BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penulis mengangkat teori Atribusi dari Kelley dan teori motivasi berprestasi dari David McClelland sebagai grand theory. Penemuan fakta lapangan akan didukungan pula dengan data sekunder yang ada di Kopkar UMB. Dalam teori Atribusi, Kelley berpendapat bahwa perilaku manusia itu dapat disebabkan oleh factor internal, factor eksternal atau kedua factor tersebut(factor internal dan eksternal); sedangkan teori motivasi berprestasi dari McClelland dalam Mangkunegara, (2005) mengemukakan bahwa motivasi berprestasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaikbaiknya agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji. ( Achievement motive is impetus to do well relative to some standard of excellence. ) Berdasarkan acuan teori psikologi tersebut, maka penulis berpendapat bahwa perkembangan Kopkar UMB cenderung statis diduga disebabkan oleh factor internal SDM koperasi (pengurus, manajer, karyawan dan anggota) yang berhubungan dengan motivasi berprestasi dalam berkoperasi dan partisipasi anggota, sikap. Sebagai factor eksternalnya adalah lingkungan koperasi dan kehidupan berkoperasi di UMB. Dalam riset desain ini penulis hanya melakukan kajian dari factor internalnya saja sebagaimana tertera pada bagan 1. 7

2 Bagan 1. Model Analisis Aspek-Aspek Psikologis Koperasi MODEL ANALISIS ASPEK-ASPEK PSIKOLOGIS DR.A.A.Anwar Prabu Mangkunegara,M.Psi. 1. VISI DAN MISI ASPEK ORGANISASI 1. PERSEPSI ANGGOTA 2. NILAI-NILAI UTAMA 3. NORMA ASPEK PSIKOLOGIS SDM ASPEK USAHA 2. KOHESIVITAS ANGGOTA 3. MOTIVASI BERPRESTASI 4. PARTISIPASI ANGGOTA BUDAYA PADA KEPEMIMPINAN 4. PERATURAN 5. INTEGRITAS 6. SISTEM PENGHARGA AN 7. SISTEM JALUR KARIER 8. MANAJEMEN KONFLIK KINERJA KOP. 5. SIKAP KEWIRAUSAHAAN 9. POLA PENGAMBILA N KEPUTUSAN 10. POLA KOMUNIKASI Phase 1 Phase 2 Phase 3 Phase 4 Sumber : Mangkunegara, (2005) Secara psikologis, Persepsi adalah suatu proses menyeleksi stimulus dan diartikan. Dengan kata lain persepsi merupakan suatu proses pemberian arti atau makna terhadap suatu objek yang ada pada lingkungan koperasi. Persepsi mencakup penafsiran objek, penerimaan stimulus, pengorganisasian stimulus, dan penafsiran terhadap stimulus. Stimulus yang dimaksud adalah kehidupan berkoperasi di UMB. Dengan demikian persepsi anggota koperasi adalah suatu pemberian arti atau makna dari anggota terhadap kehidupan berkoperasi. Persepsi anggota terhadap kehidupan koperasinya akan mempengaruhi motivasinya dalam berkoperasi di Kopkar UMB. Persepsi anggota yang negatif dalam kehidupan berkoperasi akan menjadikan mereka menolak atau tidak termotivasi untuk berkoperasi. Begitu pula sebaliknya bagi mereka yang memiliki persepsi positif akan menerima menjadi anggota Kopkar UMB. Motivasi berprestasi berkoperasi dapat diartikan sebagai dorongan yang ada dalam diri (pengurus, manajer,

3 karyawan, anggota) untuk melakukan kegiatan berkoperasi dengan sebaik-baiknya agar mencapai tujuan organisasi koperasi. Berdasarkan pendapat McClelland dalam Mangkunegara,(2005) dikemukakan bahwa karakteristik pengurus dan manajer dan anggota Kopkar UMB yang memiliki motivasi berprestasi tinggi antara lain :a. Memiliki tanggung jawab pribadi tinggi, b. Memiliki program kerja berdasarkan rencana dan tujuan yang realistik serta berjuang untuk merealisasikannya, c. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan berani mengambil risiko yang dihadapinya, d. Melakukan pekerjaan yang berarti dan menyelesaikannya dengan hasil yang memuaskan, e.memiliki keinginan menjadi orang terkemuka yang menguasai bidang tertentu. Motivasi berprestasi berkoperasi seharusnya tumbuh pada semua lapisan masyarakat Indonesia. Hal ini karena koperasi berlandaskan pada Pancasila dan diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 33. Bahkan Soewardi, dalam Mangkunegara, ( 2005 ) berpendapat bahwa sistem ekonomi tak lain adalah sistem ekonomi koperasi. Dengan demikian jelaslah bahwa masyarakat Indonesia seharusnya mampu mengembangkan koperasi dengan memiliki motivasi berprestasi dalam berkoperasi agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kuat secara sosial ekonomi. Motivasi berprestasi berkoperasi sebenarnya ada hubungannya dengan sejauhmana rasa keterikatan anggota koperasi terhadap organisasi Kopkar UMB. Istilah psikologi group cohesiveness. Kohesivitas anggota sebagai individu dan kelompok dalam berkoperasi sangat ditentukan sejauhmana mereka saling menyukai dan memberikan perhatian satu dengan lainnya sesama anggota koperasi. Kohesivitas anggota koperasi akan kuat apabila adanya rasa saling memiliki ketertarikan yang sama pada nilai-nilai dan tujuan koperasi, sehingga para anggota koperasi saling berinteraksi, saling mempengaruhi, adanya

4 konformitas yang tinggi dalam pengambilan keputusan kelompok dalam organisasi Kopkar UMB. Tingkat tinggi atau rendahnya kohesivitas anggota koperasi akan mempengaruhi pula terhadap partisipasi mereka dalam berkoperasi. Partisipasi anggota koperasi merupakan turutsertanya mereka atau keterlibatan mereka secara mental dan emosional dalam memberikan kontribusi pada proses pengambilan keputusan dalam organisasi Kopkar UMB. Partisipasi anggota koperasi dapat meliputi antara lain: a. Keterlibatan mereka dalam pemupukan permodalan koperasi (besarnya simpanan, besarnya transaksi anggota dalam pengembangan usaha koperasinya). b. Keterlibatan mereka dalam rapat anggota (kehadiran pada setiap rapat anggota, aktivitas mereka dalam menyampaikan ide-ide kreatif selama proses rapat tersebut). c. Keterlibatan mereka dalam pemanfaatan jasa Kopkar UMB(jumlah transaksi, jumlah pinjaman, keaktifan dalam pengembalian). d. Keterlibatan mereka dalam mengisi formasi jabatan pengurus dan pengawas koperasi. Pengurus koperasi, manajer dan anggota Kopkar UMB seharusnya merupakan orangorang yang memiliki sikap mental kewirausahaan (kewirakoperasian). Kewirakoperasian (kewirausahaan Koperasi) adalah sikap mental personil koperasi (pengurus, pengawas, manajer, karyawan dan anggota) yang pro aktif dengan mengambil prakarsa inovatif, berani mengambil risiko moderat yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip koperasi guna mewujudkan terpenuhinya kebutuhan nyata dan kesejahteraan SDM Kopkar UMB. Karakteristik SDM Kopkar yang memiliki sikap mental kewirausahaan (kewirakoperasian) antara lain memiliki kemampuan mewujudkan impian bisnis di koperasinya(dream); mampu mengambil keputusan secara tepat dengan perhitungan(decisiveness); mereka tidak menunda-nunda dalam memanfaatkan peluang bisnisnya(doers); melaksanakan segala aktivitas koperasinya dengan penuh tanggung jawab dan pantang menyerah(determination); memiliki dedikasi kerja yang sangat tinggi dan

5 bekerja tidak mengenal lelah(dedication); memiliki kegemaran mencintai bisnis dan produk yang dihasilkan(devotion); mereka tidak mengabaikan factor-faktor yang dapat menghambat bisnisnya; mereka tidak mau hidup menggantung kehidupan orang lain(destiny); mereka mengutamakan kesuksesan bisnis koperasinya untuk peningkatan kesejahteraan anggota koperasi(dollars); dan mampu memberikan mendestribusikan kegiatan kepada orang yang dipercaya untuk kesuksesan organisasi Kopkar UMB. Ketua pengurus dan manajer Kopkar UMB perlu memiliki kepemimpinan kerja yang efektif Super Teamwork agar mampu mencapai kinerja organisasi koperasi yang maksimal. Dalam implementasinya, Ketua pengurus dan manajer selaku pimpinan puncak menentukan fungsi secara jelas pada setiap individu SDM dan unit kerja dengan target yang menantang (target mingguan, bulanan, triwulan, semester, tahunan, dan 5 tahunan). Kemudian memerankan setiap unit kerja untuk berkompetisi secara sehat dalam mencapai target kerja tersebut. Ketua pengurus dan manajer mengkondisikan agar setiap individu karyawan berpartisipasi aktif di unit kerja dengan tertanam pada diri pekerja memiliki tanggung jawab kerja, rasa memiliki (sense of belongingness) pada koperasinya, diberi peluang untuk berkreasi, proaktif dan berinovasi; sehingga mereka mampu mencapai kinerja maksimal bagi secara individu dan organisasi Kopkar UMB efektif. Ketua pengurus dan manajer Kopkar UMB yang berpola kepemimpinan Super Teamwork menunjukkan karakteristik antara lain berlandaskan pada objektivitas dan inovatif, menetapkan tujuan yang menantang, mempunyai tanggung jawab tinggi terhadap pekerjaan, jeli melihat dan memanfaatkan peluang bisnis, menuntut karyawan dan anggota koperasi berprestasi maksimal, memiliki keyakinan terhadap karyawan dan anggota koperasi, berorientasi pencapaian prestasi maksimum, pengelolaan kegiatan usaha secara pro aktif, optimis dalam situasi yang kurang menguntungkan, dan mengharapkan umpan balik secepatnya terhadap kegiatannya.

6 Dalam pengelolaan organisasi Kopkar UMB, pengurus perlu pula menerapkan budaya organisasi pada kehidupan koperasinya. Pengertian budaya organisasi pada koperasi adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma yang berlaku dan dikembangkan dalam organisasi koperasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi pengurus, pengawas, manajer, karyawan dan anggota koperasi yang berfungsi untuk mengatasi permasalahan adaptasi eksternal dan integrasi internal. Adapun fungsi budaya organisasi pada koperasi membantu mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi koperasi. Hal Ini sesuai dengan pendapat Schermerhorn dan Hunt (1991:344) bahwa : The Culture of an organization can help it deal with problems of both esternal adaption and internal integration. Pemilik organisasi Kopkar UMB adalah para anggota koperasinya. Hal ini karena anggota koperasi memiliki dua identitas, yaitu sebagai owner (pemilik) dan user (pengguna jasa, pelanggan). Anggota koperasi sebagai pemilik organisasi koperasi harus mampu mematuhi sistem nilai dan norma-norma yang berlaku dalam organisasi koperasi. Konsistensi dalam mematuhi sistem nilai dan norma-norma yang berlaku tersebut akan menjadikan koperasi memiliki sistem nilai (budaya organisasi yang kuat). Pelaksanaan operasional kegiatan usaha koperasi, pengurus mengangkat karyawan (manajer dan staf) dan mereka bertanggung jawab kepada pengurus koperasi. Oleh karena itu semua SDM koperasi (pengurus, pengawas, manajer, karyawan, dan anggota koperasi) berkewajiban mematuhi seperangkat sistem nilai dan norma-norma yang berlaku di dalam organisasi koperasi, serta sistem nilai tersebut dijadikan pedoman dalam bertingkah laku di organisasi koperasi. Penerapan budaya organisasi pada koperasi sangat ditentukan oleh pimpinan organisasi koperasi yang bersangkutan. Pengurus, dan manajer Kopkar harus memiliki komitmen yang kuat untuk memegang teguh dan menerapkan budaya organisasi perlu

7 ditanamkan terlebih dahulu kepada pimpinan koperasi (pengurus, dan manajer), setelah itu baru dapat disosialisasikan kepada karyawan dan anggota Kopkar UMB Penulis berpendapat bahwa banyaknya koperasi yang hancur dan rusaknya citra koperasi dalam kehidupan masyarakat Indonesia, karena SDM koperasi (pengurus, pengawas, manajer, karyawan dan anggota) tidak memegang teguh budaya organisasi koperasi. Pada umumnya mereka lupa pada landasan, tujuan dan misi didirikannya koperasi (Kopkar) UMB. Oleh karena itu, analisis aspek-aspek psikologis SDM kopkar UMB perlu mendapat perhatian agar tujuan utamanya dapat diwujudkan dan Kopkar UMB dapat mewujudkan kebutuhan para anggotanya. Sebagaimana didirikan Kopkar UMB untuk memberikan kesejahteraan anggota dalam mendapatkan pinjaman dengan bunga ringan, pemenuhan kebutuhan fisik melalui pelanggan toko koperasi dengan harga yang relatif murah dibandingkan dengan tokotoko di sekitarnya.