PENGARUH SUHU PEMANASAN TERHADAP PLASTISITAS KARET SIR 20 DI PT. BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE DOLOK MERANGIR KARYA ILMIAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH SUHU PEMANASAN TERHADAP PLASTISITAS KARET SIR 20 DI PT. BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE DOLOK MERANGIR KARYA ILMIAH"

Transkripsi

1 PENGARUH SUHU PEMANASAN TERHADAP PLASTISITAS KARET SIR 20 DI PT. BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE DOLOK MERANGIR KARYA ILMIAH IRMA JULIYANTY SIREGAR PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA INDUSTRI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Irma Juliyanty Siregar : Pengaruh Suhu Pemanasan Terhadap Plastisitas Karet Sir 20 Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir, USU Repository 2009

2 2 PENGARUH SUHU PEMANASAN TERHADAP PLASTISITAS KARET SIR 20 DI PT. BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE DOLOK MERANGIR KARYA ILMIAH Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya IRMA JULIYANTY SIREGAR PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA INDUSTRI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

3 3 PERSETUJUAN Judul : PENGARUH SUHU PEMANASAN TERHADAP PLASTISITAS KARET SIR 20 DI PT.BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE DOLOK MERANGIR Kategori : KARYA ILMIAH Nama : IRMA JULIYANTY SIREGAR Nomor Induk Mahasiswa : Program Studi : DIPLOMA III KIMIA INDUSTRI Departemen : KIMIA Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Disetujui di Medan, Juni 2008 Diketahui/ Disetujui Oleh Departemen Kimia FMIPA USU Ketua, Pembimbing, DR. Rumondang Bulan, MS Drs. Firman Sebayang, MS NIP NIP

4 4 PERNYATAAN PENGARUH SUHU PEMANASAN TERHADAP PLASTISITAS KARET SIR 20 DI PT.BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE DOLOK MERANGIR KARYA ILMIAH Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing masing disebutkan sumbernya. Medan, Juni 2008 IRMA JULIYANTY S

5 5 PENGHARGAAN Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan, rezeki serta kekuatan kepada penulis. Dan hanya karena berkat dan rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh jenjang Diploma III pada Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam Program Kimia Industri Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan Karya Ilmiah ini penulis mencoba membuat setiap penjabaran masalah sitematis mungkin serta penyajian yang singkat. Hal ini mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini. Dengan selesainya Karya Ilmiah ini, penulis menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis untuk menyelesaikan Karya Ilmiah ini, terutama kepada : 1. Bapak Dr.Eddy Marlianto,M.sc. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU. 2. Ibu DR.Rumondang Bulan Nst,MS selaku Ketua Jurusan Departemen Kimia 3. Bapak Drs.Firman Sebayang, MS selaku Dosen Pembimbing akademik yang telah banyak membimbing penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini. 4. Bapak.Yusuf Nst,SH selaku Manager Human Resource di PT.BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE. 5. Bapak R.S. Pasaribu,Bsc selaku Manager Pabrik di PT.BRIDGESTONE SUMTRA RUBBER ESTATE. Yang telah memberikan izin Praktek kerja Lapangan (PKL) dan pengambilan data untuk Karya Ilmiah. 6. Seluruh Dosen dan Staff pengajar dilingkungan FMIPA 7. Seluruh Dosen dan Staff pengajar dilingkungan FMIPA 8. Buat teman teman separtner PKL di Bridgestone, meli, alex, osbal, trima kasih atas dukungan, bantuan, pengertian, kerja samanya. Serta terima kasih atas semua canda tawa dan kebersamaannya selama ini, sampai kita bisa menyelesaikan PKL dan laporannya. 9. Buat Rina dan twic yang selalu memberikan dorongan dan dukungannya serta kebersamaan dan canda tawanya.

6 6 10. Buat Chaoni, Sri, Rina, Isma terimakasih atas dukungan dan pengertiannya selama ini. Rajin rajin belajar dan harus Semangat. Jangan putus asa 11. Serta semua rekan rekan seperjuangan Mahasiswa Kimia Industri atas. dukungannya, kebersamaan dan canda tawanya.trima atas segala Khususnya buat Ayahanda tercinta Drs.Hamkanuddin Siregar dan Ibunda tercinta Nurminah Daulay Ba beserta adek adekku tersayang Syukri dan Fahmi, saya ucapkan terimakasih yang tak terhingga atas segala usaha baik moril maupun materil, beserta doa dan dorongan yang telah banyak diberikan selama ini kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah mereka berikan. Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan dan penulisan Karya ilmiah ini masih banyak kekurangan dan ketidak sempurnaan. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun, yang akhirnya dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan memperbaiki segala kekurangan yang ada. Akhir kata penulis berharap semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat baik untuk penulis dan pembaca, semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan Karunianya kepada kita semua, amin. Medan, Juni 2008 Penulis, Irma Juliyanty Siregar

7 7 ABSTRAK Telah dilakukan penentuan Plasticity Retention Index (PRI) pada karet SIR 20 di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir, dimana analisa ini bertujuan untuk mengetahui plastisitas karet dan mudah tidaknya karet dilunakkan dalam gilingan pelunak.plasticity Retention Index (PRI) dilakukan dengan metode Wallace Plastimeter. Plastisitas merupakan perbandingan antara nilai plastisitas setelah melalui pemanasan terhadap nilai platisitas awal sebelum pemanasan. Dari Hasil analisa yang dilakukan diperoleh nilai Plasticity Retention Index (PRI) untuk SIR 20 yaitu 80% pada suhu C, 79% pada suhu C, 77% pada suhu C, 75% pada suhu C. Dari hasil ini maka nilai PRI tersebut telah memenuhi standar mutu karet yang ditetapkan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Perdagangan No. 184/Kp/VI/88, pada tanggal 25 Juni 1988.

8 8 Influence of warm-up temperature To plastisitas rubber SIR 20 In PT.Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir ABSTRACT Determination of Plasticity Retention Index (PRI) of Rubber SIR 20 has been conducted in PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir, where this analysis aims to know rubber plasticity and the elasticity of rubber mellowed in milling softener.plasticity Retention Index (PRI) conducted with method of Wallace Plastimeter. Plasticity represent the comparison of plasticity value after warming-up and the first plasticity value before warming-up.from the analysis result done it will be obrained the value of Plasticity Retention Index (PRI) for SIR 20 about 80% on temperature C, 79% on temperature C, 77% on temperature C, 75% on temperature C. And from this result, hence, value of PRI the have fulfilled standard quality of specified rubber as according to Decree of Trade Minister of No. 184/Kp/VI/88, on 25 June 1988.

9 9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN PERNYATAAN PENGHARGAAN ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ii iii iv v vii viii ix xi BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Tujuan Penelitian Manfaat 3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Lateks Jenis-jenis Karet dan Manafaatnya Kegunaan lain Tanaman karet Karet Bongkah atau Block Rubber Sifat Karet Penyebab terjadinya Prakoagulasi Tindakan pencegahan prakoagulasi dan zat anti koagulan Penentuan Kualitas Karet Remah Pengertian Plastisitas, viskositas, dan viskositas-elastis Nilai Plastisitas Awal (Po) Nilai Plasticity Retention Index (PRI) Penentuan Plasticity Retention Index (PRI) Pengaruh Standar Indonesia Rubber (SIR 20) 22 BAB III. METODOLOGI PERCOBAAN Alat dan Bahan 30

10 Alat Bahan Prosedur 30 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perhitungan Pembahasan 34 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran 35 DAFTAS PUSTAKA LAMPIRAN

11 11 DAFTAR TABEL TABEL 2.1. Komposisi Lateks Segar dari Kebun Karet Kering 6 TABEL 2.2. Pengaruh NH 3 terhadap PRI 20 TABEL 2.3. Pengaruh perendaman dalam bahan kimia terhadap PRI 22

12 12 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penilaian mutu secara klasifikasi mutu didasarkan pada hasil analisa dari syarat uji. Yang diuji mutu untuk SIR 20 yaitu: Kadar Abu, Kadar zat menguap, Plasticity retention Index (PRI) dan uji lain yang dilakukan. Karet spesifikasi teknis atau karet remah adalah karet alam yang dibuat khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penilaian terhadap mutu karet remah dengan kualitas SIR 20 didasarkan pada analisis Plasticity Retention Index (PRI). Penentuan PRI dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai keliatan karet pada waktu dipanaskan dan tahan tidaknya karet terhadap oksidasi. Karet yang mempunyai PRI tinggi mempunyai rantai molekul yang tahan oksidasi, sedangkan yang mempunyai PRI rendah mudah teroksidasi menjadi karet lunak. PRI dapat dipakai sebagai petunjuk mudah tidaknya karet dilunakkan dalam gilingan pelunak (masticator). Penggilingan secara berulang ulang harus dihindarkan karena gesekan gesekan yang terjadi dapat menurunkan nilai PRI dan tidak memenuhi standar yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia untuk SIR 20. Makin tinggi nilai PRI maka makin tinggi pula kualitas karet tersebut. Karet yang berasal dari lateks biasanya mempunyai PRI yang tinggi karena dalam lateks tersebut terdapat bahan bahan anti oksidan. Tetapi dengan adanya variasi pada cara pengolahan dapat mempunyai jumlah dan jenis anti oksidan dalam

13 13 karet, sehingga PRI nya juga dapat berubah. Bila perbandingan antara pro oksidan dan anti oksidan berubah, PRI juga akan berubah. Berdasarkan analisa diatas, Penulis tertarik untuk membahas mengenai karet spesifikasi teknis atau karet remah SIR 20 sehingga memilih judul PENGARUH SUHU PEMANASAN TERHADAP PLASTISITAS PALLET SIR 20 DI PT.BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE. DOLOK MERANGIR 1.2. Permasalahan Adanya produksi karet yang dihasilkan tidak memenuhi Standard oleh beberapa Perusahaan di Indonesia.Hal ini menyebabkan barang yang diekspor dikembalikan ke Indonesia / pabrik yang mengirim. Suatu bahan yang plastisitasnya tinggi mudah sekali berubah bentuk atau dengan kata lain mudah sekali mengalir sehingga telah didefenisikan bahwa plastisitas yang kepekaan terhadap deformasi, untuk mengetahui nilai plastisitas, dengan suatu metode yang sederhana dengan menggunakan alat yang sudah ada di laboratorium di pabrik pabrik karet remah (Crumb Rubber), yaitu alat yang disebut dengan alat Wallace Plastimeter. Wallace Plastimeter adalah alat yang dipakai untuk penentuan parameter Plasticity Retention Index (PRI) dari sample sample karet alam spesifikasi teknis. PRI atau petunjuk mengenai plastisitas adalah nilai tengah dari perbanding antara plastisitas setelah sample melalui pemanasan terhadap nilai Plastisitas awal sebelum pemanasan dikali 100%.

14 TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mengetahui Proses Pengolahan Karet 2. Untuk menentukan nilai Po dan PRI dari sample karet SIR 20 dengan bahan baku lateks kebun 3. Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi nilai PRI 4. Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya 1.4. MANFAAT 1. Mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi nilai Plasticity Retention Index (PRI) 2. Mengetahui nilai Po, Pa, dan PRI pallet SIR Sebagai sarana didalam menjalin hubungan kerja yang baik antara pihak Perusahaan di PT.Bridgestone Sumatra Rubber EstateDolok Merangir

15 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lateks Lateks yang berasal dari pohon Hevea Brasiliensis terdiri dari satu suspensi koloidal dari air dan bahan bahan kimia yang terkandung didalamnya. Bagian bagian yang terkandung tersebut tidak larut sempurna melainkan terpencar homogen atau merata di dalam air. Partikel partikel koloidal ini sedemikian kecil dan halus sehingga dapat menembus saringan. Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen. Komponen pertama adalah bagian yang mendispersikan atau memancarkan bahan bahan yang terkandung secara merata yang disebut dengan serum yang mengandung bagian bagian bukan karet yang melarut dalam air seperti protein, garam garam mineral, enzim enzim. Komponen kedua adalah bagian yang didispersikan atau dipencarkan yang terdiri dari butir butir yang dikelilingi lapisan tipis protein.(6) Lateks yang berasal dari pohon Havea brasiliens terdiri dari 2 bahan utama yaitu partikel partikel karet (rubber particle) dan bahan bukan karet (non rubber). Sebelum tercampur atau terkontaminasi dengan bahan bahan lain latek itu mempunyai ph normal yaitu ± ph : 6,9 7,0 cair dan bersifat kolloid dan stabil. Kestabilan koloid lateks tersebut akan dapat terganggu oleh berbagai faktor segera setelah latek keluar dari pohon (setelah disadap) misalnya terganggu oleh bakteri atau enzim yang berasal dari udara luar atau dari peralatan pekerja, akibat perubahan suhu dan lain sebagainya. Pengaruh faktor luar itu dapat mengakibatkan menurunnya mutu latek yang akan diolah menjadi berbagai jenis produksi.

16 16 Berdasarkan alasan seperti diuraikan diatas maka diperlukan beberapa perlakuan agar mutu lateks akan diolah tetap terjamin. Tindakan yang perlu dilakukan antara lain : menambahkan bahan pengawet dan menjaga kebersihan peralatan penderes. Jadi untuk menghasilkan karet bermutu baik, pengawasan yang cermat perlu dilakukan mulai dari penderesan sampai dengan proses akhir di pabrik bahkan sampai dengan transaksi pengapalannya. Oleh karena itu sifat sifat lateks perlu mendapat perhatian agar dapat memproduksi karet bermutu ekspor. Komposisi lateks : 1. Susunan Kimia Pada uraian diatas telah disebutkan bahwa latek Havea brasiliensis terdiri dari dua bahan pokok yaitu partikel partikel hidrokarbon (karet) dan bahan bukan karet. Bahan bukan karet dalam latek terdiri dari : air, protein, lipida, inositol dan quebrachital (karbohidrat) dan beberapa logam. Menurut berbagai peneliti, bahwa bagian bagian bukan karet terutama protein lipid dan karbohidrat sangat berperan terhadap kestabilan kolloid latek. Hal ini berarti bahwa bukan karet sangat berpengaruh terhadap mutu produksi akir seperti : sheet, crumb rubber dan lateks pusingan. 2. Susunan fraksi latek Apabila latek segar dipusing dengan suatu alat pemusing berkecepatan tinggi ( rpm), maka latek tersebut akan terpisah menjadi 4 fraksi yaitu : partikel karet, frey wisling, serum jernih, dan fraksi bawah terutama lutoid. Karet alam mengandung seratus persen cuis-1,4-poliisoprena, yang terdiri dari rantai polimer lurus dan panjang dengan gugus isoprenik yang berulang.

17 17 Tabel 2.1. Komposisi lateks segar dari kebun dan karet kering pada table berikut, Komponen Komponen dalam lateks Segar (%) Komponen dalam Lateks kering (%) Karet hidrokarbon Protein 1,4 2,5 3,5 Karbohidrat 1,6 Lipida 1,6 2,5 3,2 Persenyawaan organik lain 0,4 Persenyawaan anorganik 0,5 0,1 0,5 Air 58,5 0,3 1,0 (2) 2.2. Jenis Jenis Karet dan Manfaatnya A.Perbedaan Karet Alam dengan Karet Sintetis Walaupun karet alam sekarang ini jumlah produksi dan komsumsinya jauh di bawah karet sintetis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet belum dapat digantikan oleh karet sintetis. Bagaimanapun, keunggulan yang dimiliki karet alam sulit ditandingi oleh karet sintetis. Adapun kelebihan-kelebihan yang dimiliki karet alam disbanding karet sintetis adalah - memiliki daya elastisitas atau daya lenting yang sempurna - memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah - mempunyai daya arus yang tinggi, - tidak mudah panas (low heat build up), dan - memiliki daya tahan yang tinggi terhadap kerekatan. Walaupun demikian, karet sintetis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap berbagai zat kimia dan harganya yang cenderung bisa dipertahankan supaya tetap

18 18 stabil. Walaupun memiliki beberapa kelemahan dipandang dari sudut kimia maupun bisnisnya, akan tetapi menurut beberapa ahli, karet alam tetap mempunyai pangsa pasar yang baik. Beberapa industri tertentu tetap memiliki ketergantungan yang besar terhadap pasokan karet alam, misalnya industri ban yang merupakan pemakai terbesar karet alam. Beberapa jenis ban seperti ban radial walaupun dalam pembuatannya dicampur dengan karet sintetis, tetapi jumlah karet alam yang digunakan tetap besar, yaitu dua kali lipat komponen karet alam untuk pembuatan ban non-radial. Jenis-jenis ban yang besar kurang baik bila dibuat dari bahan karet sintetis yang lebih banyak. Porsi karet alam yang dibutuhkan untuk ban berukuran besar adalah jauh lebih besar. Ban pesawat terbang bahkan dibuat hampir semuanya dari bahan karet alam.(6) Kegunaan Tanaman Karet Selain dapat diambil lateksnya untuk bahan baku pembuatan aneka barang keperluan manusia, sebenarnya karet masih memiliki manfaat lain. Manfaat ini walaupun sekadar sampingan, tetapi memberi keuntungan yang tidak sedikit bagi para pemilik perkebunan karet. Hasil sampingan lain dari tanaman karet yang memberikan keuntungan adalah kayu atau barang pohon karet. Biasanya tanaman karet yang tua perlu diremajakan dan diganti dengan tanaman mudah yang masih segar dan berasal dari klon yang lebih produktif. Tanaman tua yang ditebang dapat dimanfaatkan batangnya atau diambil kayunya. Dilihat dari komposisi kimianya, ternyata kandungan protein biji karet terhitung tinggi. Dari hasil analisa diketahui kadar proteinnya sebesar 27%, lemak 32,3%, air 3,6%, abu 2,4%, thiamin 450 µg, asa nikonit 2,5 µg, karoten dan tokoferol 250 µg, dan sianida sebanyak 330 mg dari setiap 1000g bahan. Selain kandungan

19 19 proteinnya cukup tinggi, pola asam amino biji karet juga sangat baik. Semua asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh terkandung di dalamnya. Agar biji karet dimanfaatkan, maka harus diolah terlebih dahulu menjadi konsentrat. Konsentrat adalah hasil pemekatan fraksi protein biji karet yang kadar sebenarnya sudah tinggi menjadi lebih tinggi lagi. Dalam proses pembuatannya, fraksi protein dibuat lebih tinggi kadarnya dengan mengurangi atau menghilangkan lemak atau komponen komponen nonoprotein lain yang larut. Adanya kandungan sianida membuat biji karet berbahaya bila dikonsumsi mentah, tanpa diolah terlebih dahulu. Melalui proses perendaman selama 24 jam dengan air yang sering diganti dan perebusan terbuka, maka sianida dapat dihilangkan, menguap.(6) Karet Bongkah atau Block Rubber Karet bongkah adalah karet yang telah dikeringkan dan dikilang menjadi bandela bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. Karet bongkah ada yang berwarna muda dan setiap kelasnya itu mempunyai kode warna tersendiri. Standar mutu karet bongkah Indonesia tercantum dalam SIR (Standard Indonesia Rubber). Terhadap karet mentah dilakukan pengujian analisa kimia dan fisika sesuai dengan karet spesifikasi teknis, yaitu kadar kotoran, kadar abu, kadar zat menguap, Po dan PRI. Disamping itu juga ditentukan kadar Nitrogen, kadar gel, jumlah molekul rata rata dan perbandingan antara berat molekul rata rata dengan jumlah molekul rata rata. Hal ini dipandang perlu karena menurut Bridgestone sifat sifat tersebut mempunyai pengaruh sangat nyata terutama terhadap procesability dari karet mentah. Karet mentah dan karet yang telah dimatikasi diuji juga sifat viskositas Mooneynya.

20 20 Viskositas Mooneynya karet alam menunjukkan panjangnya rantai molekul karet atau berat molekul serta derajat pengikatan silang rantai molekul. Pada umumnya semakin tinggi berat molekul hidrokarbon karet semakin panjang rantai molekul dan semakin tahanan aliran dengan kata lain karetnya semakin viscous dank eras. Cara pencampuran mengikuti standard dari Bridgestone juga, yaitu dengan cara sebagai berikut : 1. Komponen nonproduktif Yang terdiri dari dari karet dengan bahan ramuan kecuali belerang, digiling dengan Banbury Mixer. Suhu penggilingan C. Komponen yang diperoleh lalu dibuat lembaran yang tebalnya 5 5,2 mm dengan menggunakan sheeting mill. Lembaran didinginkan di dalam air, kemudian dicelupkan di dalam larutan MgCO 3, untuk mencegah kelengketan. 2. Komponen produktif Komponen produktif dibuat dari komponen nonproduktif ditambah dengan belerang. Pencampuran dilakukan juga dengan anbury Mixing Mill, kemudian dibuat lembaran dengan Sheeting Mill. Hasil yang diperoleh ditimbang untuk mengetahui berapa persen berat yang hilang pada penggilingan tersebut. Lembaran lalu dicelupkan di dalam larutan MgCO 3, kemudian dibiarkan pada suhu kamar selama jam. (Spillane) Sifat Karet 1. Pengaruh Komponen bukan karet (non-rubber) Kandungan bukan karet lateks yang terdiri dari air dan senyawa senyawa protein, lipida, karbohidrat serta ion ion anorganik mempengaruhi sifat karet.

21 21 Komponen senyawa senyawa protein dan lipida selain berguna menyelubungi partikel karet (memantapkan lateks), juga berfungsi sebagai antioksidan alamiah dan bahan pencepat (accelerator) dalam proses pembuatan barang jadi karet. Oleh karena itu dalam penanganan bahan olah (lateks kebun atau koagulum) dan pengolahan karet ekspor (lateks pekat, RSS atau SIR) komponen non karet protein dan lipid harus dijaga sebaik mungkin. Hilangnya protein dan lipid dapat terjadi akibat pencucian yang terlalu berat atau akibat terjadinya pembusukan yang terlalu lama, sehingga habis dimakan mikroba. Menjaga kandungan protein dan lipida dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan peralatan dan pengawetan serta mencegah terjadinya proses pencucian yang terlalu berat sewaktu pengolahan. Karet yang telah habis kandungan protein dan lipidanya akan mudah dioksidasi oleh udara mengakibatkan sifat elastisitas dan PRI nya menjadi rendah. Kandungan ion ion anorganik (Ca, Mg, Fe, Mn, Cu, dll) berkorelasi dengan kadar abu didalam analisa karet. Semakin tinggi konsentrasi ion logam semakin tinggi kadar abu. Kadar abu karet diharapkan rendah, karena umumnya sifat logam dapat mempercepat terjadinya proses oksidasi karet. Dalam penanganan bahan olah karet kotoran dari luar seperti pasir, tanah, dan lain-lain harus dihindarkan. 2. Pengaruh Struktur Kimia Karet Karet alam adalah suatu polimer dari isoprene dengan nama kimia cis 1,4 poliisopren. Rumus umum monomer karet alam adalah (C 5 H 8 ) n. n adalah derajat polimerisasi yaitu bilangan menunjukkan jumlah monomer di dalam rantai polimer. Nilai n dalam karet alam berkisar antara (Ompusunggu) Penyebab Terjadinya Prokoagulasi Prakoagulasi merupakan pembekuan pendahuluan yang mnghasilkan lumps atau gumpalan gumpalan pada cairan getah sadapan. Prakoagulasi terjadi karena

22 22 kemantapan bagian kaloidal yang terkandung dalam lateks berkurang. Bagian bagian koloidal ini kemudian menggumpal menjadi satu dan membentuk komponen yang berukuran lebih besar. Komponen koloidal yang lebih besar ini akan membeku. Inilah yang menyebabkan terjadinya prakoagulasi. Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya prakoagulasi. Bukan hanya penyebab dari dalam seperti jenis karet yang ditanam atau bahan bahan enzim saja, melainkan juga hal hal dari luar keadaan cuaca dan system pengangkutan yang seolah tidak berhubungan. Penyebab terjadinya prakoagulasi antara lain sebagai berikut : 1. Jenis karet yang ditanam Perbedaan antara jenis yang ditanam akan menghasilkan lateks yang berbeda beda pula. Otomatis kestabilan atau kemantapan koloidalnya berbeda. Klon klon tertentu ada yang rendah kadar kestabilannya. 2. Enzim enzim Enzim dikenal sebagai biokatalis yang mampu mempercepat berlangsungnya suatu reaksi walaupun hanya terdapat dalam jumlah kecil. Cara kerjanya adalah dengan mengubah susunan protein yang melapisi bahan bahan karet. Akibatnya kemantapan lateks berkurang dan terjadilah prakoagulasi. Biasanya enzim enzim mulai aktif setelah keluar dari batang karet yang disadap. 3. Mikroorganisme atau Jasad jasad Renik Mikroorganisme banyak terdapat dilingkungan perkebunan karet. Jasad ini dapat berada dipepohonan, udara, tanah, air, atau menempel pada alat alat yang digunakan. Lateks yang berasal dari pohon karet yang sehat dan baru disadap dapat dikatakan steril atau bersih sama sekali dari mikroorganisme.

23 23 4. Faktor Cuaca atau musim Faktor cuaca atau musim sering menyebabkan timbulnya prakoagulasi. Pada saat tanaman karet menggugurkan daunnya prakoagulasi terjadi lebih sering. Begitu juga pada saat musim hujan. Lateks yang baru disadap mudah menggumpal jika terkena sinar matahari yang terik karena kestabilan koloidalnya rusak oleh panas yang terjadi. 5. Kondisi Tanaman Tanaman karet yang disadap sakit, masih muda atau telah tua bisa mempengaruhi prakoagulasi. Penyadapan pada tanaman yang belum siap sadap akan menghasilkan lateks yang kurang mantap, mudah menggumpal. Hasil sadapan tanaman yang menderita penyakit fisiologi sering membeku dalam mangkuk. 6. Air Sadah Air sadah adalah air yang memiliki reaksi kimia, biasanya bereaksi asam. Apabila air tercampur kedalam lateks, maka prakoagulasi akan terjadi dengan cepat, untuk menjaga jangan sampai air sadah dipakai dalam pengolahan, maka dilakukan analisis kimia. 7. Cara Pengangkutan Sarana transportasi baik jalan atau kendaraan yang buruk akan menambah frekuensi terjadinya prakoagulasi. Jalan yang buruk atau angkutan yang berguncang mengakibatkan lateks yang diangkut terkocok kocok secara kuat sehingga merusak kestabilan koloidal. 8. Kotoran atau bahan bahan lain yang tercampur Prakoagulasi sering terjadi karena tercampur kotoran atau bahan lain yang mengandung kapur atau asam.

24 Tindakan Pencegahan Prakoagulasi dan Zat Anti Koagulan Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya prakoagulasi antara lain sebagai berikut : - Menjaga kebersihan alat alat yang digunakan dalam penyadapan penampungan, Maupun pengangkutan. - Mencegah pengenceran lateks dari kebun dengan air kotor - Memulai penyadapan pada pagi hari sebelum matahari terbit Bahan yang digunakan sebagai anti koagulan adalah : 1. Soda atau Natrium Karbonat Anti koagulan ini tidak mempengaruhi waktu pengeringan dan kualitas produk yang dihasilkan, hanya mudah membentuk gas asam arang (CO 2 ) dalam lateks, sehingga memepermudah pembentukan gelembung gas dalam bekuan (koagulum) 2. Amoniak Bersifat senyawa anti koagulan dan juga sebagai desinfektan 0,7% NH3 biasanya digunakan untuk lateks pusingan. Tiap liter lateks membutuhkan 5 10 ml larutan amoniak 2 2,5%. 3. Formaldehida Formaldehida yang dipakai sebagai anti koagulan dalam lateks yang diolah Dosis yang dapat dipakai adalah 5-10 ml larutan dengan kadar 5% untuk setiap liter lateks yang akan dicegah prakoagulasinya. Misalkan menggunakan Formalin 40%, maka jumlah yang dibutuhkan adalah 0,6-1,3 ml. 4. Natrium Sulfit Apabila gejala prakoagulasi tampak jelas, maka pemakaian natrium sulfit sebagai alat pencegahnya dapat dikatakan terlabat. Bahan ini tidak tahan lama disimpan. Apabila ingin dipergunakan maka harus dibuat terlebih dahulu. Dalam

25 25 jangka sehari saja teroksidasi oleh udara menjadi natrium sulfat. Bila sudah teroksidasi, maka sifatnya sebagai anti koagulan menjadi lenyap. Selain sebagai anti koagulan natrium sulfite memperpanjang waktu pengeringan dan sebagai desinfektan. Dosis yang digunakan adalah 5-10 ml larutan berkadar 10% untuk setiap liter lateks. Untuk membuat larutan seperti itu dibutuhkan natrium sulfite air kristal sebanyak 0,5-1 gr.(6) 2.5. Penentuan Kualitas Karet Remah Tiap jenis kualitas karet remah mempunyai standard tertentu. Kualifikasi kualitas dilaksanakan menurut cara cara dengan penggolongan berdasarkan cirri ciri teknis, yang menjadi dasar dalam spesifikasi teknis adalah kadar beberapa zat dan unsur unsur tertentu yang terdapat dala karet, yang berpengaruh terhadap sifat sifat akhir produk yang dibuat dari karet. Parameter parameter untuk penetapan kualitas secara spesifikasi teknis adalah : 1. Kadar kotoran (dirt content) Kadar kotoran merupakan criteria yang penting dan dipakai sebagai salah satu dasar penggolongan mutu. Hal ini disebabkan karena kotoran dapat merusak sifat sifat baik karet jadi. Juga pada karet konvensional ternyata bahwa lebih banyak kotorannya lebih rendah mutunya. 2. Kadar abu (ash content) Penentuan maksimal dari kadar abu dimaksudkan agar karet yang dijual tidak kemasukan bahan bahan kimia yang dipakai seperti natrium bisulfit atau natrium karbonat dan sebagainya. Jika kadar abu lebih dari 1,5% menunjukkan bahwa pencucian kurang bersih.

26 26 3. Kadar Nitrogen Kadar nitrogen menunjukkan adanya zat protein dalam karet. Karet skim yang mengandung bahan bahan bukan karet lebih banyak dari pada karet lainnya, mempunyai kadar nitrogen yang tinggi dan tidak boleh dicampur dengan karet jenis lain. 4. Kadar Zat menguap (volatile matter) Penentuan kadar zat menguap merupakan penentuan kadar air, karena zat zat yang menguap pada waktu contoh karet dikeringkan adalah air. 5. Kadar tembaga dan mangan Tembaga dalam jumlah yang kecil sangat merusak karet. Pada hakekatnya karet tidak boleh mengandung tembaga lebih dari 1-2 ppm. Mangan juga dapat merusak ketahanan usang karet, tetapi dalam lateks alami jumlah mangan sangat sedikit. Mangan yang terdapat dalam jumlah lebih dari maksimum yang ditetapkan menunjukkan kurang bersihnya karet tersebut. Dari hasil spesifikasi teknis ini disimpulkan dalam suatu standard, dan Indonesia telah menetapkan standad mutu ini yang disebut SIR (Standard Indonesian Rubber). Untuk memperoleh kualitas SIR yang baik produk SIR harus mendapat pengawasan yaitu dari laboratorium komersial dan laboratorium standar, laboratorium control, laboratorium komersial dan laboratorium pabrik. Penentuan kualitas ini dimaksudkan agar SIR dapat bersaing dengan produk karet remah dari Negara lain yang memiliki standar tersendiri, seperti Standard Malaysian Rubber (SMR) dari Malaysia, Standard Singapore Rubber (SSR) dan sebagainya Pengertian Plastisitas, Viskositas dan Viskositas efektif

27 27 Suatu bahan yang plastisitasnya tinggi mudah sekali berubah bentuk atau dengan kata lain mudah sekali mengalir, sehingga telah didefenisikan bahwa plastisitas adalah kepekaan terhadap deformasi. Pengertian ini merupakan kebalikan dari pengertian viskositas-efektif, dimana viskositas-efektif didefenisikan sebagai ketahan terhadap deformasi. Metode pengujian viskositas umumnya bersifat mengukur konsisten (ketahanan terhadap deformasi). Penelitian menyatakan bahwa nilai PRI dari karet yang diproduksi dari pengkoagulasian asam ataupun auto-koagulasi (koagulasi alami) lateks kebun menurun karena lamanya waktu koagulasi dan penggilingan yang berlebihan. Adanya tembaga dalam jumlah yang sangat kecil juga dapat menurunkan nilaipri. Penentuan besarnya plastisitas suatu sample bahan tertentu dapat dilakukan dengan menggunakan nilai nilai mutlak (absolute) dan nilai nilai nisbi (relative). Skala pada pengujian dengan Wallace plastimeter menunjukkan nilai plastisitas(3). Nilai PRI dari karet mentah dapat menunjukkan tingkat ketahanan karet terhadap oksidasi. Karet yang mempunyai nilai PRI tinggi berarti lebih tahan terhadap oksidasi dibandingkan dengan karet yang mempunyai PRI rendah. Nilai PRI sangat dipengaruhi oleh cara penanganan bahan olah dan pengolahan di pabrik. Karet yang dihasilkan dari bahan olah lateks kebun akan mempunyai nilai PRI lebih tinggi dibandingkan dengan karet yang dihasilkan dari bahan olah koagulum lapangan (lump dan slab). Nilai PRI yang merupakan gambaran mengenai ketahanan oksidasi dari karet yang bersangkutan dalam proses pengerjaan selanjutnya. Untuk SIR 20 yang umumnya diolah dari koagulan kebun (field coagulan) maka tingginya nilai PRI ditentukan oleh bahan penggumpalan yang digunakan, tingkat peraman (maturation) dan kondisi pengeringannya. Secara umum dapat dikatakan bahwa bahan olah karet

28 28 yang kandungan airnya kecil dan penggumpalannya dilakukan dengan asam format (asam semut) seperti sit angina memberikan produk dengan nilai PRI yang tinggi dan lebih konsisten. Sedangkan bahan olah karet dengan kandungan air yang tinggi dan penggumpalannya dikerjakan dengan tawas, gadung, asam asam hutan atau secara alamiah seperti sleb dan skrep biasanya memberikan nilai PRI yang rendah dan bervariasi besar. Rendahnya nilai PRI karet yang berasal dari bahan koagulum akibat sebagian besar bahan bukan karet terutama protein dan fosfolipida yang dapat bertindak sebagai antioksidan telah hilang. Bahan bukan karet yang masih tertinggal adalah berupa logam logam, sehingga kadar abu karet tersebut menjadi tinggi dan karet mudah teroksidasi. Akibatnya nilai PRI rendah. Selain itu juga dapat disebabkan penanganan bahan olah koagulum lapangan ini tidak terbaik, terutama yang berasal dari rakyat berupa bokar (bahan olah karet rakyat). Diketahui bahwa perendaman bokar yang terlalu lama dalam air atau penjemuran langsung di bawah sinar matahari akan menurunkan nilai PRI. Penurunan nilai PRI ini dapat disebabkan hilangnya senyawa senyawa antioksidan yang berasal dari protein dan fosfolipida karena sebagian besar senyawa karet terlarut atau terurai. Turunnya nilai PRI dapat pula disebabkan oleh proses pengolahan di pabrik seperti penggilingan yang berlebihan atau pengeringan yang terlalu tinggi temperaturnya. Nilai PRI yang berasal dari bahan olah lateks dari setiap klon dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu rendah ( 85), sedang (86 94), dan tinggi ( 95). (1) Nilai Plastisitas Awal (Po) Plastisitas awal adalah ukuran plastisitas karet yang secara tidak langsung memperkirakan panjangnya rantai polimer molekul (BM) karet. Biasanya karet dengan nilai Po menunjukkan BM nya tinggi. Syarat uji minimum Po = 30 untuk

29 29 semua jenis SIR menunjukkan bahwa karet harus memiliki BM minimum rata rata SIR dengan Po kurang dari 30 biasanya disebabkan karet telah mengalami degradasi atau pemotongan rantai molekulnya, yang berakibat sifat fisiknya merosot Nilai Plasticity Retention Index (PRI) Plasticity Retention Index (PR) adalah suatu ukuran ketahanan karet terhadap pengusangan (oksidasi) pada suhu tinggi. Nilai PRI diukur dari besarnya keliatan karet mentah yang masih tertinggal apabila sample karet tersebut dipanaskan selama 30 menit pada suhu C. Nilai PRI adalah persentase keliatan karet sesudah dipanaskan dan ditentukan dengan alat Wallace Plastimeter. Nilai PRI yang tinggi menunjukkan bahwa karet tahan terhadap oksidasi khususnya pada suhu tinggi, sebaliknya karet dengan nilai PRI rendah akan peka terhadap oksidasi dan pada suhu tinggi cepat menjadi lunak. Faktor utama yang mempengaruhi nilai PRI adalah perimbangan antara prooksidan dan antioksidan dalam karet. (8) 2.7. Penetapan Plasticity Retention Index (PRI) Penentuan Plasticity Retention Index (PRI) adalah cara pengujian yang sederhana dan cepat untuk mengukur pertahanan karet mentah terhadap degradasi oleh oksidasi pada suhu tinggi. Pengujian ini meliputi pengujian plastisitas Wallace dari potongan uji sebelumnya dan sesudah pengusangan di dalam oven dengan suhu C. Suhu dan waktu pengusangan diatur sedemikian rupa sehingga dapat memberikan perbedaan yang nyata dari berbagai jenis karet. Nilai PRI yang tinggi menunjukan ketahanan yang tinggi terhadap degradasi oleh oksidasi. (7) 2.8. Pengaruh Plasticity Retention Index (PRI) Plasticity Retention Index (PRI) adalah suatu ketahanan karet terhadap pengusangan (oksidasi) pada suhu tinggi. Nilai PRI diukur dari besarnya keliatan karet mentah yang

30 30 masih tertinggal apabila sampai karet tersebut dipanaskan selama 30 menit pada suhu C. Nilai PRI adalah persentesase keliatan karet sesudah dipanaskan dibandingkan dengan keliatan sebelum dipanaskan dan ditentukan alat Wallace Plastimeter. Nilai PRI yang tinggi menunjukkan bahwa karet tahan terhadap oksidasi khususnya pada suhu tinggi, sebaliknya karet dengan nilai rendah akan peka terhadap oksidasi dan pada suhu tinggi cepat menjadi lunak. Faktor utama yang mempengaruhi nilai PRI adalah perimbangan antara pro oksidasi dan anti oksidan. Faktor faktor yang mempengaruhi nilai PRI adalah sebagai berikut : a. Ion ion Logam Ion ion logam seperti Cu, Mn dan Fe akan merangsang / mempercepat degradasi karet pada waktu pemanasan. Karena itu bahan olah yang terkontaminasi dengan logam logam tersebut diatas akan menyebabkan rendahnya PRI. Kontaminasi Cu, dan Fe dapat berasal dari peralatan yang dipergunakan kebun atau dipabrik sehingga perlu dihindarkan pemakaian alat alat yang terbuat dari Cu dan Fe. Sedangkan kontaminasi Mn diduga berasal dari tanah. Disamping itu perlu diperhatikan bahwa ketiga logam tersebut dapat berasal dari air pengolahan, sehingga air pengolahan haruslah memenuhi syarat yang telah ditentukan. b. Pencampuran dengan karet skim Bila lump dengan karet skim SIR yang dihasilkan akan mempunyai nilai PRI yang rendah, karena karet skim mempunyai kadar Cu yang relative tinggi. Oleh karena itu pencampuran bahan olah SIR dengan karet skim tidak diperbolehkan. Adanya pencampuran karet skim tidak dapat diduga juga jika kadar N dan SIR 0,7%.

31 31 c. Jumlah Amoniak Untuk mempertahankan kestabilan, biasanya lateks diawetkan dengan ammonia. Bila lateks tersebut akan diolah menjadi SIR haruslah dijaga agar kadar ammonia tidak terlalu tinggi karena hal ini akan mengakibatkan turunnya nilai PRI. Disamping itu juga akan menambah kebutuhan asam untuk koagulasi. Pengaruh jumlah ammonia terhadap PRI dapat dilukiskan sebagai berikut: Tabel 2.2. Pengaruh NH 3 terhadap PRI Kadar NH 3 (%) PRI 0, , , , ,00 61 Sumber : Informasi Lembaga Penelitian Perkebunan Medan Terjadinya penurunan PRI itu diduga karena destruksi anti oksidant alamiah oleh peningkatan kadar NH 3. d. Sinar Matahari Bahan mentah yang akan kena sinar matahari langsung akan mengalami penurunan PRI secara drastic, karena sinar ultra violet yang terkandung dalam sinar matahari akan menggiatkan oksidasi. Penurunan PRI akan lebih besar jika lump yang disinari sudah kering. Oleh karena itu, sedapat mungkin haruslah diusahakan bahan yang akan diolah menjadi SIR tidak terkena sinar matahari langsung. e. Suhu pengeringan Temperatur pengeringan yang tinggi bukanlah faktor utama untuk mengakibatkan penurunan PRI. Tetapi penguraian karet karena oksidasi dapat pula

32 32 terjadi jika dipanaskan terlalu lama pada suhu tinggi (PRI rendah). Jadi pengeringan suhu tinggi yang terlalu lama harus selalu dihindarkan dengan menjaga secara cermat keadaan dryer termasuk pengatur suhu rekorder. f. Perendaman dan Penggilingan Lump mangkok dan skrep biasanya direndam untuk membersihkan kotoran. Pada perendaman itu ternyata bukan hanya kotoran yang terbuang tetapi anti oksidantnya juga tercuci. Oleh karena itu sangat perlum dijaga agar perendaman lump atau skrep tidak lebih dari 3 hari agar PRI tideak terlalu rendah. g. Perlakuan dengan bahan kimia Jika dianggap perlu, PRI dapat diperbaiki dengan cara merendam yang telah dibutirkan dalam suatu larutan bahan kimia. Bahan kimia yang dapat digunakan untuk menaikkan PRI antara lain : asam fosfat, asam oksalat, dan thiorea. Tabel 2.3. Pengaruh perendaman dalam bahan kimia terhadap PRI: Remahan di rendam dalam : PRI Air 45 H 3 PO 4 0,5 % 70 (COOH) 2 82 Thiourea 72 (4) 2.9. Ketentuan Standard Indonesia Rubber (SIR) Ketentuan tentang SIR pada mulanya didasarkan di Jakarta, dimana Mentri Perindustrian dan Perdagangan dengan SK-nya No. 143 / KP / V / 69 yang berlaku mulai 18 Juni 1969 secara efektif pada tanggal 1 Januari 1970 telah menetapkan ketentuan ketentuan SIR sebagai berikut :

33 33 1. Standard Indonesia Rubber (SIR) adalah karet alam yang dikeluarkan dari daerah daerah yang termasuk dalam lingkungan Negara Republik Indonesia. 2. Standard Indonesia Rubber (SIR) yang diperdagangkan dalam bentuk bongkahan (block) dengan ukuran 28 x 6,5 inci. Bongkahan bongkahan yang telah dibungkus dengan plastic polyetilen, tebal 0,03 mm, dengan titik pelunakan kurang dari C, berat jenis 0,92 dan bebas dari segala macam bentuk pelapis (Coating). Pengepakan selanjutnya dapat dilakukan dalam kantung kertas / kraft 4 ply atau dalam bentuk pallet seberat ½ ton atau 1 ton. 3. Mutu untuk SIR ditetapkan berdasarkan spesifikasi teknis, berbeda dengan cara visual yang konvensional sebagaimana tercantum dalam International Standard Of Quality And Packing For Natural Rubber (The Green Book) 4. Standard Indonesia Rubber terdiri dari atas empat jenis mutu dengan spesifikasi te knis SIR 5, SIR 10, dan SIR 20. Semua jenis Karet yang diperdagangkan dalam bentuk SIR harus disertai dengan penetapan nilai Plasticity Retention Index (PRI) dengan menggunakan tanda huruf : H untuk PRI lebih besar atau sama dengan 80 M untuk PRI antara S untuk PRI antara Karet ang mempunyai nilai PRI lebih rendah dari 30 tidak dipekenankan dimasukkan dalam SIR. 5. Warna karet tidak menjadi bagian dalam spesifikasi teknis. 6. Setiap produsen dari SIR dengan mutu apapun diwajibkan untuk mendaftarkan pada Departemen Perdagangan. Oleh Departemen Perdagangan akan diberikan Tanda Pengenal Produsen kepada setiap produsen karet bongkah, untuk setiap pabrik yang diusahakannya.

34 34 7. Setiap mutu SIR diwajibkan untuk menyerahkan contoh contoh hasil produksi kepada Balai Penelitian Bogor atau Balai Penelitian Perkebunan Medan, sesuai dengan ketentuan ketentuan yang ditetapkan oleh kedua balai tersebut, untuk mendapatkan Surat Penetapan Jenis Mutu Produksi. 8. Setiap ekspor karet SIR wajib disertai dengan sertifikat kualitas yang dikeluarkan / disahkan oleh Badan Lembaga Penelitian Perindustrian. 9. Setiap pembungkus bongkah dari SIR harus diberi tanda dengan lambing SIR dan menurut ketentuan ketentuan yang diberikan oleh Departemen Perdagangan. 10. Ekspor dari karet bongkah yang tidak memenuhi syarat syarat SIR diatas, akan dilarang. (6) Proses Pengolahan Pallet SIR 20 I. Raw Material Pertama tama bahan baku getah karet yang telah digumpalkan diangkut dari lapangan menuju pabrik. Kemudian bahan baku tersebut diletakkan di dalam tempat penampungan (bin) dan disortir ataupun dipisahkan antara Slab,C 1, dan C 2. detelah bahan baku disortir, maka dilakukan proses Precleaning. Adapun tahap tahap proses mesin precleaning adalah sebagai berikut : 1) Pemotongan bahan (Slab Cutter) Memotong bahan baku menjadi ukuran yang lebih kecil dengan menggunakan slab cutter. 2) Pencucian bahan (Washing Settling Tank 1) Bahan yang telah dipotong dari slab cutter masuk ke dalam tangki yang berisi air untuk mencuci bahan dari pengaruh kontaminasi dan dilakukan blending bahan.

35 35 3) Mencincang bahan (Prebreaker) Kemudian bahan ditransfer ke prebreaker untuk dilakukan pencincangan bahan menjadi ukuran yang lebih halus. 4) Pencucian bahan (Washing Settling Tank 2) Selanjutnya bahan ditransfer ke prebreaker untuk dilakuka pencincangan ulang dan kemudian bahan diblending kembali. 5) Mencincang bahan (Hammer Mill) Setelah bahan dicuci kembali, lalu bahan dicincang kembali menjadi ukuran yang lebih kecil dengan menggunakan Hammer Mill. Hasil yang diperoleh dari proses pencincangan ini, akan ditampung di dalam sebuah tangki besar dan kemudian diangkut dengan menggunakan truk ke tempat penampungan (Bin). Bahan ini dikeringkan selama 2 hari, yang selanjutnya akan diolah pada proses wet dan dry processing. II. Wet and Dry Processing 1. Blending Bahan C 1 dan C 2 (Cyclone Tank) Blending bahan di dalam Cyclone yang berisi air dengan menggunakan Mesin Mixer. 2. Mencincang Bahan (Prebreaker I) Mencincang bahan dengan menggunakan Prebreaker I. 3. Blending Bahan (Cyclone Tank) Blending bahan dengan menggunakan peralatan mesin mixer dan menghilangkan kontaminasi dari kotoran dengan menggunakan pipa sirkulasi air (berbentuk limas), dimana proses pemisahan kontaminasi kotoran dari bahan berdasarkan berat jenis.

36 36 4. Mencincang Bahan (Prebreaker II) Mencincang bahan dengan menggunakan Prebreaker II. 5. Blending Bahan (Washing Settling Tank 1) Blending bahan di dalam tangki 1 yang berisi air dengan menggunakan mesin mixer, dan menyaring bahan dari kontaminasi dengan menggunakan wadah pembatas diantara (penyekat) pada dinding tangki yang terdapat di dalam tangki 1. kemudian bahan ditransfer ke tangki 2 dengan menggunakan Screw Conveyor. 6. Blending Bahan (Washing settling Tank 2) Blending bahan di dalam tangki 2 yang berisi air dengan menggunakan mesin mixer, dan menyaring bahan dari kontaminasi dengan menggunakan mesin Blower. Kemudian bahan ditransfer ke tangki 3 dengan menggunakan mesin Screw Conveyor dan akan melewati Hammer Mill. 7. Mencincang Bahan (Hammer Mill) Mencincang bahan agar lebih halus dengan mesn Hammer Mill. 8. Blending Bahan (Washing Settling Tank 3) Blending bahan di dalam tangki 3 yang berisi air dengan menggunakan mesin Blower.Kemudian bahan ditransfer ke tangki 4 dengan menggunakan mesin Screw Conveyor dan akan melewati Extruder. 9. Mencincang Bahan (Extruder) Mencincang bahan agar lebih halus dengan menggunakan Extruder I sehingga menjadi partikel-partikel yang lebih kecil dengan ketebalan sekitar 6 mm. 10. Blending Bahan (Washing Settling 4) Blending bahan di dalam tanki 4 yang berisi air dengan menggunakan mesin mixer, dan menyaring bahan dari kontaminasi dengna menggunakan mesin Blower. Kemudian bahan ditransfer ke dalam extruder II.

37 Mencincang Bahan dan Menyaring bahan dari kontaminasi (Extruder II) Mencincang bahan agar lebih halus dengan menggunakan Extruder II sehingga menjadi partikel-partikel karet yang halus dengan ketebalan sekitar 2 mm dan kemudian menyaring bahan dari kontaminasi dengan menggunakan gas cyclone berdasarkan tekanan udara yang dialirkan melalui pipa-pipa blower. 12. Air Classifier Partikel partikel karet yang telah didorong dengan menggunakan tekanan udara melalui pipa blower menuju trolley. Setiap satu trolley terdiri dari 28 kotak yang dibatasi oleh sekat yang terbuat dari stanless steel. Kemudian trolley ditempatkan di depan dryer di atas pusher untuk menunggu waktu disorong masuk. 13. Drying Proses Drying dilakukan dalam 2 tahapan, dimana setiap tahapan membutuhkan waktu selama 13 menit. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut : - Tahap I (Pengeringan) Partikel partikel karet dikeringkan dalam Jangka waktu 13 menit 40 detik. - Tahap II (Pemasakan) Setelah dilakukan pengeringan,selanjutnya dilakukan pada jangka waktu 3 menit 40 detik. Pada proses drying ini, pertikel partikel karet tidak langsung bersentuhan dengan api, tetapi hanya menggunakan panas api yang dihembuskan melalui Fan. Fan ini juga berfungsi melakukan pendinginan setelah proses pemasakan. 14. Penimbangan Lalu bale tersebut ditimbang sebanyak 35 kg, 1 bale = 35 kg, dan 1 pallet = 36 bale.

38 Pengambilan Sampel Beberapa bagian bale tersebut dipotong potong untuk dijadikan sample yang akan dianalisa dalam laboratorium Quality Control. 16. Pengepresan Setelah itu, dilakukan proses pengepresan untuk memadatkan bale. 17. Deteksi logam Bale yang telah dipress, dilewatkan melalui mesin detector yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan logam yang terdapat pada bale. 18. Pengemasan Setelah bale dideteksi, lau bale dikemas dengan plastic dan disusun dalam 1 pallet dan dikirim ke gudang penyimpanan untuk dilakukan proses packing. PROSES PAKING 1. Pengecekan Forklit diperiksa sebelum melakukan aktifitasnya. 2. Penyortiran Metal Box - Pemeriksaan metal box yang layak dan tidak untuk kemasan - Membersihkan kaki metal box yang ada kontaminan 3. Pendistribusian Metal Box yang bagus ke pabrik - Pentransferan Metal Box kosong ke masing masing pabrik - Metal box dilapisi dengan Top Layer sebagai tempat untuk menyimpan pallet 4. Pentransferan pallet dari pabrik (ready process) - Pallet pallet dari masing masing dilangsir ke gudang - Pallet di check dan ditimpa dengan batu penimpa untuk merapatkan pallet dengan metal box, agar termuat dengan rapi.

39 39 5. Pengepakan (Pengemasan) pallet - Pallet dikemas dengan alat pengepak yang berupa plastic (Cover). - Plastik (Cover) dikompor atau direkatkan pada metal box dengan menggunakan Shrink Gun. - Pengecekan ulang label marking dengan deklarasi terakhir diterima. 6. Penimpaan dan penyususunan pallet ready export - Pallet selesai dikemas, ditimpa dan disusun dengan teratur di dalam gudang - Formasi susunan pallet 1 24 untuk baris 1 dan pada baris kedua. 7. Pengiriman Pallet - Pengiriman berdasarkan DO dari raffik. - Pemeriksaan label marketing - Pemeriksaan air di pallet dengan kertas test - Pemeriksaan kaki metal box dan kebersihan kemasan.

40 40 BAB III METODE PERCOBAAN 3.1. Alat dan Bahan Alat - Wallace Plastimeter - Lab. Mill - Wallace Punch - Kertas TST - Talam Aluminium - Thickness gauge - Gunting - Oven Bahan - Karet SIR Prosedur Untuk SIR 20 - Pastikan alat Po/PRI dalam keadaan layak dan aman untuk digunakan - Ditimbang sample ex blending sebanyak 30 gram ditipiskan sebanyak 3 pass dengan Thickness 1,7 ± 0,1 mm - Dipotong potong menjadi enam bagian dengan menggunakan Wallace stry Sebanyak 6 butir (3 butir untuk Po dan 3 butir untuk Pa) - Masukkan sample dalam plastimeter

41 41 - Keluarkan sample dari Plastimeter - Dicatat nilai Pa yang tertera pada plastimeter - Dilakukan perlakuan yang sama terhadap sample yang sama pada karet pada proses pemanasan dengan suhu C, C, C, C.

42 42 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Dari hasil percobaan yang dilakukan di PT.Bridgestone Sumatera Rubber Estate diperoleh data sebagai berikut : NOMOR Sebelum pemanasan SUHU (Po) 0 C Pallet Contoh Nilai Sesudah pemanasan (Pa) Nilai tengah tengah PRI Keterangan : 09, 18, 27,36,..dst : Contoh karet yang diperiksa, pada setiap 9 bale diambil sampel yang akan diuji di laboratorium 1,2,3 : Banyaknya perlakuan terhadap sampel Nilai tengah Po Pa PRI : Rata-rata dari 3 kali perlakuan terhadap sampel : Nilai yang diperoleh sebelum pemanasan : Nilai yang diperoleh setelah pemanasan : Nilai Plastisitas yang diperoleh

43 Perhitungan PRI = Pa x 100% Po I. a. Untuk Nomor bale 09 pada proses pemanasan dengan suhu C PRI = 34 x 100% = 80% 42 b. Untuk Nomor bale 18 pada proses pemanasan dengan suhu C PRI = 34 x 100% = 79% 43 c. Untuk Nomor bale 27 pada proses pemanasan dengan suhu C PRI = 34 x 100% = 77% d. Untuk Nomor bale 36 pada proses pemasakan dengan suhu C PRI = 33 x 100% = 75% 44 II. a. Untuk Nomor bale 45 pada proses pemasakan dengan suhu C PRI = 33 x 100% = 79% 42 b. Untuk Nomor bale 54 pada proses pemasakan dengan suhu C PRI = 34 x 100% = 79% 43 c. Untuk Nomor bale 63 pada proses pemasakan dengan suhu C PRI = 33 x 100% = 76% 43 d. Untuk Nomor bale 72 pada proses pemasakan dengan suhu C PRI = 33 x 100% = 75% 44

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 30 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Beaker glass 250 ml Blender Cawan platina Gelas ukur 200 ml Gunting Kertas saring

Lebih terperinci

PENERAPAN IPTEKS PERBANDINGAN ASAM ASETAT DENGAN ASAM FORMIAT SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS. Oleh Rudi Munzirwan Siregar

PENERAPAN IPTEKS PERBANDINGAN ASAM ASETAT DENGAN ASAM FORMIAT SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS. Oleh Rudi Munzirwan Siregar PERBANDINGAN ASAM ASETAT DENGAN ASAM FORMIAT SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS Oleh Rudi Munzirwan Siregar Abstrak Penelitian tentang perbandingan asam asetat dengan asam formiat sebagai bahan penggumpal

Lebih terperinci

PENENTUAN PLASTISITAS AWAL DAN PLASTISITAS RETENSI INDEKS KARET. Rudi Munzirwan Siregar

PENENTUAN PLASTISITAS AWAL DAN PLASTISITAS RETENSI INDEKS KARET. Rudi Munzirwan Siregar PENENTUAN PLASTISITAS AWAL DAN PLASTISITAS RETENSI INDEKS KARET Rudi Munzirwan Siregar Abstrak Penelitian tentang Penentuan Plastisitas Awal dan Plastisitas Retensi Indeks karet telah dilakukan. Kedalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengeringan Pengeringan adalah satuan unit operasi yang berfungsi untuk memisahkan kandungan air dari suatu bahan dengan menggunakan panas. Kandungan air di dalam bahan yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. fisika dan daya tahan karet dipakai untuk produksi-produksi pabrik yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. fisika dan daya tahan karet dipakai untuk produksi-produksi pabrik yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karet Alam Karet alam adalah komoditi homogen yang cukup baik. Karet mempunyai daya lentur yang sangat tinggi, kekuatan tarik dan dapat dibentuk dengan panas yang rendah, daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perdagangan Internasional Suatu Negara membutuhkan negara lain dan saling menjalin hubungan perdagangan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup bagi masyarakat. Hubungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. KARET ALAM DAN KARET ALAM PADAT (SIR 20) Karet alam adalah senyawa hidrokarbon yang dihasilkan melalui penggumpalan getah dari hasil penyadapan tanaman tertentu. Getah tersebut

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT.Bridgestone Sumatra Rubber Estate merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan dan pengolahan karet. Hasil perkebunan berupa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA Lateks kebun yang bermutu baik merupakan syarat utama mendapatkan hasil olah karet yang baik. Penurunan mutu biasanya disebab terjadinya prakoagulasi. Prakoagulasi akan menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. periode ini. Beberapa bukti maupun catatan telah memperkuat bahwa karet alam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. periode ini. Beberapa bukti maupun catatan telah memperkuat bahwa karet alam BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Karet Alam Karet alam pertama kali ditemukan oleh Christopher Columbus pada tahun 1493 ketika melihat seorang anak penduduk asli pulau Haiti sedang bermain bola berwarna

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN

I. METODOLOGI PENELITIAN I. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mutu Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Aagrobisnis Perkebunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Karet alam (natural rubber, Hevea braziliensis), merupakan komoditas perkebunan tradisional sekaligus komoditas ekspor yang berperan penting sebagai penghasil devisa negara

Lebih terperinci

PENGARUH BERAT ARANG CANGKANG KEMIRI (Aleurites moluccana) SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MUTU KARET SKRIPSI JANUARMAN SINAGA

PENGARUH BERAT ARANG CANGKANG KEMIRI (Aleurites moluccana) SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MUTU KARET SKRIPSI JANUARMAN SINAGA i PENGARUH BERAT ARANG CANGKANG KEMIRI (Aleurites moluccana) SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MUTU KARET SKRIPSI JANUARMAN SINAGA 070822012 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Karet Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang cukup

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Bahan Baku 4.1.2 Karet Crepe Lateks kebun yang digunakan berasal dari kebun percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Ciomas-Bogor. Lateks kebun merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan devisa Indonesia. Pada dasarnya karet berasal dari alam yaitu dari getah

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan devisa Indonesia. Pada dasarnya karet berasal dari alam yaitu dari getah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet alam terbesar di dunia. Awal mulanya karet hanya ada di Amerika Selatan, namun sekarang sudah berhasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang keberadaannya sangat penting dan dibutuhkan di Indonesia. Tanaman karet sangat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tiga, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN)

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tiga, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Karet di Propinsi Lampung Perkebunan karet di Provinsi Lampung menurut status pengusahaanya dibedakan menjadi tiga, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari-hari. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari-hari. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia, Karena, banyak terdapat kegunaan dari tanaman ini, contohnya tanaman menghasilkan

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN BAHAN BAKU CUP LUMP DENGAN SLAB UNTUK MENDAPATKAN NILAI PRI (PLASTICITY RETENTION INDEX) TERHADAP MUTU CRUMB RUBBER SIR 10 DI

PENGARUH PERBANDINGAN BAHAN BAKU CUP LUMP DENGAN SLAB UNTUK MENDAPATKAN NILAI PRI (PLASTICITY RETENTION INDEX) TERHADAP MUTU CRUMB RUBBER SIR 10 DI PENGARUH PERBANDINGAN BAHAN BAKU CUP LUMP DENGAN SLAB UNTUK MENDAPATKAN NILAI PRI (PLASTICITY RETENTION INDEX) TERHADAP MUTU CRUMB RUBBER SIR 10 DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III TUGAS AKHIR AMELIA ANJANI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar di Indonesia. Lampung adalah salah satu sentra perkebunan karet di Indonesia. Luas areal

Lebih terperinci

PENGARUH BEBERAPA JENIS BAHAN PENGGUMPAL LATEKS DAN HUBUNGANNYA DENGAN SUSUT BOBOT, KADAR KARET KERING DAN PLASTISITAS

PENGARUH BEBERAPA JENIS BAHAN PENGGUMPAL LATEKS DAN HUBUNGANNYA DENGAN SUSUT BOBOT, KADAR KARET KERING DAN PLASTISITAS M-2 PENGARUH BEBERAPA JENIS BAHAN PENGGUMPAL LATEKS DAN HUBUNGANNYA DENGAN SUSUT BOBOT, KADAR KARET KERING DAN PLASTISITAS Mili Purbaya 1), Tuti Indah Sari 2), Chessa Ayu Saputri 2), Mutia Tama Fajriaty

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lateks adalah cairan koloid yang berwarna putih susu yang diperoleh dari pohon karet (Havea Brasiliensis) dengan partikel-partikel karet terdispersi air. Lateks dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas merupakan keseluruhan karakteristik dan keistimewaan dari suatu produk atau jasa yang dihasilkan dari kemampuan produk atau jasa untuk memuaskan sebagian atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet Indonesia adalah jenis karet remah yang dikenal sebagai karet Standar Indonesia Rubber

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Bahan olah karet ICS. Badan Standardisasi Nasional

SNI Standar Nasional Indonesia. Bahan olah karet ICS. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Bahan olah karet ICS Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Standar Nasional Indonesia...i No...4 Parameter...4 No...5 Parameter...5 i Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI)

Lebih terperinci

Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan

Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Saat ini Asia menjadi sumber

Lebih terperinci

PETANI DI BABEL MASIH MENGGUNAKAN TAWAS SEBAGAI KOAGULAN LATEKS

PETANI DI BABEL MASIH MENGGUNAKAN TAWAS SEBAGAI KOAGULAN LATEKS Anjloknya harga karet Indonesia akhir-akhir ini berkaitan erat dengan kualitas bokar (bahan olah karet) yang diproduksi oleh petani, dimana dalam pengolahan bokar-nya masih banyak petani karet yang mempergunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Pengenalan Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU TERHADAP KESTABILAN INTENSITAS BERKAS CAHAYA PADA LATEKS

PENGARUH WAKTU TERHADAP KESTABILAN INTENSITAS BERKAS CAHAYA PADA LATEKS Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 ISSN : 2477-3298 PENGARUH WAKTU TERHADAP KESTABILAN INTENSITAS BERKAS CAHAYA PADA LATEKS Januar Arif Fatkhurrahman 1 dan Ikha Rasti Julia Sari 1

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. SOCFINDO (SOCFINDO) berdiri pada tanggal 7 Desember 1930 dengan nama Socfin Medan S.A. Pada tahun 1965, PT. SOCFINDO dialihkan di bawah pengawasan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER) INDONESIA. Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER) INDONESIA. Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk 48 IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER) INDONESIA 4.1. Gambaran Umum Karet Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk dari emulsi kesusuan yang dikenal sebagai

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia.

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia. 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia. Khususnya Indonesia kontribusi sebesar 26 persen dan total produksi karet alam dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

Tabel 3. Hasil uji karakteristik SIR 20

Tabel 3. Hasil uji karakteristik SIR 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK BAHAN BAKU 1. Karakteristik SIR 20 Karet spesifikasi teknis yang digunakan dalam penelitian ini adalah SIR 20 (Standard Indonesian Rubber 20). Penggunaan SIR 20

Lebih terperinci

perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan

perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Dalam industri kimia sering sekali bahan-bahan padat harus dipisahkan dari suspensi, misalnya secara mekanis dengan penjernihan atau filtrasi. Dalam hal ini pemisahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rubber (SIR) merupakan jenis karet alam padat yang diperdagangkan saat ini. Karet

BAB 1 PENDAHULUAN. Rubber (SIR) merupakan jenis karet alam padat yang diperdagangkan saat ini. Karet BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet Indonesia adalah jenis karet remah yang dikenal sebagai karet Standar Indonesia

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan. PT. Hadi Baru didirikan tanggal 1 Agustus 1964 di hadapan notaris, Roesli SH, di Medan dengan akte No. 97/HB/1/1961 tertanggal 17 Januari 1961 dengan

Lebih terperinci

MAKALAH TEKNIK KARAKTERISASI MATERIAL WALLACE RAPED PLASTIMETER

MAKALAH TEKNIK KARAKTERISASI MATERIAL WALLACE RAPED PLASTIMETER MAKALAH TEKNIK KARAKTERISASI MATERIAL WALLACE RAPED PLASTIMETER Oleh Debi Rianto ( 1301683 ) Nidya Yulfriska ( 1301656 ) Rosi Selfia Putri ( 1301676 ) Dosen Pembimbing : Dra. Yenni Darvina, M.Si JURUSAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia modern saat ini banyak peralatan peralatan yang menggunakan bahan yang sifatnya elastis tidak mudah pecah bila jatuh dari suatu tempat. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PRODUKSI kg kering per hari adalah sebagai berikut :

BAB III PROSES PRODUKSI kg kering per hari adalah sebagai berikut : BAB III PROSES PRODUKSI III.1 Pengolahan Crumb Rubber Flow process pabrik pengolahan Crumb Rubber Gunung Para kapasitas 30.000 kg kering per hari adalah sebagai berikut : III.1.1. Penerimaan coumpound

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN NILAI PRI DARFI PRODUK SIR 20 DAN SIR 3 UNTUK TEMPERATUR YANG BERBEDA-BEDA KARYA ILMIAH REZEKIKA HARAHAP

ANALISA PERBANDINGAN NILAI PRI DARFI PRODUK SIR 20 DAN SIR 3 UNTUK TEMPERATUR YANG BERBEDA-BEDA KARYA ILMIAH REZEKIKA HARAHAP ANALISA PERBANDINGAN NILAI PRI DARFI PRODUK SIR 20 DAN SIR 3 UNTUK TEMPERATUR YANG BERBEDA-BEDA KARYA ILMIAH REZEKIKA HARAHAP 062401043 PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Hasil Itarakterisasi arang aktif Karakterisasi yang dilakukan terhadap arang aktif tempurung keiapa 100 mesh adalah penentuan kadar air, kadar abu, dan daya serap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karet Alam Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet termasuk tanaman tahunan yang tergolong dalam famili Euphorbiaceae, tumbuh baik di dataran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, karet memiliki sejarah yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, karet memiliki sejarah yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Perkembangan Karet Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, karet memiliki sejarah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penanganan Pasca Panen Lateks Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang masih segar 35 jam setelah penyadapan. Getah yang dihasilkan dari proses

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PT. RIAU CRUMB RUBBER FACTORY PEKANBARU. PT. Riau Crumb Rubber Factory (RICRY) merupakan Perusahaan Modal

BAB II GAMBARAN UMUM PT. RIAU CRUMB RUBBER FACTORY PEKANBARU. PT. Riau Crumb Rubber Factory (RICRY) merupakan Perusahaan Modal BAB II GAMBARAN UMUM PT. RIAU CRUMB RUBBER FACTORY PEKANBARU A. Sejarah PT. Riau Crumb Rubber Factory PT. Riau Crumb Rubber Factory (RICRY) merupakan Perusahaan Modal Dalam Negeri (PMDN) yang bergerak

Lebih terperinci

PENENTUAN BILANGAN VOLATILE FATTY ACID (VFA) DALAM LATEKS KEBUN PADA PEMBUATAN KARET REMAH KARYA ILMIAH RAHMA TIA HARAHAP

PENENTUAN BILANGAN VOLATILE FATTY ACID (VFA) DALAM LATEKS KEBUN PADA PEMBUATAN KARET REMAH KARYA ILMIAH RAHMA TIA HARAHAP 1 PENENTUAN BILANGAN VOLATILE FATTY ACID (VFA) DALAM LATEKS KEBUN PADA PEMBUATAN KARET REMAH KARYA ILMIAH Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahlimadya RAHMA TIA HARAHAP

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet (Hevea Brasiliensis) adalah tanaman yang tumbuh subur

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet (Hevea Brasiliensis) adalah tanaman yang tumbuh subur 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lateks Tanaman karet (Hevea Brasiliensis) adalah tanaman yang tumbuh subur padaiklimtropis. Tanaman ini dapat tumbuh subur pada temperatur rata-rata 80 o F (27 o C) dan mengalami

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. produksinya pun lebih lambat (setyamidjaja, 1993). besar. Tinggi pohon dewasa mencapai m. Batang tanaman biasanya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. produksinya pun lebih lambat (setyamidjaja, 1993). besar. Tinggi pohon dewasa mencapai m. Batang tanaman biasanya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi tanaman karet Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 15 o LS dan 15 o LU. Bila di tanam di luar

Lebih terperinci

Laporan Teknologi Pengolahan Komodit Perkebunan Hulu Pengolahan Lateks. oleh: Faranita Lutfia Normasari

Laporan Teknologi Pengolahan Komodit Perkebunan Hulu Pengolahan Lateks. oleh: Faranita Lutfia Normasari Laporan Teknologi Pengolahan Komodit Perkebunan Hulu Pengolahan Lateks oleh: Faranita Lutfia Normasari 131710101029 Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember 2014

Lebih terperinci

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH FREDDY WAHYUDI

KARYA ILMIAH FREDDY WAHYUDI PENGARUH KOMBINASI KOMPOSISI BAHAN OLAH KARET TERHADAP TINGKAT KONSISTENSI PLASTISITAS RETENSION INDEKS (PRI) KARET REMAH SIR 20 DI PT. BRIDGESTONE SUMATERA RUBBER ESTATE DOLOK MERANGIR KARYA ILMIAH FREDDY

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: SIR (Standard Indonesian Rubber) 20, Aspal Pen 60 yang berasal dari Dinas Pekerjaan Umum Binamarga,

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN NATRIUM KARBONAT SEBAGAI ANTIKOAGULAN LATEKS (Havea bracileansis)

PENGARUH PENAMBAHAN NATRIUM KARBONAT SEBAGAI ANTIKOAGULAN LATEKS (Havea bracileansis) Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN : 2337-9952 26 PENGARUH PENAMBAHAN NATRIUM KARBONAT SEBAGAI ANTIKOAGULAN LATEKS (Havea bracileansis) Ratu Fazlia Inda Rahmayani 1, Abdul Mujala 2 Fakultas

Lebih terperinci

KAilAM KESERAGAMAN KUALITAS CRUMB RUBBER Dl PABWlK PEWGOLAHWN KARET ALAM PTP XI! PERKEBUN AN CIIQUMPAY, KABUPATEN PURWAKARTA, JAWA BARAT.

KAilAM KESERAGAMAN KUALITAS CRUMB RUBBER Dl PABWlK PEWGOLAHWN KARET ALAM PTP XI! PERKEBUN AN CIIQUMPAY, KABUPATEN PURWAKARTA, JAWA BARAT. 7= / 7-14 ( qci7 ax2 ' KAilAM KESERAGAMAN KUALITAS CRUMB RUBBER Dl PABWlK PEWGOLAHWN KARET ALAM PTP XI! PERKEBUN AN CIIQUMPAY, KABUPATEN PURWAKARTA, JAWA BARAT Oleh z NUR BERLIAN VENUS ALI F 25, 0717 1993

Lebih terperinci

KAilAM KESERAGAMAN KUALITAS CRUMB RUBBER Dl PABWlK PEWGOLAHWN KARET ALAM PTP XI! PERKEBUN AN CIIQUMPAY, KABUPATEN PURWAKARTA, JAWA BARAT.

KAilAM KESERAGAMAN KUALITAS CRUMB RUBBER Dl PABWlK PEWGOLAHWN KARET ALAM PTP XI! PERKEBUN AN CIIQUMPAY, KABUPATEN PURWAKARTA, JAWA BARAT. 7= / 7-14 ( qci7 ax2 ' KAilAM KESERAGAMAN KUALITAS CRUMB RUBBER Dl PABWlK PEWGOLAHWN KARET ALAM PTP XI! PERKEBUN AN CIIQUMPAY, KABUPATEN PURWAKARTA, JAWA BARAT Oleh z NUR BERLIAN VENUS ALI F 25, 0717 1993

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan dan Karakteristik Bahan Baku 1. Lateks Pekat Jenis lateks pekat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lateks pekat perdagangan yang telah ditambahkan amonia.

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

PENENTUAN VISKOSITAS REMAH KARET (CRUMB RUBBER) SIR 20 DENGAN METODE MOONEY VISKOMETER DI PT PANTJA SURYA TUGAS AKHIR AHMADANI NASUTION

PENENTUAN VISKOSITAS REMAH KARET (CRUMB RUBBER) SIR 20 DENGAN METODE MOONEY VISKOMETER DI PT PANTJA SURYA TUGAS AKHIR AHMADANI NASUTION PENENTUAN VISKOSITAS REMAH KARET (CRUMB RUBBER) SIR 20 DENGAN METODE MOONEY VISKOMETER DI PT PANTJA SURYA TUGAS AKHIR AHMADANI NASUTION 122401021 PROGRAM STUDI D3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Lateks karet alam didapat dari pohon Hevea Brasiliensis yang berasal dari famili Euphorbia ceae ditemukan dikawasan tropikal Amazon, Amerika Selatan. Lateks karet

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan istilah lateks. Di dalam lateks terkandung 25-40% bahan karet

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan istilah lateks. Di dalam lateks terkandung 25-40% bahan karet BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Natural Rubber Natural rubber (karet alam) berasal dari getah pohon karet atau yang biasa dikenal dengan istilah lateks. Di dalam lateks terkandung 25-40% bahan karet mentah

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH SRI WAHYU MEY BELLA

KARYA ILMIAH SRI WAHYU MEY BELLA PENENTUAN AMMONIAK PADA LIMBAH CAIR PENGOLAHAN KARET REMAH DENGAN BAHAN BAKU LATEKS PEKAT DAN LUMP MANGKOK DI PT.BRIDGESTONE SUMATERA RUBBER ESTATE DOLOK MERANGIR KARYA ILMIAH SRI WAHYU MEY BELLA 082401056

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN JUMLAH CARBON BLACK

PENGARUH PERBANDINGAN JUMLAH CARBON BLACK PENGARUH PERBANDINGAN JUMLAH CARBON BLACK DAN KALSIUM KARBONAT SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP KEKERASAN (HARDNESS) PADA RUBBER COUPLING DENGAN BAHAN BAKU SIR 3L DI PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA TUGAS AKHIR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG PENINGKATAN MUTU BAHAN OLAH KARET MELALUI PENATAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI DENGAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KARET INDONESIA. Di tengah masih berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan

IV. GAMBARAN UMUM KARET INDONESIA. Di tengah masih berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan 59 IV. GAMBARAN UMUM KARET INDONESIA A. Perekonomian Karet Indonesia Di tengah masih berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan memburuknya kinerja neraca perdagangan nasional, kondisi perekonomian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, karet memiliki sejarah yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, karet memiliki sejarah yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Perkembangan Karet Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, karet memiliki sejarah

Lebih terperinci

Pengeringan Untuk Pengawetan

Pengeringan Untuk Pengawetan TBM ke-6 Pengeringan Untuk Pengawetan Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. atas Karunia-Nya penulis dapat menyusun Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL)

KATA PENGANTAR. atas Karunia-Nya penulis dapat menyusun Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Karunia-Nya penulis dapat menyusun Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini hingga selesai. Laporan ini dapat disusun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karet Alam Karet sudah lama sekali digunakan orang, penggunaannya meningkat sejak Googyear pertama kali memvulkanisasinya pada tahun 1839 dengan cara memanaskan campuran karet

Lebih terperinci

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan 1 Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan Pengertian Abon Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi, kerbau,

Lebih terperinci

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP Pengalengan buah dan sayur Kuliah ITP Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi pengalengan atau pembotolan sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi serta dampak pengalengan atau pembotolan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu Tegi Kabupaten Tanggamus dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Departemen

Lebih terperinci

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Tinjauan Pustaka Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi di antaranya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet

TINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet TINJAUAN PUSTAKA Klon Tanaman Karet PB 260 dan IRR 118 Klon unggul merupakan salah satu komponen teknologi terpenting yang secara langsung berperan dalam meningkatkan potensi hasil tanaman. Sejalan dengan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN HUTAPEA

KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN HUTAPEA PENENTUAN KADAR MINYAK YANG TERDAPAT PADA TANDAN BUAH KOSONG SESUDAH PROSES PEMIPILAN SECARA SOKLETASI DI PTP. NUSANTARA III PABRIK KELAPA SAWIT SEI MANGKEI - PERDAGANGAN KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN

Lebih terperinci

Lampiran -1 : Spesifikasi Mesin dan Peralatan. 10 Pisau duduk. Gear Box no : 5 Zn 280. Ratio : 1 : 20. : Spc 400x4 & Spc 400x4

Lampiran -1 : Spesifikasi Mesin dan Peralatan. 10 Pisau duduk. Gear Box no : 5 Zn 280. Ratio : 1 : 20. : Spc 400x4 & Spc 400x4 Lampiran -1 : Spesifikasi Mesin dan Peralatan 1. Breaker Tahun Operasi : 1994 Produksi Spesifikasi : Lokal : 11 pisau putar 10 Pisau duduk Elektro Motor Putaran mesin : 140 Amp : 100 HP : 1460 RPM Cos

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain talas bentul, gula pasir, gula merah, santan, garam, mentega, tepung ketan putih. Sementara itu, alat yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Kebun Batang Serangan dibuka pada tahun 1910 yang dikelola oleh pemerintahan Belanda dengan nama perusahaan NV.BDM (Breningde Deli Maatscappinjen).

Lebih terperinci

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi karet alam dunia 8,307 juta ton. Diprediksi produk karet alam

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi karet alam dunia 8,307 juta ton. Diprediksi produk karet alam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampai tahun 2004, produksi karet alam Indonesia 1,905 juta ton, masih menempati nomor 2 setelah Thailand sebesar 2,848 juta ton dari produksi karet alam dunia 8,307

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL KELOMPOK : 3 NAMA NIM APRIANSYAH 06111010020 FERI SETIAWAN 06111010018 ZULKANDRI 06111010019 AMALIAH AGUSTINA 06111010021 BERLY DWIKARYANI

Lebih terperinci

PENGARUH INJEKSI SENYAWA FENOL DAN LAMANYA WAKTU PEMATANGAN PADA RUBBER SMOKE SHEET DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III GUNUNG PARA DOLOK MERAWAN

PENGARUH INJEKSI SENYAWA FENOL DAN LAMANYA WAKTU PEMATANGAN PADA RUBBER SMOKE SHEET DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III GUNUNG PARA DOLOK MERAWAN PENGARUH INJEKSI SENYAWA FENOL DAN LAMANYA WAKTU PEMATANGAN PADA RUBBER SMOKE SHEET DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III GUNUNG PARA DOLOK MERAWAN TUGAS AKHIR AYU SAKINAH 102401015 PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan pengekspor karet spesifikasi teknis terbesar ke

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan pengekspor karet spesifikasi teknis terbesar ke BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan pengekspor karet spesifikasi teknis terbesar ke tiga di dunia setelah Thailand dan Malaysia. Karet spesifikasi teknis (Technically Specified Rubber)

Lebih terperinci

MANISAN KERING BENGKUANG

MANISAN KERING BENGKUANG MANISAN KERING BENGKUANG 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 25%,dankadar gula di atas 60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah kecil bagian bukan karet, seperti lemak, glikolipid, fosfolid, protein,

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah kecil bagian bukan karet, seperti lemak, glikolipid, fosfolid, protein, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lateks alam adalah subtansi yang diperoleh dari getah karet (Hevea Brasilliensis). Lateks alam tersusun dari hidrokarbon dan mengandung sejumlah kecil bagian bukan

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi) Proses Pembuatan Biodiesel (Proses TransEsterifikasi) Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesinmesin pabrik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. nabati yang penting di Indonesia. Kelapa minyak sawit mengandung kurang lebih

TINJAUAN PUSTAKA. nabati yang penting di Indonesia. Kelapa minyak sawit mengandung kurang lebih II. TINJAUAN PUSTAKA A. Cangkang Kelapa Sawit Kelapa Sawit (Elleis Guinensis) merupakan salah satu sumber minyak nabati yang penting di Indonesia. Kelapa minyak sawit mengandung kurang lebih 80% pericarp

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Karet dan Lateks Menurut Nazaruddin dan Paimin (2004), dalam dunia tumbuhan tanaman karet tersusun dalam sistematika sebagai berikut : Devisi : Spermatophyta Subdivisi :

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI 03-1968-1990 RUANG LINGKUP : Metode pengujian ini mencakup jumlah dan jenis-jenis tanah baik agregat halus maupun agregat kasar. RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Amonium Sulfat dari Amonia dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/Tahun

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Amonium Sulfat dari Amonia dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Amonium sulfat [(NH 4 ) 2 SO 4 ] atau yang juga dikenal dengan nama Zwavelzure Ammoniak (ZA) merupakan garam anorganik yang digunakan sebagai pupuk nitrogen selain pupuk

Lebih terperinci

PENGARUH TEKANAN TERHADAP SUHU OKSIGEN DAN NITROGEN PADA PROSES PEMISAHAN UDARA SECARA DESTILASI DI PT. ANEKA GAS INDUSTRI TUGAS AKHIR

PENGARUH TEKANAN TERHADAP SUHU OKSIGEN DAN NITROGEN PADA PROSES PEMISAHAN UDARA SECARA DESTILASI DI PT. ANEKA GAS INDUSTRI TUGAS AKHIR PENGARUH TEKANAN TERHADAP SUHU OKSIGEN DAN NITROGEN PADA PROSES PEMISAHAN UDARA SECARA DESTILASI DI PT. ANEKA GAS INDUSTRI TUGAS AKHIR ADYTIA ANGGARA PUTRA 112401082 PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Palmitat Asam palmitat adalah asam lemak jenuh rantai panjang yang terdapat dalam bentuk trigliserida pada minyak nabati maupun minyak hewani disamping juga asam lemak

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR PADATAN TOTAL PADA LATEKS KOMPON TERHADAP MUTU BENANG KARET KARYA ILMIAH LIDIA SULISTIAN

PENENTUAN KADAR PADATAN TOTAL PADA LATEKS KOMPON TERHADAP MUTU BENANG KARET KARYA ILMIAH LIDIA SULISTIAN PENENTUAN KADAR PADATAN TOTAL PADA LATEKS KOMPON TERHADAP MUTU BENANG KARET KARYA ILMIAH LIDIA SULISTIAN 072401010 s PROGRAM STUDI D3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

CABE GILING DALAM KEMASAN

CABE GILING DALAM KEMASAN CABE GILING DALAM KEMASAN 1. PENDAHULUAN Cabe giling adalah hasil penggilingan cabe segar, dengan atau tanpa bahan pengawet. Umumnya cabe giling diberi garam sampai konsentrasi 20 %, bahkan ada mencapai

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI JENIS PENGGUMPAL PADAT TERHADAP MUTU KOAGULUM DAN VULKANISAT KARET ALAM

PENGARUH BERBAGAI JENIS PENGGUMPAL PADAT TERHADAP MUTU KOAGULUM DAN VULKANISAT KARET ALAM Jurnal Penelitian Karet, 2014, 32 (1) : 74-80 Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2014, 32 (1) : 74-80 PENGARUH BERBAGAI JENIS PENGGUMPAL PADAT TERHADAP MUTU KOAGULUM DAN VULKANISAT KARET ALAM Effect of Various

Lebih terperinci