BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Total Quality Management Perusahaan yang sukses memahami untuk menguasai bisnis hal yang paling berpengaruh ditentukan oleh pelanggan yang kini sudah mengutamakan kualitas (Reid & Sanders, 2007). Oleh karena itu, perusahaan yang berkompetitif terus meningkatkan standar kualitas yang mereka miliki (Reid & Sanders, 2007). Jika perusahaan tidak mempertimbangkan kualitas, pelanggan tidak akan merasa puas. Berdasarkan Kumar, Choisne, Grosbois, dan Kumar (2009), improvement dalam hal kualitas berarti menurunnya biaya dan meningkatnya produktivitas. Total Quality Management telah diidentifikasikan sebagai faktor yang meningkatkan performa organisasi dari beberapa tahun yang lalu. Total Quality Management merupakan suatu pendekatan yang komprehensif untuk meningkatkan kualitas, produktifitas, market share, dan keuntungan. (Veeri Chettiar Arumugam.Rouhollah Mojtahedzadeh, 2011) Menurut (Chia-Chia Lin, Huan-Ming Chuang and Dong-Her Shih, 2012), TQM didefinisikan berdasarkan pada situasi saat ini dan perkembangannya di masa yang akan datang, menggunakan analisis kuantitatif dan sumber daya manusia untuk meningkatkan penyedeiaan material dan jasa bagi organisasi, dan untuk meningkatkan keseluruhan 5

2 6 proses operasional perusahaan. Definisi ini menyebutkan analisis kuantitatif dan sumber daya manusia yang mencerminkan intefrasi manajemen ilmiah dalam manajemen total kualitas serta hubungan segitiga antara organisasi, kelompok, dan staff yang ditekankan pada pembelajaran hubungan manusia. (Chia-Chia Lin, Huan-Ming Chuang and Dong-Her Shih, 2012) juga menyatakan TQM sering juga disebut sebagai konsep "zero-defects". Konsep ini menggambarkan tujuan akhir dari TQM adalah untuk mengurangi defect product dan layanan yang mungkin timbul dalam rangka mencapai sepenuhnya term dimana tidak ada kekurangan. Menurut R.Dan Reid dan Nada, R.Sanders, karakterisasi TQM adalah fokus pada identifikasi akar penyebab masalah kualitas dan melakukan perbaikan di inti permasalahan tersebut. Konsep dan ide utama dari TQM dapat dilihat berdasarkan tabel berikut ini : Tabel 2.1 Konsep dan ide utama dari TQM Penjelasan dari konsep utama TQM dapat dijabarkan sebagai berikut: Customer Focus

3 7 Menurut R.Dan Reid dan Nada, R. Sanders, kualitas didefinisikan sebagai suatu pemenuhan terhadap ekspetasi yang diinginkan oleh pelanggan atau bahkan melebihi ekspetasi tersebut. Menurut TQM, kualitas didorong oleh keinginan pelanggan. Continous Improvement Dalam bukunya R.Dan Reid dan Nada R.Sanders menyebutkan Kaizen dari Jepang menyatakan bahwa proses perbaikan yang terus menerus menuntut perusahaan untuk terus berusaha menjadi lebih baik melalui pembelajaran dan penyelesaian masalah di masa lalu. Karena itu perusahaan perlu secara terus menerus melakukan evaluasi kinerja yang ada dan mengambil langkah-langkah perbaikan. Dua pendekatan yang bisa dilakukan antara lain dengan metode Plan-Do-Check-Act dan benchmarking. Gambar 2.1 Diagram PDCA Hannum and Lyth(2010) mengatakan CMMI merupakan salah satu framework yang mengevaluasi seberapa efisien perusahaan bisa mendesain, membuat, dan mengirimkan hasil produknya.

4 8 Gambar 2.2 Area inti yang digunakan untuk mencapai continous process improvement Employe Empowerment Salah satu konsep TQM adalah memberdayakan semua karyawan untuk mencari masalah kualitas dan berusaha untuk memperbaikinya. Konsep TQM akan memberikan insentif atau penghargaan kepada karyawan untuk menemukan permasalah kualitas. Use of Quality Tools Jika karyawan diberdayakan untuk mencari permasalahan kualitas yang ada, maka mereka perlu diberikan pelatihan terlebih dahulu tentang bagaimana variety dalam tools-tools Quality Control, bagaimana untuk menginterpretasikan penemuan mereka dan juga bagaimana menemukan solusi terhadap permasalahan tersebut. Ada 7 tools yang dapat digunakan, diantaranya adalah cause-and-effect diagram(fishbone diagram), flowchart, checklist, control chart, Scatter Diagram, Pareto Chart, dan Histogram

5 9 Product Design Aspek penting dalam membuat sebuah produk yang berkualitas adalah dengan memastikan desain produk yang dibuat sudah memenuhi ekspektasi pelanggan. Salah satu tools yang berguna untuk mentranslate keinginan dari pelanggan menjadi persyaratan teknis yang spesifik adalah Quality Function Deployment (QFD). Process Management Pada TQM, kualitas produk berasal dari proses yang berkualitas. Ini berarti kualitas harus dibangun ke dalam proses. Quality at the Source merupakan sebuah keyakinan dimana akan lebih baik untuk menemukan permasalahan kualitas dari sumbernya langsung dibandingkan hanya dengan membuang produk yang tidak/kurang berkualitas di akhir produksi. Managing Supplier Quality Pada TQM, sebelum pemilihan supplier dilakukan, maka perlu diberlakukan pemeriksaan apakah produk supplier tersebut sudah memenuhi standar kualitas yang ditentukan oleh perusahaan atau belum. 2.2 CMMI Dua tujuan yang ingin dicapai dalam software engineering adalah bagaimana mengurangi biaya produksi sebuah software namun di saat yang bersamaan meningkatkan kualitas dari software tersebut. (Manish A. and Kaushal C., 2007) menyatakan mengembangkan sebuah software yang

6 10 memenuhi kebutuhan fungsional dengan kualitas yang disetujui, jadwal yang terschedule, dan budget yang telah dianggarkan merupakan target yang ingin dikejar oleh setiap organisasi pembuat software. Hal ini dapat dicapai dengan membentuk proses yang memiliki high maturity. (Minghui, W., Jing, Y. and Chunyan, Y., 2004) CMMI adalah maturity model untuk process improvement bagi pengembangan produk maupun service. CMMI dikembangkan sebagai jawaban atas kebutuhan lingkungan teknologi kontemporer yang kompetitif untuk mengontrol masuknya konsep teknologi baru dan praktek untuk pengembangan perangkat lunak. Tujuannya adalah untuk membantu organisasi meningkatkan proses pengembangan dan maintenance dalam pengembangan produk dan services. CMMI menghubungkan proses, orang, dan teknologi untuk mengidentifikasikan kematangan dari peran koordinasi mereka dan dikembangkan untuk mengukur kemampuan software perusahaan dalam mengembangkan software berkualitas tinggi secara berulang, konsisten dan dapat diperkirakan. (Bicego, A. and Kuvaja, P.,1996). CMMI difokuskan pada kemampuan proses organisasi untuk menguraikan, memantau dan menilai rencana kualitas perangkat lunak, menciptakan produk yang tidak hanya sekedar memenuhi harapan pelanggan. CMMI dapat membantu untuk mengintegrasikan organisasi tradisional terpisah, menetapkan tujuan perbaikan proses dan prioritas, menyediakan panduan untuk proses kualitas, menyediakan ukuran untuk menilai praktek saat ini (cmmi-overview05).

7 11 Kematangan proses adalah derajat dimana suatu proses diatur, didefinisikan, dikontrol dan terus ditingkatkan. Hal ini meningkatkan keandalan sistem, produktivitas development, kepatuhan terhadap jadwal dan anggaran, kualitas produk, kepuasan pelanggan dan efisiensi proses dan mengurangi kesalahan sistem. Kematangan proses menunjukkan seberapa baik proses ini dilakukan. Setiap tahap pengembangan software disebut tingkat kematangan dan mencirikan kemampuan organisasi untuk merespon kebutuhan pengembangan software yang berbeda(paulk, M.C., 1995). Capability adalah atribut bisnis yang didefinisikan oleh tingkat kematangan proses, menciptakan nilai pelanggan dan mengukurnya. Setiap tingkat kematangan CMMI dapat dilihat sebagai alur yang didefinisikan dengan baik terhadap pencapaian kedewasaan proses dan membangun sistem manajemen kualitas tambahan yang menjadi perhatian semua pemangku kepentingan organisasi(van Der Pijl, G. J., Swinkels, G. J. P. and Verrijdt, J. G). CMMI memiliki 3 jenis model, yaitu : (5) 1. CMMI for Services (CMMI-SVC), fokus pada delivery services. CMMI-SVC adalah model dirancang untuk mengcover kegiatan yang dibutuhkan dalam mengelola, menetapkan, dan memberikan services. CMMI-SVC menyediakan panduan untuk penerapan praktik terbaik CMMI dan mengintegrasikan pengetahuan yang penting untuk penyedia services. SVC memberikan best practices yang fokus pada

8 12 kegiatan untuk menyediakan services yang berkualitas kepada pelanggan dan pengguna akhir. 2. CMMI for Acquisition (CMMI-ACQ). CMMI-ACQ memberikan panduan kepada organisasi akuisisi untuk memulai dan mengelola akuisisi produk dan jasa yang memenuhi kebutuhan pelanggan. Model ini berfokus pada proses pengakuisisi dan mengintegrasikan pengetahuan yang penting untuk keberhasilan sebuah akuisisi. Tujuan dari model CMMI-ACQ adalah untuk mempengaruhi hasil dari proses akuisisi, memberikan kemampuan yang tepat untuk pengguna operasional sesuai jadwal dan dengan biaya yang diprediksi melalui penerapan disiplin dari proses akuisisi yang efisien dan efektif. 3. CMMI for Development (CMMI-DEV). CMMI-DEV adalah maturity model perbaikan proses untuk pengembangan produk. CMMI-DEV terdiri dari praktek terbaik yang membahas pengembangan dan pemeliharaan kegiatan yang mencakup siklus hidup produk mulai dari konsep sampai delivery dan pemeliharaan. CMMI-DEV mengintegrasikan pengetahuan yang penting untuk pengembangan dan pemeliharaan CMMI DEVELOPMENT CMMI terdiri dari rangkaian practices. Dalam rangkaian practices ini ada rambu-rambu atau rekomendasi yang dapat diikuti. Practices dalam CMMI dibagi menjadi dua, yaitu Generic Practices (GP) dan Specific Practices (SP). Bila kita sudah

9 13 mengimplementasikan practices dengan sempurna, kita dianggap sudah memenuhi Goals. Sama seperti practices, ada Generic Goals (GG) dan Specific Goals (SG). SG dan SP dikelompokkan menjadi Process Area (PA). Total ada 22 Proses Area dalam CMMI for Development versi 1.2 yang dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu: 1. Manajemen Proses, terdiri dari 5 proses area. Proses area manajemen proses meliputi proses area yang berhubungan dengan mendefinisikan, merencanakan, men-deploy, implementasi, monitoring, mengontrol, mengukur, dan meningkatkan proses. Proses area untuk kategori manajemen proses meliputi Organizational Training (OT), Organizational Process Development (OPD), Organizational Process Focus (OPF), Organizational Process Performance (OPP), dan Organizational Innovation and Definition (OID). 2. Manajemen Proyek, terdiri dari 6 proses area. Proses area manajemen proyek meliputi proses area yang berhubungan dengan perencanaan, monitoring, dan mengontrol proyek. Proses area untuk kategori manajemen proyek terdiri dari Supplier Agreement Management (SAM), Project Monitoring and Control (PMC), Project Planning (PP), Risk Management (RSKM), Integrated Project Management (IPM) dan Quantitative Project Management (QPM).

10 14 3. Engineering, terdiri dari 6 proses area. Meliputi kegiatan pengembangan dan pemeliharaan produk. Proses area untuk kategori engineering meliputi Requirement Managemen (RM), Verification (VER), Validation (VAL), Product Integration (PI), Technical Solution (TS) dan Requirement Development (RD). 4. Support, terdiri dari 5 proses area. Proses area ini mengcover kegiatan yang mendukung pengembangan dan maintenance produk. Proses ini menargetkan pada proyek dan proses yang berlaku secara umum bagi organisasi. Proses area untuk kategori support meliputi Process and Product Quality Assurance (PPQA), Measurement and Analysis (MA), Configuration Management (CM), Decision Analysis and Resolution (DAR) dan Causal Analysis and Resolution (CAR). Model CMMI menempatkan organisasi pada lima level proses pendewasaan yang memiliki indikasi kenyamanan dan kualitas produk. Lima level tersebut adalah : 1. Maturity level 1 - Initial. Pada ML1 ini proses biasanya berbentuk ad hoc. Sukses pada level ini didasarkan pada kerja keras dan kompetensi yang tinggi orang-orang yang ada didalam organisasi tersebut. 2. Maturity level 2 - Managed. Pada ML2 ini sebuah organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals pada Level 2.

11 15 Dengan kata lain seluruh proses dalam organisasi telah direncanakan, dilaksanakan, diukur, dan dikontrol dengan baik. 3. Maturity level 3 - Defined. Pada ML3 ini sebuah organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals pada Level 2 dan Level 3. Proses dicirikan dan dipaparkan dalam standar, prosedur, tool, dan metode. 4. Maturity level 4 - Quantitatively Managed. Pada ML4 ini, sebuah organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals yang ada pada Level 2, 3, dan 4. Sebuah subproses dipilih yang secara signifikan terlibat dalam keseluruhan proses. Subproses yang terpilih ini kemudian dikontrol dengan menggunakan statistik atau teknik kuantitative lainnya. 5. Maturity level 5 - Optimizing. Pada ML5 ini suatu organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals yang ada di Level 2, 3, 4, dan 5. ML 5 fokus kepada peningkatan proses secara berkesinambungan melalui inovasi teknologi.

12 16 Gambar 2.3 Maturity Level dalam CMMI-DEV Kategorisasi proses area berdasarkan kategori dan maturity level dapat dilihat dari table di bawah ini. Tabel 2.2 Proses Area berdasarkan proses kategori dan maturity level Notes : tambahkan dari dokumen doc Berikut penjelasan mengenai process area yang ada di level 3 dan level 4, yaitu :

13 17 Organization Process Fokus (OPF). Tujuannya adalah untuk merencanakan dan menerapkan peningkatan proses organisasi berdasarkan pengertian yang menyeluruh terhadap kekuatan dan kelemahan dari proses dan aset proses yang dimiliki oleh organisasi. Organizational Process Development (OPD). Tujuannya adalah untuk membangun dan mempertahankan sebuah kumpulan aset proses organisasi yang dapat digunakan. Organization Process Focus bekerja sama dengan Organization Process Definition dimana Organization Process Definition menyediakan panduan untuk membuat proses dan aset-aset yang mendukungnya, dan Organization Process Focus menyediakan panduan untuk mengidentifikasi dan merencanakan peningkatan proses. Organizational Training (OT). Tujuannya adalah untuk mengembangkan kemampuan dan pengetahuan dari sumber daya manusia yang dimiliki organisasi agar mereka dapat melakukan peranan mereka secara efisien dan efektif. Pelatihan Organisasi memiliki dua tujuan spesifik, yaitu untuk membangun sebuah kemampuan pelatihan organisasi, dan untuk menyediakan pelatihan-pelatihan yang diperlukan. Integrated Project Management (IPM). Tujuannya adalah untuk membangun dan mengelola proyek dan keterlibatan dari stakeholder dengan mengacu kepada proses yang telah

14 18 terdefinisi dan terintegrasi yang dibuat dari kumpulan proses standar dari organisasi. Risk Management (RSKM). Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi masalah-masalah potensial sebelum mereka muncul, sehingga aktivitas penanganan resiko dapat direncanakan dan digunakan sesuai kebutuhan sepanjang waktu pemakaian produk atau proyek untuk meringankan resikoresiko berbahaya dalam meraih tujuan. Pengelolaan Resiko dibangun berdasarkan proses area Project Planning, dan sebagai tindakan spesifik di dalam Project Planning, mengidentifikasikan dan menganalisa resiko-resiko proyek, dan rencana proyek seharusnya mendokumentasikan resiko-resiko ini. Namun, Perencanaan Proyek kurang sistematik dan kurang proaktif apabila dibandingkan dengan persyaratan-persyaratan yang dicatat oleh Pengelolaan Resiko. Lebih lagi, Pengelolaan Resiko dapat diterapkan di luar konteks proyek untuk mengelola resiko-resiko organisasi yang tidak dicakup di dalam proyek. Requirement Development (RD). Terdapat tiga tujuan pada proses area Requirement Development yaitu untuk mengembangkan kebutuhan pelanggan, mengembangkan kebutuhan produk, dan menganalisa serta menguji kebutuhan untuk mendefinisikan fungsi-fungsi yang diperlukan. Proses area ini mengandung semua praktek yang terkait dengan

15 19 definisi kebutuhan produk dan komponen produk. Proses area ini merupakan proses yang rekursif dengan proses area Technical Solution, dengan solusi alternatif yang dikembangkan untuk membantu menentukan kebutuhan produk yang tingkatnya lebih rendah. Technical Solution (TS). Tujuannya adalah untuk merancang, mengembangkan, dan mengimplementasikan solusi ke kebutuhan yang telah didefinisikan. Solusi, rancangan, dan implementasi menghubungkan produk, komponen produk, dan proses life cycle yang terkait dengan produk, baik itu berdiri sendiri, ataupun dikombinasikan dengan tepat. Pada tujuan pertama, memilih solusi komponen produk, solusi alternatif dikembangkan dan dianalisa dan memilih yang paling memuaskan. Alternatif yang dipilih mungkin digunakan untuk mengembangkan kebutuhan yang lebih detil di proses area Requirement Development, atau dirancang pada tujuan kedua dari Technical Solution. Setelah komponen produk dirancang, komponen produk diimplementasikan bersama-sama dengan dokumentasi yang mendukungnya, sebagaimana yang terdapat di tujuan ketiga Technical Solution. Product Integration (PI). Tujuannya adalah untuk merakit produk dari komponen-komponen, memastikan bahwa fungsifungsi produk (setelah jadi) berjalan baik, dan melepas produk.

16 20 Verification (VER). Verification berfungsi untuk memastikan bahwa produk yang terpilih dapat memenuhi kebutuhan yang telah didefinisikan. Verification memiliki tiga tujuan spesifik, yaitu persiapan untuk melakukan verifikasi, melakukan peer review pada produk yang terpilih, dan menguji produk tersebut. Validation (VAL). Validation berfungsi untuk mendemonstrasikan bahwa sebuah produk atau komponen produk memenuhi maksud pembuatannya ketika ditempatkan di lingkungan yang semestinya. Tujuan-tujuan spesifik dari validation adalah untuk mempersiapkan proses pengesahan dan mengesahkan produk dan komponen produk. Validation hampir mirip dengan Verification, namun berbeda pada penekanan topik. Verification lebih menunjukkan sebuah produk memenuhi kebutuhan yang telah didefinisikan, sedangkan validation lebih terlibat di dalam aktivitas-aktivitas yang diperlukan untuk menunjukkan bahwa sebuah produk memenuhi tujuan sebuah produk itu dibuat ketika ditempatkan pada lingkungan yang memang sudah disediakan untuknya. Decision Analysis and Resolution (DAR). Tujuannya adalah untuk menganalisa keputusan-keputusan yang mungkin dengan menggunakan proses evaluasi formal yang mengevaluasi solusi alternatif yang bertentangan dengan kriteria yang ada. Organizational Process Performance (OPP). Tujuannya adalah untuk membangun dan mempertahankan pengertian kuantitatif

17 21 terhadap kinerja dari kumpulan proses standar yang dimiliki oleh organisasi untuk mendukung kualitas dan kinerja proses yang baik, dan untuk menyediakan data kinerja proses, titik awal, dan model-model untuk mengelola secara kuantitatif proyek-proyek dari organisasi. Quantitative Project Management (QPM). Tujuan dari Quantitative Project Management adalah untuk mengelola proses-proses terdefinisi di dalam suatu proyek secara kuantitatif untuk meraih kualitas dan tujuan kinerja proses. Quantitative Project Management memiliki dua tujuan spesifik yang dibuat berdasarkan Project Planning, Project Monitoring and Control, dan Integrated Project Management, yaitu menggunakan tujuan kinerja untuk mengelola proyek secara kuantitatif dan mengelola subproses-subproses yang terpilih secara statistik. Tujuan pertama dicapai dengan menerapkan tindakan-tindakan spesifik yang membangun tujuan kinerja, menganalisa dan memiliki subproses, dan memantau tujuan kinerja proyek untuk menentukan apakah tujuan tersebut telah dicapai. Tujuan kedua dicapai dengan melakukan pemilihan teknik-teknik pengukuran dan analitik, mengerti akan variasi, memantau subproses yang terpilih, dan merekam data-data output di dalam sebuah tempat penyimpanan (reprository) organisasi. Dengan demikian, Quantitative Project Management dibangun berdasarkan Project Monitoring and

18 22 Control dengan memastikan bahwa organisasi mempraktekkan pengelolaan secara statistik dan juga menggunakan data histori untuk menentukan tujuan dan menentukan subproses yang akan dikelola secara kuantitatif CMMI High Level Maturity Banyak yang mendebatkan apakah high level maturity memiliki keuntungan yang sama besarnya dengan biaya investasi yang telah dikeluarkan. Michael Compo memaparkan bukti bahwa high level maturity menawarkan pengembalian ROI yang besar. CMMI Maturity Level 2 dan level 3 fokus pada pencegahan bencana dan mendapatkan kontrol dari cara kerja yang dilakukan dalam sebuah organisasi: Maturity level 2 fokus pada pencegahan bencana akibat rencana yang tidak realistis, kurangnya manajemen requirement, manajemen konfigurasi dan kualitas, manajemen yang tidak terukur dan manajemen dengan supplier yang tidak efektif. Maturity level 3 fokus pada konsistensi peningkatan kinerja menggunakan proses organisasi umum disesuaikan dengan program individu, dan teknik manajemen yang semakin proaktif.

19 23 CMMI Maturity level 4 dan 5 menawarkan fokus yang lebih strategis yang membangun dan mengelola kualitas dan kinerja proses yang sejalan dengan tujuan bisnis : Maturity level 4 menetapkan kualitas dan tujuan proses kinerja yang langsung tertuju pada tujuan bisnis. Organisasi mengembangkan pemahaman statistik mengenai kemampuannya untuk menghasilkan kualitas dan menghasilkan kinerja proses dengan menggunakan baseline model dan kinerja proses Maturity Level 5 membangun sistem evaluasi yang berkelanjutan dan maintenance terhadap tujuan bisnis dan kualitas serta tujuan kinerja proses yang terasosiasi di dalamnya. Kemajuan terhadap tujuan-tujuan ini di analisa dan improvement proses diidentifikasi berdasarkan kontribusinya terhadap pencapaian tujuan tersebut. Analisis kausal dan teknik resolusi biasanya digunakan untuk mendukung aktifitasaktifitas tersebut. Maturity Level 2 dan 3 mengatur mengenai bagaimana memiliki rencana project, mengatur berdasarkan rencana yang telah dibuat dan melakukan identifikasi improvement proses. Namun, maturity level 4 dan 5 fokus pada kualitas dan proses performance yang berfokus pada tujuan bisnis. Pada maturity level 2 dan 3 telah disadari bahwa kualitas dan tujuan kinerja proyek merupakan dasar dari kegiatan improvement proses dan

20 24 akan berdampak pada ROI yang akan lebih besar. Namun, di maturity level 4 dan 5, keseluruhan perusahaan ikut bertanggung jawab membantu bisnis untuk mencapai tujuannya. Selain itu, untuk maturity level di bawah level 4, tidak bisa mengukur seberapa baik performance yang telah dilakukan. Apakah sudah memenuhi harapan dari customer atau end user. Namun hal ini bisa diukur di maturity level Hasil implementasi CMMI Dennis R.Goldenson, Diane L.Gibson, Robert W.Ferguson melakukan penelitian dampak implementasi CMMI terhadap beberapa perusahaan. Mereka mengkategorikan dampak implementasi CMMI menjadi beberapa kategori pengukuran kinerja, yaitu : Kepatuhan proses Biaya Schedule Produktivitas Kualitas Kepuasan pelanggan

21 25 Gambar 2.4 Tinjauan umum dampak CMMI Dalam laporan tersebut juga disebutkan bahwa implementasi CMMI berbasiskan proses menghasilkan kemajuan kinerja yang baik. Tabel 2.2 menggambarkan bukti yang kuat mengenai hal tersebut. Table 2.3 Ringkasan hasil kinerja CMMI

22 26 Tabel di atas diambil berdasarkan observasi dari 35 perusahaan namun tidak semuanya memiliki detail kategori dan pengukuran sama antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Beberapa variasi pengukuran yang dilakukan berdasarkan tiap kategori dapat dilihat dari table di bawah ini. Table 2.4 Variasi kategori pengukuran berdasarkan biaya Table 2.5 Variasi kategori pengukuran berdasarkan penjadwalan proyek

23 27 Table 2.6 Variasi pengukuran berdasarkan produktivitas Table 2.7 Variasi pengukuran berdasarkan Return on Investment (ROI) Berikut ini akan dijabarkan lebih detail mengenai 6 kategori kinerja yang digunakan dalam menilai dampak dari implementasi CMMI. Biaya. Kategori biaya mencakup kasus di mana organisasi melaporkan perubahan dalam biaya produk kerja di akhir atau pertengahan, perubahan dalam biaya proses yang digunakan untuk menghasilkan produk, dan biaya yang bisa disimpan terkait dengan model perbaikan proses. Ini juga mencakup prediktabilitas peningkatan biaya yang terjadi. Contoh, pengurangan biaya untuk menemukan dan memperbaiki defect, meningkatkan dan menstabilkan Cost Performance Index dan meningkatkan akurasi dalam estimasi biaya. Schedule. Kategori ini meliputi perbaikan dalam prediktabilitas jadwal dan pengurangan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan. Dari gambar dibawah ini dapat dilihat

24 28 bahwa perusahaan dengan tingkat maturity yang rendah lebih menunjukkan perbaikan kinerja yang lebih besar. Gambar 2.5 Perubahan berdasarkan Schedule Beberapa contoh perusahaan yang melaporkan adanya perbaikan dalam kategori penjadwalan, diantaranya Systematic Software Engineering yang melaporkan kenaikan persentase untuk delivery software yang tepat waktu dari 79% menjadi 89% setelah berhasil naik ke level maturity 5 dari level 3. Produktifitas. Kategori ini mencakup berbagai pengukuran berdasarkan jumlah pekerjaan yang dicapai dalam periode waktu tertentu. Sebagian besar keuntungan peningkatan produktivitas jatuh dalam kisaran antara 10 dan 100 persen. Hasil yang paling terlihat adalah deteksi defect pada

25 29 perusahaan yang sedang bergerak menuju level maturity CMMI 4. Ini menunjukkan peningkatan produktivitas yang ditandai dalam organisasi yang juga telah mengalami penurunan biaya kualitas selama tahun pertama dari CMM berbasis improvement dengan menggunakan proses area Measurement and Analysis untuk upaya improvement. Sama halnya dengan biaya dan kinerja penjadwalan, sebagian besar laporan produktivitas dilaporkan oleh perusahaan yang meraih gigh level maturity. Ex. IBM Austria Gambar 2.6 Perbedaan pada high Level maturity perusahaan Kualitas. Peningkatan kualitas produk paling sering diukur dengan penurunan jumlah cacat. Contohnya dapat dilihat pada IBM

26 30 Australia Application Management Services yang mengalami penurunan masalah produksi sebesar 40 persen ketika perusahaan tersebut bergerak dari level3 CMMI menuju level 5 CMMI. Contoh lain, Siemens Information System, Ltd berhasil meningkatkan pengurangan defect yang terjadi sebelum test dilakukan dari 50% menjadi 70%. Gambar 2.7 : Peningkatan Kualitas pada perusahaan IBM Austria Kepuasan pelanggan Yang termasuk dalam kategori ini berdasarkan pada survey pelanggan. Umumnya hal ini lebih mudah dinilai pada perusahaan yang tingkat maturity nya diatas level 3 atau high level maturity. Hal ini dikarenakan untuk menilai kepuasan pelanggan, maka perusahaan harus mampu untuk mengumpulkan data secara regular, melakukan analisis dan pengukuran kuantitatif dari kepuasan pelanggan. Inilah

27 31 sebabnya tidak ada data yang berasal dari perusahaan yang memiliki level maturity rendah. 2.3 Hubungan antara TQM dan CMMI Hannum and Lyth(2010) mengatakan ada sejumlah model dan standarisasi yang berfokus pada perbaikan proses terus menerus yang merupakan konsep dari Total Quality Management yang berlaku di dalam berbagai industry dan fungsi bisnis, baik itu manufacturing, lembaga administrative, layanan kesehatan, lembaga keuangan dan lain-lainnya. Hannum and Lyth(2010) menyatakan beberapa framework-framework continous process improvement yang efektif dalam mengarahkan kualitas produk yang tinggi, kinerja proses dan performa bisnis, seperti Lean, Six Sigma, dan Capability Maturity Model Integration (CMMI). CMMI merupakan salah satu framework yang mengevaluasi seberapa efisien perusahaan bisa mendesain, membuat, dan mengirimkan hasil produknya. Mapping antara TQM dengan CMMI dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2.8 Mapping antara TQM dengan CMMI Low Maturity High Maturity TQM CMMI Level 1 Initial CMMI Level 2 Managed CMMI Level 3 Defined CMMI Level 4 Quantitatively Managed CMMI Level 5 Continous Improvement

28 32 Define Project dan Proses yang terdefinisi belum dilakukan Performance Proses kacau dan penyelesaian dilakukan melalui tindakan heroik Infrastruktur telah ada untuk mendukung proses Deskripsi Proses didefinisikan secara luas Infrastruktur telah ada untuk mendukung proses Standar Proses telah dideskripsikan secara tepat Sudah ada kuantitatif objectives untuk project/perusaha an terhadap kualitas produk dan kinerja proses Sudah ada pemahaman kuantitatif terhadap variasi yang ada di dalam proses Terus menerus merevisi quantitative process improvement perusahaan Measure Tidak ada pengukuran yang berarti terhadap waktu, biaya aktivitas, alur proses dan parameter proses Sudah ada pengukuran terhadap proses yang terdefinisi Pengukuran terhadap standar proses yang ditentukan oleh perusahaan berdasarkan pedoman yang dibuat oleh perusaahaan itu sendiri Pengukuran kualitas dan kinerja proses dalam istilah statistik untuk sub proses tertentu Detail pengukuruan kinerja proses dikumpulkan dan dianalisa secara statistik Menggunakan metode pengukuran seperti dideskripsikan pada Level4 Dampak/hasil diukur dan dievaluasi terhadap tujuan kuantitatif process improvement Analyze Tidak ada analisa nilai dan peluang Analisis pasif terhadap krisis Tidak ada detail pengukuran sehingga mengurangi kemungkinan untuk menganalisa data penting Terdapat beberapa analisa pro aktif, menggunakan pemahaman hubungan antar proses kegiatan dan detail pengukuran proses proaktif, analisis kualitas secara statistik dan process data repository Analisis seperti pada level 4 Defined Process dan standar proses perusahaan merupakan target perbaikan yang terukur Improve Tidak ada target pengukuran kesalahan yang tinggi dan proses tidak dirancang untuk mengurangi kesalahan tersebut Hanya menghasilkan output berdasarkan proses yang terdefinisi, banyak proses yang tidak efektif dan menghasilkan kualitas yang buruk Memberikan hasil sesuai dengan standarisasi proses Terdapat beberapa proses yang tidak efektif dan menghasilkan kualitas yang buruk Penyebab khusus variasi proses diidentifikasi dan sumber sumber khusus penyebab masalah diperbaiki untuk mencegah kejadian yang sama terulang di mendatang. Mengambil keputusan berdasarkan fakta untuk peningkatan terus menerus menggunakan teknologi yang inovatif ddengan mengatasi penyebab umum dari variasi proses

29 33 Control Tidak ada kontrol dan disiplin proses Kontrol sebagai kepatuhan terhadap proses deskripsi Kontrol sebagai bentuk kepatuhan terhadap standar proses Mengarahkan kepada prediktabilitas secara kualitatif dari kinerja proses Kontrol yang mengarah kepada kuantitatif prediktabilitas dari kinerja proses melalui perbaikan yang terus menerus prediktabilitas secara kuantitatif dari kinerja proses melalui perbaikan terusmenerus. Mengalamatkan pada penyebab umum variasi proses dan perubahan proses 2.4 Fuzzy Multi-Expert Multi-Attribute Decision Making Teori himpunan fuzzy sangat cocok digunakan untuk proses pengambilan keputusan dalam suatu kelompok karena dengan menggunakan teori himpunan fuzzy, proses pengambilan keputusan dapat dilakukan dalam kerangka yang lebih fleksibel. Fleksibelitas ini salah satunya ditujukan dengan kemampuannya dalam mensimulasikan proses pengambilan keputusan dengan konsistensi yang bersifat kabur. Metode-metode dalam pengambilan keputusan secara kelompok (terutama yang terkait dengan MCDM) biasanya akan mengalami kendala ketika setiap pengambil keputusan memberikan preferensinya secara individual (Kwok, 2005). Secara umum, ada 2 tahap yang harus dilakukan dalam Group Support System (GSS) yaitu membangkitkan preferensi pengambil keputusan secara terpisah; dan melakukan agregasi kelompok terhadap setiap preferensi yang diberikan.

30 34 Gambar 2.8 Bentuk linguistik : Sangat Yakin Gambar 2.9 Bentuk linguistik : Yakin Gambar 2.10 Bentuk Linguistic : Tidak Yakin Gambar 2.11 Bentuk Linguistic : Tidak SangatYakin Pada GDSS, salah satu masalah yang sering dihadapi adalah bagaimana mengagregasikan opini-opini dari para pakar untuk menghasilkan suatu keputusan yang tepat. Operator-operator agregasi

31 35 digunakan dengan mempertimbangkan format preferensi yang diberikan oleh para pengambil keputusan dalam memberikan referensinya. Secara umum, masalah GDM dapat diklasifikasikan dalam 2 kelompok, yaitu homogen dan heterogen. Suatu GDM dapat dikatakan GDM apabila setiap keputusan memiliki derajat kepentingan yang sama; dan dikatakan heterogen jika setiap pengambil keputusan memiliki tingkat kepentingan yang tidak sama (Herrera, 2004). Ada beberapa agregasi pada relasi preferensi fuzzy, antara lain : Ordered Weighted Averaging (OWA) OWA merupakan operator yang bersifat komutatif, kontinu, menoton, netral, kompensatif, dan stabil pada transformasi linear. Prinsip dasar dari operator OWA ini adalah mengurutkan argument-argumen untuk diagregasikan berdasarkan besarnya nilai tanggapan yang dibesarkan. Induced Ordered Weighted Averaging (I-IOWA) Operator IOWA merupakan perluasan dari operator OWA yang diusulkan olej Yager dan Filev(1998). Operator IOWA mengijinkan adanya urutan yang berbeda dari nilai-nilai yang diagregasikan. Importance Induced Ordered Weighted Averaging (I-IOWA) Operator I-IOWA merupakan operator agregasi yang melibatkan derajat kepentingan dari para pakar, yang digunakan dalam bentuk GSS heterogen. Consistency Induced Ordered Weighted Averaging (C-IOWA) Apabila setiap pengambil keputusan memiliki derajat kepentingan yang sama, maka permasalahan seperti ini disebut sebagai GDM

32 36 homogen. Oleh karena itu, operator I-IOWA akan direduksi menjadi operator Averaging Mean(AM). Pada masalah GDM Homogen, setiap pengambil keputusan memiliki nilai indeks konsistensi yang diperoleh dengan cara menganalisa relasi preferensi fuzzy kemudian menggunakan hasil analisa tersebut pada proses agregasi preferensi (Herrera, 2000). Untuk membentuk relasi prefensi fuzzy yang konsisten, dari relasi preferensi fuzzy yang tidak konsisten, dapat dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut : 1. Hitung 2. Jika matriks tidak terletak pada interval [0,1], maka perlu dilakukan suatu fungsi transformasi yang bersifat additive consistency yaitu : 3. Hitung ukuran konsistensi dengan : Apabila nilai semakin dekat dengan 1-CI k, mengindikasikan bahwa informasi yang diberikan oleh pengambil keputusan ke-k, e k, lebih konsisten. Urutkan nilai tersebut.

33 37 4. Relasi preferensi fuzzy kolektif, diperoleh dengan menggunakan operator Consistency Induced Ordered Weighted Averaging (C- IOWA) dengan menggunakan linguistic quantifier most yaitu : Dengan T adalah jumlah total kepentingan. Setelah didapat matrik preferensi yang konsisten, selanjutnya akan dilakukan tahap eksploitasi. Tahap eksploitasi dilakukan dalam rangka memilih alternative terbaik dari sekumpulan alternative, dengan mempertimbangkan matriks agregasi yang telah diperoleh dari para pengambil keputusan. Ada beberapa cara untuk menyeleksi alternative terbaik pada relasi preferensi kolektif, antara lain (Herrera, 2000): 1. Quantifier Guided Dominance Degree (QGDD), akan mengkuantifikasikan dominasi suatu alternative terhadap alternative yang lainnya. 2. Quantifier Guided non-dominance Degree (QGNDD), akan memberikan derajat dimana setiap alternative tidak mendominasi terhadap alternative-alternative yang lainnya.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Latar Belakang CMMI (Capability Maturity Model Integration) Menurut Dennis M. Ahern, Aaron Clouse, dan Richard Turner, dalam buku mereka yang berjudul CMMI Distilled: A Practical

Lebih terperinci

PENGUKURAN TINGKAT KEMATANGAN SISTEM OTOMASI PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA DENGAN MENGGUNAKAN CMMI

PENGUKURAN TINGKAT KEMATANGAN SISTEM OTOMASI PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA DENGAN MENGGUNAKAN CMMI PENGUKURAN TINGKAT KEMATANGAN SISTEM OTOMASI PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA DENGAN MENGGUNAKAN CMMI Lily Puspa Dewi 1, Ibnu Gunawan 2, Raymond 3 1,2,3 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB II. LANDASAN TEORI BAB II. LANDASAN TEORI 2.1. Definisi CMMI for Development CMMI for Development dirancang untuk bisnis yang fokus pada pengembangan produk. Standar ini mempelajari tentang mengubah kebutuhan pelanggan sesuai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Sistem Informasi Menurut O Brien dan Marakas, sistem informasi dapat merupakan kombinasi terkelola dari manusia, hardware, software, jaringan komunikasi, sumber data

Lebih terperinci

Pengukuran Level Kematangan Proses Akademik Politeknik XYZ Menggunakan CMMI For Services (CMMI-SVC)

Pengukuran Level Kematangan Proses Akademik Politeknik XYZ Menggunakan CMMI For Services (CMMI-SVC) Pengukuran Level Kematangan Proses Akademik Politeknik XYZ Menggunakan CMMI For Services (CMMI-SVC) Fajri R Umbara 1), Alva Kharisma 2), dan Angelina Prima Kurniati ) Fakultas Informatika, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Capability Maturity Model Integration (CMMI)

Capability Maturity Model Integration (CMMI) Capability Maturity Model Integration (CMMI) MAKALAH Eka Saputra Destilvianus (321110012) Jonathan Hendry Gunawan (321110013) Margaretha Felicia (321110017) SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Kesesuaian Capability Maturity Model Integration Development V1.2 (CMMI Dev. V1.2) Terhadap ISO 9001

Kesesuaian Capability Maturity Model Integration Development V1.2 (CMMI Dev. V1.2) Terhadap ISO 9001 Kesesuaian Capability Maturity Model Integration Development V1.2 (CMMI Dev. V1.2) Terhadap ISO 9001 Waniwatining Astuti STMIK MDP Palembang wani@stmik-mdp.net Abstrak: Kesesuaian CMMI Development V1.2

Lebih terperinci

Pemanfaatan Capability Maturity Model Integration

Pemanfaatan Capability Maturity Model Integration Pemanfaatan Capability Maturity Model Integration (CMMI) Untuk Meningkatkan Kualitas Perangkat Lunak (Studi Kasus: Sistem Informasi Akademik Universitas Negeri Manado) 1 Alfrina Mewengkang Program Studi

Lebih terperinci

COBIT COSO CMMI BS7799 BSI ITSEC/CC Control Objectives for Information and Related Technology

COBIT COSO CMMI BS7799 BSI ITSEC/CC Control Objectives for Information and Related Technology Nama lain COBIT COSO CMMI BS7799 BSI ITSEC/CC The Committee of Capability Maturity Model Code of Practice Sponsoring Organization Integration Control Objectives for Information and Related Technology Pengembang

Lebih terperinci

PEMBUATAN PERANGKAT AUDIT PERENCANAAN PROYEK PERANGKAT LUNAK BERDASARKAN CMMI 1.2 PADA PT GRATIKA

PEMBUATAN PERANGKAT AUDIT PERENCANAAN PROYEK PERANGKAT LUNAK BERDASARKAN CMMI 1.2 PADA PT GRATIKA PEMBUATAN PERANGKAT AUDIT PERENCANAAN PROYEK PERANGKAT LUNAK BERDASARKAN CMMI 1.2 PADA PT GRATIKA Irvan Nurachman 5206100012 Pembimbing: Ir. Aris Tjahyanto, M.Kom Apol Pribadi Subriadi, S.T, M.T Fakultas

Lebih terperinci

Project Integration Management. Binsar Parulian Nababan Sutrisno Diphda Antaresada Adrian Kosasih

Project Integration Management. Binsar Parulian Nababan Sutrisno Diphda Antaresada Adrian Kosasih Project Integration Management Binsar Parulian Nababan 201381156 Sutrisno 201381129 Diphda Antaresada 201581294 Adrian Kosasih 201581301 Kunci Sukses Proyek Keseluruhan: Manajemen Integrasi Proyek yang

Lebih terperinci

Manajemen Mutu Proyek (Manajemen Kualitas)

Manajemen Mutu Proyek (Manajemen Kualitas) Manajemen Mutu Proyek (Manajemen Kualitas) What is quality? The International Organization for Standardization (ISO) defines quality as the degree to which a set of inherent characteristics fulfils requirements

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rekomendasi audit pengembangan teknologi informasi. 4.1 Evaluasi Hasil Pengujian & Laporan Audit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rekomendasi audit pengembangan teknologi informasi. 4.1 Evaluasi Hasil Pengujian & Laporan Audit BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini membahas tentang identifikasi kendali dan memperkirakan resiko, mengumpulkan bukti, mengevaluasi temuan, sampai dengan membuat rekomendasi audit pengembangan teknologi

Lebih terperinci

PEMBUATAN TATA LAKSANA PROYEK PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI DI UNIVERSITAS X BERDASARKAN CMMI

PEMBUATAN TATA LAKSANA PROYEK PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI DI UNIVERSITAS X BERDASARKAN CMMI PEMBUATAN TATA LAKSANA PROYEK PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI DI UNIVERSITAS X BERDASARKAN CMMI Linda Hadi dan Achmad Holil Noor Ali Program Studi Magister Manajemen Teknologi ITS Email: l1nd4083@yahoo.com;

Lebih terperinci

BAB VIII Control Objective for Information and related Technology (COBIT)

BAB VIII Control Objective for Information and related Technology (COBIT) BAB VIII Control Objective for Information and related Technology (COBIT) Dikeluarkan dan disusun oleh IT Governance Institute yang merupakan bagian dari ISACA (Information Systems Audit and Control Association)

Lebih terperinci

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise)

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise) COBIT Control Objective for Information and related Technology Dikeluarkan dan disusun oleh IT Governance Institute yang merupakan bagian dari ISACA (Information Systems Audit and Control Association)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan beberapa hal mendasar pada penulisan tugas akhir ini. Hal-hal tersebut meliputi latar belakang, permasalahan, batasan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika pembahasan

Lebih terperinci

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici Topik Khusus ~ Pengantar Six Sigma ~ ekop2003@yahoo.com Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Participative

Lebih terperinci

MINGGU KE-9 MANAJEMEN MUTU PROYEK

MINGGU KE-9 MANAJEMEN MUTU PROYEK MINGGU KE-9 MANAJEMEN MUTU PROYEK Menurut organisasi internasional untuk standarisasi, ISO, mutu didefinisikan sebagai keseluruhan karakteristik dari suatu kesatuan yang membawa kepada kemampuan pencapaian

Lebih terperinci

Software Proses. Model Proses Perangkat Lunak. Pengembangan Perangkat Lunak. Framework activities 3/20/2018. System Development Life Cycle (SDLC)

Software Proses. Model Proses Perangkat Lunak. Pengembangan Perangkat Lunak. Framework activities 3/20/2018. System Development Life Cycle (SDLC) System Development Life Cycle (SDLC) Software Proses Planning Implementation Analysis Design Pengembangan Perangkat Lunak Sebuah Lapisan Teknologi Model Proses Perangkat Lunak 1. Linear Sequential Model

Lebih terperinci

PEMBUATA TATA LAKSA A PROYEK PEMBA GU A SISTEM I FORMASI DI U IVERSITAS X BERDASARKA CMMI

PEMBUATA TATA LAKSA A PROYEK PEMBA GU A SISTEM I FORMASI DI U IVERSITAS X BERDASARKA CMMI PEMBUATA TATA LAKSA A PROYEK PEMBA GU A SISTEM I FORMASI DI U IVERSITAS X BERDASARKA CMMI ABSTRAK Pembangunan sistem informasi di Universitas X dilakukan dengan tidak menggunakan manajemen proyek yang

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAMPAK PENERAPAN CAPABILITY MATURITY MODEL INTEGRATION UNTUK PENINGKATAN PROSES PENGEMBANGAN APLIKASI PADA TELKOMSIGMA

PENGUKURAN DAMPAK PENERAPAN CAPABILITY MATURITY MODEL INTEGRATION UNTUK PENINGKATAN PROSES PENGEMBANGAN APLIKASI PADA TELKOMSIGMA PENGUKURAN DAMPAK PENERAPAN CAPABILITY MATURITY MODEL INTEGRATION UNTUK PENINGKATAN PROSES PENGEMBANGAN APLIKASI PADA TELKOMSIGMA Satrio Arto Santoso (1), Ford Lumban Gaol (2) Bina Nusantara University,

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian start Studi Pendahuluan - Survey ke Perusahaan Konsultasi Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka - Literatur - Jurnal - Buku - Website - dll Tujuan

Lebih terperinci

TATA KELOLA PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK DR EAM PADA PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI BALI DENGAN CMMI-DEV

TATA KELOLA PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK DR EAM PADA PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI BALI DENGAN CMMI-DEV TATA KELOLA PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK DR EAM PADA PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI BALI DENGAN CMMI-DEV I Putu Dedy Sandana 1) dan Hari Ginardi 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut

Lebih terperinci

MODEL PENILAIAN KAPABILITAS PROSES OPTIMASI RESIKO TI BERDASARKAN COBIT 5

MODEL PENILAIAN KAPABILITAS PROSES OPTIMASI RESIKO TI BERDASARKAN COBIT 5 MODEL PENILAIAN KAPABILITAS PROSES OPTIMASI RESIKO TI BERDASARKAN COBIT 5 Rahmi Eka Putri Program Studi Sistem Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Andalas e-mail : rahmi230784@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources

Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources Oleh : Ariyan Zubaidi 23509025 MAGISTER INFORMATIKA SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah:

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah: BAB III. METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT.Dulmison Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang hardware energi yang memproduksi alat-alat berat dan aksesoris

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management Total Quality Management (TQM) adalah suatu filosofi manajemen untuk meningkatkan kinerja bisnis perusahaan secara keseluruhan dimana pendekatan manajemen

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan yang dilalui, mulai dari identifikasi masalah sampai pada tahap penyelesaian masalah dalam penyelesaian tugas akhir. Metodologi bertujuan

Lebih terperinci

STUDI TINJAUAN PERBANDINGAN KIPI DAN CMMI SEBAGAI FRAMEWORK STANDAR KEMATANGAN PENGEMBANGAN INDUSTRI PERANGKAT LUNAK

STUDI TINJAUAN PERBANDINGAN KIPI DAN CMMI SEBAGAI FRAMEWORK STANDAR KEMATANGAN PENGEMBANGAN INDUSTRI PERANGKAT LUNAK STUDI TINJAUAN PERBANDINGAN KIPI DAN CMMI SEBAGAI FRAMEWORK STANDAR KEMATANGAN PENGEMBANGAN INDUSTRI PERANGKAT LUNAK STANLEY KAROUW ABSTRAK Model kematangan kemampuan atau Capability Maturity Model adalah

Lebih terperinci

Manajemen Risiko Proyek. Dr. Ir. Erizal, MAgr. Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

Manajemen Risiko Proyek. Dr. Ir. Erizal, MAgr. Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Manajemen Risiko Proyek Dr. Ir. Erizal, MAgr. Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Risiko Proyek Peristiwa tidak pasti yang bila terjadi memiliki pengaruh positif atau negatif terhadap minimal satu tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL KINERJA SISTEM ERP PADA MODUL MATERIAL MANAGEMENT

BAB 4 HASIL KINERJA SISTEM ERP PADA MODUL MATERIAL MANAGEMENT 124 BAB 4 HASIL KINERJA SISTEM ERP PADA MODUL MATERIAL MANAGEMENT 4.1 Evaluasi Perspektif dalam IT Balanced Scorecard Sesudah menetapkan ukuran dan sasaran strategis dari masing-masing perspektif IT balanced

Lebih terperinci

Berlilana 1 dan Fandy Setyo Utomo 2

Berlilana 1 dan Fandy Setyo Utomo 2 PENGGUNAAN OPERATOR QUANTIFIER GUIDED DOMINANCE DEGREE PADA GROUP DECISION SUPPORT SYSTEM UNTUK SELEKSI ASISTEN PRAKTIKUM (STUDI KASUS DI STMIK AMIKOM PURWOKERTO) Berlilana dan Fandy Setyo Utomo Program

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Sistem Informasi Information System (IS) atau yang dikenal dengan Sistem Informasi (SI) oleh Oetomo (2002, p11) didefinisikan sebagai kumpulan elemen yang

Lebih terperinci

ANALISA & PERANCANGAN SISTEM

ANALISA & PERANCANGAN SISTEM ANALISA & PERANCANGAN SISTEM Pengembangan Sistem Informasi Mulyadi, S.Kom, M.S.I Proses dalam Pengembangan Sistem Proses pengembangan sistem - serangkaian kegiatan, metode, praktik, dan alat-alat terotomatisasi

Lebih terperinci

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang mengkhususkan diri pada pengembangan manajemen proyek. PMBOK merupakan

Lebih terperinci

Enterprise Architecture Planning

Enterprise Architecture Planning Enterprise Architecture Planning Maturity Model TKB5354 Perancangan Arsitektur Enterprise Chalifa Chazar www.script.id chalifa.chazar@gmail.com Masalah Kemampuan arsitektur untuk berubah sering ditentukan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. dijalankan oleh PT. Adi Sarana Armada.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. dijalankan oleh PT. Adi Sarana Armada. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Rencana Strategis Bisnis Rencana strategis bisnis berisi sekumpulan arahan strategi yang akan dijalankan oleh PT. Adi Sarana Armada. Adapun arahan strategi yang diperoleh

Lebih terperinci

LAMPIRAN A Kuisioner Validasi Awal

LAMPIRAN A Kuisioner Validasi Awal LAMPIRAN A Kuisioner Validasi Awal UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM REGULER DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA Pendahuluan ANALISA PENERAPAN METODE SIX SIGMA DALAM PENJAGAAN KUALITAS

Lebih terperinci

PENGANTAR MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK

PENGANTAR MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK PENGANTAR MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Proyek Sebuah proyek adalah "usaha sementara

Lebih terperinci

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A )

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A ) Media Indormatika Vol. 8 No. 3 (2009) PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A ) Hartanto Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

METODE UNTUK MENILAI TINGKAT KEMATANGAN MANAJEMEN KUALITAS INFORMASI. M. Rachmat Gunawan Chomsa Hidayat Ahmad Sugiana

METODE UNTUK MENILAI TINGKAT KEMATANGAN MANAJEMEN KUALITAS INFORMASI. M. Rachmat Gunawan Chomsa Hidayat Ahmad Sugiana CALDEA DAN EVAMECAL METODE UNTUK MENILAI TINGKAT KEMATANGAN MANAJEMEN KUALITAS INFORMASI M. Rachmat Gunawan Chomsa Hidayat Ahmad Sugiana Studi Kasus PT Kereta Api Indonesia Sekilas PT KAI Badan Usaha Milik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sigma bukan merupakan program kualitas yang berpegang pada zero defect (tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sigma bukan merupakan program kualitas yang berpegang pada zero defect (tanpa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendahuluan Six Sigma merupakan konsep yang relatif baru bagi banyak organisasi. Six Sigma bukan merupakan program kualitas yang berpegang pada zero defect (tanpa cacat), tetapi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah yang digunakan untuk penelitian penurunan hasil Fabric Width Utilization adalah dengan menggunakan metode Penyelesaian Masalah Six Sigma,

Lebih terperinci

Chapter 4 SOFTWARE QUALITY ASSURANCE - REVIEW

Chapter 4 SOFTWARE QUALITY ASSURANCE - REVIEW Chapter 4 SOFTWARE QUALITY ASSURANCE - REVIEW Komponen Software quality assurance 1. Pre Project Component 2. Software Project life cycle Component 3. Infrastructure component for error prevention and

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS PROYEK REFERENSI : PMBOK

MANAJEMEN KUALITAS PROYEK REFERENSI : PMBOK MANAJEMEN KUALITAS PROYEK REFERENSI : PMBOK Jaminan Kualitas Proyek Merupakan semua aktifitas yang dilakukan oleh organisasi proyek untuk memberikan jaminan tentang kebijakan kualitas, tujuan dan tanggung

Lebih terperinci

Manajemen Integrasi Dalam Proyek Chapter 3. Heru Lestiawan, M.Kom

Manajemen Integrasi Dalam Proyek Chapter 3. Heru Lestiawan, M.Kom 1 Manajemen Integrasi Dalam Proyek Chapter 3 Heru Lestiawan, M.Kom Learning Objectives 2 Menggambarkan suatu kerangka keseluruhan untuk manajemen integrasi proyek yang berkaitan dengan bidang pengetahuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. A. Hasil kuisioner Proses TI PO2 Menentukan Arsitektur Informasi

LAMPIRAN. A. Hasil kuisioner Proses TI PO2 Menentukan Arsitektur Informasi LAMPIRAN Lampiran A. Hasil kuisioner Proses TI PO Menentukan Arsitektur Informasi Responden Adanya kesadaran bahwa arsitektur informasi penting bagi organisasi Pengetahuan untuk mengembangkan arsitektur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pikir Permasalahan yang timbul dalam perusahaan merupakan indikasi bahwa terdapat penyimpangan terhadap proses bisnis yang ada, sehingga menghasilkan kinerja

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengumpulan Dokumen BSI UMY Penelitian memerlukan dokumen visi dan misi BSI UMY.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengumpulan Dokumen BSI UMY Penelitian memerlukan dokumen visi dan misi BSI UMY. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Dokumen BSI UMY Penelitian memerlukan dokumen visi dan misi BSI UMY. Visi yang dimiliki oleh BSI UMY adalah menjadi Biro yang mampu meningkatkan posisi UMY sebagai

Lebih terperinci

PENERAPAN SIX SIGMA PADA IMPLEMENTASI SAP MODUL TRAINING & EVENT MANAGEMENT DI PT.TELKOM

PENERAPAN SIX SIGMA PADA IMPLEMENTASI SAP MODUL TRAINING & EVENT MANAGEMENT DI PT.TELKOM PENERAPAN SIX SIGMA PADA IMPLEMENTASI SAP MODUL TRAINING & EVENT MANAGEMENT DI PT.TELKOM Arief Purnomo¹, Wiyono.², Retno Novi Dayawati³ ¹Teknik Informatika,, Universitas Telkom Abstrak Untuk menghadapi

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan sistem informasi (TI/SI) memberikan

BABI PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan sistem informasi (TI/SI) memberikan 1 BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan sistem informasi (TI/SI) memberikan dampak pada berkembangnya proses bisnis. Proses bisnis dengan dukungan TI dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sejarah Organisasi. Didirikan pada tahun 1987, PT Sigma Cipta Caraka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sejarah Organisasi. Didirikan pada tahun 1987, PT Sigma Cipta Caraka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Sejarah Organisasi Didirikan pada tahun 1987, PT Sigma Cipta Caraka (Telkomsigma) adalah perusahaan yang menyediakan end-to-end ICT Solutions. Memperkerjakan

Lebih terperinci

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun 34 BAB III SIX SIGMA 3.1 Sejarah Six Sigma Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun 1980-an oleh seorang engineer bernama Bill Smith. Hal ini dilatarbelakangi oleh hilangnya

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

TUGAS BESAR III LEAN SIX SIGMA JOURNAL REVIEW SISTEM PENGUKURAN KINERJA DEDE SUDRAJATTULLOH

TUGAS BESAR III LEAN SIX SIGMA JOURNAL REVIEW SISTEM PENGUKURAN KINERJA DEDE SUDRAJATTULLOH TUGAS BESAR III LEAN SIX SIGMA JOURNAL REVIEW SISTEM PENGUKURAN KINERJA DEDE SUDRAJATTULLOH 411110023 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS MA CHUNG MALANG 2013 JOURNAL

Lebih terperinci

STUDI TINJAUAN PERBANDINGAN KIPI DAN CMMI SEBAGAI FRAMEWORK STANDAR KEMATANGAN PENGEMBANGAN INDUSTRI PERANGKAT LUNAK DI INDONESIA

STUDI TINJAUAN PERBANDINGAN KIPI DAN CMMI SEBAGAI FRAMEWORK STANDAR KEMATANGAN PENGEMBANGAN INDUSTRI PERANGKAT LUNAK DI INDONESIA STUDI TINJAUAN PERBANDINGAN KIPI DAN CMMI SEBAGAI FRAMEWORK STANDAR KEMATANGAN PENGEMBANGAN INDUSTRI PERANGKAT LUNAK DI INDONESIA Stanley Karouw Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

UTS SUSULAN AUDIT SISTEM Standar Pengelolaan di Dunia IT

UTS SUSULAN AUDIT SISTEM Standar Pengelolaan di Dunia IT UTS SUSULAN AUDIT SISTEM Standar Pengelolaan di Dunia IT Disusun oleh: Nama : Yoga Pratama NIM : 12650014 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

Lebih terperinci

03/06/2015. Hambatan dalam Pengembangan Sistem Manajemen Kualitas. Sistem Manajemen Kualitas Internasional

03/06/2015. Hambatan dalam Pengembangan Sistem Manajemen Kualitas. Sistem Manajemen Kualitas Internasional Sistem Manajemen Kualitas Internasional Presented by: Nur Hasanah, SE, MSc Hambatan dalam Pengembangan Sistem Manajemen Kualitas Ketiadaan komitmen dari manajemen Ketiadaan pengetahuan atau kekurangpahaman

Lebih terperinci

BAB III DISAIN PRODUK

BAB III DISAIN PRODUK BAB III DISAIN PRODUK 3.1. Pendahuluan Salah satu karakteristik manusia adalah mereka selalu berusaha mencitakan sesuatu, baik alat atau benda lainnya untuk membantu kehidupan mereka. Untuk mewejudkan

Lebih terperinci

SOFTWARE DEVELOPMENT PLAN. Program Studi S1 - Sistem Informasi

SOFTWARE DEVELOPMENT PLAN. Program Studi S1 - Sistem Informasi SOFTWARE DEVELOPMENT PLAN Program Studi S1 - Sistem Informasi INTRODUCTION Pengantar Rencana Pengembangan g Perangkat Lunak dengan memberikan gambaran seluruh isi dokumen. Meliputi tujuan, ruang lingkup,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini adalah langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari tahap persiapan penelitian hingga pembuatan dokumentasi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FRAMEWORK ITIL DALAM AUDIT PERUSAHAAN TELKOMSEL

PENGGUNAAN FRAMEWORK ITIL DALAM AUDIT PERUSAHAAN TELKOMSEL PENGGUNAAN FRAMEWORK ITIL DALAM AUDIT PERUSAHAAN TELKOMSEL OLEH EKA SAPUTRA DESTILVIANUS 321110012 JONATHAN HENRY GUNAWAN 321110013 MARGARETHA FELICIA 321110017 PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

Quality Management and International Standards

Quality Management and International Standards Chapter 6 Quality Management and International Standards Tujuan membangun sistem TQM yang dapat mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan konsumen. Menjaga kualitas dapat mendukung diferensiasi, low cost,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 39 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan gambaran dari langkahlangkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Melalui pembuatan flowchart penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

SAP PRODUCT LIFECYCLE MANAGEMENT

SAP PRODUCT LIFECYCLE MANAGEMENT Karya Ilmiah E-Business SAP PRODUCT LIFECYCLE MANAGEMENT Manajemen Siklus Hidup Produk SAP Disusun oleh : Nama : Achmad Mustagfiri NIM : 09.11.2962 Kelas : 09-S1TI-06 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

Lebih terperinci

Nama : Gema Mahardhika NIM : Kelas : A PDCA. a) Pengertian

Nama : Gema Mahardhika NIM : Kelas : A PDCA. a) Pengertian PDCA a) Pengertian Dalam peningkatan mutu dalam kebidanan diperlukan manajemen yang baik agar dalam pelaksanaannya dapat tercapai secara efektif dan efisien. Didalam ilmu manajemen, ada konsep problem

Lebih terperinci

Tulis yang Anda lewati, Lewati yang Anda tulis..

Tulis yang Anda lewati, Lewati yang Anda tulis.. Tulis yang Anda lewati, Lewati yang Anda tulis.. Penyelenggaraan LPSE Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Undang-Undang Republik Indonesia No.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TQM PERTEMUAN # TAUFIQUR RACHMAN EBM503 MANAJEMEN KUALITAS PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

IMPLEMENTASI TQM PERTEMUAN # TAUFIQUR RACHMAN EBM503 MANAJEMEN KUALITAS PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ESA UNGGUL IMPLEMENTASI TQM PERTEMUAN #7 EBM503 MANAJEMEN KUALITAS 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mampu merumuskan program pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN RANCANGAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN RANCANGAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN RANCANGAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Total Quality Management 2.1.1.1 Pengertian Total Quality Management Pendefinisian total quality management mengacu

Lebih terperinci

BAB V. VALIDASI DAN ANALISA

BAB V. VALIDASI DAN ANALISA BAB V. VALIDASI DAN ANALISA 5.1 Analisa Deskriptif terhadap Hasil Implementasi Hasil implementasi pekerjaan yang direpresentasikan melalui perhitungan persentase tingkat layanan yang dipaparkan pada Bab

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

Project Integration Management. Inda Annisa Fauzani Indri Mahadiraka Rumamby

Project Integration Management. Inda Annisa Fauzani Indri Mahadiraka Rumamby Project Integration Management Inda Annisa Fauzani 1106010300 Indri Mahadiraka Rumamby 1106070376 Project Integration Management Develop Project Charter Develop Project Management Plan Direct and Manage

Lebih terperinci

DAFTAR ISI CHAPTER 5

DAFTAR ISI CHAPTER 5 DAFTAR ISI DAFTAR ISI 2 CHAPTER 5 ANOTHER INTERNAL CONTROL FRAMEWORK : CobiT 5.1 Pengantar COBIT... 3 5.2 Kerangka COBIT 4 5.3 Menggunakan COBIT untuk Menilai Pengendalian Intern... 6 5.4 Langkah-langkah

Lebih terperinci

COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology)

COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) Pengertian Cobit COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) adalah sekumpulan dokumentasi best practices untuk IT

Lebih terperinci

Pertemuan 3. Manajemen Proyek Perangkat Lunak. Proses Dalam Manajemen PL

Pertemuan 3. Manajemen Proyek Perangkat Lunak. Proses Dalam Manajemen PL Pertemuan 3 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Proses Dalam Manajemen PL Manajemen proyek merupakan lapisan pertama dalam proses rekayasa perangkat lunak skala besar. Untuk menuju pada proyek yang berhasil,

Lebih terperinci

3.1 Persiapan Penelitian

3.1 Persiapan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Dalam mengerjakan Tugas Akhir ini dilakukan langkah-angkah perancangan yang jelas agar tujuan dari Tugas Akhir ini dapat tercapai. Pada bab ini akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Berpikir Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk menjawab pertanyaan Apakah Strategi TI Bank Indonesia sudah sesuai dan sejalan dengan

Lebih terperinci

RAHMADINI DARWAS. Program Magister Sistem Informasi Akuntansi Jakarta 2010, Universitas Gunadarma Abstrak

RAHMADINI DARWAS. Program Magister Sistem Informasi Akuntansi Jakarta 2010, Universitas Gunadarma Abstrak EVALUASI PERAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KOPERASI SWADHARMA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MATURITY LEVEL PADA KERANGKA KERJA COBIT PADA DOMAIN PLAN AND ORGANISE RAHMADINI DARWAS Program Magister Sistem Informasi

Lebih terperinci

PengantarTeknikIndustri

PengantarTeknikIndustri LOGO Jurusan Teknik Industri Universitas Sebelas Maret PengantarTeknikIndustri Pendahuluan Sistem Kualitas - 2 Dr. Eko Pujiyanto, S.Si., M.T. E-mail : ekop2003@yahoo.com atau eko@uns.ac.id HP atau WA :

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI 4.1 Tahap Perancangan Sistem Terintegrasi Setelah dilakukan brainstorming dan studi pustaka, maka langkah selanjutnya adalah membuat sistem terintegrasi dari metode

Lebih terperinci

MANAJEMEN PROYEK & AKUISISI SISTEM TI PLANNING SCOPE MANAGEMENT : VALIDATING SCOPE AND CONTROLLING SCOPE. Oleh : Utama Andri Arjita

MANAJEMEN PROYEK & AKUISISI SISTEM TI PLANNING SCOPE MANAGEMENT : VALIDATING SCOPE AND CONTROLLING SCOPE. Oleh : Utama Andri Arjita MANAJEMEN PROYEK & AKUISISI SISTEM TI PLANNING SCOPE MANAGEMENT : VALIDATING SCOPE AND CONTROLLING SCOPE Oleh : Utama Andri Arjita Project scope management adalah suatu kegiatan untuk meyakinkan bahwa

Lebih terperinci

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Manajemen Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

SDLC Concepts. Muhammad Yusuf D3 Manajemen Informatika Universitas Trunojoyo

SDLC Concepts. Muhammad Yusuf D3 Manajemen Informatika Universitas Trunojoyo SDLC Concepts Muhammad Yusuf D3 Manajemen Informatika Universitas Trunojoyo Http://yusufxyz.wordpress.com Email: muhammadyusuf@trunojoyo.ac.id IVS Task Group Produk terdiri dari : hardware, software, dokumentasi,

Lebih terperinci

Pengelolaan Proyek Sistem Informasi Manajemen Ruang Lingkup Proyek. Sistem Informasi Bisnis Pertemuan 2-3

Pengelolaan Proyek Sistem Informasi Manajemen Ruang Lingkup Proyek. Sistem Informasi Bisnis Pertemuan 2-3 Pengelolaan Proyek Sistem Informasi Manajemen Ruang Lingkup Proyek Sistem Informasi Bisnis Pertemuan 2-3 Gambaran Klasik Kegagalan Manajemen Proyek SI Definisi Ruang Lingkup Proyek adalah acuan semua pekerjaan

Lebih terperinci

Penjelasan Aspek TQM

Penjelasan Aspek TQM 1 EMA503 Manajemen Kualitas Penjelasan Aspek TQM 2 Total Quality Management Menandakan bahwa setiap orang diperusahaan harus dilibatkan (termasuk pelanggan dan para pemasok). Mengidentifikasi bahwa keperluankeperluan

Lebih terperinci

Pertemuan 10 Manajemen Kualitas

Pertemuan 10 Manajemen Kualitas Pertemuan 10 Manajemen Kualitas Tujuan Memahami manfaat manajemen kualitas. Memahami proses dalam manajemen kualitas. Mengenal alat yang yang dapat digunakan untuk melakukan manajemen kualitas. SE 3773

Lebih terperinci

Manajemen Ruang Lingkup Dalam Proyek PERTEMUAN 4 HERU LESTIAWAN, M.KOM

Manajemen Ruang Lingkup Dalam Proyek PERTEMUAN 4 HERU LESTIAWAN, M.KOM Manajemen Ruang Lingkup Dalam Proyek PERTEMUAN 4 HERU LESTIAWAN, M.KOM Definisi Ruang Lingkup Proyek adalah acuan semua pekerjaan yang termasuk harus dikerjakan dalam rangka menghasilkan produk proyek,

Lebih terperinci

BAB III. Methodologi

BAB III. Methodologi BAB III Methodologi 3.1 Green Productivity Green Productivity (GP) adalah sebuah strategi untuk meningkatkan produktivitas bisnis dan kinerja lingkungan pada saat yang bersamaan.fokus dari Green Productivity

Lebih terperinci

AUDIT MANAJEMEN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN COBIT 4.1 PADA SISTEM TRANSAKSI KEUANGAN

AUDIT MANAJEMEN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN COBIT 4.1 PADA SISTEM TRANSAKSI KEUANGAN AUDIT MANAJEMEN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN COBIT 4.1 PADA SISTEM TRANSAKSI KEUANGAN Munirul Ula, Muhammad Sadli Dosen Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh

Lebih terperinci

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 Oleh : Muhamad Ali, M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2011 MODUL IX SISTEM MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

ANALISA PROSES BISNIS

ANALISA PROSES BISNIS ANALISA PROSES BISNIS Pertemuan 6: Improvement Planning & Improvement Credit to. Mahendrawati ER, Ph.D. Outline Materi 1 1. Quality Function Deployment 2. Improvement Tools 6.1 Quality Function Deployment

Lebih terperinci

Inititating Process Group

Inititating Process Group Inititating Process Group PROJECT INTEGRATION MANAGEMENT & PROJECT SCOPE MANAGEMENT Onah Siti Fatonah, S.Kom Dilakukan untuk mendefinisikan projek baru atau fase baru dari proyek yang sudah ada dengan

Lebih terperinci

ITIL (Information Technology Infrastructure Library) merupakan suatu framework yang konsisten dan komprehensif dari hasil penerapan yang teruji pada

ITIL (Information Technology Infrastructure Library) merupakan suatu framework yang konsisten dan komprehensif dari hasil penerapan yang teruji pada ITIL (Information Technology Infrastructure Library) merupakan suatu framework yang konsisten dan komprehensif dari hasil penerapan yang teruji pada manajemen pelayanan teknologi informasi sehingga suatu

Lebih terperinci

Pengembangan Sistem Informasi

Pengembangan Sistem Informasi Pengembangan Sistem Informasi Tujuan Menjelaskan definisi pengembangan sistem dan fase dan kegiatan pada system development lifecycle (SDLC) Menjelaskan perbedaan antara model, teknik, dan metodologi pengembangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci