Partisipasi Perempuan dalam PNPM Perkotaan. Partisipasi Perempuan dalam PNPM Perkotaan

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Partisipasi Perempuan dalam PNPM Perkotaan. Partisipasi Perempuan dalam PNPM Perkotaan"

Djaja Tedjo
6 tahun lalu
Tontonan:

1 Partisipasi Perempuan dalam PNPM 1

2 Andy A. Zaelany Gender specialist / anthropologist Ary Wahyono Sociologist Triyoga Supriatmadji Community development Achmad Fatony Sociologist Marini Purnomo Community development Rachmat Nuryono Institution expert 2

3 strategi peningkatan kapasitas yang bertujuan meningkatkan partisipasi perempuan dan manfaat bagi perempuan dari kegiatan UPP 3

4 Program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan oleh pemerintah melalui Program Penanggulangan Kemiskinan (P2KP) hingga saat ini sudah melayani masyarakat di kelurahan di seluruh Indonesia. Pelaksanaan program ini sekaligus untuk memenuhi komitmen pemerintah Indonesia dalam mencapai target millennium development goals (MDGs) yaitu mengurangi angka kemiskinan sebanyak 50% pada tahun

5 Kemiskinan lebih banyak dirasakan dampaknya dan sangat dekat dengan perempuan. 2/3 perempuan di dunia termasuk kategori miskin di Indonesia 65% anak tidak sekolah adalah perempuan semakin tinggi tingkat pendidikan semakin berkurang peserta didik perempuan Human Development Report (2004) pendapatan hanya 38% untuk perempuan peringkat GDI (Gender Development Index) tahun 2004 Indonesia menempati posisi 91 dari 144 negara tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki jauh lebih tinggi daripada perempuan masih sedikitnya perempuan yang terlibat dalam pengambilan keputusan anggaran pembangunan masih belum peka terhadap permasalahan perempuan dari total penduduk miskin tahun 2004 yaitu 36,1 juta jiwa jika dipisahkan menurut jenis kelamin ternyata lebih banyak perempuan miskin dibanding laki-laki Sedangkan rumah tangga miskin yang dikepalai perempuan meningkat menjadi 3,03 juta, dan jumlahnya makin bertambah dari tahun ke tahun 5

6 Ada banyak pakar yang meyakini bahwa keterlibatan perempuan dapat ikut menekan angka kemiskinan. Lebih luas dari sekedar partisipasi (pelibatan perempuan), dalam pemberantasan kemiskinan, kegiatan pemberdayaan perempuan merupakan suatu kemustian. Dengan pemberdayaan maka pengetahuan perempuan akan bertambah, kapasitas dan rasa percaya diri pada saat yang bersamaan akan bertambah pula. Artinya, akan ada peningkatan kemampuan perempuan untuk mencapai tujuan pembangunan termasuk untuk menekan angka kemiskinan 6

dari data siklus pelaksanaan P2KP menunjukkan bahwa peran perempuan masih relatif minim, terutama di kelembagaan masyarakat, yang disebut BKM

7 dari data siklus pelaksanaan P2KP menunjukkan bahwa peran perempuan masih relatif minim, terutama di kelembagaan masyarakat, yang disebut BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat), masih dibawah standar minimum yang telah ditetapkan oleh PAD (Project Appraisal Document) tahun 2007 sebesar 30% 7

8 Melihat fakta diatas, kemudian memang menjadi sangat penting untuk mendapatkan gambaran mengapa partisipasi perempuan dalam P2KP masih relatif rendah? Faktor-faktor apa saja yang menghambat perempuan untuk terlibat aktif dalam pelaksananaan P2KP, yang merupakan salah satu program pemerintah dalam upaya menanggulangi kemiskinan? 8

9 What are the main constraints and barriers, but also opportunities, affecting women s economic, political, and social empowerment, especially in regard to their participation in decision-making processes in the research sites? What is the role of elite women in local volunteerism, and to what extent do their engagement affect poor women as beneficiaries of BLM? To what extent do female facilitators impact women s participation in UPP? What strategy for demand-driven capacity building would suit women s needs in the research sites and what are possible links to existing capacity building activities of sector departments? Which strategy could address lacking gender responsiveness as part of the project culture at all levels in particular? What are the required changes in programme design, including strategies for staffing, training and gender-responsive programming, to address gender issues as illustrated for the research sites? 9

10 1. Dipilih 20 rumah tangga secara acak (systematic sampling) dari daftar keluarga miskin yang tersedia. Eligible rumah tangga adalah yang mengetahui tentang UPP. Dari rumah tangga ini akan dilakukan wawancara semistruktural terhadap seorang laki-laki dan seorang perempuan dengan umur lebih dari 17 tahun. Tema wawancara tentang pendapat mereka akan manfaat dari program terhadap mereka dan tentang perbedaan akses terhadap perempuan dan pria. Jumlah informan adalah 40 orang per kelurahan. 2. Wawancara juga dilakukan terhadap para volunter yang terdaftar pada kelurahan yang terpilih. Format kuesioner dalam pertanyaan yang tertutup yang akan memberikan gambaran tentang jenis kelamin, umur, etnis, status pernikahan, jumlah anak, pendidikan, kemampuan baca tulis, ketrampilan tambahan, status sosial, pekerjaan dan status kepegawaiannya, keterlibatan dalam kelompok komunal 3. Sekitar 10 orang pria dan 10 orang perempuan dari volunter dipilih dari daftar yang ada dan dilakukan FGD dalam dua kelompok yang berbeda. Peserta FGD akan merepresentasikan komposisi umur dan juga perbedaan tingkat kesejahteraan. Diskusi yang dilakukan meliputi motivasi dan harapan dari pekerjaan volunter, hambatan dan peluang untuk keterlibatan mereka. Perbedaan jender dalam motivasi dan keterlibatan dalam program akan merupakan sasaran dengan dilakukannya dua kelompok diskusi yang terpisah. 4. Setelah FGD, terhadap para volunter akan dilakukan wawancara biografi dengan fokus pada sejarah keterlibatan mereka dalam pekerjaan volunter ini, kualitas dan juga pengalaman-pengalaman mereka sebagai volunter di masa yang lalu, hambatan dan peluang untuk keterlibatan mereka dalam proses kegiatan program, serta kemauan dan komitmen untuk pekerjaan volunter di waktu yang akan datang. 10

11 5. Selanjutnya, tahap 1,2,3 akan diulang untuk semua penerima manfaat program yang terdaftar, khususnya KSM-ekonomi. FGD dan wawancara biografi akan dilakukan terhadap mereka untuk mengidentifikasi masalah jender dengan penekanan pada akses untuk memperoleh manfaat dari program. Kuesioner wawancara khusus untuk anggota KSM ekonomi akan ditekankan pada penggunaan dan status dari micro kredit yang diterima. 6. Wawancara semi struktur secara kelompok terhadap anggota BKM perempuan dengan penekanan pada jender spesifik, hambatan dan peluang yang dihadapi dalam menjadi anggota BKM, kemudian bagaimana kepentingan kaum perempuan terepresentasikan pada pembuatan keputusan di BKM di waktu yang akan datang. 7. Wawancara semi struktur secara berkelompok dengan aparat kelurahan (Lurah dan aparatnya) untuk melihat perspektif dan pengalaman mereka tentang faktor sosial, ekonomi, budaya yang mempengaruhi kualitas dan jumlah dari partisipasi wanita dalam konteks lokal dan peluang potensial di masa depan untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam program, begitu juga dengan prasyarat-prasyarat pembangunan kapasitasnya. 8. Pada tingkat kota, dua FGD terpisah terhadap fasilitator akan dilakukan dengan 10 perempuan dan 10 pria, dengan penekanan pada perspektif fasilitator, pengalaman dan pandangan mereka terhadap hambatan dan peluang untuk meningkatkan partisipasi wanita pada tingkat sukarelawan, pemimpin komunitas, dan penerima manfaat program. Selain itu, terhadap tiap fasilitator akan dilakukan wawancara semi struktur untuk biografi (khususnya bio data, pendidikan, kualifikasi profesional, sejarah keterlibatan pada program UPP) 9. Kemungkinan kami juga akan melakukan konsultasi berupa wawancara kelompok terhadap KorKot dan stafnya, begitu juga dengan KMW dan staf yang kami pilih, serta KMP yang merupakan pengelola program pada tingkat nasional. Penekanan wawancara tentunya tetap pada isu-isu strategi jender dan isu desain sensitif jender pada program kini dan program yang akan datang. 11

12 No Provinsi Kab/Kota Jumlah Kelurahan 1 NAD Banda Aceh 4 2 Lhoksemawe 4 3 Sumatera Utara Medan 2 4 Bengkulu Bengkulu 2 5 Jawa Tumur Surabaya 2 6 Pasuruan 2 7 Sulawesi Selatan Makassar 2 8 Gorontalo Gorontalo 2 9 NTB Mataram 2 10 Bima 2 Jumlah 7 Provinsi 10 Kab/Kota 24 Kelurahan 12

13 Tim akan dibagi dalam dua kelompok, masingmasing 5 kota. Tiap kota 10 hari Tim akan dibantu oleh seorang asisten peneliti lokal yang akan membantu pelaksanaan studi di lapang Studi akan diselesaikan dalam jangka waktu 6 bulan 13

14 Kota PENGATURAN/RENCANA PERJALANAN TIM Maret April Mei Juni July Makasar Tim I Gorontalo Tim II Surabaya Tim I Pasuruan Tim I Medan Tim II Bengkulu Tim II Mataram Tim II Bima Tim II Lhokseumawe Tim I B. Aceh Tim I 14

dokumen-dokumen yang mirip

Pertanyaan Penelitian dan Informan Kunci. Tim 5 Studi Gender

Pertanyaan Penelitian dan Informan Kunci Tim 5 Studi Gender Pertanyaan Penelitian 1: Apakah masalah-masalah, hambatanhambatan dan juga peluang-peluang utama yang mempengaruhi pemberdayaan ekonomi-sosial