BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP FESYEN HARAJUKU. atau yang lebih dikenal dengan istilah fashion style. Salah satu contoh adalah Paris yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP FESYEN HARAJUKU. atau yang lebih dikenal dengan istilah fashion style. Salah satu contoh adalah Paris yang"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP FESYEN HARAJUKU Harajuku di Tokyo Setiap negara pada umumnya mempunyai kota yang dijadikan pusat mode busana atau yang lebih dikenal dengan istilah fashion style. Salah satu contoh adalah Paris yang terkenal sebagai pusat mode busana di Perancis bahkan dunia. Selain Paris, Jepang juga memiliki kota yang terkenal sebagai pusat mode busana baik untuk kalangan orang Jepang sendiri maupun se-asia. Sering kota ini disebut-sebut sebagai Paris of Asia karena begitu terkenalnya busana-busana yang tercipta dari tangan-tangan kreatif masyarakatnya. Kota tersebut bernama Tokyo. Tokyo yang secara harfiah berarti ibu kota timur adalah ibu kota Jepang sekaligus daerah terpadat di Jepang, serta daerah metropolitan terbesar di dunia berdasarkan jumlah penduduknya ( di perkotaan dan sekitarnya). Prefektur Tokyo dibagi kepada Daratan dan kepulauan. Bagian Daratan terletak di sebelah barat laut Teluk Tokyo, sekitar 90 km timur ke barat, dan 25 km utara ke selatan. Tokyo berbatasan dengan Prefektur Chiba di timur, Prefektur Yamanashi di barat, Prefektur Kanagawa di selatan, dan Prefektur Saitama di utara. Kepulauanannya terdiri dari Kepulauan Izu dan Kepulauan Ogasawara, memanjang sekitar km ke Samudra Pasifik ( Di kota ini terdapat beberapa tempat yang menjadi pusat mode pakaian bagi para remaja Jepang maupun dunia. Salah satu diantaranya adalah Harajuku.

2 Harajuku adalah sebutan populer untuk kawasan di sekitar Stasiun JR Harajuku, Distrik Shibuya, Tokyo. Kawasan ini terkenal sebagai tempat anak-anak muda berkumpul. Lokasinya mencakup sekitar Meiji Jingū, Taman Yoyogi, pusat perbelanjaan Jalan Takeshita (Takeshita-dōri), departement store Laforet, dan Gimnasium Nasional Yoyogi. Harajuku bukan sebutan resmi untuk nama tempat, dan tidak dicantumkan sewaktu menulis alamat. Sekitar tahun 1980-an, Harajuku merupakan tempat berkembangnya subkultur Takenoko-zoku. Selain itu, anak-anak sekolah dari berbagai pelosok di Jepang sering memasukkan Harajuku sebagai tujuan studi wisata sewaktu berkunjung ke Tokyo. Sebenarnya sebutan Harajuku hanya digunakan di sabelah utara Omotesando. Onden adalah nama kawasan di sebelah selatan Omotesando, namun nama tersebut tidak populer dan ikut disebut Harajuku. Sebelum zaman Edo, Harajuku merupakan salah satu kota penginapan (juku) bagi orang yang bepergian melalui rute jalan utama Kamkura. Tokugawa Ieyasu menghadiahkan penguasaan Harajuku kepada ninja dari provinsi Iga yang membantunya melarikan diri dari Sakai setelah terjadi Insiden Honnoji. Di zaman Edo, kelompok ninja dari Iga mendirikan markas di Harajuku untuk melindungi kota Edo karena letaknya yang strategis di bagian selatan jalan utama Koshu. Selain ninja, samurai kelas Bakushin juga memilih untuk bertempat tinggal di Harajuku. Di zaman Meiji, Harajuku dibangun sebagai kawasan penting yang menghubungkan kota Tokyo dengan wilayah sekelilingnya. Pada tahun 1906, Stasiun JR Harajuku dibuka sebagai bagian dari perluasan jalur kereta api Yamanote. Setelah itu, Omotesando (jalan utama ke kuil) dibangun pada tahun 1919 setelah kuil Meiji Jingu didirikan. Setelah dibukanya departement store pada tahun 1970-an, Harajuku menjadi pusat busana di Jepang. Kawasan ini, menjadi terkenal diseluruh Jepang setelah diliput majalah fesyen seperti An-

3 an dan non-no. Pada waktu itu kelompok gadis-gadis yang disebut Annon-zoku sering dijumpai berjalan-jalan di kawasan Harajuku. Gaya busana mereka meniru busana yang dikenakan model majalah Anan dan non-no Dan sekitar tahun 1980-an, Jalan Takeshita menjadi ramai dikunjungi orang yang ingin melihat para remaja yang berdandan aneh dan menari dijalanan (takenokozoku), dan setelah di tetapkan sebagai kawasan khusus pejalan kaki, Harajuku menjadi tempat berkumpul favorit anak-anak muda. Sampai hari ini, kelompok anak muda berpakaian aneh bisa dijumpai di kawasan Harajuku. Setelah Harajuku makin ramai, butik yang menjual barang dari merek-merek terkenal mulai bermunculan di Omotesando sekitar tahun 1990-an hingga sekarang (http//id.wikipedia.org/wiki/harajuku) Masyarakat Harajuku Sebuah negara dapat menjadi perbincangan di mata dunia tidak terlepas dari peran masyarakatnya yang mampu membentuk dan menciptakan sebuah pandangan kepada negara lain baik itu pandangan yang positif maupun negatif. Pandangan positif suatu negara atau bangsa dapat terjadi karena berbagai hal. Antara lainnya dapat berupa prestasiprestasi yang diciptakan oleh masyarakatnya. Sedangakan pandangan negatif dapat saja diperoleh dari bangsa yang prilaku masyarakatnya banyak menonjolkon sisi negatif, contohnya premanisme yang membuat tingkat keamanan suatu negara menjadi sangat rendah atau korupsi yang sudah menjadi budaya. Meskipun begitu, tidak akan pernah ada suatu bangsa yang sepenuhnya dikatakan sebagai bangsa yang buruk, karena dapat dipastikan setiap bangsa atau negara memiliki sisi negatif dan positif tergantung dari subjek yang memandangnya. Namun, tidak sedikit pula masyarakat yang dalam proses

4 perkembangannya mengalami perubahan-perubahan. Perubahan berarti suatu proses yang mengkibatkan keadaan sekarang berbeda dengan keadaan sebelumnya, perubahan bisa berupa kemunduran dan bisa juga berupa kemajuan. Sedangkan masyarakat artinya sekelompok ikatan nilai dan norma-norma sosial. Istilah masyarakat juga dapat diartikan sebagai wadah atau tempat orang-orang yang saling berhubungan dengan hukum dan budaya tertentu untuk mencapai tujuan bersama (Abdul Syani, 1995:83-84). Selanjutnya Roucek dan Warren (dalam Abdul Syani, 1995:84) mengatakan bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang memiliki rasa kesadaran bersama dimana mereka berdiam pada daerah yang sama, yang sebagian besar atau seluruh warganya memperlihatkan adanya adat kebiasaan dan aktivitas yang sama pula. Menurut Alvin L. Bertrand (dalam Abdul Syani,1995:85), masyarakat juga mempunyai ciri-ciri, antara lain : 1) Pada masyarakat mesti terdapat sekumpulan individu yang jumlahnya cukup besar 2) Individu-individu tersebut harus mempunyai hubungan yang melahirkan kerja sama diantara mereka minimal pada satu tingkatan interaksi. 3) Hubungan individu-individu tersebut sedikit banyak harus permanen sifatnya. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, kebudayaan dilahirkan dari suatu masyarakat. Kebudayaan masyarakat adalah segenap pola kelakuan manusia yang

5 didasarkan pada nilai-nilai dan norma-norma sosial (Abdul Syani, 1995:86). Jadi pada dasarnya perubahan masyarakat sekaligus menyangkut perubahan pada kebudayaannya. Syani menyatakan ada tiga hal yang menjadi faktor terjadinya perubahan dalam masyarakat, antara lain: 1) Faktor penemuan baru (invention) adalah hasil gagasan baru yang merupakan rangkaian penciptaan individu dalam masyarakat dengan bersandar pada tujuan-tujuan dan kehendak-kehendak tertentu. Penemuan baru ini meliputi dua hal yaitu penemuan yang bersifat immaterial yang berupa ide-ide/gagasan seperti proses manajemen atau kepemimpinan yang baru, selain itu juga terdapat penemuan baru yang bersifat material atau berwujud kebendaan atau hasil teknologi baru. 2) Faktor pertumbuhan penduduk, yaitu perubahan masyarakat yang disebabkan oleh pertambahan atau berkurangnya penduduk daerah tertentu. 3) Faktor kebudayaan yang tidak semata disebabkan oleh faktor kebudayaan yang ada di dalam tubuh masyarakat itu sendiri, melainkan dapat pula disebabkan oleh pengaruh kebudayaan yang datang dari masyarakat luar dan juga terjadi akibat benturan-benturan kuat antara dua atau lebih kebudayaan yang berbeda. Pengaruh kebudayaan ini sendiri dapat mengakibatkan beberapa kemungkinan bentuk perubahan masyarakat, antara lain;

6 a. Kebudayaan saling berdampingan dan bercampur menjadi suatu kebulatan. b. Salah satu kebudayaan menjadi pudar karena pengaruh kebudayaan lain. c. Masing-masing kebudayaan menjadi lebur, timbul kebudayaan baru sebagai akibat saling mempengaruhi. Ketiga kemungkinan tersebut berproses melalui hubungan langsung antar masyarakat, di dalamnya terdapat kecenderungan saling mempengaruhi dan saling terbuka menerima atau sebaliknya saling menolak. Perubahan masyarakat ini kemudian menjadi suatu fenomena yang tidak akan pernah hilang dalam masyarakat. Menurut Saefuddin (1996 : 5), fenomena, atau masalah, atau gejala adalah segala sesuatu yang dapat kita lihat, alami, atau rasakan. Perubahan masyarakat merupakan suatu fenomena sosial dikarenakan perubahan masyarakat ini dapat dialami, dirasakan bahkan dilihat dalam kehidupan sosial masyarakat. Perubahan masyarakat inilah yang kerap kali terjadi dalam kehidupan masyarakat kota dari sebuah negara yang sedang berkembang bahkan maju sekalipun. Hal ini disebabkan kehidupan masyarakat kota cenderung lebih kompleks, maju, dan mengutamakan efisiensi. Salah satu negara yang saat ini menjadi sorotan dunia dengan perubahan-perubahannya di berbagai bidang adalah Jepang. Negara yang terletak di benua Asia ini mulai mengalami perubahan-perubahan dalam banyak aspek ditandai setelah Restorasi Meiji (1868) mulai diberlakukan. Hal ini sesuai dengan yang di utarakan oleh James Danandjaja (1997:415), bahwa setelah Restorasi Meiji, lambat laun orang Jepang

7 beralih ke gaya pakaian barat. Prosesnya dimulai dengan keluarnya dekrit pemerintah yang mengharuskan kalangan pegawai negeri seperti tentara, polisi, dan tukang pos mengenakan pakaian barat. Tidak lama setelah itu para murid pun diperintahkan mengenakan seragam barat. Dan pada masa PD I semua kaum lelaki sudah mengenakan celana panjang dan jas barat. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat jepang ini tidak disangkal lagi merupakan hasil dari modernisasi dan westernisasi. Salah satu kawasan di Jepang dimana masyarakatnya mengalami perubahan-perubahan akibat adanya proses modernisasi dan westernisasi adalah kawasan Harajuku yang berada di Tokyo yaitu ibu kota negara Jepang. Kawasan ini sangat mencolok ketika pada hari minggu dan hari-hari libur lainnya dimana kawasan di sekitar Takeshita dori ditutup dan akan dijumpai berkelompok-kelompok anak muda yang berdandan aneh. Kawasan Harajuku ini terkenal sebagai kawasan bagi para anak-anak muda baik wanita maupun pria. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Mayumi Yoshida Barakan & Judith Connor Greer (1996:24), yaitu; Artinya : Dedicate to youth, fashion trendiness, and the belive that all consumers under twenty-five are created equal, Harajuku thrives as the kid s capital of Tokyo. In an ironic display of rebellious behavior, the kid s dance in well-choreographed, polite groups (usually boys with boys, girls with girls). Since the nineties, the dancer have been joined by growing crowds of foreign. Ditujukan untuk para pemuda, fesyen yang terkini, dan dipercaya bahwa semua penggunanya berkisar dua puluh lima tahun, Harajuku tumbuh dan berkembang sebagai tempat berpusatnya anak-anak muda di Tokyo. Dalam pertunjukan dari sikap pemberontakan, anak-anak muda tersebut menari dengan koreografi yang sangat bagus,

8 yang biasanya dilakukan antara pria dengan pria dan wanita dengan wanita. Sejak tahun 90-an, para penari bergabung dengan kerumunan orang-orang asing, Dari pendapat di atas, dapat dipastikan bahwa tidak hanya orang-orang Jepang saja yang ada dalam masyarakat Harajuku, selain terdapat pemuda-pemudi, ada juga orangorang asing yang ikut bergabung dan menari bersama mereka. Selain ada orang-orang asing yang ikut ber-harajuku, tentu saja banyak juga turis-turis baik domestik maupun mancanegara yang sangat tertarik untuk melihat aksi mereka dan mengabadikannya ke dalam sebuah foto. Adanya turis-turis asing yang ikut bergaya atau hanya sekedar melihatlihat tersebut tentu saja semakin menguatkan percampuran antara budaya yang semakin mempengaruhi gaya berpakaian anak-anak muda Harajuku maupun di luar Harajuku (luar negeri). Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya para pelaku seni baik di daerah barat maupun di Asia yang berbondond-bondong meniru gaya berpakaian ala Harajuku ini. 2.3 Gaya Berpakaian Ala Harajuku Dewasa Ini Berbicara tentang gaya berpakaian ala Harajuku, pasti juga tidak terlepas dari proses perkembangan gaya berpakaian orang Jepang. Secara singkat, pakaian orang Jepang atau ifuku dapat dikategorikan menjadi dua golongan besar yakni wafuku (gaya Jepang) dan yofuku (gaya Barat) (Kodansha,1994: ). Kimono merupakan versi modern pakaian Jepang, dari hasil adaptasi pakaian tradisional yang berbentuk jubah, yang diikat dengan sabuk pada pinggang pemakianya. Nama versi tradisional kimono adalah kosodo. Kimono dapat juga dianggap sebagai pakain tradisional Jepang pada umumnya. Menurut James Danandjaja (1997: ) orang Jepang mulai beralih ke

9 gaya pakaian barat setelah Restorasi Meiji (1868). Prosesnya dimulai dengan keluarnya dekrit pemerintah yang mengharuskan kalangan pegawai negeri seperti tentara, polisi, dan tukang pos mengenakan pakaian Barat. Tidak lama setelah itu para murid pun diperintahkan mengenakan seragam barat. Pada masa PD I semua kaum lelaki sudah mengenakan celana panjang dan jas Barat. Kaum wanita pada umumnya lebih lambat dalam mengambil alih pakaian Barat. Namun kalangan para bangsawan telah mengenakan gaun-gaun serta aksesoris Barat, yang mereka impor untuk keperluan menghadiri pestapesta dansa gaya Eropa antara tahun yang diadakan di Rokumeikan (Deer Cry Pvillion), sebuah bangunan bertingkat dua yang terletak di dekat Hotel Imperial di kawasan Hibiya di Tokyo. Setelah PD I para wanita profesional dan terpelajar mulai mengenakan pakaian Barat sebagai pakaian sehari-hari mereka. Baru seusai PD II pakaian Barat menjadi pakaian orang Jepang dari segala lapisan sosial. Dewasa ini para wanita Jepang hanya mengenakan pakaian kimono pada kesempatan-kesempatan tertentu saja, seperti pada pesta rakyat atau perkawinan. Kaum lelaki biasanya lebih terlihat jarang memakai kimono. Mereka biasa memakainya hanya pada pesta rakyat musim panas. Seiring dengan perkembangan zaman, dan selayaknya mode-mode fesyen lainnya, gaya berpakaian ala Harajuku juga mengalami banyak perkembangan dari awal terciptanya gaya berpakaian ini sejak tahun 1970-an. Namun, yang paling banyak mendapat sorotan akhir-akhir ini adalah berbagai gaya cosplay yang menghiasi jalan di kawasan Harajuku Cosplay Cosplay (Kosupure) adalah istilah bahasa Inggris buatan Jepang (Wasei-eigo) yang berasal dari gabungan kata "costume" (kostum) dan "play" (bermain). Cosplay berarti hobi

10 mengenakan pakaian beserta aksesori dan rias wajah seperti yang dikenakan tokoh-tokoh dalam anime, manga, permainan video, atau penyanyi dan musisi idola. Pelaku cosplay disebut cosplayer. Di kalangan penggemar, cosplayer juga disingkat sebagai layer. Di Jepang, peserta cosplay bisa dijumpai dalam acara yang diadakan perkumpulan sesama penggemar (dōjin circle), seperti Comic Market, atau menghadiri konser dari grup musik yang bergenre visual kei. Penggemar cosplay termasuk cosplayer maupun bukan cosplayer sudah tersebar di seluruh penjuru dunia, yaitu Amerika, RRC, Eropa, Filipina, maupun Indonesia. Sedikit sejarah tentang cosplay, sejak paruh kedua tahun 1960-an, penggemar cerita dan film fiksi ilmiah di Amerika Serikat sering mengadakan konvensi fiksi ilmiah. Peserta konvensi mengenakan kostum seperti yang dikenakan tokoh-tokoh film fiksi ilmiah seperti Star Trek. Budaya Amerika Serikat sejak dulu mengenal bentuk-bentuk pesta topeng (masquerade) seperti dalam perayaan Haloween dan Paskah. Tradisi penyelenggaraan konvensi fiksi ilmiah sampai ke Jepang pada dekade 1970-an dalam bentuk acara peragaan kostum (costume show). Di Jepang, peragaan "cosplay" pertama kali dilangsungkan tahun 1978 di Ashinoko, Prefektur Kanagawa dalam bentuk pesta topeng konvensi fiksi ilmiah Nihon SF Taikai ke-17. Kritikus fiksi ilmiah Mari Kotani menghadiri konvensi dengan mengenakan kostum seperti tokoh dalam gambar sampul cerita A Fighting Man of Mars karya Edgar Rice Burroughs. Tidak hanya Mari Kotani menghadiri Nihon SF Taikai sambil ber-cosplay. Direktur perusahaan animasi Gainax, Yasuhiro Takeda memakai kostum tokoh Star Wars. Pada waktu itu, peserta konvensi menyangka Mari Kotani mengenakan kostum tokoh manga Triton of the Sea karya Osamu Tezuka. Kotani sendiri tidak berusaha keras

11 membantahnya, sehingga media massa sering menulis kostum Triton of the Sea sebagai kostum cosplay pertama yang dikenakan di Jepang. Selanjutnya, kontes cosplay dijadikan acara tetap sejak Nihon SF Taikai ke-19 tahun Peserta mengenakan kostum Superman, Atom Boy, serta tokoh dalam Toki o Kakeru Shōjo dan film Virus. Selain di Comic Market, acara cosplay menjadi semakin sering diadakan dalam acara pameran dōjinshi dan pertemuan penggemar fiksi ilmiah di Jepang. Majalah anime di Jepang sedikit demi sedikit mulai memuat berita tentang acara cosplay di pameran dan penjualan terbitan dōjinshi. Liputan besar-besaran pertama kali dilakukan majalah Fanroad edisi perdana bulan Agustus Edisi tersebut memuat berita khusus tentang munculnya kelompok anak muda yang disebut "Tominoko-zoku" ber-cosplay di kawasan Harajuku dengan mengenakan kostum baju bergerak Gundam. Kelompok "Tominoko-zoku" dikabarkan muncul sebagai tandingan bagi Takenoko-zoku (kelompok anak muda berpakaian aneh yang waktu itu meramaikan kawasan Harajuku). Istilah "Tominoko-zoku" diambil dari nama sutradara film animasi Gundam, Yoshiyuki Tomino, dan sekaligus merupakan parodi dari istilah Takenoko-zoku. Foto peserta cosplay yang menari-nari sambil mengenakan kostum robot Gundam juga ikut dimuat. Walaupun sebenarnya artikel tentang Tominoko-zoku hanya dimaksudkan untuk mencari sensasi, artikel tersebut berhasil menjadikan "cosplay" sebagai istilah umum di kalangan penggemar anime. Sebelum istilah cosplay digunakan oleh media massa elektronik, asisten penyiar Minky Yasu sudah sering melakukan cosplay. Kostum tokoh Minky Momo sering dikenakan Minky Yasu dalam acara temu darat mami no RADI-karu communication yang disiarkan antara lain oleh Radio Tōkai sejak tahun Selanjutnya, acara radio yang

12 sama mulai mengadakan kontes cosplay. Dari tahun 1989 hingga 1995, di tv asahi ditayangkan ranking kostum cosplay yang sedang populer dalam acara Hanakin Data Land. Sekitar tahun 1985, hobi cosplay semakin meluas di Jepang karena cosplay telah menjadi sesuatu hal yang mudah dilakukan. Pada waktu itu kebetulan tokoh Kapten Tsubasa sedang populer, dan hanya dengan kaus T-shirt pemain bola Kapten Tsubasa, orang sudah bisa "ber-cosplay". Kegiatan cosplay dikabarkan mulai menjadi kegiatan berkelompok sejak tahun Sejak itu pula mulai bermunculan fotografer amatir (disebut Kamera-kozō) yang senang memotret kegiatan cosplay. Trend terkini yang dapat dijumpai saat acara-acara cosplay Jepang berasal dari naiknya popularitas dari fantasi non-jepang dan berbagai karakter pada film science fiction, yang berhubungan dengan kesuksesan sampai taraf internasional dari berbagai film seperti The Matrix, Star Wars, dan Lord of the Rings. Karakter-karakter dalam film Harry Potter ternyata memiliki banyak fans (cosplayer) wanita di Jepang, di samping itu, tokoh seperti Draco Malfoy menjadi tokoh paling favorit bagi cosplayer laki-laki. Seseorang yang menggunakan kostum yang berlawanan dengan gender-nya disebut dengan crossplay (cross-dressing cosplay). Ada sebuah kelompok di dalamnya yang bernama dollers, merupakan cosplayer kigurumi (kostum tokoh hewan) yang biasanya pria, mereka memakai aneka kostum dan topeng yang secara total mengubah penampilannya menjadi karakter-karakter wanita. Trend terkini lain untuk cosplay adalah memadukan kostum-kostum yang berdasarkan game & anime dengan kostum original yang berdasarkan pada tema umum atau fashion yang sudah ada. Terutama Gothic Lolita sebagai trend pakaian remaja di

13 Tokyo yang telah menarik perhatian beberapa cosplayer yang mungkin memiliki kecenderungan untuk mengenakan pakaian khusus di acara tertentu saja. ( Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, gaya cosplay mencakup beberapa kategori gaya, antara lain : Gaya tokoh fiksi Salah satu trend bagi para cosplayer di Harajuku adalah mengenakan kostum dari tokoh-tokoh fiksi. Salah satu diantaranya adalah anime yang biasa dilihat pada komikkomik dan video game. Anime adalah animasi khas Jepang, yang biasanya dicirikan melalui gambar-gambar berwarna-warni yang menampilkan tokoh-tokoh dalam berbagai macam lokasi dan cerita, yang ditujukan pada beragam jenis penonton. Anime dipengaruhi gaya gambar manga, komik khas Jepang. Kata anime tampil dalam bentuk tulisan dalam tiga karakter katakana a, ni, me yang merupakan bahasa serapan dari bahasa Inggris "Animation" dan diucapkan sebagai "Anime-shon". Anime pertama yang mencapai kepopuleran yang luas adalah Astro Boy karya Ozamu Tezuka pada tahun Sekarang anime sudah sangat berkembang jika dibandingkan dengan anime jaman dulu. Dengan grafik yang sudah berkembang sampai alur cerita yang lebih menarik dan seru. Masyarakat Jepang sangat antusias menonton anime. Dari anakanak sampai orang dewasa. Mereka menganggap, anime itu sebagai bagian dari kehidupan mereka. Untuk bisa mendapatkan anime, mereka harus membeli dvd/vcd anime atau mereka bisa mendownload anime itu dari situs-situs penyedia layanan Direct Download Link. Selain dari anime, tokoh-tokoh fiksi baik dari tokoh superhero yang ada di Jepang

14 seperti satria baja hitam, maupun tokoh dari luar seperti harry potter dan lainnya juga sangat digemari oleh para cosplayer ( gambar 1) Gaya Visual Kei Visual Kei (bijuaru kei) adalah sebuah fesyen yang terbentuk semenjak usainya Perang Dunia II (terbentuknya angura dan eroguro), dan pada saat itu fenomena ini bukanlah sebuah fesyen belaka, melainkan gaya hidup dari sebagian orang-orang yang merasa terbuang dengan adanya perubahan zaman. Komunitas yang didominasi oleh kaum pria ini berbicara tidak hanya dengan suara tetapi juga melalui penampilan. Banyak diantara mereka yang berpakaian dan berdandan layaknya wanita, demikian juga dengan cara mereka bersikap dan bertingkah laku. Akan tetapi komunitas ini tidak bertahan lama. Banyak diantara mereka yang tidak tahan menghadapi penderitaan hidup setelah perang sehingga memilih mengakhiri hidupnya. Sebutan visual kei sendiri baru mulai populer pada tahun 1980, dimana pada saat itu muncul sebuah band beraliran heavy metal yang terinspirasi oleh KISS, yaitu X-Japan. Pada saat itu, terjadi perombakan besar-besaran pada fesyen dan gaya berpakaian anak muda Jepang, dimana tidak hanya wanita yang menggunakan make up dan mengenakan rok untuk sekedar santai atau pergi ke konser, tetapi juga kaum pria yang memandang hal tersebut bukan sebuah penyimpangan tetapi hanya sebagai fesyen belaka. X- Japan, selain sebagai band legendaris, juga adalah band yang dapat dikatakan telah melahirkan sebuah gaya yang dikemudian hari disebut sebagai visual kei. Visual kei terdiri dari dua suku kata dari bahasa yang berbeda, yakni visual yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti fisik, sementara kei berasal dari bahasa Jepang yang berarti gaya atau penampilan. Jadi dari segi

15 bahasa, visual kei diartikan sebagai gaya atau penampilan fisik. Secara luas, visual kei diartikan sebagai gaya yang terbentuk dari kepribadian atau tingkah laku tiap individu yang terekspresikan melalui penampilan luar. Meskipun X-Japan tealh bubar sejak bertahun-tahun lalu, visual kei tetap bertahan hingga kini, dan bahakan terus berkembang (Image Jepang di Mata Anak Muda Indonesia: 33) Di Jepang, penggemar band Visual Kei sebagian besar hampir selalu terdiri dari gadis remaja dan dipasarkan secara luas dalam bentuk merchandise anggota band itu sendiri. Di negara-negara lain, perbandingannya kecil secara kuantitas antara penganut Visual Kei kira-kira keseluruhan antara remaja putra dan putri. Daya tarik kostum pada fans adalah dengan ditunjukkan oleh para gadis yang berpakaian cosplay sebagai anggota band favorit mereka, secara terpisah pada konser di Jepang, di Amerika pada acara-acara anime. Band visual kei yang diartikan sebagai yang utama dari gaya visual, tidak mengacu pada jenis musik tertentu. Mereka sebagian memainkan musik rock, hard rock seperti Luna Sea, Dir en Grey, Penicillin, Due'le Quartz, Plastic Tree, musik gothic dan neoclassic seperti Malice Mizer, Moi Dix Mois, Rentrer en Soi, D'espairs Ray dan Phantasmagoria, Light Rock dan Pop seperti L'Arc~en~Ciel, Glay, Shazna dan musik heavy metal dan Ballad seperti X Japan, Loudness, Buck- Tick, Sex Machine Gun, selain itu musik industrial, punk, dan techno kadang - kadang juga masuk ke dalamnya ( Berikut beberapa gaya yang termasuk dalam visual kei yang banyak dikenakan oleh para cosplayer. a) Gothic Gothic fesyen adalah gaya berpakaian orang-orang yang tergabung dalam kelompok subkultur gothic yang biasa dikenal dengan sebutan goth. Gaya ini diketahui berasal dari

16 Inggris pada awal tahun 1980-an. Gaya berpakaian mereka biasanya selalu bercirikan dengan warna hitam. Namun di Jepang, para band Jepang yang banyak menggunakan fesyen gothic tidak melulu menggunakan hitam sebagai plihan berbusan mereka, bisa saja warna hitam digabungkan dengan warna merah dan putih atau warna-warna gelap lainnya. Contoh band yang setia menggunakan style ini adalah Malice Mizer, dan Moi Dixmois. (lihat gambar 2.a) b) Gothic Lolita Gothic Lolita fesyen merupakan bagian dari gaya dan sub-kebudayaan Gothic & Lolita yang muncul pertama kali di Jepang. Secara umum, Lolita diinspirasi oleh pakaian anak-anak Victorian dan kostum rumit yang berasal dari jaman Rococo. Gaya Rococo merupakan bagian dari seni yang muncul di Perancis pada awal abad ke-18, setelah berakhirnya jaman Baroque. Gaya-gaya lain yang mempengaruhi Lolita diantaranya gaya barat Goth & Punk, serta pakaian pelayan wanita di Perancis. Meskipun tidak dapat dikatakan sebagai penemu gaya Lolita tetapi gaya ini telah berhasil dipopulerkan oleh Mana dari grup band Malice Mizer (lihat gamabar 2.b). Mode ini dimulai pada tahun 70-an, walaupun pada kenyataannya tidak dapat merengkuh popularitas serta publikasi media sampai pada akhir tahun 1990-an dan awal tahun c) Angelic Sesuai dengan namanya yang berarti malaikat, kata-kata yang bisa menggambarkan salah satu style visual kei ini adalah Pure (bersih), saintly (suci), dan adorable (mengagumkan). Baju yang serba satin berwarna putih dengan wajah serba pucat dan sayap adalah ciri dari style ini. Pada era Le ciel, Gackt dan Malice Mizer sempat menggunakan style ini (lihat gbr 13).

17 d) Punk Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Pada awalnya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun, sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Namun, Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir di awal tahun 1970-an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik. Punk lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial. Tidak beda dari negara tempat punk berasal, di Jepang juga sering terlihat band-band Jepang yang berdandan ala punk ini dengan ciri khas rambut bergaya mohawk tersebut, namun keunikannya dikarenakan band-band Jepang seolah memadukan unsur punk dengan J-style itu sendiri. Biasanya band yang menggunakan style ini membawakan musik yang bergenre punk juga (lihat gambar 14). e) Cyber Jika mendengar kata cyber, maka yang terlintas adalah robot-robot dengan segala warna silvernya. Style yang satu ini sering digunakan oleh band yang bernama Glay. Warna-warna silver dan sentuhan make-up yang serba pucat menjadi ciri dari style ini (lihat gambar 15). f) Retro Style retro ini bercirikan casual namun elegan. Band seperti Baroque atau Merry adalah band pengusung style retro. Style ini tampil dengan make-up yang dominan hitam

18 dan pakaian yang serba hitam yang sesuai dengan nuansa dark dan gritesque yang diciptakan melalui musiknya. Mereka juga kadang-kadang memakai pakaian seragam sekolah zaman Jepang kuno yang mencerminkan style retro dari musik mereka. Sering juga mengkombinasikan dengan casual street wear dan kostum glamrock (lihat gbr 16). g) Fetish. Style ini mengingatkan kita pada bahan yang terbuat dari kulit yang mengkilap dan tentu saja bondage straps. Style ini bisa dilihat pada band Dir en Grey dalam video klip nya Raison d etre (lihat gbr 17). h)oriental Terinspirasi dari kemolekan penari Geisha, kabuki dan mewahnya kimono. Bisa dilihat pada band Kaggra yang sering menggunakan style ini. Dimana semua personilnya (yang semua lelaki) memakai kimono lengkap dengan atributnya, dan terlihat sangat cantik sekali (lihat gbr 18). i) Fairy Tale Salah satu band yang sukses menggunakan style ini adalah Psycho le cemu. Style ini memiliki ciri yaitu mengadaptasi dari cerita legenda dan mitologi. Namun, tidak banyak band yang membawa image visual seperti ini (lihat gbr 19). j) Mediterranean Gaya dandanan ini sangat terkesan feminis. Terlihat pada band Laruku, dimana para personilnya bergaya layaknya seorang wanita, dengan rambut panjang, baik dengan rambut disasak atau digerai (lihat gbr 20).

19 k) Glam Diambil dari kata glamour dari bahasa Inggris yang berarti menarik atau dapat juga berarti sesuatu yang yang mewah. Gaya ini mengangkat image rockstar ala tahun 80-an. Salah satu personil band Jepang yang memakai gaya ini adalah almarhum Hide (gitaris X- Japan) (lihat gambar 21). l) Groom Boom Groom boom adalah style berupa image pengantin yang menjadi inspirasi oleh para J- rockers. Banyak band J-rock yang menggunakan kostum pengantin, baik gaun maupun tuxedo dalam aksi panggungnya. Contoh band yang sering menggunakan image ini adalah Luna sea, atau malice mizer (lihat gbr 22) Gaya Lolita Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Lolita diinspirasi oleh pakaian anak-anak Victorian dan kostum rumit yang berasal dari jaman Rococo. Gaya Rococo merupakan bagian dari seni yang muncul di Perancis pada awal abad ke-18, setelah berakhirnya jaman Baroque. Gaya-gaya lain yang mempengaruhi Lolita diantaranya gaya barat Goth & Punk, serta pakaian pelayan wanita di Perancis. Lolita dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa gaya antara lain: a. gothic lolita Dipengaruhi oleh unsur-unsur khusus dari mode gothic, Gothic Lolita (dapat juga disebut Gothloli) mungkin telah menjadi gaya paling populer dalam Lolita dan tentunya juga diakui di negara-negara barat. Gaya ini diawali oleh para anak muda pada sekitar tahun 1997/1998 dan menjadi gaya/aliran yang dapat diterima oleh publik sehingga beberapa butik dan toko pakaian besar akhirnya menyediakan baju jenis Gothic Lolita ini

20 sekitar tahun Beberapa pengamat mode menganggap hal tersebut merupakan reaksi dari estetika mode Kogal. Kogal merupakan bagian dari Japanese Fashion, biasanya dicirikan sebagai wanita muda yang menghabiskan pendapatan mereka untuk memenuhi kebutuhan mode, musik, dan berbagai macam aktivitas sosial yang menyolok mata (sifatnyahura-hura). Berdasarkan cara berpakaiannya, Gothic Lolita dapat dibagi menjadi tiga yaitu: a) Gothic Lolita: Merupakan gaya paling umum dan paling populer dari sub-kategori gothic dalam Lolita Fashion. Pakaian yang dikenakan biasanya berwarna khusus hitam dan putih tetapi dapat juga meliputi warna biru-gelap kehitaman (Moitié) ataupun hitam,merah.(gambar2.b) b) Kurololi (Lolita hitam): Merupakan Gothic Lolita tetapi terbatas pada warna dengan tema serba hitam (lihatgambar3). c) Gurololi Gurololi berarti Lolita yang mengerikan atau menakutkan. Gaya ini tidak sekedar dilihat dari kostum saja tetapi harus memakai pakaian yang dilengkapi dengan darah kental, contohnya dengan perban, darah palsu, tutup mata, dan lain nya. Makeup yang digunakan oleh Gothic Lolita biasanya berwarna gelap, hal ini sangat berlawanan dengan aliran Lolita yang menonjolkan makeup warna terang. Raut wajah yang pucat juga digunakan dalam gaya ini, tetapi bukan seperti warna putih pada goth.

21 Selain itu Gothic Lolita menggunakan lipstik berwarna merah untuk pewarnaan bibir Berbagai macam perlengkapan lain dapat menjadi aksesoris yang menunjang penampilan Gothic Lolita, diantaranya dompet dengan berbagai warna yang menyolok mata, tempat/kotak topi, ataupun tas tangan yang kadang-kadang tampil dalam berbagai bentuk seperti kelelawar, peti mati, dan salib. Beruang Teddy dan boneka hewan lain juga seringkali digunakan, bahkan beberapa merk membuat beruang Teddy goken khusus berbahan kulit berwarna hitam ataupun PVC. Selain itu, Super Dollfies (boneka) juga merupakan salah satu alternatif aksesoris yang dapat dibawa (lihat gambar 4). b. Sweet Lolita Gaya berpakaian Sweet Lolita (Amaloli) biasanya identik dengan hampir keseluruhan bagian baju/gaun berhiaskan renda atau jumbai-jumbai, panjang rok selutut, dan terpusat pada penekanan tampilan yang sweet dan se-cute mungkin. Warna yang digunakan biasanya warna pink pastel dan biru, ataupun warna krem dan merah. Warna hitam pun juga cocok digunakan bila dipadukan dengan tepat. Berbagai macam model cetakan gambar seperti bunga, buah, dan makanan berasa manis (permen) dapat juga digunakan sebagai motif pakaian Sweet Lolita. Aksesoris lain sebagai pelengkap fashion Sweet Lolita dapat berupa boneka atau baju beruang Teddy. Salah satu contoh adalah gaya berpakaian Momoko dalam film Shimotsuma Monogatari (Kamikaze Girls) yang berarti Shimotsuma story atau A Tale of Shimotsuma. Kamikaze Girls dipublikasikan dalam bentuk novel ringan, manga, dan film. Novel aslinya ditulis oleh Novala Takemoto. Subkategori dari Sweet Lolita adalah Shirololi (White Lolita) yang hanya mengenakan pakaian berwarna putih murni (lihat gambar 5).

22 c. Classical Lolita Classical Lolita (Classic Lolita) merupakan bagian dari Lolita Fashion yang diinspirasi oleh fashion para wanita Victorian, Baroque, dan Rocaille. Gaya ini cenderung bersifat dewasa dengan tampilan berbagai motif bunga, warna-warna mati, serta setelan yang pastubuh. Warna-warna yang digunakan biasanya putih, putih kuno, pink, burgundy, biru, coklat, dan hitam. Classical Lolita juga menggunakan berbagai macam aksesoris pelengkap berupa ikat kepala, hiasan bunga atau topi mini di kepala, dan tas tangan. Kadang kala tampilan Gothic Lolita dengan warna hitam-putih seperti pada penggunaan jenis pakaian pelayan wanita Perancis serta celemek gaya Alice in Wonderland sering disalah-artikan sebagai gaya Classic Lolita (lihat gambar 6) d. Punk Lolita Punk Lolita memadukan unsur-unsur fesyen punk ke dalam Lolita Fashion. Berbagai perlengkapan fesyen yang biasanya dapat ditemui dalam gaya punk, seperti kain sobeksobek, kain motif kotak-kotak, berbagai pin dan rantai, kain hasil cetakan sablon, potongan rambut pendek, dan lainnya telah dipadukan ke dalam Lolita (lihat gambar 7) e. Wa Lolita Wa Lolita (Waloli) merupakan perpaduan antara pakaian Jepang tradisional dengan Lolita Fashion. Biasanya Wa Lolita menggunakan yukata (kadang-kadang kimono) dan rok atau kain bawahan yang menjadi ciri gaya Lolita. Nama Wa Lolita diambil dari referensi orisinal Jepang, sebagai The Land of Wa. Kosa kata Wa dapat diartikan Jepang itu sendiri atau sesuatu yang bersifat Jepang (seperti washoku yang berarti

23 makanan bergaya Jepang; atau wafuku yang berarti pakaian bergaya Jepang).(lihat gambar8) f. QiLolita Qi Lolita, dibaca chee-loli merupakan bagian dari Lolita yang menggabungkan gaya Lolita dengan pakaian tradisional Cina, seperti qipao. Qipao; qipaor; ataupun ch i-p ao dikenal sebagai cheongsam atau busana mandarin, merupakan sebuah pakaian untuk wanita yang pas-tubuh (diciptakan di Shanghai) (lihat gambar 9). g. PirateLolita Jenis Lolita Fashion ini memasukkan unsur historis dan fantasi dari pakaian bajak-laut. Topi model Tricorne mini, tas berbentuk peti harta karun, dan aksesoris lain yang berbentuk/berhubungan dengan laut dan bajak-laut merupakan karakteristik Pirate Lolita. Tricorne (juga tricorn, tri-corned hat, atau three-corned hat) merupakan gaya topi yang populer selama akhir abad ke-17 sampai dengan abad ke-18, sebelum revolusi Perancis yang digunakan oleh penduduk sipil dan sebagai bagian dari seragam militer (lihat gambar 10) h. EroticLolita Erotic Lolita (Erololi) cenderung memuja esensi erotis daripada hanya sekedar ingin menunjukkan salah satu bagian tubuh saja. Erololi juga dapat mengenakan rok yang sedikit lebih pendek dibandingkan dengan gaya-gaya Lolita lain, tetapi cenderung lebih sopan/sederhana daripada fesyen lain yang sejenis. Erololi menampilkan sifat erotis dalam gaya Victorian yang cenderung kolot, dan sebagai tampilan utamanya Erololi

24 menggunakan pakaian-dalam seperti korset, bloomers (celana pof; celana pendek yang diikat dekat lutut), petticoat (rok-dalam wanita), dan garter (ikat kaos kaki). Pemakaian berbagai pakaian-dalam tersebut tidak boleh berlebihan, karena bagaimanapun juga seperti telah dibahas sebelumnya bahwa bagian tubuh yang boleh terlihat terbuka hanya pada bagian pundak dan lutut (lihat gambar 11) i. Ouji dan Dandy Ouji merupakan fashion pria yang berpasangan dengan Lolita Fashion. Ouji diinspirasi oleh pakaian yang digunakan oleh anak-anak sekolah (pria) Victorian berupa knickerbockers (celana tanggung), baju dan kaus bergaya maskulin, celana panjang, dan kaus-kaki sepanjang lutut. Kadang-kadang, tampilan Ouji mirip dengan Dandy (lihat gambar 12). Dandy merupakan istilah barat untuk Aristocrat maskulin (pria) dan berbagai fashion Ouji yang dewasa. Dandy secara umum diinspirasi oleh pakaian yang dikenakan pria kelas atas di Eropa ketika abad ke-19. Ciri-ciri yang paling terkenal dari Dandy adalah dalam hal penggunaan Frock coat (mantel pria yang panjangnya mencapai lutut kaki) dan jabot (kain berkerut pada leher) ( Gaya Decora dan kawaii Kedua gaya ini memiliki persamaan. Yakni sangat bercirikan anak-anak dengan segala asesoris boneka dan pernak-pernik lainnya. Contohnya gaya kawaii yang selalu tampil dengan mengenakan kostum karakter-karakter boneka kartun seperti pikachu, doraemon dan panda lain sebagainya (lihat gambar 1a). Gaya ini diketahui berkembang sejak tahun 1970-an dan masih bertahan hingga

25 sekarang ( Selanjutnya adalah gaya decora. Menurut Shoichi Aoki dalam majalah pacific friend (june 1999, vol.27 : 8), Decora berasal dari bahasa Inggris yakni decoration atau yang berarti perhiasan. Ini dimaksudkan berhubungan dengan kesukaan para remaja tersebut dalam mengenakan asesoris dari ujung rambut hingga ujung kaki. Baik dari jepit rambut, rantai-rantai, cincin, tindik di hidung maupun menyertakan boneka di baju atapun tas yang mereka kenakan. Tidak hanya itu, mereka bahkan mengenakan perhiasan-perhiasan yang mereka buat sendiri dan menjualnya di kawasan Harajuku. Selain itu, gaya decora ini merupakan salah satu gaya yang diperkenalkan oleh sebuah majalah street fashion di Harajuku yang berdiri sejak tahun 1997 ( (lihat gambar 1b)

26 BAB III ANALISIS TERHADAP GAYA BERPAKAIAN ALA HARAJUKU DALAM KEHIDUPAN REMAJA JEPANG Maraknya pop culture dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang sangat erat kaitannya dengan masuknya budaya Barat dan modernisasi di kalangan masyarakat, khususnya masyarakat kota di Jepang. Salah satu jenis subkultur di antara banyaknya pop culture di Jepang adalah populernya gaya berbusana anak-anak muda Jepang di Harajuku atau yang lebih dikenal dengan sebutan Harajuku fashion street. Para penggunanya sebagian besar adalah remaja baik putra maupun putri yang usianya berkisar antara 16-20an tahun (pacific friend, june 1999:8). Kegiatan mereka pada saat ber-harajuku di sekitar kawasan Harajuku yang ditutup pada hari minggu adalah mempertunjukkan pakaian, tarian-tarian, dan berlagak seperti tokoh-tokoh fiksi sungguhan ketika mereka sedang memakai kostum (lihat gambar 1).Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, gaya-gaya berpakaian tersebut merupakan hasil percampuran antara budaya lokal dan luar negeri. Namun selain dikarenakan masuknya budaya luar, harajuku style ini muncul juga dikarenakan perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam masyrakat Jepang khususnya pada kaum muda Jepang. Hal ini berkaitan dengan jenuhnya para kaum muda Jepang dengan segala peraturan yang terlalu mengikat baik di dalam rumah, sekolah, maupun pekerjaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hisao Naka yang ditejemahkan oleh Emy Kunjtoro Jakti dalam buku yang berjudul Kaum Muda Jepang Dalam Masa Perubahan (1997 : 33-34). Ia mengatakan bahwa dari hasil penelitian yang dilakukannya, aspek-aspek kehidupan seperti rumah tangga, sekolah, tempat kerja, persahabatan dan hubungan

27 masyarakat, pemuda Jepang mendapat angka yang sangat rendah dalam hal kepuasan jika dibandingkan dengan negara lain. Salah atu contoh bentuk ketidakpuasan pemuda-pemuda tersebut dapat digambarkan melalui kehidupan mereka disekolah, dimana sikap para guru yang dengan otomatis memberi keterangan, dan mendasarkan keputusannya mengenai kemampuan setiap siswa hanya pada hasil-hasil ujian, dengan terlalu banyak menekankan hafalan. Kemudian, dalam bidang pekerjaan, ketidakpuasan disebabkan oleh upah yang rendah, sikap perusahaan yang hanya mementingkan diri sendiri, kurangnya masa libur, pekerjaan yang rutin, dan organisasi yang meknistis. Dan dari penelitian yang dilakukannya, Ia menyimpulkan bahwa ciri yang menyolok dari pemuda Jepang adalah meskipun ketidakpuasan yang ekstrem terasa pada hampir semua segi kehidupan sosial dan nasional,pengucapan dari ketidakpuasan ini tetap bersifat abstrak. Dari pernyataanpernyataan tersebutlah dapat diketahui bahwa keabstrakan dari penolakan para kaum muda Jepang terhadap ketidakpuasan dalam kehidupan mereka disalurkan salah satunya melalui cara berpakaian mereka di Harajuku. Namun, dengan menjamurnya budayabudaya asing di dalam kehidupan remaja Jepang khususnya pada fesyen Harajuku, tidak serta merta menghilangkan identitas asli mereka sebagai bangsa Jepang. Berikut beberapa analisis dari gaya-gaya berbusana yang terdapat di Harajuku yang akan melengkapi pernyataan tersebut Gaya Cosplay Costume play atau yang biasa disebut dengan Cosplay, merupakan hasil adaptasi dari budaya Barat yang disebut dengan masquerade, yaitu pesta-pesta topeng yang biasa diadakan pada pesta Halloween dan Paskah. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya,

28 cosplay terinspirasi dari banyak tokoh fiksi seperti tokoh anime (tokoh film kartun), manga (tokoh komik) dan juga tokoh-tokoh dari permainan video. Selain itu para pengguna cosplay yang menyebut diri mereka sebagai cosplayer juga terinspirasi oleh gaya band-band Jepang yang biasa disebut dengan visual kei. Beberapa dari gaya berpakaian tersebut, ada di antaranya yang mengadaptasi gaya berbusana dari budaya luar contohnya pada gaya-gaya visual kei, namun ada juga yang mengkolaborasikan fesyen luar tersebut dengan gaya berpakaian dan budaya lokal. Lain dari itu, kostum-kostum yang berupa tokoh-tokoh fiksi yang dikenakan para cosplayer, merupakan sesuatu yang orisinil tanpa ada pengurangan maupun penambahan-penambahan di setiap gaya berbusananya. Berikut akan diperlihatkan gaya-gaya berbusana ala Harajuku baik yang merupakan hasil adaptasi budaya luar, maupun gaya berbusana baru hasil dari peleburan antara budaya luar dan lokal, juga gaya berbusana dari budaya asli Jepang Gaya tokoh fiksi Gaya berbusana tokoh fiksi yang dikenakan oleh para cosplayer di Harajuku ini terdiri dari berbagai macam karakter. Ada yang berasal dari tokoh komik, film, video game. Kesemua gaya tersebut dikenakan cukup apik oleh para remaja putri maupun putra tanpa batasan usia. Untuk gaya tokoh fiksi ini, tidak jarang para cosplayer sangat total dalam melakoninya, termasuk dari segi kostum dan pertunjukan yang mereka berikan kepada khalayak umum yang datang berkunjung ke Harajuku yang untuk hanya sekedar melihat dan berfoto dengan mereka. Bahkan para pecinta anime Jepang yang berada di Tokyo juga mempunyai suatu kumpulan yang disebut dengan otaku. Kegiatan anggota otaku ini sangat beragam. Mulai dari berkumpul disuatu gedung, bernyanyi lagu-lagu anime, dan yang tak pernah dilupakan tentunya memakai kostum anime. Ada juga para

29 pria yang menamakan diri mereka dollars, yaitu para pria yang mengenakan kostum boneka dalam tokoh-tokoh fiksi yang dikenakannya (lihat gbr 23). Gambar tersebut adalah gambar dari dua dollars yang mengenakan kostum dari tokoh komik Jepang yakni ranma ½. Seperti yang terlihat di gambar tersebut, mereka berlagak persis seperti tokoh yang ada di serial dan komik anan-anak tersebut. Selain itu, keunikan dari kostum-kostum tokoh fiksi yang dikenakan para cosplayer di Harajuku telah mengundang orang-orang asing yang ada di Jepang untuk turut berfantasi ria dalam kostum-kostum mereka (lihat gbr 24). Di gambar tersebut terlihat jelas bahwa orang-orang asing tersebut ikut bergabung dengan para cosplayer Jepang yang. Hal ini menunjukkan bahwa gaya berpakaian ala Harajuku ini yang telah menjadi subkultur di tengah-tengah masyarakat Jepang mampu menarik perhatian pihak luar dan membuat mereka ingin menjadi bagian dari remaja Jepang lainnya dalam berkostum. Meskipun inspirasi untuk mengenakan kostum-kostum tersebut datang dari negara luar, namun para remaja Jepang mampu memberikan sesuatu yang berbeda dengan memperlihatkannya di akhir minggu di kawasan Harajuku. Hal ini berbeda dengan pesta halloween di luar negri yang hanya diadakan setahun sekali Gaya Visual Kei Seperti yang dijelaskan sebelumnya, gaya-gaya visual kei ini banyak terinspirasi dari budaya luar. Antara lain : 1) Gaya Gothic Gothic fesyen adalah gaya berpakaian orang-orang yang tergabung dalam kelompok subkultur gothic yang biasa dikenal dengan sebutan goth. Gaya ini diketahui berasal dari Inggris pada awal tahun 1980-an. Gaya berpakaian mereka biasanya selalu bercirikan dengan warna hitam (lihat gambar 28). Namun di Jepang, para band Jepang yang banyak

30 menggunakan fesyen gothic tidak melulu menggunakan hitam sebagai plihan berbusan mereka, bisa saja warna hitam digabungkan dengan warna merah dan putih atau warnawarna gelam lainnya. Tentu saja gaya berpakaian mereka yang banyak ditiru para cosplayer (lihat gambar 27). Pada dasarnya ciri khas gothic dari negri asalnya maupun di Jepang masih bercirikan sama, yakni mengenakan kostum dan riasan wajah yang hitam. Namun, terdapat sedikit perbedaan yakni, gothic fashion di daerah asalnya tidak pernah memasukkan warna-warna lain dalam fesyen mereka. Sebaliknya dengan yang terjadi di kalangan anak-anak muda Jepang, mereka mencampur warna-warna lain seperti merah, putih dalam mengembangkan kekreatifitasannya. Gaya gothic ini, tidak hanya disukai pria, namun umumnya para wanita juga menyukai gaya ini. Meskipun dengan dandanan yang terkesan berat, mereka tetap mengenakan pakaian tersebut sesuai karakter gelap dari dalam diri mereka yang ingin ditampilkan kepada orang lain. Dan menurut penulis, jika dibandingkan dengan gaya tokoh-tokoh fiksi sebelumnya, dapat dimungkinkan, yang menggunakan gaya gothic ini kebanyakan dari kalangan mahasiswa maupun sebayanya. Hal ini dikarenakan tidak ada unsur kekanakan dan keceriaan di dalam gaya berpakaiannya yang umumnya ditunjukkan para cosplayer yang mengenakan kostum animasi. Gaya gothic inipun cenderung serius dan menunjukkan sisi kelam dari diri mereka yang mungkin belum dijumpai oleh anak-anak remaja lainnya di bawah usia mereka. 2) Gaya Gothic Lolita Gothic Lolita fesyen merupakan bagian dari gaya dan sub-kebudayaan Gothic & Lolita yang muncul pertama kali di Jepang. Secara umum, Lolita diinspirasi oleh pakaian anak-anak Victorian dan kostum rumit yang berasal dari jaman Rococo. Dalam gaya ini

31 juga diperlihatkan bahwa, gaya gothic lolita merupakan hasil dari kekreaifitasan pemuda Jepang dalam berbusana dengan menggabungkan unsur gothic dengan lolita fashion yang tidak terdapat pada fesyen lolita pada zaman Victoria (lihat gambar 35 & 36). Jika semua orang melihat visualisasi dari gaya gothic lolita, pasti yang ada dalam benak mereka adalah yang memakai busana ini hanyalah para wanita. Namun pada kenyataannya, banyak diantara para pria yang memakai kostum ini dan berlagak seperti seorang wanita. Salah satu diantaranya adalah personil band malice mizzer (manna). Malah bisa diakatakan dialah yang menjadi terndsetter gaya busana ini. Meskipun begitu, seorang pria yang mengenakan kostum ini, tidak serta merta diasumsikan sebagai seorang laki-laki yang bersifat kewanita-wanitaan (waria). Hal ini semata-mata hanyalah bentuk kebebasan mereka dalam berekspresi dengan busananya. 3) Gaya Punk Selain dari dua gaya yang telah dijelaskan di atas, gaya punk merupakan gaya yang cukup bayak diminati oleh anak-anak muda di Harajuku. Gaya ini adalah gaya yang sangat sesuai dengn konsep Harajuku yang dikenal sebagai street fashion. Sebagaimana telah diketahui, punk adalah music yang berasal dari anak jalanan dimana mereka adalah kumpulan orang-orang yang anti kemapanan. Tidak banyak perubahan yang terjadi antara fesyen punk dari negeri aslinya, dengan yang ada di Harajuku, yaitu terletak pada gaya potongan rambut yang biasa disebut dengan mo-hawk. Hanya saja, lagi-lagi kembali kepada kekreatifitasan masing-masing penggunanya untuk memodifikasi sesuai dengan keinginannya (lihat gambar 29 & 30). Pada gaya ini, kemungkinan banyak dikenakan oleh pria. Hal ini dimungkinkan karena sikap pria yang cenderung urakan dan tidak ingin diatur tercermin dari gaya pakaiannya.

32 Hal ini sesuai dengan konsep berbusana ala punk yakni banyak aksesoris tindikan di sekujur tubuh, pakaian yang sobek-sobek tak beraturan. Walaupun begitu, ada juga wanita yang suka mengenakan pakaian ala punk ini. Tentunya ini berhubungan dengan kecintaan mereka dengan musik punk dan band-band yang beraliran punk. 4) Gaya Groom boom Salah satu di antara gaya-gaya visual kei yang ditiru oleh para cosplayer di Harajuku yang juga menarik untuk diamati adalah gaya groom boom. Gaya berbusana ini terinspirasi oleh gaya-gaya busana gaun pengantin yang bergaya barat. Yang membedakannya dengan budaya aslinya adalah, mereka memasukkan sedikit unsur gothic. Mereka tampil dengan tatanan rias wajah yang hampir tidak mungkin dikenakan tatanan riasan wajah pengantin-pengantin di barat (lihat gambar 31). Dan lagi-lagi gaya busana ini juga banyak dikenakan oleh pria. 5) Gaya Fetish Ciri khas dari gaya berbusana fetish adalah bahan pakaian yang mengandung kulit (lihat gambar 37). Namun asesoris yang dipakai anan-anak muda Jepang justru membuat gaya fetish ini sedikit berbeda. Mereka mengenakan bondage straps, yaitu berupa sabuk yang terbuat dari kulit yang dapat digunakan dimana saja sesuai keinginan (lihat gambar gambar 38). Dari gambar tersebut, tercermin bahwa gaya pakaian ini juga tergolong dalam kategori unik. Hal ini dikarenakan dengan tali-temali dari kulit, mereka mengkreasikannya dengan apik hingga dapat terlihat seperti busana yang layak pakai. Pemakainya juga kebanyakan dari wanita, hal ini dimungkinkan banyak dari para wanita tersebut yang ingin menunjukkan lekuk tubuhnya. 6) Gaya Retro

BAB II SEKILAS TENTANG COSPLAY JEPANG. Cosplay merupakan salah satu budaya pop dari negara Jepang yang

BAB II SEKILAS TENTANG COSPLAY JEPANG. Cosplay merupakan salah satu budaya pop dari negara Jepang yang BAB II SEKILAS TENTANG COSPLAY JEPANG 2.1 Pengertian Cosplay Cosplay merupakan salah satu budaya pop dari negara Jepang yang mendunia selain harajuku style. Istilah cosplay ( コスプレ dalam bahasa Jepang)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang, sebagai salah satu negara maju di Asia, telah mampu memberikan dampak

BAB I PENDAHULUAN. Jepang, sebagai salah satu negara maju di Asia, telah mampu memberikan dampak BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Jepang, sebagai salah satu negara maju di Asia, telah mampu memberikan dampak positif bagi negara-negara lain. Hal ini dapat dibuktikan dengan semakin

Lebih terperinci

GAYA BUSANA HARAJAKU DI JEPANG

GAYA BUSANA HARAJAKU DI JEPANG GAYA BUSANA HARAJAKU DI JEPANG KERTAS KARYA DIKERJAKAN O L E H Nama : Elisa Simanjuntak NIM : 112203022 DEPARTEMEN D-III BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 i GAYA

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DATA. Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi

BAB 3 ANALISIS DATA. Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi BAB 3 ANALISIS DATA Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi pada mode busana Gothic Lolita yang didasarkan pada jenis-jenis busana Gothic Lolita modern. 3.1 Westernisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh industri pakaian di Jepang. Mode busana kaum remaja Jepang, terutama di kotakota

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh industri pakaian di Jepang. Mode busana kaum remaja Jepang, terutama di kotakota BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kaum remaja Jepang merupakan bagian populasi yang sangat diperhitungkan oleh industri pakaian di Jepang. Mode busana kaum remaja Jepang, terutama di kotakota besar

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat Cosplay Cosplay ( コスプレ ) adalah istilah bahasa Inggris buatan Jepang (wasei-eigo) yang berasal dari gabungan kata "costume"

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu hal dalam adat istiadat yang menjadi kebiasaan turun temurun yang erat hubungannya dengan masyarakat di setiap negara. Dengan adanya keanekaragaman

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS COSPLAY

KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS COSPLAY KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS COSPLAY Disusun oleh: ARIF WICAKSONO NIM : 10.12.4365 S1 SISTEM INFORMASI STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Abstrak COSPLAY Cosplay ( コスプレ, Kosupure?) adalah istilah bahasa Inggris

Lebih terperinci

HARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO

HARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO HARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fashion merupakan hal yang memiliki berbagai macam arti. Fashion sendiri sebenarnya tidak hanya mengacu kepada gaya berbusana saja. Dengan kata lain, fashion merujuk

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

Bab 1. Pendahuluan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, Jepang adalah negara yang mudah bagi seseorang untuk menciptakan suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebudayaan sebagai warisan leluhur yang dimiliki oleh masyarakat setempat, hal ini memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama Bab 5 Ringkasan Pada dasarnya, Jepang adalah negara yang mudah bagi seseorang untuk menciptakan suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama remaja putri Jepang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak individu menganggap bahwa tampil menarik di hadapan orang lain merupakan suatu hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inggris yang berasal dari gabungan kata costume yang berarti kostum dan

BAB I PENDAHULUAN. Inggris yang berasal dari gabungan kata costume yang berarti kostum dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cosplay, secara etimologi, merupakan sebuah kata dalam Bahasa Inggris yang berasal dari gabungan kata costume yang berarti kostum dan play yang berarti bermain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelompok anak punk oleh sebagian masyarakat dianggap sebagai kelompok yang meresahkan serta mengganggu ketertiban umum. Di setiap sudut kota sering pula kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave,

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave, berhasil mempengaruhi sebagian besar masyarakat dunia dengan cara memperkenalkan atau menjual produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Budaya populer Jepang beragam, ia mempresentasikan cara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Budaya populer Jepang beragam, ia mempresentasikan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya populer adalah budaya yang bersifat produksi, artistik dan komersial, diciptakan sebagai konsumsi massa dan dapat diproduksi kembali serta dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil, mudah dijumpai penawaran produk film-film kartun Jepang. Umumnya

BAB I PENDAHULUAN. kecil, mudah dijumpai penawaran produk film-film kartun Jepang. Umumnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah komik, kini film-film kartun Jepang membanjir dan digemari anak-anak muda di Indonesia. Di berbagai toko buku, baik toko besar maupun kecil, mudah dijumpai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. publik juga merupakan penghubung antara kehidupan sosial dan kehidupan politik

BAB I PENDAHULUAN. publik juga merupakan penghubung antara kehidupan sosial dan kehidupan politik BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Opini publik merupakan salah satu kekuatan sosial yang secara langsung maupun tidak langsung, dapat menentukan kehidupan sehari-hari suatu bangsa. Opini publik

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG HARAJUKU

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG HARAJUKU BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG HARAJUKU 2.1 Sejarah Harajuku Jepang adalah tempat dimana setiap orang bersifat individu tapi suka berada dalam kelompok. Jika kita mengunjungi taman pada jam tertentu di setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini tampaknya komik merupakan bacaan yang digemari oleh para anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun tempat persewaan buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan di mana segala sistem kemasyarakatan yang bersifat tradisional dilepaskan menjadi tatanan yang mengimplikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanpa berhubungan dengan orang lain. Semua orang secara alamiah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tanpa berhubungan dengan orang lain. Semua orang secara alamiah memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup seorang diri tanpa berhubungan dengan orang lain. Semua orang secara alamiah memiliki kebutuhan untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini Korean Wave atau Demam Korea sangat digemari di Indonesia, popularitas budaya Korea di luar negeri dan menawarkan hiburan Korea yang terbaru yang mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini budaya Jepang sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan di Indonesia khususnya para remaja. Sebagai contoh : komik manga (komik Jepang) yang laris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa yang sangat penting dan menjadi salah satu kebutuhan hidup masyarakat. Televisi memiliki kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 Tentang Kebudayaan ayat 1 bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA DENGAN LATAR BELAKANG SEJARAH

BAB VI HUBUNGAN KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA DENGAN LATAR BELAKANG SEJARAH BAB VI HUBUNGAN KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA DENGAN LATAR BELAKANG SEJARAH Gambaran tentang keberadaan komunitas punk di Salatiga pada bab v telah sedikit memberikan gambaran tentang hubungan komunitas punk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulis mengambil rancangan desain tema Demotic dari buku fashion trendforecasting 2014 Tradition Revolution dengan subtema totem. Mengangkat bahwa kehidupan suku Batak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk hidup yang bergerak aktif dengan segudang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk hidup yang bergerak aktif dengan segudang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang bergerak aktif dengan segudang aktivitasnya sejak kecil hingga dewasa, mulai dari pagi hari hingga larut malam. Dalam hidupnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari penampilan dan gaya keseharian. Benda-benda seperti baju

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari penampilan dan gaya keseharian. Benda-benda seperti baju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fashion merupakan salah satu hal penting yang tidak dapat dilepaskan dari penampilan dan gaya keseharian. Benda-benda seperti baju dan aksesoris yang dikenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siapa yang tidak mengenal fashion di dunia ini. Sejak lahir fashion atau mode sudah ada dalam diri setiap insan. Mode berbusana atau fashion pada dasarnya tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ini bisa dilihat dengan begitu maraknya shopping mall atau pusat

BAB I PENDAHULUAN. Ini bisa dilihat dengan begitu maraknya shopping mall atau pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan fashion, model busana, rancangan pakaian, gaya kostum dan lain-lain di Indonesia sudah sampai dititik yang mengesankan. Ini bisa dilihat dengan begitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dipikirkan, dan dihayati, dalam seni

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dipikirkan, dan dihayati, dalam seni BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan hasil karya seni yang mengekspresikan ide, dimana ide merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dipikirkan, dan dihayati, dalam seni musik, bunyi

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KARYA

BAB IV TINJAUAN KARYA BAB IV TINJAUAN KARYA 4. 1 Karya Mirror-mirror on the wall who s the prettiest of them all Gambar 4.1 (Sumber : dokumentasi pribadi) Judul : Mirror- mirror on the wall who s the prettiest of them all Tehnik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah Media massa sudah menjadi bagian hidup bagi semua orang. Tidak dikalangan masyarakat atas saja media massa bisa diakses, akan tetapi di berbagai kalangan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini banyak kebudayaan yang sudah mulai ditinggalkan, baik kebudayaan daerah dan luar negeri. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia fashion negara Jepang semakin berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia fashion negara Jepang semakin berkembang seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia fashion negara Jepang semakin berkembang seiring dengan modernisasi yang terjadi di negara tersebut. Masuknya berbagai informasi secara bebas melalui

Lebih terperinci

HOBI COSTUME PLAY (COSPLAY) DAN KONSEP DIRI. (Studi Korelasional Hubungan Antara Hobi Cosplay dengan Konsep Diri Anggota Komunitas Cosplay Medan)

HOBI COSTUME PLAY (COSPLAY) DAN KONSEP DIRI. (Studi Korelasional Hubungan Antara Hobi Cosplay dengan Konsep Diri Anggota Komunitas Cosplay Medan) HOBI COSTUME PLAY (COSPLAY) DAN KONSEP DIRI (Studi Korelasional Hubungan Antara Hobi Cosplay dengan Konsep Diri Anggota Komunitas Cosplay Medan) Oleh : FAROUK BADRI AL BAEHAKI 100904029 ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Logo UNKL347

Gambar 1.1 Logo UNKL347 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 UNKL347 UNKL347 adalah sebuah bisnis ritel pakaian yang berdiri sekitar tahun 1996. UNKL347 didirikan oleh empat orang pemuda yang memiliki latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan dengan berbagai suku bangsa dan budaya yang beraneka ragam. Budaya maupun kesenian di setiap daerah tentunya berbeda beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permainan modern seperti game on line dan play station. Dongeng dapat

BAB I PENDAHULUAN. permainan modern seperti game on line dan play station. Dongeng dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni budaya merupakan salah satu warisan dari leluhur atau nenek moyang yang menjadi keanekaragaman suatu tradisi dan dimiliki oleh suatu daerah. Seiring dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemikiran Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya yaitu : kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi,

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP DESAIN. Konsep desain ini mengusung tema eklektik,menurut kamus besar bahasa

BAB IV KONSEP DESAIN. Konsep desain ini mengusung tema eklektik,menurut kamus besar bahasa BAB IV KONSEP DESAIN IV.1. Latar Belakang Konsep IV.1.1 Tema Desain Konsep desain ini mengusung tema eklektik,menurut kamus besar bahasa indonesia Eklektik adalah bersifat memilih yang terbaik dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG Musik merupakan bahasa universal yang dikenal oleh seluruh masyarakat di dunia. Di dalam musik terjadi proses komunikasi melalui nada nada dan lirik yang dirangkai sedemikian rupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi dan informasi membawa berbagai kemudahan bagi masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi dan informasi membawa berbagai kemudahan bagi masyarakat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menunjukkan skala berkembang, tumbuh besar, mempercepat dan memperdalam dampak arus dan pola interaksi sosial antar benua (Held dan McGrew, 2002:12). Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara maju dan modern, tetapi negara Jepang tidak pernah meninggalkan tradisi dan budaya mereka serta mempertahankan nilai-nilai tradisi yang ada sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea

BAB I PENDAHULUAN. luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Korea Selatan sudah dapat dikatakan berhasil dalam menyebar luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea telah menyebarkan budayanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat mendunia. Menurut Korean Culture and Information Service (2011),

BAB I PENDAHULUAN. sangat mendunia. Menurut Korean Culture and Information Service (2011), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya Korea, terutama musik, telah menjadi sebuah fenomena yang sangat mendunia. Menurut Korean Culture and Information Service (2011), disebutkan bahwa debut

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Representai Budaya Pop Korea dalam Masyarakat Subkultur Di Kota Surakarta

BAB V PENUTUP. 1. Representai Budaya Pop Korea dalam Masyarakat Subkultur Di Kota Surakarta BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai Representasi Budaya Pop Korea dalam Masyarakat Subkultur (Studi Fenomenologi Pada Universe Cover Ease Entry (U-CEE)

Lebih terperinci

yang diturunkan dan generasi ke generasi, semua adat istiadat s e k e l o m p o k m a n u s i a. D e n g a n demikian sebuah

yang diturunkan dan generasi ke generasi, semua adat istiadat s e k e l o m p o k m a n u s i a. D e n g a n demikian sebuah yang diturunkan dan generasi ke generasi, semua adat istiadat yang melatarbelakangi s e k e l o m p o k m a n u s i a. D e n g a n demikian sebuah komunitas atau kebudayaan dimana manusia itu tinggal merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif,

BAB I PENDAHULUAN. kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tergesernya budaya setempat dari lingkungannya disebabkan oleh kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif, fleksibel dan mudah dipahami sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Punk merupakan sebuah budaya yang lahir di Negara inggris, pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Punk merupakan sebuah budaya yang lahir di Negara inggris, pada awal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Punk merupakan sebuah budaya yang lahir di Negara inggris, pada awal mulanya, sekelompok punk selalu saling berselisih paham dengan golongan skin head. Namun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan arus informasi yang menyajikan kebudayaan barat sudah mulai banyak. Sehingga masyarakat pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kartun Jepang atau biasanya disebut anime sangat digemari saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kartun Jepang atau biasanya disebut anime sangat digemari saat ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kartun Jepang atau biasanya disebut anime sangat digemari saat ini. Anime adalah animasi khas Jepang yang biasanya dicirikan melalui gambargambar berwarna-warni yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak dapat dipungkiri bahwa sebuah realita kehidupan pada era globalisasi seperti sekarang ini masih terbilang cukup unik. Karena dengan menawarkan begitu banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kreatifitas : daya cipta, kemampuan untuk menciptakan. 3

BAB I PENDAHULUAN. Kreatifitas : daya cipta, kemampuan untuk menciptakan. 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi Pengertian squatting sebagai wadah kreatifitas anak punk di Surakarta, dapat diuraikan sebagai berikut: Squatting : beranda atau tempat tinggal bagi anak punk yang dihuni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat Indonesia yang tinggal di Kepulauan Nusantara dengan bangga dalam hal keanekaragaman kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya zaman, fungsi busana mengalami sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepanjang sejarahnya, Jepang telah menyerap banyak gagasan dari negaranegara lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan kebudayaan. Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pengertiannya yang paling umum, pakaian dapat diartikan sebagai penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung tubuh terhadap hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, yang diiringi dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi, telah membawa manusia kearah modernisasi dan globalisasi.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Marjinal MARJINAL adalah sebuah group musik band dari sekian banyak gruop band indie di indonesia yang beraliran punk. Marjinal yang terinspirasikan atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspek. Banyak masyarakat dari daerah-daerah tertarik dan terinspirasi untuk masuk ke dalam

I. PENDAHULUAN. aspek. Banyak masyarakat dari daerah-daerah tertarik dan terinspirasi untuk masuk ke dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini, kita dapat melihat perkembangan kota yang begitu maju dan pesat di segala aspek. Banyak masyarakat dari daerah-daerah tertarik dan terinspirasi untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi adalah media massa yang sangat diminati dan tetap menjadi favorit masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu merefleksikan kehidupan

Lebih terperinci

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB ARTIKEL OLEH: AJENG RATRI PRATIWI 105252479205 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA JURUSAN SENI DAN DESAIN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak 4 tahun yang lalu, industri musik Jepang tengah mengalami pergeseran kekuasaan dan kejayaan dari para penyanyi solo bersuara merdu dan juga band beraliran Japanese-Rock,

Lebih terperinci

BAB IV PEMECAHAN MASALAH

BAB IV PEMECAHAN MASALAH BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1 Konsep Umum Konsep dari media yang akan dibuat adalah membantu pengajar dalam memberikan pengajaran pada siswa dalam belajar pengetahuan desain. Media pembelajaran yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan akal manusia untuk membentuk konsep serta kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan akal manusia untuk membentuk konsep serta kemampuannya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan akal manusia untuk membentuk konsep serta kemampuannya untuk berfantasi, sudah tentu sangat penting bagi manusia. Karena tanpa kemampuan akal untuk membentuk

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 155 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bab ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian yang berjudul PENGARUH KOREAN WAVE TERHADAP PERUBAHAN GAYA HIDUP REMAJA (Studi Kasus terhadap Grup Cover

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tren fashion yang berkembang tidak selalu baru dalam semua unsurnya, karena tren fashion dapat menggunakan atau menggabungkan dari unsur tren fashion sebelumnya. Sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.dengan kata lain, serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.dengan kata lain, serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, orang begitu sering membicarakan soal kebudayaan. Juga dalam kehidupan sehari- hari orang tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi merupakan tempat tinggal seluruh makhluk di dunia. Makhluk hidup di bumi memiliki berbagai macam bentuk dan jenis yang dipengaruhi oleh tempat tinggal masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbicara mengenai musik, disadari atau tidak, siapapun dan dimanapun setiap orang selalu menikmati sebuah musik. Musik dapat didefinisikan secara luas oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reggi Juliana Nandita, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reggi Juliana Nandita, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tari Jaipong telah mengalami perkembangan yang begitu pesat, terlihat dari tarian yang ditampilkan oleh penari wanita, gerak yang semula hadir dengan gerak-gerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Globalisasi adalah proses di mana manusia akan bersatu dan menjadi satu masyarakat tunggal dunia, masyarakat global (Albrow, 1990: 9). Globalisasi telah membawa perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun 2005 merupakan tahun saat penulis memasuki masa remaja awal, yakni 15 tahun dan duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada saat itu, masa remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aliran musik Emo merupakan sub aliran dan musil punk rock yang

BAB I PENDAHULUAN. Aliran musik Emo merupakan sub aliran dan musil punk rock yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran musik Emo merupakan sub aliran dan musil punk rock yang tentunya tidak terlepas dari pengaruh perkembangan musik yang sangat fenomenal di dunia yaitu musik rock.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serempak dari berbagai macam belahan dunia. Media massa merupakan saluran resmi untuk

BAB I PENDAHULUAN. serempak dari berbagai macam belahan dunia. Media massa merupakan saluran resmi untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini manusia sudah sangat bergantung pada media massa baik cetak maupun elektronik. Media massa hadir untuk mempermudah arus informasi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, oleh sebab itu manusia pasti berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya.meski masyarakat Jepang sangat menjaga budaya dan tradisi dari leluhurnya,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya.meski masyarakat Jepang sangat menjaga budaya dan tradisi dari leluhurnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang adalah negara maju yang terkenal dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat, namun tidak begitu saja meninggalkan budaya lama yang sudah lama melekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara harus memiliki Soft Power (kekuatan lunak). Kekuatan lunak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. negara harus memiliki Soft Power (kekuatan lunak). Kekuatan lunak memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, meningkatkan perekonomian dan memperluas kekuasaan tidak perlu lagi dilakukan dengan genjatan senjata atau peperangan. Jalan lain untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun lisan. Namun fungsi ini sudah mencakup lima fungsi dasar yakni expression,

BAB I PENDAHULUAN. maupun lisan. Namun fungsi ini sudah mencakup lima fungsi dasar yakni expression, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem lambang bunyi berartikulasi yang bersifat sewenagwenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita masa kini adalah cerminan wanita modern yang tangguh. Semakin terlihat jelas arti emansipasi yang dicetus oleh Ibu Kartini. Emansipasi wanita bukan hanya berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dengan orang lain dalam kesehariannya. Hal tersebut menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. hidup dengan orang lain dalam kesehariannya. Hal tersebut menciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki naluri untuk berinteraksi dan hidup dengan orang lain dalam kesehariannya. Hal tersebut menciptakan peradaban dan semenjak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengindentifikasi diri (KBBI, 2008:

Lebih terperinci

Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana. Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak

Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana. Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak Pemakaian busana kini telah menjadi trend di dunia remaja, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kabuki merupakan teater asal Jepang yang terkenal dan mendunia, ceritanya didasarkan pada peristiwa sejarah, drama percintaan, konfilk moral, dan kisah kisah tragedi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/ jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/ jati diri. BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Bagi sebagian besar individu yang baru beranjak dewasa bahkan yang sudah melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup mereka. Masa remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama melalui produk-produk budaya populer. Anime (Kartun atau Animasi

BAB I PENDAHULUAN. terutama melalui produk-produk budaya populer. Anime (Kartun atau Animasi 1 BAB I PENDAHULUAN B. LATAR BELAKANG Jepang telah menyebarkan pengaruh budayanya ke seluruh dunia terutama melalui produk-produk budaya populer. Anime (Kartun atau Animasi Jepang) dan Manga (Komik Jepang)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Hiburan adalah segala sesuatu yang berbentuk kata-kata, tempat, benda, perilaku yang dapat menjadi penghibur atau pelipur hati yang susah atau sedih. Hiburan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan film animasi di dunia telah menciptakan berbagai karakteristik animasi dari hasil yang telah dibuat. Hasil yang telah dibuat tersebut adalah dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Wonder Woman merupakan karakter komik yang diciptakan oleh William Moulton Marston dan diterbitkan oleh DC Comics di Amerika. Tokoh Wonder Woman pertama kali muncul

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Negara Cina yang merupakan salah satu dengan penduduk terbanyak di dunia memiliki berbagai seni budaya maupun mitos yang masih sangat kental. Acara-acara besar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik tradisional Jepang sudah ada sebelum abad ke-20. Bentuk tertua dari musik tradisional Jepang adalah shomyo atau nyanyian Buddha dan gagaku atau musik orkestra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari budaya. Berbagai sisi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari budaya. Berbagai sisi manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari budaya. Berbagai sisi manusia seperti bahasa, pola pikir, kebiasaan dan juga pola hidup, bergantung pada budaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mecintai dan menjaga bumi atau alam merupakan ajakan yang tidak pernah bosan disuarakan kepada manusia di seluruh dunia. Earth day merupakan gerakan untuk mencintai

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Lokasi penelitian ini berada di kompleks Mulawarman, dilihat dari

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Lokasi penelitian ini berada di kompleks Mulawarman, dilihat dari 33 BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini berada di kompleks Mulawarman, dilihat dari geografisnya terletak di daerah Kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Banjarmasin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bercerita memang mengasyikkan untuk semua orang. Kegiatan bercerita dapat dijadikan sebagai wahana untuk membangun karakter seseorang terutama anak kecil. Bercerita

Lebih terperinci