PEMBAHASAN Jumlah Imago dan Variasi Perilaku Lebah Pekerja Apis cerana

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBAHASAN Jumlah Imago dan Variasi Perilaku Lebah Pekerja Apis cerana"

Transkripsi

1 PEMBAHASAN Jumlah Imago dan Variasi Perilaku Lebah Pekerja Apis cerana Keluarnya imago lebah dari sel sarang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Lingkungan sel sarang yang stabil dan hangat pada daerah tetasan akan mempercepat imago untuk keluar dari sel pupa. Menurut Akranatakul (1990) suhu di dalam sel sarang harus selalu dijaga konstan C. Pada A. mellifera dan A. dorsata suhu daerah tetasan adalah 34 0 C (McMullan 2005; Mardan 2002). Suhu rendah di bawah 35 0 C dapat menunda keluarnya imago dari pupa hingga 5 hari berikutnya seperti yang dilaporkan Winston (1987) pada A. mellifera. Selain suhu sarang, faktor lain yang mempengaruhi keluarnya imago adalah ketersediaan nutrisi atau makanan saat lebah berada pada tahap larva akhir menuju tahap pupa (Winston 1987). Pengamatan hari pertama dan kedua yang dilakukan dalam penelitian A. cerana ini memberikan data suhu rata-rata di sekitar sarang pada koloni I hari pertama dan kedua berturut-turut adalah 27.9 ± C dan 26.9 ± C (Lampiran 2). Sedangkan pada koloni II suhu rata-rata di dalam sarang hari pertama dan kedua berturut-turut adalah 24.6 ± C dan 24.7 ± C (Lampiran 3). Suhu yang jauh lebih rendah dari suhu yang optimum untuk imago keluar menyebabkan jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar pada koloni I (kohort 1 dan 2) berturut-turut hanya 9.8% dan 10.8%. Hal itu juga terjadi pada koloni II (kohort 1 dan 2), total lebah yang terhitung berturut-turut adalah 8.6% dan 7.6%. Ciri lapisan lilin sel pupa dengan imago yang siap untuk keluar berwarna lebih gelap dari sel pupa lainnya. Dalam penelitian ini banyak sel pupa dengan ciri lapisan lilin berwarna gelap tetapi imago tidak keluar. Hal ini dimungkinkan terjadi karena suhu yang tidak sesuai untuk keluarnya imago dari sel pupa. Imago A. cerana keluar dari sel pupa dengan cara menggigiti lapisan lilin penutup sel. Aktivitas ini dapat berlangsung dalam waktu 5-10 menit. Imago A. cerana yang baru keluar berwarna kuning muda karena kutikulanya belum mengeras (sklerotisasi), tampak basah, berjalan perlahan, dan sayap masih menempel pada torak. Hal ini didukung oleh Huang (2001) yang menyatakan bahwa imago A. cerana yang baru keluar dari sel ditandai dari penampilan dan

2 perilaku lebah yaitu berbulu halus dan tampak basah (lembab). Pada A. mellifera kutikula imago akan mengeras selama jam (Winston 1987). Selama pengamatan (1-25 hari) jumlah lebah pekerja A. cerana yang mati pada koloni I kohort 1 dan kohort 2 berturut-turut 7 dan 6 lebah. Pada koloni II kohort 1 dan kohort 2 berturut-turut 5 dan 7 lebah. Kematian disebabkan karena lebah A. cerana dimakan oleh serangga predator pada saat sedang belajar terbang, menjaga koloni berkeliling sarang (patrolling), dan mencari pakan. Pada penelitian ini serangga predator adalah capung dan tawon. Dalam penelitian ini jenis perilaku lebah pekerja A. cerana yang diamati terbagi dalam dua kategori, yaitu perilaku sebagai aktivitas berdasarkan umur (age polyethism) dan aktivitas lain. Age polyethism terdiri dari aktivitas di dalam sarang dan aktivitas di luar sarang. Dari hasil pengamatan 20 individu lebah pekerja A. cerana terdapat variasi perilaku pada masing-masing individu dengan kisaran umur yang berbeda. Variasi perilaku pada masing-masing individu pada kisaran umur yang berbeda ini terlihat melalui beberapa kisaran waktu terjadinya perilaku tersebut. Beberapa perilaku yang bervariasi ini meliputi perilaku membersihkan sel yang memiliki kisaran umur 1-10 hari, merawat larva 3-9 hari, menerima nektar 3-14 hari, menutup sel madu 5-12 hari, dan menutup sel larva 7-13 hari. Kisaran waktu ini berbeda dengan yang dilaporkan Winston (1987) pada lebah A. mellifera. Pada A. mellifera perilaku membersihkan sel terjadi pada kisaran umur 1-9 hari dan merawat larva 3-10 hari, sedangkan menutup sel madu dan menutup sel larva tidak ada kisaran waktu yang pasti. Variasi perilaku lain yang terjadi yaitu perilaku belajar terbang yang terjadi pada kisaran umur 4-16 hari, merawat ratu 6-13 hari, membangun sarang 6-23 hari, memadatkan polen hari, dan membuang sampah hari. Berbeda pada A. mellifera, aktivitas membuang sampah terjadi pada kisaran umur 9-21 hari (Winston 1987). Selanjutnya untuk perilaku mengatur suhu udara terjadi pada kisaran umur 8-19 hari, menjaga koloni hari, dan mencari pakan hari. Berbeda pada A. mellifera untuk aktivitas mengatur suhu terjadi pada hari, menjaga koloni koloni dan mencari pakan hari (Winston 1987). 47

3 Perilaku menjaga koloni dan mencari pakan adalah perilaku yang sebagian besar dilakukan oleh lebah pekerja diluar sarang. Perilaku age polyethism pada setiap individu lebah A. cerana juga sangat bervariasi. Sebagai contoh individu lebah A. cerana nomor 7 (Gambar 7). Perilaku membersihkan sel mulai pada umur 1-6 hari. Dilanjutkan dengan perilaku merawat larva pada umur 4-7 hari. Kemudian perilaku menerima nektar pada umur 3-12 hari. Perilaku menutup sel madu dan menutup sel larva pada umur 9 hari. Sementara aktivitas membangun sarang pada umur 6-11 hari. Pada aktivitas menutup sel madu, menutup sel larva, dan membangun sarang berhubungan dengan sudah berfungsinya kelenjar lilin pada lebah A. cerana. Pada A. mellifera kelenjar lilin mulai terbentuk dan mencapai pembesaran maksimum pada umur 5-15 hari (Winston 1987). Berbeda dengan yang dinyatakan oleh Muller & Hepburn (1992), pada A. mellifera lilin disekresikan pada umur 3-21 hari. Individu lebah nomor 15 dalam pengamatan memiliki pola perilaku yang berbeda dengan lebah lain yang teramati. Perilaku ini adalah memadatkan polen dan membersihkan sarang. Waktu terjadinya perilaku ini pada individu lebah nomor 15 berturut-turut adalah pada umur 18 dan 21 hari. Secara normal aktivitas lebah pada usia tersebut ialah melakukan tugas di luar sarang. Anomali perilaku yang terjadi kemungkinan disebabkan karena terdapat variasi gen yang yang mengontrol perilaku berbeda dalam satu koloni. Variasi ini menyebabkan munculnya perilaku yang berbeda antar individu dalam satu koloni. Perkawinan ratu dengan banyak jantan (polyandri) dan pengaruh banyak gen dalam satu lokus, dapat menjadi penyebab adanya variasi perilaku tersebut. Ratu lebah dapat kawin dengan 7-17 jantan (Winston 1987). Dampak dari perkawinan ini akan menghasilkan variasi genotipe pada setiap keturunan di dalam koloni. Perilaku dapat ditentukan oleh satu gen atau banyak gen. Perilaku yang ditentukan oleh satu gen tidak akan memperlihatkan variasi yang nyata. Sedangkan perilaku yang disebabkan oleh pengaruh banyak gen dalam satu lokus (polygenic genes) akan memperlihatkan adanya variasi dan perilaku ini diturunkan secara genetik (Drickamer 2002). Fenomena perilaku yang dikontrol oleh banyak gen terjadi pada kasus lebah higienik dan non higienik A. mellifera. 48

4 Selain adanya variasi perilaku terlihat adanya tumpang tindih (overlap) aktivitas untuk beberapa perilaku. Aktivitas perilaku membersihkan sel, merawat larva, menerima nektar, menutup sel madu, menutup sel larva, dan membangun sarang berturut-turut pada umur 1-6 hari, 4-7 hari, 3-12 hari, 9 hari, 9 hari, 6-11 hari. Adanya tumpang tindih antara beberapa perilaku tersebut terjadi karena adanya pengaruh dari perkembangan kelenjar mandibular, kelenjar hipofaringeal, dan kelenjar lilin (Winston 1987). Perkembangan tiap kelenjar tersebut ternyata tidak sama untuk tiap individu dalam satu koloni yang sama. Dalam pengamatan bahkan dapat terlihat bahwa lebah pada umur yang sama dapat melakukan beberapa aktivitas. Hal ini terjadi karena sifat plastisitas age polyethism. Lebah dewasa dapat melakukan aktivitas lebah muda tergantung kepada kebutuhan koloni (Robinson 1992). Variasi perilaku pada setiap individu pada koloni I (kohort 1 dan kohort 2) maupun pada koloni II (kohort 1 dan kohort 2) memiliki kesamaan. Kesamaan tersebut terlihat pada variasi aktivitas setiap perilaku, variasi durasi perilaku (Lampiran 1), dan adanya tumpang tindih perilaku pada masing-masing individu. Variasi perilaku pada setiap individu lebah A. cerana dipengaruhi oleh adanya perkembangan kelanjar mandibular, kelenjar hipofaringeal dan kelenjar lilin. Selain itu age polyethism lebah pekerja tersebut dipengaruhi oleh faktor variasi genotipe (Giray & Robinson 1994). Pada A. mellifera variasi genotipe ini akan menghasilkan variasi perkembangan perilaku di dalam koloni yaitu adanya spesialisasi dalam pembagian perilaku lebah pekerja. Variasi perkembangan perilaku lebah pekerja yang terlihat antara lain menyimpan makanan, membangun sel sarang, menjaga di pintu sarang (guarding), dan memindahkan lebah yang mati didalam sarang ke luar sarang (under taker). Perilaku ini secara umum diperlihatkan oleh lebah pekerja yang berumur sekitar 2-3 minggu (Giray et al. 2000). Perilaku dipengaruhi oleh adanya mekanisme fisiologi, metabolisme sel, dan sekresi enzim yang diregulasikan oleh gen. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi ekspresi gen (Drickamer et al. 2002). Selain itu juga variasi perilaku tersebut dipengaruhi oleh hormon juvenil (JH) (Winston 1987; Robinson 1987). 49

5 Hormon juvenil (JH) merupakan jenis hormon yang mempengaruhi perkembangan perilaku pada lebah pekerja sesuai dengan jumlah konsentrasi hormon dan tingkatan umur lebah pekerja (Robinson 1987). Konsentrasi hormon juvenil pada A. mellifera akan meningkat sejalan dengan perkembangan umur lebah pekerja (Robinson 1992). Sesuai hasil penelitian ini, individu A. cerana menjalankan perilaku di dalam dan di luar sarang berdasarkan umur (age polyetism) Perubahan konsentrasi JH akan menstimulasi perkembangan kelenjar hipofaringeal, kelenjar mandibular, dan kelenjar lilin (Huang et al. 1991). Di dalam penelitian ini diamati lebah pekerja memberi makan larva berupa sekresi kelenjar hipofaringeal dan mandibular. Sedangkan kelenjar lilin berfungsi untuk menutup sel dan membangun sel sarang. Pada imago A. mellifera dan lebah umur muda (lebah perawat) memiliki biosintesis JH rendah dan lebah pekerja dewasa memiliki biosintesis JH tinggi (Huang et al. 1993). Pernyataan yang sama didapatkan dari hasil penelitian Huang (2001), lebah pekerja A. cerana yang baru keluar dari sel pupa memiliki konsentrasi JH yang rendah, lebah perawat memiliki JH sedang dan lebah pencari pakan memiliki JH yang tinggi. Dalam penelitian ini perilaku A. cerana di dalam sarang adalah membersihkan sel, merawat larva, dan menerima madu. Selanjutnya perilaku lebah pekerja adalah menutup sel madu, menutup sel larva, belajar terbang, merawat ratu, membangun sarang, menyimpan polen, dan membuang sampah. Lebah pekerja di luar sarang melakukan perilaku seperti mengatur suhu, menjaga koloni, dan mencari pakan. Perilaku Membersihkan pada A. cerana Dalam penelitian ini diketahui A. cerana yang baru keluar dari sel pupa dan sel kosong akan membersihkan diri dengan cara menelisik (grooming). Tujuan menelisik ini adalah untuk melepaskan kotoran yang menempel di tubuh lebah. Terdapat dua perilaku menelisik yang dilakukan lebah pekerja A. cerana yaitu menelisik diri sendiri (autogrooming) dan menelisik anggota individu lainnya (allogrooming) di dalam koloni. Kedua perilaku menelisik tersebut menurut Fries et al. (1996) dan Boecking & Ritter (1993) dimaksudkan untuk A. cerana dan A. 50

6 mellifera menghindari kehadiran Varroa jacobsoni di dalam sarang dan di tubuhnya sendiri dalam batas toleransi. Karena itu, menelisik juga dapat dikatakan sebagai salah satu perilaku defensif pada lebah. Perilaku ini juga dinyatakan oleh Rath & Drescher (1990), bahwa perilaku defensif A. cerana terbagi menjadi dua yaitu perilaku menelisik dan perilaku higienis dalam memindahkan benda asing dari dalam sarang keluar sarang. Apis cerana yang berumur 1-10 hari dalam penelitian ini beraktivitas membersihkan sel kosong. Perilaku membersihkan sel kosong yang terlihat adalah membersihkan serpihan lilin atau kotoran lain dari dalam sel. Sel yang telah bersih akan digunakan sebagai tempat ratu meletakkan telur, tempat lebah pekerja menyimpan polen dan madu. Pada A. cerana dan A. mellifera memiliki perilaku membersihkan sel yang bertujuan untuk menghindari serangan V. jacobsoni yang dapat menyerang larva. Perilaku yang dikerjakan A. cerana dan A. mellifera ini meliputi tahap mendeteksi, membuka lapisan lilin penutup sel (uncapped) dan memindahkan (removed) (Woyke et al. 2004). Apabila dibandingkan dengan A. mellifera, A. cerana lebih efektif dalam perilaku mempertahankan diri dan koloninya dari serangan V. jacobsoni (Fries et al. 1996). Perilaku Merawat Larva dan Lebah Ratu pada A. cerana Dalam penelitian ini A. cerana yang berperilaku merawat larva (nursing) berumur 3-9 hari dengan ciri memasukkan kepala ke dalam sel larva dan abdomen yang bergerak memanjang memendek, untuk mengeluarkan cairan makanan melalui probosis. Hal yang sama pada pengamatan A. cerana di Pakistan (Koeniger 1995) mulai memberi makan larva pada umur 3 hari dengan ciri memasukkan kepala ke dalam sel larva dan abdomen yang bergerak memanjang memendek (Huang 2001). Menurut Winston (1987), lebah perawat memberi makan larva yang dihasilkan oleh kelenjar hipofaringeal (bercampur madu dan enzim pencernaan) dan kelenjar mandibular. Berbeda dengan A. cerana pada A. mellifera perkembangan kelenjar hipofaringeal mulai terjadi pada umur 2 14 hari. Oleh karena itu dapat dikatakan umur lebah perawat larva dan perkembangan kelenjar hipofaringeal berbeda diantara A. cerana dan A. mellifera. 51

7 Selain merawat larva, A cerana umur 6 13 hari dalam penelitian ini juga diamati merawat lebah ratu, yang dicirikan dengan lebah ratu dikelilingi oleh sembilan lebah pekerja. Perilaku merawat ratu meliputi memberi makan, membersihkan tubuh (menelisik), menyentuhkan antena lebah perawat ke tubuh lebah ratu dan menjilati tubuh lebah ratu dengan probosis. Perilaku lebah pekerja menyentuhkan antena dan menjulurkan probosis ke tubuh lebah ratu bertujuan untuk mentransfer feromon lebah ratu, yaitu 9-keto-(E)-2-decenoic acid dan 9- hydroxy-(e)-decenoic acid (Winston 1987). Selanjutnya, feromon ini akan ditranfer kepada individu lain saat memberi makan (Free 1987). Transfer feromon bertujuan juga sebagai sinyal kimia untuk pengenalan keberadaan ratu di dalam sarang dan mendeteksi ratu ketika berada di luar sarang. Bila ratu keluar dari sarang maka dengan mudah lebah pekerja dapat menemukan keberadaannya melalui pendeteksian sinyal kimia feromon lewat udara. Perkembangan Kelenjar Lilin pada A. cerana Dalam penelitian ini diamati juga A. cerana yang berperilaku menutup sel madu pada umur 5-12 hari. Perilaku menutup sel madu dilakukan apabila sel sebagai tempat menyimpan madu sudah terisi penuh. Lapisan penutup sel madu merupakan lapisan lilin yang dikeluarkan dari probosis. Hal ini berhubungan dengan perkembangan kelenjar lilin lebah pekerja. Kelenjar lilin terletak di bagian ventral abdomen pada segmen ke empat sampai ke tujuh. Perkembangan kelenjar lilin pada A. cerana sudah terjadi pada umur 5 hari. Hal yang sama terjadi pada A. mellifera bahwa kelenjar lilin mulai terbentuk dan mencapai pembesaran maksimum pada umur 5-15 hari (Winston 1987). Berbeda dengan yang dinyatakan oleh Muller & Hepburn (1992), pada A. mellifera lilin disekresikan pada umur 3-21 hari. Apis cerana yang berumur 7-13 hari dalam penelitian ini terlihat berperilaku menutup sel larva dengan lilin. Sel yang ditutup berisi larva lebah tahap instar akhir dan tidak membutuhkan makanan lagi (Akranatakul 1990). Selain itu, kelenjar lilin memproduksi lilin yang digunakan juga untuk membangun sarang. Membangun sarang pada A. cerana terjadi pada umur 6-23 hari. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Whiffler & Heppburn (1991) pada 52

8 A.mellifera yang menyatakan bahwa perilaku membangun sarang dipengaruhi oleh aktivitas menyimpan nektar dan polen. Selain aktivitas tersebut, akivitas membangun sarang juga dipengaruhi oleh status keberadaan ratu. Koloni A. mellifera yang memiliki ratu yang telah kawin akan lebih banyak membangun sarang daripada koloni dengan ratu yang belum kawin. Perilaku Menyimpan Makanan pada A. cerana Makanan A. cerana berupa polen dan nektar. Lebah A. cerana umur 3-14 hari di dalam sarang menerima nektar dari lebah pencari pakan (forager) untuk kemudian disimpan di dalam sel madu. Perilaku lebah menerima nektar dilakukan dengan cara saling menjulurkan probosis ke lebah pencari pakan yang disebut perilaku trofalaksis. Aktivitas trofalaksis mungkin juga terjadi di antara lebah pencari pakan. Pada A. mellifera kelenjar hipofaringeal sudah mulai berkembang pada umur 2 hari (Winston 1987). Lebah pencari pakan yang datang membawa nektar memberi informasi kepada lebah pencari pakan lainnya di dalam sarang mengenai lokasi keberadaan sumber nektar melalui waggle dance (von Frisch 1967). Nektar yang diterima lebah pekerja dari lebah pencari pakan akan diubah menjadi madu melalui tahapan enzimatis. Enzim yang bekerja adalah invertase, diastase dan glukosa oksidase untuk memecah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Semua proses enzimatis ini terjadi di dalam lambung madu lebah penerima nektar dibantu oleh kelenjar hipofaringeal yang akan mengeluarkan enzim-enzim tersebut (Winston 1987). Setelah melalui proses enzimatis, madu disimpan di dalam sel-sel sarang. Kadar air yang masih banyak terkandung di dalam madu diuapkan dengan cara lebah mengepakkan sayapnya dalam kecepatan tinggi (fanning). Kadar air dalam madu ini dikondisikan hingga mencapai 18 % dan bila kondisi tersebut sudah tercapai baru dapat disebut dengan madu. Penurunan kadar air ini sangat penting untuk melindungi madu dari jamur dan bakteri (Akaranatakul 1990). Selain perilaku menerima madu dari lebah pencari pakan diamati juga perilaku A. cerana yang memadatkan polen di dalam sel setelah diletakkan oleh lebah pencari pakan. Aktivitas ini ditandai dengan perilaku A. cerana didalam sarang yang mengikuti lebah pencari pakan pembawa polen. Lebah di dalam 53

9 sarang tersebut akan menunggu lebah pencari pakan pembawa polen meletakkan polen di dalam sel. Setelah polen tersimpan dalam sel, lebah akan memadatkan polen. Polen yang telah dipadatkan permukaannya tampak mengkilat karena dilapisi oleh madu. Lapisan madu tersebut diletakkan sebagai lapisan penutup bertujuan untuk menjaga kelembaban polen dalam sel agar tidak terkontaminasi oleh bakteri dan jamur. Lebah A. cerana yang melakukan kegiatan memadatkan polen dalam penelitian ini berumur hari. Fenomena ini juga terjadi pada A. mellifera yang berumur hari (Winston 1987). Perilaku Terbang pada A. cerana Dalam penelitian ini perilaku terbang pada A. cerana terdiri dari belajar terbang dan mencari pakan. Kedua perilaku ini terjadi pada umur muda (umur 4-16 hari) yang masih merupakan age polyethism di dalam sarang dan umur lanjut (18-25 hari) yang sudah berkembang menjadi age polyethism di luar sarang. Berbeda dengan yang dilaporkan oleh Koeniger (1995) bahwa lebah pekerja A. cerana di Pakistan pertama kali belajar terbang pada umur 7 hari. Tujuan belajar terbang adalah untuk mengenali daerah di sekitar sarang sebelum berperilaku mencari pakan. Hal yang sama dinyatakan oleh Capaldi et al. (1999) bahwa aktivitas belajar terbang pada A. mellifera dilakukan untuk mengenali daerah di sekitar lokasi sarang sebelum lebah berperilaku sebagai pencari pakan. Selain itu, aktivitas ini juga dapat membantu lebah pekerja yang berada di luar sarang dalam mengingat lokasi keberadaan sarang, untuk dapat kembali lagi ke sarangnya. Perilaku mencari pakan A. cerana adalah mengumpulkan polen, nektar, dan air. Aktivitas mengumpulkan polen ditandai dengan adanya polen yang dibawa pada tungkai belakang lebah saat kembali ke sarang (Huang 2001). Dalam pengamatan, lebah pencari pakan yang membawa nektar dan air tidak dapat dibedakan dengan jelas karena memiliki ciri yang sama. Ciri tersebut adalah abdomen yang membesar dan terbang dengan durasi yang pendek (2-3 menit). Lebah pencari pakan dapat dipastikan membawa nektar atau air setelah dilakukan pemeriksaan dengan memotong bagian abdomen. Ketika bagian abdomen dipotong, lebah pencari pakan yang membawa nektar akan mengeluarkan cairan 54

10 kental berbentuk seperi tetesan air yang mengeras dan terasa manis. Sedangkan lebah pencari pakan berupa air terlihat abdomennya mengeluarkan cairan encer yang mengalir dan tidak terasa manis. Menurut Robinson et al. (1984), A. mellifera yang khusus berperilaku mencari air adalah lebah pekerja yang terbang keluar sarang dengan waktu terbang yang singkat dan konstan berumur 14 hari. Lebah pencari pakan selanjutnya di dalam sarang memberikan informasi kepada lebah pencari pakan lainnya mengenai sumber pakan melalui perilaku waggle dance. Pola waggle dance yang dilakukan berdasarkan pada jarak, arah dan banyaknya sumber pakan. Lamanya waggle dance menginformasi jarak sumber pakan dan banyaknya getaran abdomen menginformasikan kelimpahan pakan (von Frisch 1967). Perilaku terbang juga terjadi pada lebah penjaga koloni yang melakukan patrolling, yaitu terbang disekitar sarang. Tetapi perilaku ini lebih mengarah kepada pertahanan dalam menjaga koloni karena reaksinya dalam mendeteksi lebah atau hewan asing yang mendekati sarang. Oleh karena itu perilaku patrolling dapat dikatakan juga sebagai perilaku pertahanan koloni. Perilaku Mengatur Suhu Sarang pada A.cerana Terdapat dua tipe perilaku mengatur suhu yang dilakukan oleh lebah, yaitu bila terjadi peningkatan dan penurunan suhu di dalam sarang. Bila terjadi peningkatan suhu di dalam sarang lebah melakukan aktivitas mengatur suhu tersebut di dalam dan di luar sarang. Aktivitas ini dilakukan lebah berumur 8-19 hari. Pengaturan suhu di dalam sarang dilakukan A. cerana dengan cara berkelompok di bagian paling atas sarang. Kelompok lebah ini menggerakkan sayap mereka dengan kecepatan tinggi (fanning). Perilaku pengaturan suhu di luar sarang dilakukan di lubang masuk sarang. Aktivitas A. cerana ini kemudian dilanjutkan dengan mengarahkan posisi abdomen ke lubang masuk sarang dan melakukan fanning. Berbeda dengan A. melifera, posisi pada saat fanning kepala mengarah ke pintu sarang (Koeniger 1995). Perilaku fanning dilakukan lebah pekerja A. cerana bila kondisi suhu di dalam sarang meningkat ( C). Perilaku fanning A. cerana terjadi juga pada permukaan sel berisi madu. Fanning pada daerah permukaan sel berisi madu ini bertujuan untuk menguapkan 55

11 kadar air di dalam madu. Pada A. melliferra, fanning bertujuan untuk mendinginkan koloni, menguapkan madu, menurunkan kelembaban dan menurunkan kadar CO 2 di dalam sarang (Winston 1987). Pada Bombus terrestris tujuan fanning untuk mengontrol pertukaran gas, dan menurunkan kadar CO 2 (Weidenmuller et al 2002; Weidenmuller 2004). Bila terjadi penurunan suhu di bawah 23 0 C di dalam sarang, lebah membetuk barisan rapat (cluster). Aktivitas ini bertujuan untuk menaikkan suhu di dalam sarang sehingga aktivitas kerja koloni tetap berjalan. Berbeda pada A. mellifera, cluster terjadi pada suhu di bawah 21 0 C (Winston 1987). Perilaku Mempertahankan Koloni pada A.cerana Dalam pengamatan, A. cerana menjaga koloni (guarding) terlihat pada umur hari. Pada A. mellifera, penjaga koloni adalah lebah pekerja yang berumur 15 hari. Lebah ini berpatroli di pintu sarang dan mendeteksi kemungkinan adanya serangan predator (Breed 1991, Arechavaleta-Velasco 2003). Hasil yang berbeda dilaporkan Winston (1987) pada A. mellifera bahwa perilaku menjaga koloni mulai terjadi pada umur 12 dan 25 hari. Aktivitas A. cerana menjaga koloni dilakukan di dalam sarang maupun di luar sarang. Lebah pekerja yang berperilaku sebagai penjaga koloni akan memeriksa setiap lebah yang masuk ke dalam sarang. Pemeriksaan ditandai dengan perilaku berupa gerak antena mendekati lebah yang datang, dan mendeterminasi melalui bau. Aktivitas lain dalam menjaga koloni adalah patrolling dan heat balling. Patrolling ditandai dengan adanya lebah yang terbang disekitar sarang. Sedangkan heat balling adalah mekanisme membunuh predator yang dilakukan A. cerana terhadap predator. Abrol (2006) menyatakan bahwa A. cerana akan membunuh predator dengan cara menyelimuti predator tersebut secara bersama hingga membentuk struktur seperti bola. Suhu akan terus meningkat di dalam struktur bola dari C (Winnie RM, 29 Agustus 2008, komunikasi pribadi) hingga akhirnya predator mati karena suhu yang tinggi tersebut. Keberadaan kelenjar venom dapat mendukung aktivitas lebah diluar sarang. Pada A. m. scutellata (Whiffler et al. 1988), kelenjar venom sudah mulai 56

12 disekresikan pada hari ke-15. Kelenjar venom digunakan lebah pekerja diluar sarang untuk melindungi diri dan koloni dari serangan predator (Free 1987). Perilaku Age Polyethism yang Berpola pada A. cerana Dari hasil pengamatan pada perilaku age polyethism yang berpola dari pukul Pola aktivitas belajar terbang hanya terjadi pada kisaran pukul , , dan Dari 20 individu lebah yang diamati (koloni I dan koloni II) aktivitas belajar terbang yang tinggi terjadi pada pukul Hal ini terjadi karena adanya pengaruh faktor lingkungan seperti suhu, intensitas cahaya, dan kelembaban. Berdasarkan hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa aktivitas belajar terbang A. cerana berkorelasi positif dengan suhu dan intensitas cahaya tapi berkorelasi negatif dengan kelembaban. Hal ini berarti semakin tinggi suhu dan intensitas cahaya maka aktivitas belajar terbang A. cerana semakin tinggi, dan semakin tinggi kelembaban maka aktifitas terbang semakin rendah. Dari hasil pengamatan pada pukul rataan suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya berturut-turut adalah 30.8±2.1 0 C (Lampiran 3), 52±8 % (Lampiran 5), dan 909.7±452.3 lux (Lampiran 7). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pola aktivitas belajar terbang dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya. Pola perilaku menjaga koloni terjadi pada kisaran , , , dan Hasil pengamatan pada 20 individu lebah (koloni I dan koloni II) memperlihatkan bahwa aktivitas menjaga koloni yang tinggi terjadi pada pukul dan Perilaku tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan, hal ini dapat terlihat dari hasil analisis korelasi. Hasil analisis korelasi Pearson meperlihatkankan bahwa aktivitas menjaga koloni berkorelasi negatif dengan suhu dan intensitas cahaya dan berkorelasi positif dengan kelembaban. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu dan intensitas cahaya maka semakin rendah aktifitas A. cerana menjaga koloni. Sebaliknya semakin tinggi kelembaban aktivitas A. cerana mencari pakan semakin tinggi. Pola perilaku mencari pakan terjadi pada kisaran pukul , , dan Berdasarkan hasil pengamatan pada 20 individu lebah (koloni I dan koloni II) aktivitas mencari pakan yang tinggi terjadi pada pukul 57

13 dan Hal ini disebabkan oleh ketersediaan bunga sebagai sumber nektar dan polen di lapangan (jagung, randu, dan kaliandra). Pada waktu tersebut tercatat bunga sedang mekar sehingga banyak tersedia polen dan nektar. Hal ini sama seperti yang dilaporkan Verma (1994) A. cerana di Kathmandu Nepal yang mencari pakan di perkebunan sawi cauliflower dan cabbage mulai mencari pakan pada jam dan dan berhenti pada jam dan Lebah A. cerana di Parung Panjang dan Banjarsari Kabupaten Lebak aktivitas terbang yang tinggi terjadi pada pukul dan (Putra RE, 29 Agustus 2008, komunikasi pribadi). Berdasarkan pengamatan, lebah yang mencari polen pada pagi hari, tidak keluar pada sore hari untuk mencari pakan. Hal yang sama terjadi pada A. cerana yang mencari pakan pada sore hari tidak melakukan mencari polen pada pagi hari. Jadi, terlihat adanya pembagian waktu yang berbeda untuk perilaku mencari polen. Karena data masih sangat sedikit, maka perlu dilakukan eksplorasi lebih lanjut mengenai aktivitas tersebut. Aktivitas mencari pakan dipengaruhi oleh kondisi cuaca, seperti suhu dan kelembaban (Willmer 1991). Dari hasil analisis korelasi Pearson memperlihatkankan bahwa aktivitas mencari pakan berkorelasi negatif dengan suhu dan intensitas cahaya dan berkorelasi positif dengan kelembaban. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu dan intensitas cahaya maka semakin rendah aktifitas mencari pakan. Sebaliknya semakin tinggi kelembaban aktivitas mencari pakan semakin tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suhu, intensitas cahaya, dan kelembaban mempengaruhi aktivitas mencari pakan. Perbandingan age polyethism A. cerana dan A. mellifera Dari hasil penelitian perilaku age polyethism A. cerana terdapat beberapa kesamaan dengan A. mellifera. Perilaku membersihkan sel pada A. cerana mulai pada umur 1-10 hari demikian pula pada A. mellifera. Hal yang sama lainnya terlihat pada perilaku merawat larva. Pada A. cerana merawat larva pada umur 3-9 hari, pada A. mellifera pada umur 3-10 hari. Hal ini berhubungan dengan perkembangan kelenjar hipofaringeal yang memproduksi makanan bagi larva. Pada A. mellifera perkembangan kelenjar hipofaringeal mulai terjadi pada umur 2 14 hari (Winston 1987). Pada A. cerana perilaku menutup sel larva pada umur 58

14 5-22 hari. Berbeda dengan A. mellifera, perilaku menutup sel larva pada umur 3-10 hari. (Gambar 27). PERILAKU UMUR (HARI) Keterangan: = A. cerana, = A. mellifera 1. Membersihkan sel 8. Membangun sarang 2. Merawat larva 9. Memadatkan polen 3. Menerima madu 10. Membuang sampah 4. Menutup sel madu 11. Mengatur suhu 5. Menutup sel larva 12. Menjaga koloni 6. Belajar terbang 13. Mencari pakan 7. Merawat ratu Gambar 27 Perbandingan age polyethism A. cerana dan A. mellifera. 59

HASIL. Tabel 2 Jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar dari sel pupa. No. Hari ke- Koloni I Koloni II. (= kohort) Warna Σ mati Warna Σ Mati

HASIL. Tabel 2 Jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar dari sel pupa. No. Hari ke- Koloni I Koloni II. (= kohort) Warna Σ mati Warna Σ Mati HASIL Jumlah Imago Lebah Pekerja A. cerana Berdasarkan hasil pembuatan peta lokasi sel pupa, dapat dihitung jumlah imago lebah pekerja yang keluar dari sel pupa. Jumlah imago lebah pekerja A. cerana (yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial

TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial Apis cerana merupakan serangga sosial yang termasuk dalam Ordo Hymenoptera, Famili Apidae hidup berkelompok membentuk koloni. Setiap koloni terdiri

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Distribusi A. cerana di Asia Biologi Lebah Madu A. cerana

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Distribusi A. cerana di Asia Biologi Lebah Madu A. cerana TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Distribusi A. cerana di Asia Lebah madu termasuk dalam Klas Insecta, Ordo Hymenoptera, Subordo Apocrita, Superfamili Apoidea, Famili Apidae, Subfamili Apinae, dan genus Apis

Lebih terperinci

OBSERVASI PERILAKU BERDASARKAN UMUR PADA LEBAH PEKERJA Apis cerana EMILIA DARMAYANTI

OBSERVASI PERILAKU BERDASARKAN UMUR PADA LEBAH PEKERJA Apis cerana EMILIA DARMAYANTI OBSERVASI PERILAKU BERDASARKAN UMUR PADA LEBAH PEKERJA Apis cerana EMILIA DARMAYANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 OBSERVASI PERILAKU BERDASARKAN UMUR PADA LEBAH PEKERJA Apis

Lebih terperinci

OBSERVASI PERILAKU BERDASARKAN UMUR PADA LEBAH PEKERJA Apis cerana EMILIA DARMAYANTI

OBSERVASI PERILAKU BERDASARKAN UMUR PADA LEBAH PEKERJA Apis cerana EMILIA DARMAYANTI OBSERVASI PERILAKU BERDASARKAN UMUR PADA LEBAH PEKERJA Apis cerana EMILIA DARMAYANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga

I. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki kekayaan alam melimpah berupa flora dan fauna. Indonesia juga memiliki potensi besar dalam pengembangan usaha peternakan lebah

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Madu

Proses Pembuatan Madu MADU PBA_MNH Madu cairan alami, umumnya berasa manis, dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nektar); atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral nektar); atau ekskresi serangga cairan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Aktivitas A . cerana Terbang Harian dan Mencari Polen

PEMBAHASAN Aktivitas A . cerana Terbang Harian dan Mencari Polen 32 PEMBAHASAN Aktivitas A. cerana Terbang Harian dan Mencari Polen Aktivitas terbang harian A. cerana lebih awal dibandingkan dengan aktivitas harian mencari polen. Aktivitas terbang harian A. cerana dimulai

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL PERLEBAHAN

LANGKAH-LANGKAH MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL PERLEBAHAN LANGKAH-LANGKAH MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL PERLEBAHAN Oleh : Kuntadi Pusat Litbang Konservasi Dan Rehabilitasi MANFAAT PERLEBAHAN Optimalisasi sumberdaya tumbuhan/tanaman (tanpa dimanfaatkan

Lebih terperinci

BUDIDAYA LEBAH MADU. Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis

BUDIDAYA LEBAH MADU. Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis BUDIDAYA LEBAH MADU Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis Budidaya lebah ada 2 cara yaitu : 1) Budidaya Lebah Secara Menetap, dan 2) Budidaya Lebah Secara Berpindah. Pada budidaya lebah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN PRE-TREATMENT MADU

KARAKTERISTIK DAN PRE-TREATMENT MADU KARAKTERISTIK DAN PRE-TREATMENT MADU Firman Jaya 1 KARAKTERISTIK MADU SIFAT FISIK SIFAT KIMIA Sifat Higrokopis Tekanan Osmosis Kadar Air Warna Madu Karbohidrat Enzim Keasaman Komposisi Kimia Madu Granulasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus Telur Telur parasitoid B. lasus berbentuk agak lonjong dan melengkung seperti bulan sabit dengan ujung-ujung yang tumpul, transparan dan berwarna

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Serangan O. furnacalis pada Tanaman Jagung Larva O. furnacalis merusak daun, bunga jantan dan menggerek batang jagung. Gejala serangan larva pada batang adalah ditandai dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV

PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV Kendala utama penelitian walet rumahan yaitu: (1) rumah walet memiliki intensitas cahaya rendah, (2) pemilik tidak memberi ijin penelitian menggunakan metode pengamatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tingkatan kasta di dalam koloninya. Lebah pekerja yang merupakan lebah betina

II. TINJAUAN PUSTAKA. tingkatan kasta di dalam koloninya. Lebah pekerja yang merupakan lebah betina 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Klasifikasi Lebah Madu Lebah madu merupakan serangga sosial yang hidup berkoloni dan memiliki tiga tingkatan kasta di dalam koloninya. Lebah pekerja yang merupakan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abrol DP Defensive behaviour of Apis cerana F. against predatory wasps. J Apic Sci 50:39-46.

DAFTAR PUSTAKA. Abrol DP Defensive behaviour of Apis cerana F. against predatory wasps. J Apic Sci 50:39-46. DAFTAR PUSTAKA Abrol DP. 2006. Defensive behaviour of Apis cerana F. against predatory wasps. J Apic Sci 50:39-46. Akranatakul P. 1990. Beekeeping in Asia. Food and Agriculture of The United Nation Rome.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Siklus Hidup C. trifenestrata Studi Perkembangan Embrio C. trifenestrata

PEMBAHASAN Siklus Hidup C. trifenestrata Studi Perkembangan Embrio C. trifenestrata PEMBAHASAN Siklus Hidup C. trifenestrata Tahapan hidup C. trifenestrata terdiri dari telur, larva, pupa, dan imago. Telur yang fertil akan menetas setelah hari kedelapan, sedang larva terdiri dari lima

Lebih terperinci

DI BALI LILIK SEKOLAH

DI BALI LILIK SEKOLAH AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN dan IDENTIFIKASI POLEN DI PERLEBAHAN TRADISIONAL DI BALI LILIK MUNTAMAH SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

4 PERILAKU KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK PADA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.: Euphorbiaceae) PENDAHULUAN

4 PERILAKU KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK PADA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.: Euphorbiaceae) PENDAHULUAN 4 PERILAKU KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK PADA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.: Euphorbiaceae) 53 PENDAHULUAN Kunjungan serangga penyerbuk tergantung pada ketersediaan serbuksari dan nektar tanaman

Lebih terperinci

Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Friday, 08 February 2013 Pemutakhiran Terakhir Tuesday, 28 May 2013

Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Friday, 08 February 2013 Pemutakhiran Terakhir Tuesday, 28 May 2013 Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Friday, 08 February 2013 Pemutakhiran Terakhir Tuesday, 28 May 2013 eskalisa.sch.id Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki jenis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kondisi Lingkungan Kelinci dipelihara dalam kandang individu ini ditempatkan dalam kandang besar dengan model atap kandang monitor yang atapnya terbuat dari

Lebih terperinci

PERLEBAHAN DI INDONESIA

PERLEBAHAN DI INDONESIA PERLEBAHAN DI INDONESIA Oleh : Kuntadi Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi QUIZ 1. Yang mana sarang lebah madu? 1 2 3 4 1 QUIZ 2 2 1 3 5 4 A. dorsata A. laboriosa A. dorsata binghami A. cerana A.

Lebih terperinci

Lampiran 12. Aspek Agronomis / Usahatani Lebah Madu. Diantara jenis lebah, ada yang produksi madunya sedikit seperti Apis Cerana,

Lampiran 12. Aspek Agronomis / Usahatani Lebah Madu. Diantara jenis lebah, ada yang produksi madunya sedikit seperti Apis Cerana, 48 Lampiran 12. Aspek Agronomis / Usahatani Lebah Madu. Pemeliharaan lebah yang bertujuan untuk mengambil madunya disebut peternakan lebah.orang yang bertenak lebah disebut peternak lebah.selain madu,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Kawin

HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Kawin HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Kawin Pengamatan perilaku kawin nyamuk diamati dari tiga kandang, kandang pertama berisi seekor nyamuk betina Aedes aegypti dengan seekor nyamuk jantan Aedes aegypti, kandang

Lebih terperinci

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Sarjana Pendidikan (S-1)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lebah Madu Lebah madu termasuk hewan serangga bersayap, sebagai penghasil madu yang telah lama dikenal manusia. Tubuh lebah madu beruas-ruas dan ruas tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa Metamorfosis Kecoa 1. Stadium Telur Proses metamorfosis kecoa diawali dengan stadium telur. Telur kecoa diperoleh dari hasil pembuahan sel telur betina oleh sel spermatozoa kecoa jantan. Induk betina kecoa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp.

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp. 4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.) Menurut Deptan (2007), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: kingdom: Animalia, filum : Arthropoda, kelas : Insect, ordo : Diptera,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae) TINJAUAN PUSTAKA 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae) Gambar 1: Telur, larva, pupa dan imago S. oryzae S. oryzae ditemukan diberbagai negara di seluruh dunia terutama beriklim panas.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan produksi daging merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan sekaligus memajukan tingkat kecerdasan sumber daya manusia Indonesia.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) TINJAUAN PUSTAKA Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Gambar 1. Telur C. sacchariphagus Bentuk telur oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut : Kerajaan Filum Kelas Bangsa : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS TERNAK LEBAH. Di susun oleh : Nama : Muammar Mufti NIM : Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS TERNAK LEBAH. Di susun oleh : Nama : Muammar Mufti NIM : Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS TERNAK LEBAH Di susun oleh : Nama : Muammar Mufti NIM : 07.12.2638 Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer AMIKOM YOGYAKARTA 2012 - Abstraksi Lebah merupakan insekta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and Development, PT Gunung Madu Plantations (PT GMP), Kabupaten Lampung Tengah.

Lebih terperinci

STAF LAB. ILMU TANAMAN

STAF LAB. ILMU TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN Suhu Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman Suhu berkorelasi positif dengan radiasi mata hari Suhu: tanah maupun udara disekitar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMIJAHAN, PENETASAN TELUR DAN PERAWATAN LARVA Pemijahan merupakan proses perkawinan antara induk jantan dengan induk betina. Pembuahan ikan dilakukan di luar tubuh. Masing-masing

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lebah Trigona Lebah trigona adalah lebah yang tidak memiliki sengat atau dikenal dengan nama Stingless bee (Inggris), termasuk famili Apidae. Berikut adalah klasifikasi dari lebah

Lebih terperinci

CARA PRAKTIS. Budidaya Lebah Madu ( Apis indica )

CARA PRAKTIS. Budidaya Lebah Madu ( Apis indica ) CARA PRAKTIS Budidaya Lebah Madu ( Apis indica ) Pelatihan Budidaya Lebah Madu ( Apis indica ) di Desa Karangmulya Kecamatan Bojong dan Desa Sesepan Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal Oleh : TIM PELATIHAN

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ukuran Stadium Larva Telur nyamuk Ae. aegyti menetas akan menjadi larva. Stadium larva nyamuk mengalami empat kali moulting menjadi instar 1, 2, 3 dan 4, selanjutnya menjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nutrisi Nutrisi adalah substansi-substansi yang harus disediakan melalui diet karena tubuh tidak dapat mensintesa substansi-substansi tersebut dalam jumlah yang adekuat. Manusia

Lebih terperinci

1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan 1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Pengertian pertumbuhan adalah Proses pertambahan volume dan jumlah sel sehingga ukuran tubuh makhluk hidup tersebut bertambah besar. Pertumbuhan bersifat irreversible

Lebih terperinci

Praktikum Biologi Fapet Unpad: Bagian Insecta IIa. 1

Praktikum Biologi Fapet Unpad: Bagian Insecta IIa. 1 CLASSIS : ARTHROPODA (SERANGGA) Kode MPB2a Fapet I. TUJUAN PRAKTIKUM Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: a. Menyebutkan dan mengetahui karakteristik Apis sp b. Mengetahui serangga-serangga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki rasa manis alami yang dihasilkan oleh lebah berbahan baku nektar bunga. Madu kaya akan kandungan nutrisi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan 15 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Bactrocera sp. (Diptera : Tephtritidae) Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Lalat buah betina memasukkan telur ke dalam kulit buah

Lebih terperinci

BAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua

BAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua BAB IV Hasil Dari Aspek Biologi Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera : Saturniidae) Selama Proses Habituasi dan Domestikasi Pada Pakan Daun Sirsak dan Teh 4.1. Perubahan tingkah laku Selama proses

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh Puyuh yang digunakan dalam penilitian ini adalah Coturnix-coturnix japonica betina periode bertelur. Konsumsi pakan per hari, bobot

Lebih terperinci

HASIL A. Teknik Penangkaran T. h. helena dan T. h. hephaestus

HASIL A. Teknik Penangkaran T. h. helena dan T. h. hephaestus HASIL A. Teknik Penangkaran T. h. helena dan T. h. hephaestus Langkah awal yang harus dilakukan pada penangkaran kupu-kupu adalah penyiapan sarana pemeliharaan dari stadia telur sampai imago. Bahan, alat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun TINJAUAN PUSTAKA 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) 1.1 Biologi Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun seperti atap genting (Gambar 1). Jumlah telur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lebah merupakan serangga yang termasuk kedalam genus Apidae dan ordo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lebah merupakan serangga yang termasuk kedalam genus Apidae dan ordo 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Koloni dan Distribusi Lebah Madu Lebah merupakan serangga yang termasuk kedalam genus Apidae dan ordo Hymenoptera (serangga bersayap selaput). Lebah bersifat polimorfisme, yaitu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil, 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hama Symphilid Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil, berwarna putih dan pergerakannya cepat. Dalam siklus hidupnya, symphylid bertelur dan telurnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruang Penyimpanan Penyimpanan adalah salah satu tindakan pengamanan yang bertujuan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas produk. Penyimpanan pakan dalam industri

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Individu betina dan jantan P. marginatus mengalami tahapan perkembangan hidup yang berbeda (Gambar 9). Individu betina mengalami metamorfosis paurometabola (metamorfosis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Hama 1. Mortalitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai fase dan konsentrasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas hama

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PEMERIKSAAN KUALITAS MADU KOMERSIAL

KARYA ILMIAH PEMERIKSAAN KUALITAS MADU KOMERSIAL KARYA ILMIAH PEMERIKSAAN KUALITAS MADU KOMERSIAL Oleh: Sri Agung Fitri Kusuma, M.Si., Apt UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS FARMASI JANUARI 2009 LEMBAR PENGESAHAN KARYA ILMIAH PEMERIKSAAN KUALITAS MADU

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-kupu Troides helena (Linn.) Database CITES (Convention on International Trade of Endangered Spesies of Wild Flora and Fauna) 2008 menyebutkan bahwa jenis ini termasuk

Lebih terperinci

Gambar 1. Cara penggunaan alat pemeras madu. Gambar 2. Alat Pemeras madu. Gambar 3. Alat Penyaring madu Gambar 4. Ruang pengolahan madu 70 %

Gambar 1. Cara penggunaan alat pemeras madu. Gambar 2. Alat Pemeras madu. Gambar 3. Alat Penyaring madu Gambar 4. Ruang pengolahan madu 70 % BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian yang telah dilakukan yaitu pembuatan alat pemeras madu (Gambar 1 & 2) dan penyaring madu (Gambar 3). Pelaksanaan pembuatan ruang khusus pengolahan madu (Gambar

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA WAKTU PANEN DAN KADAR GULA BIJI JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)

KORELASI ANTARA WAKTU PANEN DAN KADAR GULA BIJI JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt) KORELASI ANTARA WAKTU PANEN DAN KADAR GULA BIJI JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt) Oleh : Surtinah Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Lancang Kuning Program Studi Agroteknologi Jl. D.I.

Lebih terperinci

RESPON PERILAKU DEFENSIF Apis eerana Fabrieius TERHADAP STIMULUS ISOPENTIL ASETAT RUTH MARTHA WINNIE

RESPON PERILAKU DEFENSIF Apis eerana Fabrieius TERHADAP STIMULUS ISOPENTIL ASETAT RUTH MARTHA WINNIE RESPON PERILAKU DEFENSIF Apis eerana Fabrieius TERHADAP STIMULUS ISOPENTIL ASETAT RUTH MARTHA WINNIE DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

Lebih terperinci

DI BALI LILIK SEKOLAH

DI BALI LILIK SEKOLAH AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN dan IDENTIFIKASI POLEN DI PERLEBAHAN TRADISIONAL DI BALI LILIK MUNTAMAH SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai

PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai 77 PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai Varietas cabai yang tahan terhadap infeksi Begomovirus, penyebab penyakit daun keriting kuning, merupakan komponen utama yang diandalkan dalam upaya pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang melakukan kontak langsung dengan insektisida kimia (Soetopo,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang melakukan kontak langsung dengan insektisida kimia (Soetopo, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian hama dengan insektisida kimia telah menimbulkan resistensi hama terhadap insektisida, tercemarnya tanah dan air, dan bahaya keracunan pada manusia yang

Lebih terperinci

Madu tidak hanya bermanfaat dalam bidang pangan, tapi juga bermanfaat dalam bidang kesehatan dan kecantikan. Karena kandungan madu yang kaya akan

Madu tidak hanya bermanfaat dalam bidang pangan, tapi juga bermanfaat dalam bidang kesehatan dan kecantikan. Karena kandungan madu yang kaya akan Bab I Pendahuluan Sejak zaman dahulu, madu telah menjadi produk penting yang digunakan oleh berbagai suku bangsa sebagai bagian dari bahan makanan dan minuman [1]. Madu merupakan suatu cairan manis dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODA. Ketinggian kebun Bah Birung Ulu berkisar m dpl pada bulan

BAHAN DAN METODA. Ketinggian kebun Bah Birung Ulu berkisar m dpl pada bulan 12 BAHAN DAN METODA Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Bah Birung Ulu dan Laboratorium Entomologis Hama dan Penyakit Tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan cairan yang dihasilkan oleh lebah yang berasal dari nektar

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan cairan yang dihasilkan oleh lebah yang berasal dari nektar BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Madu merupakan cairan yang dihasilkan oleh lebah yang berasal dari nektar bunga yang telah dimetabolisme oleh lebah. Madu dihasilkan lebah bersengat seperti Apis sp

Lebih terperinci

AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN, IDENTIFIKASI POLEN, DAN KOMPETISI MENGGUNAKAN SUMBER PAKAN DENGAN Apis mellifera YUDI CATUR ANENDRA

AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN, IDENTIFIKASI POLEN, DAN KOMPETISI MENGGUNAKAN SUMBER PAKAN DENGAN Apis mellifera YUDI CATUR ANENDRA AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN, IDENTIFIKASI POLEN, DAN KOMPETISI MENGGUNAKAN SUMBER PAKAN DENGAN Apis mellifera YUDI CATUR ANENDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia sering terjadi di masyarakat indonesia. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan

Lebih terperinci

HASIL. Penggunaan Kamera IR-CCTV pada Pengamatan Perilaku Walet Rumahan. Nesting room di dalam rumah walet

HASIL. Penggunaan Kamera IR-CCTV pada Pengamatan Perilaku Walet Rumahan. Nesting room di dalam rumah walet HASIL Penggunaan Kamera IR-CCTV pada Pengamatan Perilaku Walet Rumahan Pengamatan perilaku walet rumahan diamati dengan tiga unit kamera IR- CCTV. Satu unit kamera IR-CCTV tambahan digunakan untuk mengamati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengawetan dengan suhu rendah bertujuan untuk memperlambat atau menghentikan metabolisme. Hal ini dilakukan berdasarkan fakta bahwa respirasi pada buah dan sayuran tetap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Distribusi Spasial A. tegalensis pada Tiga Varietas Tebu Secara umum pola penyebaran spesies di dalam ruang terbagi menjadi tiga pola yaitu acak, mengelompok, dan teratur. Sebagian

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK (Laporan Penelitian) Oleh RIFKY AFRIANANDA JURUSAN TEKNOLOGI HASIL

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Populasi Rhopalosiphum maidis Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kutu daun R. maidis mulai menyerang tanaman jagung dan membentuk koloni sejak tanaman berumur

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Sejarah Yayasan Paguyuban Ikhlas Usaha jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas didirikan oleh bapak Hariadi Anwar. Usaha jamur tiram putih ini merupakan salah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru

Lebih terperinci

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Mortalitas Larva S. litura Akibat Perlakuan Insektisida Nabati Minyak Biji Jarak Pagar (J.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Mortalitas Larva S. litura Akibat Perlakuan Insektisida Nabati Minyak Biji Jarak Pagar (J. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Mortalitas Larva S. litura Akibat Perlakuan Insektisida Nabati Minyak Biji Jarak Pagar (J. curcas) Pada penelitian ini minyak biji jarak pagar digunakan sebagai insektisida

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya protein hewani bagi tubuh. Hal ini

Lebih terperinci

Mahasiswa mengetahui perubahan fisiko kimia telur Mahasiswa mengetahui kerusakan selama penyimpanan Mahasiswa mengetahui cara penanganan telur

Mahasiswa mengetahui perubahan fisiko kimia telur Mahasiswa mengetahui kerusakan selama penyimpanan Mahasiswa mengetahui cara penanganan telur Titis Sari Kusuma 1 Mahasiswa mengetahui perubahan fisiko kimia telur Mahasiswa mengetahui kerusakan selama penyimpanan Mahasiswa mengetahui cara penanganan telur 2 Normal >>> setelah ditelurkan mempunyai

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kebugaran T. chilonis pada Dua Jenis Inang Pada kedua jenis inang, telur yang terparasit dapat diketahui pada 3-4 hari setelah parasitisasi. Telur yang terparasit ditandai dengan perubahan

Lebih terperinci

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR EDIBLE MUSHROOM 1. Mahasiswa berdiskusi secara aktif berbagi pengetahuan yang dimiliki 2. Berpendapat secara bebas dan bertanggung jawab untuk memberikan / mengemukakan persoalan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik

TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial atau regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Tingkat keasaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mesin Tetas Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) dan melaui penetasan buatan (mesin tetas) (Paimin, 2000). Penetasan buatan dilakukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Suhu merupakan faktor yang sangat penting untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme menjadi lambat sehingga

Lebih terperinci

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 1 Summary STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 TRI ASTUTI NIM 811408115 Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi, permintaan masyarakat akan produkproduk peternakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Pengambilan Data Mikrohabitat Belalang pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Pengambilan Data Mikrohabitat Belalang pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Pengambilan Data Mikrohabitat Belalang pada Tanaman Jagung. Lokasi penelitian Mikrohabitat hama belalang pada tanaman jagung dilakukan di Desa

Lebih terperinci

ADAPTASI FISIOLOGI. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA

ADAPTASI FISIOLOGI. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA ADAPTASI FISIOLOGI Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA ADAPTASI FISIOLOGI LINGKUNGAN Adaptasi : Proses penyesuaian diri secara bertahap yang dilakukan oleh suatu organisme terhadap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak

HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak 22 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Lingkungan Mikro Suhu dan kelembaban udara merupakan suatu unsur lingkungan mikro yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak homeothermic,

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA MAHASISWA TOPIK PERTUMBUHAN MAKHLUK HIDUP (TANAMAN)

LEMBAR KERJA MAHASISWA TOPIK PERTUMBUHAN MAKHLUK HIDUP (TANAMAN) 2016 LEMBAR KERJA MAHASISWA TOPIK PERTUMBUHAN MAKHLUK HIDUP (TANAMAN) Pendidikan IPA FMIPA UNY 9/13/2016 LKM 1 Kelompok : Anggota : 1... 2... 3... 4... 5... A. Tujuan Menjelaskan dan menyelidiki faktor-faktor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Tekukur Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang terbentang dari India dan Sri Lanka di Asia Selatan Tropika hingga ke China Selatan dan Asia

Lebih terperinci