Perakitan Varietas Anggrek Dendrobium Bunga Potong

Transkripsi

1 Perakitan Varietas Anggrek Dendrobium Bunga Potong Solvia N. dan Musalamah Balai Penelitian Tanaman Hias. Jl. Raya Ciherang Pacet, Cianjur ABSTRAK. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu bunga anggrek di Indonesia adalah dengan cara merakit varietas-varietas tanaman baru melalui persilangan. Persilangan dilakukan antara dua tetua anggrek Dendrobium yang memiliki karakter rajin berbunga dengan warna bunga yang cerah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan varietas baru anggrek Dendrobium yang berdaya hasil tinggi. Penelitian dilakukan mulai tahun 2005 di Kebun Percobaan Segunung dan Kebun Percobaan Pasarminggu. Persilangan yang dilakukan adalah 2 arah. Setiap nomor seri persilangan menghasilkan 1-2 buah yang bijinya disebar pada media steril. Dalam kurun 5 tahun telah dilakukan sebanyak 200 nomor seri persilangan, namun hanya 20 nomor seri yang berhasil membentuk plantlet. Hal ini disebabkan karena banyak bunga hasil silangan yang gugur, buah terlambat dipanen, dan terjadinya kontaminasi saat penyebaran biji. Dari 20 populasi yang ada, baru dilepas sebanyak 9 varietas. Kata kunci: Anggrek Dendrobium, bunga potong, persilangan. ABSTRACT. Solvia N. dan Musalamah Creating A Cut-Flower Varieties of Dendrobium. One effort to improve the quality of orchids in Indonesia is to assemble new varieties through cross-breeding programm. Crossing were carried out between two parental of Dendrobium orchids which have high flowering ability and bright color flower. The purpose of this activities was to obtain high yielding varieties of Dendrobium orchids, started on 2005 at the Experimental Research Stations in Segunung and Pasarminggu. Crossing were performed reciprocally. Each serial number of crossing produced 1-2 fruit (s), whose seeds were plated on sterile media. Two hundred serial numbers of crossing had been done for the last 5 years, but only 20 of them successfully produced plantlets due to unsuccessfull pollination, late harvested fruits, and the occurrence of contamination during seed culturing. At present, nine new cut-flower varieties of Dendrobium have been released from 20 populations which are maintain in the Experimental Research Station in Pasarminggu. Key words: Dendrobium orchid, cut flowers, crossing. Dendrobium merupakan kelompok anggrek nomor dua terbesar dalam jumlah spesies, yaitu berkisar antara spesies, dengan sebaran yang sangat luas, mulai dari daerah dataran rendah, dataran tinggi 51

2 sampai daerah pegunungan (Hawkes 1965; Gunadi 1979). Menurut Sastrapradja & Gandawidjaya (1979) jenis jenis anggrek yang berasal dari marga Dendrobium merajai Indonesia sebelah timur seperti di daerah hutan Irian Jaya, Kalimantan, dan Nusa Tenggara. Mengingat pasar anggrek potong di Indonesia didominasi dari genus Dendrobium, maka ada beberapa pertimbangan dalam memilih Dendrobium sebagai anggrek bunga potong (Sutiyoso 2002) yaitu: 1.sumber plasma nutfah anggrek Dendrobium banyak terdapat di Indonesia, 2. tanaman Dendrobium rajin bertunas dan beranak, 3. berpotensi menghasilkan tangkai bunga lebih dari satu, 4. panjang tangkai bunga antara cm, 5. panjang malai sekitar 40 cm, 6. jumlah kuntum bunga banyak (10 16 kuntum), 7. warna dan kesegaran bunga tahan lama ( 7 10 hari), dan 8. persilangan Dendrobium umumnya mudah dilakukan. Dengan demikian besar kemungkinan mendapatkan hibrida-hibrida baru hasil persilangan yang mempunyai daya jual tinggi sesuai dengan iklim di Indonesia. Budidaya anggrek yang ada sekarang umumnya hibrida yang dibuat dari luar Indonesia seperti Thailand, Taiwan, Singapura, Hawaii dan Australia. Indonesia sangat tertinggal jauh di bidang pemuliaan maupun industri anggrek, padahal sumber anggrek aslinya cukup banyak (Irawati 1999; Sutater 1997). Menurut Sutater (1997) dan Winarno (1995) penyebab tertinggalnya industri anggrek di Indonesia antara lain skala usaha anggrek yang relatif kecil, kurangnya penyediaan bibit unggul terseleksi dari kultivar yang disukai pasar, harga bibit unggul anggrek yang tersedia maupun asal impor relatif mahal, kurangnya informasi pasar dan kurangnya permodalan. Kendala-kendala tersebut perlu diantisipasi terutama yang menyangkut ketersediaan benih unggul untuk menjamin pasokan baik kualitas maupun kuantitasnya. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu bunga anggrek di Indonesia adalah dengan cara merakit tanaman-tanaman baru melalui kegiatan pemuliaan. Salah satunya yaitu dengan menyilangkan tetua dengan karakter-karakter yang dikehendaki untuk mendapatkan kultivar baru. Persilangan tanaman anggrek mempunyai sasaran peningkatan keragaman genetik pada bentuk dan warna yang unik, disenangi konsumen, 52

3 frekuensi berbunga tinggi dan tahan terhadap hama/penyakit serta cekaman lingkungan (Soedjono 1997). Anggrek-anggrek spesies atau anggrek alam memegang peranan penting dalam menghasilkan silangan-silangan sehingga hibrida-hibrida yang terbentuk mempunyai mutu yang lebih baik dari induknya. Oleh sebab itu turunan-turunan anggrek Dendrobium yang telah terbukti keunggulannya dapat digunakan sebagai pohon induk silangan, seperti Dendrobium May Neal, Dendrobium Caesar, Dendrobium Liholiho, Dendrobum Golden Hill, dan Dendrobium Fiftieth State Beauty (Wirakusuma 1985). Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan varietas baru anggrek Dendrobium bunga potong BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung dan Kebun Percobaan Paasarminggu yang dimulai tahun Sebagai bahan penelitian untuk persilangan digunakan pohon induk anggrek Dendrobium koleksi plasma nutfah dan beberapa dilakukan pencarian ke berbagai grower. Alat untuk persilangan menggunakan pinset kecil, petridis, gunting, pensil dan label. Kegiatan pembentukan varietas anggrek Dendrobium selain dikerjakan di lapangan juga dilakukan di laboratorium untuk penyebaran biji hasil persilangan. a. Percobaan lapangan pertama Persilangan dilakukan melalui penyerbukan sehingga diperoleh biji. Tahapan kegiatan meliputi pemilihan dan pemeliharaan pohon induk dan penyilangan. Apabila penyilangan berhasil, kegiatan selanjutnya ialah pemeliharaan tanaman sambil menunggu buah masak, biji matang dan buah siap dipanen. Pertama-tama adalah melakukan pemilihan tanaman anggrek yang akan dijadikan sebagai pohon induk. Tanaman anggrek yang akan digunakan sebagai bahan induk silangan ditempatkan dalam rumah sere. 53

4 Sebelum dilakukan persilangan terlebih dahulu dilakukan karakterisasi tanaman terutama terhadap karakter warna bunga dan bentuk bunga. Persilangan dilakukan antara dua tetua Dendrobium spesies atau hibrida yang memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan tujuan percobaan. Persilangan dilakukan secara searah maupun silang balik (resiprokalnya) dalam satu seksi atau antar seksi (dalam hal ini digunakan seksi Phalaenanthe dan Ceratobium). Persilangan dilakukan pada pagi hari setelah bunga mekar satu atau dua hari atau minggu pertama sampai minggu kelima sejak bunga mekar sempurna (Rhodehamed 1994, Yam 1995). Persilangan dikatakan berhasil dengan ditandai membesarnya bagian dasar bunga. Buah dapat dipanen 75 hari setelah persilangan, tergantung pada spesies, biasanya buah yang matang terasa empuk bila dipegang (Widiastoety et al.1998). b. Percobaan laboratorium Pembuatan media sebar biji Dalam kegiatan di laboratorium bahan-bahan yang digunakan meliputi bahan kimia untuk media dasar Vacin & Went, agar, sukrosa, alkohol, aquades, betadin, air kelapa, pisang, pepton dan lain lain. Sedangkan alat yang diperlukan adalah botol-botol sebar dan tanam (jam dan saos), autoclave, pinset besar dan kecil, spatula, laminar flow atau enkas, kapas/tissue, mata dan gagang pisau scapel, api bunsen, karet gelang, kertas dan alat-alat penunjang lainnya. Pembuatan media sebar biji Vacin & Went dilakukan 1 atau 2 minggu sebelum buah dipanen. Pertama membuat media stok Vacin & Went sesuai dengan resep yang dianjurkan. Setelah semua unsur hara makro dan mikro dicampur, maka ke dalam larutan ditambakan agar, sukrosa, dan air kelapa. Setelah diaduk merata media dimasak dan ditentukan phnya yaitu 5,6. Setelah ph media pas/sesuai untuk media sebar biji anggrek, maka media dimasukan ke dalam botol-botol jam atau erlenmeyer sebanyak 15 ml per botol. Media botolan yang telah ditutup disterilkan kembali dalam autoclave selama kurang lebih 20 menit. Selanjutnya media diangkat dan diletakkan di ruang kultur.

5 2. Penyebaran biji Penyebaran biji dilakukan di Laminar airflow. Setelah buah dipanen, buah dicuci dengan air mengalir. Bila buah yang dipanen utuh/mulus tidak cacat, maka sterilisasi buah cukup direndam dalam alkohol 90% selama 5 menit, kemudian lewatkan diatas api bunsen beberapa detik sebanyak 3 5 kali. Buah yang telah steril, diletakkan dalam petridis, dengan pisau scapel yang sudah steril buah dipotong pada kedua ujungnya, seterusnya dibelah menjadi 2 bagian. Buah dalam petridis ditutup dulu untuk mempersiapan media sebar. Media sebar yang telah siap di laminar airflow, penutup botolnya dibuka, mulut botol dipanaskan diatas api bunsen, setelahnya diberi betadine pada bagian luar mulut botol. Biji dapat disebar dalam media steril Vacin & Went tersebut. Di bagian luar botol diberi kode persilangan dan tanggal penyebaran. 3. Sub kultur/transfer Biji yang telah menjadi protokorm dipindah dalam botol lain (botol saos) dengan media sama yang ditambahkan pisang dan pepton. Pekerjaan hampir sama dengan proses penyebaran biji. Sub kultur atau transfer plantlet dilakukan 3 4 kali. c. Percobaan lapang kedua Apabila plantlet telah mencapai tinggi sampai permukaan botol, maka dilakukan pengompotan (aklimatisasi) dalam pot-pot yang telah diisi media tanaman campuran arang dan pakis dan diletakan dibawah naungan dengan intensitas cahaya rendah. Setelah plantlet dalam kompotan sudah besar dan tumbuh sehat, maka dilakukan penanaman secara individu dalam media yang sama pada pot ukuran 12 cm Repoting kedua pada pot 15 cm dilakukan saat tanaman induvidu mulai tumbuh menjadi tinggi dan bertambahnya tunas anakan. Repoting terakhir dilakukan pada pot 18 cm saat tanaman memasuki fase generatif. Para meter yang diamati meliputi : 55

6 1. Karakterisasi pohon induk (ukuran, bentuk dan warna bagian-bagian bunga serta karakter kuantitatif: panjang tangkai bunga, jumlah kuntum bunga dan jumlah tangkai bunga per pseudobulb) 2. Umur panen buah (hari setelah silang) 3. Waktu terbentuknya protokorm (hari setelah sebar) 4. Karakter tanaman individu tanaman berbunga (sesuai dengan buku panduan karakterisasi yang diadopsi dari UPOV) HASIL DAN PEMBAHASAN Tahap Kegiatan Perakitan Varietas Baru Bunga Potong Dendrobium I. Tahap Persilangan II. Tahap penyebaran biji 5-6 bl (di dataran tinggi) induk induk buah hsl silangan III. Tahap Pertumbuhan biji dan sub kultur 1 bl IV. Tahap Aklimatisasi dan pembesaran tanaman Individu 6 bl 2 bl 4 bl 4 bl 3 bl 3,4 th Gambar 1. Tahap pembentukan varietas baru anggrek Dendrobium bunga potong (Stages to produce new varieties of Dendrobium cut flowers orchid) Dari hasil pengamatan selama percobaan ( ), kegiatan perakitan varietas baru anggrek Dendrobium bunga potong dapat dibagi dalam 4 tahap yaitu: 1. Tahap persilangan sampai panen buah, 2. Tahap 56

7 penyebaran biji sampai terbentuknya protokorm, 3. Tahap pertumbuhan biji dan sub kultur sampai terbentuknya plantlet, dan 4. Tahap aklimatisasi dan pembesaran tanaman individu sampai tanaman berbunga (Gambar 1). Pada gambar 1 terlihat lamanya waktu yang dibutuhkan dari mulai persilangan sampai tanaman individu berbunga yaitu sekitar antar 3,4 tahun. Akan tetepi beberapa nomor silangan juga ada yang mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan. Hal tersebut dikarenakan masa panen buah yang belum waktunya dan keterlambatan dalam pelaksanaan sub kultur. Dalam masa perkembangan biji sampai terbentuknya plantlet dalam botolan tidak semua plantlet dalam botolan tumbuh baik, ada beberapa yang mengalami kontaminasi dan pertumbuhannya kurang baik. Oleh karena itu dilakukan seleksi negatif terhadap plantlet botolan yang terseleksi. Begitu pula dalam pertumbuhan tanaman individu, ada beberapa tanaman yang tumbuhnya kurang subur, sehingga seleksi negatif masih dilakukan. Berbeda dalam masa pertumbuhan generatif, seleksi yang dilakukan adalah seleksi positif terhadap tanaman individu berbunga yang mempunyai kriteria bunga potong standar. Dari seluruh hasil persilangan yang dilakukan, terlihat warna bunga yang dihasilkan umumnya ungu yang bregradasi dari ungu muda sampai ungu tua, dan ada beberapa bunga warnanya putih (1-5 individu tanaman). Dari warna bunga hasil silangan ini dapat diketahui warna ungu dominan diturunkan oleh tetuanya. Sedangkan untuk karekter bentuk bunga, sifat pewarisannya tergantung dari varietas atau spesies yang digunakan. Ada yang bersifat dominan seperti Dendrobium phalaenopsis yang menurunkan bentuk bunga besar, dan Dendrobium liniale yang menurunkan bentuk bunga seperti tanduk, Persilangan antara bentuk bunga bulat dengan bunga tanduk, turunan yang dihasilkan bevariasi ada yang bulat, ada yang tanduk dan ada yang berada diantara kedua bentuk tersebut. Ketiga nomor seri persilangan telah dilakukan seleksi berdasarkan warna bunga, bentuk bunga dan karakter kuantitatif seperti panjang tangkai bunga dan jumlah kuntum bunga. Dari 99 nomor diperoleh 30 nomor terseleksi berdasarkan warna bunga dan bentuk bunga, sedangkan kriteria kuantitatif masuk kedalam standar bunga potong no. III (Direktorat Jenderal Hortikultura 2003). Karakter panjang tangkai bunga rata rata 25-57

8 50 cm, sedangkan jumlah kuntum bunga yang dihasilkan oleh individu hasil silangan rata rata berkisar anatara 7-10 kuntum per tangkai pada pembungaan pertama dan kuntum untuk pembungaan kedua (data terlampir). Preferensi konsumen dilakukan terhadap 10 responden pengusaha anggrek di TAIP dan TAR. Dipilihnya pengusaha di lokasi tersebut karena responden tersebut berhubungan langsung dengan konsumen sehingga lebih mengetahui selera dan kesukaan konsumen. Menurut responden semua klon yang dihasilkan oleh Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) secara kualitatif berdasarkan bentuk dan warna bunga banyak disukai konsumen. Konsumen lebih memilih warna yang cerah seperti ungu, pink, dan kemerahan. Sedangkan untuk karakter kuantitatif, walapun masih belum mencapai maksimal bisa diperbaiki dengan budidaya. Menurut responden, klon-klon harapan yang dihasilkan Balihi sangat mungkin dapat menekan masuknya varietas anggrek dari luar. Yang terpenting ketersediaan benih yang cukup dan harga jual yang relatif lebih murah. KESIMPULAN Ragam warna dan bentuk bunga dari klon terpilih hasil silangan sudah memenuhi syarat yang diminati oleh konsumen dan masuk ke dalam standar bunga potong kelas III menurut Direktorat Jenderal Hortikultura PUSTAKA Direktorat Jendral Hortikultura Acuan Pedoman Standar Mutu Bunga Potong Anthurium, Tanaman Pot Dendrobium dan Phalaenopsis. 29 hal Gunadi, T Anggrek dari Benua ke Benua. Angkasa. 129 hal Hawkes. A.D Encyclopedia of Cultivated Orchids. Faber and Faber Limited. London: Irawati Pengenalan Anggrek Spesies Indonesia dan Potensi Pengembangannya. Makalah dalam Workshop Hortikultura III. Bandung Nop pp 58

9 Rhodehamed, W.A Pollination of orchid flowers. Amer. Orchids. Soc. Bull. 5: Sastrapradja S. dan D. Gandawidjaya Anggrek Alam Indonesia yang Mempunyai Potensi Budidaya. Bulletin Kebun Raya. Hal Sutater, T Pengembangan Teknologi Budidaya Anggrek Berciri Industri. Bull. PAI V (9) :18-23 Sutiyoso, Y Anggrek Potong Dendrobium. Penebar Swadaya. 64 hal Soedjono, S Pemuliaan Tanaman Anggrek. Buku Komoditas Tanaman Anggrek No. 2 Widiastoety, N. Solvia dan Syafni Kultur embrio pada anggrek Dendrobium. Jurnal Hortikultura 7(4): Winarno, M Kebijaksanaan Pengembangan Peranggrekan Indonesia. Pesona Anggrek Perhimpunan Anggrek Indonesia. 4-6 Wirakusuma Memilih Induk Yang Baik. Perhimpunan Anggrek Indonesia, Cabang Surabaya Yam, T Breeding with Vanda Miss Joaquim. Orchids. Amer.Orchids. Bull. 8: