PERLAKUAN AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA AKTIVA TETAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN FISKAL PADA PT FUJITEC INDONESIA TUGAS AKHIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERLAKUAN AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA AKTIVA TETAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN FISKAL PADA PT FUJITEC INDONESIA TUGAS AKHIR"

Transkripsi

1 PERLAKUAN AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA AKTIVA TETAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN FISKAL PADA PT FUJITEC INDONESIA TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan Program Diploma III Oleh: ANI SUKOWATI PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN MANAJEMEN BISNIS POLITEKNIK NEGERI BATAM 2013

2 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Tugas Akhir ini adalah karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Ani Sukowati Nim : Tanda Tangan : Tanggal : ii

3

4 KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas karunia, petunjuk, rahmat, dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh kelulusan pada program Diploma III Akuntansi, Jurusan Manajemen Bisnis, Politeknik Negeri Batam. Untuk itu sesuai dengan ilmu dan kemampuan yang penulis miliki maka penelitian ini berjudul Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha Aktiva Tetap dan Pengaruhnya Terhadap Laporan Keuangan Fiskal Pada PT Fujitec Indonesia. Terselesaikannya tugas akhir ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini ijinkan penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Ibu Arniati, M Si Ak selaku dosen pembimbing, terima kasih atas waktu, kesabaran, bimbingan, dan pengarahan dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 2. Ibu Sinarti selaku dosen wali yang telah banyak memberikan bantuan dan kemudahan kepada penulis. 3. Ibu Sinarti, Ibu Marihot, dan Ibu Chici selaku dosen penguji I dan dosen penguji II terima kasih Ibu buat saran dan pencerahannya. 4. Bapak Priyono Eko Sanyoto selaku Direktur Politeknik Negeri Batam. 5. Bapak Arif Darmawan selaku Kaprodi Akuntansi. 6. Untuk seluruh dosen Akuntansi terima kasih untuk semua ilmu dan pembelajaran yang telah diberikan kepada penulis. 7. Seluruh staf, karyawan dan karyawati Politeknik Negeri Batam. iv

5 8. Bapak Yanto Widjaya selaku Direktur PT Fujitec Indonesia. 9. Ms. Jane, Mr. Siva, dan Mr. Chua thank you very much for your support. 10. Untuk kedua orang tua-ku yang luar biasa, terima kasih Bue, Pae atas curahan doa restu, kasih sayang dan nasehat untuk bekal hidup yang tidak dapat digantikan dengan apapun. 11. Untuk suami-ku tercinta, Hans dan kedua anakku. Makasih Ayah and kidz sudah setia dan tanpa lelah menemani perjalanan mama mengarungi bahtera impian dan cita-cita untuk menuntut ilmu. 12. Untuk adik penulis dan ponakan. Yuni, Dewi, Lila, Atha, Dodi, Risa, dan Rifa yang telah memberikan bantuan, semangat dan doanya. 13. Untuk teman-teman seperjuangan: Nisa, Yuni, Agus, Novri, Lilis, Fahmi, Nesa, Rindo, Widya, Ika, Ipit, Vita, Dorlin, dan Muyee keep fighting. 14. Untuk sahabat-sahabat penulis Mr. Kee, Pak Agus, Pak Wahyudi, Venny, Ofi, Iis, Ria, Martha, Novi, dan Jamal. Terima kasih atas dukungan, bantuan, dan doanya. Indahnya kebersamaan, sahabat selamanya your outstanding. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Besar harapan penulis semoga tugas akhir ini berguna bagi penulis dan pihak-pihak lain yang membutuhkan, Amin. Jakarta, Januari 2014 Penulis v

6 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Politeknik Negeri Batam, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ani Sukowati NIM : Program Studi Jenis Karya : Akuntansi : Tugas Akhir/Skripsi/Karya Ilmiah Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Politeknik Negeri Batam Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: PERLAKUAN AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA AKTIVA TETAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN FISKAL PADA PT FUJITEC INDONESIA beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Politeknik Negeri Batam berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Pada tanggal : : Batam Yang menyatakan (Ani Sukowati) vi

7 DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pernyataan Orisinalitas... ii Lembar Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir... vi Daftar Isi... vii Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... x Abstrak... xi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Sistematika Penulisan... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Aktiva Tetap Definisi Aktiva Tetap Perolehan Aktiva Tetap Penyusutan Aktiva Tetap Sewa Guna Usaha (Leasing) Pengertian dan Praktik Leasing di Indonesia A Pengertian B Manfaat Leasing C Ketentuan Mengenai Leasing D Pihak-Pihak dalam Perjanjian Leasing E Jenis-Jenis Leasing F Praktik Leasing di Indonesia Sewa Guna Usaha Menurut PSAK No Sewa Guna Usaha Menurut Perpajakan Laporan Keuangan Fiskal Rekonsiliasi (Koreksi) Fiskal Beda Tetap (Permanent Differences) Beda Waktu (Timing Differences) Koreksi Positif dan Negatif dari Rekonsiliasi Fiskal vii

8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Metodologi Penelitian Objek Penelitian Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Data Gambaran Umum Perusahaan Sejarah BerdirinyaPerusahaan Visi dan Misi Perusahaan Produk dan Perkembangan Pendapatan Tiga Tahun Terakhir Struktur Organisasi Perusahaan Tugas dan Fungsi Manajemen BAB IV PEMBAHASAN Perlakuan Akuntansi Leasing oleh PT Fujitec Indonesia Pencatatan Perolehan Aktiva dan Kewajiban Pencatatan Pembayaran Angsuran dan Bunga Pencatatan Penyusutan Pencatatan Di Akhir Nilai Opsi Penyajian Transaksi Capital Lease dalam Laporan Keuangan Perlakuan Akuntansi Leasing Menurut PSAK Pencatatan Perolehan Aktiva dan Kewajiban Pencatatan Pembayaran Angsuran dan Bunga Pencatatan Penyusutan Pencatatan Di Akhir Nilai Opsi Penyajian Transaksi Capital Lease dalam Laporan Keuangan Perlakuan Akuntansi Leasing Menurut Perpajakan Pencatatan Perolehan Aktiva dan Kewajiban Pencatatan Pembayaran Angsuran dan Bunga Pencatatan Penyusutan Pencatatan Di Akhir Nilai Opsi Penyajian Transaksi Capital Lease dalam Laporan Keuangan Pengaruh Transaksi Capital Lease Terhadap Laporan Fiskal Pengaruh Transaki Capital Lease Terhadap Laporan Fiskal Perbandingan SGU dengan Pembelian Langsung BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

9 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel Perhitungan Metode Jumlah Angka Tahun Tabel 2.2 Tabel Perhitungan Metode Saldo Menurun Tabel 2.3 Tabel Kelompok Masa Manfaat dan Tarif Penyusutan Tabel 2.4 Tabel Perlakuan Perpajakan Capital Lease Tabel 2.5 Tabel Perlakuan Perpajakan Operating Lease Tabel 2.6 Tabel Penyusutan Mengakibatkan Perbedaan Waktu Tabel 4.1 Tabel Skedul Pembayaran Sewa Guna Usaha Tabel 4.2 Tabel Perhitungan Depresiasi Menurut Perusahaan Tabel 4.3 Tabel Perbandingan Jurnal Pada Awal Sewa Tabel 4.4 Tabel Perhitungan Depresiasi Menurut PSAK Tabel 4.5 Tabel Perbandingan Jurnal Penyusutan Tabel 4.6 Tabel Perbandingan Jurnal Di Akhir Nilai Opsi Tabel 4.7 Tabel Perbandingan Penyajian Laporan Keuangan Tahun Tabel 4.8 Tabel Perbandingan Penyajian Laporan Keuangan Tahun Tabel 4.9 Tabel Perbandingan Jurnal Pembayaran Angsuran dan Bunga Tabel 4.10 Tabel Perhitungan Penyusutan Setelah Hak Opsi Dilaksanakan Tabel 4.11 Tabel Laporan Keuangan Fiskal Periode 31 Desember Tabel 4.12 Tabel Laporan Keuangan Fiskal Periode 31 Desember Tabel 4.13 Tabel Perbandingan Biaya yang Diakui Tahun Tabel 4.14 Tabel Perbandingan Biaya yang Diakui Tahun Tabel 4.15 Tabel Skedul Pembayaran Sewa dan Nilai Tunainya Tabel 4.16 Tabel Penyusutan Di Akhir Opsi dan Nilai Tunainya Tabel 4.17 Tabel Beban Penyusutan dan Nilai Tunainya Tabel 4.18 Tabel Perbandingan Antara SGU dengan Pembelian Langsung Tabel 4.19 Tabel Jumlah Penghematan Tunai ix

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Sewa Operasi dan Sewa Pembiayaan Gambar 2.2 Pengakuan Lessee pada Sewa Pembiayaan Gambar 2.3 Proses Penyusunan Laporan Keuangan Fiskal Gambar 3.1 Volume Pendapatan PT Fujitec Indonesia Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT Fujitec Indonesia Gambar 4.1 Laporan Posisi Keuangan (Parsial) 31 Desember Gambar 4.2 Laporan Laba Rugi (Parsial) Tahun Berakhir 31 Desember Gambar 4.3 Laporan Posisi Keuangan (Parsial) 31 Desember Gambar 4.4 Laporan Laba Rugi (Parsial) Tahun Berakhir 31 Desember Gambar 4.5 Laporan Posisi Keuangan Menurut PSAK 31 Desember Gambar 4.6 Laporan Laba Rugi Menurut PSAK Tahun 31 Desember Gambar 4.7 Laporan Posisi Keuangan Menurut PSAK 31 Desember Gambar 4.8 Laporan Laba Rugi Menurut PSAK Tahun 31 Desember Gambar 4.9 Laporan Laba Rugi Menurut PSAK Tahun 31 Desember Gambar 4.10 Laporan Laba Rugi Menurut Pajak Tahun 31 Desember Gambar 4.11 Laporan Laba Rugi Menurut PSAK Tahun 31 Desember Gambar 4.12 Laporan Laba Rugi Menurut Pajak Tahun 31 Desember x

11 ABSTRAK Nama : Ani Sukowati Program Studi : Akuntansi Judul : Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha Aktiva Tetap dan Pengaruhnya Terhadap Laporan Keuangan Fiskal Pada PT Fujitec Indonesia Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di PT Fujitec Indonesia. Penelitian bertujuan untuk mengetahui perlakuan akuntansi leasing yang dilakukan oleh perusahaan, dibandingkan dengan PSAK, perlakuan menurut pajak, dan pengaruhnya pada laporan keuangan fiskal. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan dokumentasi, sedangkan metode analisisnya menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian yaitu perlakuan akuntansi leasing oleh perusahaan dapat dibandingkan dengan PSAK, pengaruhnya terhadap laporan fiskal yaitu adanya koreksi terhadap biaya-biaya yang boleh diakui menurut pajak yang akan mempengaruhi perhitungan pajak penghasilan yang terutang. Pembelian dengan sewa guna usaha lebih menguntungkan dibandingkan dengan pembelian tunai dengan menggunakan tingkat diskon 9,71% untuk menghitung nilai tunai karena terdapat penghematan neto. Kata kunci: Perusahaan Pembiayaan, sewa guna usaha xi

12 ABSTRACT Name : Ani Sukowati Study Program: Akuntansi Title : Accounting Treatment for Leases of Fixed Assets and Its Effect on Fiscal Financial Statements At PT Fujitec Indonesia This research was conducted in PT Fujitec Indonesia. Research objectives to examine accounting treatment of lease by the company, complies with financial accounting standard, accounting treatment according to tax regulation, and its effect on fiscal financial statements. Data collection techniques used were observation and documentation, while method of analysis using descriptive analysis. Results of research indicate that the accounting treatment of lease by companies can be compared with the financial accounting standard, the impact on the fiscal report is a correction to the costs that may be recognized by the tax which will affect the calculation of income tax. Purchase with leasing more favorable compared to cash with a discount rate of 9,71% to calculate present value and there are a net savings. Key words: Multifinance Companies (Business Utilization Lease Company), leasing xii

13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan meningkatnya perekonomian, dunia bisnis pun menjadi semakin bertambah. Untuk memulai dan mengembangkan suatu usaha, pelaku usaha memerlukan perencanaan yang handal agar usaha yang dikembangkan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Setiap detail atau aspek perlu diperhatikan diantaranya yaitu bagaimana pelaku usaha menyediakan barang modal. Barang modal merupakan salah satu faktor produksi suatu usaha dapat melakukan operasionalnya. Faktor produksi ini diharapkan dapat memberikan hasil (output) baik berupa barang dan/atau jasa. Di antara barang modal tersebut adalah aktiva tetap yang nilai perolehannya sangat signifikan. Aktiva tetap termasuk dalam kategori aset dalam unsur laporan keuangan yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, kewajiban, dan ekuitas. Aset adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas, Muljono (2012: 11). PT Fujitec Indonesia merupakan perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang pengadaan, pemasangan, dan perbaikan alat transportasi dalam gedung berupa elevator dan escalator. Kebutuhan akan penggunaan alat transportasi tersebut meningkat di setiap tahunnya. Untuk memenuhi kebutuhan alat transportasi tersebut, modal kerja berupa aktiva tetap sebagai penunjang operasional perusahaan harus ditambah. Perusahaan terlebih dahulu 1

14 2 mempertimbangkan bagaimana cara untuk memperoleh aktiva tetap serta pertimbangan biaya yang akan dikeluarkan, apakah sepadan dengan manfaat yang akan diterima. Aktiva tetap dapat diperoleh dari pembelian dalam negeri (pembayaran tunai, pembayaran angsuran, atau pertukaran barang), pembelian impor dari luar negeri, atau sewa. Biaya perolehan aktiva tetap menjadi penentu pengukuran pada saat pengakuan awal dan perhitungan biaya penyusutan. Biaya perolehan aktiva tetap yang signifikan menuntut perusahaan untuk mencari alternatif yang dapat memberikan konstribusi usahanya bisa beroperasi. Pembiayaan dengan sewa guna usaha (leasing) menjadi alternatif perusahaan untuk mendapatkan aset. Selain biaya yang dikeluarkan lebih fleksibel selama jangka waktu tertentu, juga model pembiayaan seperti ini dapat mengalihkan kepemilikan aset pada akhir masa sewa. Manfaat yang paling penting adalah perusahaan dapat menggunakan barang modal sebelum hak opsi dilaksanakan. Sewa aset akan menyehatkan cashflow sehingga uang yang tersedia bisa digunakan untuk operasional lainnya, dengan demikian leasing sangat berperan pada dunia usaha dalam mengatasi pembiayaan. Laporan keuangan yang merupakan produk akhir dari proses akuntansi harus disajikan dan dapat memberikan informasi yang akurat kepada pemakai agar pengambilan kebijakan ekonomi di masa datang tepat sasaran, oleh karena itu, pencatatan dan pelaporan transaksi sewa guna usaha yang sesuai dengan ruang lingkup dan karakteristiknya dalam laporan keuangan harus mengacu pada pedoman standar akuntansi keuangan yang berlaku, yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 30.

15 3 Laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan yang disusun sesuai peraturan perpajakan dan digunakan untuk keperluan penghitungan pajak. Undang-undang pajak tidak mengatur secara khusus bentuk dari laporan keuangan, hanya memberikan batasan untuk hal-hal tertentu baik dalam pengakuan penghasilan maupun biaya. Akibat dari perbedaan pengakuan ini perusahaan terlebih dulu melakukan koreksi fiskal terhadap laporan keuangan komersial. Laporan keuangan komersial yang direkonsiliasi dengan koreksi fiskal akan menghasilkan laporan keuangan fiskal. Adanya perbedaan perlakuan ini menjadi sangat penting untuk dipahami sebelum perusahaan menentukan leasing sebagai alternatif pilihan dalam memperoleh aktiva tetap karena perbedaan perlakuan tersebut akan menimbulkan perbedaan dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak. Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan selanjutnya sebagai proposal yang berjudul Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha Aktiva Tetap Dan Pengaruhnya Terhadap Laporan Keuangan Fiskal Pada PT Fujitec Indonnesia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat mengambil beberapa permasalahan yang akan dibahas yaitu: 1. Bagaimana perlakuan akuntansi sewa guna usaha aktiva tetap yang dijalankan oleh PT Fujitec Indonesia.

16 4 2. Bagaimana perlakuan akuntansi sewa guna usaha aktiva tetap oleh PT Fujitec Indonesia dibandingkan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No Bagaimana perlakuan akuntansi sewa guna usaha aktiva tetap menurut perpajakan. 4. Bagaimana dampak perlakuan akuntansi sewa guna usaha aktiva tetap oleh PT Fujitec Indonesia terhadap laporan keuangan fiskal. 1.3 Batasan Masalah Agar pembahasan lebih terarah pada permasalahan maka penulis akan membatasi masalah pada: 1. Batasan Data Data yang penulis gunakan adalah aktiva tetap berupa kendaraan Daihatsu Grand Max Pickup yang disewa guna usaha dari PT BII Finance Center selaku lessor periode Januari 2011 sampai dengan Desember Batasan Lapangan Adapun batasan lapangan dari penelitian ini yaitu di Finance & Accounting Department yang menangani langsung pencatatan transaksi keuangan pada PT Fujitec Indonesia. 3. Batasan Aspek Untuk memudahkan penelitian, maka penulis membatasi aspek penelitian pada nilai perolehan aktiva tetap, pencatatan, dan penyajian dalam laporan keuangan fiskal.

17 5 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab masalah yang telah dikemukakan yaitu: 1. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi sewa guna usaha aktiva tetap yang diterapkan perusahaan. 2. Untuk membandingkan perlakuan akuntansi sewa guna usaha aktiva tetap antara yang dilakukan PT Fujitec Indonesia dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No Untuk mengetahui perlakuan akuntansi sewa guna usaha aktiva tetap menurut perpajakan. 4. Untuk mengetahui dampak perlakuan akuntansi sewa guna usaha aktiva tetap yang dilakukan oleh PT Fujitec Indonesia terhadap laporan keuangan fiskal. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan Hasil penelitian diharapkan dapat berguna sebagai suatu bahan masukan atau referensi dalam pengambilan kebijakan pada masa yang akan datang terkait dengan pemilihan alternatif dalam memperoleh aktiva tetap dengan leasing yang dapat memberikan peningkatan usaha yang maksimal. Memberikan masukan kepada pihak manajemen mengenai perencanaan pajak untuk transaksi sewa guna usaha dengan cara membandingkan jumlah biaya yang dapat dikurangkan dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak.

18 6 2. Bagi Pihak Lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan, tambahan informasi, dan/atau bahan perbandingan terhadap aspek-aspek sejenis untuk pihak lain yang bermaksud meneliti mengenai masalah yang terkait dengan pembahasan ini. 3. Bagi Penulis Penulis mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang bisa mengembangkan wawasan dalam praktik lapangan kerja terutama perlakuan perolehan aktiva tetap dengan leasing yang diterapkan perusahaan kemudian menerapkan ilmu atau teori yang telah didapat selama perkuliahan dalam praktik lapangan kerja. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan penelitian ini terdiri dari 5 (lima) bab, sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab ini terdiri dari latar belakang yang mendasari dilakukannya penelitian ini. Dilanjutkan dengan rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan di bagian akhir terdapat sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini menjelaskan landasan teori atau konsep yang mendasari penyusunan penelitian, seperti pengertian aktiva tetap, penyusutan, sewa guna usaha, dan koreksi fiskal.

19 7 Bab III Metode Penelitian dan Gambaran Umum Perusahaan Bab ini berisi metodologi penelitian yang membahas objek penelitian, teknik pengumpulan data, dan metode analisis data. Sedangkan gambaran umum perusahaan membahas tentang latar belakang berdirinya perusahaan, sejarah singkat mengenai perusahaan yang diteliti, dan struktur organisasi PT Fujitec Indonesia. Bab IV Pembahasan Pada bab ini berisi deskripsi hasil penelitian yang menunjukkan perlakukan akuntansi sewa guna usaha aktiva tetap oleh perusahaan, pencatatan, dan penyajiannya dalam laporan keuangan. Hasil penelitian selanjutnya dibandingkan kesesuaiannya dengan standar akuntansi keuangan dan peraturan perpajakan. Bab V Penutup Bab ini merupakan bagian akhir dari penulisan proposal ini. Dalam bab ini disampaikan beberapa kesimpulan serta saran-saran yang relevan dengan temuan atau hasil penelitian yang telah dilakukan.

20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktiva Tetap Definisi Aktiva Tetap Pengertian aktiva tetap menurut pajak, sesuai dengan Pasal 11 Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008, aset tetap adalah harta berwujud yang dapat disusutkan dan terletak atau berada di Indonesia, dimiliki dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak serta mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Dalam standar akuntansi keuangan yang diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia, revisi (2011), aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode. Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2011: 388), aset adalah sumber daya yang memiliki tiga karakteristik; berwujud, digunakan dalam operasional usaha, dan tidak dimaksudkan untuk dijual. Aktiva ini diharapkan memberikan manfaat kepada perusahaan untuk beberapa tahun. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan aktiva tetap merupakan aktiva berwujud, digunakan dalam operasi perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa, dan diharapkan memiliki umur ekonomis melebihi satu periode akuntansi. 8

21 Perolehan Aktiva Tetap Dalam penjelasan Pasal 10 Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008, harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 adalah jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan/diterima. Termasuk dalam harga perolehan adalah harga beli dan biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh harta tersebut, seperti bea masuk, biaya pengangkutan, dan biaya pemasangan. Menurut Agoes dan Trisnawati (2013: 124), aset tetap yang diperoleh dengan pembelian dalam bentuk siap pakai dicatat sejumlah harga beli ditambah dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat perolehan atau konstruksi dan/atau jika dapat diterapkan. Biaya-biaya tersebut seperti biaya pengiriman, biaya bongkar muat, biaya pemasangan, biaya profesional, bea masuk, dan pajak masukan yang tidak boleh dikreditkan. Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011: ), menyatakan pada umumnya, biaya perolehan aktiva tetap meliputi: a. Harga pembelian, termasuk bea masuk, pajak pembelian yang tidak dapat dikreditkan, dikurangi diskon dan potongan-potongan lainnya. b. Biaya-biaya yang diatribusikan untuk membawa aset ke lokasi dan dalam kondisi aset siap pakai untuk digunakan perusahaan.

22 10 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16 (revisi 2011) menyatakan, komponen biaya perolehan meliputi: a. Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potonganpotongan lain, b. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan maksud manajemen. c. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset Penyusutan Aktiva Tetap Berdasarkan Pasal 11 Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008, pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun harus dibebankan sebagai pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dengan mengalokasikan pengeluaran tersebut selama masa manfaat harta tersebut melalui penyusutan. Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011: 562), depresiasi adalah proses akuntansi mengalokasikan biaya aktiva berwujud sebagai beban secara sistematis dan rasional selama periode yang diharapkan dapat memberikan manfaat dari penggunaan aset. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengalokasikan beban aktiva tetap yaitu: a. Metode aktivitas (Activity method)/ (units of use or production). Metode aktivitas mengasumsikan depresiasi adalah sebuah fungsi dari penggunaan atau produktivitas, bukan dari berlalunya waktu. Perusahaan

23 11 mempertimbangkan umur aset baik dalam jangka waktu output yang akan dihasilkan (units produces) atau ukuran input seperti jumlah jam kerjanya (work hours). (Harga perolehan - Nilai sisa) x Jam kerja Estimasi Jam Kerja = Beban Depresiasi b. Metode garis lurus (straight line method). Metode garis lurus mempertimbangkan depresiasi sebagai sebuah fungsi dari waktu daripada fungsi penggunaan. Harga perolehan - Nilai sisa Estimasi umur ekonomis = Beban Depresiasi c. Metode saldo menurun (diminishing/accelerated charge). Jumlah angka tahun (Sum of the years digits). Jumlah angka tahun menghasilkan beban penyusutan menurun berdasarkan sebuah fungsi penurunan biaya yang dapat disusutkan. Ilustrasi perhitungan dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1 Perhitungan Metode Jumlah Angka Tahun Harga Sisa Depresiasi Beban Nilai Tahun Perolehan umur Fraction Depresiasi Buku / / / / / * *Nilai sisa 15 15/ == ===== ======= Sumber: Intermediate Accounting, Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011)

24 12 Metode saldo menurun (Declining balance method). Metode saldo menurun atau sering disebut sebagai metode saldo mengurangi, menggunakan tingkat penyusutan (dinyatakan sebagai persentase) kelipatan dari metode garis lurus. Sebagai contoh saldo menurun untuk 10 tahun aset adalah 20% (dua kali lipat tarif garis lurus, 1/10 atau 10%), seperti pada tabel 2.2 berikut: Tahun Tabel 2.2 Perhitungan Metode Saldo Menurun Nilai Buku Awal Tahun Tarif Beban Depresiasi Saldo Akum. Depr Nilai Buku Akhir Tahun % % % % % Sumber: Intermediate Accounting, Kieso, Weygandt, Warfield (2011) Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16, penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Metode-metode penyusutan yang dapat digunakan menurut standar akuntansi keuangan sebagai berikut: a. Metode garis lurus (straight line method). Metode ini menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah. b. Metode saldo menurun (diminishing balance method). Metode ini menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur manfaat aset.

25 13 c. Metode jumlah unit (sum of the unit of method). Metode ini menghasilkan pembebanan berdasarkan pada penggunaan atau output yang diharapkan dari suatu aset. Metode penyusutan yang diperbolehkan dalam ketentuan perpajakan adalah: a. Metode garis lurus (straight line method) untuk kelompok bangunan dan bukan bangunan. b. Metode saldo menurun (declining balance method) untuk kelompok bukan bangunan saja, dan pada akhir masa manfaat disusutkan sekaligus (closed ended). Pasal 11 ayat (6) Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 mengatur masa manfaat harta berwujud dan tarif penyusutan baik menurut garis lurus maupun saldo menurun seperti pada tabel 2.3: Tabel 2.3 Kelompok Masa Manfaat dan Tarif Penyusutan Kelompok Harta Berwujud I. Bukan Bangunan Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 II. Bangunan Permanen Tidak Permanen Masa Manfaat 4 tahun 8 tahun 16 tahun 20 tahun 20 tahun 10 tahun Tarif Penyusutan Garis Lurus Saldo Menurun 25 % 50 % 12,5 % 25 % 6,25 % 12,5 % 5 % 10 % 5 % - 10 % - Sumber: UU PPh No. 36 Tahun 2008

26 Sewa Guna Usaha (Leasing) Pengertian dan Praktik Leasing di Indonesia A. Pengertian Menurut Suandy (2011: 49), sewa guna usaha (leasing) adalah suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (pengguna barang modal), lessor memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan barang modal selama jangka waktu tertentu, dengan suatu imbalan berkala dari lessee yang besarnya tergantung dari perjanjian antara lessor dengan lessee, lessee dapat diberikan hak opsi (optional right) untuk membeli barang modal tersebut pada akhir masa kontrak. Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011: 1121), mendefinisikan sewa adalah suatu perjanjian kontrak yang memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan peralatan yang dimiliki lessor dengan jangka waktu tertentu. Sebagai imbalan untuk penggunaan peralatan lessee melakukan sejumlah pembayaran selama masa sewa kepada lessor. Kriteria capital lease menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011) adalah: a. Sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee. b. Penyewa memiliki hak opsi pembelian dengan harga yang lebih rendah dari harga wajar. c. Jangka waktu sewa untuk sebagian besar dari umur ekonomis aset. d. Nilai sekarang dari pembayaran sewa minimum secara substansial sebesar seluruh nilai wajar aset sewaan.

27 15 Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 30 yang diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia (revisi 2011), sewa adalah suatu perjanjian lessor memberikan kepada lessee hak untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor. Pengertian sewa guna usaha menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 tentang kegiatan sewa guna usaha (leasing), sewa guna usaha (leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Dari definisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sewa guna usaha dinyatakan oleh unsur-unsur berikut: 1. Pembiayaan perusahaan. Pembiayaan tidak dalam bentuk dana, melainkan dalam bentuk barang modal yang digunakan untuk kegiatan usaha. 2. Penyediaan barang modal. Barang modal disediakan oleh supplier atas biaya lessor. 3. Digunakan oleh suatu perusahaan. Barang modal merupakan bentuk pembiayaan suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya. 4. Pembayaran sewa secara berkala. Yaitu merupakan kewajiban lessee membayar angsuran harga barang modal kepada lessor yang sudah melunasinya kepada supplier.

28 16 5. Jangka waktu tertentu. Yaitu berapa tahun sewa guna usaha dilakukan, dan setelah jangka waktu berakhir, ditentukan status kepemilikan barang modal tersebut. 6. Hak opsi untuk membeli barang modal. Pada akhir kontrak, lessee diberi hak opsi untuk membeli barang modal sesuai dengan harga yang disepakati, atau mengembalikan kepada lessor. B. Manfaat Leasing Pembiayaan melalui leasing memberikan beberapa keuntungan, antara lain: a. Menguntungkan arus kas. Perjanjian leasing sering ditandatangani tanpa memerlukan uang muka dari penyewa. Ini membantu lessee menghemat kas yang terbatas khususnya perusahaan baru dan berkembang. Selain itu, pembayaran leasing, melindungi terhadap inflasi dan kenaikan biaya hutang. b. Memperoleh perlindungan akibat kemajuan teknologi dan keusangan. Penyewaan peralatan mengurangi risiko keusangan kepada penyewa dan melewati risiko nilai sisa kepada lessor. c. Fleksibilitas. Perjanjian sewa dapat memuat ketentuan yang lebih sesuai dengan kebutuhan. d. Pembiayaan lebih murah. Beberapa perusahaan menemukan leasing lebih murah daripada bentuk-bentuk lain dari pembiayaan. e. Keuntungan pajak. Untuk tujuan pelaporan keuangan, perusahaan tidak melaporkan aset atau kewajiban sewa. Untuk tujuan pajak, perusahaan dapat memanfaatkan dan membebankan semua biaya sewa. Akibatnya, perusahaan mendapatkan penghematan pajak/ mengurangi pajak.

29 17 C. Ketentuan Mengenai Leasing Kegiatan leasing secara resmi beroperasi di Indonesia setelah keluar keputusan bersama antara Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan Nomor 30/kpb/1/74 tanggal 7 Februari 1974 tentang perizinan usaha leasing. Wewenang untuk memberikan usaha leasing dikeluarkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan Surat Keputusan Nomor 649/MK/5/1974 tanggal 6 Mei 1974 yang mengatur mengenai ketentuan tata cara perizinan dan kegiatan usaha leasing. Perkembangan selanjutnya dengan dikeluarkan kebijaksanaan Deregulasi 20 Desember 1988 yang isinya mengatur tentang usaha leasing di Indonesia dan dengan keluarnya kebijaksanaan ini, maka ketentuan usaha leasing sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi. Kemudian dalam Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 jo. Kepres Nomor 61 tahun 1988 tanggal 20 Desember 1988 tentang Lembaga Pembiayaan, diperkenalkan adanya istilah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat luas. Kegiatan usaha perusahaan pembiayaan meliputi: 1. Sewa guna usaha (leasing); 2. Anjak piutang (factoring) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut. 3. Pembiayaan konsumen (consumer finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran.

30 18 4. Kartu kredit (credit card) adalah kegiatan pembiayaan untuk pembelian barang dan/atau jasa dengan menggunakan kartu kredit. D. Pihak-pihak dalam Perjanjian Leasing Pihak-pihak yang terlibat dalam setiap transaksi leasing yaitu: a. Pihak Lessor. Pihak lessor adalah perusahaan leasing yang memiliki hak kepemilikan atas barang modal. Dalam usaha pengadaan barang modal, perusahaan leasing berhubungan langsung dengan pihak penjual (supplier) dan telah melunasi barang modal tersebut. b. Pihak Lessee. Pihak lessee adalah perusahaan pengguna barang modal yang dapat memiliki hak opsi pada akhir kontrak. c. Pihak Supplier. Pihak supplier adalah penjual barang modal yang menjadi objek leasing. E. Jenis-Jenis Leasing 1. Financial Lease (sewa guna usaha dengan hak opsi). Financial lease atau capital lease mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Objek leasing dapat berupa barang bergerak dan tidak bergerak, dengan umur maksimum sama dengan masa kegunaan ekonomis barang. b. Besarnya harga sewa ditambah hak opsi harus menutup harga barang ditambah keuntungan yang diharapkan lessor. c. Pada akhir masa kontrak, lessee diberi hak opsi untuk membeli barang modal sesuai nilai sisa, atau mengembalikan kepada lessor.

31 19 2. Operating Lease (sewa guna usaha tanpa hak opsi). Ciri-ciri operating lease adalah: a. Jumlah pembayaran selama masa leasing tidak dapat menutup harga perolehan barang ditambah keuntungan lessor. b. Setelah kontrak berakhir, lessee wajib mengembalikan barang modal kepada lessor. 3. Direct Finance Lease (sewa guna usaha langsung). Bentuk transaksi ini, lessor membeli barang modal dan sekaligus menyewakannya kepada lessee. Pembelian tersebut dilakukan atas permintaan lessee. 4. Sale and Lease Back (jual dan sewa kembali). Dalam transaksi ini, lessee membeli terlebih dahulu barang modal, kemudian barang modal tersebut dijual kepada lessor dan selanjutnya oleh lessee disewa kembali. F. Praktik Leasing di Indonesia Dalam realitasnya, leasing merupakan suatu akad untuk menyewa suatu barang dalam kurun waktu tertentu. Operating lease merupakan suatu proses sewa menyewa suatu barang untuk mendapatkan hanya manfaat barang yang disewa, sedangkan barangnya tetap milik pemberi sewa. Adapun financial lease merupakan suatu bentuk sewa dan berpindahan kepemilikan barang dari pihak pemberi sewa kepada penyewa. Jika penyewa tidak melunasi sewanya, barang tetap milik pemberi sewa (perusahan leasing). Akadnya dianggap sebagai akad sewa. Namun jika pada akhir masa sewa, penyewa dapat melunasi angsurannya

32 20 maka barang tersebut menjadi milik penyewa. Intinya, dalam financial lease terdapat dua proses akad sewa sekaligus beli. Salah satu model dari leasing adalah transaksi pembiayaan pengadaan barang modal untuk digunakan lessee selama jangka waktu tertentu dan di akhir jangka waktu kepemilikan barang berpindah secara otomatis kepada lessee. Leasing model ini banyak dilakukan dalam leasing pembiayaan kendaraan, barang elektronik, dan lain-lain. Praktik yang terjadi dapat dideskripsikan seperti berikut: seseorang ingin membeli kendaraan datang ke lembaga pembiayaan karena tidak memiliki dana tunai, setelah terjadi kesepakatan kemudian dilakukan akad leasing. Dalam akad leasing di atas terdapat transaksi: 1. Lessor sepakat setelah kendaraan dibeli, kemudian disewakan kepada lessee selama jangka waktu yang disepakati. 2. Lessor sepakat bahwa setelah jangka waktu berakhir dan seluruh angsuran lunas, lessee akan langsung memiliki kendaraan tersebut. 3. Menurut pengertian leasing, selama jangka waktu dan angsuran lunas, kendaraan tersebut adalah milik lessor. Apabila lessee menggunakan hak opsi untuk membeli, maka terjadi perpindahan kepemilikan kepada lessee. Hanya saja dalam praktiknya, sejak penyerahan fisik kendaraan kepada lessee yaitu sejak awal masa leasing, bukti pemilikan kendaraan bermotor (BPKB) atas nama lessee. Itu artinya, kendaraan tersebut sejak awal adalah milik lessee. 4. Ada ketentuan tentang jaminan secara fidusia untuk leasing tersebut. Karena itu BPKB tetap berada di pihak lessor sampai berakhir jangka

33 21 waktu leasing dan seluruh angsuran lunas. Konsekuensinya jika lessee tidak sanggup membayar angsuran sampai lunas, kendaraan akan ditarik oleh lessor Sewa Guna Usaha Menurut PSAK No. 30 A. Klasifikasi Sewa Klasifikasi sewa didasarkan atas risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset sewaan yaitu: a. Sewa pembiayaan (finance/capital lease). Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Transaksi sewa guna usaha dikelompokkan sebagai sewa pembiayaan apabila memenuhi salah satu syarat-syarat berikut: Lessee memiliki hak opsi untuk membeli aset pada akhir masa sewa dengan harga yang telah disetujui bersama pada saat dimulainya perjanjian sewa guna usaha. Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan oleh lessee ditambah dengan nilai sisa mencakup pengembalian harga perolehan barang modal serta bunganya sebagai keuntungan lessor (full payout lease). Masa sewa guna usaha minimum 2 (dua) tahun. Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara substansial mendekati nilai wajar aset. Aset bersifat khusus dan hanya lessee yang dapat menggunakannya tanpa perlu modifikasi secara material.

34 22 b. Sewa operasi (operating lease). Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi jika sewa tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Sewa pembiayaan dan sewa operasi dapat digambarkan seperti pada gambar 2.1: Sewa Sewa operasi Sewa pembiayaan Mengalihkan aset pada akhir masa sewa Membeli aset, harga lebih rendah dari tanggal opsi Masa sewa lebih 75% umur ekonomis Pada awal sewa, nilai kini minimal 90% nilai wajar aset Aset sewaan bersifat khusus, hanya lessee yang dapat menggunakan Gambar 2.1 Sewa Operasi dan Sewa Pembiayaan Sumber: Pengaruh Perpajakan Pada Penerapan SAK ETAP, Muljono (2012) B. Perlakuan Akuntansi Finance/Capital Lease Laporan keuangan lessee atas sewa guna usaha dengan hak opsi: a. Pembayaran jaminan (security deposit) dibukukan sebagai piutang kepada lessor. b. Nilai tunai (present value) dari seluruh pembayaran sewa guna usaha dan nilai sisa dibukukan sebagai aset tetap dan kewajiban sewa guna usaha. c. Tingkat diskonto yang digunakan untuk menghitung nilai tunai adalah tingkat bunga yang dibebankan oleh lessor atau tingkat bunga yang berlaku pada awal masa sewa.

35 23 d. Pembayaran sewa guna usaha yang dilakukan selama jangka waktu kontrak dialokasikan dan dibukukan sebagai angsuran pokok dan beban bunga. e. Aset tetap sewa guna usaha yang dikapitalisasi selanjutnya diamortisasi selama taksiran umur ekonomisnya dengan menggunakan metode yang sama untuk aset sejenis. f. Apabila aset sewaan dibeli sebelum berakhirnya masa sewa, maka perbedaan antara pembayaran yang dilakukan dengan sisa kewajiban diakui sebagai keuntungan dan kerugian pada periode terjadinya. Pengakuan lessee atas hak dan kewajiban pada sewa pembiayaan dapat digambarkan seperti berikut:

36 24 Awal pengakuan di Neraca Hak Kewajiban Aset Sebesar nilai tunai pembayaran sewa ditambah Nilai residu Tingkat diskonto pembayaran sewa sama dengan tingkat bunga Pengakuan Lessee pada Sewa Pembiayaan Pembayaran sewa Penyusutan Dialokasika Kepastian kepemilikan hak akhir periode Pokok Beban bunga Ada Tidak ada Penyusutan sesuai umur manfaat Penyusutan penuh yang lebih pendek masa sewa dengan umur manfaat Pembelian aset Akhir sewa Sebelum akhir sewa Perbedaan pembayaran dan nilai residu Perbedaan pembayaran dan sisa kewajiban Keuntungan atau kerugian Gambar 2.2 Pengakuan Lessee Pada Sewa Pembiayaan Sumber: Pengaruh Perpajakan Pada Penerapan SAK ETAP, Muljono (2012) Sewa Guna Usaha Menurut Perpajakan Kegiatan sewa guna usaha digolongkan sebagai sewa guna usaha dengan hak opsi sesuai perpajakan (KMK-1169/KMK.01/1991) apabila memenuhi semua kriteria berikut: a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor,

37 25 b. Masa sewa guna usaha ditetapkan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk barang modal golongan I, 3 (tiga) tahun untuk barang modal golongan II dan III, dan 7 (tujuh) tahun untuk golongan bangunan, c. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee. Perlakuan perpajakan sewa guna usaha dengan hak opsi bagi lessee sebagai berikut: a. Selama masa sewa guna usaha, lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang disewa guna usaha, sampai saat lessee menggunakan hak opsi untuk membeli. b. Setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut, lessee melakukan penyusutan dan dasar penyusutannya adalah nilai sisa (residual value) barang modal yang bersangkutan. c. Pembayaran sewa guna usaha yang dibayar oleh lessee kecuali pembebanan atas tanah, merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto lessee sepanjang transaksi sewa guna usaha memenuhi kriteria sebagai capital lease. d. Lessee tidak memotong pajak penghasilan pasal 23 atas pembayaran sewa guna usaha

38 26 Perlakuan perpajakan untuk lessor dan lessee atas transaksi sewa guna usaha dengan hak opsi seperti pada tabel 2.4 berikut: Tabel 2.4 Perlakuan Perpajakan Capital Lease Lessor Lessee Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan Penghasilan: angsuran pokok + bunga. Penghasilan: bukan objek PPh 23 tetapi pengenaan pajaknya dilakukan dengan perhitungan akhir tahun dalam SPT Tahunan. Beban penyusutan aset tetap: beban yang tidak boleh dikurangkan (non Beban sewa: angsuran pokok + bunga. Beban sewa: beban yang yang dapat dikurangkan (deductible expenses). Beban sewa: bukan objek PPh 23. deductible expenses). Beban penyusutan aset tetap: Beban penyisihan piutang tak tertagih: beban yang dapat dikurangkan (deductible expenses). beban yang tidak boleh dikurangkan (non deductible expenses). Mekanisme angsuran pajak PPh 25 - diatur oleh UU PPh. Pajak Pertambahan Nilai Pajak Pertambahan Nilai Dikecualikan dari pengenaan PPN Dikecualikan dari pengenaan (Pasal 15 KMK 1169). PPN. Sumber: Akuntansi Perpajakan, Agoes dan Trisnawati (2013)

39 27 Adapun perlakuan perpajakan atas transaksi sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) terlihat pada tabel 2.5 berikut: Tabel 2.5 Perlakuan Perpajakan Operating Lease Lessor Lessee Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan Beban penyusutan aset tetap: beban Beban sewa: beban yang dapat yang dapat dikurangkan (deductible dikurangkan (deductible expenses) expense). untuk penyewaan yang barang Penghasilan sewa: objek pajak PPh final atau PPh Pasal 15 atau PPh 23. modalnya termasuk objek PPh 23. Memotong PPh 23 atas pembayaran sewa. Pajak Pertambahan Nilai Pajak Pertambahan Nilai Memungut PPN atas jasa sewa yang PPN yang dipungut sebagai pajak diberikan. masukan Sumber: Akuntansi Perpajakan, Agoes dan Trisnawati (2013) 2.3 Laporan Keuangan Fiskal Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (revisi 2009), laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuannya adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, dan arus kas.

40 28 Menurut Suandy (2011), laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan yang disusun sesuai peraturan perpajakan dan digunakan untuk keperluan penghitungan pajak. Laporan keuangan komersial yang dibuat berdasarkan standar akuntansi keuangan harus disesuaikan atau dibuat koreksi fiskalnya untuk menghasilkan laporan keuangan fiskal. Proses penyusunan laporan keuangan fiskal dapat digambarkan seperti berikut: Laporan Keuangan Komersial Koreksi Fiskal Laporan Keuangan Fiskal Gambar 2.3 Proses Penyusunan Laporan Keuangan Fiskal Sumber: Perencanaan Pajak, Suandy (2011) Rekonsiliasi (Koreksi) Fiskal Rekonsiliasi (koreksi) fiskal adalah proses penyesuaian atas laba akuntansi yang berbeda dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan penghasilan neto atau laba yang sesuai dengan ketentuan perpajakan, Agoes dan Trisnawati (2013: 237). Menurut Resmi (2009: 392), penyebab perbedaan laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal adalah karena terdapat perbedaan prinsip akutansi, perbedaan metode dan prosedur akuntansi, perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya, serta perbedaan perlakuan penghasilan dan biaya. Menurut Muljono dan Wicaksono (2009: 59), koreksi fiskal adalah koreksi perhitungan pajak yang diakibatkan oleh adanya perbedaan pengakuan metode, masa manfaat, dan umur, dalam menghitung laba secara komersial dengan secara fiskal. Perbedaan tersebut dapat berupa beda tetap dan beda waktu.

41 Beda Tetap (Permanent Differences) Permanent differences adalah perbedaan yang terjadi karena peraturan perpajakan menghitung laba fiskal berbeda dengan perhitungan laba menurut standar akuntansi keuangan tanpa ada koreksi di kemudian hari, Suandy (2011). Beda tetap terjadi karena adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan beban menurut akuntansi dengan fiskal, yaitu adanya penghasilan dan beban yang diakui menurut akuntansi namun tidak diakui menurut fiskal, atau pun sebaliknya. Beda tetap mengakibatkan laba atau rugi menurut akuntansi (laba sebelum pajak) yang berbeda secara tetap dengan laba atau rugi menurut fiskal penghasilan kena pajak (taxable income). Beda tetap biasanya terjadi karena peraturan perpajakan mengharuskan hal-hal berikut dikeluarkan dari perhitungan penghasilan kena pajak: a. Penghasilan yang telah dikenakan PPh bersifat final Pasal 4 ayat (2) Undang-undang Pajak Penghasilan. b. Penghasilan yang bukan objek pajak Pasal 4 ayat (3) Undang-undang Pajak Penghasilan. c. Pengeluaran yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha, yaitu mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan serta pengeluaran yang sifatnya pemakaian penghasilan atau yang jumlahnya melebihi kewajaran Pasal 9 ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan. d. Beban yang digunakan untuk mendapatkan penghasilan yang bukan objek pajak dan penghasilan yang telah dikenakan Pajak Penghasilan bersifat final.

42 30 e. Penggantian sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura. f. Sanksi perpajakan Beda Waktu (Timing Differences) Timing differences adalah perbedaan yang bersifat sementara karena adanya ketidaksamaan waktu pengakuan penghasilan dan biaya antara peraturan perpajakan dan standar akuntansi keuangan, Suandy (2011). Beda waktu merupakan perbedaan perlakuan akuntansi dan perpajakan yang sifatnya temporer. Artinya, secara keseluruhan beban atau pendapatan akuntansi maupun perpajakan sebenarnya sama, tetapi tetap berbeda alokasi setiap tahunnya. Beda waktu biasanya timbul karena perbedaan metode yang dipakai antara fiskal dengan akuntansi dalam hal: a. Akrual dan realisasi, b. Penyusutan dan amortisasi, c. Penilaian persediaan, d. Kompensasi kerugian fiskal. Sebagai contoh, penyusutan harta berwujud yang mengakibatkan perbedaan sementara (waktu). Suatu aktiva tetap mempunyai harga perolehan Rp Menurut ketentuan fiskal aktiva tersebut termasuk nonbangunan kelompok I (masa manfaat 4 tahun), sedangkan menurut akuntansi komersial ditaksir mempunyai umur ekonomis 5 tahun. Menurut akuntansi komersial besarnya penyusutan setiap tahun adalah Rp (Rp : 5), sedangkan menurut menurut fiskal sebesar Rp (Rp : 4).

43 31 Perbedaan penyusutan ini mengakibatkan laba tahun pertama sampai dengan tahun keempat menurut akuntansi komersial lebih tinggi sebesar Rp dibandingkan dengan laba menurut fiskal. Jumlah perbedaan selama empat tahun tersebut sebesar Rp (4 tahun x Rp ). Pada akhir tahun kelima tidak dijumpai biaya penyusutan dalam laporan laba rugi fiskal, sedangkan dalam laporan laba rugi komersial masih terdapat biaya penyusutan sebesar Rp Dengan asumsi tidak ada perbedaan biaya dan penghasilan lain menurut akuntansi dan fiskal, setelah akhir tahun kelima jumlah biaya penyusutan menurut akuntansi (5 x Rp ) sama dengan menurut fiskal (4 x Rp ). Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 2.6 berikut: Tabel 2.6 Penyusutan Mengakibatkan Perbedaan Sementara (Waktu) Keterangan Laba Menurut Akuntansi I II III IV V Total Laba Menurut Fiskal I II III IV V Total Penjualan Biaya-biaya: - Penyusutan Biaya lainnya Laba Sumber: Perpajakan Teori dan Kasus, Resmi (2009)

44 Koreksi Positif dan Negatif dari Rekonsiliasi Fiskal Koreksi fiskal dapat berupa koreksi positif dan negatif. Koreksi positif terjadi apabila laba menurut fiskal bertambah. Koreksi positif biasanya dilakukan akibat adanya sebagai berikut: a. Beban yang tidak diakui oleh pajak/non-deductible expense - Pasal 9 ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan. b. Penyusutan komersial lebih besar dari penyusutan fiskal. c. Amortisasi komersial lebih besar dari amortisasi fiskal. d. Penyesuaian fiskal positif lainnya. Koreksi negatif terjadi apabila laba menurut fiskal berkurang. Koreksi negatif biasanya dilakukan akibat adanya hal-hal berikut: a. Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak Pasal 4 ayat (3) Undangundang Pajak Penghasilan. b. Penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan bersifat final Pasal 4 ayat (2) Undang-undang Pajak Penghasilan. c. Penyusutan komersial lebih kecil daripada penyusutan fiskal. d. Amortisasi komersial lebih kecil daripada amortisasi fiskal. e. Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya. f. Penyesuaian fiskal negatif lainnya.

45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Metodologi Penelitian Objek Penelitian Penelitian dilakukan di bagian Finance & Accounting Department pada PT Fujitec Indonesia, yang berkedudukan di Perkantoran Puri Niaga III, Jl. Puri Kencana Blok M8/1G, Kembangan, Jakarta, yang menangani pembukuan perusahaan tentang perlakuan akuntansi sewa guna usaha aktiva tetap Teknik Pengumpulan Data Ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan penulis, antara lain: a. Dokumentasi. Metode pengumpulan data ini, dengan cara mengumpulkan informasi dari data penelitian yang ada (Sugiyono, 2008). Menggunakan teknik dokumentasi, penulis mengumpulkan data-data dengan mempelajari dan menelaah dokumen perusahaan antara lain dokumen perjanjian sewa guna usaha, buku jurnal yang mencatat transaksi sewa guna usaha, laporan keuangan selama periode leasing, dan catatan-catatan lain yang berhubungan dengan pengembangan atas topik yang dibahas. b. Observasi. Menurut Sugiyono (2008), metode ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara pengamatan secara langsung ke objek yang diteliti. Teknik pengumpulan data ini meninjau lebih jelas hal-hal yang berkaitan 33

46 34 dengan transaksi sewa guna usaha di bagian Finance & Accounting, penulis akan memperoleh data yang menjadi perhitungan dan pencatatan transaksi leasing, serta dapat mengetahui ketentuan yang menjadi kebijakan manajemen dalam menerapkan leasing. c. Wawancara. Metode ini merupakan teknik pengumpulan data untuk mengetahui hal-hal dari responden lebih mendalam (Sugiyono, 2008). Data yang dikumpulkan melalui interaksi secara langsung dengan responden terutama dengan bagian-bagian yang berhubungan dengan pencatatan dan pelaporan keuangan Metode Analisis Data Penulis menggunakan metode analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul (Sugiyono. 2008). Tujuan penelitian untuk menguraikan (to describe) mengenai suatu keadaan atau masalah secara sistematis, menggambarkan mekanisme sebuah proses, menyajikan informasi akan suatu hubungan, yaitu perlakuan akuntansi sewa guna usaha aktiva tetap, dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapannya terhadap laporan keuangan fiskal.

47 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Berdirinya Perusahaan PT Fujitec Indonesia merupakan salah satu perusahaan dengan penanaman modal asing (PMA) yang berada di kawasan industri Batamindo. Perusahaan didirikan pada tahun 1993 sebagai perusahaan manufaktur dan merupakan anak cabang dari induk di Singapura. Produk yang dihasilkan adalah sebagian komponen elevator dan escalator untuk tujuan ekspor ke induk yaitu Fujitec Singapore Corporation Limited. Perusahaan merupakan kesatuan grup yang ada di wilayah Asia Selatan yang terdiri dari Fujitec Malaysia Sdn. Bhd., Fujitec Inc. (Philippines), Fujitec India Private Ltd., Fujitec Pacific INc. (Guam), dan Fujitec Vietnam Co. Ltd.. Pada perkembangannya di tahun 1996, untuk memenuhi permintaan pasar akan penggunaan alat pengangkut elevator dan escalator di wilayah Indonesia, perusahaan membuka cabang usaha di Jakarta dengan inti bisnisnya yaitu pengadaan, pemasangan, dan perbaikan elevator dan escalator. Secara administrasi, antara Batam dan Jakarta dilaksanakan secara terpisah dalam arti pengaturan interen perusahaan mempunyai kebijakan tersendiri, namun dalam hal tertentu saling mengacu satu sama lain. Namun dalam rangka pelaporan laporan keuangan kepada induk, secara periodik dilakukan konsolidasi, begitu juga pelaporan keuangan ke Kantor Pajak, setiap akhir periode akuntansi akan dilakukan konsolidasi untuk mendapatkan satu laporan atas nama PT Fujitec Indonesia. Fujitec cabang Jakarta menempati usahanya di Perkantoran Puri Niaga III, Jl. Puri Kencana Blok M8/1G, Kembangan, Jakarta Barat. Permintaan akan penggunaan alat transportasi tersebut merambah ke kota-kota besar lainnya,

48 36 kesempatan ini digunakan sebaik mungkin oleh perusahaan untuk membuka kantor perwakilan marketing di beberapa kota, antara lain: Bandung, Surabaya, Bali, dan Makasar. Jenis perusahaan termasuk dalam kelompok perusahaan jasa konstruksi, karena proses pengerjaannya membutuhkan waktu yang lama. Setelah perusahaan mendapatkan tender/dinyatakan menang, maka kedua belah pihak mengikatkan diri dengan membuat kesepakatan perjanjian. Di dalam perjanjian memuat nilai kontrak, termin pembayaran, dan jangka waktu penyelesaian pekerjaan. Oleh karena itu, dalam pencatatan akuntansi untuk mengukur dan mengakui pendapatan, perusahaan menggunakan metode persentase tingkat penyelesaian (percentage of completion) Visi dan Misi PT Fujitec Indonesia A. Visi Dalam rangka mewujudkan fungsi perkotaan yang aman dan nyaman, grup Fujitec melakukan bisnis di 20 negara dan wilayah di seluruh dunia, berkomitmen untuk menyatukan upaya menuju tujuan tunggal menyediakan produk dan jasa terbaik sebagai produsen khusus, sehingga tumbuh sebagai sebuah organisasi atau perusahaan yang akan mendapatkan kepercayaan yang lebih besar dari pelanggan di seluruh dunia.

49 37 B. Misi Menghormati orang-orang, teknologi, dan produk, kami bekerja sama dengan orang-orang dari negara-negara di seluruh dunia untuk mengembangkan kota-kota yang indah dan fungsional untuk memenuhi kebutuhan jaman baru. C. Tujuan Perusahaan To be the market leader in South Asia by providing the best products and services effectively for the benefit of our customer, employees, shareholders and community. Menjadi pemimpin pasar di Asia Selatan dengan menyediakan produk dan layanan terbaik secara efektif untuk kepentingan pelanggan, karyawan, pemegang saham, dan masyarakat Produk dan Perkembangan Pendapatan 3 (tiga) Tahun Terakhir A. Produk dan Jasa Produk dan jasa yang disediakan oleh perusahaan adalah pengadaan equipment elevator dan escalator, pemasangan equipment tersebut ditempat yang telah disepakati bersama, dan pemeliharaan serta penjualan spare parts untuk penggantian alat-alat yang rusak. Penggolongan pendapatan tersebut dituangkan dalam laporan keuangan laba/rugi, sebagai berikut: Akun Equipment Sales untuk mencatat pengakuan pendapatan atas transaksi pengadaan equipment yang dilakukan dengan metode persentase penyelesaian. Akun Installation Sales untuk mencatat pengakuan pendapatan atas transaksi pemasangan berdasarkan tingkat penyelesaian pekerjaan.

50 38 Akun Regular Maintenance Sales untuk mencatat pengakuan pendapatan atas jasa yang diberikan yaitu memberikan pengecekan rutin elevator dan escalator kepada pelanggan yang telah diikat oleh suatu perjanjian kerja sama. Akun Part Change Sales untuk mencatat pengakuan pendapatan atas penjualan spare parts atau penggantian alat-alat yang dibeli oleh pelanggan. Adapun model-model dari equipment yang disediakan perusahaan pada saat penelitian ini dilakukan sebagai berikut: Elevator model GL. Model ini untuk high rise building dengan kecepatan di atas 240mpm dan dengan ruang mesin. Elevator model EXDN. Model ini untuk médium rise building dengan kecapatan di bawah 240mpm dan dengan ruang mesin. Elevator model GLVF E & MLGS II. Model ini tidak menggunakan ruang mesin (non standard). Escalator model GS8000. Model ini untuk semua escalator dan auto walk. B. Volume Pendapatan 3 Tahun Terakhir Secara garis besar pendapatan PT Fujitec Indonesia selama tiga tahun terakhir semakin membaik, pendapatan ini dipengaruhi oleh kegiatan usaha pendapatan produk dan pendapatan jasa. Volume pendapatan dapat dilihat pada grafik berikut:

51 39 Grafik Pendapatan 3 Tahun Terakhir (Dalam Ribuan) 25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun ,000,000 - Equipment Installation Regular Mtd Part Change Gambar 3.1 Volume Pendapatan PT Fujitec Indonesia Sumber: PT Fujitec Indonesia Dari grafik di atas terlihat kenaikan pendapatan pada setiap tahunnya, baik dari pendapatan equipment, instalasi, service rutin dan penjualan spare parts. Pendapatan dari equipment meningkat drastis dari tahun 2010 sebesar Rp menjadi Rp tahun 2011, dan Rp di tahun 2012, sebesar 220% dari tahun 2011 ke tahun Kenaikan ini, selain proyek yang didapat pada tahun 2012 meningkat, juga karena pada tahun tersebut pengadaan equipment telah selesai sampai dengan termin terakhir penagihan ke pelanggan dan biaya yang terjadi telah diakui. Sedangkan pendapatan instalasi mengalami kenaikan yang signifikan sebesar 265% atau Rp dari tahun 2010 ke tahun Sama halnya dengan pendapatan equipment, pendapatan instalasi pada tahun 2011 tingkat penyelesaian pekerjaan lebih banyak dibanding tahun sebelumnya.

52 3.2.4 Struktur Organisasi Struktur organisasi dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut: Direktur Field Operation Dept. Secretary Sales Dept. Regional Sales Information Tech. F & A Dept. Purcha sing Inventory Contruction Mgr Spv me Maintenance Mgr Spv Sales Mgr Sales Mgr Special Product Bandung Surabaya Estimator Makasar Accounting Finance Bali Collection Receptionist Safety Admin Mechanic Technition Sales Eng Sales Eng Admin Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT Fujitec Indonesia Sumber: PT Fujitec Indonesia 40

53 Tugas dan Fungsi Manajemen Seorang direktur dalam struktur organisasi yang ada di perusahaan merupakan pucuk pimpinan yang mempunyai tanggung jawab sepenuhnya terhadap jalannya kegiatan atau usaha. Dalam menjalankan tugasnya, direktur dibantu beberapa departemen yang masing-masing memiliki keahlian dalam bidangnya. Adapun tugas dan fungsi dari setiap departemen, yaitu: a. Field Operation Department Field Operation Department terbagi menjadi beberapa divisi: Maintenance Manager, bertanggung jawab terhadap jadwal service rutin kepada pelanggan, menerima callback atas keluhan pelanggan, dan terhadap penggantian alat-alat yang rusak. Serta membuat penawaran kontrak dengan pelanggan baru yang telah selesai masa service cuma-cuma. Installation Manager, bertanggung jawab terhadap jadwal penerimaan equipment di tempat proyek sampai dengan pemasangan pekerjaan diserahterimakan kepada owner. Inventory, bertanggung jawab terhadap tersedianya barang-barang di gudang dan pengiriman spare part ke pelanggan. Purchasing. Bertanggung jawab terhadap pembelian alat-alat maintenance dan barang-barang consumable. Safety, bertanggung jawab terhadap safety equipment dan memastikan setiap karyawan mendapatkan pelatihan dan memahami safety regulation.

54 42 b. Secretary Tanggung jawab sekretaris yaitu membantu pelaksanaan tugas direktur, seperti surat menyurat, menyusun agenda pertemuan, dan mencatat risalah pertemuan. c. Sales Department Sales Department merupakan departemen yang bertanggung jawab terhadap aktivitas penjualan untuk wilayah Jakarta, antara lain: Memasarkan atau memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat pada umumnya, Membuat kontrak kerja sama dengan pelanggan atas proyek baru, Membuat estimasi biaya mengenai pengadaan sebuah proyek, Menghadiri pertemuan dengan owner untuk pemantapan skema gambar (konstruksi) dari alat-alat yang akan dipasang. d. Regional Marketing Regional Marketing merupakan bagian dari Sales Department sehingga tanggung jawab dan tugasnya sama, yang membedakan hanya cakupan wilayahnya. e. Information Technology Information Technology bertanggung jawab atas terselenggaranya semua perangkat komputer hardware dan software yang digunakan perusahaan berjalan dengan baik.

55 43 f. Finance & Accounting Department Finance & Accounting Department merupakan departemen yang bertanggung jawab atas penerimaan dan pengeluaran keuangan, serta mencatat transaksi tersebut dan membuat laporan keuangan secara periodik.

56 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Akuntansi Leasing Oleh PT Fujitec Indonesia Pencatatan Perolehan Aktiva dan Kewajiban Perolehan aset PT Fujitec Indonesia dilakukan dengan cara leasing, hal ini dapat dilihat dari PT Fujitec Indonesia selaku lessee dan PT BII Finance Center selaku lessor menandatangani sebuah kesepakatan bersama pembiayaan dengan penyerahan hak milik secara fidusia pada tanggal 31 Januari 2011, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Jenis aktiva yang dibiayai adalah sebuah kendaraan yaitu berupa 1 (satu) unit Daihatsu Grand Max Pickup dengan harga perolehan sebesar Rp b. Aktiva/kendaraan diperoleh dari PT Astra International selaku penjual. c. Masa pembiayaan dengan jangka waktu 2 (dua) tahun atau 24 bulan dari Januari 2011 sampai dengan Desember Besarnya angsuran sewa yang harus dibayar tiap bulan (tanggal 1) sebesar Rp Angsuran pertama dibayar pada saat sewa ditandatangani yaitu tanggal 31 Januari 2011 dan tanpa bunga. d. Besarnya uang muka sebagai opsi pembelian di mana lessee akan membeli aktiva yang disewa guna usaha adalah sebesar Rp didapat dari harga kendaraan Rp dikurangi nilai pokok sewa guna usaha Rp

57 45 e. Penyusutan atas aktiva yang disewa guna usaha dengan dasar saldo menurun dengan umur ekonomis 8 tahun dan tidak ada nilai sisa. f. Pada awal perjanjian sewa pembiayaan perusahaan mengeluarkan biayabiaya untuk mengadakan perikatan dengan pihak lessor antara lain beban administrasi dan beban asuransi. Biaya-biaya tersebut diakui dan dibebankan pada saat terjadinya yaitu pada awal sewa guna usaha dan termasuk dalam beban executor. g. Keterlambatan membayar angsuran atau sejumlah yang terhutang kepada lessor berdasarkan perjanjian, perusahaan harus membayar ganti rugi dalam jumlah yang sama dengan 0,20% per hari dari jumlah angsuran yang jatuh tempo. Transaksi tersebut memuat unsur-unsur sewa guna usaha dengan hak opsi (capital lease) sebagai berikut: 1. Lessor. PT BII Finance Center selaku lessor merupakan lembaga pembiayaan dengan salah satu aktivitasnya yaitu sewa guna usaha. 2. Lessee. PT Fujitec Indonesia adalah pihak yang mengajukan permohonan leasing untuk memperoleh barang modal untuk kegiatan usahanya. 3. Barang modal. Aktiva berwujud berupa kendaraan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun dan digunakan untuk memperlancar distribusi barang dan jasa perusahaan yang disediakan oleh PT Astra International Tbk selaku penjual. 4. Perjanjian. Kedua belah pihak menyetujui untuk mengadakan kesepakatan bersama pembiayaan dengan penyerahan hak milik secara fidusia sebagai syarat tertentu (opsi perusahaan di akhir kontrak sampai dengan kewajiban

58 46 perusahaan selesai dipenuhi). Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan benda dalam penguasaan pemilik benda. Berikut adalah deskripsi perlakuan akuntansi sewa guna usaha yang dilakukan oleh PT Fujitec Indonesia, atas dasar penjelasan perjanjian sewa pembiayaan di atas, kegiatan tersebut adalah kegiatan sewa guna usaha dengan hak opsi. Adanya kesepakatan tersebut perusahaan dibebani hutang oleh lessor sebesar Rp dengan rincian sebagai berikut: Angsuran sewa ( x 24 bulan) : Rp Uang Muka : Rp Total nominal pembayaran sewa : Rp Pencatatan transaksi yang dilakukan oleh PT Fujitec Indonesia selaku lessee pada tanggal 31 Januari 2011 saat perolehan aktiva tetap sebagai berikut: Kendaraan... Rp Kewajiban sewa guna usaha... Rp Biaya Administrasi & Asuransi... Rp Kewajiban sewa guna usaha... Rp Bank... Rp (Untuk mencatat perolehan kendaraan, pembayaran uang muka dan beban administrasi dan asuransi yang diperoleh dari kewajiban sewa guna usaha). Perusahaan mencatat sewa guna usaha sebagai kendaraan dalam kelompok aktiva tetap karena perusahaan menganggap aktiva tersebut pada akhir masa sewa guna usaha akan dibeli dan menjadi hak milik perusahaan, oleh sebab itu pencatatannya disamakan dengan pencatatan untuk aktiva lainnya seperti mesin,

59 47 atau peralatan lain yang diperoleh bukan dari sewa guna usaha. Uang muka yang dibayarkan sebesar Rp dicatat sebagai bagian dari pembayaran kewajiban sewa guna usaha sehingga perlakukan pencatatannya mengurangi kewajiban sewa guna usaha Pencatatan Pembayaran Angsuran dan Bunga Pembayaran sewa pertama dibayarkan pada saat perjanjian ditandatangani tanggal 31 Januari 2011 sebesar Rp dan tanpa dikenakan bunga. Pada saat mencatat angsuran sewa guna usaha perusahaan membedakan menjadi angsuran pelunasan kewajiban sewa guna usaha dan beban bunga. Untuk tingkat bunga atas aktiva yang disewa dari PT BII Finance Center berdasarkan rincian yang diterima dari lessor. Pencatatan dilakukan setiap pembayaran sewa guna usaha pada tanggal 1 tiap bulannya dan selama tahun 2011 jurnal yang dibuat seperti pada table 4.1 berikut:

60 48 Periode Tabel 4.1 Skedul Pembayaran Sewa Guna Usaha Angsuran Pembayaran Lease / Bulan Pembayaran Pokok Beban Bunga Kewajiban SGU 31-Jan-11 Saldo awal Jan-11 Uang Muka Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Angsuran Tahun Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Angsuran Tahun Jumlah Sumber: PT Fujitec Indonesia

61 49 Jurnal angsuran sewa guna usaha bulan Februari 2011 Kewajiban sewa guna usaha... Rp Beban Bunga... Rp Bank... Rp Jurnal angsuran sewa guna usaha bulan Maret 2011 Kewajiban sewa guna usaha... Rp Beban Bunga... Rp Bank... Rp Pencatatan beban bunga yang dilakukan oleh perusahaan menggunakan metode anuitas yang memperhatikan nilai waktu uang, sehingga jumlah beban bunga tiap tahun akan semakin menurun dan kewajiban pembayaran pokok akan semakin meningkat, penetapan angsuran dengan cara ini didasarkan pada konsep nilai sekarang (present value) Pencatatan Penyusutan Pada saat pencatatan depresiasi kendaraan, karena perusahaan mencatat transaksi perolehan kendaraan sebagai aktiva tetap maka setiap akhir tahun harus disusutkan selama periode berjalan. Dalam menghitung depresiasi, perusahaan menggunakan metode saldo menurun dengan umur ekonomis 8 tahun tanpa nilai sisa. Jurnal yang dibuat oleh perusahaan untuk mencatat depresiasi tahun 2011 adalah: Beban depresiasi kendaraan... Rp Akumulasi depresiasi kendaraan... Rp (Untuk mencatat beban depresiasi dalam tahun 2011)

62 50 Jurnal depresiasi untuk tahun 2012 adalah: Beban depresiasi kendaraan... Rp Akumulasi depresiasi kendaraan... Rp Perhitungan depresiasi perusahaan seperti pada tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2 Perhitungan Depresiasi Menurut Perusahaan Tahun Nilai Buku Awal Tahun Tarif Beban Depresiasi Akumulasi Depresiasi Nilai Buku Akhir Tahun % % % % % % % % % Sumber: PT Fujitec Indonesia Pencatatan Di Akhir Nilai Opsi Pada akhir nilai opsi, tidak ada pencatatan yang dilakukan perusahaan. Perusahaan mengakui uang muka sebagai nilai opsi pada awal perolehan aktiva dan telah dicatat sebagai pengurang kewajiban sewa guna usaha, sehingga di akhir masa sewa, jumlah kewajiban sewa guna usaha telah habis dan kendaraan menjadi milik perusahaan.

63 Penyajian Transaksi Capital Lease dalam Laporan Keuangan Setelah dilakukan pencatatan transaksi sewa guna usaha selanjutnya disusun dalam laporan keuangan. Dengan adanya laporan keuangan tersebut maka akan tampak posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Laporan keuangan perusahaan ditampilkan pada gambar 4.1 sampai 4.4 berikut: Laporan Posisi Keuangan (31 Desember 2011) Aktiva Tetap: Kendaraan Rp Akm. Depresiasi Kendaraan Rp ( ) Kewajiban: Hutang Leasing Rp Gambar 4.1 Laporan Posisi Keuangan (Parsial) Pada 31 Desember 2011 Sumber: PT Fujitec Indonesia Berdasarkan laporan posisi keuangan parsial di atas, tampak bahwa kendaraan sewa guna usaha dilaporkan tanpa memisahkan dengan aktiva milik sendiri sebesar Rp , namun perusahaan memiliki catatan tersendiri secara terpisah berupa daftar akiva tetap. Di dalam daftar aktiva tetap tersebut menyajikan seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan, tanggal perolehan, nilai perolehan, umur ekonomis, beban depresiasi per tahun, serta nilai sisa buku, dengan penyajian daftar aktiva tetap ini, perusahaan akan mengetahui baik aktiva yang dimiliki sendiri maupun aktiva yang didapat dari sewa guna usaha.

64 52 Laporan Laba Rugi Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2011 Pendapatan: Beban Usaha: Beban Depresiasi Kendaraan Rp Pendapatan/ Beban lain-lain: Beban Bunga Rp Gambar 4.2 Laporan Laba Rugi (Parsial) Tahun Berakhir 31 Desember 2011 Sumber: PT Fujitec Indonesia Laporan laba rugi PT Fujitec Indonesia di atas melaporkan tentang beban depresiasi kendaraan sewa guna usaha selama 11 bulan dimulai Februari s/d Desember 2011 sebesar Rp , dan beban bunga yang dihitung dengan anuitas sepanjang periode sewa sebesar Rp Catatan laporan keuangan: a. Kendaraan yang diperoleh adalah sebesar Rp dan pembayaran uang muka Rp telah dijurnal pada tanggal 31 Januari b. Akumulasi depresiasi kendaraan sebesar Rp , diperoleh dari perhitungan harga perolehan dikurangi nilai sisa dibagi umur ekonomis dibagi 12 bulan dikali 11 bulan (periode depresiasi Februari sampai dengan Desember 2011), sesuai dengan perhitungan pada tabel 4.2. c. Kewajiban sewa guna usaha pada awal masa sewa guna usaha sebesar Rp , pada akhir tahun 2011 diklasifikasikan dalam kewajiban leasing sebesar Rp d. Beban bunga dihitung sebesar Rp

65 53 Laporan Posisi Keuangan (31 Desember 2012) Aktiva Tetap: Kendaraan Rp Akm. Depresiasi Kendaraan Rp ( ) Kewajiban: Hutang Leasing Rp - Gambar 4.3 Laporan Posisi Keuangan (Parsial) Pada 31 Desember 2012 Sumber: PT Fujitec Indonesia Berdasarkan laporan posisi keuangan perusahaan tanggal 31 Desember 2012 di atas memperlihatkan bahwa kewajiban sewa guna usaha telah dilunasi seluruhnya, perusahaan menggunakan hak opsinya untuk membeli kendaraan yang disewa guna usaha, sedangkan kendaraan sewa guna usaha yang dibeli pada akhir masa sewa usaha dilaporkan pada neraca sebesar nilai buku setelah dikurangi akumulasi penyusutan kendaraan selama periode sewa sebesar Rp Laporan Laba Rugi Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2012 Pendapatan: Beban Usaha: Beban Depresiasi Kendaraan Rp Pendapatan/ Beban lain-lain: Beban Bunga Rp Gambar 4.4 Laporan Laba Rugi (Parsial) Tahun Berakhir 31 Desember 2012 Sumber: PT Fujitec Indonesia

66 54 Laporan laba rugi di atas menjelaskan pelaporan beban depresiasi kendaraan selama satu tahun saat masa sewa berakhir. Beban depresiasi sebesar Rp dan beban bunga yang dilaporkan sebesar Rp Catatan Laporan Keuangan: a. Kewajiban sewa guna usaha pada tahun 2012 telah dilunasi seluruhnya. b. PT Fujitec Indonesia menggunakan hak opsinya untuk membeli kendaraan sebesar simpanan uang muka Rp c. Beban depresiasi kendaraan pada tahun 2012 sebesar Rp d. Beban bunga yang timbul pada tahun 2012 sebesar Rp Perlakuan Akuntansi Leasing Menurut PSAK Pencatatan transaksi sewa guna usaha yang dilakukan oleh perusahaan tergolong dalam capital lease, hal ini karena berdasarkan beberapa syarat yang terdapat dalam perjanjian sewa guna usaha yang dilakukan oleh perusahaan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 30 paragraf 10, sebagai berikut: a. Lessee memiliki hak opsi untuk membeli aset pada harga yang telah disetujui bersama pada saat dimulainya perjanjian sewa guna usaha, b. Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan oleh lessee ditambah dengan nilai sisa mencakup pengembalian harga perolehan barang modal serta bunganya sebagai keuntungan lessor, c. Masa sewa guna usaha minimum 2 tahun, d. Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara substansial mendekati nilai wajar aset, e. Aset bersifat khusus dan hanya lessee yang dapat menggunakannya tanpa perlu modifikasi secara material.

67 55 Dari penjelasan di atas dan melalui identifikasi ini dapat diketahui bahwa transaksi sewa guna usaha yang dilakukan oleh PT Fujitec Indonesia tergolong capital lease Pencatatan Perolehan Aktiva dan Kewajiban Uang muka merupakan jaminan atas hak opsi lessee untuk membeli aktiva yang disewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha. Dari jurnal yang dibuat terlihat perusahaan memperlakukan uang muka sebagai bagian dari pelunasan kewajiban, padahal uang muka bagi lessee merupakan harta yang pada akhir masa sewa guna usaha akan dipergunakan sebagai hak opsi untuk membeli kendaraan sebesar Rp Jurnal yang tepat pada saat membayar uang muka adalah pada sisi debet dicatat dalam klasifikasi aktiva lain-lain, sedangkan pada sisi kredit dicatat dengan perkiraan bank, PSAK paragraf 4. Biaya administrasi dan asuransi yang dibayarkan di awal masa sewa sebesar Rp oleh perusahaan diakui dan dibebankan sebagai biaya lainlain (beban executor), hal ini kurang tepat. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan paragraf 23 menyatakan, Biaya langsung awal umumnya terjadi sehubungan dengan aktivitas sewa tertentu, seperti aktivitas negosiasi dan pemastian pelaksanaan sewa. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung kepada aktivitas lessee untuk suatu sewa pembiayaan ditambahkan ke jumlah yang diakui sebagai aset. Pencatatan yang tepat menurut pernyataan standar akuntansi keuangan untuk biaya langsung awal yaitu pada sisi debet dicatat dalam klasifikasi aktiva sewa guna usaha. Nilai perolehan kendaraan sewa guna usaha yang tepat menurut PSAK adalah Rp diperoleh dari harga

68 56 kendaraan Rp ditambah biaya administrasi dan biaya asuransi Rp Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 30 paragraf 21 tentang perlakuan akuntansi sewa guna usaha dinyatakan sebagai berikut, aktiva tetap yang disewa guna usahakan dilaporkan sebagai bagian aktiva tetap dalam kelompok tersendiri, kewajiban sewa guna usaha yang bersangkutan harus disajikan terpisah dari kewajiban lainnya. Pencatatan perolehan yang lebih tepat berdasarkan PSAK No. 30 seharusnya dijurnal terpisah sebagai kelompok aktiva sewa guna usaha, sebagai berikut: Kendaraan sewa guna usaha... Rp Uang muka sewa guna usaha... Rp Kewajiban sewa guna usaha... Rp Bank... Rp Perbandingan pencatatan menurut perusahaan dan PSAK pada awal sewa dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:

69 57 Tabel 4.3 Perbandingan Jurnal Pada Awal Sewa Uraian Debet Kredit Keterangan A Pencatatan menurut perusahaan Kendaraan Biaya admin & asuransi Kewajiban SGU Tidak sesuai PSAK Tidak sesuai PSAK Tidak sesuai PSAK Kewajiban SGU Sesuai PSAK Bank Sesuai PSAK B Pencatatan menurut PSAK Kendaraan SGU Uang Muka SGU Kewajiban SGU Bank Sumber: Telah diolah kembali Pencatatan Pembayaran Angsuran dan Bunga Dari pencatatan yang telah dilakukan oleh perusahaan, terlihat bahwa perusahaan telah mencatat beban bunga berdasarkan metode anuitas yang memperhatikan nilai waktu uang. Pembayaran angsuran setiap bulan sebesar Rp merupakan pembayaran kewajiban pokok dan pembayaran beban bunga pada persentase tertentu atas sisa kewajiban yang harus dipenuhi. Dalam PSAK No. 30 paragraf 19 dinyatakan bahwa, tingkat diskonto yang ditentukan untuk menentukan nilai tunai dari pembayaran sewa guna usaha adalah tingkat bunga yang dibebankan oleh perusahaan sewa guna usaha atau tingkat

70 58 bunga yang berlaku pada awal masa sewa guna usaha. Tingkat bunga sewa guna usaha oleh perusahaan dihitung sebagai berikut: Harga perolehan Rp Uang muka Rp ( ) Saldo awal hutang Rp Beban bunga diperhitungkan selisih antara total nominal pembayaran sewa dengan saldo awal hutang sebelum dikurangi uang muka, sehingga nilai beban bunga sebesar: Jumlah nominal sewa Rp Harga perolehan Rp ( ) Beban bunga selama masa sewa Rp Tarif bunga selama masa sewa guna usaha adalah hasil bagi antara beban bunga dengan saldo awal hutang sewa. Tarif bunga = Rp x 100% Rp = 11,5282 % per tahun Tarif bunga sebesar 11,5282% dibagi 12 bulan sehingga tingkat bunga per bulan adalah 0,97% (pembulatan). Dari tingkat bunga tersebut kemudian ditentukan beban bunga per bulan. Beban bunga tiap bulan dapat dilihat pada table 4.1. Perusahaan telah mencatat beban bunga dengan menggunakan tingkat bunga atas dasar anuitas, sehingga telah sesuai dengan ketentuan PSAK. PT Fujitec Indonesia dalam menyajikan kewajiban sewa guna usaha di neraca telah memenuhi standar akuntansi yang berlaku dengan memisahkan

71 59 antara perkiraan kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Total kewajiban pada awal masa sewa guna usaha adalah sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa (hak opsi). Hal ini sesuai dengan PSAK No. 30 paragraf 24 yang menyatakan bahwa, pembayaran sewa guna usaha dialokasikan dan dicatat secara terpisah bagian yang merupakan pelunasan kewajiban sewa guna usaha dan beban bunga berdasarkan tingkat bunga yang diperhitungkan terhadap sisa kewajiban penyewa guna usaha. Dari penjelasan tersebut, jelas bahwa perusahaan juga telah mengalokasikan setiap pembayaran sewa guna usaha sebagai angsuran pokok kewajiban sewa guna usaha dan beban bunga semakin menurun selama periode sewa guna usaha. Dengan demikian jurnal yang telah dicatat perusahaan telah sesuai dengan ketentuan PSAK, karena jurnal beban bunga sudah sesuai dengan menggunakan tingkat bunga atas dasar anuitas Pencatatan Penyusutan Seperti yang telah dijelaskan pada bab II mengenai teori-teori bahwa aktiva tetap seperti peralatan, mesin, kendaraan, dan sebagainya kecuali tanah mempunyai umur ekonomis yang terbatas dan memberikan manfaat untuk beberapa periode akuntansi. Aktiva ini mengalami penurunan nilai dan setiap tahun dialokasikan sebagai beban berdasarkan umur ekonomisnya yang diestimasikan. Sesuai PSAK No. 30 paragraf 26 dinyatakan bahwa, aktiva yang disewa guna usaha harus disusutkan dalam jumlah yang wajar berdasarkan taksiran masa manfaatnya. Perhitungan depresiasi menurut PSAK dapat dlihat pada tabel 4.4 berikut:

72 60 Tabel 4.4 Perhitungan Depresiasi Menurut PSAK Tahun Nilai Buku Awal Tahun Tarif Beban Depresiasi Akumulasi Depresiasi Nilai Buku Akhir Tahun % % % % % % % % % Sumber: Telah diolah kembali Perusahaan telah menggunakan metode saldo menurun dalam menentukan beban depresiasi atas kendaraan dan umur ekonomisnya selama 8 tahun tanpa nilai sisa. Dalam pencatatan akumulasi depresiasi kendaraan, perusahaan mendebet beban depresiasi kendaraan dan mengkredit akumulasi depresiasi kendaraan tanpa memisahkan antara kendaraan sewa guna usaha dan kendaraan bukan sewa guna. Hal ini kurang tepat, seharusnya kendaraan tersebut dicatat dalam perkiraan tersendiri pada kelompok aktiva sewa guna usaha dan bukan kelompok aktiva tetap. Jurnal yang seharusnya dibuat oleh perusahaan adalah:

73 61 Penyusutan kendaraan sewa guna usaha... Rp Akumulasi penyusutan... Rp (Untuk mencatat akumulasi depresiasi kendaraan sewa guna usaha tahun 2011) Penyusutan kendaraan sewa guna usaha... Rp Akumulasi penyusutan... Rp (Untuk mencatat akumulasi depresiasi kendaraan sewa guna usaha tahun 2012) Sedangkan pada saat melaporkan beban depresiasi kendaraan dalam laporan laba rugi perusahaan telah mencatat pada kelompok beban usaha, hal ini sudah tepat sehingga tidak diperlukan jurnal koreksi. Perbandingan pencatatan menurut perusahaan dan PSAK dapat dilihat pada tabel 4.5 adalah: Tabel 4.5 Perbandingan Jurnal Penyusutan Uraian Debet Kredit Keterangan A Pencatatan menurut perusahaan Penyusutan kendaraan Akum. Peny. kendaraan Tidak sesuai PSAK Tidak sesuai PSAK B Pencatatan menurut PSAK Penyusutan kendaraan SGU Akum. Peny. Kendaraan SGU Sumber: Telah diolah kembali Pencatatan Di Akhir Nilai Opsi Pada akhir masa sewa perusahaan menggunakan hak opsinya membeli kendaraan sewa guna usaha, namun tidak ada pencatatan yang dilakukan karena pembayaran uang muka sebagai nilai opsi sudah dicatat diawal kontrak sebagai pengurang kewajiban sewa guna. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan menurut standar

74 62 akuntansi keuangan yang seharusnya uang muka yang dibayarkan diawal kontrak dicatat sebagai piutang lessor. Pada akhir masa sewa jurnal yang seharusnya dibuat adalah mendebet kewajiban sewa guna usaha dan mengkredit uang muka sewa guna usaha. Pada akhir masa sewa saldo kewajiban sewa guna usaha baik menurut perusahaan dan standar akuntansi keuangan akan nol. Jurnal yang dibuat seharusnya: Kewajiban sewa guna usaha... Rp Uang muka sewa guna usaha... Rp (Untuk mencatat nilai opsi di akhir kontrak) Kendaraan... Rp Akum. Depre. Kendaraan... Rp Kendaraan SGU... Rp Akum. Depre. Kendaraan SGU... Rp (Untuk mencatat aktiva setelah masa leasing berakhir) Perbandingan pencatatan di akhir nilai opsi menurut perusahaan dan PSAK dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:

75 63 Tabel 4.6 Perbandingan Jurnal Di Akhir Nilai Opsi Uraian Debet Kredit Keterangan A Pencatatan menurut perusahaan Tidak ada pencatatan - - Tidak sesuai PSAK B Pencatatan menurut PSAK Kewajiban SGU Uang muka SGU Kendaraan Akum. Penyusutan Kendaraan SGU Akum. Penyusutan SGU Sumber: Telah diolah kembali Penyajian Transaksi Capital Lease dalam Laporan Keuangan Penyajian transaksi sewa guna usaha yang lebih tepat berdasarkan standar akuntansi keuangan yang menggambarkan suatu laporan keuangan yang wajar pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat pada gambar 4.5 sampai 4.8 berikut:

76 64 Laporan Posisi Keuangan Menurut PSAK (31 Desember 2011) Aktiva Tetap: Kewajiban: Kendaraan SGU Rp Hutang Leasing Rp Akm. Depr. Kend SGU Rp ( ) Aktiva Lain-lain: Uang Muka SGU Rp Gambar 4.5 Laporan Posisi Keuangan Menurut PSAK Sumber: Telah diolah kembali Neraca di atas menjelaskan bahwa kendaraan sewa guna usaha telah dilaporkan secara terpisah dari aktiva milik perusahaan demikian halnya dengan akumulasi depresiasi kendaraan disajikan secara terpisah, sehingga kendaraan tersebut mempunyai nilai buku sebesar Rp Untuk simpanan jaminan dimasukkan dalam kelompok aktiva lain-lain sehingga kewajiban sewa guna usaha akan menampilkan jumlah yang sebenarnya. Laporan Laba Rugi Menurut PSAK Tahun Berakhir Desember 2011 Pendapatan: Beban Usaha: Penyusutan kendaraan SGU Rp Pendapatan/ Beban lain-lain: Beban Bunga Rp Gambar 4.6 Laporan Laba Rugi Menurut PSAK Sumber: Telah diolah kembali

77 65 Laporan laba rugi PT Fujitec Indonesia di atas menjelaskan tentang beban depresiasi kendaraan sewa guna usaha selama satu tahun dari tanggal dimulainya kendaraan tersebut digunakan terhitung mulai Februari sampai dengan Desember, sebesar Rp Untuk beban bunga dihitung berdasarkan metode anuitas dengan tingkat bunga 0.97 % per bulan sebesar Rp Laporan Posisi Keuangan Menurut PSAK (31 Desember 2012) Aktiva Tetap: Kewajiban: Kendaraan SGU Rp Hutang Leasing Rp - Akm. Depr. Kend SGU Rp ( ) Aktiva Lain-lain: Uang Muka SGU Rp - Gambar 4.7 Laporan Posisi Keuangan Menurut PSAK Sumber: Telah diolah kembali Kewajiban sewa guna usaha telah dilunasi seluruhnya, sehingga pada akhir masa sewa guna usaha perusahaan melaporkan kendaraan sewa guna usaha yang dibeli sebesar nilai buku kendaraan. Akumulasi depresiasi bersaldo sebesar Rp Kendaraan dibeli dengan menggunakan simpanan jaminan, oleh karena itu pada neraca per 31 Desember 2012 simpanan jaminan bersaldo nol.

78 66 Laporan Laba Rugi Menurut PSAK Tahun Berakhir 31 Desember 2012 Pendapatan: Beban Usaha: Penyusutan kendaraan SGU Rp Pendapatan/ Beban lain-lain: Beban Bunga Rp Gambar 4.8 Laporan Laba Rugi Menurut PSAK Sumber: Telah diolah kembali Beban penyusutan kendaraan dilaporkan sebesar Rp Sedangkan beban bunga sebesar Rp , merupakan beban bunga sewa guna usaha bulan Januari sampai dengan Desember 2012 pada saat masa sewa guna usaha berakhir. Catatan Laporan Keuangan: a. Pada akhir masa sewa guna usaha, perusahaan menggunakan hak opsinya untuk membeli kendaraan sebesar simpanan jaminan yaitu Rp dan kendaraan dicatat dalam kelompok aktiva tetap sebesar nilai bukunya yaitu Rp b. Beban depresiasi kendaraan dihitung selama sisa taksiran umur ekonomisnya sebesar Rp c. Perusahaan telah melunasi seluruh kewajibannya pada akhir tahun d. Beban bunga yang telah dibayar sampai tahun 2012 (Januari s/d Desember) sebesar Rp

79 67 Ringkasan penyajian laporan keuangan antara perusahaan dan PSAK dapat dilihat pada tabel 4.7 dan tabel 4.8 berikut: Tabel 4.7 Perbandingan Penyajian Laporan Keuangan Tahun 2011 Perusahaan PSAK Laporan Posisi Keuangan Aktiva Tetap Kendaraan Kendaraan SGU Akm. Peny. Kendaraan ( ) Akm. Peny. Kendaraan SGU ( ) Aktiva lain-lain Uang muka SGU Kewajiban Hutang leasing Laporan Laba Rugi Beban Usaha Penyusutan kendaraan Penyusutan kendaraan SGU Beban lain-lain Beban bunga Sumber: Telah diolah kembali

80 68 Tabel 4.8 Perbandingan Penyajian Laporan Keuangan Tahun 2012 Perusahaan PSAK Laporan Posisi Keuangan Aktiva Tetap Kendaraan Akm. Peny. Kendaraan ( ) ( ) Aktiva lain-lain Uang muka SGU - - Kewajiban Hutang leasing - - Laporan Laba Rugi Beban Usaha Penyusutan kendaraan Beban lain-lain Beban bunga Sumber: Telah diolah kembali Dari ringkasan tabel di atas, maka dapat diperbandingkan perlakuan akuntansi sewa guna usaha yang diterapkan perusahaan dengan perlakuan akuntansi menurut PSAK No Perlakuan Akuntansi Leasing Menurut Perpajakan Kegiatan sewa guna usaha yang dilakukan oleh perusahaan digolongkan sebagai sewa guna usaha dengan hak opsi sesuai ketentuan KMK-1169/KMK.01/1991, karena memenuhi semua kriteria berikut:

81 69 a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha ditambah dengan nilai sisa barang modal dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor, Harga perolehan: Rp Keuntungan lessor: Rp Jumlah pembayaran sewa guna usaha: Rp b. Masa sewa guna usaha sekurang-kurangnya dua tahun, c. Perjanjian sewa guna usaha memuat opsi bagi lessee. Persyaratan kegiatan sewa guna usaha perusahaan sesuai dengan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6: a. Pembiayaan yang diberikan berupa barang modal, yaitu aktiva berwujud berupa kendaraan, yang mempunyai manfaat lebih dari satu tahun. Aktiva digunakan secara langsung untuk memperlancar distribusi barang oleh perusahaan, b. Lessee telah memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP), c. Perusahaan mempunyai kegiatan usaha untuk dijalankan. Transaksi sewa guna usaha yang dilakukan perusahaan telah diikat dalam suatu perjanjian sewa guna usaha yang sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagaimana ketentuan pasal 9 KMK Dalam hal ketentuan umum menurut pasal 1 antara lain: a. Lessor adalah perusahaan pembiayaan atau perusahaan sewa guna usaha yang telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan dan melakukan kegiatan sewa guna usaha.

82 70 PT BII Finance Center selaku lessor atas transaksi sewa guna usaha yang dilakukan perusahaan, didirikan pada tanggal 13 Februari 1991 dengan akte no. 163 oleh notaris Richardus Nangkih Sinulingga, SH, di Jakarta, sebagai perusahaan dengan aktivitas usaha yaitu anjak piutang, sewa guna usaha, dan pembiayaan konsumen dan kartu kredit (multi finance). b. Simpanan jaminan (security deposit) adalah jumlah uang yang diterima lessor dari lessee pada permulaan masa lease sebagai jaminan untuk kelancaraan pembayaran lease. Ketentuan ini telah dilaksanakan oleh perusahaan dengan membayar sejumlah Rp sebagai uang muka sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha Pencatatan Perolehan Aktiva dan Kewajiban Mengacu pada pasal 13 KMK-1169, perlakuan akuntansi transaksi sewa guna usaha dilaksanakan sesuai dengan standar akuntansi di bidang sewa guna usaha di Indonesia, dengan demikian pencatatan akuntansi transaksi sewa guna usaha menurut pajak diperlakukan sama dengan pencatatan menurut PSAK, kecuali perlakuan pajak penghasilan yang akan dibahas lebih rinci oleh penulis. Sesuai dengan ketentuan di atas maka penulis akan menggunakan metode pendekatan menurut pencatatan PSAK dibandingkan dengan pajak. Pencatatan perolehan aktiva, pembayaran uang muka dan kewajiban menurut pajak sama dengan standar akuntansi keuangan, yaitu: Kendaraan sewa guna usaha... Rp Uang muka sewa guna usaha... Rp Kewajiban sewa guna usaha... Rp Bank... Rp

83 Pencatatan Pembayaran Angsuran Pokok dan Bunga Pembayaran sewa guna usaha dengan hak opsi yang dibayar atau terutang oleh perusahaan merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (pasal 16 ayat 1c KMK-1169). Hal ini berbeda dengan perlakuan akuntansi menurut standar akuntansi keuangan. Pada awal masa sewa, perusahaan mengakui sebagai aset dan liabilitas dalam laporan posisi keuangan, sebagai konsekuensinya angsuran pokok sewa guna usaha diperlakukan sebagai pembayaran (pelunasan) kewajiban sewa guna usaha sesuai PSAK paragraf 20 dan 21, sedangkan pembayaran bunga merupakan biaya (expense) yang dapat dibebankan. Pengakuan beban bunga menurut pajak dan PSAK telah sama, keduanya mengakui biaya tersebut sebagai beban keuangan. Pembayaran angsuran pokok dan bunga sewa guna usaha menurut PSAK dan pajak dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut: Tabel 4.9 Perbandingan Jurnal Pembayaran Angsuran dan Bunga Jurnal Debet Kredit A Jurnal menurut PSAK Kewajiban SGU Beban bunga Bank B Jurnal menurut pajak Biaya angsuran pokok Beban bunga Bank Sumber: Telah diolah kembali 71

84 Pencatatan Penyusutan Selama masa sewa guna usaha, lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang disewa guna usaha (pasal 16 ayat 1a KMK-1169). Hal ini berbeda dengan perlakuan standar akuntansi keuangan. Dalam standar akuntansi keuangan, aktiva tetap sewa guna usaha disusutkan oleh lessee, dengan demikian tidak ada jurnal yang dibukukan menurut pajak untuk mencatat biaya penyusutan Di Akhir Masa Sewa (Nilai Opsi) Pada saat berakhirnya masa sewa guna usaha, perusahaan menggunakan hak opsinya untuk membeli kendaraan tersebut, maka perusahaan melakukan penyusutan dan dasar penyusutannya adalah nilai sisa (residual value) kendaraan tersebut (Pasal 16 ayat 1b KMK-1169). Nilai opsi dari kendaraan tersebut adalah Rp sebesar uang muka yang dibayarkan perusahaan pada awal periode sewa. Pencatatan di akhir nilai opsi antara PSAK dengan pajak sama, yaitu: Kewajiban sewa guna usaha... Rp Uang muka sewa guna usaha... Rp Setelah mengambil alih kendaraan yang disewa dengan hak opsi, maka nilai perolehan aset (sebesar nilai opsi) dapat disusutkan oleh perusahaan sesuai dengan metode dan umur aset. Perhitungan beban penyusutan setelah opsi dilakukan untuk tahun-tahun berikutnya dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut:

85 73 Tabel 4.10 Perhitungan Penyusutan Setelah Hak Opsi Dilaksanakan Tahun Nilai Buku Awal Tahun Tarif Beban Penyusutan Nilai Buku Akhir Tahun 1 2 Tahun 1-2 tidak ada penyusutan karena sewa guna usaha 3 30,960,000 25% 7,740,000 23,220, ,220,000 25% 5,805,000 17,415, ,415,000 25% 4,353,750 13,061, ,061,250 25% 3,265,313 9,795, ,795,938 25% 2,448,984 7,346, ,346,953 25% 7,346,953-30,960,000 Sumber: Telah diolah kembali Penyajian Transaksi Capital Lease dalam Laporan Keuangan Penulis menggunakan metode pendekatan PSAK dalam menyajikan perbandingan laporan keuangan menurut pajak, menurut ketentuan pasal 13 KMK-1169 mengenai perlakuan akuntansi transaksi sewa guna usaha yang dilaksanakan sesuai dengan standar akuntansi di bidang sewa guna usaha di Indonesia. Ringkasan penyajian transaksi capital lease dalam laporan posisi keuangan menurut PSAK dan pajak adalah sama, karena laporan posisi keuangan pajak mengikuti laporan posisi keuangan menurut PSAK. Penyesuaian dilakukan dalam laporan laba rugi untuk biaya-biaya yang diperbolehkan menurut ketentuan pajak. Laporan laba rugi menurut PSAK harus disesuaikan dengan cara

86 74 melakukan koreksi biaya-biaya yang tidak diperbolehkan menurut ketentuan pajak untuk mendapatkan laporan keuangan fiskal dan untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak. Untuk itu, penulis akan menyajikan laporan laba rugi untuk mengetahui perbedaan antara PSAK dengan pajak. Perbandingan penyajian laporan laba rugi menurut PSAK dan pajak dapat dilihat pada gambar 4.9 sampai 4.12 berikut: Laporan Laba Rugi Menurut PSAK Tahun Berakhir Desember 2011 Pendapatan: Beban Usaha: Penyusutan kendaraan SGU Rp Pendapatan/ Beban lain-lain: Beban Bunga Rp Gambar 4.9 Laporan Laba Rugi Menurut PSAK Yang Berakhir 31 Desember 2011 Sumber: Telah diolah kembali Laporan Laba Rugi Menurut Pajak Tahun Berakhir 31 Desember 2011 Pendapatan: Beban Usaha: Biaya angsuran pokok SGU Rp Pendapatan/ Beban lain-lain: Beban Bunga Rp Gambar 4.10 Laporan Laba Rugi Menurut Pajak Yang Berakhir 31 Desember 2011 Sumber: Telah diolah kembali

87 75 Laporan Laba Rugi Menurut PSAK Tahun Berakhir 31 Desember 2012 Pendapatan: Beban Usaha: Penyusutan kendaraan SGU Rp Pendapatan/ Beban lain-lain: Beban Bunga Rp Gambar 4.11 Laporan Laba Rugi Menurut PSAK Yang Berakhir 31 Desember 2012 Sumber: Telah diolah kembali Laporan Laba Rugi Menurut Pajak Tahun Berakhir 31 Desember 2012 Pendapatan: Beban Usaha: Biaya angsuran pokok SGU Rp Pendapatan/ Beban lain-lain: Beban Bunga Rp Gambar 4.12 Laporan Laba Rugi Menurut Pajak Yang Berakhir 31 Desember 2012 Sumber: Telah diolah kembali 4.4 Pengaruh Transaksi Capital Lease Terhadap Laporan Fiskal Pengaruh Transaksi Capital Lease Terhadap Laporan Fiskal Untuk membuat laporan keuangan fiskal terlebih dahulu perusahaan membuat rekonsiliasi/koreksi fiskal atas penghasilan dan biaya-biaya yang harus disesuaikan dengan peraturan perpajakan. Menurut ketentuan pajak, selama masa sewa guna usaha, lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal

88 76 yang disewa guna usaha, sampai saat lessee menggunakan hak opsi untuk membeli. Namun pembayaran angsuran sewa guna usaha yang telah dibayar oleh lessee, baik angsuran pokok dan beban bunga, merupakan biaya yang dapat dikurangkan (deductible expense) dari penghasilan bruto. Dalam membuat rekonsiliasi fiskal transaksi capital lease ini, perusahaan harus melakukan koreksi fiskal atas laporan keuangan sebagai berikut: a. Melakukan koreksi biaya penyusutan, yaitu tidak membebankan biaya penyusutan atas aktiva tetap sewa guna usaha dengan hak opsi. b. Melakukan koreksi biaya angsuran sewa guna usaha, yaitu dengan memasukkan angsuran pokok sewa guna usaha sebagai biaya (pengurang penghasilan bruto). c. Biaya bunga tetap dapat diakui sebagai biaya (sama antara akuntansi komersial dengan akuntansi fiskal). Diasumsikan pendapatan dan beban usaha lainnya sudah sesuai dengan aturan perpajakan, maka data berikut hanya akan menampilkan koreksi fiskal terkait dengan transaksi capital lease saja. Laporan keuangan fiskal dapat dilihat pada tabel 4.11 dan 4.12 berikut:

89 77 Tabel 4.11 Laporan Keuangan Fiskal Periode 31 Desember 2011 Koreksi Fiskal Uraian Komersial Fiskal Ket. Positif Negatif Pendapatan Beban Usaha: Beban peny. kendaraan SGU Beban usaha lainnya Angsuran pokok SGU Total Beban Usaha Penghasilan Bersih Pendapatan/Beban Lain-lain: Beban Bunga Total pendapatan/beban lain-lain Penghasilan Kena Pajak (PKP) Beban pajak Penghasilan setelah pajak Sumber: Telah diolah kembali Beban depresiasi kendaraan sewa guna usaha dikoreksi positif sebesar Rp , sehingga secara fiskal biaya tersebut tidak diakui karena aktiva masih dalam pembiayaan sewa guna usaha. Namun fiskal mengakui biaya angsuran pokok sewa guna usaha sebesar Rp sehingga biaya usaha lainnnya dikoreksi negatif, yang berarti menambah biaya sebagai pengurang penghasilan bruto. Sementara beban bunga sewa guna usaha tidak dikoreksi

90 78 karena telah sesuai dengan ketentuan bahwa beban bunga menjadi pengurang penghasilan bruto. Tabel 4.12 Laporan Keuangan Fiskal Periode 31 Desember 2012 Koreksi Fiskal Uraian Komersial Fiskal Ket. Positif Negatif Pendapatan Beban Usaha: Beban peny. kendaraan SGU Beban usaha lainnya Angsuran pokok SGU Total Beban Usaha Penghasilan Bersih Pendapatan/Beban Lain-lain: Beban Bunga Total pendapatan/beban lain-lain Penghasilan Kena Pajak (PKP) Beban pajak Penghasilan setelah pajak Sumber: Telah diolah kembali Beban depresiasi kendaraan sewa guna usaha dikoreksi positif sebesar Rp karena aktiva masih dalam sewa guna usaha sehingga menambah penghasilan kena pajak secara fiskal. Sementara pembayaran angsuran pokok sewa guna usaha sebesar Rp dikoreksi negatif atau diakui sebagai

91 79 biaya untuk mengurangi penghasilan bruto. Dan beban bunga sebesar Rp tidak dikoreksi karena biaya tersebut diakui secara fiskal. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa perlakuan akuntansi sewa guna usaha dengan hak opsi yang diterapkan perusahaan (komersial) mempengaruhi laporan keuangan fiskal. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari biaya yang dapat diakui menurut perpajakan. Biaya yang dapat diakui menurut perpajakan menghasilkan penghasilan kena pajak dan akan mempengaruhi perhitungan pajak penghasilan yang terutang oleh perusahaan. Perbandingan biaya yang diakui dapat dilihat pada tabel 4.13 dan tabel 4.14 berikut: No Tabel 4.13 Perbandingan Biaya yang Diakui Tahun 2011 Biaya yang diakui Pencatatan menurut Perusahaan Pencatatan sesuai PSAK Pencatatan sesuai Pajak 1 Biaya Penyusutan Biaya Angsuran Pokok Biaya Bunga Total Biaya yang diakui Pajak Penghasilan 25% Penghematan Pajak Sumber: Telah diolah kembali Besarnya penghematan pajak dilakukan dengan cara membandingkan jumlah biaya yang dapat dikurangkan (total biaya yang diakui). Penghematan pajak yang diperoleh dengan transaksi sewa guna usaha dengan hak opsi untuk tahun 2011 adalah sebesar Rp didapat dari pajak penghasilan menurut pajak Rp dikurangi pajak penghasilan menurut PSAK Rp

92 80 Penghitungan pajak berdasarkan ketentuan perpajakan yang disesuaikan dari aturan standar akuntansi keuangan yang diterima umum di Indonesia, oleh karena itu nilai pajak penghasilan sebagai pengurang untuk mendapatkan angka penghematan pajak diambil dari nilai pajak penghasilan menurut PSAK. No Tabel 4.14 Perbandingan Biaya yang Diakui Tahun 2012 Biaya yang diakui Pencatatan menurut Perusahaan Pencatatan sesuai PSAK Pencatatan sesuai Pajak 1 Biaya Penyusutan Biaya Angsuran Pokok Biaya Bunga Total Biaya yang diakui Pajak Penghasilan 25% Penghematan Pajak Sumber: Telah diolah kembali Penghematan pajak yang diperoleh perusahaan dengan transaksi sewa guna usaha dengan hak opsi untuk tahun 2012 adalah Rp diperoleh dari pajak penghasilan menurut pajak Rp dikurangi pajak penghasilan menurut PSAK Rp Bagi perusahaan, pajak merupakan salah satu beban utama yang mengurangi laba bersih. Minimalisasi beban pajak dapat dilakukan dengan perencanaan pajak yaitu memanfaatkan peluang berkaitan dengan peraturan perpajakan yang menguntungkan perusahaan dan tidak merugikan pemerintah dengan cara yang legal. Perusahaan telah melakukan manajemen perpajakan dengan benar, dengan melakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan

93 81 perpajakan dengan tujuan agar dapat memilih jenis tindakan penghematan pajak yang dilakukan. jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin untuk memperoleh laba yang diharapkan. Perencanaan pajak yang dilakukan perusahaan sudah tepat dalam mendapatkan aktiva kendaraan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi Perbandingan Antara Sewa Guna Usaha Dengan Pembelian Tunai Analisis yang diperlukan untuk membandingkan pembelian kendaraan secara tunai dengan menggunakan leasing adalah menentukan tingkat suku bunga pinjaman yang akan digunakan sebagai tingkat diskon untuk memperoleh nilai tunai. Skedul pembayaran biaya sewa dan nilai tunainya: Jaminan (uang muka) Nilai sewa guna usaha Tingkat bunga Tingkat diskon : Rp : Rp : 11,53% per tahun (dari lessor) : 9,71% (sumber Bank BCA bulan Januari 2014) Bunga deposito : 5,0% (sumber Bank BCA bulan Januari 2014) Masa sewa guna usaha : 2 tahun (24 bulan) 4.15 berikut: Skedul pembayaran biaya sewa dan nilai tunainya dapat dilihat pada tabel

94 82 Perio de Tabel 4.15 Skedul Pembayaran Sewa dan Nilai Tunainya A B C D E F Angsuran /bulan Angsuran Bunga Angsuran Pokok Sisa Pinjaman Tingkat Diskon Nilai Tunai SGU 1 3,357,000-3,357,000 68,883, ,357, ,357, ,628 2,688,372 66,194, ,330, ,357, ,533 2,714,467 63,480, ,303, ,357, ,184 2,740,816 60,739, ,276, ,357, ,580 2,767,420 57,971, ,250, ,357, ,718 2,794,282 55,177, ,224, ,357, ,594 2,821,406 52,356, ,198, ,357, ,208 2,848,792 49,507, ,172, ,357, ,555 2,876,445 46,631, ,147, ,357, ,634 2,904,366 43,726, ,122, ,357, ,442 2,932,558 40,794, ,097, ,357, ,977 2,961,023 37,833, ,072, ,357, ,235 2,989,765 34,843, ,047, ,357, ,214 3,018,786 31,824, ,023, ,357, ,912 3,048,088 28,776, ,998, ,357, ,325 3,077,675 25,698, ,974, ,357, ,451 3,107,549 22,591, ,950, ,357, ,286 3,137,714 19,453, ,927, ,357, ,830 3,168,170 16,285, ,903, ,357, ,077 3,198,923 13,086, ,880, ,357, ,026 3,229,974 9,856, ,857, ,357,000 95,673 3,261,327 6,595, ,834, ,357,000 64,017 3,292,982 3,302, ,811, ,357,000 54,900 3,302, ,789,121 80,568,000 8,328,000 72,240,000 73,552,233 Sumber: Telah diolah kembali

95 83 Tabel di atas diperoleh dari perhitungan berikut: PV = nilai sewa guna usaha (Rp ) i = tingkat bunga per bulan (11,53% / 12 = 0,97%) d = tingkat diskon per bulan (9,71% / 12 = 0,81%) n = jangka waktu 24 bulan Bulan ke-1 Bulan ke-2 A = = PV + (PV x i) A = n ( x 11,53%) 24 = B = 0 B = i x PV ke 0 = 0,97% x = C = C = A - B = = D = PV - C D = PV - C = = = E = 1 E = 1 (1+d)ⁿ ¹ = 1 (1+0,81%)² ¹ = 0, F = A x E F = A x E = x 1 = = x 0, = Bulan berikutnya menggunakan rumus bulan ke-2.

96 84 Berdasarkan perhitungan pada tabel 4.15, total biaya sewa secara nominal adalah sebesar Rp , sedangkan nilai tunai (present value) dengan tingkat diskon 9,71% adalah sebesar Rp Semua biaya sewa ini dapat diakui sebagai biaya dalam menghitung penghasilan kena pajak. Selain biaya sewa yang masih dapat dikurangkan adalah beban penyusutan. Di akhir kontrak perusahaan mengambil alih kendaraan yang disewa dengan hak opsi, maka nilai perolehan kendaraan (sebesar nilai opsi) dapat disusutkan. Perhitungan beban penyusutan nilai opsi dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut: Tabel 4.16 Penyusutan Di Akhir Opsi dan Nilai Tunainya Tahun Nilai Buku Awal Tahun Tarif Beban Penyusutan Nilai Buku Akhir Tahun Tingkat Diskon Nilai Tunai Beban Penyusutan 1 2 Tahun 1-2 tidak ada penyusutan karena sewa guna usaha 3 30,960,000 25% 7,740,000 23,220, ,861, ,220,000 25% 5,805,000 17,415, ,006, ,415,000 25% 4,353,750 13,061, ,739, ,061,250 25% 3,265,313 9,795, ,872, ,795,938 25% 2,448,984 7,346, ,280, ,346,953 25% 7,346, ,500,560 30,960,000 19,260,975 Sumber: Telah diolah kembali

97 85 Berdasarkan tabel 4.15 dan 4.16 dengan menggunakan tingkat bunga sewa guna usaha 11,53% dan tingkat diskon 9,71% maka nilai perolehan keseluruhan kendaraan (lease fee dan nilai opsi) adalah sebesar Rp dan total nilai tunai yang dapat dibiayakan adalah Rp Jika perusahaan melakukan pembelian kendaraan secara langsung, maka yang dapat diakui sebagai biaya adalah beban penyusutan. Untuk menghitung besarnya beban penyusutan metode yang digunakan adalah metode saldo menurun, umur aset 8 tahun sesuai dengan ketentuan. Besarnya biaya per tahun penyusutan dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut: Tabel 4.17 Beban Penyusutan Dan Nilai Tunainya Tahun Nilai Buku Tarif Beban Penyusutan Saldo Tingkat Diskon Nilai Tunai Beban Penyusutan 1 103,200,000 25% 25,800,000 77,400, ,516, ,400,000 25% 19,350,000 58,050, ,076, ,050,000 25% 14,512,500 43,537, ,990, ,537,500 25% 10,884,375 32,653, ,513, ,653,125 25% 8,163,281 24,489, ,136, ,489,844 25% 6,122,461 18,367, ,511, ,367,383 25% 4,591,846 13,775, ,400, ,775,537 25% 13,775, ,563, ,200,000 75,707,262 Sumber: Telah diolah kembali

98 86 Berdasarkan tabel 4.17 diketahui bahwa nilai tunai dari akumulasi penyusutan dengan tingkat diskon 9,71% adalah Rp Perbandingan antara harga perolehan dan penghematan pajak antara sewa guna usaha dengan pembelian langsung dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut: Tabel 4.18 Perbandingan antara SGU dengan Pembelian Langsung Keterangan Harga Perolehan: Sewa Guna Usaha dengan Bunga 11,53% Nominal PV (Tingkat Diskon 9,71%) Nominal Beli secara Tunai PV (Tingkat Diskon 9,71%) Biaya sewa Nilai opsi Harga kendaraan Jumlah Jumlah yang boleh dibiayakan: Biaya sewa Beban penyusutan Jumlah PPh 25% SGU PPh 25% beli tunai ( ) ( ) Penghematan pajak Sumber: Telah diolah kembali Besarnya perbandingan penghematan pajak antara sewa guna usaha dengan pembelian tunai dilakukan dengan cara membandingkan jumlah biaya

99 87 yang dapat dikurangkan dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak. Untuk sewa guna usaha, biaya yang dapat dikurangkan adalah seluruh biaya sewa dan beban penyusutan sebesar nilai opsi, sedangkan untuk pembelian langsung adalah sebesar beban penyusutannya saja. Di samping dihitung berdasarkan nilai nominal juga dihitung berdasarkan nilai tunai (PV) seperti pada tabel Hitungan yang dilakukan pada tabel 4.18 dapat diketahui besarnya penghematan pajak dengan tingkat bunga sewa guna usaha 11,53% dan tingkat bunga 9,71% secara nominal adalah Rp dan nilai tunainya adalah Rp Nilai tunai dengan tingkat diskon 9,71% yang dikeluarkan untuk memperoleh kendaraan dengan sewa guna usaha adalah Rp , lebih besar dari pembelian tunai sebesar Rp Namun perusahaan dapat memperoleh penghematan tunai dari opportunity pendapatan bunga deposito, serta neto dari penghematan pajak dan selisih nilai tunai biaya sewa dengan penghematan dana tunai karena sewa guna usaha sebesar Rp Besarnya jumlah penghematan tunai dapat dilihat pada tabel 4.19 berikut:

100 88 Tabel 4.19 Jumlah Penghematan Tunai antara SGU dengan Pembelian Tunai Keterangan Tingkat diskon (9,71%) Nilai tunai biaya sewa ( ) Penghematan dana tunai karena sewa guna usaha Selisih kurang biaya sewa ( ) Penghematan pajak Penghematan netto Opportunity pendapatan bunga deposito Jumlah penghematan tunai Sumber: Telah diolah kembali Dari tabel 4.19 di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelian secara sewa guna usaha lebih menguntungkan dibandingkan dengan pembelian tunai, karena dibandingkan dengan pembelian tunai terdapat penghematan neto. Besarnya jumlah penghematan neto dengan tingkat diskon 9,71% adalah Rp

101 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab IV, maka penulis memperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Metode yang digunakan dalam memperlakuan transaksi leasing oleh PT Fujitec Indonesia adalah metode capital lease yaitu kegiatan pembiayaan barang modal dengan hak opsi artinya barang modal menjadi hak milik perusahaan di akhir kontrak. Transaksi ini disajikan dalam laporan keuangan sebagai aktiva tetap dan kewajiban leasing, dan disusutkan dengan metode saldo menurun. 2. Perlakuan transaksi capital lease oleh perusahaan yang tidak sesuai dengan pernyataan standar akuntansi keuangan terdapat pada pencatatan aktiva tetap, jumlah nilai perolehan aktiva, pencatatan pembayaran uang muka, dan pencatatan di akhir nilai opsi. Nilai perolehan adalah harga barang ditambah biaya langsung yang dikeluarkan sehubungan dengan aktivitas leasing, jadi nilai perolehan aktiva menurut PSAK adalah Rp , sedangkan menurut perusahaan adalah Rp Pembayaran uang muka merupakan simpanan jaminan dan disajikan sebagai aktiva lain-lain. Perkiraan ini akan disesuaikan di akhir nilai opsi dilakukan. Pencatatan yang benar sesuai PSAK adalah mendebet uang muka leasing dan disisi kredit bank. Sementara perusahaan 89

102 90 mencatat pembayaran uang muka sebagai bagian dari pelunasan kewajiban. Penyajian yang sesuai PSAK adalah aktiva leasing dipisahkan dari aktiva tetap lainnya, berbeda dengan perusahaan yang menyajikan aktiva leasing dalam kelompok aktiva tetap lainnya. 3. Perbedaan paling mendasar dalam kegiatan capital lease adalah tidak diperbolehkan penyusutan dalam peraturan perpajakan. Namun peraturan perpajakan memberi pembebanan yang sama seperti pada PSAK yaitu diperbolehkan mengurangkan jumlah angsuran pembayaran leasing. 4. Perlakuan akuntansi capital lease mempengaruhi laporan keuangan fiskal dalam hal biaya-biaya yang diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan bruto menurut pajak. Dampak tersebut dapat dilihat dari penghitungan biaya yang diakui menurut PSAK dan pajak, terdapat penghematan pajak penghasilan sebesar Rp pada tahun 2011 dan Rp di tahun Perbandingan perhitungan nilai tunai antara leasing dengan pembelian tunai dengan menggunakan tingkat diskon 9,71% dapat disimpulkan bahwa pembelian dengan sewa guna usaha lebih menguntungkan dibandingkan dengan pembelian tunai, karena terdapat penghematan neto. 5.2 Saran Agar perusahaan dapat mengungkapkan dan menyajikan laporan keuangan yang wajar, maka penulis memberikan beberapa saran yang diusulkan mengenai perlakuan akuntansi leasing yang lebih tepat sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku, saran-saran tersebut antara lain:

103 91 1. Saat memperoleh aktiva leasing, menurut penulis disarankan untuk mencatat dalam kelompok aktiva leasing dan terpisah dengan aktiva tetap lainnya. Demikian juga halnya dengan perkiraan akumulasi depresiasi aktiva leasing dicatat dalam perkiraan tersendiri dan sebagai perkiraan kontra dari aktiva leasing. 2. Saat membayar uang muka leasing, penulis menyarankan mencatat dalam kelompok aktiva lain dan bukan kelompok aktiva tetap. Perkiraan ini akan ditutup pada akhir kontrak yang ditandai dengan pembelian aktiva tersebut oleh perusahaan. 3. Saat membayar biaya administrasi sehubungan dengan aktivitas leasing, penulis menyarankan untuk mencatat dalam kelompok nilai perolehan aktiva leasing. Biaya tersebut terjadi sehubungan dengan aktivitas leasing yang dapat diatribusikan secara langsung dan menambah nilai perolehan kendaraan. Pengakuan dan pencatatan nilai perolehan yang tepat menjadi penentu untuk menghitung biaya penyusutan. 5.3 Keterbatasan Penelitian Kasus yang digunakan dalam penelitian dianggap sebagai salah satu leasing yang ada di Indonesia. Kurangnya kemampuan penulis tentang praktik leasing yang sebenarnya sehingga memungkinkan contoh atau sampel yang diberikan kurang akurat.

104 DAFTAR PUSTAKA Agoes, Sukrisno Akuntansi Perpajakan, Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat. Gunadi Akuntansi Pajak, Edisi Revisi Jakarta: Grasindo. Ikatan Akuntan Indonesia Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1, Revisi 2009: Penyajian Laporan Keuangan. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan. Ikatan Akuntan Indonesia Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16, Revisi 2011: Aset Tetap. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan. Ikatan Akuntan Indonesia Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 34, Revisi 2011: Sewa. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan. Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, and Terry D. Warfield Intermediate Accounting, Volume 2, IFRS Edition. John Wiley & Sons, Inc. Muljono, Djoko Pengaruh Perpajakan pada Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. Yogyakarta: ANDI. Muljono, Djoko dan Wicaksono, Baruni Akuntansi Pajak Lanjutan. Yogyakarta: ANDI. Resmi, Siti Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat. Suandy, Erly Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat. Sugiyono Metodologi Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta.. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.. KMK-1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing). 92

105 93. SE-129/PJ/2009 tentang Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai atas Transaksi Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi dan Transaksi Penjualan dan Penyewagunausahaan Kembali.. SE-10/PJ.42/1994 tentang perlakuan PPh dan PPN terhadap Perjanjian Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi yang Berakhir Menjadi Lebih Singkat dari Masa Sewa Guna Usaha yang Disyaratkan dalam Pasal 3 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/ SE-02/PJ.31/1993 tentang Penyempurnaan SE Dirjen Nomor 29/PJ.42/1992 Tanggal 19 Desember 1992 tentang Perlakuan PPh terhadap Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing).. SE-29/PJ.42/1992 tentang Perlakuan Pajak Penghasilan terhadap Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing). Waluyo Perpajakan Indonesia, Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat. Weygandt, Jerry J., Paul D. Kimmel, Donald E. Kieso Financial Accounting, IFRS Edition. John Wiley & Sons, Inc.

106

107 LAPORAN MAGANG A. Uraian Kegiatan Penulis melaksanakan magang di tempat penulis bekerja yaitu di PT Fujitec Indonesia. Selama magang penulis ditempatkan di bagian Accounting sebagaimana penulis juga mengemban tugas dan tanggung jawab sebagai Finance & Accounting Manager. Bagian ini berfungsi melakukan administrasi keuangan dalam upaya meningkatkan produktifitas kerja perusahaan. Tugas bagian Accounting yaitu menganalisa transaksi, memproses, menjurnal, membukukan, rekapitulasi, kontrol, dan rekonsiliasi serta mengelola administrasi keuangan perusahaan sesuai dengan standar yang berlaku, memastikan dan menganalisis keabsahan dokumen pendukung administrasi keuangan, menjalankan sistem filling dalam aktivitas administrasi, dan membuat laporan keuangan. Pada bagian Accounting penulis melakukan pekerjaan sebagai berikut: 1. Mengecek dan menandatangani pembayaran. 2. Mengecek dan menandatangani invoice. 3. Mengecek general ledger Fujitec Jakarta dan Batam. 4. Menyusun laporan keuangan konsolidasi (FR10) dan mengirimkan melalui ke Fujitec Singapore selaku induk perusahaan. 5. Menyusun laporan FR20 dan mengirimkan ke Fujitec Singapore. 6. Membuat analisa laporan keuangan untuk direktur. 7. Membuat daftar gaji dan pembayarannya. 8. Mengecek dan menandatangani laporan lembur. 1

108 9. Liaise dengan auditor dari Grand Thornton (Kantor Akuntan Publik) di setiap kuartal dan akhir tahun. 10. Menyusun budget perusahaan tahun untuk Batam dan Jakarta. B. Sistem atau Prosedur Berikut ini adalah sistem atau prosedur pembayaran pada PT Fujitec Indonesia: 1. Departemen lain (end user) Mengisi formulir permintaan uang muka berdasarkan kegunaannya untuk aktivitas perusahaan, seperti tugas keluar kota, dan lain-lain kemudian meminta persetujuan kepala bagian, serta menyerahkan formulir tersebut ke bagian Finance untuk proses pembayaran. Menerima surat jalan dan invoice dari supplier setelah barang yang dipesan diterima, kemudian dicocokkan dengan purchase order (PO) dan purchase requisition (PR). Menyerahkan purchase requisition, purchase order, surat jalan, dan invoice ke bagian Finance untuk proses pembayaran. 2. Finance Staf A. Pembuatan voucher Menerima formulir permintaan uang muka dan/atau satu set permintaan pembayaran kepada supplier (PR, PO, surat jalan & invoice). Kondisi yang perlu diperhatikan; permintaan pembayaran harus sudah disetujui oleh kepala bagian yang berwenang, pembayaran kepada siapa harus jelas, dokumen pendukung dan bukti-bukti sesuai dengan jumlah yang diclaim, memeriksa apakah ada pembayaran yang dikenakan pajak, 2

109 Jika permintaan pembayaran sudah sesuai dengan ketentuan maka lanjut ke langkah berikutnya. Jika permintaan pembayaran tidak sesuai dengan ketentuan maka satu set permintaan pembayaran dikembalikan kepada user untuk direvisi. Membuat payment voucher dan jurnal. Penomoran payment voucher seperti; BR/P/13/12/nomor urut, BR: bank BCA Rupiah, P: pembayaran, 13: tahun 2013, 12: bulan Desember, dilanjutkan nomor urut voucher. Klasifikasi biaya harus sesuai dengan pos-pos pembukuan. Menyiapkan alat pembayaran berupa Bilyet Giro (BG)/cek/Telegraphic Transfer (TT). Pengisian cek/bg/tt harus sesuai dengan ketentuan bank, nama dan nomor rekening penerima harus dicantumkan di BG/TT, penggunaan cek/bg harus berurutan, pada potongan cek/bg harus ditulis nomor urut PV, tanggal, nama penerima, jumlah yang dibayar, dan uraian. Bubuhkan stempel perusahaan. Menyerahkan payment voucher beserta cek/bg/tt ke supervisor untuk dicek. B. Distribusi pembayaran Menerima satu set pembayaran yang telah diotorisasi oleh supervisor, manager, dan direktur. Memeriksa kembali PV dan BG/TT/cek untuk memastikan dokumen tersebut telah diotorisasi. Menggandakan (fotokopi) BG/cek dan melampirkannya ke dalam PV. Mendistribusikan pembayaran kepada supplier dan bank berdasarkan ketentuan pembayaran. Pembayaran melalui bank harus disertai bukti transfer untuk dilampirkan di PV sebagai bukti pembayaran. Pembayaran secara 3

110 tunai, penerima harus membubuhkan tanda tangan, nama, dan tanggal dikolom penerima PV. 3. Finance & Accounting Supervisor Mengecek payment voucher, cek/bg/tt dan jurnal yang dibuat oleh Finance Staf. Kondisi PV dan cek/bg/tt harus sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang ada. Jika PV sudah benar, maka lanjut ke langkah berikutnya. Jika PV tidak benar, maka PV, BG/cek/TT beserta dokumen pendukung dikembalikan ke Finance staf untuk direvisi. Menyerahkan PV dan cek/bg/tt ke Finance & Accounting Manager untuk diotorisasi. 4. Finance & Accounting Manager Mengecek payment voucher, BG/TT/cek yang telah dicek terlebih dahulu oleh Finance & Accounting Supervisor. Jika kondisi pembayaran telah sesuai maka menuju langkah berikutnya, namun jika ada kesalahan maka satu set pembayaran dikembalikan kepada supervisor untuk dicek ulang. Menandatangani payment voucher dan BG/TT/cek. Penandatanganan BG/TT/cek harus sesuai dengan resolusi masing-masing bank. 5. Direktur Finance staf meminta tanda tangan kepada direktur setelah satu set pembayaran ditandatangani oleh Finance & Accounting Manager. Direktur memberikan tanda tangan di BG/TT/cek berdampingan dengan Finance & Accounting Manager. 4

111 Setelah direktur tanda tangan, satu set pembayaran dikembalikan ke Finance staf untuk diproses selanjutnya. C. Flowchart Sistem atau Prosedur Flowchart sistem atau prosedur pembayaran dapat dilihat pada gambar 1.1 sampai dengan gambar 1.6 berikut: 5

112 Departemen Lain A Mulai Supplier Menerima dokumen Mengisi & meminta persetujuan formulir permintaan uang muka PO (otorisasi) PR (otorisasi) Invoice DO PUM (otorisasi) Cocok? Tidak Konfirmasi ke Supplier Ya B Dokumen diserahkan ke Finance Keterangan: PUM: Permintaan Uang Muka PO: Purchase Order PR: Payment Request DO: Delivery Order PR (otorisasi) PO (otorisasi) DO Invoice B Gambar 1.1 Flowchart Sistem atau Prosedur Pembayaran PT Fujitec Indonesia Sumber: Telah diolah kembali 6

113 B Finance Staf B B PUM (otorisasi) Mengecek Invoice DO PO (otorisasi) PR (otorisasi) Sesuai? Tidak Peminta Pembayaran Ya PV Membuat PV & BG/TT/cek BG/TT/ce k Dokumen pendukung Keterangan: PUM: Permintaan Uang Muka PO: Purchase Order PR: Payment Request DO: Delivery Order PV: Payment Voucher BG: Bilyet Giro TT: Telegraphic Transfer C Gambar 1.2 Flowchart Sistem atau Prosedur Pembayaran PT Fujitec Indonesia Sumber: Telah diolah kembali 7

114 Finance Supervisor C C PV BG/TT/cek Dokumen pendukung Mengecek Sesuai? Tidak Finance Staf Ya Serahkan ke FAM PV BG/TT/cek Dokumen pendukung Keterangan: PUM: Permintaan Uang Muka PO: Purchase Order PR: Payment Request Gambar 1.3 Flowchart Sistem atau Prosedur Pencatatan DO: Delivery Order PT Fujitec Indonesia D PV: Payment Voucher BG: Bilyet Giro TT: Telegraphic Transfer Gambar 1.3 Flowchart Sistem atau Prosedur Pembayaran PT Fujitec Indonesia Sumber: Telah diolah kembali 8

115 F&A Manager D D PV BG/TT/cek Dokumen pendukung Mengecek Sesuai? Tidak Finance Supervisor Otorisasi Ya PV (otorisasi) BG/TT/cek (otorisasi) Dokumen pendukung E Keterangan: PUM: Permintaan Uang Muka PO: Purchase Order PR: Payment Request DO: Delivery Order PV: Payment Voucher BG: Bilyet Giro TT: Telegraphic Transfer Gambar 1.4 Flowchart Sistem atau Prosedur Pembayaran PT Fujitec Indonesia Sumber: Telah diolah kembali 9

116 Direktur E E PV (otorisasi) BG/TT/cek (otorisasi) Dokumen pendukung Otorisasi Gambar 1.5 Flowchart Sistem atau Prosedur Pembayaran PT Fujitec Indonesia PV (otorisasi) Sumber: Telah diolah kembali BG/TT/cek (otorisasi) Dokumen pendukung B Keterangan: PUM: Permintaan Uang Muka PO: Purchase Order PR: Payment Request DO: Delivery Order PV: Payment Voucher BG: Bilyet Giro TT: Telegraphic Transfer Gambar 1.5 Flowchart Sistem atau Prosedur Pembayaran PT Fujitec Indonesia Sumber: Telah diolah kembali 10

117 Gambar Finance 1.6 Flowchart Staf Sistem atau Pros B B PV (otorisasi) BG/TT/cek (otorisasi) Dokumen pendukung Menggandaka n PV (otorisasi) Dokumen pendukung BG/TT/cek (otorisasi copy) BG/TT/cek (otorisasi asli) Distribusi Bank/Supplier/Karyawan PV (otorisasi) Dokumen pendukung BG/TT/cek (otorisasi copy)` Bukti Transfer Keterangan: PO: Purchase Order PR: Payment Request DO: Delivery Order PV: Payment Voucher BG: Bilyet Giro TT: Telegraphic Transfer Gambar 1.6 Flowchart Sistem dan Prosedur Pembayaran PT Fujitec Indonesia Sumber: Telah diolah kembali 11

118 D. Media, Dokumen, Peralatan, dan Data yang Diperlukan Adapun media, dokumen, peralatan, dan data yang penulis perlukan, sebagai berikut: 1. Media a. Komputer Untuk menyusun laporan keuangan. Untuk mengecek general ledger. Untuk membuat laporan konsolidasi Untuk memasukkan gaji dan membuat daftar gaji. Untuk membuat budget. b. Scanner Untuk scanning dokumen sehubungan dengan audit. Untuk scanning dokumen pendukung untuk perhitungan pengakuan penjualan proyek dengan percentage of completion method (POC). c. Printer Untuk mencetak laporan keuangan. Untuk mencetak daftar gaji. d. Mesin Fotocopy Untuk meng-copy daftar gaji dan dokumen lainnya. 2. Dokumen a. Purchase Order (PO) Merupakan dokumen yang diterbitkan oleh bagian Purchasing untuk pemesanan barang atau jasa. Berisi informasi Supplier, nomor purchase order, tanggal purchase order, uraian atau nama barang yang dipesan, jumlah barang 12

119 yang dipesan (quantity), harga barang per unit (unit price), dan jumlah nilai yang harus dibayar (total amount). b. Payment Voucher (PV) Voucher pembayaran atas seluruh transaksi pengeluaran yang terjadi di perusahaan. Dokumen ini berisi No. PV (payment voucher), bank yang digunakan (Bank), tanggal (date), nomor cek/ nomor bilyet giro (Cheq No.), uraian penggunaan PV (description), jumlah tagihan keseluruhan (total), dan tanda tangan pihak-pihak terkait yaitu, pada prepared by oleh finance staf, checked by oleh Accounting & Finance Manager, dan approved by oleh Direktur. c. Invoice Merupakan dokumen yang diterima dari supplier atas utang yang ditagihkan terhadap barang yang dipesan. Dokumen ini berisi nomor invoice, tanggal invoice, uraian dan jumlah nilai yang harus dibayar. d. Formulir Permintaan Uang Muka (PUM) Merupakan formulir yang digunakan perusahaan untuk meminta sejumlah pembayaran kepada finance untuk keperluan kantor seperti, tugas keluar kota dan lain-lain. Formulir ini berisi nama peminta, uraian keperluan, tanda tangan peminta, checker, dan approval. e. Purchase Requisition Merupakan dokumen internal perusahaan yang digunakan untuk memesan sejumlah barang sebelum menerbitkan purchase order. 13

120 3. Peralatan a. Pena Digunakan sebagai alat untuk menulis dan menyetujui pembayaran. Sebagai alat tulis untuk menyetujui invoice. Untuk paraf dalam daftar gaji. Untuk membubuhkan tanda tangan ke Cheuque/ bilyet giro. b. Stempel (Stamp) Stamp perusahaan khusus untuk otorisasi bank yang dibubuhkan ke daftar gaji. Stamp perusahaan untuk dokumen lain-lain, seperti surat yang ditujukan ke Kantor Pajak, Aktuaris, Kantor Akuntan Publik, dan lain-lain. c. Pembolong Kertas Digunakan untuk membolongi dokumen atau agar mudah saat di filling. E. Identifikasi Permasalahan Magang Pada bagian Accounting, masalah yang dihadapi adalah kesalahan dalam hal menentukan akun perkiraan sehubungan dengan transaksi yang serupa atau hampir mirip, data entry akibat human error. F. Logbook Magang Adapun kegiatan penulis selama magang di PT Fujitec Indonesia pada bagian Accounting selama 3 (tiga) bulan dapat dilihat pada lampiran berikut: 14

121

122

123

124

125

126

127

128

129

130

131

132

133

134 Contoh PUM (Permintaan Uang Muka) Sumber: PT Fujitec Indonesia

135 Contoh PR (Purchase Request) Sumber: PT Fujitec Indonesia

136 Contoh PV (Payment Voucher) Sumber: PT Fujitec Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam kedaan siap dipakai atau dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan,

Lebih terperinci

Aspek Perpajakan atas Aktiva Tetap

Aspek Perpajakan atas Aktiva Tetap Aspek Perpajakan atas Aktiva Tetap Aktiva Tetap Aktiva Tetap: SAK (2009) : aktiva berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan ke pihak lain,

Lebih terperinci

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN.

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN. ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN (Skripsi) OLEH Nama : Veronica Ratna Damayanti NPM : 0641031138 No Telp :

Lebih terperinci

http://www.hadiborneo.wordpress.com/ PENGERTIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (CONSUMERS FINANCE) Lembaga pembiayaan konsumen (consumers finance) adalah suatu lembaga atau badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional agar

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah organisasi yang umumnya mempunyai kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan yang dibebankan kepadanya. Biasanya di samping mencari laba, tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Aset Tetap Aset tetap merupakan aset yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan aktivitas usaha dan sifatnya relatif tetap atau jangka waktu perputarannya

Lebih terperinci

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah :

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Kriteria Aset Tetap 2.1.1 Pengertian Aset Tetap Setiap perusahaan apapun jenis usahanya pasti memiliki kekayaan yang digunakan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS. Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika

BAB 2 LANDASAN TEORITIS. Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika BAB 2 LANDASAN TEORITIS A. Pengertian, Penggolongan dan Perolehan Aset Tetap 1. Pengertian Aset Tetap Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika suatu aset digunakan untuk

Lebih terperinci

SEWA GUNA USAHA. Statement of Financial Accounting Standards No. 13 mengelompokkan sewa guna usaha menjadi :

SEWA GUNA USAHA. Statement of Financial Accounting Standards No. 13 mengelompokkan sewa guna usaha menjadi : SEWA GUNA USAHA LITERATUR :! US GAAP : FASB s Statement of Financial Accounting Standards No. 13, Accounting for Leases! IAI : Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 30 (Revisi 2007), Sewa! IFRS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelian aktiva tetap, perusahaan harus mempertimbangkan alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat meminimalkan pengeluaran perusahaan dan

Lebih terperinci

BAB II AKUNTANSI SEWA

BAB II AKUNTANSI SEWA BAB II AKUNTANSI SEWA 2.1. PENGERTIAN SEWA Pada awalnya sewa lebih dikenal dengan istilah leasing, leasing itu sendiri berasal dari kata lease yang berarti sewa atau yang lebih umum diartikan sebagai sewa

Lebih terperinci

AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DAN JASA KUNSTRUKSI

AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DAN JASA KUNSTRUKSI AKUNTANSI PERPAJAKAN Modul ke: Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DAN JASA KUNSTRUKSI Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PEMBIAYAAN AKTIVA TETAP MELALUI LEASING DAN BANK KAITANNYA DENGAN PENGHEMATAN PAJAK

KEPUTUSAN PEMBIAYAAN AKTIVA TETAP MELALUI LEASING DAN BANK KAITANNYA DENGAN PENGHEMATAN PAJAK Jurnal Akuntansi FE Unsil, Vol. 3, No. 2, 2008 ISSN : 1907-9958 KEPUTUSAN PEMBIAYAAN AKTIVA TETAP MELALUI LEASING DAN BANK KAITANNYA DENGAN PENGHEMATAN PAJAK Hiras Pasaribu (Staf Pengajar Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PAJAK ATAS PEROLEHAN ALAT BERAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LABA KENA PAJAK DAN PPh TERUTANG (STUDI KASUS PADA PT APMS)

ANALISIS PERENCANAAN PAJAK ATAS PEROLEHAN ALAT BERAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LABA KENA PAJAK DAN PPh TERUTANG (STUDI KASUS PADA PT APMS) ANALISIS PERENCANAAN PAJAK ATAS PEROLEHAN ALAT BERAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LABA KENA PAJAK DAN PPh TERUTANG (STUDI KASUS PADA PT APMS) Dian Aulia Ulhusna Jurusan Akuntansi, Fakulktas Ekonomi dan Bisnis,

Lebih terperinci

NERACA ASSET TETAP (LEASING) ASSET TIDAK BERWUJUD

NERACA ASSET TETAP (LEASING) ASSET TIDAK BERWUJUD NERACA ASSET TETAP (LEASING) ASSET TIDAK BERWUJUD Jenis-jenis sewa menurut PSAK 30 1. Finance lease Lessor : Pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Lessee : Lessee : - memilih barang modal yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aset Tetap Berbagai definisi aset tetap yang dikemukakan oleh para ahli, semuanya mempunyai maksud dan tujuan yang sama yaitu merumuskan pengertian aset tetap agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang sebagai perwujudan pengabdian dan peran serta rakyat untuk membiayai negara dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 6 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Aktiva Tetap Menurut Kusnadi et al. (1998:342) dalam bukunya mengatakan bahwa, Aktiva tetap adalah semua benda yang dimiliki oleh perusahaan

Lebih terperinci

PERUSAHAAN SEWAGUNAUSAHA (PerlakuanAkuntansi dan Pajak)

PERUSAHAAN SEWAGUNAUSAHA (PerlakuanAkuntansi dan Pajak) PERUSAHAAN SEWAGUNAUSAHA (PerlakuanAkuntansi dan Pajak) Rosita, SE., MM.,Ak. Abstrak Di Indonesia perusahaan sewa guna usaha berkembang sangat pesat. Hal ini membuat pemerintah berusaha untuk dapat menjaring

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. administratif dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. administratif dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1. Definisi Aset Tetap Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009: 68), aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Manfaat Implementasi SAK ETAP Dengan mengimplementasikan SAK ETAP di dalam laporan keuangannya, maka CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelian aset tetap, perusahaan harus mempertimbangkan alternatif

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelian aset tetap, perusahaan harus mempertimbangkan alternatif BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembelian aset tetap, perusahaan harus mempertimbangkan alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat meminimalkan pengeluaran perusahaan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktiva Tetap Setiap perusahaan menggunakan berbagai aktiva tetap, seperti peralatan, perabotan, alat-alat, mesin-mesin, bangunan, dan tanah. Aset tetap (fix asset)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Pajak Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan bagian dari harta kekayaan perusahaan yang memiliki manfaat ekonomi lebih dari satu periode akuntansi. Manfaat menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 17 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Aktiva Tetap 2.1.1. Pengertian Aktiva Tetap Berwujud "Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 76 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku, PT APP sebagai pemberi kerja wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. adalah bahasa bisnis(business language). Akuntansi menghasilkan informasi yang

BAB II LANDASAN TEORI. adalah bahasa bisnis(business language). Akuntansi menghasilkan informasi yang 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Akuntansi memegang peranan penting dalam entitas karena akuntansi adalah bahasa bisnis(business language). Akuntansi menghasilkan informasi yang menjelaskan kinerja

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1169/KMK.01/1991 TENTANG KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1169/KMK.01/1991 TENTANG KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1169/KMK.01/1991 TENTANG KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka untuk lebih memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap akhir tahun perusahaan akan membuat laporan keuangan untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak khususnya para pemakai laporan keuangan yang berguna

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERPAJAKAN

MANAJEMEN PERPAJAKAN MANAJEMEN PERPAJAKAN MODUL 11 Dosen : Jemmi Sutiono Ruang : B-305 Hari : Minggu Jam : 13:30 16:00 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2011 Manajemen Perpajakan Jemmi Sutiono Pusat

Lebih terperinci

1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan

1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pajak Penghasilan 1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 17/2000 adalah setiap

Lebih terperinci

PENERAPAN AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA AKTIVA TETAP DENGAN METODE HAK OPSI (Studi Kasus Pada PT. Sinar Karya Cahaya Gorontalo) Oleh

PENERAPAN AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA AKTIVA TETAP DENGAN METODE HAK OPSI (Studi Kasus Pada PT. Sinar Karya Cahaya Gorontalo) Oleh PENERAPAN AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA AKTIVA TETAP DENGAN METODE HAK OPSI (Studi Kasus Pada PT. Sinar Karya Cahaya Gorontalo) Oleh DWI NOVIKA DULLAH Nim. 921 409 042 Program Studi S1 Akuntansi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI ANALISIS

BAB III METODOLOGI ANALISIS 59 BAB III METODOLOGI ANALISIS 3.1 Kerangka Pemikiran Pembahasan tesis ini, didasarkan pada langkah-langkah pemikiran sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi objek pajak perusahaan dan menganalisis proses

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN IV.1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan Perlakuan Akuntansi SAK ETAP Setelah mendapatkan gambaran detail mengenai objek penelitian, yaitu PT Aman Investama.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 4 adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee

BAB II LANDASAN TEORI. 4 adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Keuntungan Sewa 1. Pengertian Sewa Sewa atau lease berdasarkan PSAK No. 30 (Revisi 2007) paragraf 4 adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan selalu berusaha untuk mencapai tujuannya. Untuk menunjang tercapainya tujuan itu, setiap perusahaan mempunyai aktiva tetap tertentu untuk memperlancar

Lebih terperinci

Modul ke: Manajemen Perpajakan 06FEB. Samsuri, SH, MM. Fakultas. Program Studi Akuntansi

Modul ke: Manajemen Perpajakan 06FEB. Samsuri, SH, MM. Fakultas. Program Studi Akuntansi Modul ke: Manajemen Perpajakan Fakultas 06FEB Samsuri, SH, MM Program Studi Akuntansi Sewa Guna Usaha dan Penerapan Perencanaan Pajak terhadap Sewa Guna Usaha Pengertian Sewa Guna Usaha Sewa guna usaha

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori - teori 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi a. Pengertian Konvergensi Konvergensi dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk menyatukan pandangan/ perspektif

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Metode Perolehan Aktiva Tetap Aktiva tetap berwujud sebagai salah satu aktiva penting yang dimiliki perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan

Lebih terperinci

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI DAN PERPAJAKAN ATAS KEPEMILIKAN ASET TETAP TERHADAP LABA KENA PAJAK DAN

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI DAN PERPAJAKAN ATAS KEPEMILIKAN ASET TETAP TERHADAP LABA KENA PAJAK DAN ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI DAN PERPAJAKAN ATAS KEPEMILIKAN ASET TETAP TERHADAP LABA KENA PAJAK DAN PPh TERUTANG (STUDI KASUS PADA PT. BOKORMAS WAHANA MAKMUR) ABSTRAK Oleh Yolanda Oktarina NPM : 0711031023

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (pengguna

BAB II LANDASAN TEORI. suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (pengguna BAB II LANDASAN TEORI A. Sewa Guna Usaha 1. Definisi Sewa Guna Usaha Leasing Definisi sewa guna usaha (Suandy, 2008), yakni "Sewa guna usaha adalah suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pasca krisis tahun 1997, dengan kebijakan tersebut pemerintah berusaha

BAB 1 PENDAHULUAN. pasca krisis tahun 1997, dengan kebijakan tersebut pemerintah berusaha BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan salah satu prioritas utama kebijakan dibidang ekonomi pasca krisis tahun 1997, dengan kebijakan tersebut pemerintah berusaha menggerakan

Lebih terperinci

AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN (P3B) SUMATERA UNIT PENGATUR BEBAN (UPB) SUMBAGUT

AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN (P3B) SUMATERA UNIT PENGATUR BEBAN (UPB) SUMBAGUT AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN (P3B) SUMATERA UNIT PENGATUR BEBAN (UPB) SUMBAGUT TUGAS AKHIR Ditulis untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

PSAK 30 SEWA (REVISI 2007) ISAK 8 Transaksi yang Mengandung Sewa. Ellyn Octavianty

PSAK 30 SEWA (REVISI 2007) ISAK 8 Transaksi yang Mengandung Sewa. Ellyn Octavianty 1 PSAK 30 SEWA (REVISI 2007) ISAK 8 Transaksi yang Mengandung Sewa Ellyn Octavianty AGENDA Ruang Lingkup Definisi Sewa Awal Sewa vs Awal Masa Sewa Klasifikasi Sewa Sewa dalam Laporan Keuangan Lessee Sewa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi keuangan Akuntansi memegang peranan penting dalam entitas karena akuntansi adalah bahasa bisnis (bussnines language). Akuntansi menghasilkan informasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan. Umum dann Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan. Umum dann Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pajak 2.1.1.1 Definisi Pajak Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dann Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Keuangan Akuntansi memegang peranan penting dalam entitas karena akuntansi adalah bahasa bisnis (business language). Akuntansi menghasilkan informasi yang

Lebih terperinci

BAGIAN X ASET TETAP, ASET TIDAK BERWUJUD, DAN ASET YANG DIAMBIL-ALIH

BAGIAN X ASET TETAP, ASET TIDAK BERWUJUD, DAN ASET YANG DIAMBIL-ALIH BAGIAN X ASET TETAP, ASET TIDAK BERWUJUD, DAN ASET YANG DIAMBIL-ALIH X.1 ASET TETAP A. Definisi Aset Tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa, disewakan kepada pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Aset Tetap Sebelum membahas mengenai perlakuan akuntansi terhadap aset tetap, perlu kita ketahui terlebih dahulu beberapa teori mengenai aset tetap.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui penanaman barang modal. Dana yang diterima oleh perusahaan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. melalui penanaman barang modal. Dana yang diterima oleh perusahaan digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dana memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan operasional perusahaan. Perusahaan dapat menggunakan dana tersebut sebagai alat investasi melalui penanaman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 Suatu perjanjian dari bentuk legalnya mungkin bukan merupakan perjanjian sewa, namun secara substansi dapat mengandung sewa. Untuk

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Pajak Tangguhan. beserta Akun-akun Lainnya pada Laporan Keuangan PT UG

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Pajak Tangguhan. beserta Akun-akun Lainnya pada Laporan Keuangan PT UG BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Pajak Tangguhan beserta Akun-akun Lainnya pada Laporan Keuangan PT UG Pajak penghasilan tangguhan timbul akibat perbedaan temporer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dalam melakukan kegunaan operasionalnya tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dalam melakukan kegunaan operasionalnya tidak akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan dalam melakukan kegunaan operasionalnya tidak akan lepas dari penggunaan aktiva tetap walaupun proporsi penggunaan aktiva tetap ini berbeda antara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN.

DAFTAR ISI ABSTRAK.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN. ABSTRAK Sewa guna usaha (leasing) adalah suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (pemakai barang modal). Lessee dapat diberikan hak opsi (option right) untuk membeli barang modal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Akuntansi Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Akuntansi Keuangan Eksistensi suatu perusahaan sangat tergantung pada transaksitransaksi yang dilakukannya. Perusahaan yang dapat melakukan transaksi dengan baik berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aset Tetap 2.1.1 Pengertian Aset tetap adalah aset berwujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan.

Lebih terperinci

PSAK 30 (REVISI 2007) ISAK 8 (REVISI 2007)

PSAK 30 (REVISI 2007) ISAK 8 (REVISI 2007) Pengajaran Akuntansi serta Workshop "PSAK Terbaru" 1 PSAK 30 (REVISI 2007) ISAK 8 (REVISI 2007) AGENDA 2 Ruang Lingkup Definisi Sewa Awal Sewa vs Awal Masa Sewa Klasifikasi i Sewa Sewa dalam Laporan Keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aset Tetap Aset tetap (fixed assets) merupakan aset jangka panjang atau aset yang relatif permanen. Aset tetap sering disebut aset berwujud (tangible assets) karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Aset Tetap Aset tetap merupakan harta kekayaan perusahaan yang dimiliki setiap perusahaan. Aset tetap yang dimiliki perusahaan digunakan untuk menjalankan operasionalnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aset Tetap Menurut Reeve, Warren, dkk (2013:2) Aset tetap (fixed asset) adalah aset yang bersifat jangka panjang atau secara relatif memiliki sifat permanen serta

Lebih terperinci

BAGIAN IX ASET

BAGIAN IX ASET - 81 - BAGIAN IX ASET IX.1 ASET TETAP A. Definisi Aset tetap adalah aset berwujud yang: 1. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan 2. diharapkan akan digunakan

Lebih terperinci

Analisis Perlakuan Akuntansi Transaksi Sewa Guna Usaha PT XYZ

Analisis Perlakuan Akuntansi Transaksi Sewa Guna Usaha PT XYZ Analisis Perlakuan Akuntansi Transaksi Sewa Guna Usaha PT XYZ Nama Mahasiswa Dosen Pembimbing : Mariska Nauli : Dini Marina Abstrak Laporan magang ini berisi tentang analisis perlakuan akuntansi transaksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Aktiva a. Pengertian Aktiva Aktiva/harta adalah kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan, yang lebih dikenal dengan istilah asset perusahaan. Jadi, aktiva (asset)

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PAJAK TANGGUHAN PADA LAPORAN KEUANGAN PT BUMI SARANA UTAMA. Dahniyar Daud *)

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PAJAK TANGGUHAN PADA LAPORAN KEUANGAN PT BUMI SARANA UTAMA. Dahniyar Daud *) ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PAJAK TANGGUHAN PADA LAPORAN KEUANGAN PT BUMI SARANA UTAMA Dahniyar Daud *) niardaudismail@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa penerapan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aktiva Tetap 2.1.1 Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif permanen dan memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun atau lebih

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aset Tetap Aset tetap merupakan aset tidak lancar yang diperoleh untuk digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan, serta merupakan komponen aset yang paling besar nilainya

Lebih terperinci

Tinjauan Perencanaan Pajak Sehubungan Pembelian Aktiva Tetap Berwujud Secara Tunai, Kredit dan Leasing

Tinjauan Perencanaan Pajak Sehubungan Pembelian Aktiva Tetap Berwujud Secara Tunai, Kredit dan Leasing Tinjauan Perencanaan Pajak Sehubungan Pembelian Aktiva Tetap Berwujud Secara Tunai, Kredit dan Leasing Daniel Benyamin de Poere dan Siti Ita Rosita Program Studi Akuntansi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

Lebih terperinci

PERENCANAAN PAJAK (S1 AK ALIH JENIS)

PERENCANAAN PAJAK (S1 AK ALIH JENIS) PERENCANAAN PAJAK (S1 AK ALIH JENIS) Pengajar : Drs.Agust Mujoko, M.Ak, Ak (AM Materi : Pertemuan ke 8 dan 9 8. Penerapan PSAK 46 sebagai pelaporan PPh a. Kewajiban melampirkan laporan keuangan dlm SPT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akhir tahun adalah saat dimana perusahaan membuat laporan keuangan untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak yang menggunakannya. Pengguna informasi dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI A. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva Tetap PSAK No. 16 (revisi 2007) menjelaskan definisi aset tetap sebagai berikut: Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang

BAB II LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pajak Penghasilan II.1.1 Pengertian Umum Pajak Definisi pajak menurut Prof. DR. Rochmat Soemitro, SH. dalam Resmi (2007) adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara

Lebih terperinci

a. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan b. diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.

a. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan b. diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode. VIII.1 ASET TETAP A. Definisi 01. Aset tetap adalah aset berwujud yang: a. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan b. diharapkan akan digunakan lebih dari satu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Koreksi Fiskal dan Penghasilan Kena Pajak. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: Koreksi Fiskal dan Penghasilan Kena Pajak. vii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Koreksi fiskal dengan penyesuaian laporan keuangan komersial yang telah disusun oleh wajib pajak dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Dalam koreksi tersebut muncul perbedaan

Lebih terperinci

METODE PENETAPAN HARGA WAJAR TERHADAP PRAKTIK TRANSFER PRICING DI KPP PRATAMA BATAM

METODE PENETAPAN HARGA WAJAR TERHADAP PRAKTIK TRANSFER PRICING DI KPP PRATAMA BATAM METODE PENETAPAN HARGA WAJAR TERHADAP PRAKTIK TRANSFER PRICING DI KPP PRATAMA BATAM TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan Program Diploma III Oleh : Muhammad Fadli 3110911009 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktiva Tetap Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, dalam buku Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan nomer 16 tentang Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain paragraf 5 tahun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Leasing berasal dari kata lease yang berarti sewa atau lebih umum sebagai

BAB II LANDASAN TEORITIS. Leasing berasal dari kata lease yang berarti sewa atau lebih umum sebagai BAB II LANDASAN TEORITIS A. Sewa Guna Usaha 1. Pengertian Sewa Guna Usaha Leasing berasal dari kata lease yang berarti sewa atau lebih umum sebagai sewa-menyewa. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam PSAK

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian akuntansi Menurut Accounting Principle Board (ABP) Statement

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian akuntansi Menurut Accounting Principle Board (ABP) Statement BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Akuntansi Pengertian akuntansi Menurut Accounting Principle Board (ABP) Statement No.4 dalam Smith Skousen (1995:3), pengertian akuntansi adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tentang Lembaga Pembiayaan Pada tanggal 20 Desember 1988 (PakDes 20, 1988) memperkenalkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tentang Lembaga Pembiayaan Pada tanggal 20 Desember 1988 (PakDes 20, 1988) memperkenalkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tentang Lembaga Pembiayaan Pada tanggal 20 Desember 1988 (PakDes 20, 1988) memperkenalkan istilah lembaga pembiayaan yakni badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan Untuk mengetahui pengertian yang jelas mengenai aktiva tetap tanaman menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aktiva Tetap 2.1.1 Definisi Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif permanen, seperti peralatan, tanah, bangunan, gedung, dimana merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Akuntansi Akuntansi sering disebut sebagai bahasanya dunia usaha karena akutansi akan menghasilkan informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang menyelenggarakannya dan pihak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem berasal dari bahasa Latin (systẻma) dan bahasa Yunani (sustẻma),

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem berasal dari bahasa Latin (systẻma) dan bahasa Yunani (sustẻma), BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem informasi Akuntansi Sistem berasal dari bahasa Latin (systẻma) dan bahasa Yunani (sustẻma), artinya suatu kesatuan komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak lain yang berkepentingan dengan perusahaan. Melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak lain yang berkepentingan dengan perusahaan. Melalui proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi adalah suatu sarana yang menjembatani antar pihak pimpinan dengan pihak lain yang berkepentingan dengan perusahaan. Melalui proses akuntansi akan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aset Tetap 2.1.1 Definisi Aset Tetap Aset tetap merupakan aset jangka panjang atau aset yang relatif permanen yang memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun atau lebih dari satu

Lebih terperinci

PT SURYA TOTO INDONESIA Tbk. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 30 Juni 2010 dan 2009 ( Dalam Rupiah )

PT SURYA TOTO INDONESIA Tbk. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 30 Juni 2010 dan 2009 ( Dalam Rupiah ) 1 UMUM a. Pendirian Perusahaan PT. Surya Toto Indonesia Tbk. ("Perusahaan") didirikan tanggal 11 Juli 1977 dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Asing No. 1, tahun 1967 berdasarkan akte yang dibuat

Lebih terperinci

Gerson Philipi Rianto F

Gerson Philipi Rianto F Gerson Philipi Rianto F3312065 Kegiatan sewa guna usaha (leasing) diperkenalkan untuk pertama kalinya di Indonesia pada tahun 1974 dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PSAK NO.46 TENTANG AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN DI PT UG

ANALISIS PENERAPAN PSAK NO.46 TENTANG AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN DI PT UG ANALISIS PENERAPAN PSAK NO.46 TENTANG AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN DI PT UG Ivana Cendra Universitas Bina Nusantara, Jln. KH Syahdan No.9 Palmerah Jakarta Barat 11480, telp (+62-21) 534-5830, fax (+62-21)

Lebih terperinci

Tujuan Akuntansi Pajak a. Dasar menghitung PKP b. Menghitung harga perolehan c. Menghitung penyerahan barang kena pajak d. Menghitung besarnya pajak y

Tujuan Akuntansi Pajak a. Dasar menghitung PKP b. Menghitung harga perolehan c. Menghitung penyerahan barang kena pajak d. Menghitung besarnya pajak y PENGERTIAN AKUNTANSI PAJAK Akuntansi Pajak adalah - sekumpulan prinsip, - standar, - perlakuan akuntansi lengkap yang digunakan oleh Wajib Pajak sebagai landasan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya

Lebih terperinci

AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK

AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK Pembukuan menurut UU Pajak Dalam Pasal 28 ayat (7) UU KUP disebutkan: Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai

Lebih terperinci

Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, dengan jangka

Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, dengan jangka LEASING Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, dengan jangka waktu berdasarkan pembayaran-pembayaran berkala

Lebih terperinci

STRATEGI PENDANAAN MELALUI SEKURITISASI PIUTANG PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PT. ABC FINANCE TESIS

STRATEGI PENDANAAN MELALUI SEKURITISASI PIUTANG PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PT. ABC FINANCE TESIS UNIVERSITAS INDONESIA STRATEGI PENDANAAN MELALUI SEKURITISASI PIUTANG PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PT. ABC FINANCE TESIS AGUNG YUDIVIANTHO 0806432101 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN JAKARTA

Lebih terperinci

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I Modul ke: AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I DEPRESIASI ASET, PENURUNAN NILAI, REVALUASI ASET TETAP, PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN Fakultas FEB Angela Dirman, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aset Tetap 2.1.1 Definisi Aset Tetap Definisi aset tetap berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2011:16) paragraf 06, adalah Aset tetap adalah aset berwujud yang: (a)

Lebih terperinci

BAB 1 AKUNTANSI untuk SEWA GUNA USAA (LEASING)

BAB 1 AKUNTANSI untuk SEWA GUNA USAA (LEASING) BAB 1 AKUNTANSI untuk SEWA GUNA USAA (LEASING) Terminologi Pengertian Leasing Keuntungan Leasing Klasifikasi Leasing Perbedaan perjanjian Leasing dengan Perjanjian Lainnya Akuntansi Leasing Aspek Perpajakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan berdirinya suatu perusahaan jenis apapun hampir sama, yaitu untuk mendapatkan laba optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Dengan laba

Lebih terperinci