IMPLEMENTASI KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASILBELAJAR PASSING CONTROL SEPAKBOLA

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASILBELAJAR PASSING CONTROL SEPAKBOLA Oleh I Wayan Wira Aryanta, I wayan Artanayasa, I Made Satyawan. Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Genesha {wirabp76@gmail.com, iwayan.artanayasa@yahoo.com, anduksatya@yahoo.com}@undiksha.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar passing control sepakbola melalui penerapan model pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Sawan tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus, terdiri dari tahap rencana tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi/evaluasi dan tahap refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Sawan, berjumlah 24 orang. Data dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa rata-rata aktivitas belajar passing control sepakbola secara klasikal pada siklus I sebesar 6,79 cukup aktif, pada siklus II sebesar 9,62 sangat aktif. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar passing control sepakbola meningkat melalu iimplementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Sawan tahun pelajaran 2016/2017. Disarankan kepada guru Penjasorkes agar mengimplementasikan model karena terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar passing control sepakbola pada siswa. Kata kunci: Aktivitas belajar, hasil belajar, kooperatif STAD, passing control sepakbola. ABSTRACT This study aims to improve the activity and learning outcomes football passing control through the implementation of cooperative learning model STAD in class XI IPS 1 SMA Negeri 1 Sawan academic year 2016/2017. This research is a classroom action research conducted in two cycles, comprising the steps of the action plan, the implementation phase of action, observation / evaluation and reflection stage. The subjects were students of class XI IPS 1 SMA Negeri 1 Sawan, totaling 24 people 13 sons and 11 daughters. Data were analyzed using descriptive statistical analysis. Based on the analysis of data showed that the average activity passing control study in classical football in the first cycle of 6.79 quite active, and the second cycle of 9.62 very active. Based on the analysis of data and discussion is concluded that the activity and learning outcomes passing through iimplementasi increased control soccer cooperative learning model STAD in class XI IPS 1 SMA Negeri 1 Sawan academic year 2016/2017. Penjasorkes recommended to teachers in order to implement cooperative learning model STAD as shown to increase activity and learning outcomes in students passing control football. Keywords: Activities of learning, learning outcomes, cooperative STAD, passing control football.

2 PENDAHULUAN Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008:3). Pendidikan jasamani, olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, setabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat, dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006: 163). Pembelajaran merupakan suatu proses yang melibatkan interaksi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa dimana dari interaksi tersebut siswa diharapkan mendapatkan pemahaman dan kemajuan hasil belajar tentang ajaran yang diperoleh dalam situasi belajar mengajar (Santyasa dan Sukadi, 2007:7). Dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut selalu terkait dengan beberapa faktor, salah satunya siswa adalah faktor internal lain siswa yang bersangkutan. Faktor internal siswa adalah faktor yang timbul dari dalam siswa, seperti siswa kurang tertarik terhadap materi pembelajaran yang diberikan. Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dimana guru sebagai pemeran utamanya. Peningkatan kualitas pembelajaran adalah salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Tuntutan pendidikan, termasuk pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di era globalisasi ini adalah proses pembelajaran yang dinamis dan aktif, guna mencapai tujuan pendidikan nasional. Proses pembelajaran dikatakan tercapai apabila ada perubahan-perubahan dalam diri peserta didik, baik menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan. Untuk mencapai tujuan tersebut, peran seorang guru sangatlah penting di dalam menentukan dan menerapkan model pembelajaran yang tepat, karena dengan model pembelajaran yang baik, seorang guru dapat memacu keikutsertaan peserta didik secara aktif, kreatif dan inovatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan pada tanggal 22 Agustus 2016 di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Sawan pada materi teknik passing control sepakbola (kaki bagian dalam), hal yang sama juga dilakukan oleh guru mata pelajaran penjasorkes di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Sawan dalam materi teknik passing control sepakbola. Setelah meminta siswa melakukan pemanasan, guru memberikan materi secara lisan dengan metode ceramah. Kemudian guru memberikan contoh secara langsung yang dilanjutkan dengan latihan di bawah pengawasan guru. Dengan jumlah siswa 24 orang, yang terdiri dari 13 orang siswa putra dan 11 orang siswa putri. Dilihat dari persentase aktivitas belajar teknik passing control sepakbola menunjukan bahwa siswa yang berada pada kategori sangat aktif tidak ada orang (0%), kategori aktif 4 orang (14,66%), siswa berada dalam kategori cukup aktif 10 orang (41,67%), siswa berada dalam kategori kurang aktif 10 orang (41,67%), Siswa dengan kategori

3 sangat kurang aktif tidak ada (0%). Rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 5,2. Rata-rata aktivitas belajar yang diharapkan minimal berada pada kategori aktif (minimal 7). Berdasarkan rata-rata aktivitas tersebut, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa masih rendah. Hal ini dikarenakan siswa mengalami permasalahan pada aspek audio, mental dan metrik. Permasalahan tersebut disebabkan karena pada saat proses pembelajaran, sebagian besar siswa kurang mendengarkan guru pada saat menyampaikan materi dan siswa bersikap acuh terhadap penjelasan guru sehingga dalam praktiknya siswa melakukan gerakan atau materi dengan baik dan benar. Hasil belajar teknik passing sepakbola (kaki bagian dalam) siswa yang berada pada kategori sangat baik 0 orang (0%), baik 5 orang (20,83%), cukup baik 13 orang (54,17%), kurang baik 6 orang (25%), dan sangat kurang baik 0 orang (0%). Ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa masih dalam kategori tidak tuntas. Hasil belajar aspek pengetahuan secara klasikal adalah 70,54. Persentase ketuntasan belajar siswa yang diharapkan minimal sesuai KKM (minimal 75) baik secara individu maupun klasikal. Berdasarkan data persentase ketuntasan belajar siswa tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa masih sangat rendah. Berdasarkan hasil refleksi awal yang dilakukan oleh peneliti, permasalah yang dialami siswa pada saat proses pembelajaran teknik dasar passing control (kaki bagian dalam) sepakbola terdapat beberapa faktor yang menyebabkan proses pembelajaran teknik dasar passing control (kaki bagian dalam) sepakbola siswa masih kurang. Adapun masalah mendasar yang menyebabkan aktivitas siswa mengikuti pembelajaran rendah yaitu pengunaan model pembelajaran konvensional sehingga timbullah masalah baru diantaranya adalah (1) Pada kegitan visual yaitu siswa belum sepenuhnya mengamati guru dalam mendemonstrasikan passing control sepakbola, (2) Pada kegiatan lisan yaitu siswa belum berani mengemukakan pendapat dan memberikan saran dalam diskusi, (3) Pada kegiatan audio yaitu siswa ditemukan beberapa siswa kurang mendengarkan penyajian bahan pelajaran guru ataupun temannya tentang teknik dasar passing control (kaki bagian dalam) sepakbola serta siswa cepat jenuh, (4) Pada kegiatan metrik yaitu siswa belum berani untuk melakukan gerakan-gerakan baru untuk membatu menyempurnakan gerakan, (5) Pada kegiatan emosional yaitu siswa belum percaya diri dalam mengahadapi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sedangkan yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah dilihat dari aspek afektif, aspek kognitif dan aspek psikomotor yaitu (1) Nilai kognitif siswa rendah karena siswa belum menguasai teori dari materi passing control sepakbola dengan baik dan benar, (2) Nilai afektif siswa rendah karena sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran tidak sungguh sungguh dan kurang bersemangat dalam proses pembelajran, banyak siswa yang minat belajarnya kurang terhadap mata pelajaran penjasorkes khususnya siswa putri yang pada dasarnya kurang memahami betul pembelajaran penjasorkes pada materi teknik dasar passing control sepakbola, (3) Nilai psikomotor masih rendah karena siswa belum sepenuhnya menguasai gerakan yang diinstruksikan oleh guru. Setelah dilakukan observasi dan refleksi awal dengan melihat kekurangan yang dialami siswa dalam proses pembelajaran teknik dasar passing control sepakbola (kaki bagian

4 dalam), maka peneliti mencari solusi pemecahan masalah yang masih menghambat proses pembelajaran. Dalam hal ini peneliti mengajukan solusi yaitu dengan mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD. Pembelajaran Kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, dimana kelompok-kelompok kecil bekerja sama untuk mencapai tujuantujuan bersama (Santyasa dan Sukadi, 2007:30). Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 5 orang dengan kemampuan yang berbeda dan cocok diimplementasikan di semua mata pelajaran. Tipe STAD dapat mengkondisikan siswa dalam lingkungan belajar yang nyaman dimana siswa dapat saling bertukar pendapat dan saling memberi kontribusi kepada anggota kelompok lainnya. Adapun langkah-langkah adalah presentasi kelas, kerja kelompok, kuis, skor perbaikan, dan penghargaan kelompok (Nurhadi, dkk. 2004:61). Tipe pembelajaran ini diharapkan dapat membantu siswa, khususnya siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Sawan berbagi aktif serta menumbuhkan komunikasi yang efektif dan kerja sama yang baik di antara anggota kelompok. Pemilihan tentang model pembelajaran Student Teams Achievement Division ini juga dikuatkan oleh hasil penelitian dari peneliti-peneliti sebelumnya diantaranya: (1) Artama, I Putu Alit (2012:117) menemukan bahwa aktivitas dan hasil belajar teknik dasar passing control sepakbola meningkat melalui penerapan model pada siswa Kelas X.4 SMA Negeri 1 Seririt Tahun Pelajaran 2011/2012, (2) Agus Artha Kurniawan, I Ketut (2013:144) menemukan bahwa aktivitas dan hasil belajar teknik dasar passing bola voli meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas X.3 SMA Negeri 1 Banjarangkan Tahun Pelajaran 2012/2013, (3) Yoni Endrawati, I Gusti Ayu (2012:91) menemukan bahwa aktivitas dan hasil belajar teknik dasar lari jarak pendek meningkat melalui penerapan model pada siswa kelas 5 SD Negeri 1 Sudaji Tahun Pelajaran 2011/2012, (4) Ary Wibawa, Kadek (2012:92) menemukan bahwa aktivitas dan hasil belajar teknik dasar lay-up shoot bola basket meningkat melalui implementasi model pada siswa kelas X.1 SMA Laboratorium UNDIKSHA Tahun Pelajaran 2011/2012, (5) Lasudika, Kadek (2012:105) menemukan bahwa aktivitas dan hasil belajar lompat jauh meningkat melalui penerapan model pada siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Banjar Tahun Pelajaran 2011/2012. Bertitik tolak pada permasalahan di atas, penulis berkeinginan untuk melaksanakan penelitian yang berjudul Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Passing control Sepakbola pada Siswa Kelas VII C SMP Negeri 4 Negara Tahun Pelajaran 2016/2017. METODE PENELITIAN Jenis adalah bermacammacam, sedangkan penelitian adalah suatu proses yang sistematis, logis, dan empiris untuk mencari kebenaran ilmiah atau pengetahuan ilmiah. Jadi jenis penelitian adalah bermacam-

5 macam suatu proses yang sistematis, logis, dan empiris untu mencari kebenaran ilmiah atau pengetahuan ilmiah (Kanca, 2010:4) Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara professional (Kanca, 2010:108). Penelitian tindakan seperti dikatakan oleh Kemmis dan Carr dalam (Kanca,2010:133), adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial (termasuk pendidikan) dengan tujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaannya serta situasi dimana pekerjaan itu dilakukan. Rancangan penelitian adalah rencana tentang bagaimana cara mengumpulkan, menyajikan, dan menganalisis data untuk memberi arti terhadap data tersebut secara efektif dan efisien (Kanca, 2010:55). Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik pembelajar an di kelas secara profesional (Kanca, 2010:108). Rancangan penelitian ini, menggunakan 2 siklus, dimana masing- masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dengan masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: (a) Rencana tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi atau evaluasi dan (d) refleksi. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data pada siklus I, maka kriteria penggolongan aktivitas belajar passing control (kaki bagian dalam) sepakbola seperti yang tertuang pada Tabel 4.3. Tabel 1 Hasil Analisis Data Aktivitas Belajar Passing Control Sepakbola pada Siklus I No Kriteria Jumlah Siswa Persentase Katagori Aktivitas (orang) (%) 1 X Sangat Aktif 2 7 X < ,33 Aktif 3 5 X < ,67 Cukup Aktif 4 3 X < Kurang Aktif 5 X < Sangat Kurang Aktif Total Berdasarkan Tabel 4.1 maka dapat dijelaskan bahwa siswa dalam kategori sangat aktif tidak ada, katagori aktif 14 orang (58,33%), katagori cukup aktif 10 orang (41,67%), katagori kurang aktif tidak ada, dan katagori sangat kurang aktif tidak ada. Berdasarkan analisis data hasil belajar passing control sepakbola pada siklus I, maka dapat dilihat persentase hasil belajar passing control sepakbola pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Sawan pada Tabel 4.4.

6 Tabel 2 Hasil Analisis Data Ketuntasan Hasil Belajar Passing Control Sepakbola pada Siklus I No Tingkat Ketuntasan Jumlah Siswa (orang) Presentase (%) Katagori Keterangan Sangat Baik 19 Orang ,17 Baik (79,17%) Tuntas ,83 Cukup 5 Orang (20,83%) Tidak Tuntas Kurang Sangat Kurang Total Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat disampaikan bahwa, siswa yang berada pada kategori sangat baik tidak ada, baik 19 orang (79,17%), cukup 5 orang (20,83%), kurang dan sangat kurang tidak ada. Jadi siswa yang tuntas sebanyak 19 orang (79,17%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 5 orang (20,83%). Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa presentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal adalah 79,16% dan belum memenuhi kriteria keberhasilan belajar siswa yakni sebesar 75%. Jadi penelitian pada siklus I dengan materi passing control sepakbola tuntas. Berdasarkan hasil análisis data aktivitas passing control sepakbola pada siklus II, maka didapatkan hasil yang dikelompokan berdasarkan kriteria penggolongan aktivitas belajar passing control sepakbola seperti yang tertuang dalam Tabel 4.3. Tabel 3 Hasil Analisis Data Aktivitas Belajar Passing Control Sepakbola pada Siklus II No Kriteria Jumlah Siswa Persentase Katagori Aktivitas (orang) (%) 1 X ,50 Sangat Aktif 2 7 X < ,50 Aktif 3 5 X < Cukup Aktif 4 3 X < Kurang Aktif 5 X < Sangat Kurang Aktif Total Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat disampaikan bahwa, siswa yang berada pada katagori sangat aktif 21 orang (87,50%), aktif 3 orang (12,50%), cukup aktif tidak ada, kurang aktif tidak ada, dan sangat kurang aktif tidak ada.. Berdasarkan analisis data hasil belajar passing control sepakbola pada siklus II, maka dapat dilihat persentase hasil belajar passing control sepakbola pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Sawan pada Tabel 4.4

7 Tabel 4 Hasil Analisis Data Ketuntasan Hasil Belajar Passing Control Sepakbola Pada Siklus II No Tingkat Ketuntasan Jumlah Siswa (orang) Presentase (%) Katagori Keterangan ,16 Sangat Baik 24 Orang ,84 Baik (100%) Tuntas Cukup 0 Orang (0%) Kurang Tidak Tuntas Sangat Kurang Total (100%) Berdasarkan Tabel 4.4 di atas dapat disampaikan bahwa, siswa yang berada pada kategori sangat baik 7 orang (29,16%), baik 17 orang (70,84%), cukup tidak ada, kurang tidak ada, dan sangat kurang tidak ada. Dengan memperhatikan data hasil belajar pada siklus II, dalam hal ini hasil belajar passing control sepakbola semuaya tuntas (100%). Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal adalah 100%. Jadi penelitian pada siklus II dengan materi passing control sepakbola adalah tuntas. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan selama du siklus, dengan mengimplementasikan model pebelajaran kooperatif tipe STAD yang betujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar passing control sepakbola, aktivitas belajar passing control sepakbola pada siklus I secara klasikal sebesar 6,79 tergolong pada katagori cukup aktif atau berada pada rentang 5 X < 7 dengan rincian sebagai berikut: siswa yang berada pada katagori sangat aktif tidak ada, siswa yang aktif sebanyak 14 orang (58,33%), siswa yang cukup aktif sebanyak 10 orang (41,67%), siswa yang kurang aktif dan sangat kurang aktif tidak ada. Adapun permasalahanpermasalahan aktivitas belajar yang dihadapi dalam pembelajaran pada siklus I yaitu: 1) siswa tidak berani mengemukakan pendapat dalam diskusi kelompok yang berkaitan dengan meteri passing control (kaki bagian dalam) sepakbola. 2) siswa tidak mendengarkan diskusi dalam kelompok yang berkaitan dengan materi pembelajaran. 3) siswa tidak mau membantu temannya dalam melakukan gerakan passing control (kaki bagian dalam) sepakbola. 4) siswa tidak mampu memecahkan masalah dalam proses pembelajaran passing control (kaki bagian dalam) sepakbola. 5) siswa tidak sungguhsungguh dalam melakukan gerakan passing control (kaki bagian dalam) sepakbola. Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan aktivitas belajar tersebut adalah: 1) peneliti memotivasi siswa untuk berani mengemukakan pendapat pada saat diskusi kelompok. 2) peneliti memotivasi siswa agar saling berdiskusi dan saling mendengarkan materi passing control sepakbola yang disampaikan oleh temannya. 3) menyarankan siswa agar siswa mau membantu temannya dalam melakukan gerakan dengan benar. 4) peneliti membantu dan

8 mendampingi siswa agar berani dalam menghadapi dan memecahkan masalah dalam pembelajaran passing control sepakbola. 5) peneliti membantu dan mendampingi siswa agar bersungguh-sungguh dalam melakukan gerakan passing control sepakbola. Sedangkan hasil analisis data hasil belajar passing control sepakbola pada siklus I dengan rincian sebagai berikut: siswa yang berada pada katagori sangat baik tidak ada, katagori baik sebanyak 19 orang (79,17%), katagori cukup sebanyak 5 orang (20,83%), katagori kurang dan sangat kurang tidak ada. Jadi siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 19 orang (79,17%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 5 orang (20,83%). Jadi presentase ketuntasan belajar passing control sepakbola pada siklus I sebesar 79,17%. Dilihat dari hasil analisis data hasil belajar pada siklus I permasalahan-permasalahan yang dihadapi adalah: 1) pada kompetensi pengetahuan, masih kurangnya pemahaman siswa mengenai materi pembelajaran passing control sepakbola, hal ini terlihat dari rendahnya nilai yang diperoleh dari hasil tes tertulis, 2) pada kompetensi sikap, masih terlihat kurangnya rasa saling menghargai antara siswa yang satu dengan yang lainnya dalam proses pembelajaran, dan 3) pada kompetensi keterampilan, masih banyak siswa yang belum bisa melakukan gerakan passing control sepakbola. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tindakan perbaikan yang dilakukan adalah: 1) peneliti menjelaskan kembali dan memberi tindakan langsung kepada siswa tentang passing control sepakbola secara bertahap, 2) memberi arahan kepada siswa di setiap kelompoknya agar dapat menumbuhkan rasa saling menghargai, karena dengan itu akan terciptanya suasana harmonis dan nyaman disaat menjalani pembelajaran, dan 3) memberi bimbingan kepada siswa yang masih salah melakukan gerakan passing control sepakbola mulai dari fase persiapan, pelaksanaan hingga fase lanjutan sehingga hasil yang diperoleh bisa lebih optimal. Pembelajaran pada siklus II berlangsung sangat kondusif, siswa sudah mengetahui dan mampu beradaptasi dengan model. Rata-rata hasil analisis data aktivitas belajar passing control sepakbola pada siklus II secara klasikal sebesar 9,62 tergolong pada katagori sangat aktif atau berada pada rentang X 9 dengan rincian sebagai berikut: siswa yang tergolong pada katagori sangat aktif sebanyak 21 orang (87,50%), pada katagori aktif sebanyak 3 orang (12,50%). Jadi aktivitas belajar passing control sepakbola mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 2,83. Peningkatan juga terjadi pada hasil belajar passing control sepakbola, dimana pada siklus I siswa yang tuntas 19 orang (79,17%) dan pada siklus II siswa yang tuntas 24 orang (100%). Terjadi peningkatan hasil belajar pada siklus I ke siklus II sebesar 20,83%. Dilihat dari ketuntasan hasil belajar secara klaskal pada siklus II yaitu 100% sudah memenuhi standar ketuntasan secara klasikal yaitu 75% sesuai dengan kriteria keberhasilan belajar dari peneliti maupun sekolah. Peningkatan ini tidak terlepas dari penerapan model secara optimal dengan perbaikanperbaikan pembelajaran sesuai dengan kekurangan-kekurangan, hambatan dan kendala-kendala yang terjadi pada setiap siklus sebelumnya.

9 Berdasarkan data analisa hasil uraian di atas, bahwa aktivitas dan hasil belajar meningkat dikarenakan: 1) siswa lebih aktif dalam mengikuti suatu proses pembelajaran dalam melakukan interaksi dengan teman sehingga pembelajaran lebih aktif dan tidak satu arah. Sesuai dengan pendapat Roger dan David Johnson (dalam Rusman, 2010: 212) bahwa partisipasi dan komunikasi (participation communication) yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran. Jadi siswa dituntut untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. 2) timbulnya kerjasama antar siswa dengan siswa, tim atau teman didalam kelompoknya dapat menyelesaikan tugas gerak yang diberikan oleh guru. Seperti yang dijelaskan oleh Slavin (2010: 144) bahwa dalam penerapan sintak STAD yakni kerja tim/kelompok poin yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Jadi setiap anggota tim harus bekerjasama untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik. 3) Siswa menjadi lebih menghargai satu sama lain dalam kelompok, karena dalam masingmasing kelompok tidak ada batasan mengenai jenis kelamin, suku, ras, sehingga pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa tdak memiliki batasan untuk berdiskusi dalam kelompoknya. Hal ini juga dikuatkan dengan pendapat dari Slavin (dalam Trianto, 2007: 52) yang menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku Hasil penelitian ini juga dikuatkan oleh hasil penelitian dari peneliti sebelumnya, antara lain: (1) Sadu (2014, Vol. 2) yang menemukan adanya peningkatan pada aktivitas dan hasil belajar passing control sepakbola melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas VIII A2 SMP Negeri 3 Sawan tahun pelajaran 2013/2014. Dari hasil analisis data observasi awal aktivitas belajar teknik dasar passing bola basket secara klasikal sebesar 5,7 (cukup aktif), setelah diberi tindakan pada siklus I aktivitas belajar meningkat sebesar 0,7 menjadi 6,4 (cukup aktif) dan meningkat sebesar 2,11 menjadi 8,51 (aktif) pada siklus II. Analisis data hasil belajar teknik dasar passing bola basket pada observasi awal secara klasikal sebesar 11,1%, setelah diberi tindakan pada siklus I hasil belajar meningkat sebesar 25,9% menjadi 37% dan meningkat sebesar 55,6% menjadi 92,6% pada siklus II. (2) Adiputra (2014, Vol. 2) menyatakan bahwa aktivitas dan hasil belajar teknik dasar passing control sepak bola meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas VII. 5 SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2013/2014. Hasil analisis data aktivitas belajar passing control sepak bola pada siklus I adalah 37 orang (94,87%) aktif, dan pada siklus II sebanyak 39 orang (100%) aktif. Dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 2 orang (5,13%). Hasil belajar passing control pada siklus I adalah 20 orang (51,3%) tuntas, dan pada siklus II sebanyak 39 orang (100%) tuntas. Dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebanyak 19 orang (48,7%). Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, secara umum penelitian ini sudah dapat membantu siswa untuk meningkatkan aktivitas

10 belajarnya dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar yang diperoleh lebih baik dan maksimal. Namun peneliti juga mengalami keterbatasan yaitu: keterbatasan waktu pelaksanaan penelitian yang dilakukan 2 (dua) siklus, agar tidak mengganggu dari kurikulum sekolah yang sudah dibuat. Penelitian yang sudah dilaksanakaan ini tidaklah selalu berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan dan di rencanakan. Dikarenakan adanya kendala-kendala yang dihadapi peneliti dalam menjalankan penelitian ini. Adapun kendala-kendalanya yaitu: a) banyaknya hari libur yang menyebabkan penelitian tidak berlangsung dengan lancar, b) terbenturnya hari penelitian dengan jadwal ujian sekolah, c) tempat penelitian yang dirancang tidak sesuai dengan keadaan di lapangan, d) terbatasnya biaya yang direncanakan dalam penelitian ini. Dari kendalakendala yang dihadapi tersebut maka yang dilakukan peneliti untuk memecahkannya sehingga penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar adalah peneliti menunggu sampai hari libur dan ujian sekolah berakhir, dan melanjutkan penelitian pada hari dan jam sesuai dengan jadwal olahraga disekolah dan berkoordinasi dengan pihak sekolah terutama guru penjasorkes di SMA Negeri 1 Sawan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan serta teoriteori pendukung hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar passing control sepakbola pada siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Sawan Tahun Pelajaran 2016/2017. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di atas, simpulan penelitian ini sebagai berikut. Aktivitas belajar passing control sepakbola meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Sawan Tahun Pelajaran 2016/2017. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata aktivitas belajar secara klasikal pada siklus I sebesar 6,79 (cukup aktif) dan pada siklus II sebesar 9,62 (sangat aktif). Dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebesar 2,83. Di hasil belajar passing control sepakbola meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Sawan Tahun Pelajaran 2016/2017. Hal ini dapat dilihat dari presentase ketuntasan hasil belajar pada siklus I sebesar 79,17% dan pada siklus II sebesar 100%. Dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebesar 20,83%. Berdasarkan simpulan di atas, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut. Kepada guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dapat menerapkan implementasi model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran passing control sepakbola karena dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian dapat menerapkan implementasi model tipe STAD sesuai dengan materi yang akan diberikan. Bagi sekolah agar dijadikan pedoman dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan khususnya pada materi pembelajaran passing control sepakbola.

11 Diharapkan kepada siswa-siswi yang dijadikan subjek penelitian selanjutnya lebih memperhatikan dan memahami pembelajaran yang diberikan, agar dapat menambah paradigma maupun wawasan pengetahuan khususunya dalam pembelajaran passing control sepakbola maupun pada pembelajaran yang lain. DAFTAR PUSTAKA Agus Artha Kurniawan, I Ketut Aktivitas dan hasil belajar teknik dasar passing bola voli meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas X.3 SMA Negeri 1 Banjarangkan Tahun Pelajaran 2012/2013. Ary Wibawa, Kadek Aktivitas dan hasil belajar teknik dasar lay-up shoot bola basket meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas X.1 SMA Laboratorium UNDIKSHA Tahun Pelajaran 2011/2012. Kanca, I Nyoman Metode Penelitian Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Buku Ajar. Singaraja: Fakultas Olahraga dan Kesehatan. Lasudika, Kadek Aktivitas dan hasil belajar lompat jauh meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Banjar Tahun Pelajaran 2011/2012. Nurhadi, dkk Pembelajaran Konstektual (Contectual Teaching and Learning/CTL) dan penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Santyasa dan Sukadi Model- Model Pembelajaran Inovatif. Singaraja: Undiksha. Slavin, Robert.E Cooperative Learning. Ed. Boston: Allyn and Bacon. Trianto Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Perpustakaan Nasional. Yoni Endrawati, I Gusti Ayu Aktivitas dan hasil belajar teknik dasar lari jarak pendek meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas 5 SD Negeri 1 Sudaji Tahun Pelajaran 2011/2012.