Sekretariat Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sekretariat Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri"

Transkripsi

1 Sekretariat Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri 1

2 Daftar Isi Daftar isi.. i BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Maksud dan Tujuan Penentuan IKU Landasan Hukum... 4 BAB II Pengertian Indikator Kinerja 2.1. Difinisi Indikator Kinerja Utama Syarat Kriteria Indikator Kinerja Utama... 9 BAB III Gambaran Umum 3.1. Visi Misi BAB IV Penutup Lampiran Indikator Kinerja Utama 2

3 1.1. Latar Belakang Program yang dilaksanakan melalui kegiatan diharapkan semaksimal mungkin dapat meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut lembaga pemerintah harus mampu menerakan sistem yang kondusif bagi berlangsungnya pembangunan sejak dari perencanaan hingga proses evaluasi. Prinsip Good Governance atau kepemerintahan yang baik merupakan sebuah komitmen yang mutlak dalam penyelenggaraan kepemerintahan dengan bercirikan profesionalisme, transparan, efektif, efisien akuntabel, demokratis dengan tetap menjungjung supremasi hukum. Sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik atas kinerja pemerintah, maka diperlukan suatu pengukuran kinerja untuk menunjukan apakah sasaran atau kegiatan telah berhasil dicapai, yang kemudian dituangkan dalam Indikator Kinerja. Agar sasaran kegiatan dan program berjalan efektif, efisien dan optimal maka ditetapkan suatu pengukuran Indikator Kinerja strategis yang menjadi prioritas di setiap Instansi pemerintah sebagai suatu bentuk penajaman sasaran sehingga diharapkan tujuan visi dan misi organisasi dapat tercapai sesuai dengan perencanaan yang tertuang dalam RPJMN, RENSTRA maupun RENJA, yang telah ditetapkan. Melalui Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/2007 tentang pedoman umum Penetapan Indikator Kerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah. Pemilihan dan penetapan Indikator Kinerja utama melibatkan pemangku kepentingan dilingkungan lembaga/ Instansi pemerintah yang bersangkutan, maka Pimpinan Instansi Pemerintah diwajibkan menetapkan Indikator Kinerja Utama Maksud dan Tujuan Penentuan IKU Penetapan Indikator Kinerja Utama Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan disusun dengan maksud dan tujuan: 1. Untuk memproleh informasi kinerja yang penting dan diperlukan dalam menyelenggarakan menejeman kinerja secara baik. 3

4 2. Untuk memperoleh ukuran keberhasilan dari pencapaian suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi yang digunakan untuk perbaikan kinerja dan peningkatan akuntabilitas kinerja Landasan Hukum 1 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405); 2 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 75, tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 4406); 3 Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585); 4 Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614) 5 Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2006 tentang Tata cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 6 Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 7 Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 8 Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3); 9 Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2005 tentang kedudukan Tugas, Fungsi, Susunan 4

5 Organisasi, dan Tata Kerja Menteri Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terahir dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia 10 Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. 11 Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Undang-Undang Perdagangan No 7 Tahun 2015 Bab IV Bagian Perdagangan Dalam Negeri; dan 12 Peraturan Menteri Perdagangan No. 27/M-DAG/PER/4/2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian Perdagangan Tahun

6 2.1. Definisi Indikator Kinerja Utama Indikator Kinerja Utama adalah ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis operasional. Setiap lembaga atau Instansi pemerintah wajib merumuskan Indikator Kinerja Utama sebagai suatu prioritas program dan kegiatan yang mengacu pada sasaran strategis dalam RPJM dan RENSTRA Kementerian/Lembaga. Dalam rangka pengukuran dan peningkatan kinerja serta lebih meningkatkan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, maka setiap instansi pemerintah perlu menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU). IKU (Key Performance Indicator) adalah ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi. Tujuan Penetapan Indikator Kinerja Utama yaitu: a. Untuk memperoleh informasi kinerja yang penting dan diperlukan dalam menyelenggarakan manajemen kinerja secara baik; b. Untuk memperoleh ukuran keberhasilan dari pencapaian suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi yang digunakan untuk perbaikan kinerja dan peningkatan akuntabilitas kinerja. Jenis-Jenis Indikator Kinerja yaitu: a. Indikator Input: gambaran mengenai sumberdaya yang digunakan untuk menghasilkan output dan outcome (kuantitas, kualitas, dan kehematan) b. Indikator Proses: gambaran mengenai langkah-langkah yang dilaksanakan dalam menghasilkan barang atau jasa (frekuensi proses, ketaatan terhadap jadwal, dan ketaatan terhadap ketentuan/standar). c. Indikator Output: gambaran mengenai output dalam bentuk barang atau jasa yang dihasilkan dari suatu kegiatan (kuantitas, kualitas, dan efisiensi) d. Indikator Outcome: gambaran mengenai hasil aktual atau yang diharapkan dari barang atau jasa yang dihasilkan (peningkatan kuantitas, perbaikan proses, peningkatan efisiensi, peningkatan kualitas, perubahan perilaku, peningkatan efektivitas, dan peningkatan pendapatan) e. Indikator Dampak: gambaran mengenai akibat langsung atau tidak langsung dari 6

7 tercapainya tujuan. Indikator dampak adalah indikator outcome pada tingkat yang lebih tinggi hingga ultimate. Type Indikator Kinerja: a. Kualitatif: menggunakan skala (misal: baik, cukup, kurang) b. Kuantitatif absolut: menggunakan angka absolut (misal: 30 orang, 80 unit) c. Persentase: menggunakan perbandingan angka absolut dari yg diukur dg populasinya (misal: 50%, 100%) d. Rasio: membandingkan angka absolut dengan angka absolut lain yang terkait (misal: rasio jumlah guru dibandingkan jumlah murid) e. Rata-rata: angka rata-rata dari suatu populasi atau total kejadian (misal: rata-rata biaya pelatihan per peserta dalam suatu diklat) f. Indeks: angka patokan dari beberapa variabel kejadian berdasarkan suatu rumus tertentu (misal: indeks harga saham, indeks pembangunan manusia) Pengembangan Indikator Kinerja Utama: - Menteri/Pimpinan lembaga wajib menetapkan Indikator Kinerja Utama untuk kementerian koordinator/departemen/ kementerian negara/lembaga dan unit organisasi setingkat eselon I serta unit kerja mandiri di bawahnya - Sekretaris jenderal lembaga tinggi negara dan lembaga tinggi lain yang menjalankan fungsi pemerintahan wajib menetapkan Indikator Kinerja Utama untuk lembaga tinggi negera, lembaga lain, dan unit organisasi setingkat eselon I serat unit kerja mandiri di bawahnya. Tatanan Indikator Kinerja Utama - Pada tingkat Kementerian/Lembaga Pemerintah sekurang-kurangnya menggunakan indikator hasil (outcome) sesuai dengan kewenangan, tugas dan fungsi; - Pada unit organisasi setingkat Eselon I menggunakan indikator hasil (outcome) dan atau keluaran (output) yang setingkat lebih tinggi dari keluaran (output) unit kerja di bawahnya; - Pada unit organisasi setingkat eselon II/SKPD/unit kerja mandiri sekurang-kurangnya menggunakan indikator keluaran (output). Pemilihan dan Penetapan Indikator Kinerja Utama, Harus dipertimbangkan: a. Dokumen RPJMN/D b. Dokumen Renstra c. Kebijakan Umum Instansi 7

8 d. Dokumen strategis lainnya yang relevan e. Bidang kewenangan, tugas dan fungsi f. Kebutuhan informasi kinerja g. Kebutuhan data statistik h. Kelaziman pada bidang tertentu dan perkembangan ilmu pengetahuan Penggunaan Indikator Kinerja Utama a. Perencanaan Jangka Menengah b. Perencanaan Tahunan c. Penyusunan dokumen Penetapan Kinerja d. Pelaporan Akuntabilitas Kinerja e. Evaluasi Kinerja f. Pemantauan dan pengendalian Kinerja Evaluasi Kinerja: - Instansi Pemerintah melakukan Analisis dan Evaluasi Kinerja dengan memperhatikan Indikator Kinerja Utama - Analisis dan Evaluasi Kinerja dilakukan secara berkala dan sederhana dengan meneliti fakta-fakta yang ada berupa kendala, hambatan, dan informasi lainnya. Pembinaan dan Koordinasi, Pimpinan Instansi hendaknya melakukan: - Pembinaan dalam pengembangan dan penetapan Indikator Kinerja Utama di lingkungan masing-masing - Koordinasi untuk pengintegrasian sistem pengukuran kinerja dengan sistem administrasi pemerintahan yg lain, seperti perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, dan pertanggungjawaban - Kementerian Negara PAN melakukan koordinasi dan pemantauan dalam pengembangan dan penetapan Indikator Kinerja Utama di lingkungan instansi pemerintah Langkah Penetepan Indikator Kinerja Utama: 1. Tahap Pertama, Klarifikasi apa yang menjadi kinerja utama, pernyataan hasil (result statement) atau tujuan/sasaran yang ingin dicapai. 2. Tahap kedua, Menyusun daftar awal Indikator Kinerja Utama yang mungkin dapat digunakan. 3. Tahap Ketiga, Melakukan penilaian setiap Indikator Kinerja Utama yang terdapat dalam daftar awal indikator kinerja 4. Tahap keempat, Memilih Indikator Kinerja Utama 8

9 Sumber Data Kinerja: - Data Kinerja Primer, Data kinerja yang diperoleh langsung dari responden - Data Kinerja Sekunder, Data kinerja yang diperoleh secara tidak langsung dari responden tetapi dari instansi/pihak lain Tingkatan Indikator Kinerja Utama 1. Tingkat Satuan Kerja 2. Tingkat Unit Kerja 3. Tingkat Kementerian/Lembaga Referensi: Peraturan Menteri Negara PAN Nomor: PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah Paparan-Paparan Kementerian PAN & RB terkait IKU 2.2. Syarat Kriteria Indikator Kinerja Utama Penetapan Indikator Utama harus memenuhi karakteristik dan kriteria Indikator Kinerja yang memadai yaitu : 1. Spesifik; Indikator Kinerja harus spesifik mengacu pada apa yang akan diukur, sehingga mempunyai persepsi yang sama. 2. Measurable; Indikator Kinerja harus dapat diukur secara obyektif baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. 3. Achievable; Indikator Kinerja yang ditetapkan harus dapat dikumpulkan datanya oleh organisasi. 4. Relevant; Indikator Kinerja harus merupakan alat ukur yang menggambarkan sedekat mungkin ( keberhasilan/kegagalan) yang akan diukur Timelines. Indikator kinerja yang ditetapkan menggambarkan suatu kinerja yang dapat dicapai untuk kurun waktu tertentu. Sedapat mungkin Indikator Kinerja juga fleksibel apabila dikemudian hari terjadi perubahan. 9

10 3.1. Perekonomian Global dan Nasional Kondisi perekonomian dunia dalam dua tahun terakhir belum memperlihatkan pemulihan yang baik. Bank dunia mengoreksi perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2014 menjadi sebesar 2,6 persen yang sebelumnya diperkirakan lebih optimis yaitu sebesar 2.8 persen. Penyebab utama revisi pertumbuhan ekonomi tersebut dikarenakan masi lemahnya kinerja perekonomian global. Lebih lanjut, revisi pertumbuhan ini disebabkan karena ketergantungan perekonomian dunia terhadap kinerja pertumbuhan Amerika Serikat, melambatnya pertumbuhan investasi di Tiongkok, stagnasi perekonomian Uni Eropa dan Jepang, serta melemahnya prospek pertumbuhan ekonomi Rusia sebagai dampak dari penurunan tajam harga minyak dunia dan meningkatnya tensi geopolitik Rusia-Ukraina. Pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang pada tahun 2014 diperkirakan mengalami sedirkit penurunan menjadi 4,4 persen setelah sebelumnya pada tahun 2012 dan 2013 pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang pada tahun 2014 disebabkan oleh melambatnya perekonomian di kawasan Asia Timur dan Pasifik serta kawasan Amerika Selatan dan Karibia, menurut Bank Dunia, hanya sebesar 0,8 persen setelah pada tahun sebelumnya tercatat sebesar 2,5 persen akibat negatifnya pertumbuhan ekonomi Argentina sebesar -1,5 persen, namun demikian pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang diproyeksikan akan kembali meningkat menjadi 4,8 dan 5,3 persen pada tahun 2015 dan Berdasarkan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Mengenah Nasional (RPJMN) , kontribusi pendapatan Domestik Bruto (PDB) negara-negara berkembang terhadap pertumbuhan ekonomi dunia diproyeksikan mengalami peningkatan dari 38 persen pada tahun 2014 menjadi 43,8 persen pada tahun Sedangkan kontribusi negara-negara berpenghasilan tinggi diperkirakan mengalami sedirkit penurunan dari 62 persen pada tahun 2014 menjadi 56,2 persen pada tahun Kenaikan PDB negara-negara berkembang ini berkorelasi negatif terhadap arus modal masuk dari dunia internasional (capital inflow). Maka dari itu, pertumbuhan ekonomi nasional di sokong dengan penguatan pasar dalam negeri. Semakin mengutkan pasar dalam negeri dapat mengindikasikan semakin membaiknya perekonomian nasional sehingga dapat menjadi salah satu kekuatan Inonesia dalam 10

11 menghadapi ketidakpastian perekonomian global. Indikasi semakin kuatnya pasar dalam negeri dapat dilihat dari peran Perdagangan besar dan Eceran yang memberikan kontribusi besar 13,42 15,05 persen terhadap perekonomian Indonesia. Setelah bertahun-tahun selama tahun pertumbuhan PDB Perdagangan Besar dan Eceran mencapai angka yang tinggi yaitu 8 10%, pada tahun 2014 pertumbuhannya turun mejadi 4,44 persen. Beberapa faktor yang berperan dalam perlambatan pertumbuhan PDB Perdagangan Besar dan Eceran antara lain kenaikan suku bunga, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS serta turunnya laju investasi yang juga terkait dengan kebijakan suku bunga. Untuk itu, berbagai upaya dilakukan dalam menguatkan pasar dalam negeri diantaranya dengan melakukan peningkatan layanan perizinan dan nonperizinan sektor perdagangan. Secara umum, sebagian besar perizinan sudah dilaksanakan secara terintegrasi oleh Unit Pelayanan Perdagangan (UPP). Perkembangan tekonologi informasi yang sangat pesat dengan tujuan untuk pelayanan global tanpa batas dan hambatan mendorong Kementerian Perdagangan melakukan pembangunan sistem perizinan secara elektronik (e-licensing) yang disebut INATRADE. INATRADE diciptakan sebagai solusi nyata pelayanan tanpa tatap muka yang dapat dilakukan dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja dalam rangka menciptakan iklim usaha perdagangan yang kondusif. Menteri Perdagangan secara resmi telah meluncurkan Mandatory Online ini, proses perizinan tidak lagi dilakukan secara manual. Pada tahun 2013, jumlah pelayanan perizinan Perdagangan Dalam Negeri yang dilayani secara online sampai dengan akhir tahun 2013 adalah sebanyak 83 jenis. Perdagangan besar dan eceran selalu memberikan kontribusi cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Pada tahun 2014, pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran adalah sebesar 4,44 persen (dihitung bedasarkan perbandingan data Triwulan I s/d IV Tahun 2014 terhadap data Triwulan I s/d IV Tahun 201), angka ini menurun bila dibadningkan dengan tahun sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 5,92 persen. Namun demikian, perdagangan besar dan eceran (tidak termasuk hotel dan restoran) selama periode tahun selalu memberikan kontribusi cukup besar, enatara 13,42 persen sampai dengan 15,05 persen, terhadap perekonomian Indonesia ( kontribusi PDB sektor perdagangan besar dan eceran terhadap PDB Indonesia). 11

12 3.2. Visi dan Misi Visi Arah tujuan nasional dari pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) seperti yang diamanatkan dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, Mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban umum dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dalam mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia menghadapi tiga masalah pokok bangsa yaitu: 1. Merosotnya kewibawaan negara, 2. Melemahnya sendi-sendi perekonomian nasional, dan 3. Merebaknya intoleransi dan krisis kepribadian bangsa. Pemerintah periode berkeyakinan bahwa bangsa Indonesia mampu bertahan apabila dipandu oleh suatu Ideologi yaitu Pancasila 1 Juni 1945 dan Trisakti yang dijabarkan dalam: 1. Kedaulatan dalam politik, 2. Berdikari dalam ekonomi, 3. Kepribadian dalam kebudayaan. Dengan Trisakti sebagai dasar merupakan pembangunan Indonesia dalam lima tahun kedepan maka VISI Pemerintahan tahun adalah sebgai berikut: Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong Misi Dalam rangka mewujudkan Visi Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong, maka misi pemerintahan periode adalah: 1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan; 2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis berlandaskan Negara Hukum; 3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim; 4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera; 12

13 5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing; 6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional; dan 7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. Selanjutnya untuk menjembatani visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden periode dalam melaksanakan Agenda Pembangunan Nasional, Kementerian Perdagangan periode memiliki 3 (tiga) misi dalam membangun sektor perdagangan: 1. Meningkatkan pertumbuhan kinerja perdagangan luar negeri yang berkelanjutan; 2. Meningkatkan perdagangan dalam negeri yang bertumbuh dan berkualitas; dan 3. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik di sektor perdagangan. 13

14 Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/20/M.PAN/11/2007, tentang Pedoman Penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU), bahwa setiap unit kerja wajib melaksanakan penetapan IKU dalam rangka meyakinkan keandalan informasi yang disajikan dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja sebagai parameter terhadap pencapaian kinerja yang telah ditetapkan dalam RPJMN dan Renstra masing-masing unit kerja. Indikator Kinerja Utama Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri merupakan acuan ukuran kinerja yang digunakan untuk menentukan keberhasilan suatu tujuan dan sasaran strategis yang telah tersusun dalam RPJMN dan Renstra Kementerian Perdagangan. 14

15 INDIKATOR KINERJA UTAMA DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI PROGRAM SASARAN INDIKATOR FORMULA PENJELASAN Program Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri 01. Meningkatnya 01. Pertumbuhan omzet pengembangan pedagang pasar rakyat Kapasitas Logistik dan tipe A yang telah Sarana Perdagangan direvitalisasi 02. Terjaganya stabilitas harga barang kebutuhan pokok 02. Koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar wilayah Om = O t 1 Ot O t 1 x 100 Peningkatan omset pedagang di 100 unit pasar yang telah direvitalisasi Keseimbangan dalam Koefisien Harga antar wilayah (n = 34 Provinsi) Direktorat Logistik dan Sarana Distribusi Direktorat Bahan Pokok dan Bahan Strategis 03. Koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar waktu Keseimbangan dalam Koefisien Harga antar waktu (n = 12 Bulan) Direktorat Bahan Pokok dan Bahan Strategis 15

16 PROGRAM SASARAN INDIKATOR FORMULA PENJELASAN Meningkatnya 04. Peningkatan konsumsi Produk kontribusi produk dalam Dalam Negeri Dalam negeri dalam konsumsi g = (100 x Qt ) x 100 Pt Konsumsi Rumah rumah tangga nasional Tangga Nasional 04. Meningkatnya Pelayanan dan Kemudahan berusaha Bidang PDN 05. Meningkatkan presentase barang produksi dalam negeri yang diperdagangan di toko swalayan 05. Terintegrasi layanan perijinan perdagangan dalam negeri di daerah dengan sistem informasi Kemendag 06. Presentase barang produksi dalam negeri yang diperdagangakan di toko swalayan Indikator = ( Daerah / Target Output) x 100 Indikator = ( Produk DN di swalayan / Target Output) x 100 g : Rasio penggunaan barang produksi dalam negeri terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga, Qt : nilai Impor Barang Konsumsi, Pt : nilai Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, 100 : sebagai faktor pengali persen. keberhasilan realisasi output daerah yang terintegrasi dengan perijinan perdagangan dalam negeri dibagi dengan target output kemudian dikali 100 keberhasilan diperoleh melalui realisasi produk dalam negeri yang ada di swalayan dibagi dengan target output kemudian dikali 100 Direktorat Penggunaan dan Pemasaran Produk Dalam Negeri Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi 16

17 INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI TUJUAN SASARAN INDIKATOR FORMULA PENJELASAN Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri 01. Rencana Kerja 01. Jumlah Dokumen Sekretariat Ditjen Output dan anggaran, Perencanaan, Indikator = x 100 Target Output PDN rancangan, Penganggaran, Evaluasi jumlah output dukumen peraturan dan evaluasi di lingkungan Ditjen PDN dan Pelaporan Ditjen PDN perencanaan, penganggaran dan evaluasi serta pelaporan yang tercapai dibagi dengan target output 02. Jumlah Dokumen Keuangan dan Kepegawaian Ditjen PDN 03. Jumlah Rancangan Peraturan Di Bidang PDN Indikator = Indikator = Output Target Output Output Target Output x 100 x 100 kemudian jumlah output dokumen keuangan dan kpegawaian yang tercapai dibagi dengan target output kemudian jumlah output Rancangan Peraturan yang tercapai dibagi dengan target output, kemudian Sekretariat Ditjen PDN Sekretariat Ditjen PDN 17

18 INDIKATOR KINERJA UTAMA DIREKTORAT SARANA DISTRIBUSI DAN LOGISTIK KEGIATAN SASARAN INDIKATOR FORMULA PENJELASAN Pengembangan Sarana Distribusi Perdagangan dan Kapasitas Logistik Perdagangan 01. Terbangunnya/ 01. Jumlah Pasar Rakyat Output Direvitalisasi Pasar Tipe A Indikator = x 100 Target Output Rakyat 02. Jumlah Pasar Rakyat Tipe B 03. Jumlah Pasar Rakyat yang mendapatkan Pemberdayaan Terpadu Nasional Indikator = Output Target Output x 100 jumlah output yang tercapai dibagi dengan target output kemudian jumlah output yang tercapai dibagi dengan target output kemudian pasar yang mendapat pemberdayaan terpadu nasional didapatkan dengan menghitung capaian output pasar yang mendapatkan pemberdayaan terpadu dibagi dengan target yang telah ditentukan Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik 18

19 KEGIATAN SASARAN INDIKATOR FORMULA PENJELASAN Kerjasama 04. Jumlah Kerjasama Logistik Logistik 03. Perdagangan antar pulau dan perbatasan 05. Jumlah Rekomendasi kebijakan perdagangan antar pulau dan perbatasan ( Kerjasama Logistik / Target Output) x 100 ( output rekomendasi/ target output) x 100 jumlah output kerjasama logistik yang dilakukan dibagi dengan target output kerjasama kemudian jumlah output rekomendasi kebijakan perdagangan antar pulau dan perbatasan yang tercapai dibagi dengan target output kemudian Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik 19

20 INDIKATOR KINERJA UTAMA DIREKTORAT BARANG KEUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING KEGIATAN SASARAN INDIKATOR FORMULA PENJELASAN Peningkatan Stabilitas Harga dan Pasokan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting 01. Terjaganya Stabilitas harga barang penting 01. Koefisien Variasi Harga Barang Penting Antar Waktu Keseimbangan dalam Koefisien Harga barang penting antar waktu (12 Bulan) Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting 02. Koefisien Variasi Harga Barang Penting Antar Wilayah Keseimbangan dalam Koefisien Harga barang penting antar wilayah (34 Provinsi) Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting 02. Terjaganya stabilitas harga barang kebutuhan pokok 03. Koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar waktu Keseimbangan dalam Koefisien Harga barang kebutuhan pokok antar waktu (12 Bulan) Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting 04. Koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar wilayah Keseimbangan dalam Koefisien Harga barang kebutuhan pokok antar wilayah (34 Provinsi) Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting 20

21 KEGIATAN SASARAN INDIKATOR FORMULA PENJELASAN Tersedianya pedoman Penyusunan pedoman meanisme operasi pasar dan Mekanisme operasi pasar atau penyemburnaan pedoman Terciptanya pedoman mekanisme operasi pasar dan atau penyempurnaannya Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting 21

22 INDIKATOR KINERJA UTAMA DIREKTORAT BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI KEGIATAN SASARAN INDIKATOR FORMULA PENJELASAN Pembinaan Usaha dan Pelaku Distribusi perdagangan 01 Meningkatnya kemudahan dan kesempatan berusaha dalam perdagangan dalam negeri 01. Terintegrasinya layanan perizinan perdagangan dalam negeri di daerah dengan sistem infomasi Kemendag ( Daerah / Target Output) x Jumlah Pelaku usaha jasa yang bersertifikat 03. Jumlah Pembinaan/bimbingan teknis di bidang kelembagaan dan pelaku usaha ( PUB/Target Output PUB) x 100 ( Output Bimtek/Target Output) x 100 keberhasilan realisasi output daerah yang terintegrasi dengan perijinan perdagangan dalam negeri dibagi dengan target output kemudian dikali 100 realisasi jumlah output pelaku usaha yang bersertifikat dibagi dengan target output kemudian jumlah output bimtek yang tercapai Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi 22

23 KEGIATAN SASARAN INDIKATOR FORMULA PENJELASAN dibagi dengan target output kemudian 04. Jumlah penyusunan rekomendasi peraturan terkait kebijakan usaha perdagangan 05. Jumlah daerah yang kebijakan terkait bina usaha dan pelaku distrubsi disinkronisasi dengan pemerintah pusat ( output rekomendasi/target output) x 100 ( Jumlah Daerah/Target Output) x 100 jumlah output rekomendasi peraturan yang tercapai dibagi dengan target output kemudian jumlah output daerah yang terintegrasi kebijakannya yang tercapai dibagi dengan target output kemudian Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi 23

24 KEGIATAN SASARAN INDIKATOR FORMULA PENJELASAN Jumlah prosedur perizinan terkait bina usaha perdagangan yang disederhanakan dan waktu perizinan usaha perdagangan ( Perijinan/Output Perijinan) x 100 jumlah output perijinan yang disimplifikasikan dibagi dengan target output kemudian Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi 24

25 INDIKATOR KINERJA UTAMA DIREKTORAT PENGGUNAAN DAN PEMASARAN PRODUK DALAM NEGERI TUJUAN SASARAN INDIKATOR FORMULA PENJELASAN Peningkatan Penggunaan dan Pemasaran Produk Dalam Negeri 01. Meningkatnya kreatifitas, kapasitas dan kompetensi pelaku usaha perdagangan serta penggunaan produk dalam negeri 01. Jumlah Pelaku usaha Binaan yang meningkat omzetnya ( PMKM/Target Output) x 100 jumlah output pelaku usaha binaan yang meningkat omsetnya dibagi dengan target output yang kemudian dikalikan Jumlah pelaku usaha perdagangan yang memiliki kemitraan 03. Jumlah Bantuan Sarana Perdagangan termasuk di wilayah perbatasan Indikator= ( PMKM/Target Output) x 100 Indikatorn = ( Bantuan / Target Output) x 100 jumlah output yang tercapai dibagi dengan target output kemudian jumlah output yang tercapai dibagi Direktorat Penggunaan dan Pemasaran Produk Dalam Negeri Direktorat Penggunaan dan Pemasaran Produk Dalam Negeri Direktorat Penggunaan dan Pemasaran Produk Dalam Negeri 25

26 TUJUAN SASARAN INDIKATOR FORMULA PENJELASAN dengan target output kemudian 02. Promosi makanan dan minuman nusantara 02. Promosi makanan dan minuman nusantara 04. Jumlah PMKM mitra binaan yang difasilitasi 05. Jumlah pelaku usaha yang mendapatkan fasilitas akses pasar PMKM yang difasilitasi = ( Output PMKM/Output Target) x 100 ( Pelaku Usaha / Target Output) x 100 jumlah output yang tercapai dibagi dengan target output kemudian jumlah realisasi output pelaku usaha yang mendapatkan akses pasar dibagi dengan target output kemudian Direktorat Penggunaan dan Pemasaran Produk Dalam Negeri Direktorat Penggunaan dan Pemasaran Produk Dalam Negeri 26

27 INDIKATOR KINERJA UTAMA DEKONSENTRASI PERDAGANGAN DALAM NEGERI (DITJEN PDN) TUJUAN SASARAN INDIKATOR FORMULA PENJELASAN Pengembangan perdagangan Dalam Negeri Daerah 01. Meningkatkanya dukungan daerah, dalam rangka pencapaian sasaran prioritas nasional/bidang perdagangan dalam negeri 01. Jumlah data dan informasi Perdagangan Dalam Negeri (Realisasi Jumlah data dan Informasi / Target Output) x 100 dihitung berdasarkan jumlah output yang tercapai dibagi dengan target output kemudian Sekretariat Ditjen PDN 02. Fasilitasi Pemasaran Produk Unggulan Daerah (Realisasi Kegiatan Pameran / Target Output) x 100 dihitung berdasarkan jumlah output kegitan pameran yang dilaksanakan dibagi dengan target output kemudian Sekretariat Ditjen PDN 27

28 TUJUAN SASARAN INDIKATOR FORMULA PENJELASAN Fasilitasi Pasar Murah (Realisasi Kegiatan Pasar Murah/ Target Output) x 100 dihitung berdasarkan jumlah output kegiatan pasar murah yang dilaksanakan dibagi dengan target output kemudian Sekretariat Ditjen PDN 04. Informasi Penggunaan dan ketersediaan produk dalam negeri di wilayah perbatasan darat 05. Administrasi Penunjang Kegiatan (Realisasi Informasi di perbatasan/ target output) x 100 (Realisasi Administrasi di Daeraj/Target Output) x 100 dihitung berdasarkan jumlah output yang tercapai dibagi dengan target output kemudian dihitung berdasarkan jumlah output yang tercapai Sekretariat Ditjen PDN Sekretariat Ditjen PDN 28

29 TUJUAN SASARAN INDIKATOR FORMULA PENJELASAN dibagi dengan target output kemudian 29

INDIKATOR KINERJA UTAMA ( I K U )

INDIKATOR KINERJA UTAMA ( I K U ) INDIKATOR KINERJA UTAMA ( I K U ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KABUPATEN BADUNG Daftar Isi KEPUTUSAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN TULANG BAWANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN TULANG BAWANG KEPUTUSAN KEPALA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN TULANG BAWANG NOMOR : 900/ /SK/III.08/TB/I/2016 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TULANG BAWANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Komp.Perkantoran Pemda Tulang Bawang Jl. Cendana Gunung Sakti Kec. Menggala Kab.Tulang Bawang Provinsi Lampung 34596 Telp (0726)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lamongan, Maret 2017 KEPALA DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO KABUPATEN LAMONGAN

KATA PENGANTAR. Lamongan, Maret 2017 KEPALA DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO KABUPATEN LAMONGAN KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan rancangan rencana kerja Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Lamongan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA IKU (INDIKATOR KINERJA UTAMA)

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA IKU (INDIKATOR KINERJA UTAMA) PEMERINTAH KOTA PONTIANAK INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA IKU (INDIKATOR KINERJA UTAMA) P O N T I A N A K TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA PONTIANAK DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

PROVINSI SULAWESI SELATAN

PROVINSI SULAWESI SELATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BARRU NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2016-2021 BUPATI BARRU, Menimbang: a. bahwa berdasarkan ketentuan dalam

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar.

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar. BAB 1. PENDAHULUAN Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Nomor 15/SE/IX/2015 tentang pedoman penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja dijelaskan bahwa perjanjian kinerja (PK) merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan dengan amanat Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Kesehatan telah menyusun Rencana Strategis

Lebih terperinci

Rencana Strategis Pusat Data dan Informasi Tahun

Rencana Strategis Pusat Data dan Informasi Tahun Rencana Strategis Pusat Data dan Informasi Tahun 2015-2019 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 2 DAFTAR ISI 3 PENDAHULUAN... 4 Latar Belakang... 4 Landasan Hukum. 5 Tugas Pokok dan Fungsi. 6 SASARAN KEGIATAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh i KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Rencana Strategis (Renstra) merupakan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.750, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Indikator Kinerja Utama. Penetapan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Melalui Buku Pegangan yang diterbitkan setiap tahun ini, semua pihak yang berkepentingan diharapkan dapat memperoleh gambaran umum tentang proses penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

2012, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2012, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.805, 2012 KEPOLISIAN. Indikator Kinerja Utama. Penyusunan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN INDIKATOR KINERJA

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KECAMATAN KUBUTAMBAHAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KECAMATAN KUBUTAMBAHAN INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KECAMATAN KUBUTAMBAHAN TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa karena hanya dengan limpahan karunia Nya penyusunan Dokumen

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2007 NOMOR 29 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 29 TAHUN 2007 T E N T A N G PEDOMAN UMUM PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan 1 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah

Lebih terperinci

Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang nomor 25 tahun 1999, tentang. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah telah memberikan

Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang nomor 25 tahun 1999, tentang. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah telah memberikan BAB. I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Diberlakukannya Undang-Undang nomor 22 tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang nomor 25 tahun 1999, tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

Rencana Aksi Kegiatan

Rencana Aksi Kegiatan Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019 DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA PADA PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Program dan Kegiatan

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Program dan Kegiatan BAB 1. PENDAHULUAN Dalam Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Nomor 15/SE/IX/2015 tentang pedoman penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja dijelaskan bahwa perjanjian kinerja (PK) merupakan dokumen

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016-2021 DINAS PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANDUNG PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG DINAS PANGAN DAN PERIKANAN Jl. Raya Soreang Km 17 Bandung Telp. (022) 5891695 Fax

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

BAB 4 VISI DAN MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATGEI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB 4 VISI DAN MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATGEI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB 4 VISI DAN MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATGEI DAN ARAH KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi BPTPM Kota Serang Dengan semangat otonomi daerah serta memperhatikan tugas dan fungsi yang diemban oleh Badan Pelayanan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017 INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017 PANDEGLANG 2016 KEPUTUSAN INSPEKTUR INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG Nomor : 800/Kep.86 Insp/2016 Tentang PENETAPAN INDIKATOR KINERJA

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP)

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) ASISTEN DEPUTI BIDANG MATERI PERSIDANGAN 2014 KATA PENGANTAR Dalam rangka melaksanakan amanah Inpres Nomor 7 Tahun 1999, Asisten Deputi Bidang Materi

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016-2021 DINAS PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANDUNG PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG DINAS PANGAN DAN PERIKANAN Jl. Raya Soreang Km 17 Bandung Telp. (022) 5891695 Fax

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016 yang mempunyai tema Memperkuat perekonomian domestik bagi peningkatan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA INSPEKTORAT KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

INDIKATOR KINERJA UTAMA INSPEKTORAT KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT INDIKATOR KINERJA UTAMA INSPEKTORAT KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur ke Hadirat Illahi Rabbi, karena hanya dengan limpahan rahmat

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Bappeda Kabupaten Lahat dalam mewujudkan pencapaian tata pemerintahan yang baik (good gavernance) dan memenuhi tuntutan serta harapan masyarakat atas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.317, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Indikator Kinerja. Pengukuran. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGUKURAN

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Rencana program dan kegiatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang mendasarkan pada pencapaian Prioritas

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M

P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M SEKRETARIAT DAERAH KEPUTUSAN SEKRETARIS DAERAH KOTA MATARAM NOMOR : 188.4/747/Org./X/2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) SEKRETARIAT DAERAH KOTA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.316, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Data Kinerja. Pengumpulan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 11 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGUMPULAN

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RPJMD PROVINSI JAWA TENGAH Sebagai upaya mewujudkan suatu dokumen perencanaan pembangunan sebagai satu kesatuan yang utuh dengan sistem perencanaan pembangunan nasional, maka

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapantahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan, guna pemanfaatan dan pengalokasian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah- Nya kami dapat menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis BAB 1 PENDAHULUAN Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Karunianya Reviu Dokumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk lebih bersungguh-sungguh dalam melaksanakan program-program

BAB I PENDAHULUAN. untuk lebih bersungguh-sungguh dalam melaksanakan program-program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era reformasi yang membawa berbagai perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara telah mendorong pemerintah baik pusat maupun daerah untuk lebih bersungguh-sungguh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perumusan masalah menjelaskan mengenai butir-butir permasalahan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Perumusan masalah menjelaskan mengenai butir-butir permasalahan yang akan BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini diuraikan perihal mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Latar belakang

Lebih terperinci

3.4 Penentuan Isu-isu Strategis

3.4 Penentuan Isu-isu Strategis Negeri atas tugas pokok dan fungsinya dengan memperhatikan visi, misi, dan arah kebijakan Pemerintah Republik Indonesia untuk lima tahun ke depan, serta kondisi obyektif dan dinamika lingkungan strategis,

Lebih terperinci

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI - 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL TAHUN 2015-2019. BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI DINAS KESEHATAN JLN. JEND. AHMAD YANI NO. 2D TELP. (0461) 211906 LUWUK SULAWESI TENGAH KEPUTUSAN KEPALA DINAS

Lebih terperinci

RPJMN dan RENSTRA BPOM

RPJMN dan RENSTRA BPOM RPJMN 2015-2019 dan RENSTRA BPOM 2015-2019 Kepala Bagian Renstra dan Organisasi Biro Perencanaan dan Keuangan Jakarta, 18 Juli 2017 1 SISTEMATIKA PENYAJIAN RPJMN 2015-2019 RENCANA STRATEGIS BPOM 2015-2019

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN B A B I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penilaian dan pelaporan kinerja pemerintah daerah menjadi salah satu kunci untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2016, No Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.793, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Tata Laksana. Penataan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN TATALAKSANA KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK) BIRO KEPEGAWAIAN SETJEN KEMENKES TAHUN

RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK) BIRO KEPEGAWAIAN SETJEN KEMENKES TAHUN RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK) BIRO KEPEGAWAIAN SETJEN KEMENKES TAHUN 2015-2019 BIRO KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENKES Kesehatan Gedung Prof Dr. Sujudi Lantai 8 9 Jl. HR. Rasuna Said Blok X5 Kav.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

2 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Ev

2 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Ev BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1040, 2014 KEMENPOLHUKAM. Kinerja Instansi Pemerintah. Akuntabilitas. Sistem. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN PK BPS

PEDOMAN PENYUSUNAN PK BPS PEDOMAN PENYUSUNAN PK BPS BADAN PUSAT STATISTIK 2012 D A F T A R I S I hal Daftar Isi i Bab I Pendahuluan A Latar Belakang 1 B Pengertian 2 C Tujuan Penetapan Kinerja 2 D Ruang Lingkup Penetapan Kinerja

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia Laporan Kinerja 2016 Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Republik Indonesia KATA PENGANTAR Berdasarkan Peraturan Presiden R.I No. 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

WALIKOTA TEBING TINGGI

WALIKOTA TEBING TINGGI WALIKOTA TEBING TINGGI PERATURAN WALIKOTA TEBING TINGGI NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI TRIWULAN 3 1

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI TRIWULAN 3 1 BAB 1 PENDAHULUAN Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu

Lebih terperinci

2013, No BAB I PENDAHULUAN

2013, No BAB I PENDAHULUAN 6 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PERMEN-KP/2013 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGUMPULAN DATA KINERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Badung yang dibentuk berdasarkan Perda Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii Halaman I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran...... 2 D. Dasar Hukum... 2 II. Arah Kebijakan Pembangunan 3 A. Visi dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PROVINSI

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2015-2019 ditetapkan melalui Peraturan Menteri Sekretaris Negara Nomor 6 Tahun 2015 tentang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, dan berwibawa, profesional dan bertanggungjawab yang tercermin dari sosok dan perilaku birokrasi yang efisien

Lebih terperinci

2.1 Rencana Strategis

2.1 Rencana Strategis 2.1 Rencana Strategis Sekretariat Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan () telah menyusun suatu Rencana Strategis (Renstra) dengan berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS DAN WEWENANG GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan sumber daya manusia. Di sejumlah negara yang sedang berkembang pendidikan telah mengambil

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam No.1809, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. SAKIP. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 96, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi birokrasi dengan tekad mewujudkan pemerintah yang transparan dan akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I Pemerintah Provinsi Banten PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perencanaan merupakan suatu proses pengambilan keputusan untuk menentukan tindakan masa depan secara tepat dari sejumlah pilihan, dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR LAPKIN DIT. PPPDN

KATA PENGANTAR LAPKIN DIT. PPPDN KATA PENGANTAR Salah satu upaya mendukung kegiatan Reformasi Birokrasi di Lingkungan Kementerian Perdagangan dan guna mewujudkan akuntabilitas kinerja Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, khususnya

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) BIRO PERENCANAAN 2014 BIRO PERENCANAAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERJANJIAN KINERJA BAB II PERJANJIAN KINERJA Untuk mencapai visi dan misi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik, yang salah satu misinya adalah Mengajak masyarakat Katolik untuk berperan serta secara aktif dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1344, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pemerintahan. Pelimpahan. Penugasan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN DAN

Lebih terperinci

Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL DI KEMRISTEKDIKTI. Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. (INSPEKTORAT JENDERAL KEMRISTEKDIKTI)

KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL DI KEMRISTEKDIKTI. Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. (INSPEKTORAT JENDERAL KEMRISTEKDIKTI) KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL DI KEMRISTEKDIKTI Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. (INSPEKTORAT JENDERAL KEMRISTEKDIKTI) Disampaikan Dalam Rapat Koordinasi Pengawasan Peningkatan Kapasitas Pengendalian

Lebih terperinci

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil merupakan unsur pelaksanaan Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

- 1 - BAB I PENDAHULUAN

- 1 - BAB I PENDAHULUAN - 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana

Lebih terperinci

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL TAHUN 2009-2014 A. Rencana Strategis BKPM Tahun 2009-2014 Rencana Strategis (Renstra) BKPM yang disusun merupakan fungsi manajemen untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2015-2019 ditetapkan melalui Peraturan Menteri Sekretaris Negara Nomor 6 Tahun 2015 tentang

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.51, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Indikator Kinerja Utama. Penetapan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 68 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR INSPEKTUR, Drs. Zat Zat Munazat, M.Si NIP Inspektorat Kabupaten Garut

KATA PENGANTAR INSPEKTUR, Drs. Zat Zat Munazat, M.Si NIP Inspektorat Kabupaten Garut Renstra Inspektorat Kabupaten Garut Tahun 2014-2019 Kata Pengantar KATA PENGANTAR Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 014 Asisten Deputi Bidang Pendidikan, Agama, Kesehatan, dan Kependudukan Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 Kata Pengantar Dengan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2012 KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Urusan Pemerintah. Pelimpahan dan Penugasan. Tahun Anggaran 2012. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci