IMPLEMENTASI KOOPERATIF NHT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR ROLL SENAM LANTAI

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI KOOPERATIF NHT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR ROLL SENAM LANTAI I Wayan Pastika Putra, I Wayan Artanayasa, I Made Satyawan. Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan, Rekreasi Universitas Penddikan Ganesha, Singaraja, Indonesia {pastika_putra@yahoo.com,iwayan.artanayasa@yahoo.com, anduksatya@yahoo.com}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar berguling senam lantai melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas XI IPB 1 SMA Negeri 2 Bangli tahun pelajaran 2013/2014.Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPB 1 SMA Negeri 2 Bangli, berjumlah 32 orang dengan 23 orang putra dan 9 orang putri. Hasil analisis data pada siklus I aktivitas belajar berguling ke depan secara klasikal sebesar 7,67 (aktif), dan pada siklus II sebesar 9,08 (sangat aktif). Dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 1,41. Aktivitas belajar berguling ke belakang secara klasikal sebesar 8,05 (aktif), dan pada siklus II sebesar 9,10 (sangat aktif). Dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 1,05. Persentase hasil belajar berguling ke depan secara klasikal pada siklus I sebesar 65,63% (cukup baik), dan pada siklus II sebesar 87,5% (sangat baik). Dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 21,87%. Persentase hasil belajar berguling ke belakang secara klasikal pada siklus I sebesar 65,63% (cukup baik), dan pada siklus II sebesar 90,63% (sangat baik). Dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 25%. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar berguling senam lantai meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas XI IPB 1 SMA Negeri 2 Bangli tahun pelajaran 2013/2014. Disarankan kepada guru penjasorkes untuk mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe NHT karena dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar berguling senam lantai. Kata-kata kunci: NHT, aktivitas, hasil belajar, berguling senam lantai. Abstract This research was aims to improve the activity and learning outcomes of rolling in gymnastics floor through the implementation of cooperative learning model NHT type in class XI IPB 1 of SMAN 2 Bangli in Academic Year 2013/2014. This study was a classroom action research which was conducted in two cycles. The subjects of the study were 32 students of class XI IPB 1 of SMAN 2 Bangli consisted of 23 male and 9 female students. The results of data analysis on the cycle I of learning activity of foward rolling clasically was 7.67 ( active ), and the cycle II was 9.08 ( very active ). From the cycle I to the cycle II increased by While the learning activity of backwards rolling on cycle I clasically was 8.05 ( active ), and the cycle II was 9.10 ( very active ). From the first cycle to the second cycle increased by Percentage of learning outcomes of forward rolling on the cycle I clasically was % (quite good ), and the cycle II was 87.5 % (excellent ). From cycle I to cycle II was increased by %. While the percentage of learning outcomes of backwards rolling on the cycle I clasically was % ( quite good ), and the cycle II was % ( very good ). From the first cycle to the second cycle increased by 25 %. Based on the data analysis and discussion, it can be concluded that the activity and learning outcomes of rolling gymnastic floor increased through the implementation of cooperative learning model NHT type in class XI IPB 1 of SMAN 2 Bangli in Academic Year 2013/2014. It is recommended to penjasorkes teachers to use cooperative learning model NHT type because it can increase activity and learning outcomes of rolling in gymnastics floor. Key words : NHT, activities, learning outcomes, rolling in gymnastic floor.

2 PENDAHULUAN Mutu pendidikan yang berkualitas dan profesional ini akan sangat diperlukan agar dapat mendukung kecerdasan kehidupan bangsa dan mampu bersaing pada era globalisasi. Dalam Undang Undang Republik Indonesia. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikemukakan tujuan pendidikan nasional yang tercantum pada Bab 11 pasal 4 yaitu : Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan saat ini. Beberapa upaya tersebut diantaranya adalah dengan menyempurnakan kurikulum menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Upaya pemerintah tersebut harus pula diikuti oleh upaya guru yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pembelajaran di sekolah. Proses pendidikan pada setiap satuan pendidikan haruslah iteraktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Permendiknas. 41, 2007). Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan termasuk ke dalam kurikulum pendidikan. Maka guru penjasorkes secara sadar dan terencana akan melaksanaan proses pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dan mengetahui tujuan yang akan dicapai, yaitu mengembangkan anak atau individu secara utuh dalam arti mencakup aspek-aspek jasmaniah, intelektual, emosional, dan mental spiritual yang dalam proses pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani dan pembiasaan pola hidup sehat (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SMP/ MTs, 2006:512). Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila tedapat perubahanperubahan yang nampak dan terlihat pada siswa, baik yang menyangkut perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan sudah tentu peubahan-perubahan tersebut menuju ke arah yang lebih baik. Oleh sebab itu guru diharapkan mampu memilih model-model pembelajaran yang tepat dan inovatif serta sesuai dengan kebutuhan pembelajaran yang dipelajari dan sesuai dengan tujuan pembelajaran itu sendiri. Sehingga pada diri siswa tidak terjadi kejenuhan dan rasa bosan dalam mengikuti proses pembelajaran serta setiap proses pembelajaran itu sendiri menjadi efektif. Model pembelajaran disini merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dianalisis berdasarkan implementasi krikulum. Model pembelajaran juga merupakan pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial (Agus Suprijono, 2010:46). Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan juga akan dapat mendukung kearah yang lebih baik dalam menunjang berbagai kegiatan pembelajaran. Peranan teknologi sangat terlihat terutama dalam dunia pendidikan seperti adanya computer, adanya OHP, VCD dan sebagainya. Dengan kemajuan tersebut diharapkan terjadi proses pembelajaran di sekolah serta sesuai norma dan kebutuhan masyarakat. Penggunaan media secara tepat dan ditunjang pemanfaatan media pendidikan khususnya media Audio visual akan dapat berguna untuk menumbuh-kembangkan sikap positif anak didik dalam belajar. Namun kenyataannya guru-guru dalam mengajar kurang memanfaatkan secara optimal media pendidikan dalam proses pembelajaran, hal ini disebakan oleh tuntutan penyesuaian pencapaian target kurikulum. Penggunaan media Audiovisual akan dapat membantu dalam menyampaikan suatu materi khusunya pembelajaran gerak pada pendidikan jasmani. Dalam pendidikan jasmani

3 keterampilan gerak dan fisik yang baik sangat berperan penting dalam kesempurnaan suatu proses gerakan. Berdasarkan hasil observasi awal di SMA Negeri 2 Bangli, mengenai proses pembelajaran Penjasorkes dengan materi berguling senam lantai pada siswa kelas XI IPB 1 yang berjumlah 32 siswa. Secara umum, komponen aktivitas belajar siswa terdiri dari kegiatan visual, lisan, mendengarkan, metrik, mental, dan emosional. Berdasarkan hasil pengamatan enam komponen aktivitas belajar tersebut, diperoleh hasil berguling ke depan sebagai berikut. Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan, siswa yang berada pada kategori aktif tidak ada, aktif sebanyak 9 orang (28,12%), cukup aktif sebanyak 20 orang (62,5%), kurang aktif sebanyak 3 orang (9,37%), dan sangat kurang aktif tidak ada. Data aktivitas belajar berguling ke depan senam lantai, secara klasikal diperoleh sebesar 5,93 yang tergolong dalam kategori cukup aktif. Sedangkan hasil berguling ke belakang sebagai berikut. siswa yang berada pada kategori aktif tidak ada, aktif sebanyak 8 orang (25%), cukup aktif sebanyak 19 orang (59,37%), kurang aktif sebanyak 5 orang (15,62%), dan sangat kurang aktif tidak ada. Data aktivitas belajar berguling ke belakang senam lantai, secara klasikal diperoleh sebesar 5,78 yang tergolong dalam kategori cukup aktif. Aktivitas belajar siswa dikatakan berhasil minimal berada pada katagori aktif. Demikian halnya hasil belajar siswa juga perlu ditingkatkan. Diperoleh dari observasi awal hasil belajar berguling senam lantai yang terdiri dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor adalah siswa yang tuntas terdiri dari 7 orang (21,87%) dan siswa yang tidak tuntas 25 orang (78,12%), sedangkan siswa yang berada pada kategori sangat aktif tidak ada (0%), siswa dalam kategori aktif sebanyak 7 orang (21,87%), siswa dalam katagori cukup aktif sebanyak 22 orang (68,75%), siswa dalam katagori kurang aktif sebanyak 3 orang (9,37) dan siswa dalam katagori sangat kurang aktif tidak ada. Dengan menganalisa data hasil belajar siswa secara keseluruhan terlihat hasil belajar masih tergolong rendah dan kurang, karena belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Penjasorkes yaitu sebesar 76. Berdasarkan refleksi awal di atas mengenai proses pembelajaran Penjasorkes dengan materi berguling senam lantai bahwa kenyataan di lapangan menunjukkan masih ada siswa yang aktivitas belajarnya rendah. Ini ditandai dengan beberapa permasalahan yang dialami siswa, yaitu: (1) dilihat dari segi lisan siswa belum berani mengemukakan pendapat dalam proses pembelajaran, (2) dari segi metrik siswa belum berani melakukan gerakan dalam proses pembelajaran, dan (3) dari segi emosional siswa kurang bersungguhsungguh dalam melakukan gerakan dalam proses pembelajaran. Sedangkan ketuntasan hasil belajar berguling senam lantai juga masih rendah. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran yang digunakan guru kurang inovatif, dimana proses pembelajaran masih berpusat pada guru. Hal ini bisa dilihat dari hasil belajar siswa, permasalahan yang muncul adalah pada aspek Psikomotor yaitu: (1) Dilihat dari gerakan berguling ke depan pada sikap awal kedua lutut dan kaki siswa kurang rapat, pada sikap pelaksanaan pinggul siswa kurang diangkat, dan pada sikap akhir pandangan mata belum diarahkan ke depan dan tangan tidak diluruskan, dan (2) dari gerakan berguling ke belakang pada sikap awal kedua lengan siswa belum di samping telinga, pada sikap pelaksanaan badan kurang digulingkan ke belakang, dan pada sikap akhir pandangan mata belum diarahkan ke depan dan tangan tidak diluruskan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dipandang perlu untuk dicarikan jalan pemecahannya supaya tujuan proses pembelajaran mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan tuntutan kurikulum. Dari observasi dan refleksi awal yang dilakukan, peneliti mencoba mengadakan suatu penelitian dan mencari solusi dalam perbaikan aktivitas dan hasil pembelajaran khususnya pada pembelajaran Penjasorkes yaitu menerapkan model pembelajaran

4 kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Egen dan Kauchak 1996: 279 dalam Trianto, 2007: 42). Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar (Nurhadi 2004: 112). Adapun ciriciri model pembelajaran kooperatif adalah; (1) belajar bersama dengan teman, (2) selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman, (3) saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok, (4) belajar dari teman sendiri dalam kelompok, (5) belajar dalam kelompok kecil, (6) produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat, (7) keputusan tergantung pada siswa sendiri, (8) siswa aktif. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengangkat model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) Dimana model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang sederhana dimana pada model pembelajaran ini siswa lebih banyak mempunyai kesempatan diskusi kelompok, masingmasing siswa memberikan partisipasinya secara maksimal dan setiap siswa mempunyai tanggung jawab perseorangan untuk menguasai materi dengan sebaikbaiknya. Model pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT ini bertujuan mengajak siswa untuk belajar aktif dan berani mengeluarkan pendapat dalam diskusi kelompok. Apabila ada suatu konsep yang belum dimengerti dan dipahaminya, siswa dapat saling isi mengisi dengan siswa lain, saling bertukar pikiran sehingga diharapkan konsep yang dimiliki siswa benar-benar dapat dipahami dengan baik. Suasana belajar akan lebih kondusif, yang akhirnya berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajarnya. Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam satu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat (4) langkah sebagai berikut: (1) Penomoran, Guru membagi siswa kedalam kelompok yang beranggotakan 4-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1-5. (2) Mengajukan Pertanyaan, Guru mengajukan sebuah pertayaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat bersifat spesifik dalam bentuk kalimat Tanya. (3) Berfikir Bersama, Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan setiap anggota dalam teamnya mengetahui jawaban itu. (4) Menjawab, Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuaii mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan, untuk seluruh kelas. Model ini mengacu kepada belajar kelompok. Anggota team menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya, kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran dan memecahkan suatu masalah melalui diskusi. Dengan begitu guru tidak akan terlihat terlalu mendominasi dalam pembelajaran sedangkan siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar berguling senam lantai melalui penerapan model pembelajaran NHT pada siswa kelas XI IPB 1 SMA Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014, (2) untuk

5 memberikan inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Bentuk penelitian guru sebagai peneliti dengan rancangan terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi/evaluasi, dan (4) refleksi (Kanca, 2010: 133). Penelitian ini melibatkan kerja sama kolaboratif antara guru penjasorkes kelas XI IPB 1 SMA Negeri 2 Bangli dengan teman sejawat, dosen ahli, dengan melibatkan seluruh siswa kelas XI IPB 1 SMA Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 32 orang yaitu 23 orang siswa putra dan 9 orang siswa putri pada tahun pelajaran 2013/2014 (Kanca, 2010: 146). Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu aktivitas belajar di evaluasi oleh dua orang observer dengan menggunakan lembar observasi aktivitas belajar siswa, sedangkan untuk hasil belajar ada tiga aspek penilaian yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor. Penilaian kognitif diberikan dengan tes kemampuan yang di buat oleh peneliti, penilaian afektif merupakan pengamatan sikap yang di evaluasi oleh 2 observer dan penilaian psikomotor di evaluasi oleh 3 orang evaluator dengan menggunakan format assesmen hasil belajar siswa teknik dasar roll senam lantai. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Hasil analisis data aktivitas belajar pada siklus I untuk berguling ke depan diperoleh aktivitas belajar siswa secara klasikal 7,67 kategori (baik). siswa yang berada pada katagori sangat aktif 8 orang (25%), aktif sebanyak 19 orang (59,38%), cukup aktif sebanyak 5 orang (15,62%), kurang aktif tidak ada (0%), dan sangat kurang aktif tidak ada (0%). Tabel 01. Data Aktivitas Belajar Teknik Berguling ke Depan Senam Lantai Kriteria siswa Persentas e (%) 1 X % Aktif 2 7 X < ,38% Aktif 3 5 X < ,62% Cukup Aktif 4 3 X < 5 0 0% Kurang Aktif 5 X < 3 0 0% Kurang Aktif % ratarata keseluruhan 245,5 Hasil analisis data aktivitas belajar pada siklus I untuk berguling ke belakang diperoleh aktivitas belajar siswa secara klasikal 8,05 kategori (baik). siswa yang berada pada katagori sangat aktif 6 orang (18,75%), aktif sebanyak 18 orang (56,25%), cukup aktif sebanyak 8 orang (25%), kurang aktif tidak ada (0%), dan sangat kurang aktif tidak ada (0%).

6 Tabel 01. Data Aktivitas Belajar Teknik Berguling ke belakang Senam Lantai Kriteria siswa Persentase (%) 1 X ,75% Aktif 2 7 X < ,25% Aktif 3 5 X < % Cukup Aktif 4 3 X < 5 0 0% Kurang Aktif 5 X < 3 0 0% Kurang Aktif % rata-rata keseluruh an 257,5 Hasil analisis data hasil belajar pada siklus I untuk berguling ke depan diperoleh hasil belajar siswa secara klasikal 78,86 kategori (baik). 6 orang siswa (18,75%) memperoleh nilai dengan kategori sangat baik (A), 15 orang siswa (46,88%) memperoleh nilai dengan kategori baik (B), 11 orang siswa (34,37%) memperoleh nilai dengan kategori cukup (C), dan tidak ada siswa mendapat nilai dengan kategori kurang (D) dan sangat kurang (E). Tabel 02. Data Hasil Belajar Teknik berguling ke Depan Senam Lantai Siklus I Rentang Skor Siswa Persentas e Kategori ,75% Baik 65,63% ,88% Baik ,37% Cukup Kurang Kurang % 37,37% Tidak Hasil analisis data hasil belajar pada siklus I untuk berguling ke belakang diperoleh hasil belajar siswa secara klasikal 76,79 kategori (baik). 3 orang siswa (9,37%) memperoleh nilai dengan kategori sangat baik (A), 18 orang siswa (56,25%) memperoleh nilai dengan kategori baik (B), 10 orang siswa (31,25%) memperoleh nilai dengan kategori cukup (C), dan tidak ada siswa mendapat nilai dengan kategori kurang 1 orang siswa (3,13%) memperoleh nilai dengan kategori (D) dan sangat kurang (E).

7 Tabel 02. Data Hasil Belajar Teknik Berguling ke Belakang Siklus I Rentang Skor Siswa Persentase Kategori ,37% Baik ,25% Baik ,25% Cukup ,13 Kurang Kurang % 65,62% 34,38% Tidak Hasil analisis data aktivitas belajar pada siklus II untuk berguling ke depan diperoleh aktivitas belajar siswa secara klasikal 9,08. siswa yang berada pada katagori sangat aktif sebanyak 21 orang (65,63%), aktif sebanyak 11 orang (34,37%), cukup aktif tidak ada (0%), kurang aktif tidak ada (0%), dan sangat kurang aktif tidak ada (0%). Jika dilihat berdasarkan kriteria penggolongan aktivitas belajar dengan jumlah aktivitas belajar siswa secara klasikal 9,08 berada pada rentang X 9 atau berada dalam kategori sangat aktif. Tabel 03. Data Aktivitas Belajar Teknik Berguling ke depan Senam Lantai Siklus II Kriteria siswa Persentase (%) 1 X ,63% Aktif 2 7 X < ,37% Aktif 3 5 X < 7 0 0% Cukup Aktif 4 3 X < 5 0 0% Kurang Aktif 5 X < 3 0 0% Kurang Aktif % ratarata keseluruhan 290,75 Hasil analisis data aktivitas belajar pada siklus II untuk berguling ke belakang diperoleh aktivitas belajar siswa secara klasikal 9,10. siswa yang berada pada katagori sangat aktif sebanyak 21 orang (65,63%), aktif sebanyak 11 orang (34,37%), cukup aktif tidak ada (0%), kurang aktif tidak ada (0%), dan sangat kurang aktif tidak ada (0%). Jika dilihat berdasarkan kriteria penggolongan aktivitas belajar dengan jumlah aktivitas belajar siswa secara klasikal 9,10 berada pada rentang X 9 atau berada dalam kategori sangat aktif.

8 Tabel 03. Data Aktivitas Belajar Teknik Berguling ke depan Senam Lantai Siklus II Kriteria siswa Persentase (%) 1 X ,63% Aktif 2 7 X < ,37% Aktif 3 5 X < 7 0 0% Cukup Aktif 4 3 X < 5 0 0% Kurang Aktif 5 X < 3 0 0% Kurang Aktif % ratarata keseluruhan 291,25 Hasil analisis data hasil belajar pada siklus II untuk berguling ke depan diperoleh hasil belajar siswa secara klasikal 85,17 kategori (sangat baik). 12 orang siswa (37,5%) memperoleh nilai dengan kategori sangat baik (A), 16 orang siswa (50%) memperoleh nilai dengan kategori baik (B), 4 orang siswa (12,5%) memperoleh nilai dengan kategori cukup (C), dan tidak ada siswa mendapat nilai dengan kategori kurang (D) dan sangat kurang (E). Jika dilihat berdasarkan kriteria penggolongan hasil belajar dengan jumlah aktivitashasil belajar siswa secara klasikal 85,17 berada pada rentang yang berada dalam kategori baik. Tabel 04. Data Hasil Belajar Teknik Berguling ke Depan Senam Lantai Siklus II Rentang Skor Siswa Persentase Kategori ,5% Baik 87,5 % % Baik ,5% Cukup Kurang Kurang % 12,5 % Tidak Hasil analisis data hasil belajar pada siklus II untuk berguling ke depan diperoleh hasil belajar siswa secara klasikal 82,33 kategori (sangat baik). 8 orang siswa (25%) memperoleh nilai dengan kategori sangat baik (A), 21 orang siswa (65,63%) memperoleh nilai dengan kategori baik (B), 3 orang siswa (9,37%) memperoleh nilai dengan kategori cukup (C), dan tidak ada siswa mendapat nilai dengan kategori kurang (D) dan sangat kurang (E). Jika dilihat berdasarkan kriteria penggolongan hasil belajar dengan jumlah aktivitashasil belajar siswa secara klasikal 82,33 berada pada rentang yang berada dalam kategori baik.

9 Tabel 04. Data Hasil Belajar Teknik Berguling ke belakang Senam Lantai Siklus II Rentang Skor Siswa Persentase Kategori % Baik ,63% Baik ,37% Cukup Kurang Kurang % 90,63 % 9,37 % Tidak PEMBAHASAN Melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini, maka diperoleh hasil analisis data pada siklus I yaitu rata-rata aktivitas belajar berguling ke depan senam lantai secara klasikal adalah sebesar 7,67. Sedangkan rata-rata aktivitas belajar berguling ke belakang secara klasikal sebesar 8,05. Dilihat dari kriteria tersebut, maka aktivitas belajar berguling ke depan maupun berguling ke belakang senam lantai pada siklus I secara klasikal tergolong aktif. Ini menunjukkan bahwa tingkat kualitas aktivitas belajar berguling (ke depan dan ke belakang) senam lantai pada siklus I sudah memenuhi standar ketuntasan aktivitas belajar di sekolah SMA Negeri 2 Bangli pada umumnya. Hasil belajar siswa untuk Berguling kedepan pada siklus I sebanyak 11 orang siswa yang tidak tuntas namun pada siklus II terjadi peningkatan sehingga siswa yang tuntas sebanyak 28 orang siswa dan hanya 4 orang siswa yang tidak tuntas, dan hasil belajar siswa untuk berguling ke belakang pada siklus I sebanyak 11 orang siswa yang tidak tuntas namun pada siklus II terjadi peningkatan sehinga siswa yang tuntas menjadi sebanyak 29 orang siswa dan hanya 3 orang siswa yang tidak tuntas. Peningkatan dari siklus I ke siklus II ini terjadi karena pada siklus II peneliti memberikan tindakan-tindakan NHT dengan melihat kelemahan-kelemahan pada siklus I. Dengan memperhatikan data hasil belajar pada siklus II, dalam hal ini hasil belajar teknik berguling (Iroll) senam lantai baik berguling kedepan ataupun berguling kebelakang masih terdapat 4 orang siswa yang tidak tuntas untuk Berguling ke depan dan 3 orang siswa yang tidak tuntas untuk Berguling ke belakang. Dari data tersebut terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II untuk Berguling senam lantai adalah masing - masing sebesar 21,87% dan 25% untuk Berguling kedepan dan kebelakang. Peningkatan hasil belajar teknik Berguling (roll) Senam lantai ini tidak terlepas dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT secara optimal dengan perbaikan-perbaikan pembelajaran sesuai dengan kekurangan-kekurangan, hambatan dan kendala-kendala yang terjadi pada setiap siklus sebelumnya. Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006:20). Dari pedapat di atas dapat dipaparkan bahwa hasil belajar adalah suatu tujuan yang hendak dicapai dalam proses belajar dimana, proses belajar dalam diri siswa dapat dikatakan baik apabila dalam diri siswa terjadi perubahan pada tiga bidang sesuai dengan tujuan taksonomi pendidikan dari Bloom yaitu kognitif, afektif, dan psikomotornya. Data peningkatan aktivitas dan hasil belajar Berguling (roll) Senam Lantai merupakan bukti dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini, siswa dapat mendapat kesempatan yang luas untuk melatih keterampilan dan juga memberikan waktu yang luas untuk belajar gerak baik secara individu maupun secara

10 kelompok, suasana belajar siswa selama kegiatan pembelajaran nampak bebas, ceria, bergairah, dan kondusif. Disamping itu siswa dapat berkolaborasi dengan teman kelompoknya. Siswa belajar dan beraktivitas sendiri untuk memperoleh pengalaman, pengetahuan, pemahaman dan tingkah laku lainnya serta mengembangkan keterampilannya yang bermakna. Sehingga dalam hal ini, kegiatan atau aktivitas belajar siswa merupakan pondasi dan prinsip fundamental untuk mencapai hasil belajar yang lebih optimal. Berdasarkan hasil pembahasan yang dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar teknik Berguling (roll) Senam Lantai meningkat melalui Penerapani model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas XI IPB 1 SMA Negeri 2 Bangli tahun pelajaran 2013/2014. Untuk itu disarankan kepada guru penjasorkes untuk berupaya menerapkan model pembelajaran kooperatif tipenht dalam proses pembelajaran sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Teknik Berguling (roll) Senam Lantai. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) Aktivitas belajar teknik berguling roll) senam lantai meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas XI IPB 1 SMA Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014. (2) Hasil belajar teknik berguling (roll) senam lantai meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas XI IPB 1 SMA Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014. SARAN Saran peneliti kepada guru penjasorkes yaitu agar menerapkan modell pembelajaran kooperatif tipe NHT, karena terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik Berguling (roll) kedepan dan kebelakang Senam Lantai.

11 DAFTAR RUJUKAN Dimyati dan Mudjiono Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Kanca, I N Metode Penelitian Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Edisi Revisi. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha. Nurhadi, dkk Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK: Universitas Negeri Malang (UMPRESS). Trianto Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Dimyati dan Mudjiono Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hamalik, Oemar Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hamalik, Oemar Metoda Belajar Dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito. Muhajir Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. Muhadi, Nanang Pengertian dan Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Tersedia pada org/wp/custom?hl=en&client (diakses tanggal 28 januari 2012). Nurhadi, dkk Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK: Universitas Negeri Malang (UMPRESS). Nurkancana, I Wayan dan Sunartana Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional. Roji Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga. Slameto Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sudibyo, Bambang Permendiknas 41 Tahun 2007 Tentang Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Menteri Pendidikan Nasional. Sudjana, Nana Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sugiyanto dan Sudjarwo Perkembangan dan Belajar Gerak Modul 1-6. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti. Sukardjo dan Nurhasan Evaluasi Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Depdikbud. Suprijono, Agus Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Sutama, Made, dkk Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir. Singaraja: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Pendidikan Ganesha. Suyati, dkk Materi Pokok Senam. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Trianto Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Wardani, I.G.A.K, dkk Penelitian Tindakan Kelas. Cetakan Ke-17. Jakarta : Universitas Terbuka.