai dengan menyusun materi pemantulan dan pembiasan cahaya. Setelah itu, menyusun LKS dengan pendekatan saintifik. LKS disusun dengan mengacu pada kurikulum dan disisipi dengan pendidikan karakter melalui petunjuk dan langkah kerja, tujuan serta indikator keberhasilan. LKS yang sudah disusun kemudian dikonsultasikan kepada pakar yaitu dosen pembimbing.

44 Tahap Develop atau Pengembangan Validasi Pakar LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik yang telah disusun divalidasi oleh pakar. Hasil penilaian validator digunakan sebagai perbaikan dan penyempurnaan produk sebelum diuji cobakan Uji Coba Skala Kecil Uji coba skala kecil LKS fisika terdiri dari uji keterbacaan dan uji kelayakan. Uji keterbacaan menggunakan tes rumpang yang dilakukan pada siswa, bertujuan untuk mengetahui bahwa LKS mudah dipahami atau tidak. Uji kelayakan dilakukan pada guru fisika yang bertujuan untuk mengetahui bahwa LKS layak atau tidak digunakan sebagai panduan pembelajaran Uji Coba Skala Besar Uji coba skala besar dilakukan setelah melakukan perbaikan LKS berdasarkan hasil uji coba skala kecil. Pada uji coba skala besar, siswa mendapatkan pembelajaran berpanduan LKS. Sebelum mendapatkan pembelajaran berpanduan LKS, siswa mengerjakan soal pre-test untuk mengetahui tingkat pemahaman awal terhadap materi pemantulan dan pembiasan cahaya. Siswa juga mengisi angket karakter sebelum pembelajaran agar diketahui tingkat karakter awal yang tertanam dalam diri siswa. Pada akhir pembelajaran siswa mengerjakan soal post-test dan mengisi angket karakter, sehingga melalui uji coba skala besar didapatkan informasi mengenai besar peningkatan hasil belajar kognitif siswa serta besar perkembangan karakter pada siswa.

45 31 Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar Observasi dan menganalisis kurikulum 2013 DEFINE materi pemantulan dan pembiasan cahaya untuk kelas X MIA DESIGN Merancang LKS dengan pendekatan saintifik mengacu pada RPP dengan disisipi pendidikan karakter yang disusun dengan bahasa yang DEVELOP sederhana dan mudah dipahami Validasi pakar tentang LKS fisika - Uji coba skala kecil - Uji keterbacaan LKS pada siswa - Uji kelayakan LKS pada guru fisika - Uji Melakukan perbaikan LKS fisika Validasi pakar Melakukan uji coba LKS fisika pada siswa kelas X MIA SMA N 1 Rembang Melakukan analisis LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya yang siap digunakan sebagai panduan belajar dalam pembelajaran Gambar 3.1. Skema Alur Penelitian

46 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode tes, metode angket, metode dokumentasi, dan metode observasi Metode Tes Metode tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Tes tertulis terdiri dari tes klos (tes rumpang) dan tes pilihan ganda Tes Klos (Tes Rumpang) Tes klos digunakan untuk mengetahui tingkat keterbacaan LKS, sehingga diperoleh informasi bahwa LKS saintifik terintegrasi karakter mudah dipahami siswa atau tidak. Tes klos diuji menggunakan validitas isi yaitu mengkonstruksi tes berdasarkan materi pemantulan dan pembiasan cahaya yang diajarkan. Menurut Harisson sebagaimana dikutip oleh Widodo (1993: ) bahwa tes rumpang memiliki beberapa karakteristik yang salah satunya adalah tidak perlu adanya analisis butir. Tes klos berupa bacaan berbentuk paragraf dan terdapat 30 kata yang dihilangkan Tes Pilihan Ganda Tes pilihan ganda dilakukan untuk mengetahui perubahan tingkat penguasaan siswa terhadap materi pemantulan dan pembiasan cahaya setelah menggunakan LKS. Tes pilihan ganda terdiri dari 40 butir soal yang diujicobakan terhadap siswa yang sudah mendapatkan materi pemantulan dan pembiasan cahaya. Hasil uji coba dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda butir soal, sehingga dapat ditentukan 20 butir soal yang siap digunakan sebagai pre-test dan post-test.

47 Metode Angket Angket digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan LKS dan perkembangan karakter siswa setelah menggunakan LKS. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas logis (logical validity). Pengujian validitas logis angket menggunakan teknik judgment expert. Pengujian validitas konstruk dilakukan dengan cara konsultasi dengan dosen pembimbing selaku ahli Angket Uji Kelayakan Angket uji kelayakan digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan LKS sehingga didapatkan informasi bahwa LKS fisika ini layak atau tidak digunakan sebagai panduan belajar. Kisi-kisi angket uji kelayakan LKS ditinjau dari dimensi isi, penyajian, kebahasaan, dan kegrafikan. Angket ini terdiri dari 25 butir pernyataan yang diisi oleh guru fisika sebagai responden. Sistem penskoran yang digunakan menggunakan skala Likert. Dalam penelitian ini, skala Likert dimodifikasi dengan hanya menggunakan 4 pilihan, yaitu Sangat Baik dengan skor 5, Baik dengan skor 4, Kurang Baik dengan skor 2, dan Tidak Baik dengan skor Angket Perkembangan Karakter Angket karakter digunakan untuk mengetahui tingkat perubahan karakter pada siswa setelah menggunakan LKS, sehingga didapatkan informasi bahwa LKS fisika ini layak atau tidak digunakan sebagai panduan belajar yang mampu mengembangkan karakter. Angket perkembangan karakter terdiri dari 30 butir pernyataan yang diisi oleh siswa kelas X MIA SMA Negeri 1 Rembang sebelum dan sesudah menggunakan LKS fisika untuk mengembangkan karakter. Sistem

48 34 penskoran yang digunakan menggunakan skala Likert. Dalam penelitian ini, skala Likert dimodifikasi dengan hanya menggunakan 4 pilihan, yaitu Sangat Setuju (SS) dengan skor 4, Setuju (S) dengan skor 3, Tidak Setuju (TS) dengan skor 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) dengan skor 1 untuk pernyataan positif dan skor sebaliknya untuk pernyataan negatif Metode Dokumentasi Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan dokumen atau datadata yang mendukung penelitian, yaitu daftar nama siswa, nilai rapor fisika, data guru yang menjadi reviewer kelayakan LKS, dan foto pelaksanaan penelitian Metode Observasi Metode observasi digunakan sebagai pembanding hasil dari angket perkembangan karakter siswa. Observasi dilakukan untuk mengetahui karakter jujur, disiplin, rasa ingin tahu, dan komunikatif pada siswa. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi perkembangan karakter yang berisi indikatorindikator yang dijadikan sebagai acuan penilaian. Observasi dilakukan oleh ketua dari masing-masing kelompok yang menilai perkembangan karakter dari anggotanya, sedangkan ketua kelompok dinilai oleh observer. 3.5 Metode Analisis Data Analisis Uji Coba Tes Pilihan Ganda Validitas Persamaan untuk menghitung validitas menurut Arikunto (2007: 79) adalah sebagai berikut.

49 35 Keterangan: = koefisien korelasi biserial = rerata skor dari siswa yang menjawab benar bagi item yang dicari validitasnya = rerata skor total = standar deviasi dari skor total = proporsi siswa yang menjawab benar = proporsi siswa yang menjawab salah (1- ) Nilai yang diperoleh disesuaiakan dengan r tabel. Jika maka soal dikatakan valid. Dari 40 soal yang diujicobakan, 23 soal dinyatakan valid, yaitu soal nomor 1, 2, 3, 4, 7, 9, 10, 11, 14, 16, 17, 19, 21, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, dan Reliabilitas Reliabilitas soal pilihan ganda dapat dihitung dengan rumus K-R. 20. Persamaan untuk menghitung reliabilitas menurut Arikunto (2007: 100) adalah sebagai berikut. ( ) ( ) Keterangan: = reliabilitas tes secara keseluruhan p q = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (1-p) = jumlah hasil perkalian antara p dan q

50 36 n S 2 = banyaknya item = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians) Setelah diketahui, kemudian dibandingkan dengan harga r tabel. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila Taraf Kesukaran Persamaan untuk menghitung taraf kesukaran menurut Arikunto (2007: 208) adalah sebagai berikut. Keterangan: P B JS = indeks kesukaran = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar = jumlah seluruh siswa peserta tes Menurut Arikunto (2007: 210), indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut. Soal dengan P = 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar Soal dengan P = 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang Soal dengan P = 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah Analisis yang dilakukan menunjukkan soal nomor 2, 4, 6, 7, 8, 11, 12, 13, 15, 16, 19, 20, 22, 27, 29, 30, 34, dan 37 tergolong soal mudah, soal nomor 1, 3, 5, 9, 10, 14, 17, 25, 28, 32, 33, dan 40 tergolong soal sedang, kemudian soal nomor 18, 20, 22, 24, 26, 31, 35, 36, 38, dan 39 tergolong soal sukar.

51 Daya Pembeda Daya pembeda soal disebut indeks diskriminasi. Persamaan untuk menghitung daya pembeda menurut Arikunto (2007: 213) adalah sebagai berikut. Keterangan: DP B A B B J A J B P A P B = daya pembeda = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar = banyaknya peserta kelompok atas = banyaknya peserta kelompok bawah = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Klasifikasi daya pembeda menurut Arikunto (2007: 218) adalah sebagai berikut: 0,00 DP 0,20 = jelek 0,21 DP 0,40 = cukup 0,41 DP 0,70 = baik 0,71 DP 1,00 = baik sekali Penggunaan persamaan di atas menunjukkan soal nomor 5, 6, 7, 8, 12, 13, 18, 20, 22, 23, 30, 34, 36, 37, 38, 39, dan 40 memiliki daya pembeda jelek, soal nomor 2, 4, 9, 11, 15, 19, 21, 26, 27, 32, 33, dan 35 memiliki daya pembeda cukup, soal nomor 1, 10, 14, 16, 17, 24, 25, 28, 29, dan 31 memiliki daya pembeda baik, sedangkan soal nomor 3 memiliki daya pembeda baik sekali.

52 38 20 diantara 40 soal uji coba kemudian dipakai untuk pre-test dan post-test, yaitu soal nomor 1, 2, 3, 4, 9, 11, 14, 17, 19, 21, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, dan Analisis Kelayakan LKS Tingkat kelayakan LKS dihitung dengan mencari persentase. Menurut Sudijono (2008: 43) untuk memperoleh persentase dari suatu nilai dapat menggunakan persamaan sebagai berikut. Keterangan: p f N = angka persentase = jumlah skor yang diperoleh = jumlah skor maksimum Kriteria tingkat kelayakan LKS: 21% < p 40% = kurang layak 41% p 60% = cukup layak 61% p 80% = layak 81% p 100% = sangat layak Analisis Keterbacaan LKS Menurut Sudijono (2008: 43) untuk mengetahui tingkat keterbacaan teks LKS dihitung dengan persamaan berikut. Keterangan:

53 39 p f N = angka persentase = jumlah skor yang diperoleh = jumlah skor maksimum Menurut Rankin & Culhane sebagaimana dikutip oleh Suryadi (2007) tingkat keterbacaan LKS menggunakan tes klos adalah sebagai berikut. < 40% = rendah (sukar dipahami) 40% - 60% = sedang (telah memenuhi syarat keterbacaan) > 60% = tinggi (mudah dipahami) Analisis Perkembangan Karakter Perkembangan karakter siswa dihitung dengan mencari persentase. Menurut Sudijono (2008: 43) untuk memperoleh persentase dari suatu nilai dapat menggunakan persamaan sebagai berikut. Keterangan: p f N = angka persentase = jumlah skor yang diperoleh = jumlah skor maksimum Kriteria perkembangan karakter siswa menurut Kemendiknas (2010: 24) adalah sebagai berikut. 81,25% - 100% = membudaya 62,5% - 81,24% = mulai berkembang 43,75% - 62,49% = mulai terlihat 25% - 43,74% = belum terlihat

54 Analisis Peningkatan Hasil Belajar Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis terdistribusi normal atau tidak. Menurut Sudjana (2005: 273), uji normalitas menggunakan rumus: Keterangan: X 2 E i O i k = chi kuadrat = frekuensi yang diharapkan = frekuensi pengamatan = jumlah kelas interval Jika X 2 yang diperoleh berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut terdistribusi normal. Uji-t Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa setelah menggunakan LKS digunakan uji-t. Menurut Sugiyono (2007: 122) uji-t dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut: Keterangan: x 1 x 2 = nilai rata-rata pre-test = nilai rata-rata post-test

55 41 s 1 s 2 2 s 1 2 s 2 = simpangan baku pre-test = simpangan baku post-test = variansi data pre-test = variansi data post-test Uji Gain Menurut Savinainen & Scott sebagaimana dikutip oleh Wiyanto (2008: 86) untuk melihat besarnya peningkatan hasil belajar siswa digunakan uji gain dengan persamaan sebagai berikut: <g> = Keterangan: <g> = faktor gain <S pre > = skor rata-rata tes awal (%) <S post > = skor rata-rata tes akhir (%) Kriteria faktor gain <g>: g 0,7 = tinggi 0,3 g < 0,7 = sedang g < 0,3 = rendah

56 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Susunan LKS LKS fisika yang disusun meliputi materi pemantulan dan pembiasan cahaya, terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik. LKS tersebut merupakan salah satu panduan belajar yang disajikan dalam bentuk buku cetak yang di dalamnya memuat unsur-unsur pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, dan menyimpulkan. LKS ini disusun berdasarkan kompetensi inti dan kompetensi dasar kurikulum LKS yang dikembangkan terdiri dari 34 halaman yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan akhir. Bagian pendahuluan berisi halaman depan, kata pengantar, daftar isi, petunjuk penggunaan LKS, kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, karakter yang dikembangkan beserta indikatornya. Sedangkan bagian isi berisi sub topik berupa pertanyaanpertanyaan konsep yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang disertai gambar untuk memudahkan siswa memvisualisasikan materi serta kegiatan eksperimen yang dituntun menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk mendorong siswa menemukan konsep dan berpikir kritis yang dapat mengembangkan karakter. Bagian akhir berisi rangkuman, evaluasi, daftar pustaka, dan lembar observasi karakter. Tes evalusi berguna untuk mengukur kemampuan siswa memahami materi yang terdapat pada LKS. Hal ini sesuai dengan Depdiknas 42

57 43 (2008: 8) yang menyatakan bahwa bahan ajar yang baik terdiri dari petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, isi materi pembelajaran, informasi pendukung, latihan soal, dan evaluasi. Begitu juga LKS yang dikembangkan berisi petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, isi materi pembelajaran, informasi pendukung, latihan soal, dan evaluasi. Huruf yang digunakan adalah tipe Cambria (Headings) dengan ukuran 12, 24, 26, dan 48, Times New Rowman ukuran 8 dan 12, dan Comic Sans MS ukuran 12 dan 20. Halaman depan terdiri dari judul dan gambar peristiwa pemantulan dan pembiasaan cahaya dalam kehidupan sehari-hari serta kolom nama kelompok dan nama siswa. Tampilan halaman depan yang berisi judul dan gambar dibuat berwarna serta menggunakan huruf yang unik bertujuan untuk menarik minat sekaligus memberi kesan yang baik dan indah bagi siswa. Penyajian materi pada LKS menggunakan pendekatan saintifik. Unsur saintifik dimunculkan melalui penyusunan alur penemuan konsep. Siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan yang memancing kemampuan berpikir sehingga mereka dapat mengikuti alur saintifik pada LKS. Siswa diajak untuk mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, dan menarik kesimpulan sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat the National Science Teachers Association (2004), yang menyatakan bahwa tujuan pembelajaran sains adalah memfokuskan pada keterampilan penyelidikan, menemukan, untuk semua anak, merangsang minat sains serta mengembangkan warga negara yang berliterasi ilmiah. LKS dengan pendekatan saintifik mengintegrasikan pendidikan karakter jujur, disiplin, rasa ingin tahu, dan komunikatif. Karakter tersebut dimunculkan

58 44 melalui petunjuk kerja dan kegiatan eksperimen. Keempat karakter tersebut diimplementasikan pada kegiatan pembelajaran melalui LKS agar dapat berkembang serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. 4.2 Kelayakan LKS Berdasarkan analisis data, didapatkan persentase kelayakan LKS sebesar 90,54 % dari total indikator yang dikembangkan, artinya LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik yang dihasilkan termasuk dalam kriteria sangat layak. Hasil uji kelayakan LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik yang dikembangkan disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Analisis Aspek Kelayakan LKS No Aspek Kelayakan Persentase (%) Kriteria 1 Isi 89,50 Sangat Layak 2 Penyajian 92,67 Sangat Layak 3 4 Kebahasaan Kegrafikan 87,99 92,00 Sangat Layak Sangat Layak Rata-rata skor 90,54 Sangat Layak Analisis angket uji kelayakan menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan termasuk kriteria sangat layak. Analisis dari aspek isi, penyajian, kebahasaan, dan kegrafikan menunjukkan kriteria sangat layak. Perolehan ini menunjukkan bahwa LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik sangat layak digunakan sebagai panduan belajar siswa SMA.

59 Skor Aspek Isi Aspek isi terdiri dari unsur kesesuaian, keakuratan, dan materi pendukung pelajaran. Hasil analisis unsur kelayakan isi disajikan pada Gambar % 96% 96% 94% 92% 90% 88% 88% 89% 86% 84% Kesesuaian Materi Keakuratan Materi Materi Pendukung Pelajaran Gambar 4.1 Hasil Analisis Unsur Kelayakan Isi Aspek isi memperoleh kriteria sangat layak. Hal ini dikarenakan penyajian materi LKS disesuaikan dengan KI dan KD mata pelajaran fisika kurikulum 2013 untuk siswa kelas X MIA SMA. Penyajian materi LKS juga memperhatikan prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan sebagaimana dianjurkan oleh Depdiknas (2008: 6). Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitannya dengan pencapaian KI dan KD. Prinsip konsistensi atau keajegan artinya materi pembelajaran secara konsisten merujuk pada kompetensi-kompetensi dan indikator yang telah ditetapkan. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya memadai, yakni tidak terlalu sedikit maupun terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai kompetensi inti dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga untuk mempelajarinya. Materi LKS diperoleh

60 Skor 46 dari rujukan buku SMA yang sudah teruji validitas dan kredibilitasnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa materi ini sudah memenuhi prinsip kecukupan Aspek Penyajian Aspek penyajian terdiri dari teknik, kelengkapan, dan penyajian pembelajaran. Hasil analisis ketiga unsur tersebut disajikan pada Gambar % 97.33% 95% 90% 90% 85% 84% 80% 75% Teknik Penyajian Kelengkapan Penyajian Penyajian Pembelajaran Gambar 4.2 Hasil Analisis Unsur Kelayakan Penyajian Aspek penyajian memperoleh kriteria sangat layak. Hal ini dikarenakan teknis penyajian LKS sudah baik. Materi disajikan secara runtut dari konsep umum pengertian cahaya sampai konsep yang lebih khusus yaitu aplikasi pemantulan dan pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari. Materi juga disajikan secara sistematis yaitu mulai dari pendahuluan, isi, dan penutup. Penyajian materi juga bersifat interaktif dan partisipatif, sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar mandiri. Menurut Prastowo (2012: ), salah satu fungsi LKS adalah sebagai bahan ajar yang meminimalkan pendidik, namun lebih mengaktifkan peserta didik. Hasil penelitian Fitriyati et al. (2013) juga menunjukkan bahwa penggunaan LKS dapat meningkatkan motivasi siswa

61 47 dalam mempelajari fisika secara mandiri. Penyajian materi dan kegiatan dalam LKS mengarahkan pada penemuan sendiri suatu konsep. Kelengkapan penyajian LKS terdiri dari judul, petunjuk penggunaan LKS, kompetensi dasar yang harus dicapai, tujuan pembelajaran, indikator karakter, informasi yang berkaitan dengan pembelajaran, langkah-langkah kegiatan, soal evaluasi, dan petunjuk untuk melaporkan hasil kegiatan dengan cara presentasi di depan kelas. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Prastowo (2012: 208), LKS terdiri atas enam unsur utama meliputi judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, tugas atau langkah kerja, dan penilaian. Penyajian LKS menggunakan komposisi ukuran dan jenis huruf yang tepat. Penulisan judul menggunakan huruf cetak tebal ukuran 20, sedangkan isi LKS menggunakan jenis dan ukuran huruf yang lebih kecil yakni Comic Sans MS 12 pt dan Cambria (Headings) 12 pt. Gambar yang disajikan pada LKS juga disesuaikan dengan substansi yang ingin dicapai sehingga pesan tersampaikan secara efektif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arsyad (2009: 91), huruf yang dicetak tebal atau miring memberikan penekanan pada kata kunci atau judul serta warna digunakan sebagai alat penuntun dan penarik perhatian siswa untuk informasi yang penting. Proporsi antara tulisan dan gambar sudah seimbang, artinya gambar tidak terlalu kecil maupun besar. Gambar terlalu kecil dapat menyulitkan pembaca saat menganalisanya, sedangkan gambar yang besar dapat menyerap perhatian terlalu banyak, sehingga siswa tidak fokus pada tulisan. LKS dilengkapi fakta tentang gejala alam dan fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan pemantulan dan pembiasan cahaya. Menurut

62 Skor 48 Zion & Sadeh (2007), fenomena alam yang menarik dapat memprovokasi kemampuan berpikir dan merangsang rasa ingin tahu siswa Aspek Kebahasaan Aspek kebahasaan terdiri dari keterbacaan dan kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hasil analisis kedua unsur tersebut disajikan pada Gambar % 90% 89% 88% 87% 86% 85% 84% 83% 82% 81% 90% Keterbacaan 84% Kesesuaian dengan Kaidah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar Gambar 4.3 Hasil Analisis Unsur Kelayakan Kebahasaan Aspek bahasa memperoleh kriteria sangat layak. Hal ini dikarenakan bahasa yang digunakan pada LKS sesuai dengan tingkat kemampuan siswa SMA, mudah dipahami, dan memiliki struktur kalimat yang jelas. Penyusunan materi juga memperhatikan aturan penulisan yakni ditulis menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Hal ini sesuai penelitian Suryadi (2007) bahwa bahasa merupakan faktor yang penting dalam pengembangan media atau bahan ajar.

63 Skor 49 LKS yang dikembangkan terdiri dari dua sub topik yaitu pemantulan dan pembiasan. Proses pembelajaran dilaksanakan secara berurutan dari sub topik pemantulan kemudian pembiasan. Hal ini sesuai dengan Depdiknas (2008: 15) bahwa urutan penyajian bahan ajar sangat penting untuk menghindarkan siswa kesulitan dalam mempelajarinya Aspek Kegrafikan Aspek kegrafikan terdiri dari ukuran/format LKS dan desain bagian isi. Hasil analisis kedua unsur tersebut disajikan pada Gambar % 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 92% 92% Ukuran/Format LKS Desain Bagian Isi Gambar 4.4 Hasil Analisis Unsur Kelayakan Kegrafikan Aspek kegrafikan memperoleh kriteria sangat layak karena LKS menggunakan ukuran yang sesuai yaitu A4 (210 x 297) mm. Pemilihan kertas ukuran tersebut bertujuan agar LKS mudah digunakan oleh siswa. Hal ini sesuai dengan Prastowo (2012: 217) yang menyatakan bahwa LKS sebaiknya menggunakan ukuran kertas yang dapat mengakomodasi kebutuhan pembelajaran yang telah ditetapkan. Jenis dan ukuran huruf juga sudah sesuai yaitu Comic Sans

64 50 MS 12 pt dan Cambria (Headings) 12 pt sehingga mudah dibaca oleh siswa. Menurut Arsyad (2009: 89), ukuran huruf yang baik untuk teks (buku teks atau buku penuntun) adalah 12 pt. 4.3 Keterbacaan LKS Tingkat keterbacaan LKS diukur menggunakan tes klos (tes rumpang). Tes klos berupa bacaan yang telah dihilangkan beberapa bagian kata sehingga menjadi rumpang. Pengisian bagian yang rumpang dapat memunculkan aktivitas membaca secara alamiah dan normal yang disebut keterbacaan. Hasil analisis data diperoleh skor keterbacaan sebesar 81,67 %. Berdasarkan kriteria, maka LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik termasuk dalam kategori mudah dipahami oleh siswa. Skor keterbacaan (readability) cukup tinggi karena penyajian materi LKS menggunakan bahasa yang sesuai kemampuan siswa SMA, mudah dipahami, dan memiliki struktur kalimat yang jelas. Selain itu, penulisan materi LKS juga menggunakan jenis dan ukuran huruf yang disesuaikan aturan tipografi. Hal ini sesuai penelitian Suryadi (2007) yang menyatakan bahwa tingkat keterbacaan dipengaruhi oleh faktor bahasa dan rupa. Faktor bahasa menyangkut pilihan kata, susunan kalimat, dan unsur tata bahasa yang lain. Faktor rupa menyangkut tata huruf (tipografi) yang mencakup jenis dan ukuran huruf, kerapatan baris, dan unsur tata rupa lain. 4.4 Hasil Belajar Kognitif Hasil belajar kognitif didapatkan melalui tes tertulis. Tes tertulis dilaksanakan sebelum dan setelah melakukan pembelajaran menggunakan LKS

65 51 fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik. Hasil belajar kognitif dianalisis menggunakan uji gain dan uji-t. Uji gain digunakan untuk mengetahui signifikansi peningkatan hasil belajar. Uji-t digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar sebelum dan setelah pembelajaran menggunakan LKS. Hasil post-test kedua kelas diuji perbedaan dua rata-rata dan menunjukkan bahwa kelas ekperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hasil belajar kognitif siswa disajikan pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.5 sebagai berikut. Tabel 4.2 Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas Rata-rata Rata-rata Kriteria Pre-test Post-test Peningkatan Kontrol 36,38 73,96 Sedang Eksperimen 43,28 82,03 Sedang Pre-Test Post-Test Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Gambar 4.5 Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Siswa Berdasarkan data dapat dilihat bahwa pemahaman konsep siswa meningkat setelah mendapatkan pembelajaran. Pada kelas eksperimen diperoleh faktor gain sebesar 0,68 sedangkan pada kelas kontrol 0,59 sehingga dapat dikatakan bahwa

66 Jumlah Skor 52 peningkatan pemahaman konsep fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya berada dalam kriteria sedang. Berdasarkan analisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan siswa kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran tanpa LKS. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yildirim et al. (2011) yang menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran menggunakan LKS lebih baik daripada tanpa LKS. Selain itu, Suyanti (2012) menegaskan bahwa penggunaan media pembelajaran LKS mempengaruhi naiknya prestasi belajar siswa. Rata-rata nilai pre-test dan post-test siswa kelas eksperimen adalah 43,28 dan 82,03. Perbandingan hasil belajar kognitif siswa sebelum dan setelah menggunakan LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik disajikan pada Gambar , ,28 Pre-Test Post_test 0 Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Gambar 4.6 Grafik Hasil Belajar Kognitif Berdasarkan hasil uji-t diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar kognitif siswa. Nilai post-test menunjukkan hasil belajar kognitif siswa lebih besar daripada nilai pre-test. Selain itu, berdasarkan uji gain,

67 53 dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil belajar kognitif walaupun berada pada kriteria sedang. Peningkatan hasil belajar ini menunjukkan bahwa LKS efektif digunakan sebagai panduan belajar fisika pada siswa kelas X MIA. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Celikler (2010) yang menyatakan bahwa penggunaan LKS pada kelas eksperimen terbukti meningkatkan partisipasi dan hasil belajar yang signifikan dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran tradisonal. Peningkatan hasil belajar karena pembelajaran dilakukan melalui pendekatan saintifik, siswa akan termotivasi untuk menemukan jawaban dari persoalan yang ada pada LKS sehingga akan lebih mudah menguasai materi. LKS berpendekatan saintifik terbukti efektif meningkatkan hasil belajar sekaligus membantu siswa memperoleh keterampilan proses ilmiah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Yildirim et al. (2011) yang menyatakan bahwa LKS lebih efektif meningkatkan hasil belajar sekaligus membantu siswa memperoleh keterampilan proses ilmiah seperti melakukan percobaan, mencatat serta menganalisa data, dan sebagainya. Selain itu, hasil belajar siswa meningkat karena pengintegrasian karakter pada LKS yang dikembangkan, hal ini sesuai pendapat Benninga et al. (2003) yang menyatakan bahwa pengintegrasian pendidikan karakter memberi pengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar. 4.5 Perkembangan Nilai Karakter Hasil Analisis Karakter Karakter yang dikembangkan pada penelitian ini adalah jujur, disiplin, rasa ingin tahu, dan komunikatif. Data perkembangan karakter didapatkan melalui

68 54 dua cara yaitu angket dan observasi. Observasi karakter dilakukan karena angket tidak selalu mendapatkan hasil yang maksimal. Menurut Azwar (2013: 96), meskipun pernyataan sikap yang diperoleh dari suatu skala sikap merupakan indikator yang paling dapat diandalkan, namun tidaklah berarti bahwa skala sikap selalu dapat dipercaya sepenuhnya dan dapat dengan jitu mencerminkan sikap yang sesungguhnya. Observasi karakter siswa dilakukan oleh ketua dari masingmasing kelompok yang menilai perkembangan karakter dari anggota kelompoknya. Perkembangan karakter dari ketua kelompok dinilai oleh observer. Penilaian karakter oleh sesama siswa lebih efektif dilakukan karena ketua dari masing-masing kelompok lebih memahami teman sekelasnya dan pelaksanaan pembelajaran tidak terlalu banyak dihadiri oleh observer. Besarnya perkembangan karakter siswa dianalisis menggunakan uji gain. Secara umum, hasil analisis karakter siswa disajikan pada Tabel 4.3, Gambar 4.7, dan Tabel 4.4 sebagai berikut. Tabel 4.3 Rata-rata Perkembangan Karakter Siswa Melalui Angket Karakter yang dikembangkan Sebelum pembelajaran (%) Kriteria Jujur 76,43 Mulai berkembang Disiplin 76,95 Mulai berkembang Rasa ingin tahu 73,14 Mulai berkembang Komunikatif 80,39 Mulai berkembang Setelah pembelajaran (%) Kriteria Gain 78,52 Mulai Rendah berkembang 80,47 Mulai Rendah berkembang 75,79 Mulai Rendah berkembang 81,95 Membudaya Rendah

69 Skor Sebelum Pembelajaran Setelah Pembelajaran 68 Gambar 4.7 Perbandingan Karakter Siswa Sebelum dan Setelah Pembelajaran Tabel 4.4 Perkembangan Karakter Siswa Melalui Observasi Karakter yang dikembangkan Persentase Kriteria Jujur 81,25% Membudaya Disiplin 89,58% Membudaya Rasa ingin tahu 80,21% Mulai berkembang Komunikatif 79,17% Mulai berkembang Pembahasan Pengembangan Nilai Karakter Siswa Berdasarkan hasil analisis perkembangan karakter secara keseluruhan, terlihat bahwa nilai karakter meningkat dari sebelum pembelajaran dan setelah pembelajaran. Ada empat aspek karakter yang dikembangkan pada penelitian ini, yaitu jujur, disiplin, rasa ingin tahu, dan komunikatif Jujur Perkembangan karakter jujur diukur berdasarkan 3 indikator, yaitu (1) tidak melihat jawaban LKS kelompok lain, (2) mencatat data pengamatan sesuai hasil percobaan, dan (3) mengemukakan pendapat sesuai keyakinan diri. Hasil

70 56 analisis data angket karakter menunjukkan bahwa terdapat peningkatan karakter jujur sebelum dan setelah pembelajaran menggunakan LKS fisika terintegrasi karakter berpendekatan saintifik meskipun masih tetap berada dalam kriteria mulai berkembang. Sedangkan hasil observasi menunjukkan bahwa karakter jujur berada dalam kriteria membudaya, sehingga dapat disimpulkan bahwa LKS dapat mengembangkan karakter jujur siswa. Hasil penelitian Amelia et al. (2013) menunjukkan penggunaan LKS mata pelajaran fisika terintegrasi karakter efektif digunakan dalam pembelajaran untuk mengembangkan nilai karakter jujur siswa Disiplin Perkembangan karakter disiplin diukur berdasarkan 3 indikator, yaitu (1) datang tepat waktu ketika pembelajaran dilaksanakan, (2) mentaati prosedur atau petunjuk pembelajaran yang ada di LKS, dan (3) mengambil ataupun mengembalikan alat-alat yang digunakan saat percobaan secara tertib. Hasil analisis data angket karakter menunjukkan bahwa terdapat peningkatan karakter disiplin sebelum dan setelah pembelajaran menggunakan LKS fisika terintegrasi karakter berpendekatan saintifik. Sebelum pembelajaran, karakter disiplin termasuk dalam kriteria mulai berkembang. Setelah pembelajaran, karakter disiplin masih dalam kriteria mulai berkembang, tetapi memiliki persentase yang lebih besar. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa LKS terintegrasi karakter dapat mengembangkan karakter disiplin siswa. Hasil penelitian Amelia et al. (2013) menunjukkan penggunaan LKS mata pelajaran fisika terintegrasi karakter efektif digunakan dalam pembelajaran untuk mengembangkan nilai karakter disiplin siswa. Selain itu, Khoirunnisa (2013) menyatakan bahwa adanya

71 57 perubahan karakter disiplin siswa setelah menggunakan model LKS berbasis inkuiri untuk mengembangkan karakter yaitu dalam kategori membudaya. Ini berarti bahwa sejak awal siswa sudah memperlihatkan kedatangan tepat waktu saat pembelajaran dilaksanakan, mentaati prosedur atau petunjuk pembelajaran yang ada di LKS, dan mengambil ataupun mengembalikan peralatan yang digunakan saat percobaan secara tertib, sehingga pada akhir pembelajaran siswa sudah mulai sadar dan terbiasa dengan pembelajaran yang diterapkan. Hal ini sesuai dengan Bear & Duquette (2008) bahwa kedisiplinan merupakan tanggung jawab moral yang tercipta dari kesadaran dan kemauannya sendiri bukan sematamata karena takut hukuman atau untuk mendapatkan penghargaan eksternal Rasa ingin tahu Perkembangan karakter rasa ingin tahu diukur berdasarkan 3 indikator, yaitu (1) bertanya kepada guru ataupun teman lain mengenai materi yang sedang dipelajari, (2) mengamati fenomena yang ada untuk mengetahui konsep, dan (3) membaca dan mencari informasi dari buku, internet ataupun sumber belajar lainnya. Hasil analisis data angket karakter menunjukkan bahwa terdapat peningkatan karakter rasa ingin tahu sebelum dan setelah pembelajaran menggunakan LKS fisika terintegrasi karakter berpendekatan saintifik meskipun masih tetap berada dalam kriteria mulai berkembang. Artinya, sejak awal siswa sudah memperlihatkan rasa ingin tahunya yaitu bertanya kepada guru ataupun teman lain mengenai materi yang sedang dipelajari, mengamati fenomena yang ada, dan mencari informasi dari buku maupun internet. Hasil observasi juga menunjukkan bahwa karakter rasa ingin tahu siswa berada dalam kriteria mulai

72 58 berkembang. Hasil analisis angket dan observasi tersebut menunjukkan bahwa LKS terintegrasi karakter dapat mengembangkan nilai karakter rasa ingin tahu siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Amelia et al. (2013) yang menunjukkan penggunaan LKS mata pelajaran fisika terintegrasi karakter efektif digunakan dalam pembelajaran untuk mengembangkan nilai karakter rasa ingin tahu siswa. Selain itu, Khoirunnisa (2013) menyatakan bahwa adanya perubahan karakter rasa ingin tahu siswa setelah menggunakan model LKS berbasis inkuiri untuk mengembangkan karakter yaitu dalam kategori membudaya Komunikatif Perkembangan karakter komunikatif diukur berdasarkan 3 indikator, yaitu (1) memberi dan mendengarkan pendapat dalam diskusi kelompok, (2) memberi dan mendengarkan pendapat dalam diskusi kelas, dan (3) mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Hasil analisis data angket karakter menunjukkan bahwa terdapat peningkatan karakter komunikatif sebelum dan setelah pembelajaran menggunakan LKS fisika terintegrasi karakter berpendekatan saintifik. Sebelum pembelajaran, karakter komunikatif termasuk dalam kriteria mulai berkembang. Setelah pembelajaran, karakter komunikatif sudah membudaya. Analisis tersebut menunjukkan bahwa LKS dapat mengembangkan karakter komunikatif siswa. Hasil penelitian Amelia et al. (2013) menunjukkan bahwa penggunaan LKS mata pelajaran fisika terintegrasi karakter efektif digunakan dalam pembelajaran untuk mengembangkan nilai karakter komunikatif siswa. Ini berarti bahwa sejak awal siswa sudah terbiasa memberi dan mendengarkan pendapat dalam diskusi kelompok dan kelas serta

73 59 mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sewell & College (2003) bahwa penanaman karakter dapat diintegrasikan pada pembelajaran hingga menjadi kultur dan budaya di lingkungan sekolah. LKS berpendekatan saintifik terintegrasi karakter merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan karakter siswa. Berdasarkan analisis data, terdapat peningkatan skor rata-rata karakter siswa setelah menggunakan LKS berpendekatan saintifik terintegrasi karakter. Hal ini berarti bahwa produk LKS terbukti efektif mengembangkan karakter siswa. Menurut Kemendiknas (2010: 24), perilaku yang dikembangkan dalam indikator budaya dan karakter bersifat progresif. Artinya, perilaku tersebut tidak langsung berubah sesuai yang diharapkan namun berkembang seiring berjalannya waktu dan semakin kompleks antara satu jenjang kelas ke jenjang kelas di atasnya. Oleh karena itu, perlu adanya intergrasi pendidikan karakter secara berkelanjutan untuk materi selanjutnya dan mata pelajaran lainnya. Pendidikan karakter yang diterapkan secara terus-menerus dan berkelanjutan pada proses pembelajaran akan berdampak positif pada prestasi belajar siswa. Sebagaimana penelitian Benninga et al. (2003) terhadap 681 Sekolah Dasar di California bahwa sekolah dengan tingkat penerapaan pendidikan karakter yang tinggi cenderung memiliki prestasi akademik lebih baik dibandingkan sekolah lain yang kurang atau tidak menerapkan pendidikan karakter. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya hasil belajar afektif berupa karakter dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.

74 BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Model LKS yang dihasilkan terdiri dari 26 halaman yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan akhir. Bagian pendahuluan berisi halaman depan, kata pengantar, daftar isi, petunjuk penggunaan LKS, kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, karakter yang dikembangkan beserta indikatornya. Sedangkan bagian isi berisi sub topik berupa pertanyaan-pertanyaan konsep yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang disertai gambar untuk memudahkan siswa memvisualisasikan materi serta kegiatan eksperimen yang dituntun menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk mendorong siswa menemukan konsep dan berpikir kritis yang dapat mengembangkan karakter. Bagian akhir berisi rangkuman, evaluasi, daftar pustaka, dan lembar observasi karakter. Jenis huruf yang digunakan adalah Cambria (Headings) dengan ukuran 12, 24, 26, dan 48 untuk bagian-bagian pokok seperti judul, nama kelompok dan anggota, kata pengantar, daftar isi, tujuan pembelajaran, karakter yang dikembangkan, serta indikator karakter. Jenis huruf Times New Rowman ukuran 8 dan 12 digunakan pada kompetensi dasar dan rangkuman. Sedangkan Comic Sans MS ukuran 12 dan 20 untuk bagian 60

75 61 sub-pokok seperti penulisan pertanyaan konsep dan perintah kerja. Unsur saintifik di dalam LKS dimunculkan melalui penyusunan alur penemuan konsep berupa pertanyaan-pertanyaan yang memancing kemampuan berpikir sehingga siswa dapat mengikuti alur saintifik pada LKS. Siswa diajak untuk mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, dan menyimpulkan. Model LKS berpendekatan saintifik mengintegrasikan pendidikan karakter jujur, disiplin, rasa ingin tahu, dan komunikatif yang dimunculkan melalui petunjuk kerja dan kegiatan eksperimen. 2. LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik termasuk dalam kriteria sangat layak digunakan sebagai panduan belajar siswa kelas X MIA SMA. 3. Tingkat keterbacaan LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik termasuk dalam kategori mudah dipahami oleh siswa. 4. Penerapan model LKS fisika terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan penguasaan materi pada pokok bahasan pemantulan dan pembiasan cahaya. Peningkatan hasil belajar berada pada kategori sedang. 5. Penggunaan LKS fisika terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik dapat mengembangkan karakter siswa yaitu berada pada kategori mulai berkembang.

76 Saran Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Pembelajaran menggunakan model LKS terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik merupakan hal yang baru bagi siswa sehingga guru sebaiknya memberikan sosialisasi dan penjelasan terlebih dahulu agar siswa lebih siap menggunakan media tersebut. 2. Pada penelitian ini, karakter siswa belum memperoleh kategori membudaya untuk semua indikator, sehingga disarankan pembelajaran menggunakan model LKS terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik perlu diterapkan dalam jangka waktu panjang.

77 DAFTAR PUSTAKA Amelia, O. T., Yurnetti, & Asrizal Pembuatan LKS Fisika Berbasis ICT dengan Mengintegrasikan Nilai Pendidikan Karakter Kelas X Semester 2. Pillar of Physics Education, Vol. 2, Arafah, S. F., B. Priyono, & S. Ridlo Pengembangan LKS Berbasis Berpikir Kritis pada Materi Animalia. Unnes Journal of Biology Education, 1(1): Arikunto, S Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arsyad, A Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Asyhari, D., Syakbaniah, & A. Hasra Pengaruh LKS dalam Pembelajaran Problem Based Instruction terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI SMA N 2 Pariaman. Pillar of Physics Education, Vol. 2: Azwar, S Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya (18 th Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ed.). Bear, G. G. & J.F. Duquette Fostering Self-Discipline, a Primary Goal of Education, Helps Students Exhibit Good Behavior In and Out of School. Online. Tersedia di [diakses ]. Benninga, J. S., M. W. Berkowitz, P. Kuehn, & K. Smith The Relationship of Character Education Implementation and Academic Achievement in Elementary Schools. Journal of Research in Character Education, 1(1): Celikler, D The Effect of Worksheets Developed for the Subject of Chemical Compounds on Student Achievement and Permanent Learning. The International Journal of Research in Teacher Education, 1(1): Tersedia di [diakses ]. Departemen Pendidikan Nasional Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. 63

78 64 Enggayanti, D. L Pengembangan LKS Berbasis Inkuiri Terintegrasi Pendidikan Karakter pada Materi Kalor untuk Siswa Kelas VII SMP RSBI. Skripsi. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang. Fauziah, R., A. G. Abdullah, & D. L. Hakim Pembelajaran Saintifik Elektronika Dasar Berorientasi Pembelajaran Berbasis Masalah. INVOTEC, 9(2): Tersedia di jurnal.upi.edu [diakses ]. Fitriyati, E. S. Kurniawan, & N. Ngazizah Pengembangan LKS Fisika SMA Kelas X Semester II dengan Website Online Berbasis Contextual Teaching Learning. Jurnal Radiasi, 3(1): Giancoli, D. C Fisika Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Isnaini, M., P. Marwoto, & A. Yulianto Pengembangan LKS Fisika Model Inferensi Logika Berpikir Hypothetical-Deductive Siswa SMP. Journal of Innovative Science Education, 1(2): Tersedia di [diakses ]. Johnstone, A. H. & A. Al-Shuaili Learning in the Laboratory; Some Thoughts from the Literature. The Royal Society of Chemistry, Vol. 5: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Diklat Guru Dalam Rangka Implementasi Kurikulum Jakarta: Kemendikbud. Kementerian Pendidikan Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Balitbang. Kementerian Pendidikan Nasional Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (Berdasarkan Pengalaman di Satuan Pendidikan Rintisan). Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Khoirunnisa, L Model LKS Berbasis Inkuiri untuk Mengembangkan Karakter Siswa Kelas VIII SMP RSBI. Skripsi. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang. Khusniati, M Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran IPA. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 1(2): Tersedia di [diakses ].

79 65 Musyarofah, N. Hindarto, & Mosik Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran IPA guna Menumbuhkan Kebiasaan Bersikap Ilmiah. Unnes Physics Education Journal, 2(2): NSTA Position Statement on Scientific Inquiry. Online. Tersedia di [diakses ]. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Tersedia di [diakses ]. Permendikbud No. 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi. Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kompetensi Dasar dan Struktur Kurikulum SMA-MA. Prastowo, A Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: Diva Press. Rama, K. T Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Agung. Samani, M. & Hariyanto Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sewell, D. T. & A. B. College Teachers Attitudes Toward Character Education and Inclusion in Family and Consumer Sciences Education Curriculum. Journal of Family and Consumer Sciences Education. 21(1): Sudijono, A Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sudjana Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyono Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sujarwanta, A Mengkondisikan Pembelajaran IPA dengan Pendekatan Saintifik. Jurnal Nuansa Kependidikan, 16(1):

80 66 Sunyono Development of Student Worksheet Base on Environment to Sains Material of Yunior High School in Class VII on Semester I. Proceeding of The 2 nd International Seminar of Science Education. Bandung: UPI. Suryadi, A Tingkat Keterbacaan Wacana Sains dengan Teknik Klos. Jurnal Sosioteknologi, 10(6): Suyanti Pengaruh Frekuensi Penggunaan Media Pembelajaran LKS terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Pelajaran IPS. Jurnal Ilmiah Pendidikan Geografi, Hlm Taslidere, E The Effect of Concept Cartoon Worksheets on Students Conceptual Understandings of Geometrical Optics. Education and Science, 38(167): Tipler, P. A Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid I (terjemahan). Jakarta: Erlangga. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tersedia di [diakses ]. Widodo, T Modifikasi Tes Rumpang untuk Bahan Ajar MIPA. Semarang: Lembar Penelitian UNNES. Wieman, C Why Not Try a Scientific Approach to Science Education?. Change, September/Oktober. Hlm Wiyanto Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi Laboratorium. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press. Yildirim, N., S. Kurt, & A. Ayas The Effect of the Worksheets on Students Achievement in Chemical Equilibrium. Journal of Turkish Science Education, 8(3): Tersedia di [diakses ]. Zion, M. & I. Sadeh Curiosity and Open Inquiry Learning. Journal of Biological Education, 41(4): Tersedia di [diakses ].

81 Lampiran 1 67

82 68

83 69

84 70

85 71

86 72

87 73 Lampiran 2 RUBRIK INSTRUMEN VALIDASI LEMBAR KERJA SISWA (LKS) FISIKA MATERI PEMANTULAN DAN PEMBIASAN CAHAYA TERINTEGRASI KARAKTER DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK A. Deskripsi Aspek yang Dinilai NO. ASPEK YANG DINILAI DESKRIPSI KELAYAKAN ISI A. Kesesuaian Materi Materi yang disajikan menjabarkan 1. Keluasan materi minimal (fakta, konsep, prinsip, dan teori) yang mencerminkan jabaran KD dan tujuan pembelajaran. Materi sesuai ranah kognitif yang memberikan tuntutan kerja ilmiah atau 2. Kedalaman materi percobaan. Tingkat kesulitan dan kerumitan materi disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik. Prosedur percobaan yang disajikan 3. Kejelasan prosedur runtut dan jelas sehingga tidak percobaan menimbulkan terjadinya kesalahan dalam percobaan. B. Keakuratan Materi Materi yang disajikan sesuai dengan 4. Keakuratan fakta dan konsep kebenaran fakta, konsep, dan prinsip sehingga tidak menimbulkan salah tafsir. C. Materi Pendukung Pelajaran 5. Kesesuaian dengan Materi yang disajikan sesuai dengan

88 74 perkembangan ilmu perkembangan iptek. Materi yang disajikan berasal dari 6. Kontekstual lingkungan di sekitar dan akrab dengan kehidupan sehari-hari. 7. Keterkaitan dengan komponen utama pendekatan saintifik LKS mengarahkan peserta didik untuk - Mengamati mengamati fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi pembelajaran. LKS mengarahkan peserta didik untuk menanyakan penyebab terjadinya - Menanya fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi pembelajaran. - Mencoba LKS mengarahkan peserta didik untuk melakukan percobaan sederhana yang sesuai dengan materi pembelajaran. - Menyajikan LKS mengarahkan peserta didik untuk menyajikan hal-hal yang didapatkan dari percobaan. - Menyimpulkan LKS mengarahkan peserta didik untuk menyimpulkan hasil percobaan atau pembelajaran. 8. Pengintegrasian karakter Kegiatan dalam LKS dapat - Rasa ingin tahu mengarahkan peserta didik untuk memiliki rasa ingin tahu. Kegiatan dalam LKS dapat - Disiplin mengarahkan peserta didik untuk disiplin.

89 75 - Jujur - Komunikatif KELAYAKAN PENYAJIAN D. Teknik Penyajian 9. Keruntutan konsep 10. Kekonsistenan sistematika E. Penyajian Pembelajaran 11. Berpusat pada penggunaan LKS 12. Mengembangkan keterampilan proses 13. Mengarahkan pada penemuan konsep 14. Memperhatikan keselamatan kerja Kegiatan dalam LKS dapat mengarahkan peserta didik untuk jujur. Kegiatan dalam LKS dapat mengarahkan peserta didik untuk komunikatif. Konsep dasar atau sederhana disajikan lebih dulu sebelum konsep yang rumit. Penyajian materi dalam setiap bab sesuai dengan sistematika penulisan tertentu. Penyajian materi bersifat interaktif dan partisipatif sehingga memotivasi peserta didik untuk belajar mandiri, misalnya dengan menggunakan pertanyaan, gambar yang menarik, atau kalimat ajakan dalam melakukan percobaan. Penyajian pembahasan lebih menekankan pada keterampilan proses. Penyajian materi dan kegiatan dalam LKS mengarahkan pada penemuan sendiri suatu konsep. Kegiatan yang disajikan aman dilakukan oleh pengguna. Bahan, peralatan, tempat, dan bentuk kegiatan

90 76 F. Kelengkapan Penyajian 15. Judul 16. Tujuan pembelajaran 17. Ringkasan 18. Langkah kerja 19. Ilustrasi / gambar 20. Pertanyaan / evaluasi KELAYAKAN KEBAHASAAN G. Keterbacaan 21. Kejelasan informasi 22. Konsistensi penggunaan istilah yang dilakukan tidak membahayakan peserta didik. Apabila ada resiko bahaya harus disertai dengan petunjuk yang jelas. Judul LKS sesuai dengan materi yang disajikan. Tujuan pembelajaran yang tertera dalam LKS mampu mencerminkan hasil pembelajaran. LKS dilengkapi dengan konsepkonsep kunci yang diberikan dalam ringkasan materi. Langkah kerja yang disajikan megarahkan peserta didik untuk berpikir kreatif. Ilustrasi yang disajikan relevan dengan pesan yang disampaikan. Pertanyaan atau evaluasi meliputi soal yang memungkinkan peserta didik untuk mengevaluasi kemampuannya. Bahasa yang digunakan dalam LKS untuk memberikan petunjuk atau informasi mudah dipahami dan tidak menimbulkan kebingungan. Istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu konsep selalu sama atau konsisten.

91 77 H. Kesesuaian dengan Kaidah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar Struktur kalimat dalam LKS 23. Ketepatan struktur menggunakan struktur SPO atau kalimat SPOK. KELAYAKAN KEGRAFIKAN I. Ukuran/Format LKS LKS menggunakan ukuran A4 (210 x 24. Kesesuaian ukuran LKS 297) mm, A5 (148 x 210) mm, atau B5 (176 x 250) mm. J. Desain Bagian Isi Jenis dan ukuran huruf yang dipilih 25. Kesesuaian jenis dan mudah dibaca oleh peserta didik atau ukuran huruf pengguna, misalnya menggunakan ukuran huruf 12. B. Pedoman Pemberian Skor Skor Kriteria LKS Fisika Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya 5 Terintegrasi Karakter dengan Pendekatan Saintifik sangat sesuai dengan deskripsi aspek yang dinilai LKS Fisika Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya 4 Terintegrasi Karakter dengan Pendekatan Saintifik sesuai dengan deskripsi aspek yang dinilai LKS Fisika Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya 2 Terintegrasi Karakter dengan Pendekatan Saintifik kurang sesuai dengan deskripsi aspek yang dinilai LKS Fisika Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya 1 Terintegrasi Karakter dengan Pendekatan Saintifik tidak sesuai dengan deskripsi aspek yang dinilai

92 78 Lampiran 3 DAFTAR REVIEWER KELAYAKAN LKS (GURU FISIKA SMA) No Nama Reviewer NIP Asal Instansi 1 Dwi Ratih Yuliawati, S.Pd. SMA N 1 Rembang 2 Sukarno, M.PFis SMA N 1 Rembang 3 Sukarlan, S.Pd. SMA N 1 Rembang 4 Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd. SMA N 1 Rembang 5 Kristina Suprapti, S.Pd. SMA N 1 Rembang

93 79 Lampiran 4 DAFTAR RESPONDEN UJI COBA SKALA KECIL No Nama Kode Siswa 1 Istiyani UCK-1 2 Siti Fatimah UCK-2 3 Sesanti Hayu Ningtyas UCK-3 4 Rizky Anugrah Putri UCK-4 5 Nur Reyhana Zulfa UCK-5 6 Martiana Adelyanti UCK-6 7 Ibrahim Tamtama Adi UCK-7 8 Hana Riyandika Rohimatuzahroh UCK-8 9 Galuh Yuan Irawan UCK-9 10 Bayu Bimantoro Oktavian UCK-10

94 80 Lampiran 5 DAFTAR RESPONDEN UJI COBA SKALA BESAR No Nama Kode Siswa 1 Addien Wicaksono UCB-1 2 Alifia Firda Aziza UCB-2 3 Ariesandi Alam Cahya UCB -3 4 Ayu Dwi Priyanti UCB -4 5 Azza Aulia Ulfa UCB -5 6 Bagus Yuli Prakosa Ciptasiwi UCB -6 7 Bayu Bimantoro Oktavian UCB -7 8 Dianita Rahma Nugraheni UCB -8 9 Diyanti Virda Kumalasari UCB Esza Qoirul Nazula UCB Fakhry Elhamidi UCB Febyansyah Abdul Aziz UCB Galuh Yuan Irawan UCB Gemala Wahyu Isani UCB Hana Riyandika Rohimatuzahroh UCB Haniatul Mutamakkinah UCB Ibrahim Tamtama Adi UCB Intan Tawaddada Ilaiha UCB Istiyani UCB Martiana Adelyanti UCB Miqdad Ibadurrahman UCB Muhamad Iqbal Saputra UCB Muhammad Fuad Fahrudin UCB Nur Royhana Zulfa UCB Pramesti Kusuma Pratiwi UCB Rizky Anugrah Putri UCB Satriya Adika Arif Atmaja UCB Sesanti Hayu Ningtyas UCB Siti Fatimah UCB Vivi Aulia Dian Nova UCB Widyo Wati UCB Yulianti Triwulandari UCB -32

95 81 Lampiran 6 KISI-KISI SOAL UJI COBA Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : X MIA / 2 Materi Pokok : Pemantulan dan Pembiasan Cahaya No Indikator 1 Siswa dapat menjelaskan hukum pemantulan 2 Siswa dapat menyebutkan sifat pembentukan bayangan pada cermin datar 3 Siswa dapat menyebutkan sifat pembentukan bayangan pada cermin cekung 4 Siswa dapat menyebutkan sifat pembentukan bayangan pada cermin cembung 5 Siswa dapat menentukan perbesaran, jarak fokus, jarak benda, serta jarak bayangan pada cermin cekung 6 Siswa dapat menentukan perbesaran, jarak fokus, jarak benda, jarak bayangan pada cermin cembung 7 Siswa dapat menyebutkan titik api pada lensa Nomor Soal C1 C2 C3 C4 C5 C ,6 3,5 8, ,21 14,13, ,11, 16,18 15

96 82 8 Siswa dapat menghitung besarnya indeks bias 33,35, Siswa dapat menganalisis kecepatan dan panjang gelombang 32 pada pembiasan 10 Siswa dapat menyebutkan aplikasi 12,19, pemantulan dan pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari Siswa dapat membedakan antara pemantulan teratur dan pemantulan 27 baur 12 Siswa dapat menjelaskan prinsip 28,39, 29,40 pembiasan cahaya 30,34 Jumlah Persentase 25% 30% 35% 5% 2,5% 2,5% Keterangan: C1 : pengetahuan C2 : pemahaman C3 : penerapan C4 : analisis C5 : evaluasi C6 : mencipta

97 83 Lampiran 7 SOAL UJI COBA Mata Pelajaran : Fisika Pokok Bahasan : Pemantulan dan Pembiasan Cahaya Kelas/Semester : X/2 Petunjuk Pengerjaan Soal: 1. Berdo alah sebelum mengerjakan. 2. Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d pada lembar jawaban. 3. Apabila ada jawaban yang salah dan ingin memperbaiki, coretlah dengan 2 garis lurus mendatar pada jawaban yang salah dan silang (X) jawaban yang benar. Contoh: a X b c d e menjadi a = X b c d X e 4. Selamat mengerjakan! 1. Jika besar sudut datang yang menuju permukaan benda disimbolkan dengan x dan besar sudut pantul disimbolkan dengan y, hubungan yang tepat dari keduanya adalah. a. x = y b. x y c. x > y d. x < y e. x = y = 0 2. Pernyataan-pernyataan berikut adalah sifat pembentukan bayangan. 1) Bayangan yang dihasilkan bersifat nyata. 2) Bayangan yang dihasilkan bersifat maya. 3) Ukuran bayangan sama dengan ukuran benda. 4) Tinggi benda sama dengan tinggi bayangan. 5) Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin. Yang merupakan sifat pembentukan bayangan pada cermin datar adalah nomor... a. 1), 2), 3), dan 4) b. 2), 3), 4), dan 5) c. 1), 3), dan 4) d. 2), 3), dan 5) e. semua benar

98 3. Suatu benda diletakkan di depan dua cermin datar dengan membentuk sudut tertentu sehingga pada cermin terlihat ada 17 bayangan. Sudut yang dibentuk oleh kedua cermin tersebut adalah. a. 20 b. 30 c. 40 d. 45 e Sebuah cermin cekung mempunyai titik fokus 15 cm. Titik pusat kelengkungan cermin adalah. a. 7,5 cm b. 10 cm c. 15 cm d. 30 cm e. 60 cm 5. Ira sedang duduk pada sebuah bangku sejauh 3 m dari sebuah dinding di mana pada dinding itu bergantung sebuah cermin datar. Tepat 3 m dibelakangnya berdiri seorang pria dengan tinggi 162 cm. Ketinggian minimum cermin yang memungkinkan Ira melihat seluruh tinggi badan pria tersebut adalah. a. 27 cm b. 54 cm c. 81 cm d. 162 cm e. 168 cm 6. Di bawah ini adalah sifat bayangan cermin datar, kecuali. a. jarak benda = jarak bayangan b. simetris c. maya d. nyata e. sama besar 7. Sifat pemantulan divergen dihasilkan oleh. a. cermin cembung b. cermin cekung c. lensa cembung d. lensa cekung e. kaca transparan 8. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut! 1) Sinar datang sejajar sumbu utama cermin akan dipantulkan melalui titik R. 84

99 85 2) Sinar datang melalui titik R akan dipantulkan sejajar sumbu utama. 3) Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan cermin akan dipantulkan melalui titik F. 4) Sinar datang melalui titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama. 5) Sinar datang menuju cermin akan dipantulkan secara baur. Yang termasuk sinar istimewa pada cermin konkaf adalah nomor. a. 1) b. 2) c. 3) d. 4) e. 5) 9. Jika seberkas sinar datang menuju titik fokus lensa cekung, berkas sinar tersebut akan. a. dibiaskan menuju titik fokus b. dibiaskan menuju titik pusat optik c. dibiaskan sejajar sumbu utama d. dipantulkan menuju titik fokus e. diteruskan tanpa dibiaskan atau dipantulkan 10. Deskripsi bayangan sebuah benda yang terletak 20 cm dari sebuah cermin sferis cembung yang berjari-jari 60 cm adalah. a. maya, tegak 60 cm di depan cermin, dan diperbesar 3 kali b. maya, tegak 60 cm di belakang cermin, dan diperbesar 3 kali c. maya, tegak 12 cm di belakang cermin, dan diperbesar kali d. maya, tegak 12 cm di depan cermin, dan diperbesar 3 kali e. maya, tegak 60 cm di belakang cermin, dan diperbesar kali 11. Sebuah cermin cembung mempunyai jari-jari 16 cm. Benda setinggi 4 cm berada di depan cermin sejauh 10 cm, sehingga: 1) jarak bayangan benda cm 2) jarak bayangan benda cm 3) perbesaran benda kali 4) tinggi bayangan benda 1,78 cm Pernyataan yang benar adalah nomor. a. 1), 3), dan 4) b. 1), 2), dan 3) c. 1), 2), 3), dan 4) d. 2) dan 4) e. 2) dan 3) 12. Berlian tampak berkilau. Peristiwa ini merupakan gejala...

100 a. pembiasan total b. pemantulan sempurna c. pembiasan sebagian d. pemantulan sebagian e. fatamorgana 13. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut! 1) Jarak bayangan yang terbentuk -60 cm. 2) Jarak bayangan yang terbentuk -30 cm. 3) Bayangan benda berada di belakang cermin. 4) Bayangan benda berada di depan cermin. Sebuah benda diletakkan pada jarak 20 cm dari cermin cekung yang jari-jari kelengkungannya 60 cm. Pernyataan tersebut yang benar adalah nomor. a. 1), 2), dan 4) b. 1) dan 3) c. 2) dan 3) d. 2) dan 4) e. 1) dan 4) 14. Sebuah cermin lengkung memiliki jari-jari 36 cm. Letak benda agar terbentuk bayangan tegak berukuran tiga kali ukuran bendanya adalah. a. 12 cm b. 18 cm c. 54 cm d. 72 cm e. 108 cm 15. Jarak titik api lensa sama dengan. a. dua kali jari-jari kelengkungan lensa b. jari-jari kelengkungan lensa c. setengah jari-jari kelengkungan lensa d. sepertiga jari-jari kelengkungan lensa e. penjumlahan jarak benda dan jarak bayangan 16. Sebuah benda setinggi 4 cm terletak 20 cm di depan cermin cembung yang mempunyai jari-jari kelengkungan 30 cm. Tinggi bayangan yang terbentuk adalah. a. 0.7 cm b. 1,7 cm c. 2,2 cm d. 3,3 cm e. 4,5 cm 17. Sebuah benda terletak di depan cermin cembung, maka bayangan yang terbentuk bersifat. 86

101 a. tegak, diperkecil b. terbalik, diperbesar c. terbalik, diperkecil d. nyata, di muka cermin e. maya, di muka cermin 18. Sebuah lilin setinggi 6 cm berada 4 cm di depan sebuah cermin cembung dengan jarak fokus 60 cm, bayanganya adalah. a. terbalik, panjangnya 3,75 cm b. tegak, panjangnya 10 cm c. tegak, panjangnya 8 cm d. tegak, panjangnya 3,75 cm e. terbalik, panjangnya 10 cm 19. Terjadinya pelangi adalah karena cahaya matahari diuraikan dan dibiaskan oleh. a. lapisan atmosfer b. butir-butir hujan yang ada di udara c. uap air yang ada di lapisan atmosfer d. awan tebal yang ada di lapisan atmosfer e. temperatur udara yang tinggi 20. Bayangan maya yang terbentuk oleh sebuah cermin cekung 3 kali lebih besar dari bendanya. Bila jarak fokus cermin 30 cm, maka jarak benda didepan cermin adalah. a. 5 cm b. 20 cm c. 30 cm d. 40 cm e. 45 cm 21. Sebuah benda berada di depan cermin cekung yang berjarak fokus 15 cm. Agar diperoleh bayangan nyata dengan perbesaran 5 kali maka jarak benda dengan cermin adalah. a. 18 cm b. 25 cm c. 23 cm d. 30 cm e. 40 cm 22. Sebuah benda tegak lurus sumbu utama berada di depan cermin cekung yang berjari-jari 16 cm. Jika diperoleh bayangan maya dengan perbesaran 4 kali, maka jarak benda terhadap cermin adalah. a. 4 cm b. 6 cm 87

102 c. 8 cm d. 10 cm e. 12 cm 23. Kedalaman dasar danau yang berair jernih oleh orang yang berada di atas permukaan, airnya akan tampak... a. tetap b. lebih dalam c. lebih dangkal d. lebih jernih e. lebih banyak 24. Jika bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung dengan jari-jari kelengkungan 20 cm nyata dan diperbesar dua kali maka bendanya terletak di muka cermin sejauh. a. 60 cm b. 30 cm c. 25 cm d. 15 cm e. 10 cm 25. Berikut merupakan kegunaan dari cermin cekung, kecuali. a. cermin rias b. lampu senter c. komponen alat optik d. komponen lampu mobil e. kaca spion 26. Jika sinar datang membentuk sudut 30 terhadap garis normal, besarnya sudut pantul adalah. a. 30 b. 60 c. 150 d. 180 e Pemantulan difus adalah pemantulan yang terjadi jika sinar jatuh mengenai permukaan yang. a. kasar b. licin c. datar d. halus e. bening 28. Batang pensil yang kita celupkan kedalam air, maka pensil akan tampak patah dari permukaan air. Hal ini disebabkan oleh... 88

103 89 a. adanya perbedaan sudut datang dengan sudut pantul b. adanya perbedaan sinar datang dengan sinar pantul c. adanya persamaan sudut datang dengan sudut pantul d. adanya persamaan sudut datang dengan sudut deviasi e. adanya perbedaan sudut pada sinar datang dengan sinar bias pada garis normal 29. Pembiasan cahaya adalah. a. peristiwa atau gejala perubahan arah rambatan cahaya karena mengalami perubahan medium b. seberkas cahaya yang merambat dari medium yang kerapatannya sama c. garis normal sama dengan bidang bias d. perbedaan ukuran indeks bias e. peristiwa atau gejala perubahan arah rambatan cahaya tanpa mengalami perubahan medium 30. Pada gambar di bawah ini menunjukkan seberkas cahaya yang merambat dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat dimana besarnya sudut sinar datang (i) dengan sudut sinar bias (r) adalah... a. sudut i > sudut r b. sudut i = sudut r c. sudut i < sudut r d. sudut i dengan sudut r saling berseberangan e. sudut i dengan sudut r = Perhatikan gambar berikut ini! Andi berada 12 m di atas permukaan air sebuah kolam. Ketinggian Andi yang terlihat oleh Budi yang sedang berendam dalam air adalah... a. 10 m b. 14 m c. 16 m d. 18 m e. 20 m

104 32. Seberkas cahaya dengan laju v 1, panjang gelombang λ 1, frekuensi f 1 merambat dalam medium yang indeks biasnya n 1 lalu dibiaskan ke medium kedua n 2 ternyata sudut biasnya lebih besar daripada sudut datangnya. Dengan menggunakan hukum 1 Snellius tentang pembiasan pada 2 medium yang berbeda, maka dapat disimpulkan bahwa. a. n 2 > n 1 b. f 2 > f 1 dan n 2 > n 1 c. f 2 > f 1, n 2 > n 1 dan v 2 > v 1 d. f 2 > f 1 dan v 2 > v 1 e. v 2 > v 1 dan λ 2 > λ Jika kecepatan cahaya dalam alkohol adalah 2,20 x 10 8 m/s, maka indeks bias alkohol tersebut adalah. a. 1,36 b. 1,41 c. 1,53 d. 1,63 e. 1,8 34. Di bawah ini beberapa contoh terkait dengan pembiasan, kecuali. a. dasar kolam terlihat lebih dangkal ketika dilihat dari atas b. terjadinya pelangi setelah turun hujan c. adanya kacamata minus (negatif) dan kacamata plus (positif) sehingga memudahkan penglihatan bagi penderita rabun dekat dan rabun jauh d. pensil terlihat patah ketika sebagian kita celupkan ke air e. peristiwa fatamorgana 35. Seberkas cahaya datang dari udara ke suatu zat cair dengan sudut datang 45 dan sudut bias 30. Apabila kelajuan cahaya di udara 3x10 8 m/s, besarnya indeks bias zat cair adalah. a. 1,4 b. 2,3 c. 3,4 d. 3,5 e. 4,1 36. Dari soal no. 35, jika sudah diketahui besarnya indeks bias zat cair, maka besarnya kelajuan cahaya dalam zat cair adalah... a. 2,10 x 10 8 m/s b. 2,14 x 10 8 m/s c. 2,34 x 10 8 m/s d. 3,21 x 10 8 m/s e. 3,33 x 10 8 m/s 90

105 Jika indeks bias air 4/3 dan indeks bias kaca 3/2, maka indeks bias relatif kaca terhadap air adalah... a. 3/5 b. 7/5 c. 8/3 d. 6/4 e. 9/8 38. Sudut pembias sebuah prisma adalah 30 (n=1,56) jika sinar datang dengan sudut 30, maka sudut deviasi minimumnya adalah... a. 17,63 b. 20 c. 22,02 d. 27,27 e Di bawah ini yang bukan sinar istimewa pada lensa cekung adalah. a. sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus (F 2 ) b. sinar datang melalui titik fokus (F 1 ) dibiaskan sejajar sumbu utama c. sinar yang melalui titik pusat optik (O) diteruskan tanpa mengalami pembiasan d. sinar datang menuju titik fokus (F 2 ) dipantulkan sejajar sumbu utama e. sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus (F 1 ) 40. Sudut yang terjadi apabila sudut datang dari medium lebih rapat menuju medium kurang rapat yang menghasilkan sudut tegak lurus dinamakan... a. sudut bias b. sudut kritis c. sudut pantul d. sudut datang e. sudut deviasi Selamat Mengerjakan

106 92 Lampiran 8 KUNCI JAWABAN SOAL UJI COBA 1. A 11. A 21. A 31. C 2. B 12. B 22. B 32. A 3. A 13. B 23. C 33. A 4. D 14. A 24. D 34. C 5. C 15. C 25. E 35. A 6. D 16. B 26. A 36. B 7. A 17. A 27. A 37. E 8. D 18. A 28. E 38. E 9. C 19. B 29. A 39. D 10. C 20. B 30. A 40. B

107 Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Validitas 93 Lampiran 9 ANALISIS SOAL UJI COBA No Kode No Soal UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC JUMLAH (X) Mp 25,28 23,48 27,00 23,55 21,75 22,30 23,38 23,00 25,00 26,46 Mt 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 p 0,64 0,82 0,43 0,79 0,57 0,96 0,86 0,71 0,46 0,46 q 0,36 0,18 0,57 0,21 0,43 0,04 0,14 0,29 0,54 0,54 pq 0,23 0,15 0,24 0,17 0,24 0,03 0,12 0,20 0,25 0,25 St 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 r pbis 0,69 0,42 0,71 0,40-0,12-0,06 0,44 0,18 0,43 0,67 t hitung 4,84 2,38 5,09 2,22-0,63-0,28 2,49 0,93 2,45 4,62 t tabel 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 Kriteria Valid Valid Valid Valid Tidak Tidak Valid Tidak Valid Valid BA BB JA JB D 0,57 0,36 0,71 0,29-0,14-0,07 0,14 0,14 0,21 0,64 Kriteria Baik Cukup Baik Sekali Cukup Jelek Jelek Jelek Jelek Cukup Baik B JS P 0,64 0,82 0,43 0,79 0,57 0,96 0,86 0,71 0,46 0,46 Kriteria Sedang Mudah Sedang Mudah Sedang Mudah Mudah Mudah Sedang Sedang Kriteria Soal Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dibuang Dibuang Dibuang Dipakai Dipakai

108 Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Validitas 94 No Kode No Soal UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC JUMLAH (X) Mp 24,05 22,70 22,79 25,87 22,91 24,48 26,40 12,00 23,81 12,00 Mt 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 p 0,71 0,71 0,86 0,54 0,82 0,75 0,54 0,04 0,75 0,04 q 0,29 0,29 0,14 0,46 0,18 0,25 0,46 0,96 0,25 0,96 pq 0,20 0,20 0,12 0,25 0,15 0,19 0,25 0,03 0,19 0,03 St 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 r pbis 0,47 0,10 0,19 0,66 0,21 0,65 0,76-0,35 0,44-0,35 t hitung 2,72 0,49 0,97 4,51 1,09 4,30 6,02-1,91 2,51-1,91 t tabel 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 Kriteria Valid Tidak Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Tidak BA BB JA JB D 0,29 0,00 0,14 0,64 0,21 0,50 0,64-0,07 0,36-0,07 Kriteria Cukup Jelek Jelek Baik Cukup Baik Baik Jelek Cukup Jelek B JS P 0,71 0,71 0,86 0,54 0,82 0,75 0,54 0,04 0,75 0,04 Kriteria Mudah Mudah Mudah Sedang Mudah Mudah Sedang Sukar Mudah Sukar Kriteria Soal Dipakai Dibuang Dibuang Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang

109 Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Validitas 95 No Kode No Soal UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC JUMLAH (X) Mp 23,91 22,00 22,88 27,88 25,47 26,86 23,43 26,23 25,00 22,33 Mt 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 p 0,79 0,11 0,93 0,29 0,61 0,25 0,82 0,46 0,71 0,86 q 0,21 0,89 0,07 0,71 0,39 0,75 0,18 0,54 0,29 0,14 pq 0,17 0,10 0,07 0,20 0,24 0,19 0,15 0,25 0,20 0,12 St 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 r pbis 0,52-0,02 0,33 0,61 0,68 0,46 0,41 0,63 0,73-0,01 t hitung 3,12-0,11 1,81 3,96 4,73 2,62 2,27 4,18 5,52-0,05 t tabel 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 Kriteria Valid Tidak Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak BA BB JA JB D 0,29 0,07 0,14 0,43 0,64 0,36 0,21 0,64 0,57 0,00 Kriteria Cukup Jelek Jelek Baik Baik Cukup Cukup Baik Baik Jelek B JS P 0,79 0,11 0,93 0,29 0,61 0,25 0,82 0,46 0,71 0,86 Kriteria Mudah Sukar Mudah Sukar Sedang Sukar Mudah Sedang Mudah Mudah Kriteria Soal Dipakai Dibuang Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang

110 Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Validitas 96 No Kode No Soal UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC JUMLAH (X) Mp 26,88 23,84 24,11 21,14 28,17 20,00 22,64 22,00 20,33 22,60 Mt 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 p 0,29 0,68 0,64 0,79 0,21 0,11 0,79 0,11 0,11 0,36 q 0,71 0,32 0,36 0,21 0,79 0,89 0,21 0,89 0,89 0,64 pq 0,20 0,22 0,23 0,17 0,17 0,10 0,17 0,10 0,10 0,23 St 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 r pbis 0,50 0,38 0,41-0,41 0,53-0,14 0,09-0,02-0,12 0,03 t hitung 2,96 2,09 2,32-2,30 3,21-0,74 0,48-0,11-0,63 0,16 t tabel 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 Kriteria Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak BA BB JA JB D 0,43 0,36 0,29-0,14 0,29-0,07 0,00-0,07-0,07 0,00 Kriteria Baik Cukup Cukup Jelek Cukup Jelek Jelek Jelek Jelek Jelek B JS P 0,29 0,68 0,64 0,79 0,21 0,11 0,79 0,11 0,11 0,36 Kriteria Sukar Sedang Sedang Mudah Sukar Sukar Mudah Sukar Sukar Sedang Kriteria Soal Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang Dibuang Dibuang Dibuang Dibuang

111 97 No Kode Y Y 2 1 UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC JUMLAH (X) r tabel 0,312 k 40 Vt 33,57 M 22,36 r 11 0,72 Kriteria Soal Reliabilitas Tinggi

112 98 Lampiran 10 Rumus: CONTOH PERHITUNGAN VALIDITAS BUTIR SOAL r pbis M = p - M S t t p q Keterangan: M p M t S t p q Kriteria: : rata-rata skor total siswa yang menjawab benar pada butir soal : rata-rata skor total seluruh siswa : standar deviasi skor total : proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal : proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal Apabila t hitung > t tabel, maka butir soal valid. t hitung n - 2 = r pbis 2 1- r Perhitungan: Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 2, selanjutnya untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh seperti pada tabel analisis butir soal. No Kode Butir soal no 2 (X) Skor Total (Y) Y 2 XY 1 UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC

113 99 14 UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC Jumlah Berdasarkan tabel tersebut diperoleh: M p = = = 23, 48 M t = = = 22,36 p = = = 0,82 q = 1 p = 1 0,82 = 0,18 S t = = 5,69 r pbis = = 0,71

114 100 t hitung = 0,71 = 0,71 x 7, = 2,36 t tabel = 2,06 Pada = 5% dengan dk = n - 2 = 40-2 diperoleh t tabel = 2,02 Karena t hitung > t tabel, maka soal no 2 valid.

115 101 Lampiran 11 Rumus: r 11 Keterangan: r 11 k M Vt = k k -1 Kriteria: CONTOH PERHITUNGAN RELIABILITAS INSTRUMEN k - 1- kvt : reliabilitas tes secara keseluruhan : jumlah butir soal : rata-rata skor total (Y) : varians skor total = kuadrat simpangan baku skor total Apabila r 11 > r tabel, maka instrumen tersebut reliabel. r 11 Keterangan 0,800 1,000 Sangat tinggi 0,600 0,799 Tinggi 0,400 0,599 Cukup 0,200 0,399 Rendah < 0,200 Sangat rendah Berdasarkan tabel pada analisis uji coba diperoleh: k = 40 M = 22,36 Vt = 33,57 r 11 = ( ) = 0,72 Berdasarkan r tabel dengan N=40 sebesar 0,312 dapat dinyatakan r 11 > r tabel, jadi instrumen tersebut reliabel. Nilai koefisien korelasi tersebut pada interval 0,600 0,799 dalam kategori tinggi.

116 102 Lampiran 12 Rumus: CONTOH PERHITUNGAN TARAF KESUKARAN BUTIR SOAL Keterangan: P B JS P = B JS Kriteria: : tingkat kesukaran : jumlah siswa yang menjawab benar : banyaknya peserta tes Interval P Kriteria 0,00 0,30 Sukar 0,31 0,70 Sedang 0,71 1,00 Mudah Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 2, selanjutnya untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama. Kelompok Atas Kelompok Bawah No Kode Skor No Kode Skor 1 UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC-27 0 Jumlah 14 Jumlah 9 P = = 0,82 Berdasarkan kriteria, maka soal no 2 mempunyai tingkat kesukaran yang mudah.

117 103 Lampiran 13 Rumus: Keterangan: DP BA BB JA JB Klasifikasi: CONTOH PERHITUNGAN DAYA PEMBEDA BUTIR SOAL BA - BB DP = JA - JB : Daya Pembeda : Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar : Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar : Banyaknya siswa pada kelompok atas : Banyaknya siswa pada kelompok bawah Interval DP Kriteria 0,00 0,20 Jelek 0,21 0,40 Cukup 0,41 0,70 Baik 0,71 1,00 Baik sekali Negatif Sangat tidak baik, sebaiknya dibuang Perhitungan: Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 2, selanjutnya untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama. Kelompok Atas Kelompok Bawah No Kode Skor No Kode Skor 1 UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC-01 0

118 UC UC-27 0 Jumlah 14 Jumlah 9 D = Berdasarkan kriteria, maka soal no 2 mempunyai daya pembeda cukup.

119 105 Lampiran 14 ANGKET UJI KELAYAKAN LKS FISIKA MATERI PEMANTULAN DAN PEMBIASAN CAHAYA TERINTEGRASI KARAKTER DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK Mata Pelajaran : Fisika Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas/Semester : X/2 Materi Pokok : Pemantulan dan Pembiasan Cahaya A. Petunjuk 1. Mohon agar Bapak/Ibu berkenan memberikan penilaian terhadap Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang telah saya susun. 2. Penilaian Lembar Kegiatan Siswa (LKS) meliputi aspek format, bahasa, isi, penyajian, pendekatan saintifik dan karakter. 3. Jika perlu, Bapak/Ibu dimohon untuk menuliskan saran pada naskah yang perlu direvisi atau menuliskannya pada lembar saran yang telah disediakan. 4. Berilah tanda check ( ) dalam kolom penilaian yang sesuai menurut pendapat Bapak/Ibu. Keterangan: 1 = kurang sesuai/baik 3 = sesuai/baik 5 = sangat sesuai/baik B. Penilaian ditinjau dari berbagai aspek NO. ASPEK YANG DINILAI SKALA PENILAIAN KELAYAKAN ISI A. Kesesuaian Materi 1. Keluasan materi 2. Kedalaman materi 3. Kejelasan prosedur percobaan B. Keakuratan Materi

120 Keakuratan fakta dan konsep C. Materi Pendukung Pelajaran 5. Kesesuaian dengan perkembangan ilmu 6. Kontekstual 7. Keterkaitan dengan komponen utama pendekatan saintifik - Mengamati - Menanya - Mencoba - Menyajikan - Menyimpulkan 8. Pengintegrasian karakter - Rasa ingin tahu - Disiplin - Jujur - Komunikatif KELAYAKAN PENYAJIAN D. Teknik Penyajian 9. Keruntutan konsep 10. Kekonsistenan sistematika E. Penyajian Pembelajaran 11. Berpusat pada penggunaan LKS 12. Mengembangkan keterampilan proses 13. Mengarahkan pada penemuan konsep 14. Memperhatikan keselamatan kerja F. Kelengkapan Penyajian 15. Judul 16. Tujuan pembelajaran 17. Ringkasan 18. Langkah kerja 19. Ilustrasi / gambar 20. Pertanyaan / evaluasi KELAYAKAN KEBAHASAAN

121 107 G. Keterbacaan 21. Kejelasan informasi 22. Konsistensi penggunaan istilah H. Kesesuaian dengan Kaidah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar 23. Ketepatan struktur kalimat KELAYAKAN KEGRAFIKAN I. Ukuran/Format LKS 24. Kesesuaian ukuran LKS J. Desain Bagian Isi 25. Kesesuaian jenis dan ukuran huruf C. Komentar dan saran perbaikan D. Kesimpulan LKS Fisika Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya Terintegrasi Karakter dengan Pendekatan Saintifik ini dinyatakan *): 1. Layak digunakan di lapangan tanpa revisi. 2. Layak digunakan di lapangan dengan revisi. 3. Tidak layak digunakan di lapangan. *) pilih salah satu Rembang, Responden. NIP.

122 108 Lampiran 15 RUBRIK INSTRUMEN UJI KELAYAKAN LKS FISIKA MATERI PEMANTULAN DAN PEMBIASAN CAHAYA TERINTEGRASI KARAKTER DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK C. Deskripsi Aspek yang Dinilai NO ASPEK YANG DINILAI DESKRIPSI KELAYAKAN ISI A. Kesesuaian Materi Materi yang disajikan menjabarkan 26. Keluasan materi minimal (fakta, konsep, prinsip, dan teori) yang mencerminkan jabaran KD dan tujuan pembelajaran. Materi sesuai ranah kognitif yang memberikan tuntutan kerja ilmiah atau 27. Kedalaman materi percobaan. Tingkat kesulitan dan kerumitan materi disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik. Prosedur percobaan yang disajikan 28. Kejelasan prosedur runtut dan jelas sehingga tidak percobaan menimbulkan terjadinya kesalahan dalam percobaan. B. Keakuratan Materi Materi yang disajikan sesuai dengan 29. Keakuratan fakta dan konsep kebenaran fakta, konsep, dan prinsip sehingga tidak menimbulkan salah tafsir. C. Materi Pendukung Pelajaran 30. Kesesuaian dengan perkembangan ilmu Materi yang disajikan sesuai dengan perkembangan iptek.

123 109 Materi yang disajikan berasal dari 31. Kontekstual lingkungan di sekitar dan akrab dengan kehidupan sehari-hari. 32. Keterkaitan dengan komponen utama pendekatan saintifik LKS mengarahkan peserta didik untuk - Mengamati mengamati fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi pembelajaran. LKS mengarahkan peserta didik untuk menanyakan penyebab terjadinya - Menanya fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi pembelajaran. - Mencoba LKS mengarahkan peserta didik untuk melakukan percobaan sederhana yang sesuai dengan materi pembelajaran. - Menyajikan LKS mengarahkan peserta didik untuk menyajikan hal-hal yang didapatkan dari percobaan. - Menyimpulkan LKS mengarahkan peserta didik untuk menyimpulkan hasil percobaan atau pembelajaran. 33. Pengintegrasian karakter Kegiatan dalam LKS dapat - Rasa ingin tahu mengarahkan peserta didik untuk memiliki rasa ingin tahu. Kegiatan dalam LKS dapat - Disiplin mengarahkan peserta didik untuk disiplin. - Jujur Kegiatan dalam LKS dapat

124 110 - Komunikatif KELAYAKAN PENYAJIAN D. Teknik Penyajian 34. Keruntutan konsep 35. Kekonsistenan sistematika E. Penyajian Pembelajaran 36. Berpusat pada penggunaan LKS 37. Mengembangkan keterampilan proses 38. Mengarahkan pada penemuan konsep 39. Memperhatikan keselamatan kerja mengarahkan peserta didik untuk jujur. Kegiatan dalam LKS dapat mengarahkan peserta didik untuk komunikatif. Konsep dasar atau sederhana disajikan lebih dulu sebelum konsep yang rumit. Penyajian materi dalam setiap bab sesuai dengan sistematika penulisan tertentu. Penyajian materi bersifat interaktif dan partisipatif sehingga memotivasi peserta didik untuk belajar mandiri, misalnya dengan menggunakan pertanyaan, gambar yang menarik, atau kalimat ajakan dalam melakukan percobaan. Penyajian pembahasan lebih menekankan pada keterampilan proses. Penyajian materi dan kegiatan dalam LKS mengarahkan pada penemuan sendiri suatu konsep. Kegiatan yang disajikan aman dilakukan oleh pengguna. Bahan, peralatan, tempat, dan bentuk kegiatan yang dilakukan tidak membahayakan peserta didik. Apabila ada resiko bahaya harus disertai dengan petunjuk

125 111 yang jelas. F. Kelengkapan Penyajian 40. Judul Judul LKS sesuai dengan materi yang disajikan. Tujuan pembelajaran yang tertera 41. Tujuan pembelajaran dalam LKS mampu mencerminkan hasil pembelajaran. LKS dilengkapi dengan konsep-konsep 42. Ringkasan kunci yang diberikan dalam ringkasan materi. Langkah kerja yang disajikan 43. Langkah kerja megarahkan peserta didik untuk berpikir kreatif. 44. Ilustrasi / gambar Ilustrasi yang disajikan relevan dengan pesan yang disampaikan. Pertanyaan atau evaluasi meliputi soal 45. Pertanyaan / evaluasi yang memungkinkan peserta didik untuk mengevaluasi kemampuannya. KELAYAKAN KEBAHASAAN G. Keterbacaan Bahasa yang digunakan dalam LKS 46. Kejelasan informasi untuk memberikan petunjuk atau informasi mudah dipahami dan tidak menimbulkan kebingungan. Istilah yang digunakan untuk 47. Konsistensi penggunaan menggambarkan suatu konsep selalu istilah sama atau konsisten. H. Kesesuaian dengan Kaidah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar 48. Ketepatan struktur Struktur kalimat dalam LKS kalimat menggunakan struktur SPO atau

126 112 KELAYAKAN KEGRAFIKAN I. Ukuran/Format LKS 49. Kesesuaian ukuran LKS J. Desain Bagian Isi 50. Kesesuaian jenis dan ukuran huruf SPOK. LKS menggunakan ukuran A4 (210 x 297) mm, A5 (148 x 210) mm, atau B5 (176 x 250) mm. Jenis dan ukuran huruf yang dipilih mudah dibaca oleh peserta didik atau pengguna, misalnya menggunakan ukuran huruf 12. D. Pedoman Pemberian Skor Skor Kriteria LKS Fisika Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya 5 Terintegrasi Karakter dengan Pendekatan Saintifik sangat sesuai dengan deskripsi aspek yang dinilai LKS Fisika Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya 3 Terintegrasi Karakter dengan Pendekatan Saintifik sesuai dengan deskripsi aspek yang dinilai LKS Fisika Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya 1 Terintegrasi Karakter dengan Pendekatan Saintifik kurang sesuai dengan deskripsi aspek yang dinilai

127 113 Lampiran 16 ANALISIS ANGKET UJI KELAYAKAN Aspek Kelayakan Isi Kode Reviewer Butir ke- Kesesuaian Keakuratan Materi Pendukung Materi Materi Pelajaran Skor Persentase (%) Kriteria R ,00 Sangat Layak R ,50 Layak R ,50 Layak R ,00 Sangat Layak R ,50 Sangat Layak Rata-rata 35,8 89,50 Sangat Layak Berdasarkan analisis data diperoleh persentase kelayakan LKS ditinjau dari isinya adalah 89,50%. Maka tingkat kelayakan isi LKS adalah sangat layak.

128 114 ANALISIS ANGKET UJI KELAYAKAN Aspek Kelayakan Penyajian Kode Reviewer Butir ke- Teknik Penyajian Kelengkapan Penyajian Penyajian Pembelajaran Skor Persentase (%) Kriteria R ,67 Sangat Layak R ,00 Sangat Layak R ,00 Sangat Layak R ,33 Sangat Layak R ,33 Sangat Layak Rata-rata 55,6 92,67 Sangat Layak Berdasarkan analisis data diperoleh persentase kelayakan LKS ditinjau dari penyajiannya adalah 92,67%. Maka tingkat kelayakan penyajian LKS adalah sangat layak.

129 115 ANALISIS ANGKET UJI KELAYAKAN Aspek Kelayakan Kebahasaan Kode Reviewer Butir ke- Kesesuaian dengan Keterbacaan Kaidah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar Skor Persentase (%) Kriteria R ,33 Sangat Layak R ,00 Layak R ,00 Layak R ,33 Sangat Layak R ,33 Sangat Layak Rata-rata 13,2 88,00 Sangat Layak Berdasarkan analisis data diperoleh persentase kelayakan LKS ditinjau dari kebahasaannya adalah 88,00%. Maka tingkat kelayakan kebahasaan LKS adalah sangat layak.

130 116 ANALISIS ANGKET UJI KELAYAKAN Aspek Kelayakan Kegrafikan Kode Reviewer Butir ke- Ukuran/Format Desain Bagian LKS Isi Skor Persentase (%) Kriteria R ,00 Sangat Layak R ,00 Layak R ,00 Layak R ,00 Sangat Layak R ,00 Sangat Layak Rata-rata 46 92,00 Sangat Layak Berdasarkan analisis data diperoleh persentase kelayakan LKS ditinjau dari kegrafikannya adalah 92,00%. Maka tingkat kelayakan kegrafikan LKS adalah sangat layak.

131 117 ANALISIS ANGKET UJI KELAYAKAN Butir ke- R 01 R 02 R 03 R 04 R Skor Persentase (%) 97,60 83,20 84,00 96,80 93,60 Kriteria Sangat Sangat Sangat Sangat Layak Layak Layak Layak Layak Skor 113,8 Persentase (%) 91,04 Kriteria Sangat Layak

132 118 Lampiran 17 SOAL UJI KETERBACAAN Nama : Kelas : Sekolah : Mata Pelajaran : Fisika Materi : Pemantulan dan Pembiasan Cahaya Kelas/Semester : X/2 Petunjuk: - Tulis nama, kelas, dan asal sekolah di tempat yang telah disediakan. - Isilah titik-titik yang ada pada kalimat di bawah ini dengan benar. Selamat mengerjakan! CAHAYA Kita dapat melihat benda-benda karena ada (1)... dari benda yang sampai ke mata kita, entah cahaya itu memang berasal dari benda tersebut, entah karena benda itu (2)... cahaya yang datang kepadanya lalu mengenai mata kita. Untuk dapat melihat benda harus ada cahaya yang datang dari benda tersebut menuju ke (3)... pengamat. Ini berarti meskipun ada cahaya yang datang tapi tidak mengenai mata kita, sekeliling benda tetap gelap. PEMANTULAN CAHAYA Jika kita amati, pemantulan cahaya terbagi menjadi dua yaitu pemantulan (4)... dan pemantulan (5)... Pemantulan teratur terjadi jika berkas sinar sejajar jatuh pada permukaan (6)... sehingga berkas sinar tersebut akan dipantulkan sejajar dan (7)..., sedangkan pemantulan baur terjadi jika sinar sejajar jatuh pada permukaan yang (8)... sehingga sinar tersebut akan dipantulkan ke segala arah dengan berkas sinar pantul yang (9)... Hikmahnya adalah manusia dapat melihat benda di sekitar yang terkena cahaya.

133 119 Begitulah alam mengajari kita, yang jika kita gali ilmunya akan memberi manfaat yang luar biasa. Dari penelitian tentang pemantulan cahaya, seorang ahli matematika berkebangsaan Belanda yang bernama Willebrod Snellius ( ) dalam penelitiannya ia berhasil menemukan hukum pemantulan cahaya yang berbunyi: 1. Sinar datang, sinar pantul dan (10)... terletak pada satu bidang datar. 2. Sudut sinar datang sama dengan sudut (11)... (i = r). Pada cermin datar, besar bayangan yang dibentuk adalah (12)... dengan bendanya. Jarak benda sama dengan jarak (13)... Sedangkan pada cermin cembung, bayangan yang dibentuk adalah (14)... dari bendanya. Lain halnya dengan cermin cekung, bayangan yang dibentuk adalah (15)...dari bendanya. PEMBIASAN CAHAYA Ketika sedotan dimasukkan ke dalam gelas kaca berisi air maka bentuknya akan (16)... Hal ini terjadi karena ketika cahaya melewati medium yang berbeda kerapatannya yaitu air dan (17)... cahaya tersebut akan berubah arah. Cahaya akan dibelokkan saat melewati medium air ke medium udara. Peristiwa seperti ini disebut (18)... cahaya. Perbedaan kerapatan medium menyebabkan perbedaan (19)... cahaya pada medium tersebut. Jadi, cahaya bergerak lebih cepat pada medium yang kurang rapat. Pelangi atau bianglala adalah gejala optik dan meteorologi berupa cahaya beraneka warna saling sejajar yang tampak di langit atau medium lainnya. Pelangi merupakan suatu busur spektrum besar yang terjadi karena pembiasan cahaya matahari oleh butir-butir air. Dalam ilmu fisika, pelangi dapat dijelaskan sebagai sebuah peristiwa pembiasan alam. Pembiasan merupakan proses diuraikannya satu warna tertentu menjadi beberapa warna lainnya (disebut juga spektrum warna), melalui suatu media/medium tertentu pula. Proses terurainya warna terjadi ketika cahaya matahari yang berwarna (20)... terurai menjadi spektrum warna melalui media air hujan. Adapun spektrum warna yang terjadi terdiri atas warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.

134 120 Ketika kita bermain gelembung sabun, saat terkena sinar matahari tampak seperti ada garis berwarna-warni seperti pelangi muncul pada gelembung tersebut. Garis berwarna-warni yang terlihat pada lapisan tipis gelembung sabun merupakan hasil (21)... cahaya yang dipantulkan oleh permukaan lapisan tipis tersebut. Kita dapat melihat bagian dasar air karena cahaya dari dasar air tersebut (22)... ke mata kita. Dalam hal ini, cahaya (23)... di dalam air, kemudian keluar menuju udara hingga akhirnya sampai ke mata kita. Mata kita selalu mempersepsikan bahwa cahaya terpantul (24)... dari benda yang kita lihat. Oleh sebab itu, meskipun pada kenyataannya cahaya berbelok ketika keluar dari air, mata kita menganggapnya sebagai garis lurus. Hal ini mengakibatkan perbedaan antara posisi bayangan yang terbentuk oleh mata kita dan posisi bayangan yang sesungguhnya. Oleh sebab itu posisi bayangan benda yang berada di dalam air selalu lebih (25)... (lebih dekat ke pengamat) daripada posisi sesungguhnya. Alhasil, air selalu terlihat lebih dangkal. Berlian tampak berkilauan karena sinar yang masuk ke dalam berlian tersebut ketika akan keluar sebagian besar terlebih dahulu mengalami beberapa kali pemantulan (26)... oleh permukaan bagian dalam berlian. Pada siang hari yang terik, di jalan beraspal pada kejauhan tertentu tampak seakan-akan ada genangan air. Peristiwa seperti ini disebut dengan (27)... yang disebabkan karena cahaya dari angkasa melintasi udara dingin dan memasuki udara panas yang dekat dengan permukaan bumi. Udara panas memiliki indeks bias lebih (28)... dibanding udara dingin, karena udara panas kerapatannya juga kecil. Ketika cahaya mengenai bidang batas antara kedua lapisan udara dengan sudut datang melampaui sudut kritisnya, maka terjadilah pemantulan sempurna dan bayangan angkasa nampak seperti genangan air di jalan. Pemantulan sempurna terjadi ketika semua cahaya yang menumbuk suatu bidang atau benda dipantulkan secara keseluruhan. Dua faktor utama yang mempengaruhi kejadian ini adalah (29)... dari kedua medium dan (30)... cahaya itu sendiri. Indeks bias merupakan parameter optik suatu material biasanya dinotasikan n, dimana n merupakan pembagian kecepatan cahaya di ruang

135 121 hampa dengan kecepatan cahaya di medium yang dimaksud. Sedangkan sudut datang adalah besar sudut yang dibuat oleh sinar cahaya datang dengan garis normal.

136 122 Lampiran 18 KUNCI JAWABAN SOAL UJI KETERBACAAN (1) cahaya (16) membengkok (2) memantulkan (17) udara (3) mata (18) pembiasan (4) teratur (19) kecepatan (5) baur (20) putih (6) halus (21) interferensi (7) searah (22) terpantul (8) kasar (23) merambat (9) menyebar (24) lurus (10) garis normal (25) tinggi (11) sinar pantul (26) sempurna (12) sama (27) fatamorgana (13) bayangan (28) kecil (14) lebih kecil (29) indeks bias (15) lebih besar (30) sudut datang

137 123 Lampiran 19 ANALISIS UJI KETERBACAAN Rumus: P = Keterangan: P f N : persentase skor : jumlah skor yang diperoleh : jumlah skor maksimum Kriteria: Interval Kriteria > 57% LKS mudah dipahami 37% - 57% LKS memenuhi syarat keterbacaan < 37% LKS sukar dipahami Perhitungan: No f N 100% Kode Responden Jumlah skor maksimum Jumlah skor yang diperoleh Nilai (%) Kriteria keterbacaan 1 UCK ,67 mudah dipahami 2 UCK ,00 mudah dipahami 3 UCK ,33 mudah dipahami 4 UCK ,67 mudah dipahami 5 UCK ,00 mudah dipahami 6 UCK ,67 mudah dipahami 7 UCK ,33 mudah dipahami 8 UCK ,33 mudah dipahami 9 UCK ,00 mudah dipahami 10 UCK ,67 mudah dipahami Rata-rata 30 24,5 81,67 mudah dipahami Berdasarkan analisis data diperoleh nilai keterbacaan LKS adalah 81,67%. Jadi LKS ini termasuk dalam kriteria mudah dipahami.

138 124 Lampiran 20 SOAL PRE-TEST DAN POST-TEST Mata Pelajaran : Fisika Pokok Bahasan : Pemantulan dan Pembiasan Cahaya Kelas/Semester : X/2 Waktu : 60 menit Petunjuk mengerjakan soal : 1. Berdo alah sebelum mengerjakan. 2. Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d pada lembar jawaban. 3. Apabila ada jawaban yang salah dan ingin memperbaiki, coretlah dengan 2 garis lurus mendatar pada jawaban yang salah dan silang (X) jawaban yang benar. Contoh: a b X c d e menjadi a X b c d X e 4. Selamat mengerjakan! = 1. Jika besar sudut datang yang menuju permukaan benda disimbolkan dengan x dan besar sudut pantul disimbolkan dengan y, hubungan yang tepat dari keduanya adalah. a. x = y b. x y c. x > y d. x < y e. x = y = 0 2. Pernyataan-pernyataan berikut adalah sifat pembentukan bayangan 1) Bayangan yang dihasilkan bersifat nyata. 2) Bayangan yang dihasilkan bersifat maya. 3) Ukuran bayangan sama dengan ukuran benda. 4) Tinggi benda sama dengan tinggi bayangan. 5) Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin. Yang merupakan sifat pembentukan bayangan pada cermin datar adalah nomor... a. 1), 2), 3), dan 4) b. 2), 3), 4), dan 5) c. 1), 3), dan 4) d. 2), 3), dan 5) e. semua benar

139 Suatu benda diletakkan di depan dua cermin datar dengan membentuk sudut tertentu sehingga pada cermin terlihat ada 17 bayangan. Sudut yang dibentuk oleh kedua cermin tersebut adalah. a. 20 b. 30 c. 40 d. 45 e Sebuah cermin cekung mempunyai titik fokus 15 cm. Titik pusat kelengkungan cermin adalah. a. 7,5 cm b. 10 cm c. 15 cm d. 30 cm e. 60 cm 5. Jika seberkas sinar datang menuju titik fokus lensa cekung, berkas sinar tersebut akan. a. dibiaskan menuju titik fokus b. dibiaskan menuju titik pusat optik c. dibiaskan sejajar sumbu utama d. dipantulkan menuju titik fokus e. diteruskan tanpa dibiaskan atau dipantulkan 6. Sebuah cermin cembung mempunyai jari-jari 16 cm. Benda setinggi 4 cm berada di depan cermin sejauh 10 cm, sehingga: 1) jarak bayangan benda cm 2) jarak bayangan benda cm 3) perbesaran benda kali 4) tinggi bayangan benda 1,78 cm Pernyataan yang benar adalah nomor. a. 1), 3), dan 4) b. 1), 2), dan 3) c. 1), 2), 3), dan 4) d. 2) dan 4)

140 126 e. 2) dan 3) 7. Sebuah cermin lengkung memiliki jari-jari 36 cm. Letak benda agar terbentuk bayangan tegak berukuran tiga kali ukuran bendanya adalah. a. 108 cm b. 72 cm c. 54 cm d. 18 cm e. 12 cm 8. Sebuah benda terletak di depan cermin cembung, maka bayangan yang terbentuk bersifat. a. tegak, diperkecil b. terbalik, diperbesar c. terbalik, diperkecil d. nyata, di muka cermin e. maya, di muka cermin 9. Terjadinya pelangi adalah karena cahaya matahari diuraikan dan dibiaskan oleh. a. lapisan atmosfer b. butir-butir hujan yang ada di udara c. uap air yang ada di lapisan atmosfer d. awan tebal yang ada di lapisan atmosfer e. temperatur udara yang tinggi 10. Sebuah benda berada di depan cermin cekung yang berjarak fokus 15 cm. Agar diperoleh bayangan nyata dengan perbesaran 5 kali maka jarak benda dengan cermin adalah. a. 40 cm b. 30 cm c. 23 cm d. 25 cm e. 18 cm 11. Jika bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung dengan jari-jari kelengkungan 20 cm nyata dan diperbesar dua kali maka bendanya terletak di muka cermin sejauh. a. 60 cm b. 30 cm c. 25 cm d. 15 cm

141 127 e. 10 cm 12. Berikut merupakan kegunaan dari cermin cekung, kecuali. a. cermin rias b. lampu senter c. komponen alat optik d. komponen lampu mobil e. kaca spion 13. Jika sinar datang membentuk sudut 30 terhadap garis normal, besarnya sudut pantul adalah. a. 30 b. 60 c. 150 d. 180 e Pemantulan difus adalah pemantulan yang terjadi jika sinar jatuh mengenai permukaan yang. a. kasar b. licin c. datar d. halus e. bening 15. Batang pensil yang kita celupkan kedalam air, maka pensil akan tampak patah dari permukaan air. Hal ini disebabkan oleh... a. adanya perbedaan sudut datang dengan sudut pantul b. adanya perbedaan sinar datang dengan sinar pantul c. adanya persamaan sudut datang dengan sudut pantul d. adanya persamaan sudut datang dengan sudut deviasi e. adanya perbedaan sudut pada sinar datang dengan sinar bias pada garis normal 16. Pembiasan cahaya adalah. a. peristiwa atau gejala perubahan arah rambatan cahaya karena mengalami perubahan medium b. seberkas cahaya yang merambat dari medium yang kerapatannya sama c. garis normal sama dengan bidang bias

142 128 d. perbedaan ukuran indeks bias e. peristiwa atau gejala perubahan arah rambatan cahaya tanpa mengalami perubahan medium 17. Perhatikan gambar berikut ini! Andi berada 12 m di atas permukaan air sebuah kolam. Ketinggian Andi yang terlihat oleh Budi yang sedang berendam dalam air adalah... a. 10 m b. 14 m c. 16 m d. 18 m e. 20 m 18. Seberkas cahaya dengan laju v 1, panjang gelombang λ 1, frekuensi f 1 merambat dalam medium yang indeks biasnya n 1 lalu dibiaskan ke medium kedua n 2 ternyata sudut biasnya lebih besar daripada sudut datangnya. Dengan menggunakan hukum 1 Snellius tentang pembiasan pada 2 medium yang berbeda, maka dapat disimpulkan bahwa. a. n 2 > n 1 b. f 2 > f 1 dan n 2 > n 1 c. f 2 > f 1, n 2 > n 1 dan v 2 > v 1 d. f 2 > f 1 dan v 2 > v 1 e. v 2 > v 1 dan λ 2 > λ Jika kecepatan cahaya dalam alkohol adalah 2,20 x 10 8 m/s, maka indeks bias alkohol tersebut adalah. a. 1,36 b. 1,41 c. 1,53 d. 1,63 e. 1,8

143 Seberkas cahaya datang dari udara ke suatu zat cair dengan sudut datang 45 dan sudut bias 30. Apabila kelajuan cahaya di udara 3x10 8 m/s, besarnya indeks bias zat cair adalah. a. 4,1 b. 3,5 c. 3,4 d. 2,3 e. 1,4 Selamat Mengerjakan

144 130 Lampiran 21 KUNCI JAWABAN SOAL PRE-TEST DAN POST-TEST 1. A 11. D 2. B 12. E 3. A 13. A 4. D 14. A 5. C 15. D 6. A 16. A 7. E 17. C 8. A 18. A 9. B 19. A 10.E 20. E

145 131 Lampiran 22 DAFTAR NILAI PRE-TEST DAN POST-TEST KELAS EKSPERIMEN No Kode Responden Pre-test Nilai Post-test 1 UCB UCB UCB UCB UCB UCB UCB UCB UCB UCB UCB UCB UCB UCB UCB UCB UCB UCB UCB UCB UCB UCB UCB UCB UCB UCB UCB UCB UCB UCB UCB UCB X n x 1 43,28 82,03 S 2 63,89 86,87 S 7,99 9,32

146 132 Lampiran 23 DAFTAR NILAI PRE-TEST DAN POST-TEST KELAS KONTROL No Kode Responden Pre-test Nilai Post-test 1 K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K X n x 1 36,38 73,79 S 2 178,39 47,59 S 13,36 6,89

147 133 Lampiran 24 Hipotesis: Ho: data berdistribusi normal Ha: data berdistribusi tidak normal Pengujian Hipotesis Menggunakan rumus k 2 O i = - E UJI NORMALITAS NILAI PRE-TEST KELAS EKSPERIMEN i= 1 Ei Kriteria Ho diterima jika hitung < tabel Pengujian Hipotesis Nilai maksimal = 55 Panjang kelas = 5 Nilai minimal = 25 Rata-rata = 43,28 Rentang = 30 s = 7,99 Banyak kelas = 6 n = 32 Kelas Interval i 2 Batas Kelas Z untuk batas kelas Peluang untuk Z Luas untuk Z Ei Oi (Oi-Ei)² Ei ,50-2,35 0,49 0,03 1,05 2 0, ,50-1,72 0,46 0,09 3,00 0 3, ,50-1,10 0,36 0,18 5,83 5 0, ,50-0,47 0,18 0,24 7,76 8 0, ,50 0,15 0,06 0,22 7,08 6 0, ,50 0,78 0,28 0,28 9,02 7 0,45 Untuk = 5%, dengan dk = 6-1 = 5 diperoleh ² tabel = 11,07 2 = 4,58 4,58 11,07 Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho atau harga chi hitung lebih kecil dari harga chi tabel, maka data tersebut berdistribusi normal dan dapat digunakan statistik parametris untuk menganalisis lebih lanjut.

148 134 Lampiran 25 Hipotesis: Ho: data berdistribusi normal Ha: data berdistribusi tidak normal Pengujian Hipotesis Menggunakan rumus k 2 O - = i Ei i= 1 Ei Kriteria Ho diterima jika hitung < tabel 2 UJI NORMALITAS NILAI PRE-TEST KELAS KONTROL Pengujian Hipotesis Nilai maksimal = 55 Panjang kelas = 7 Nilai minimal = 10 Rata-rata = 37,76 Rentang = 45 s = 13,13 Banyak kelas = 7 n = 29 Kelas Interval Batas Kelas Z untuk batas kelas Peluang untuk Z Luas untuk Z Ei Oi (Oi-Ei)² ,50-2,15 0,48 0,04 1,07 3 3, ,50-1,62 0,45 0,09 2,50 0 2, ,50-1,09 0,36 0,15 4,39 5 0, ,50-0,55 0,21 0,20 5,86 6 0, ,50-0,02 0,01 0,20 5,92 3 1, ,50 0,51 0,20 0,20 5,69 8 0, ,50 1,05 0,35 0,35 10,22 4 3,78 Untuk = 5%, dengan dk = 7-1 = 6 diperoleh ² tabel = 12,59 Ei 2 = 12,19 12,19 12,59 Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho atau harga chi hitung lebih kecil dari harga chi tabel, maka data tersebut berdistribusi normal dan dapat digunakan statistik parametris untuk menganalisis lebih lanjut.

149 135 Lampiran 26 Hipotesis: Ho: data berdistribusi normal Ha: data berdistribusi tidak normal Pengujian Hipotesis Menggunakan rumus k 2 O i = - E UJI NORMALITAS NILAI POST-TEST KELAS EKSPERIMEN i= 1 Ei Kriteria Ho diterima jika hitung < tabel Pengujian Hipotesis Nilai maksimal = 100 Panjang kelas = 6 Nilai minimal = 55 Rata-rata = 82,03 Rentang = 45 s = 9,32 Banyak kelas = 8 n = 32 Kelas Interval i 2 Batas Kelas Z untuk batas kelas Peluang untuk Z Luas untuk Z Ei Oi (Oi-Ei)² Ei ,50-2,95 0,50 0,01 0,28 1 1, ,50-2,31 0,49 0,04 1,20 1 0, ,50-1,67 0,45 0,11 3,37 2 0, ,50-1,02 0,35 0,20 6,37 4 0, ,50-0,38 0,15 0,25 8,07 7 0, ,50 0,26 0,10 0,10 3,34 6 2, ,50 0,91 0,32 0,32 10,18 1 8, ,50 1,55 0,44 0,44 14, ,18 Untuk = 5%, dengan dk = 8-1 = 7diperoleh ² tabel = 14,07 2 = 13,82 13,82 14,07 Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho atau harga chi hitung lebih kecil dari harga chi tabel, maka data tersebut berdistribusi normal dan dapat digunakan statistik parametris untuk menganalisis lebih lanjut.

150 136 Lampiran 27 Hipotesis: Ho: data berdistribusi normal Ha: data berdistribusi tidak normal Pengujian Hipotesis Menggunakan rumus k 2 O - = i Ei i= 1 Ei Kriteria Ho diterima jika hitung < tabel 2 UJI NORMALITAS NILAI POST-TEST KELAS KONTROL Pengujian Hipotesis Nilai maksimal = 90 Panjang kelas = 4 Nilai minimal = 60 Rata-rata = 73,83 Rentang = 30 s = 6,78 Banyak kelas = 7 n = 30 Kelas Interval Batas Kelas Z untuk batas kelas Peluang untuk Z Luas untuk Z Ei Oi (Oi-Ei)² ,50-2,11 0,48 0,05 1,49 1 0, ,50-1,52 0,44 0,11 3,56 4 0, ,50-0,93 0,32 0,19 6,09 6 0, ,50-0,34 0,13 0,23 7,41 6 0, ,50 0,25 0,10 0,20 6,44 0 6, ,50 0,84 0,30 0,30 9,54 6 1, ,50 1,43 0,42 0,42 13,53 6 4,19 Untuk = 5%, dengan dk = 7-1 = 6 diperoleh ² tabel = 12,59 Ei 2 = 12,43 12,43 12,59 Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho atau harga chi hitung lebih kecil dari harga chi tabel, maka data tersebut berdistribusi normal dan dapat digunakan statistik parametris untuk menganalisis lebih lanjut.

151 137 Lampiran 28 UJI N-GAIN PENINGKATAN RATA-RATA HASIL BELAJAR KOGNITIF No Kode Responden Pre-test Nilai Post-test <g> Kriteria 1 UCB ,62 sedang 2 UCB ,77 tinggi 3 UCB ,78 tinggi 4 UCB ,60 sedang 5 UCB ,75 tinggi 6 UCB ,67 sedang 7 UCB ,73 tinggi 8 UCB ,67 sedang 9 UCB ,82 tinggi 10 UCB ,75 tinggi 11 UCB ,73 tinggi 12 UCB ,77 tinggi 13 UCB ,67 sedang 14 UCB ,70 tinggi 15 UCB ,33 sedang 16 UCB ,00 tinggi 17 UCB ,82 tinggi 18 UCB ,00 tinggi 19 UCB ,58 sedang 20 UCB ,18 rendah 21 UCB ,54 sedang 22 UCB ,87 tinggi 23 UCB ,50 sedang 24 UCB ,75 tinggi 25 UCB ,44 sedang 26 UCB ,30 sedang 27 UCB ,69 sedang 28 UCB ,60 sedang 29 UCB ,91 tinggi 30 UCB ,70 tinggi 31 UCB ,75 tinggi 32 UCB ,60 sedang X x 1 <g> = = 43,28 82,03 Nilai gain adalah 0,68. Maka peningkatan hasil belajar dalam kategori sedang.

152 138 Lampiran 29 UJI-T PERBEDAAN RATA-RATA HASIL BELAJAR KOGNITIF Persamaan yang digunakan: x1 - x 2 t = 2 2 s 1 s2 s1 Data yang diperoleh: - 2r n 1 n2 n 1 s 2 n 2 Perhitungan: r = t = Sumber variasi Post-test Pre-test Jumlah n x 82,03 43,28 Varians (s 2 ) 86,87 63,89 Standart deviasi (s) 9,32 7,99 Pada a = 5% dengan dk = = 62 diperoleh t (0.95)(62) = 1,9990 1, ,807 Karena t berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol.

153 Lampiran Kode Siswa LEMBAR OBSERVASI KARAKTER SISWA Aspek Penilaian skor Nilai Observasi Rasa ingin tahu Disiplin Jujur Komunikatif Perhitungan skor karakter : Nilai observasi = x 100 % Rembang, 2014 Observer (...) 139

154 Lampiran 31 RUBRIK PENILAIAN LEMBAR OBSERVASI KARAKTER SISWA Aspek yang dinilai Skor Kriteria Rasa ingin tahu 5 Siswa bertanya kepada guru dan teman lain serta membaca dan mencari informasi dari buku dan internet mengenai materi yang sedang dipelajari 3 Siswa bertanya kepada guru dan teman lain mengenai materi yang sedang dipelajari namun tidak membaca dan mencari informasi dari buku internet 1 Siswa tidak bertanya kepada guru dan teman lain serta tidak membaca dan mencari informasi dari buku dan internet mengenai materi yang sedang dipelajari Disiplin 5 Siswa mentaati prosedur percobaan dan mengambil ataupun mengembalikan alat-alat yang digunakan saat percobaan dengan tertib 3 Siswa mentaati prosedur percobaan dan tidak mengambil ataupun mengembalikan alat-alat yang digunakan saat percobaan dengan tertib 1 Siswa tidak mentaati prosedur percobaan dan tidak mengambil ataupun mengembalikan alat-alat yang digunakan saat percobaan dengan tertib Jujur 5 Siswa tidak melihat jawaban milik orang lain, mencatat data pengamatan sesuai dengan hasil percobaan dan mengemukakan pendapatnya 3 Siswa tidak melihat jawaban milik orang lain, mencatat data pengamatan sesuai dengan hasil percobaan dan tidak mengemukakan pendapatnya 1 Siswa melihat jawaban milik orang lain, tidak mencatat data pengamatan sesuai dengan hasil percobaan dan tidak mengemukakan pendapatnya Komunikatif 5 Siswa menuliskan hasil diskusi di dalam kolom yang telah disediakan, memberi dan mendengarkan pendapat dalam diskusi serta mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas 3 Siswa menuliskan hasil diskusi di dalam kolom yang telah disediakan, memberi dan mendengarkan pendapat dalam diskusi namun tidak mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas 1 Siswa menuliskan hasil diskusi di dalam kolom yang telah disediakan, namun tidak mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas serta tidak memberi dan mendengarkan pendapat dalam diskusi 140

155 141 Lampiran 32 HASIL OBSERVASI KARAKTER SISWA KARAKTER YANG DIKEMBANGKAN NO KODE RASA INGIN f N PERSENTASE KOMUNIKATIF JUJUR DISIPLIN TAHU 1 UCB ,33% 2 UCB ,67% 3 UCB ,67% 4 UCB ,67% 5 UCB ,00% 6 UCB ,33% 7 UCB ,67% 8 UCB ,00% 9 UCB ,00% 10 UCB ,00% 11 UCB ,00% 12 UCB ,00% 13 UCB ,00% 14 UCB ,00% 15 UCB ,33% 16 UCB ,00% 17 UCB ,33% 18 UCB ,67% 19 UCB ,67% 20 UCB ,33% 21 UCB ,00% 22 UCB ,00% 23 UCB ,33% 24 UCB ,00% 25 UCB ,33% 26 UCB ,00% 27 UCB ,00% 28 UCB ,33% 29 UCB ,67% 30 UCB ,67% 31 UCB ,67% 32 UCB ,00% Skor didapat ,55% Skor maks Skor rata-rata 80,21% 79,17% 81,25% 89,58% mulai mulai Kriteria membudaya membudaya membudaya berkembang berkembang

156 142 Lampiran 33 KISI-KISI LEMBAR ANGKET KARAKTER SISWA NO. KARAKTER YANG DIKEMBANGKAN NOMOR PERNYATAAN JUMLAH 1. Rasa ingin tahu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan Disiplin 9, 10,11, 12, 13, dan Jujur 15, 16, 17, 18, 19, dan Komunikatif 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, dan 30 10

157 143 Lampiran 34 LEMBAR ANGKET PERKEMBANGAN KARAKTER SISWA A. Petunjuk Umum: Angket ini hanya untuk kepentingan ilmiah dan tidak akan berpengaruh terhadap nilai belajar Anda di sekolah ini. Silahkan mengisi dengan sejujur-jujurnya dan sebenarbenarnya berdasarkan pikiran Anda dan sesuai dengan yang Anda alami. B. Petunjuk Pengisian: 1. Tulislah identitas Anda. 2. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti. 3. Berilah tanda check ( ) pada salah satu jawaban yang tersedia (SS, S, TS, STS) sesuai dengan pendapat Anda. Keterangan: SS = Sangat Setuju S = Setuju TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju 4. Tanyakan pada guru, jika ada sesuatu yang belum Anda mengerti. C. Identitas Siswa Nama Kelas No. Absen :. :. :. NO. PERNYATAAN SS S TS STS 1. Apabila ada hal-hal baru dan kecakapan baru, saya tertarik untuk mempelajarinya meskipun itu sulit bagi saya. 2. Saya lebih memilih untuk bermain daripada mempelajari halhal yang baru. 3. Saat guru menjelaskan materi pelajaran, saya akan langsung bertanya apabila ada materi yang belum saya pahami. 4. Meskipun ada materi yang belum saya pahami, saya hanya

158 144 diam. 5. Apabila ada soal yang sulit, saya akan terus berusaha menyelesaikan sampai saya menemukan pemecahannya, meskipun saya harus bertanya kepada banyak orang. 6. Soal yang sulit saya tinggalkan karena itu membosankan dan membuang waktu saya. 7. Buku atau sumber-sumber lain yang relevan saya baca untuk menemukan informasi yang berhubungan dengan pelajaran. 8. Untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan pelajaran, saya lebih memilih untuk menunggu diberi tahu oleh guru daripada mencari dalam buku dan sumber-sumber lain yang relevan. 9. Berangkat sekolah tepat waktu merupakan salah satu hal yang selalu saya lakukan. 10. Setelah bel sekolah berbunyi, saya baru datang ke sekolah. 11. Tugas saya kumpulkan pada waktu yang telah ditentukan. 12. Setelah ditagih oleh guru, saya baru mengumpulkan tugas. 13. Barang-barang saya kembalikan ke tempat semula setelah saya selesai menggunakannya. 14. Meskipun saya sudah selesai menggunakannya, barangbarang tetap saya biarkan pada tempat kerja, 15. Soal ujian saya kerjakan dengan kemampuan diri sendiri. 16. Pada saat ujian, saya mencontek atau bertanya kepada teman. 17. Hasil praktikum saya laporkan sesuai dengan apa yang didapatkan saat praktikum. 18. Laporan hasil praktikum saya buat agar terlihat bagus, meskipun itu tidak sesuai dengan yang didapatkan saat praktikum. 19. Jika jumlah nilai tugas atau ulangan yang dikoreksi oleh teman saya jumlahnya terlalu banyak, maka saya akan membetulkannya. 20. Meskipun nilai tugas atau ulangan yang dikoreksi oleh teman

159 145 saya jumlahnya terlalu banyak, saya akan membiarkannya karena itu menguntungkan bagi saya. 21. Ketika berdiskusi kelompok, saya senang menyampaikan pendapat. 22. Saya lebih memilih untuk diam daripada berbicara ketika berdiskusi kelompok. 23. Pendapat dari teman selalu saya terima walaupun tidak sesuai dengan pendapat saya. 24. Karena tidak sesuai dengan pendapat saya, saya malas untuk mendengarkan pendapat dari teman. 25. Bahasa yang saya gunakan untuk menyampaikan pendapat sederhana, mudah dipahami, dan tidak berbelit-belit. 26. Pendapat saya sampaikan dengan berbelit-belit, tidak langsung pada intinya serta menggunakan bahasa yang rumit dan sukar dipahami. 27. Pembicaraan teman saya dengarkan dan tidak saya potong, meskipun pendapat yang disampaikannya tidak sesuai dengan pendapat saya. 28. Ketika teman menyampaikan pendapatnya, saya tetap berbicara karena apa yang disampaikan tidak sesuai dengan pendapat saya. 29. Walaupun pendapat saya tidak diterima oleh teman, saya tetap merasa senang 30. Ketika pendapat saya tidak diterima oleh teman, saya marah. **TERIMAKASIH ATAS KERJASAMANYA**

160 Lampiran ANALISIS ANGKET KARAKTER AWAL 146

161 147 DATA ANGKET PERKEMBANGAN KARAKTER RASA INGIN TAHU SISWA 147

162 148 DATA ANGKET PERKEMBANGAN KARAKTER DISIPLIN SISWA 148

163 149 DATA ANGKET PERKEMBANGAN KARAKTER JUJUR SISWA 149

164 150 DATA ANGKET PERKEMBANGAN KARAKTER KOMUNIKATIF SISWA 150

165 Lampiran ANALISIS ANGKET KARAKTER AKHIR 151

166 152 DATA ANGKET PERKEMBANGAN KARAKTER RASA INGIN TAHU SISWA 152

167 153 DATA ANGKET PERKEMBANGAN KARAKTER DISIPLIN SISWA 153

168 154 DATA ANGKET PERKEMBANGAN KARAKTER JUJUR SISWA 154

169 155 DATA ANGKET PERKEMBANGAN KARAKTER KOMUNIKATIF SISWA 155

170 Lampiran Mata Pelajaran : Fisika SILABUS Satuan Pendidikan : SMA Kelas /Semester : X / 2 Kompetensi Dasar 3.9 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa Materi Pokok Alatalat optik Materi Pembelajaran Fakta 1. cermin 2. lensa 3. prisma 4. kaca plan paralel Konsep 1. pemantulan 2. pembiasan 3. jarak fokus 4. jarak benda 5. jarak bayangan Prinsip 1. sifat-sifat pemantulan 2. sifat-sifat pembiasan 3. perbesaran Prosedur 1. percobaan hukum Alternatif Pembelajaran Mengamati 1. melakukan studi pustaka untuk mencari informasi mengenai aplikasi pemantulan dan pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari 2. melakukan studi pustaka untuk mencari informasi tentang konsep pemantulan Sikap Pengetahuan Keterampilan Indikator Penilaian Indikator Penilaian Indikator Penilaian 1. menunj Observasi 1. menjelas Tugas Observasi ukkan Keg.1 kan Menjawab membua Keg.1 perilak Diskusi prinsip pertanyaanpertanyaan kelompok t laporan Presentasi u jujur, kelompok, pemantu tertulis disiplin aspek: lan dan yang ada Aspek:, rasa 1. toleran pembias dalam LKS, hasil 1. Penguas ingin 2. santun an aspek: diskusi aan isi tahu 3. responsif cahaya 1. ketepatan dan 2. Teknik yang 4. proaktif 2. menerap waktu percoba bertanya besar kan 2. kelengkap an /menjaw dalam Keg.2 prinsip an kelompo ab diskusi Percobaan pemantu 3. Metode k dan kelompok, lan dan Tes penyajia percob aspek: pembias Evaluasi 2. n aan 1. jujur an - Uraian mempre kelomp 2. disiplin cahaya - PG sentasik Portofolio ok 3. tanggungj dalam an hasil 1. Membua 2. menunj awab kehidupa diskusi t laporan ukkan 4. kerjasama n seharihari hasil dan tertulis sikap percoba komuni diskusi katif an dan dalam kelompo percobaa present k n asi kelompo 156

171 pemantulan 2. percobaan menentuka n jarak fokus cermin cekung 3. percobaan pembiasan pada prisma 4. percobaan pembiasan pada kaca plan paralel, pembiasan, jarak fokus, jarak benda, jarak bayangan Menanya 1. menanyaka n tentang prinsip pembentuk an bayangan dan perbesaran pada cermin datar dan cermin lengkung k aspek: 1. visual laporan 2. kelengka pan Mengeksplor asi 1. mengeksplo rasi dari sumber belajar yang relevan seperti

172 buku maupun internet tentang prinsip pembentuk an bayangan dan perbesaran pada cermin datar dan cermin lengkung Mengasosiasi 1. melaluidisk usi kelompok dapat membedaka n pemantulan teratur dan pemantulan baur 2. melalui percobaan dapat mengetahui hukum

173 pemantulan dan pembiasan Mengkomuni kasikan 1. presentasi kelompok tentang hasil diskusi dan percobaan pada LKS

174 160 Lampiran 38 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA Negeri 1 Rembang Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X/2 Materi Pokok : Pemantulan dan Pembiasan Cahaya Alokasi Waktu : 3 x 3 JP A. Kompetensi Inti (KI) 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. B. Kompetensi Dasar dan Indikator 1. Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam jagad raya melalui pengamatan fenomena alam fisis dan pengukurannya. Indikator: meyakini bahwa semua sistem di alam semesta telah diciptakan dan diatur sedemikian rupa oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. 2. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan percobaan, melaporkan, dan berdiskusi. 3. Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa.

175 Menyajikan ide/rancangan sebuah alat optik dengan menerapkan prinsip pemantulan dan pembiasan pada cermin dan lensa. C. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menjelaskan perbedaan antara cahaya dan sinar melalui diskusi kelompok secara komunikatif. 2. Siswa dapat menjelaskan prinsip pemantulan cahaya melalui diskusi kelompok secara komunikatif. 3. Siswa dapat membedakan antara pemantulan teratur dan pemantulan baur melalui diskusi kelompok secara komunikatif. 4. Siswa dapat menggambarkan secara sistematik gejala pemantulan sinar pada cermin berdasarkan hukum Snellius melalui percobaan dan diskusi kelompok secara komunikatif. 5. Siswa dapat menjelaskan hukum pemantulan melalui percobaan dan diskusi kelompok dengan jujur, disiplin, keatif dan komunikatif. 6. Siswa dapat menentukan jarak fokus pada cermin cekung melalui percobaan dengan jujur, disiplin dan kreatif. 7. Siswa dapat menjelaskan prinsip pembiasan cahaya melalui diskusi kelompok secara komunikatif. 8. Siswa dapat menjelaskan prinsip pembiasan pada prisma melalui percobaan dengan jujur dan disiplin. 9. Siswa dapat menyebutkan hukum Snellius tentang pembiasan melalui percobaan dengan kaca plan paralel secara jujur, disiplin dan kreatif. D. Materi Pembelajaran 1. Pemantulan Cahaya 2. Pembiasan Cahaya E. Metode Pembelajaran Pendekatan : Scientific Approach Model : Cooperatif Learning, Contextual Learning, Inquiry Metode : Eksplorasi, Diskusi, Praktikum dan Presentasi F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran Media : LKS Alat : - Seperangkat percobaan menentukan jarak fokus - Seperangkat percobaan prisma - Seperangkat percobaan kaca plan paralel

176 162 Sumber pembelajaran : - Buku Fisika SMA Kelas X Kurikulum 2013 Erlangga karangan Marthen Kanginan - Internet G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran PERTEMUAN KESATU ( 3 x 45 Menit) : Kegiatan Rincian Kegiatan Waktu 1) Pemotivasian: a. Guru bertanya kepada siswa mengapa kita bisa melihat benda 2) Apersepsi Pendahuluan a. Apakah yang dimaksud dengan cahaya? 25 menit b. Siapa yang tadi pagi sebelum berangkat sekolah tidak bercermin? Tidak ada bukan? Kalian tentu bercermin semua. 3) Guru menyampaikan garis besar tujuan pembelajaran Kegiatan Inti Penutup 1) Guru membagi kelas menjadi 6 kelompok 2) Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter 3) Setiap kelompok melakukan kegiatan pada LKS sesuai dengan petunjuk dan berdiskusi secara komunikatif serta melakukan percobaan secara jujur dan disiplin 4) Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok pada LKS di depan kelas secara komunikatif 5) Siswa lain menanggapi kelompok yang sedang presentasi dengan penuh rasa ingin tahu 6) Guru memberikan penegasan terhadap jawaban dari pertanyaan siswa 1) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik 2) Guru bersama-sama dengan peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini. 100 menit 10 menit

177 163 PERTEMUAN KEDUA ( 3 x 45 Menit) : Kegiatan Rincian Kegiatan Waktu 1) Pemotivasian: a. Guru bertanya kepada siswa tentang pelangi 2) Apersepsi: Pendahuluan a. Apakah yang dimaksud dengan pemantulan cahaya? 25 menit b. Siapa yang pernah melihat pelangi? Bagaimana proses terjadinya? 3) Guru menyampaikan garis besar tujuan pembelajaran Kegiatan Inti Penutup 1) Guru membagi kelas menjadi 6 kelompok 2) Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter 3) Setiap kelompok melakukan kegiatan pada LKS sesuai dengan petunjuk dan berdiskusi secara komunikatif serta melakukan percobaan secara jujur dan disiplin 4) Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok pada LKS di depan kelas secara komunikatif 5) Siswa lain menanggapi kelompok yang sedang presentasi dengan penuh rasa ingin tahu 6) Guru memberikan penegasan terhadap jawaban dari pertanyaan siswa 1) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik 2) Guru bersama-sama dengan peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini. 100 menit 10 menit PERTEMUAN KETIGA ( 3 x 45 Menit) : Kegiatan Rincian Kegiatan Waktu 1) Pemotivasian: a. Guru bertanya kepada siswa tentang pemantulan dan Pendahuluan pembiasan cahaya 25 menit 2) Apersepsi: a. Bagaimana proses terjadinya pemantulan dan pembiasan

178 164 Kegiatan Inti Penutup cahaya? 3) Guru mengulas materi sebelumnya 1) Guru membagi kelas menjadi 6 kelompok 2) Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter 3) Setiap kelompok bertanya kepada guru tentang materi yang belum dipahami 4) Guru memberikan jawaban dari pertanyaan siswa 1) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik 2) Guru bersama-sama dengan peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini. 100 menit 10 menit H. Penilaian 1. Mekanisme dan Prosedur Penilaian dilakukan dari proses dan hasil. Penilaian proses dilakukan melalui lembar observasi peserta didik, observasi karakter peserta didik, dan laporan tertulis. 2. Aspek dan Instrumen Penilaian a. Instrumen observasi peserta didik menggunakan lembar pengamatan dengan fokus utama pada aktivitas dalam kelompok. b. Instrumen observasi karakter peserta didik menggunakan angket c. Instrumen tes menggunakan lembar soal tes tertulis pilihan ganda Rembang, April 2014 Guru Praktikan Dwi Ristiyani NIM

179 165 Lampiran 39 DOKUMENTASI PENELITIAN Gambar 1. Siswa mengerjakan soal pre-test Gambar 2. Siswa mengerjakan LKS Gambar 3. Guru memandu jalannya diskusi kelas

180 166 Gambar 4. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok Gambar 5. Siswa melakukan kegiatan menanya Gambar 6. Siswa melakukan kegiatan mencoba

Unnes Physics Education Journal

Unnes Physics Education Journal UPEJ 3 (3) (2014) Unnes Physics Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej PENGEMBANGAN LKS FISIKA MATERI PEMANTULAN DAN PEMBIASAN CAHAYA TERINTEGRASI KARAKTER DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Astri Risdiana NIM

SKRIPSI. Oleh Astri Risdiana NIM PENGARUH PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN PADA MATERI GERAK BENDA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS III SD NEGERI 1 MIRENG TRUCUK KLATEN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH METODE INKUIRI TERBIMBING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD PALIYAN II GUNUNGKIDUL SKRIPSI

PENGARUH METODE INKUIRI TERBIMBING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD PALIYAN II GUNUNGKIDUL SKRIPSI PENGARUH METODE INKUIRI TERBIMBING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD PALIYAN II GUNUNGKIDUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Satuan pendidikan : SMA. Kelas / semester : XI/ 2 Alokasi waktu :1 x 45 menit Materi pokok : Sifat Lensa Cembung A. Kompetensi Inti KI1 : Menghayati dan mengamalkan

Lebih terperinci

Oleh Ratna Juwita Fibriyanti NIM

Oleh Ratna Juwita Fibriyanti NIM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KREATIF DAN PRODUKTIF DISERTAI PRESENTASI TUGAS PADA SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 12 JEMBER SKRIPSI Diajukan guna melengkapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Dengan pendidikan, manusia menjadi individu yang lebih baik dari sebelumnya. UU nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenny Fitria, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenny Fitria, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya,

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING) JIGSAW IV DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING) JIGSAW IV DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING) JIGSAW IV DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Benni Hartati NIM

SKRIPSI. Oleh Benni Hartati NIM KEEFEKTIFAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN IPA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD BANGUNJIWO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TERHADAP SIKAP RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG DI KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 1 KEBANGGAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Safitri

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENGARUH STRATEGI PQ4R (PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW) TERHADAP KEMANDIRIAN DAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV DI SDN WLAHAR WETAN SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTAL LEARNING BERBASIS PENGEMBANGAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPA FISIKA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 BALUNG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTAL LEARNING BERBASIS PENGEMBANGAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPA FISIKA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 BALUNG PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTAL LEARNING BERBASIS PENGEMBANGAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPA FISIKA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 BALUNG SKRIPSI Oleh : Rully Agustina NIM. 070210192039 PROGRAM

Lebih terperinci

PAKET BAHAN AJAR DENGAN ANALISIS KEJADIAN RIIL DALAM FOTO DAN WACANA ISU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA (Kajian Pada: Konsep Fluida Statis) SKRIPSI

PAKET BAHAN AJAR DENGAN ANALISIS KEJADIAN RIIL DALAM FOTO DAN WACANA ISU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA (Kajian Pada: Konsep Fluida Statis) SKRIPSI PAKET BAHAN AJAR DENGAN ANALISIS KEJADIAN RIIL DALAM FOTO DAN WACANA ISU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA (Kajian Pada: Konsep Fluida Statis) SKRIPSI Oleh Jayanti Oktaviana NIM 090210102064 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR VIRUS BERBASIS PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA SKRIPSI

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR VIRUS BERBASIS PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA SKRIPSI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR VIRUS BERBASIS PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA SKRIPSI Oleh: NANIK PURWATI NIM. 090210103041 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS WEB DI SMA (uji coba pada pokok bahasan optika geometri dan dinamika rotasi) SKRIPSI

PENGEMBANGAN PERANGKAT EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS WEB DI SMA (uji coba pada pokok bahasan optika geometri dan dinamika rotasi) SKRIPSI PENGEMBANGAN PERANGKAT EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS WEB DI SMA (uji coba pada pokok bahasan optika geometri dan dinamika rotasi) SKRIPSI Oleh Mochammad Maulana Trianggono NIM 090210102057 PROGRAM

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER TERHADAP KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI SUMBER DAYA ALAM, LINGKUNGAN, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

Lebih terperinci

MODEL QUANTUM LEARNING DENGAN METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS VIII SMPN 7 JEMBER

MODEL QUANTUM LEARNING DENGAN METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS VIII SMPN 7 JEMBER MODEL QUANTUM LEARNING DENGAN METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS VIII SMPN 7 JEMBER SKRIPSI Oleh : Yova Agustian Prahara Ema Putra ( 080210102037 ) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang dapat menyebabkan sebuah perubahan-perubahan baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik kearah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang dimaksud adalah peserta didik sebagai ouput pendidikan. Dengan SDM

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA POKOK BAHASAN BESARAN DAN SATUAN DI SMA SKRIPSI. Oleh: Henry Ayu Kartikasari

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA POKOK BAHASAN BESARAN DAN SATUAN DI SMA SKRIPSI. Oleh: Henry Ayu Kartikasari PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA POKOK BAHASAN BESARAN DAN SATUAN DI SMA SKRIPSI Oleh: Henry Ayu Kartikasari NIM 100210102035 PROGAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BUKU KERJA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PEMBUATAN BUSANA INDUSTRI DI SMK WIDYA PRAJA UNGARAN

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BUKU KERJA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PEMBUATAN BUSANA INDUSTRI DI SMK WIDYA PRAJA UNGARAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BUKU KERJA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PEMBUATAN BUSANA INDUSTRI DI SMK WIDYA PRAJA UNGARAN Skripsi diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program

Lebih terperinci

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP SKRIPSI. Oleh: ETIK KHOIRUN NISA NIM

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP SKRIPSI. Oleh: ETIK KHOIRUN NISA NIM MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP SKRIPSI Oleh: ETIK KHOIRUN NISA NIM 090210102023 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Fina Hanifa Hidayati

SKRIPSI. Oleh: Fina Hanifa Hidayati KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN DENGAN METODE DISCOVERY MENGGUNAKAN LEMBAR KEGIATAN SISWA DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 11 YOGYAKARTA PADA MATERI KELILING DAN LUAS

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS 4 SD NEGERI TLOGO TUNTANG KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING BERORIENTASI MULTIREPRESENTASI PADA PEMBELAJARAN FISIKA KELAS X SEMESTER GENAP DI SMA BONDOWOSO

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING BERORIENTASI MULTIREPRESENTASI PADA PEMBELAJARAN FISIKA KELAS X SEMESTER GENAP DI SMA BONDOWOSO PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING BERORIENTASI MULTIREPRESENTASI PADA PEMBELAJARAN FISIKA KELAS X SEMESTER GENAP DI SMA BONDOWOSO SKRIPSI Oleh: Rifa Aghina Arif NIM 080210192009 PROGRAM

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana. Oleh

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana. Oleh EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING-PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V DI SD GUGUS HASANUDIN SALATIGA SEMESTER II TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP Kristen Kanaan Mata Pelajaran : Fisika Kelas/ Semester : VIII /1 Materi Pokok : Cahaya dan Alat Optik Alokasi Waktu : 6x40 menit (2 Pertemuan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Pendidikan Nasional harus tanggap terhadap tuntutan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan suatu bangsa. Dengan landasan pemikiran tersebut, pendidikan nasional

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Muhammad Wahyu Hidayat, Zainuddin, Abdul Salam M. Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM DI KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM DI KELAS IV SEKOLAH DASAR 1 PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM DI KELAS IV SEKOLAH DASAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal penting bagi peserta didik untuk menghadapi masa depannya. Pendidikan sekolah merupakan suatu proses kompleks yang mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SEBAGAI INOVASI MATERI RIAS WAJAH PANGGUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SMK N 3 MAGELANG

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SEBAGAI INOVASI MATERI RIAS WAJAH PANGGUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SMK N 3 MAGELANG EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SEBAGAI INOVASI MATERI RIAS WAJAH PANGGUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SMK N 3 MAGELANG SKRIPSI diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF DENGAN MEDIA SEDERHANA PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF DENGAN MEDIA SEDERHANA PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF DENGAN MEDIA SEDERHANA PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI Oleh Endah Catur Kusumastuti NIM 080210102023 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Abdul Rohman MS NIM

SKRIPSI. Oleh Abdul Rohman MS NIM HUBUNGAN KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SD PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI GUGUS V KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Astrid Sutrianing Tria, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Astrid Sutrianing Tria, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia akan menjadi negara yang tentram apabila sumber daya manusianya memiliki budi pekerti yang baik. Budi pekerti yang baik dapat diupayakan

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh

PENERAPAN PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh PENERAPAN PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN HADIAH (REWARD)

PENGARUH PEMBERIAN HADIAH (REWARD) PENGARUH PEMBERIAN HADIAH (REWARD) TERHADAP KEAKTIFAN SISWA MENJAWAB PERTANYAAN DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 NGRANDAH KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER GENAP TAHUN

Lebih terperinci

OPTIMALISASI HASIL BELAJAR DAN SIKAP KREATIF SISWA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS HANDS ON ACTIVITIES UNTUK SISWA DI SMP SKRIPSI

OPTIMALISASI HASIL BELAJAR DAN SIKAP KREATIF SISWA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS HANDS ON ACTIVITIES UNTUK SISWA DI SMP SKRIPSI OPTIMALISASI HASIL BELAJAR DAN SIKAP KREATIF SISWA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS HANDS ON ACTIVITIES UNTUK SISWA DI SMP SKRIPSI Oleh Dinicen Viclara NIM 090210102026 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

SKRIPSI. disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Disusun oleh : Farid Al Baladi ( )

SKRIPSI. disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Disusun oleh : Farid Al Baladi ( ) PERBANDINGAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TIK DENGAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS IV SD DI-GUGUS DIPONEGORO KECAMATAN MEJOBO KABUPATEN KUDUS SKRIPSI disusun

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA POWERPOINT TERHADAP PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM PADA SISWA KELAS V SD NEGERI NGEBUNG BERAN TAHUN AJARAN 2011/2012

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA POWERPOINT TERHADAP PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM PADA SISWA KELAS V SD NEGERI NGEBUNG BERAN TAHUN AJARAN 2011/2012 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA POWERPOINT TERHADAP PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM PADA SISWA KELAS V SD NEGERI NGEBUNG BERAN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perubahan zaman, semakin maju pula peradaban dunia yaitu

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perubahan zaman, semakin maju pula peradaban dunia yaitu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perubahan zaman, semakin maju pula peradaban dunia yaitu dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Kemajuan dunia dibidang ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber daya manusia yang professional secara akademik dan tangguh/kreatif secara karakter. Undang-Undang

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Oleh Pahala Alalam Kayana

SKRIPSI. Disusun untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Oleh Pahala Alalam Kayana PENGARUH METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL (CD INTERAKTIF) TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD N CABAK KECAMATAN JIKEN KABUPATEN BLORA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI

Lebih terperinci

LKS BERBASIS GUIDED DISCOVERY LEARNING MATERI ALAT-ALAT OPTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

LKS BERBASIS GUIDED DISCOVERY LEARNING MATERI ALAT-ALAT OPTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA LKS BERBASIS GUIDED DISCOVERY LEARNING MATERI ALAT-ALAT OPTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program

Lebih terperinci

(PDEODE) DI KELAS VB SD NEGERI SUDIMARA

(PDEODE) DI KELAS VB SD NEGERI SUDIMARA i PENINGKATAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF STRATEGI PREDICT DISCUSS EXPLAIN OBSERVE DISCUSS EXPLAIN (PDEODE) DI KELAS VB SD

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PERBANDINGAN ANTARA METODE MAKE A MATCH DENGAN METODE THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 GATAK SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS MODEL PROBLEM BASED LEARNING PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA POKOK BAHASAN PENCEMARAN LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI GRUJUGAN BONDOWOSO SKRIPSI Oleh: Benny Satria

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL INKUIRI MODIFIKASI (MODIFIED INQUIRY) DISERTAI METODE FISH BOWL PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI. Oleh

PENERAPAN MODEL INKUIRI MODIFIKASI (MODIFIED INQUIRY) DISERTAI METODE FISH BOWL PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI. Oleh PENERAPAN MODEL INKUIRI MODIFIKASI (MODIFIED INQUIRY) DISERTAI METODE FISH BOWL PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI Oleh Eni Lutfiyah NIM 070210192154 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan Permendikbud No. 65 Tahun 2013 proses pembelajaran pada suatu pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ELABORASI TERHADAP HASIL DAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA DI SMA. Oleh Jadnika Dwi RA NIM

PENERAPAN MODEL ELABORASI TERHADAP HASIL DAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA DI SMA. Oleh Jadnika Dwi RA NIM PENERAPAN MODEL ELABORASI TERHADAP HASIL DAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA DI SMA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Pendidikan Fisika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

SKRIPSI. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh Yuli Astutik

SKRIPSI. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh Yuli Astutik EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTOR SISWA PADA PELAJARAN IPA KELAS V SEKOLAH DASAR GUGUS PANGERAN DIPONEGORO KECAMATAN GEYER KABUPATEN GROBOGAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA Susilawati Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang Jln. Lontar No. 1 Semarang susilawatiyogi@yahoo.com

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : NURUL AZIZAH NIM : Drs. Alex Harijanto, M.Si

SKRIPSI. Oleh : NURUL AZIZAH NIM : Drs. Alex Harijanto, M.Si PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X.C DI MAN 2 JEMBER TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh : NURUL AZIZAH NIM.080210192018

Lebih terperinci

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan nasional adalah suatu proses belajar dan pembelajaran yang terencana sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN OPEN-ENDED

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN OPEN-ENDED KEEFEKTIFAN PENDEKATAN OPEN-ENDED DALAM SETTING PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP KELAS VII SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

METODE PRAKTIKUM DI DALAM PEMBELAJARAN PENGANTAR FISIKA SMA : STUDI KONSEP BESARAN DAN SATUAN TAHUN AJARAN SKRIPSI

METODE PRAKTIKUM DI DALAM PEMBELAJARAN PENGANTAR FISIKA SMA : STUDI KONSEP BESARAN DAN SATUAN TAHUN AJARAN SKRIPSI METODE PRAKTIKUM DI DALAM PEMBELAJARAN PENGANTAR FISIKA SMA : STUDI KONSEP BESARAN DAN SATUAN TAHUN AJARAN 2012-2013 SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan dihampir semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam pendidikan formal. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION DISERTAI LEMBAR KERJA LAPANGAN (LKL) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI.

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION DISERTAI LEMBAR KERJA LAPANGAN (LKL) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION DISERTAI LEMBAR KERJA LAPANGAN (LKL) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI Oleh Sakiinatus Sajadah NIM 090210102009 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa dampak secara global, seperti persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, salah satu diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATERI PECAHAN DI KELAS IV SEKOLAH DASAR MENGGUNAKAN STRATEGI TANDUR

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATERI PECAHAN DI KELAS IV SEKOLAH DASAR MENGGUNAKAN STRATEGI TANDUR PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATERI PECAHAN DI KELAS IV SEKOLAH DASAR MENGGUNAKAN STRATEGI TANDUR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan posisi dirinya

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL GROUP INVESTIGATION (GI) BERBASIS MASALAH KONTEKSTUAL DIPADU PENILAIAN PROYEK PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI MA SKRIPSI.

IMPLEMENTASI MODEL GROUP INVESTIGATION (GI) BERBASIS MASALAH KONTEKSTUAL DIPADU PENILAIAN PROYEK PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI MA SKRIPSI. IMPLEMENTASI MODEL GROUP INVESTIGATION (GI) BERBASIS MASALAH KONTEKSTUAL DIPADU PENILAIAN PROYEK PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI MA SKRIPSI Oleh Titim Matus Solichah NIM 090210102047 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Siti Fatimah NIM

SKRIPSI. Oleh Siti Fatimah NIM PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DISERTAI PERTANYAAN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP (STUDI HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA MATERI POKOK KALOR KELAS VII SMP NEGERI 5 TANGGUL SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2010/2011)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang ke arah positif. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. berkembang ke arah positif. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan direncanakan dan diatur sedemikian hingga membuat manusia berkembang ke arah positif. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV SD NEGERI SALATIGA 06 SEMESTER II TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas. Di sekolah, guru dan peserta didik memegang peranan penting dalam proses belajar

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN METAKOGNISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS X-MIA 2 SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN METAKOGNISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS X-MIA 2 SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN METAKOGNISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS X-MIA 2 SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Oleh: ANGGRAENI ROSITA DAMAYANTI K4311009

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBI (PROBLEM BASED INSTRUCTION) DISERTAI LKS PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBI (PROBLEM BASED INSTRUCTION) DISERTAI LKS PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBI (PROBLEM BASED INSTRUCTION) DISERTAI LKS PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI Oleh: Selvia Ariska Yuswita NIM 070210102111 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE EXAMPLE NON EXAMPLE DALAM PEMBENTUKAN KONSEP FISIKA SISWA SMP SKRIPSI. Oleh. Gaguk Fitriono NIM

IMPLEMENTASI METODE EXAMPLE NON EXAMPLE DALAM PEMBENTUKAN KONSEP FISIKA SISWA SMP SKRIPSI. Oleh. Gaguk Fitriono NIM IMPLEMENTASI METODE EXAMPLE NON EXAMPLE DALAM PEMBENTUKAN KONSEP FISIKA SISWA SMP SKRIPSI Oleh Gaguk Fitriono NIM 070210192156 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karakter suatu bangsa dibangun dari proses pendidikan. Dalam Undang-undang

I. PENDAHULUAN. karakter suatu bangsa dibangun dari proses pendidikan. Dalam Undang-undang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan aspek penting dalam sebuah negara karena peradaban dan karakter suatu bangsa dibangun dari proses pendidikan. Dalam Undang-undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE CO-OP CO-OP DISERTAI METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI. Oleh:

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE CO-OP CO-OP DISERTAI METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI. Oleh: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE CO-OP CO-OP DISERTAI METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI. Oleh CITRA AYU LESTARI NIM

MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI. Oleh CITRA AYU LESTARI NIM MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI Oleh CITRA AYU LESTARI NIM 070210102086 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), baik itu di dalam maupun di luar ruang kelas. Dalam KBM seorang pendidik akan selalu berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan syarat penting bagi perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN POE

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN POE MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 2 BALUNG TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : Ermika

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN LAGU ANAK-ANAK TERHADAP HASIL BELAJAR APRESIASI PUISI KELAS III SD NEGERI 1 MIRENG TRUCUK KLATEN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI

PENGARUH PENGGUNAAN LAGU ANAK-ANAK TERHADAP HASIL BELAJAR APRESIASI PUISI KELAS III SD NEGERI 1 MIRENG TRUCUK KLATEN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN LAGU ANAK-ANAK TERHADAP HASIL BELAJAR APRESIASI PUISI KELAS III SD NEGERI 1 MIRENG TRUCUK KLATEN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF DENGAN METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI. Oleh: Netta Wahyu Ariany NIM

PENERAPAN PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF DENGAN METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI. Oleh: Netta Wahyu Ariany NIM P PENERAPAN PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF DENGAN METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI Oleh: Netta Wahyu Ariany NIM 080210102024 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia dalam rangka memperoleh ilmu yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk bersikap dan berperilaku. Karena

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X-A SMA MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA MELALUI MODEL BELAJAR AKTIF TIPE QUIZ TEAM

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X-A SMA MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA MELALUI MODEL BELAJAR AKTIF TIPE QUIZ TEAM UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X-A SMA MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA MELALUI MODEL BELAJAR AKTIF TIPE QUIZ TEAM SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor 54 tahun 2013 tentang Standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah, Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh guru, dalam menyampaikan materi yang diajarkan kepada siswa dalam suatu lembaga pendidikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana. Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Matematika. Oleh RIDWAN PRIHANTONO

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana. Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Matematika. Oleh RIDWAN PRIHANTONO PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN TIPE JIGSAW KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA IPA MATERI STRUKTUR BUMI DAN MATAHARI MENGGUNAKAN APLIKASI MACROMEDIA FLASH DI KELAS V SD NEGERI 1 KARANGSARI BANJARNEGARA

PENGEMBANGAN MEDIA IPA MATERI STRUKTUR BUMI DAN MATAHARI MENGGUNAKAN APLIKASI MACROMEDIA FLASH DI KELAS V SD NEGERI 1 KARANGSARI BANJARNEGARA PENGEMBANGAN MEDIA IPA MATERI STRUKTUR BUMI DAN MATAHARI MENGGUNAKAN APLIKASI MACROMEDIA FLASH DI KELAS V SD NEGERI 1 KARANGSARI BANJARNEGARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah tumpuan sebuah bangsa menuju persaingan global. Di dalam pendidikan banyak aspek yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara lain pemerintah,

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia sebagai pemberian berharga dari Allah SWT. Dengan kemampuan inilah manusia memperoleh kedudukan mulia

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TTW (THINK-TALK-WRITE) PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI. Oleh: SYAHRIYATUL M NIM

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TTW (THINK-TALK-WRITE) PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI. Oleh: SYAHRIYATUL M NIM PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TTW (THINK-TALK-WRITE) PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI Oleh: SYAHRIYATUL M NIM 050210102125 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 5E DENGAN METODE EKSPERIMEN TERHADAP MISKONSEPSI FISIKA SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMK FARMASI JEMBER

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 5E DENGAN METODE EKSPERIMEN TERHADAP MISKONSEPSI FISIKA SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMK FARMASI JEMBER PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 5E DENGAN METODE EKSPERIMEN TERHADAP MISKONSEPSI FISIKA SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMK FARMASI JEMBER SKRIPSI Oleh Pandu Setyowidi NIM 080210192013 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak rintangan dalam masalah kualitas pendidikan, salah satunya dalam program pendidikan di Indonesia atau kurikulum.

Lebih terperinci

PEMAHAMAN DAN KESIAPAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER

PEMAHAMAN DAN KESIAPAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER PEMAHAMAN DAN KESIAPAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus Pada Guru Di Sekolah SMA Muhammadiyah 4 Kartasura) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci